ANALISIS KUALITASUDARA KOTA PONTIANAK BERDASARKAN NILAI ISPU PARAMETER PM10 Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak,Jl. A.yani Email :
[email protected] Abstrak : Analisis KualitasUdara Kota Pontianak Berdasarkan Nilai Ispu Parameter Pm10. Penelitian bertujuan menganalisis kualitas udara ambien Kota Pontianak dengan melihat parameter Pm10,pada saat terjadinya kabut asap pada bulan Pebruari 2014 dan mmbandingkannya dengan baku mutu udara ambien serta melakukan analisis pencemaran udara beradasarkan angka ISPU dan dampak yang ditimbulkannya sehingga masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencemaran udara di Kota Pontianak pada saat terjadinya kabut asap di Bulan Pebruari 2014 dan Bagaimana dampaknya terutama terhadap manusia dan lingkungan. Metode penelitian adalah studi pustaka atau studi literatur.Hasil konsentrsi PM10 yang terukur sebesar 438,7 ug/m3 berada di atas ambang batas yang diperbolehkan yaitu 150 ug/m3 dan ISPU yang terhitung dalam kategori berbahaya. Konsentrasi terendah terjadi pada pukul 12.00 dengan angka ISPU 18,yang tergolong baik. Tanggal 5 Pebruari berlangsung selama 3 jam dari dini hari hingga pagi. Konsentrasi terendah tercatat pada pukul 14.00 sebesar 17,1 ug/m3. Tanggal 6 Pebruari konsentrasi PM10 dan angka ISPU tertingi terjadi pada pukul 06.00 yang merupakan konsentrasi PM10 dan angka ISPU tertinggi selama tiga hari. Konsentrasi PM10 yang tercatat sebesar 784,2 ug/m3 dengan angka ISPU sebesar 755. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi PM10 diudara antara lain temperatur,kelembapan,arah angin,penyinaran matahari, dan besarnya emisi dari sumber itu sendiri. Kata kunci: PM10, baku mutu, ISPU, udara ambien Abstract : Air Quality Analysis of Pontianak City Based on Air Pollution Index (API) Numbers of PM10Parameter. Research purpose to analysis conducted on PM10 concentrations at early morning, morning, afternoon,evening and night by comparing the concentration of existing ambient air quality standard of PM10.Air Pollution Index is calculated,analyzed and evaluated by looking at the category of Air Pollution Index and the effect it may have. Data were taken for three consecutive days to the dateof 4,5,6 February 2014 in a span of two hour form 00.00 to 22.00. The available data indicate that the ambient air concentrations was in line with the Air Pollution Index numbers. On February 4,the concentration of PM10and Air Pollution Index were highest during the early morning at 02.00. Contentration of PM10that measured was 438,7 ug/m3 above the permitted threshold that was 150 ug/m3 and the Air Pollution Index that calculated belong in the hazardous category. The lowest concentration occured at 12.00 with the Air Pollution Index number was 18, which is quite good.On February 5, the highest concentration was 591,2 ug/m3, recorded at 04.00 with Air Pollution Index number reached 514, which includes the hazardous category. Hazardous category on February 5,lasts for 3 hour from the early morning until the morning. The Lowest concentration was recorded at 14.00 of 17.1 ug/m3. On February 6, the highest concentration of PM10 and Air Pollution Index number were at 06.00 which is the highest concentration PM 10 and Air Pollution Index numbers for three days. PM10 concentration that recorded was 784,2 ug/m3 with a number of the Air Pollution Indez was 75. Some factors affecting the concentration of PM10 in the air such as temperature, humidity,wind direction,solar radiation,and the amount of emissions from the source itself. Keyword : PM10, standard quality, air pollution index (API), ambient air Kegiatan pembukaan lahan untuk permukiman baru, pertanian dan perkebunan sebagian masih dilakukan masyarakat dengan cara membakar. Diakui bahwa membuka lahan dengan cara membakar memberikan keuntungan dalam biaya dan waktu,bahkanuntuk kegiatan pertanian dan
perkebunan akan memberikan tambahan keuntungan berupa abu sisa pembakaran yang dapat menambah tingkat kesuburan tanah. Di Kalimantan Barat kegiatan membuka lahan dengan cara membakar untuk bercocok tanam padi secara tradisional, sudah sejak lama 252
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...253 dilakukan secara turun temurun. Di masa lalu kegiatan dilakukan secara berpindah-pindah jauh dari kegiatan permukiman. Vegetasi tutupan lahan yang masih baik menyebabkan api lebih mudah dikendalikan, dibandingkan saat ini dengan vegetasi tutupan lahan yang didominasi oleh semak belukar, terutama di lahan gambut. Ketidakmampuan petani untuk membeli pupuk dan terbatasnya infrastruktur pertanian sebagai upaya pemeliharaan tanaman turut mendorong petani tradisional mempertahankan cara pembukaan lahan yang sudah dilarang pemerintah daerah tersebut. Sebagian lahan di Kota Pontianak, terutama di bagian Selatan merupakan lahan bergambut. Kabupaten Kubu Raya yang merupakan wilayah kabupaten terdekat dengan Kota Pontianak memiliki lahan gambut yang sangat besar, ± 342,984 Ha atau 49,1% dari luas lahan (Meitasari, 2014). Lahan gambut sesuai dengan karakteristiknya merupakan lahan yang mudah terbakar di musim kemarau. Kebakaran ini bisa terjadi secara alami karena cuaca panas dan akibat aktivitas manusia.Dampak langsung dari kebakaran hutan dan lahan adalah pencemaran udara. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya (PP RI No 41 Tahun 1999). Pencemaran udara akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak, hampir dirasakan masyarakat Kota Pontianak secara berulang setiap tahun. Bahkan di Tahun 2014 ini sudah terjadi di awal tahun. Udara yang tercemar menyebabkan masyarakat menghirup udara yang tidak sehat dan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui tingkat pencemaran udara dan akibat yang akan ditimbulkannya untuk melakukan tindakan secara preventif baik secara individual maupun kolektif. Salah satu fasilitas penyediaan informasi tingkat pencemaran udara adalah ISPU atau Indeks Standar Pencemar Udara. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.ISPU ditetapkan berdasarkan lima parameter utama, yaitu: Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen
Dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan Partikel Debu (PM10).Dasar hukum penetapan ISPU adalah Kepmen LH No. 45 Tahun 1997 tentang Indeks Pencemar Udara dan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Pencemar Udara. Penelitian ini dibatasi hanya pada parameter PM10. Karena PM10 merupakan parameter utama yang dapat menjelaskan tingkat pencemaran udara akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan. PM10 merupakan parameter kritis yang perlu mendapat perhatian serius dalam pencemaran udara akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan. PM10 merupakan kependekan dari particulate matter atau partikulat. Partikulat merupakan zat pencemar padat maupun cair yang terdispersi di udara. Partikulat ini dapat berupa debu, abu, jelaga, asap, uap, kabut, atau aerosol. Jenis-jenis partikulat dibedakan berdasarkan ukurannya. Partikel yang sangat kecil dapat bergabung satu sama lain membentuk partikel yang lebih besar (Soedomo, 1999).Partikulat darikegiatan pembakaran lahan dapat berupa karbon (dari pembakaran tidak sempurna), debu, abu, kabut dan asap. Tetapi, yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paruparu. Jika ini yang terjadi, organ pernapasan akan terganggu(Soemirat, 1994). Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah 150 ug/m3(PP RI No 41 Tahun 1999). Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas udara ambien Kota Pontianak dengan hanya melihat parameter PM10,pada saat terjadinya kabut asap pada bulan Pebruari 2014 dan membandingkannya dengan baku mutu udara ambien serta melakukan analisis pencemaran udara berdasarkan angka ISPU dan dampak yang akan ditimbulkannya sehingga masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencemaran udara di Kota Pontianak pada saat terjadinya kabut asap di bulan Pebruari 2014 yang lalu dan bagaimana dampaknya terutama terhadap manusia dan lingkungan. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka atau studi literatur. Penelitian ini diawali dengan memperoleh data kualitas udara ambien dengan parameter PM10, yang merupakan
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...254 kadar ambien nyata selama tiga hariyaitu pada tanggal 4 Pebruari 2014, 5 Pebruari 2014 dan 6 Pebruari 2014, yang merupakan hari-hari dimana tingkat pencemaran kabut asap tertinggi di bulan Pebruari 2014 di Kota Pontianak.Data diperoleh dari Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Kota Pontianak, yang berlokasi di Jalan Alianyang Pontianak.Data dikelompokkan berdasarkan interval waktu setiap dua jam untuk masingmasing hari. Kadar ambiennyata digunakan dalam menghitung nilai ISPU.Nilai ISPU dihitung dengan menggunakan persamaan yang menjadi acuan pada KEP-45/MENLH/10/1997 atau KEP-107/ KABAPEDAL/11/1997. Nilai ISPU dihitung berdasarkan Rumus berikut: (Xx − Xb) + Ib…………………….(1) = I= ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Ambien batas atas Xb = Ambien batas bawah Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran Tabel 1 Batas ISPUParameter PM10 ISPU 24 jam PM10(µg/m3) 50 50 150 100 350 200 420 300 500 400 600 500 Tabel 2.Nilai, Kategori dan Pengaruh ISPU Parameter Partikulat Indeks 0 - 50 51 - 100
Katagori Baik Sedang
101 - 199
Tidak sehat
200 - 299
Sangat tidak sehat
300 - lebih
Berbahaya
Dampak Tidak ada efek Terjadi penurunan jarak pandang Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu di mana-mana Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asthma dan bronhitis Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Setelah diperoleh nilai ISPU, maka akan dilakukan analisis dan evaluasi dengan melihat katagorinya menurut Lampiran II KEP107/Kabapedal/11/1997. Katagori diperlukan
dalam memberikan penilaian kualitatif terhadap nilai ISPU yang ada.Dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dianalisis dengan mengacu pada Lampiran III KEP-107/Kabapedal/11/1997.Nilai, katagori dan pengaruh ISPU untuk parameter partikulat dapat dilihat dalam Tabel 2. HASIL Data kualitas udara ambien dengan parameter PM10 yang diperoleh dari Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Kota Pontianak, untuk Tanggal 4, 5 dan 6 Pebruari 2014, dalam durasi dua jam adalah sebagai berikut: Tabel 3Data Kualitas Udara Ambien Kota Pontianak Tanggal 4,5,6 Pebruari 2014 Waktu Kadar Ambien, PM10 (µg/m3) 4 Peb 5 Peb 6 Peb 00.00 385,0 385 385,0 02.00 438,7 438,7 438,7 04.00 351,6 591,2 551,9 06.00 258,2 512,7 784,2 08.00 69,0 240,9 367,4 10.00 44,6 75,4 211,2 12.00 17,6 42,0 65,3 14.00 53,1 17,7 136,3 16.00 83,5 48,7 131,7 18.00 61,9 69,5 122,0 20.00 66,4 51,3 12,8 22.00 158,7 50,1 107,9 Tanggal 4 Pebruari konsentrasi PM10 maksimum terjadi pada pukul 02.00 dengan konsentrasi sebesar 438,7 µg/m3 dan konsentrasi minimum terjadi pada pukul 12.00 dengan konsentrasi sebesar 17,6 µg/m3. Sedangkan Tanggal 5 Pebruari konsentrasi PM10 maksimum mencapai angka 591,2µg/m3terjadi pada pukul 04.00, dan minimum pada pukul 14.00 dengan konsentrasi sebesar 17,7 µg/m3. Tanggal 6 Pebruari konsentrasi PM10 maksimum 784,2 µg/m3 pada pukul 06.00 dan minimum pada pukul 20.00 dengan konsentrasi sebesar 12,8 µg/m3. ISPU kadar udara ambien dapat ditentukan angka ISPU berdasarkan Persamaan (1). Hasil perhitungan angka ISPU dalam durasi dua jam berturut-turut untuk tanggal 4, 5, dan 6 Pebruari 2014 dapat dilihat pada Tabel 4, berikut:
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...255 Tabel 4Angka ISPU PM10 Kota Pontianak Tanggal 4, 5, 6 Pebruari 2014 Waktu Angka ISPU, PM10 4 Peb 5 Peb 6 Peb 00.00 250 250 250 02.00 323 323 323 04.00 202 514 465 06.00 154 416 755 08.00 60 145 225 10.00 45 63 131 12.00 18 42 58 14.00 52 18 93 16.00 67 49 91 18.00 56 60 86 20.00 58 51 13 22.00 104 50 79 Pada Tanggal 4 Pebruari 2014 angka ISPU berkisar antara 18 dan 323. ISPU rata-rata yang terjadi pada hari itu sebesar 115,75. Angka ISPU Tanggal 5 Pebruari berkisar antara 18 dan 514, dengan angka rata-rata sebesar 165,08. Tanggal 6 Pebruari angka ISPU berada pada angka 13 dan 755, sedangkan angka ISPU rata-ratanya sebesar 214,08 yang merupakan angka ISPU rata-rata tertinggi selama tiga hari. PEMBAHASAN Konsentrasi Udara Ambien, PM10 Tabel 3, terlihat bahwa untuk seluruh hari, tanggal 4, 5, 6 Pebruari 2014 yang merupakan hari Selasa, Rabu dan Kamis, dari pukul 00.00 sampai dengan 06.00 kadar udara ambien parameter PM10 berada di atas ambang batas yang diperbolehkan yaitu 150 ug/m3.Kondisi ini menunjukkan bahwa sudah terjadi pencemaran udara. Pada pukul 08.00 konsentrasi udara ambien PM10 tanggal 5 dan 6 Pebruari 2014 masih berada di atas ambang batas, sedangkan untuk tanggal 4 Pebruari 2014 sudah berada di bawah ambang batas dengan konsentrasi sebesar 69 ug/m3, kemudian pada pukul 10.00 kualitas udara ambien tanggal 6 Pebruari masih berada di atas ambang batas, sedangkan tanggal 5 Pebruari sudah berada di bawah ambang batas. Untuk tanggal 5 dan 6 Pebruari, pada pukul 08.00 sampai dengan 10.00, berdasarkan pengamatan langsung, atmosfer terlihat diselimuti oleh kabut asap yang pekat. Berbeda dengan tanggal 4 Pebruari, pada waktu yang sama atmosfer relatif cerah sehingga penetrasi cahaya matahari menjadi lebih baik. Sejak pukul 12.00 seluruh kadar udara ambien untuk seluruh hari sudah berada di bawah
ambang batas sampai dengan pukul 20.00. Pada pukul 22.00, untuk tanggal 5 dan 6 Pebruari konsentrasi ambien PM10 mulai mendekati kembali ambang batas, masing-masing sebesar 50,1 dan 107,9 ug/m3 sedangkan untuk tanggal 4 Pebruari pada pukul 22.00, telah melampaui baku mutu atau ambang batas yang diperbolehkan. Data yang ada, secara umum konsentrasi udara ambien mulai naik dari pukul 22.00 dan terus naik di pukul 00.00, 02.00, 04.00, hingga pukul 06.00 dan menurun kemudian dari pukul 08.00, dan cenderung stasioner hingga pukul 20.00. Atau dengan kata lain bahwa konsentrasi PM10akan lebih tinggi pada malam hari, terus naik pada dini hari dan akan turun pada pagi hari. Pada siang hari konsentrasi mencapai angka minimum.Peningkatan konsentrasi kembali mulai terlihat pada sore hari.Hal ini terjadi karena adanya perbedaan temperatur di permukaan bumi dan atmosfer, bahwa pada waktu malam, dinihari dan pagi hari suhu dipermukaan bumi lebih dingin dari atmosfer.Terutama pada waktu dini hari, karena proses pengembunan. Kabut asap selalu terjadi pada musim panas atau kemarau. Pada musim panas akan terjadi penguapan yang besar pada siang hari, dan sebaliknya akan terjadi pengembunan pada malam hari, dinihari dan waktu pagi hari, terutama adalah pada waktu dinihari. Semakin tinggi suhu di permukaan bumi dan atmosfer, maka akan semakin tinggi penguapan di siang hari dan akan semakin tinggi pula pengembunan yang akan terjadi pada malam harinya. Rendahnya temperatur menyebabkan kondisi atmosfer dalam keadaan diam (statis), pergerakan konveksi akansangat kecil. Dalam keadaan ini kemampuan pengenceran dan penyebaran polutan, termasuk PM10 akan relatif kecil sehingga konsentrasi PM10 cenderung tertahan di permukaan bumi. Ini merupakan fenomena pergerakan polutan secara vertikal. Pada waktu pagi menjelang siang, seiring dengan adanya radiasi cahaya matahari secara berangsurangsur suhu di permukaan bumi akan naik. Maka proses pengenceran polutan akan semakin meningkat. Pada siang hari, suhu permukaan bumi yang lebih panas dibandingkan atmosfir menyebabkan pergerakan atau dispersi polutan secara vertikal cenderung bergerak ke atas, dan kondisi atmosfer lebih stabil sehingga konsentrasi PM10akanlebih rendah dibandingkan pada malam hari, dinihari dan pagi hari. Temperatur yang lebih tinggi akanmenyebabkan terjadinya pemuaian udara yang menyebabkan polutan termasuk PM10 menjadi terencerkan (dilusi). Pada siang hari pergerakan konvektif dan pencampuran besar,
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...256 potensi disfersi atmosfer akan juga besar, sehingga emisi pencemar dapat lebih disebarkan dan diencerkan dalam ruang pencampur (mixing layer) yang besar (Soedomo, 1999).Adanya angin darat dan laut juga turut berpengaruh dalam kondisi ini karena Kota Pontianak berada di daerah pesisir bila dibandingkan dengan sumber kebakaran lahan yang berada lebih ke darat atau relatif menuju daerah pegunungan.Pada malam hari karena perbedaan temperatur daratan dan lautan, angin darat bertiup dari darat ke laut dengan ikut membawa seluruh polutan yang berasal dari daratan, tidak terkecuali PM10. Maka akan terjadi pergerakan polutan secara horizontal, menuju lautan. Posisi Kota Pontianak yang berada di pesisir menyebabkan Kota Pontianak menerima polutan lebih besar pada malam hari.Sebaliknya pada siang hari angin laut bertiup dari lautan ke daratan. Maka akan terjadi proses sebaliknya. Polutan yang ada pada daerah pesisir seperti Pontianak akan terbawa jauh lebih ke darat, atau dengan kata lain akan terjadi pergerakan polutan secara horizontal meninggalkan Kota Pontianak ke daerah hulu atau daerah pegunungan yang lebih tinggi. Tanggal 4 Pebruari 2014 konsentrasi tertinggi PM10terjadi pada pukul 02.00, sebesar 438,7 µg/m3, lebih tinggi dibandingkan konsentrasi dua jam sebelumnya pada pukul 00.00, yang konsentrasinya sebesar 385 µg/m3 namun keduanya sudah jauh di atas ambang batas sebesar 150 µg/m3 dan kemudian mulai turun pada jam-jam berikutnya, tetapi sampai pada pukul 06.00 masih tetap di atas ambang batas baku mutu yang diperbolehkan. Konsentrasi di bawah baku mutu baru terjadi dua jam kemudian pada pukul 08.00. Konsentrasi terendah terjadi pada pukul 12.00 sebesar 17.6 µg/m3.Kemudian secara perlahan mulai kembali naik. Terjadi kenaikan signifikan pada pukul 22.00, dari 66,4 µg/m3 pada pukul 20.00 hingga 158,7 µg/m3 pada pukul 22.00. Selain faktor temperatur dan arah angin, faktor kelembaban juga mempengaruhi konsentrasi PM10 di atmosfer pada waktu dinihari, pagi, siang dan malam.Pada tanggal 4 Pebruari 2014, suhu terendah diperkirakan terjadi pada pukul 02.00. Karena rendahnya suhu udara maka kelembaban udara pada waktu tersebut akan sangat tinggi. Tingginya kandungan uap air di udara menyebabkan polutan, PM10 sukar untuk terencerkan.Sehingga konsentrasi PM10 pada pukul 02.00 mencapai angka tertinggi. Naiknya suhu dengan 51,3 µg/m3, namun masih di bawah ambang batas.
secara perlahan seiring dengan semakin tingginya intensitas radiasi sinar matahari akan menyebabkan kelembaban semakin menurun. Puncaknya terjadi pada pukul 12.00 dimana kelembaban udara sangat rendah. Kelembaban yang rendah menyebabkan konsentrasi polutan, PM10akan dengan mudah terencerkan. Faktor temperatur dan kelembaban juga dapat menjelaskan mengapa konsentrasi polutan PM10 pada pukul 22.00 lebih besar dibandingkan pukul 20.00. Tanggal 5 Pebruari, konsentrasi tertinggi tidak terjadi pada pukul 02.00 seperti halnya tanggal 4 Pebruari 2014 tetapi terjadi pada pukul 04.00, sebesar 591,2 µg/m3. Diperkirakan suhu terendah terjadi pada pukul 04.00 dinihari. Sehingga angka kelembaban juga akan tinggi. Sukarnya polutan terencerkan karena udara yang lembab menyebabkan konsentrasi PM10 mencapai angka tertinggi pada pukul 04.00 tersebut. Terjadi kenaikan konsentrasi PM10 dari pukul 00.00 sampai pukul 04.00, seiring dengan naiknya angka kelembaban, kemudian konsentrasi mulai turun seiring dengan naiknya suhu permukaan bumi dan turunnya angka kelembaban atmosfer hingga pukul 14.00 yang merupakan konsentrasi PM10 minimum dengan nilai konsentrasi sebesar 17,7 µg/m3. Selanjutnya konsentrasi naik kembali hingga pukul 18.00, dan kemudian relatif turun hingga pukul 22.00.Turun naiknya konsentrasi pada pukul 16.00 - 22.00, tidak jauh berbeda dan relatif stabil.Pada jam-jam tersebut tidak ada perbedaan temperatur yang berarti.Selain itu aktivitas manusia di permukaan bumi dan faktor cuaca, terutama arah angin juga berpengaruh.Konsentrasi di atas ambang batas terjadi pada pukul 00.00 sampai dengan 08.00 (dini hari sampai pagi hari). Pada jam-jam tersebut konsentrasi berkisar antara 385 µg/m3 sampai dengan 591,2 µg/m3, jauh di atas ambang batas yang hanya 150 µg/m3. Pada siang hari pukul 10.00 - 14.00, konsentrasi relatif rendah berkisar antara 17,7 µg/m3 sampai dengan 75,4 µg/m3, berada di bawah baku mutu. Terjadi penurunan yang signifikan dari pukul 08.00 ke pukul 10.00, pada waktu tersebut intensitas cahaya matahari cukup tinggi sehingga permukaan bumi cepat menjadi panas. Pada sore hari, pukul 16.00 18.00 secara umum konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan siang hari dengan konsentrasi sebesar 48,7 µg/m3 sampai dengan 69,5 µg/m3. Pada malam hari pukul 20.00 – 22.00 konsentrasi ada di angka 50.1 µg/m3 sampai Sama halnya dengan hari-hari sebelumnya untuk tanggal 6 Pebruari 2014, konsentrasi tinggi terjadi dari dinihari hingga waktu pagi hari, bahkan
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...257 hingga pukul 10.00, dengan konsentrasi rata-rata sebesar 456,4 µg/m3, jauh di atas ambang batas 150 µg/m3. Dari pukul 00.00 – 06.00 terjadi kenaikan konsentrasi, dan mencapai angka maksimal sebesar 784,2 µg/m3. Konsentrasi PM10 ini merupakan konsentrasi tertinggi selama tiga hari. Semakin tingginya emisi dari sumber titik api diduga menjadi penyebab utama di samping pengaruh akumulasi polutan hari-hari sebelumnya dan dinamika atmosfer yang ada, berupa temperatur, kelembaban dan arah angin. Konsentrasi polutan kabut asap yang tinggi menyelimuti permukaan bumi menyebabkan sinar matahari menjadi sukar untuk penetrasi ke permukaan bumi. Hal ini menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi terlambat panas.Namun peran dari pada radiasi cahaya matahari tetap tidak bisa diabaikan.Hal ini terlihat bahwa mulai pukul 08.00 pada waktu pagi, hingga siang hari pukul 12.00 konsentrasi terlihat turun, walaupun agak lambat. Sehingga sampai pukul 10.00 masih di atas 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
ambang batas dari baku mutu. Namun terjadi penurunan yang signifikan dari pukul 10.00 ke pukul 12.00 seiring dengan semakin tingginya aktivitas manusia turut menyebabkan kenaikan suhu udara dipermukaan bumi.Aktivitas kendaraan bermotor dapat meningkatkan suhu permukaan bumi. Konsentrasi minimal tercapai pada pukul 12.00 dengan konsentrasi sebesar 65,3 µg/m3. Pada siang menjelang sore, pukul 14.00 - 18.00 konsentrasi cenderung stasioner, tidak ada perubahan yang berarti berkisar antara 122 sampai dengan 136,3 µg/m3. Secara umum pada waktu dinihari dan pagi hari sampai pukul 10.00 pagi konsentrasi masih di atas ambang batas.Sedangkan pada waktu siang hingga malam hari konsentrasi di bawah ambang batas. Kualitas udara ambien PM10 dalam interval dua jam pada tanggal 4, 5, 6 Pebruari 2014 dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 22.00, dengan membandingkannya dengan baku mutu diilustrasikan pada Gambar 1 berikut ini.
04-Feb-14 05-Feb-14 06-Feb-14 Baku Mutu Lingkungan
Gambar 1. Kualitas Udara Ambien Parameter PM10 mungkin terjadi adalah timbulnya kecelakaan lalu lintas bagi kendaraan roda dua dan empat di darat, ISPU kendaraan air di sungai maupun di laut dan Tabel 4terlihat bahwa untuk tanggal 4 gangguan penerbangan.Nilai ISPU rata-rata pada Pebruari 2014, ISPU tertinggi terjadi pada pukul waktu siang (pukul 12.00 sampai dengan 14.00) 02.00 dinihari dengan angka ISPU mencapai 323, sebesar 35, termasuk katagori baik, relatif tidak yang tergolong katagori berbahaya. Artinya menimbulkan efek apa-apa, kecuali sedikit berbahaya bagi semua populasi yang penurunan jarak pandang.Masyarakat tetap terpapar.Angka ISPU untuk tanggal 4 Pebruari disarankan menggunakan masker dan apabila secara umum berkisar antara 18 sampai dengan menggunakan kendaraan bermotor tetap 323. Angka ISPU rata-rata pada waktu dini hari menghidupkan lampu. Nilai ISPU rata-rata pada (pukul 00.00 sampai dengan 04.00) adalah 258,3 waktu sore (pukul 16.00 sampai dengan 18.00) termasuk katagori sangat tidak sehat. Nilai ISPU sebesar 61,5 dan ISPU pada waktu malam (pukul katagori tidak sehat berpotensi meningkatkan 20.00 sampai dengan 22.00) adalah sebesar 81. sensitivitas bagi penderita asthma dan bronhitis, Angka ISPU pada waktu sore dan malam ini terutama anak-anak. Rata-rata ISPU pada waktu termasuk katagori sedang dengan dampak berupa pagi hari (pukul 06.00 sampai dengan 10.00) penurunan jarak pandang.Masyarakat terutama adalah 86,3. Angka ini termasuk katagori anak-anak disarankan untuk mengurangi aktivitas sedang.Dampak yang ditimbulkannya dapat berupa di luar rumah pada sore dan tidak melakukan penurunan jarak pandang.Dampak lanjutan yang aktivitas di luar rumah pada malam hari.Dari angka
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...258 yang ada sepanjang hari, pada tanggal 4 Pebruari, terjadi penurunan katagori dari berbahaya, menuju sedang dan selanjutnya tidak berbahaya dari dini hari, pagi dan siang.Sebaliknya terjadi kenaikan katagori ISPU untuk waktu siang, sore dan malam, dari tidak berbahaya menjadi katagori sedang.Tidak terjadi perbedaaan angka ISPU yang berarti antara waktu sore dan malam. Tanggal 5 Pebruari angka ISPU katagori berbahaya terjadi pada pukul 02.00, 04.00 dan 06.00. Puncaknya terjadi pada pukul 04.00 dengan angka ISPU mencapai 514.Pencemaran udara ini termasuk tingkat berbahaya untuk seluruh populasi makhluk hidup tidak saja manusia tetapi juga flora dan fauna.Salah satu dampak yang muncul adalah terhadap kegiatan transportasi.Kendaraan darat baik roda dua maupun empat sudah mulai ramai menjelang pukul 05.00. Lalu lintas kendaraan air seperti kapal angkutan penumpang dan barang di muara Sungai Kapuas, tongkang bahkan sudah mulai beberapa jam sebelumnya. Feri di sungai dan kendaraan air seperti speedboat dan lain-lain sudah memulai aktivitas pada pukul 05.00.Katagori sangat tidak sehat terjadi pada pukul 00.00.Dampak yang ditimbulkannya dapat berupa peningkatan sensitivitas bagi pasien asthma dan bronhitis.Katagori tidak sehat terjadi pada pukul 08.00 dengan dampak berupa penurunan jarak pandang dan pengotoran debu di mana-mana.Pada pukul 10.00 ISPU sudah berkatagori sedang. Katagori baik, di mana angka ISPU < 50, baru tercapai pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00 di sore hari. Udara ambien berkatagori baik ini terjadi kurang lebih selama 4 jam.Dalam waktu tersebut masyarakat sudah dapat melakukan aktivitas seperti biasa.Namun tetap disarankan menggunakan masker apabila keluar rumah menggunakan kendaraan bermotor, terutama roda dua.Selanjutnya angka ISPU beranjak naik menuju sedang.Terjadi kenaikan angka ISPU yang signifikan dari pukul 22.00 menuju pukul 00.00 menjelang dini hari tanggal 6 Pebruari 2014. Angka ISPU rata-rata pada tanggal 5 Pebruari, di waktu dinihari (pukul. 00.00 sampai dengan 04.00) mencapai angka 362,3 pada waktu tersebut aktivitas masyarakat Kota Pontianak di luar rumah masih sangat sedikit. Angka ISPU ratarata pada waktu pagi hari (pukul. 06.00 sampai dengan 10.00) adalah 208.Waktu ini merupakan waktu masyarakat memulai aktivitasnya di luar rumah.Diantaranya adalah anak-anak yang pergi ke sekolah.Bahkan pada pukul 06.00 angka ISPU masih dalam katagori berbahaya. Kebijakan penundaan jam masuk sekolah hingga meliburkan anak-anak sekolah terutama sekolah dasar dapat
direkomendasikan. Angka ISPU rata-rata pada waktu siang hari (pukul 12.00 sampai dengan 14.00) adalah 30 dan pada waktu sore hari (pukul 16.00 sampai dengan 18.00) adalah 54,5. Sedangkan pada waktu malam hari (pukul 20.00 sampai dengan 22.00) adalah 50,5. Dari siang, sore hingga malam hari berkatagori baik hingga sedang.Merupakan durasi waktu yang relatif panjang bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas di luar rumah.Namun masyarakat tetap disarankan untuk menggunakan masker apabila keluar rumah dan direkomendasikan untuk mengurangi kegiatan di luar rumah pada malam hari. Sepanjang hari tanggal 6 Pebruari 2014 angka ISPU berkisar pada angka 13 sampai dengan 755.Termasuk katagori baik sampai berbahaya.Terjadi rentang yang jauh antara angka ISPU tertinggi dan terendah.Ini merupakan keunikan tersendiri untuk angka ISPU pada tanggal 6 Pebruari dibandingkan angka ISPU hari-hari sebelumnya, tanggal 4 dan 5 Pebruari 2014. ISPU tertinggi justru terjadi pada pukul 06.00 di waktu pagi, dimana masyarakat akan memulai aktivitas hariannya. Angka ISPU tersebut merupakan angka ISPU tertinggi selama tiga hari.Dalam kondisi udara ambien dengan ISPU tergolong berbahaya sangat tidak baik bagi anak-anak dan penderita asthma dan bronhitis.Anak-anak seharusnya sudah tidak ada lagi yang melakukan kegiatan di luar rumah, termasuk perjalanan menuju sekolah.Angka ISPU terendah justru terjadi pada waktu malam pukul 20.00, dan merupakan angka ISPU terendah selama tiga hari berturut-turut.Sepanjang hari tanggal 6 Pebruari, dimulai dari pukul 00.00 dengan katagori sangat tidak sehat. Terjadi peningkatan angka ISPU yang signifikan apabila kita lihat ISPU pukul 22.00 tanggal 5 Pebruari malam yang hanya sebesar 50, katagori baik.Dari pukul 02.00 sampai dengan pukul 06.00 angka ISPU tergolong berbahaya, sesuai dengan konsentrasi PM10 yang terukur.Katagori berbahaya baru berubah menjadi sangat tidak sehat ketika memasuki pukul 08.00.Selanjutnya turun menjadi katagori tidak sehat pada pukul 10.00. Melihat kondisi ini maka dampak yang ditimbulkan oleh kabut asap, selain berdampak pada sektor kesehatan, juga secara langsung mempengaruhi sektor transportasi baik darat, laut dan udara dan pada akhirnya akan menyentuh sektor ekonomi di Kalimantan Barat, karena Kota Pontianak merupakan pusat perdagangan dan jasa, ibu kota provinsi. Penurunan jarak pandang menyebabkan gangguan lalu lintas di sungai, mengingat Sungai Kapuas yang membelah Kota Pontianak
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...259
ISPU
merupakan urat nadi perhubungan dan padatnya lalu lintas kendaraan air bagi kendaraan air seperti sampan, speedboat, tongkang dan kapal. Dampak yang ditimbulkan terhadap transportasi udara berupa penundaan jadwal penerbangan ke dan dari Pontianak. Waktu siang hingga sore pukul 18.00, ISPU yang terhitung tergolong dalam katagori sedang dan terus turun hingga pukul 20.00, yang merupakan ISPU terendah dan kemudian kembali 800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
naik. Pada pukul 22.00 angka ISPU sudah naik pada angka 79. Angka ISPU katagori baik hanya berlangsung dua jam saja, dan terjadi pada malam hari. Jadi untuk tanggal 6 Pebruari tidak ada waktu masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah dengan kondisi udara ambien katagori baik. Pergerakan angka ISPU dari pukul 00.00 sampai dengan 22.00 pada tanggal 4, 5 dan 6 Pebruari 2014 diilustrasikan dalam Gambar 2 berikut ini.
04-Feb-14 05-Feb-14 06-Feb-14
Gambar 2. Angka ISPU PM10 Bulan Pebruari 2014 KESIMPULAN Faktor temperatur atmosfer dan kelembaban udara, arah angin dan intensitas cahaya matahari mempengaruhi tingginya konsentrasi polutan PM10 di udara dan angka ISPU yang dihitung. Posisi Kota Pontianak yang berada di pesisir menyebabkan faktor angin darat dan angin laut menjadi faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi polutan, tidak terkecuali PM10.Temperatur dan kelembaban berpengaruh terhadap dispersi polutan secara vertikal dan arah .
angin berpengaruh terhadap disapersi polutan secara horizontal. Angka ISPU tertinggi dalam katagori berbahaya terjadi pada dini hari hingga pagi hari, dan terendah pada siang hari.Penetrasi cahaya matahari yang rendah menyebabkan suhu permukaan bumi pada siang hari, sore hari dan tidak jauh berbeda, sehingga angka ISPU keduanya relatif sama. Faktor penetrasi cahaya matahari juga dapat menyebabkan lamanya perubahan katagori ISPU dari berbahaya menjadi tidak berbahaya, di pagi hari
DAFTAR PUSTAKA Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup., 1997, Keputusan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, Jakarta. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Republik Indonesia., 1997, Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep107/KABAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Jakarta
Meitasari I., 2014, Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kuantitas Air Dengan Pendekatan Neraca Air Tanaman, Jurusan Teknik Lingkungan Untan Pemerintah Republik Indonesia., 1999, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta Soemirat J., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press Soedomo M., 1999, Pencemaran Udara, Jurusan Teknik Lingkungan-ITB.
Winardi, Analisis Kualitas Udara Kota ...260