TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Analisis Kualitas Perseptual sebagai Alat Evaluasi Perumahan Gated Community di Kota Medan Angela C. Tampubolon Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.
Abstrak Metode analisis kualitas perseptual merupakan salah satu metode penilaian kualitas lingkungan perumahan dan permukiman yang telah digunakan dan dikembangkan. Komunitas berpagar atau gated community merupakan salah satu fenomena di dalam konteks perumahan dan permukiman yang terjadi di Kota Medan. Komunitas berpagar atau gated community memiliki karakteristik fisik dan sosial yang cenderung berbeda dengan lingkungan hunian pada umumnya. Tulisan ini bertujuan menemukan metode analisis kualitas perseptual yang dapat digunakan pada perumahan gated community melalui hasil pertimbangan keunggulan dan kelemahan metode masing-masing preseden penelitian perumahan permukiman. Melalui preseden ditemukan beberapa metode, yaitu Principal Component Analysis (PCA) untuk mengkategorikan penghuni dan sudut pandang penilaian, Individual Differences Scaling (IDS) untuk mengelompokkan sosio-demografi penghuni yang menjadi gambaran karakteristik lingkungan hunian, dan Hierarchical Multiple Regression (HMR) untuk meninjau penilaian kualitas lingkungan hunian berdasarkan nilai kepuasan dan gangguan. Ditemukan bahwa setiap metode dapat digunakan dengan penentuan tipe sampling dan variabel setara yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian. Kata-kunci : gated community, kualitas, lingkungan hunian, metode, perseptual
Pengantar Hubungan antara penghuni terhadap lingkungan hunian pada berbagai tingkatan, seperti unit hunian, ketetanggaan (neighbourhood), hingga skala kota, merupakan topik yang sering ditemukan pada kajian Perilaku Lingkungan atau Environmental Psychology (lihat Tognoli, 1987; Lawrence, 2002). Lingkungan bertetangga (neighbourhood) merupakan level penelitian menengah yang memungkinkan adanya pertimbangan antara struktur swasta dan publik. Hal ini berbeda jika dibandingkan level penelitian pada skala rumah atau kota yang berpihak pada salah satu struktur. Ketetanggaan berfungsi sebagai penghubung antara skala rumah dengan skala kota dilihat dari persepsi dan tindakan masyarakat mengenai lingkungan perumahan (Bonaiuto & Bonnes, 1996).
Penelitian melalui pendekatan perseptual penghuni merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi kualitas lingkungan hunian. Beberapa metodologi terkait identifikasi kualitas telah dikembangkan. Analisis objektif dari konsep individual terhadap kualitas lingkungannya merupakan hal yang cenderung sulit dilakukan. Pemahaman yang kompleks mengenai konsep ini dihasilkan dari stimuli lingkungan yang terbentuk baik secara fisik maupun sosial. Stimuli atau rangsangan ini cenderung tidak dapat diterjemahkan secara sederhana karena dipersepsikan secara subjektif. Sebuah lingkungan hunian memiliki berbagai macam atribut yang membentuk karakteristik lingkungan. Untuk dapat meneliti kualitas lingkungan hunian tersebut, maka diperlukan metode penelitian yang mengikutsertakan seluruh atribut pembentuk lingkungan. Masing-masing atribut saling berhubungan yang membentuk Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 001
Analisis Kualitas Perseptual sebagai Alat Evaluasi Perumahan Gated Community di Kota Medan
kualitas secara teknis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian kualitas secara perseptual sebuah lingkungan hunian sebaiknya diinterpretasikan sebagai suatu konsep struktur multi-atribut (Van Poll, 1997). Komunitas berpagar (gated community) adalah kawasan permukiman dengan akses terbatas yang membuat ruang publik menjadi privat. Terdapat pengendalian akses melalui pembentukan batas-batas fisik, seperti dinding, pagar, gerbang atau adanya penjaga pintu masuk. Komunitas berpagar dapat berupa perumahan baru dan perumahan lama namun dikelilingi barikade di sekeliling kawasan perumahan. Fasilitas yang terbuka untuk umum dibatas aksesnya sehingga hanya penghuni kawasan komunitas berpagar saja yang dapat menggunakannya (Blake & Snyder, 1998). Blake & Snyder (1997) mengklasifikasikan komunitas berpagar berdasarkan motivasi uta-ma penghuni ke dalam tiga kategori utama. Kategori pertama adalah komunitas gaya hidup, terlihat dari pemisahan lewat terdapat gerbang keamanan dan adanya fasilitas rekreasi di dalamnya, seperti klub dan golf. Kategori kedua adalah komunitas elit, terlihat dengan adanya pembatas wilayah untuk melambangkan perbedaan dan prestise. Hal ini membentuk dan mengamankan tingkatan sosial tertentu. Kedua kategori ini merupakan bentuk yang tercipta karena adanya keinginan internal penghuni untuk memaksimalkan kehidupan sehingga terbentuk kecenderungan komunitas yang artifisal, homogen, dan tingkatan keamanan, baik secara fisik maupun sosial. Kategori ketiga adalah komunitas zona keamanan, dilihat dari motivasi utama pembentukan kawasan adalah perlindungan terhadap rasa takut akan kejahatan dan faktor keberadaan orang asing. Gerbang atau barikade dapat mengurangi akses dan mencegat orang luar untuk masuk. Warga memiliki kendali atas lingkungan mereka agar tidak ada perubahan kondisi. Berdasarkan ketiga tipologi gated community tersebut membentuk karakteristik dari fisik perumahan. Blake & Snyder (1997) meng-
G 002 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
identifikasi empat aspek di dalam sebuah model perumahan, yaitu : 1. Fungsi dari pagar (functions of enclosure), 2. Sarana keamanan dan pembatas (security features and barriers), 3. Kenyamanan dan fasilitas di dalamnya (amenities and facilities included), 4. Tipe penghuni (type of residents). Hal ini menimbulkan asumsi bahwa komunitas berpagar memiliki atribut fisik yang cenderung berbeda dengan yang tidak berpagar. Menurut Leisch (2002) dalam Widhyharto (2009), komunitas berpagar di Indonesia menunjukkan kecenderungan pengelompokan hunian daripada pembentukan sebuah komunitas. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada perbedaan yang signifikan antara interaksi masyarakat di dalam pagar dengan yang tidak. Komunitas berpagar di Indonesia lebih untuk kalangan orang kaya. Keberadaan komunitas berpagar merupakan fenomena yang sedang bertumbuh di Kota Medan. Beberapa perumahan dengan skala besar, seperti Perumahan Taman Setia Budi Indah, Perumahan Bumi Asri, dan Perumahan Cemara Asri, merupakan contoh kecil dari kemunculan fenomena ini. Komunitas berpagar dalam skala kecil juga mulai bermunculan sebagai salah satu tren perkembangan pe-rumahan. Pada artikel ini, komunitas berpagar dipandang sebagai lingkungan hunian dengan karateristik fisik yang berbeda sehingga cen-derung menciptakan kualitas lingkungan yang berbeda. Dalam artikel ini akan dibahas metodologi yang dipakai beberapa preseden dalam mengidentifikasi suatu lingkungan perumahan dan permukiman, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, keunggulan dan kelemahannya, serta implikasinya. Tujuan dari artikel ini adalah menemukan metode penelitian yang cenderung baik digunakan di dalam mengukur kualitas lingkungan hunian, khususnya pada komunitas berpagar (gated community) di Kota Medan. Metode Metode yang digunakan adalah metode kualitatif (Creswell, 2008) dengan sifat penelitian deskriptif (Groat & Wang, 2002). Penelitian deskriptif
Angela C. Tampubolon
digunakan untuk memaparkan metode yang digunakan oleh preseden penelitian yang dipilih sehingga ditemukan keunggulan dan kelemahan masing-masing preseden. Metode Pengumpulan Data Penelitian deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan studi pustaka berupa beberapa contoh preseden penelitian dalam cakupan perumahan dan permukiman yang berkaitan dengan analisis kualitas perseptual. Metode Analisis Data Beberapa contoh preseden rancangan analisis kualitas perseptual akan dipaparkan. Cakupan preseden disesuaikan dengan perumahan gated community sebagai bagian dari level menengah penelitian lingkungan bertetangga. Paparan akan didasarkan pada analisis penulis terhadap tujuan dan manfaat penelitian, jumlah dan periode waktu, waktu pengamatan, teknik sampling, teknik pengambilan data. Analisis data dilanjutkan dengan memaparkan keunggulan dan kekurangan preseden di dalam menggunakan analisis kualitas perseptual. Analisis dan Interpretasi Preseden penelitian pertama berjudul “Evaluative structure of perceived residential
environment quality in high-density and mixeduse urban settings: An exploratory study on Taipei City” (Tu & Lin, 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur evaluasi internal dari para penghuni perumahan dan permukiman di Kota Taipei dalam memperoleh kualitas lingkungan hunian yang padat penduduk dan tata penggunaan ruang campuran (mixed-use). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui dua tahapan pengumpulan data. Tahap pertama dilakukan interview eksploratori untuk memperoleh pandangan dan perhatian umum dari para penduduk Kota Taipei terhadap kualitas lingkungan hunian yang ditempati. Teknik pengumpulan data interview menggunakan pertanyaan terbuka yang masing-masing jawaban direkam dan kemudian ditranskrip ke dalam bentuk tulisan. 16 orang penghuni menjadi sampel penelitian
pada tahap pertama. Hasil pengumpulan data kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kuantitatif content analysis sehingga diperoleh 45 item korespondensi yang akan dikembangkan menjadi pertanyaan kuesioner untuk tahap pengumpulan data kedua. Pengumpulan data dilanjutkan dengan kuesioner yang masing-masing pertanyaan dikembangkan dari 45 item korespondensi dan disebarkan secara acak ke 240 penduduk dari 80 bangunan hunian yang terletak pada zona hunian-komersial. Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kuantitatif Principal Component Analysis (PCA) untuk diperoleh skala mayoritas dan faktor-faktor dari struktur evaluasi internal penduduk. Hasil PCA menunjukkan bahwa kualitas lingkungan hunian menurut perseptual penduduk dilihat dari enam skala evaluasi, yaitu desain dan perencanaan, keamanan dan hubungan sosial, transportasi dan jasa komersial, suasana perumahan, kesehatan lingkungan, dan manajemen fasilitas. Enam skala evaluasi ini terbentuk dari sebelas faktor yang mendasarinya. Kesebelas faktor tersebut yaitu akses lantai dasar dan streetscape, ruang terbuka dan area hijau, tampilan bangunan dan lansekap, keamanan publik, interaksi sosial dan bantuan, jasa transportasi, jasa komersial, rasa tidak aman, rasa tertekan, polusi lingkungan, dan manajemen pemeliharaan. Enam skala evaluasi ini ditemukan kemiripannya dengan empat fundamental aspek-aspek evaluasi, yaitu aspek spasial, manusia, fungsional, dan, kontekstual. Preseden penelitian kedua berjudul “Perceived
quality of neighbourhoods in a city in Northwest Spain: An Individual Differences Scaling Approach” (Garcia-Mira, Arce, & Sabucedo, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Individual Differences Scaling (IDS) berdasarkan teknik yang dikembangkan oleh Carroll & Chang (1970). IDS adalah pengukuran multi-dimensional yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkarakteristik skala internal ‘subjektif’ yang dinilai pelaku pada berbagai jenis objek. IDS dikenal sebagai salah satu teknik dari Multidimensional scaling (MDS) yang dianggap cocok untuk menganalisis preferensi pelaku terhadap berbagai objek. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi data personal dan sebanyak 226 buah Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 003
Analisis Kualitas Perseptual sebagai Alat Evaluasi Perumahan Gated Community di Kota Medan
kuesioner yang disebarkan ke pelajar di sembilan sekolah menengah atas. Kuesioner tersebut kemudian dibawa pulang untuk dapat dijawab oleh anggota keluarga yang berusia 18 tahun ke atas. 15 buah kuesioner disebarkan ke kalangan profesional yang bekerja di bidang perencanaan kota dan arsitektur. Dari 241 kuesioner, 41 buah kuesioner ditolak, sehingga sampel final dari kuesioner berjumlah 200 responden. Kuesioner berisi pertanyaan terhadap 9 aspek lingkungan yang masing-masing dinilai menggunakan 18 skala kata sifat (total pertanyaan berskala 162 buah) untuk diperoleh bentuk properti yang cocok (property fitting). 200 responden juga diminta menilai 9 permukiman di Paris bagian Utara dengan skala 1 favorit sampai 9 - paling tidak favorit sehingga diperoleh 3 dimensi kelompok responden. Karena menggunakan pendekatan multi-method data, maka untuk memperoleh input nilai kedekatan antar data digunakan 11 skala pertanyaan peneliti untuk mengklasifikasi responden ke dalam beberapa kelompok pseudosubjects yang menghasilkan 49 kelompok subjek. Ketiga dimensi kelompok responden kemudian diidentifikasi dengan IDS (dengan menggunakan 49 grup pseudosubjects). Hasil analisis IDS ini kemudian dikaitkan dengan hasil pertanyaan property fitting yang mengintrepretasi ciri-ciri dari ketiga kelompok dimensi. Dimensi 1 (karakteristik ini ditemukan pada permukiman di Ciudad Vieja, Monte Alto, Riazor, dan Los Cantones) berkaitan dengan status sosial dan sifat yang memusat, dimensi 2 (karakterisitik ini ditemukan pada permukiman di Ciudad Vieja, Monte Alto, dan Los Cantones) cenderung memilih kualitas perencanaan dan perawatan, dan dimensi 3 (karakterisitik ini ditemukan pada permukiman di Riazor dan Los Castros) cenderung menyukai keleluasaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengidentifikasi secara detail dari karakteristik lingkungan hunian mempengaruhi nilai kualitas permukiman yang diperoleh melalui identifikasi internal setiap individual dalam menilai lingkungannya. Preseden penelitian ketiga berjudul “Persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan permukiman (Studi kasus: Kampung Pelesiran, G 004 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Tamansari, Bandung)” (Aslim et al., 2014). Penelitian ini bertujuan mengukur kualitas dari studi kasus terpilih yang ditinjau melalui delapan aspek. Aspek tersebut meliputi tingkat kepuasan tinggal, ketenangan dan kesenangan (Lansing & Marans, 1969); ketersediaan fasilitas publik, tampilan dan keteraturan, privasi, integrasi sosial (Bonaiuto et al., 1999); aksesibilitas dan konektivitas, keamanan dan keselamatan (Greenberg, 1999). Penilaian kualitas kemudian diukur berdasarkan dua dasar nilai (Van Poll, 1997), yaitu kepuasan (satisfaction) dan gangguan (annoyance). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data kuesioner yang diserahkan kepada 40 responden yang merupakan warga yang tinggal di permukiman Kampung Pelesiran. Proses pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu dan responden diminta untuk menilai lingkungan yang sedang dihuni berdasarkan atribut kualitas yang disusun secara teoritis. Hasil pengumpulan data kemudian dianalisis menggunakan HMR (Hierarchical Multiple Regression) berdasarkan nilai kepuasan dan gangguan. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa Kampung Pelesiran sebagai studi kasus dinilai ‘baik’ berdasarkan tingkat kepuasan tinggal dan dinilai ‘cukup baik’ berdasarkan empat dari tujuh aspek atribut lingkungan. Dari contoh preseden penelitian perumahan dan permukiman yang mengidentifikasi kualitas lingkungan secara perseptual, ditemukan bahwa setiap preseden memiliki kelebihan dan kekurangan metode penelitian dari masing-masing preseden yang digambarkan pada Tabel 1. Melalui pemaparan preseden tersebut ditemukan bahwa perlu dilakukan evaluasi kualitas lingkungan ditinjau dari sudut pandang ahli dan sudut pandang pengguna lalu menyatukan kedua bentuk struktur evaluasi menjadi suatu bagan yang lebih terintegrasi.
Angela C. Tampubolon
Tabel 1. Keunggulan dan Kekurangan dari Preseden Penelitian No
Preseden 1
Preseden 2
Preseden 3
Keunggulan Mengkonstruksi pertanyaan melalui hasil interview eksploratori untuk memperoleh pandangan dan perhatian umum dari penduduk mengenai lingkungan hunian yang ditempati. Hasil jawaban dari pertanyaan dianalisis menggunakan Principal Component Analysis sehingga diperoleh pengkategorian evaluasi yang sesuai dengan pandangan penduduk pada saat itu. Kata-kata sifat yang dipakai dihubungkan dengan aspek lingkungan dan diklasifikasi sehingga menggambarkan karakteristik lingkungan yang baik dipandang pengguna. Setiap studi kasus diklasifikasi menjadi sebuah dimensi lingkungan dan dihubungkan dengan karakteristik yang sebelumnya diperoleh sehingga setiap studi kasus tergambarkan dengan baik. Dengan menggunakan karakteristik diketahui hal apa yang tidak dimiliki antara satu studi kasus dengan yang lain. Menggunakan dasar teori untuk aspek pembentuk kualitas lingkungan sehingga faktor yang ingin diidentifikasi lebih fokus. Menilai lingkungan secara umum berdasarkan tingkat kepuasan dan tingkat gangguan.
Karena setiap daerah memiliki karakteristik sosio-demografi, ekonomi, budaya dan faktor lain yang berbeda, maka sebaiknya dilakukan pengujian variabel pertanyaan agar ditemukan ketepatan penggunaan variabel yang sesuai dengan kebutuhan studi kasus yang diteliti. Pengukuran kualitas perseptual lingkungan hunian sering dikaitkan dengan tingkat kepuasan (satisfaction) dan gangguan (annoyance) dan atau memakai kata-kata sifat yang disesuaikan dengan pandangan ahli. Implikasi Analisis Kualitas Perseptual dalam Penelitian Komunitas Berpagar Pada bagian awal telah diuraikan bahwa penelitian kualitas perseptual perumahan dan permukiman cenderung dilihat sebagai konsep multi-dimensional. Kualitas dari perumahan dapat diukur berdasarkan penilaian dari penghuni terhadap lingkungan hunian yang mereka tempatit. Perumahan komunitas berpagar atau gated community merupakan salah satu fenomena perumahan permukiman yang mulai muncul di Indonesia, salah satunya Kota Medan
Kelemahan Cenderung dipakai pada saat itu juga karena adanya perubahan kependudukan setiap periodenya dan akan menghasilkan pandangan yang berbeda.
Perlu dijelaskan penggunaan skala katakata sifat yang berusaha mendeskripsikan karakteristik lingkungan hunian dapat dipakai di seluruh kasus perumahan permukiman atau tidak Semua pertanyaan memakai pertanyaan tertutup sehingga perlu peninjauan kembali apakah setiap variabel dapat dipakai dalam setiap kasus lingkungan hunian atau tidak Penelitian terkesan kaku dan tidak mengeksplorasi pandangan responden. Penelitian tidak menjelaskan atributatribut lingkungan secara detail.
yang didasari atas pengamatan kecenderungan minat masyarakat untuk berhuni di perumahan tersebut. Berdasarkan pemaparan diatas, komunitas berpagar memiliki atribut fisik yang cenderung berbeda dengan yang tidak berpagar. Pada penelitian Garcia-Mira, Aece, & Sabucedo (1997), digunakan sembilan aspek yang menggambarkan sebuah lingkungan, yaitu jalan, taman dan kebun, pertokoan, area rekreasi, layanan kesehatan, transportasi umum, rumah, dan perumahan secara umum. Dapat dilihat bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan lingkungan secara fisik. Pada penelitian Aslim et al. (2014) digunakan delapan aspek yang digunakan untuk menilai lingkungan yang diuraikan dari Lansing & Marans (1969), Greenberg (1999) dan Bonaiuto et al. (1999), meliputi tingkat kepuasan tinggal, ketenangan dan kesenangan, ketersediaan fasilitas publik, tampilan keteraturan, privasi, integrasi sosial, aksesibilitas dan konektivitas, keamanan dan keselamatan. Penelitian ini memakai aspek yang lebih ke pandangan penghuni. Jika melihat konsep perumahan komunitas berpagar yang Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 005
Analisis Kualitas Perseptual sebagai Alat Evaluasi Perumahan Gated Community di Kota Medan
digambarkan oleh Grant & Mittelsteadt (2004) yang mendefenisikan perumahan komunitas berpagar ke dalam empat aspek, yaitu aspek fisik, sosial, ekonomi, dan simbolik, maka keempat aspek ini dapat dijabarkan dan dipakai sebagai aspek penilaian lingkungan. Adapun konsep yang digambarkan pada penelitian Grant & Mittelsteadt (2004) dapat dilihat di Tabel 2.
Simbolik
Tabel 2. Konsep dari komunitas berpagar (Grant & Mittelsteadt, 2004) Konsep
Indikator Fisik
Fungsi dari pagar
Ekonomi Sosial Simbolik
Fisik
Sarana keamanan dan pembatas
Ekonomi
Sosial
Variabel
Secure people and property Create and identity for project Enhance property values Protect club amenities Give visual or spatial privacy Control those inside Diplay status and power Control those outside Wall Low fence, chain, or bollard Nature of Faux guard boundary station Hedge or vegetation Swing-arm gate Guards at all Nature of times security Auto opener entry Fence-opaque Fence-barbed Mirrored glass Nature of on guard house boundary Topographic feature Lift-arm gate Patrolling Nature of guards security Surveillance cameras Physical fencevisually open Speed bumps or Nature of chicanes boundary ‘private property’ signs Water Slide gate Nature of Devices in road security bed
G 006 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Kenyamanan dan fasilitas di dalamnya
Fisik
Ekonomi Sosial Simbolik
Tipe penghuni
Fisik Ekonomi Sosial Simbolik
Card entry Armed guards Simbolic fenceelectric Pavement tecture or Nature of colour boundary ‘no parking’ signs Desert Swing gate Guards at designated Nature of times security Code entry House alarms Private roads Open spaces Institutional facilities Meeting place Landscape maintenance Guards Activity centre Quality design Recreational facilities Commercial facilities Homogeneous by age Homogeneous by class Homogeneous by ethnicity, race, status Shared activity (ex. Golf)
Pengumpulan data seperti yang dilakukan pada penelitian Tu & Lin (2008) juga memiliki keunggulan karena kasus perumahan komunitas berpagar memiliki aspek pembentuk lingkungan yang berbeda dengan lingkungan hunian yang lain, dengan menggunakan wawancara eksploratif atau pertanyaan terbuka, maka penilaian penghuni terhadap lingkungan komunitas berpagar juga dapat digunakan sebagai struktur evaluasi. Untuk dapat mengklasifikasi perumahan komunitas berpagar di Kota Medan berdasarkan motivasinya, yaitu komunitas gaya hidup, komunitas elit, dan komunitas zona keamanan (Blake & Snyder, 1998), sebaiknya menggunakan metode pengumpulan data terbuka seperti pada penelitian Tu & Lin (2008) karena konsep penghuni dari komunitas berpagar yang cenderung berbeda dari penghuni lingkungan biasa. Seperti yang digambarkan oleh Grant dan Mittelsteadt (2004) bahwa tipe penghuni dapat
Angela C. Tampubolon
diklasifikasi berdasarkan kesamaan umur, kelas, SARA, dan aktivitas bersama. Melalui pertanyaan terbuka, maka pengelompokan responden dapat disesuaikan dengan konsep komunitas berpagar. Pengkategorian lingkungan berdasarkan dimensi penilaian penghuni dan karakteristik seperti yang digambarkan pada penelitian Garcia-Mira, Arce, dan Sabucedo (1997) dapat menjadi pertimbangan. Penelitian ini mengklasifikasikan responden dengan skala pertanyaan peneliti yaitu lingkungan tempat tinggal (9 tingkatan), tipe rumah (4 tingkatan), pengaturan rumah (3 tingkatan), status penghuni (3 tingkatan), orientasi politik (5 tingkatan), tipe pekerjaan (7 tingkatan), penghasilan (5 tingkatan), pendidikan (5 tingkatan), umur (4 tingkatan), jenis kelamin (2 tingkatan), pengalaman perencanaan kota atau arsitektural (2 tingkatan). Hasil dari klasifikasi responden ini kemudian dapat dihubungkan dengan motivasi penghuni komunitas berpagar sehingga diperoleh dominasi responden diantara ketiga bentuk komunitas. Sehingga dapat diperoleh bentuk komunitas berpagar yang berpengaruh pada pertumbuhan jenis perumahan ini di Kota Medan. Untuk pemilihan sampling, ketiga penelitian menggunakan responden yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian. Maka, dapat disimpulkan bahwa untuk pemilihan sampling, baik untuk pengumpulan data maupun akhir, sebaiknya menggunakan studi kasus yang sesuai, dalam hal ini perumahan komunitas berpagar. Kesimpulan Penelitian kualitas perseptual dari perumahan dan permukiman, seperti perumahan gated community, bergantung pada penilaian subjektif dari penghuni dan atribut-atribut pembentuk karakteristik fisik dan sosial lingkungan hunian. Di dalam penelitian gated community, dapat diperoleh karakteristik fisik, sosial, ekonomi, dan simbolik dari perumahan tersebut. Bentuk komunitas berpagar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan motivasi penghuni dan sosiodemografi.
Berikut ini adalah hasil penyimpulan dari langkah-langkah penilaian kualitas perumahan gated community di Kota Medan: Bila penelitian bermaksud menilai kualitas perseptual berbagai perumahan gated community di Kota Medan, perlu diingat bahwa setiap perumahan memiliki karakteristik fisik yang berbeda sehingga menciptakan stimulus lingkungan yang berbeda pada setiap penghuni perumahan. Sebaiknya ditentukan variabel yang di-anggap setara oleh setiap individu sehingga dapat dipakai di seluruh perumahan yang ada di Kota Medan. Untuk penilaian terhadap satu atau beberapa perumahan gated community dengan karakteristik fisik yang sama, rancangan seperti Hierarchical Multiple Regression (HMR) yang diukur dari nilai kepuasan dan gangguan membantu tujuan tersebut. Bila penelitian ingin menemukan motivasi penghuni, maka dapat digunakan Principal Component Analysis (PCA) untuk mengkategorikan penghuni berdasarkan bentuk komunitas berpagar. Bila penelitian ingin mengelompokkan penghuni berdasarkan sosio-demografi maka dapat menggunakan 11 skala pengelompokkan oleh peneliti di dalam metode analisis Individual Differences Scaling (IDS). Pemilihan tipe sampling disesuaikan dengan studi kasus penelitian yang diteliti. Bila penelitian bermaksud menyusun struktur penilaian kualitas yang dilihat dari sudut pandang penghuni, maka rancangan seperti pengumpulan data melalui pertanyaan terbuka dan mengkonstruksikan hasilnya menggunakan Principal Component Analysis (PCA) merupakan pilihan yang tepat. Daftar Pustaka Aslim, N., Roihanah, I., Vidiyanti, C., & Hindami, H. (2014). Persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan permukiman, Studi kasus: Kampung Pelesiran, Tamansari, Bandung. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014, pp. E 13–18. Blakely, E.J. & Snyder, M.G. (1997). Divided We Fall: Gated and Walled Communities in the United States. Architecture of Fear. Nan Ellin, ed. New York: Princeton Architectural Press. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 007
Analisis Kualitas Perseptual sebagai Alat Evaluasi Perumahan Gated Community di Kota Medan Blakely, E.J. & Snyder, M.G. (1998). Separate places: Crime and security in gated communities. In: M. Felson and R.B. Peiser (eds.), Reducing crime through real estate development and management, pp. 53-70. Washington, D.C.: Urban Land Institute. Bonaiuto, M., Aiello, A., Perugini, M., Bonnes, M, & Ercolani, A.P. (1999). Multidimensional perception of residential environment quality and neighbourhood attachment in the urban environment. Journal of Environmental Psychology, 19(4), 331–352. Bonaiuto, M., & Bonnes, M. (1996). Multiplace analysis of the urban environment: a comparison between a large and a small Italian city. Environment and Behavior, 28, pp. 699–747. Carroll, J.D & Chang, J.J (1970). Analysis of individual differences in multidimensional scaling via N-way generalization of Eckart-Young decomposition. Psychometrica, 35, 283–319. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Garcia-Mira, Ricardo, Arce, Constantino, & Sabucedo, Jose M. (1997). Perceived quality of neighbourhoods in a city in Northwest of Spain: an individual differences scaling approach. Journal of Environmental Psychology, 17, pp. 243–252. Grant, J., & Mittelsteadt, L. (2004). Types of gated communities.Environment and Planning B: Planning and Design, 31(6), pp. 913-930. Greenberg, M.R. (1999). Improving Neighborhood Quality: A Hierarchy of Needs. Housing Policy Debate 10(3), pp: 601-624. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Lawrence, R.J. (2002). Healthy residential environments. In: Bechtel, R., Churchman, A. (Eds.), Handbook of Environmental Psychology. John Wiley, New York, pp. 394–412. Lansing, J. & Marans, R. (1969). Evaluation of Neghborhood Quality. Journal of American Planning Association, 35(3), pp: 195-199. Leisch, H. (2002). Gated Communities in Indonesia. Cities, 19: 5, pp. 341-350. Tognoli, J. (1987). Residential environments. In: Stokols, D., Altman, I. (Eds.), Handbook of Environmental Psychology (vol. 1). John Wiley, New York, pp. 655–690. Tu, Kung-Jen & Lin, L-Tng. (2008). Evaluative structure of perceived residential environment quality in high-density and mixed-use urban settings: An exploratory study on Taipei City. Landscape and Urban Planning, 87, pp. 157–171. Van Poll, R. (1997). The perceived quality of the urban residential environment. A Multi-attribute evaluation. Ph-thesis, Groningen: University of Groningen. G 008 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Widhyharto, Derajad S. (2009). Komunitas berpagar: antara inovasi sosial dan ketegangan sosial (studi kasus komunitas berpagar di propinsi D.I. Yogyakarta, Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik vol. 13, no. 2, pp. 204–230.