Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
9 Pages
ISSN 2302 - 0172 pp. 1- 9
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP KEMANDIRIAN DAERAH PROVINSI ACEH T. Iskandar Daod1, Abubakar Hamzah 2, Muhammad Nasir2 1) 2)
Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Staff Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This study aims to analyze the contribution, the efficiency and effectiveness of capacity revenue (PAD) of the region autonomy, and the response of local revenue (PAD) of the Gross Regional Domestic Product (GDP) in the province of Aceh. The hypothesis was tested by using descriptive method and quantitative methods as well as a simple linear regression model. The data used are secondary data in the form of time series data (time series) from the period 1996 to 2011, local revenue (PAD) object, total revenue, regional expenditure and the Gross Regional Domestic Product (GDP). The data obtained from the BPS Aceh Province and other sources. The results indicate the independence of Aceh province in 1996-2011 was less with an average 10.85 per cent did not even get more than a quarter of the total average income of the area. On average the successful realization of revenue collected by the government of Aceh province used to cover the cost of collection is unefficient in the amount of 871,1 percent and edequate effective in the amount of 86, 42 percent . The results indicate the estimated regression coefficient of 1.953335 which is positive and significant ttable> tstatistik which means that every area of economic growth (GDP) by 1 percentage point could encourage an increase in revenue of 1,95 percent means that revenue growth PAD slightly faster than the rate of growth of regional economy (GDP), the elastic means, the PAD is considered to GDP. Thus it can be said that the development of regional economic growth (GDP) is responsive to receipt of PAD in Banda Aceh, where the structure of the PAD began to run properly. Therefore, government's revenue is expected to further optimize revenue collection efforts. Keywords : Local Revenue (PAD), Total Revenue, Regional Expenditure and Gross Regional Domestic Product (GDP) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi, efisiensi dan efektivitas kemampuan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap kemandirian daerah, dan respon Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Aceh. Hipotesis diuji dengan menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif serta model fungsi regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dari periode 1996-2011, yaitu data objek Pendapatan Asli Daerah (PAD), total pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data tersebut diperoleh dari BPS Provinsi Aceh dan sumber-sumber lainnya. Hasil penelitian menunjukkan kemandirian Provinsi Aceh tahun 1996-2011 masih kurang dengan ratarata 10,85 persen bahkan tidak sampai melebihi seperempat dari pada rata-rata total pendapatan daerah. Secara rata-rata realisasi PAD yang berhasil dipungut oleh pemerintah Provinsi Aceh dipergunakan untuk menutup biaya pungutan tidak efisien yaitu sebesar 871,1 persen dan cukup efektif dengan rata-rata 86,42 persen. Hasil estimasi menunjukkan koefisien regresi sebesar 1.953335 bertanda positif dan signifikan dimana ttabel > tstatistik yang berarti bahwa setiap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) sebesar 1 persen mampu mendorong peningkatan PAD sebesar 1,95 persen berarti pertumbuhan penerimaan PAD sedikit lebih cepat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan perekonomian daerah (PDRB), berarti pula PAD dianggap elastis terhadap PDRB. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) adalah responsif terhadap penerimaan PAD Provinsi, dimana struktur PAD mulai berjalan dengan baik. Oleh karena itu pemerintah daerah Aceh diharapkan untuk semakin mengoptimalkan upaya pengumpulan PAD. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Total Pendapatan Daerah Pengeluaran Daerah, dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
1-
Volume 1, No. 4, November 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
merupakan
PENDAHULUAN
Provinsi dana
Aceh tentunya
yang
cukup
memerlukan
di
daerah
dari dan
pelaksanaan peningkatan
dalam
kemandirian daerah. Untuk melihat kemampuan
pembangunan
Pemerintah Provinsi Aceh dalam menghimpun
daerah diberbagai sektor. Dana pembangunan
penerimaan daerah baik penerimaan yang
tersebut
oleh
berasal dari sumbangan dan bantuan pemerintah
dari
pusat maupun penerimaan yang berasal dari
penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh
daerah sendiri, dapat dilihat dalam APBD yang
sendiri.
biayanya bersumber dari PAD dengan tingkat
menyelenggarakan
kegiatan
diusahakan
pemerintah
daerah
Sumber
besar
otonomi
pencerminan
sepenuhnya dan
bersumber
pembiayaan
kebutuhan
pemerintah yang mana biasa dikenal dengan
kesesuaian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari
pemerintah daerah. Apabila PAD Provinsi Aceh
pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah
semakin
di
kemandirian daerah akan semakin baik.
samping
penerimaan
dari
pemerintah
yang
mencukupi
meningkat
pengeluaran
penerimaannya
maka
propinsi, pemerintah pusat serta penerimaan daerah lainnya. Dari Tabel 1.1 dapat dilihat
KAJIAN KEPUSTAKAAN
perkembangan Total PAD dari tahun 1996-
Kerangka Teoritis
2011.
Pendapatan Asli Daerah Tabel 1. Realisasi Total Pendapatan Asli Daerah Provinsi Aceh Tahun 1996-2011
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Pasal 6 terdiri
No
Tahun
Total PAD (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata
45.317.144.808 45.209.310.000 44.732.720.000 44.735.873.000 15.356.395.000 48.760.692.590 92.796.189.414 103.532.286.174 143.999.631.753 211.190.000.000 476.909.834.495 563.106.000.000 716.290.964.931 796.949.424.470 811.176.206.861 805.179.231.254 310.327.619.047
dari: 1. Pajak Daerah;
Sumber: BPS Provinsi Aceh (diolah), 2011
2. Retribusi Daerah; 3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah.
Kemandirian Fiskal Kemandirian menggambarkan
fiskal
daerah
kemampuan
pemerintah
daerah dalam meningkatkan PAD seperti pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, sehingga pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal yang efektif.
Kemampuan keuangan daerah didalam
Ini berarti bahwa pemerintah daerah secara
membiayai kegiatan pembangunan di daerah Volume 1, No. 4, November 2013
-2
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
finansial harus bersifat independen terhadap pemerintah
pusat
dengan
jalan
1. Penerimaan
Pendapatan
Asli
Daerah
memberikan
kontribusi
yang
kurang
sebanyak
mungkin menggali sumber-sumber PAD seperti
terhadap kemandirian daerah di Provinsi
pajak,
Aceh.
retribusi dan sebagainya (Radianto,
1997).
2. Pemungutan
Tabel 2. Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal Derajat Desentralisasi (%)
Kemandirian
0.00-10,00
Sangat Kurang
10,01-20,00
Kurang
20,01-30,00
Sedang
30,01-40,00
Cukup
40,01-50,00
Baik
>50,00
Sangat Baik
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327,1996 Analisis Efisiensi dan Efektifitas Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tabel 3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan (%)
Kriteria
>100
Tidak Efisien
90-100
Kurang Efisien
80-90
Cukup Efisien
60-80
Efisien
<60
Sangat Efisien
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327, 1996 Tabel 2.3. Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan
Asli
Daerah
(PAD) Provinsi Aceh tidak efektif dan cukup efisien. 3. Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Aceh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah elastis.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berdasarkan berpusat pada kontribusi Pendapatan Asli Daerah
terhadap
Kemandirian
Daerah
di
Provinsi Aceh, Aspek yang dianalisis hanya dibatasi pada objek PAD, total pendapatan daerah, PDRB dan kemandirian daerah periode tahun 1996-2011. Yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah Provinsi Aceh.
Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mencakup Pendapatan Asli Daerah, total pendapatan daerah, pengeluaran daerah, dan PDRB tahun
Kinerja Keuangan (%) >100
Kriteria
1996-2011. Data tersebut diperoleh dari instansi
Sangat efektif
terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS)
90-100
Efektif
80-90
Cukup Efektif
60-80
Kurang Efektif
<60
Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327, 1996 Hipotesis
3-
Pendapatan
Volume 1, No. 4, November 2013
Provinsi
Aceh.
Di
samping
itu
data
dikumpulkan juga melalui studi kepustakaan berupa literatur, jurnal, tulisan ilmiah, dan internet yang ada hubungan dengan penelitian ini.
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
d.
Metode dan Model Analisis Model
analisis
yang
digunakan
Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dalam
terhadap Produk Domestik
penelitian adalah: a.
Kontribusi
Elastisitas dapat diperoleh dengan model Pendapatan
Daerah
regresi linier sederhana transformasi antara
Terhadap Kemandirian Daerah Provinsi
realisasi PAD riil dengan PDRB pada harga
Aceh tahun 1996-2011 (Munir, Djuanda,
konstan,
Tangkilisan, 2002: 27).
(Sumodiningrat, 2001: 136):
Untuk mengukur
Asli
kontribusi PAD
terhadap Kemandirian Daerah Provinsi Aceh dapat digunakan rumus sebagai berikut:
KPAD
PADt x100% TPDt
di
bawah
ini
Dimana: PADt = PAD pada tahun t PDRBt= PDRB berdasarkan harga (1) di Provinsi Aceh pada tahun t
Ui
konstan
= Konstanta
KPAD = Kontribusi PAD terhadap Kemandirian Daerah PADt = Pendapatan Asli Daerah tahun ke t TPDt = Total Pendapatan Daerah tahun ke t b. Tingkat Efisiensi Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Munir, Djuanda, Tangkilisan, 2002: 27).
rumus
Log PADt Log 0 Log PDRBt U i ....(4)
Dimana:
seperti
=Elastisitas PAD terhadap PDRB = Variabel gangguan stokastik (stochastic disturbance)
Definisi Operasional Variabel Berdasarkan hipotesis yang telah disusun maka objek yang digunakan dalam penelitian ini
Efisiensi
PD x100% .......... (2) RPAD
Dimana:
Tingkat Efektifitas Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Munir, Djuanda, Tangkilisan, 2002: 27).
Efektifita s
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah besarnya Pendapatan Asli Daerah Provinsi
Efisiensi = Efisiensi pemungutan PAD PD =Pengeluaran(belanja) daerah RPAD = Realisasi PAD c.
adalah sebagai berikut:
RPAD x100% ....... (3) TPAD
Dimana: Efektifitas=Efektifitas pemungutan PAD RP = Realisasi PAD TPAD = Target PAD
Aceh yang diukur dalam rupiah. 2. Kemandirian Daerah adalah kemampuan pemerintah
daerah
sendiri
kegiatan
pembangunan
dan
untuk
membiayai
pemerintahan, pelayanan
kepada
masyarakat yang bersumber dari PAD yang diukur dalam persentase. 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
gambaran
dari
aktivitas
perekonomian suatu daerah berdasarkan harga konstan yang diukur dalam rupiah .
Volume 1, No. 4, November 2013
-4
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
4. Efisiensi
adalah
suatu
perbandingan
besarnya realisasi penerimaan sumbersumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Tabel 4.1 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kemandirian Provinsi Aceh Tahun 1996-2011(Rupiah)
dengan pengeluaran (belanja) daerah yang
Thn
diukur dalam persentase.
Kemandirian Kemandirian Daerah
1996 1997 1998 1999
16,07 17,70 16,60 26,00
2000
3,37
2001
9,45
2002
6,04
2003
5,02
Bruto
2004
5,18
akibat perubahan Pendapatan Asli Daerah
2005
4,89
yang bersangkutan yang diukur dalam
2006 2007 2008 2009 2010 2011
8,74 10,53 10,36 11,44 11,60 10,58
Kurang Kurang Kurang Sedang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Rata-rata
10,85
Kurang
5. Efektifitas adalah kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan
dengan
target
yang
ditetapkan yang diukur dalam persentase. 6. Elastisitas atau respon Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu persentase perubahan Pendapatan Domestik Regional
persentase.
HASIL PEMBAHASAN
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kemandirian Daerah Provinsi Aceh.
Sumber: BPS Provinsi Aceh (diolah), 2011. Berdasarkan
tabel
tersebut
dapat
dilihat kemandirian Provinsi Aceh masih Kontribusi PAD dalam meningkatkan kemandirian daerah Provinsi Aceh adalah dilihat dari sejauh mana usaha pemerintah daerah dalam memaksimalkan menggali sumber dana yang berasal dari potensi daerah yang dimiliki serta kemampuan daerah mengelola dan memanfaatkan sumber dana yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini ditunjukkan dalam tabel 4.1 di bawah ini:
kurang dengan rata-rata 10,85 persen saja, bahkan tidak sampai melebihi seperempatnya. Sebelum otonomi daerah, pada tahun 1999, Provinsi Aceh sempat berada pada kemandirian sedang yaitu dengan dengan persentase 26 persen. Hal ini diakibatkan pada tahun 1999 Provinsi Aceh memekarkan Kabupaten Simelue merupakan daerah pemekaran baru sehingga PAD
Aceh mengalami
peningkatan
yang
didapat dari pajak perikanan dan pertanian yang merupakan basis ekonomi daerah ini, dan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
5-
Volume 1, No. 4, November 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
undang
Nomor
Perimbangan Pusat
dan
25
Tahun
tentang
terwujud dan kemampuan keuangan daerah
Keuangan antara Pemerintah
Aceh bisa meningkat hingga lebih 50 persen,
Daerah.
1999
Namun
dari
mulai
ketergantungan kepada dana perimbangan pusat
diberlakukannya otonomi daerah yaitu pada
juga menurun. Diharapkan Provinsi Aceh dapat
tahun 2001 hingga tahun 2011 kemandirian
mensejahterakan masyarakatnya secara merata
daerah Provinsi Aceh masih menunjukkan
dilihat dari kemandirian Aceh yang mulai
angka yang fluktuatif dengan yang paling tinggi
sangat baik.
sebesar 11,60 persen pada tahun 2010, tetapi tetap saja masuk ke dalam katagori kemandirian Aceh masih kurang. Pada tahun 2001-2006 kemampuan
Provinsi
Aceh
untuk
mengoptimalkan potensi-potensi daerah sangat kurang. Tahun 2011 adalah 10,58 persen, nilai yang masih sangat kecil untuk suatu daerah mampu
melaksanakan
kemandirian.
Oleh
karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan
PAD
belum
menjadi
sebuah
indikator bahwa daerah tersebut telah menjadi daerah yang mandiri.
upaya
lain
guna
meningkatkan
pemasukan keuangan Aceh. Pos pendapatan dan pemasukan anggaran daerah bisa ditingkatkan dari salah satunya aset objek wisata dan sejarah yang ada di Aceh, penerimaan dan pengelolaan pajak daerah yang stabil dan transparan serta pemberdayaan dan pengelolaan bahan limbah menjadi bahan produktif. Sumber PAD yang bisa ditingkatkan tersebut, jika diberdayakan dan mendapat perhatian penuh dari Pemerintah Aceh bisa memperoleh tambahan masukan PAD sebanyak 20-70 persen.
Daerah (PAD) ini dapat digali secara maksimal kemandirian
Barat memiliki rata-rata persentase tertinggi secara nasional yaitu sebesar 73,27 persen dengan kriteria kemampuan keuangan daerah sangat baik karena penerimaan PAD melebihi 50 persen dari pada total pendapatan daerahnya. Diikuti oleh Provinsi Jawa Timur (68,11
Tengah (65,27 persen), Banten (63,56 persen) dan wilayah Pemerintah Provinsi Jawa dan Bali. Sementara itu kontribusi PAD yang terendah terhadap kemandirian daerah secara nasional, serta per pemerintah provinsi adalah Provinsi Papua Barat (3,53 persen), Provinsi Papua (6,12 persen) dan Maluku Utara (8,56 persen) dengan kriteria kemampuan keuangan daerah sangat kurang atau sangat kurang mandiri. Posisi terendah pada provinsi ini disebabkan oleh pendapatan transfer (dana perimbangan) umumnya berkebalikan atau lebih tinggi dengan penerimaan PAD.
Apabila potensi-potensi Pendapatan Asli
maka
Untuk kemandirian daerah, Provinsi Jawa
persen), Sumatera Utara (67,61 persen), Jawa
Pemerintah Daerah harus mampu melihat
Kontribusi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Pemerintah Daerah Seluruh Provinsi di Indonesia terhadap Kemandirian Daerah
Provinsi
Aceh
dapat
Provinsi Aceh berada pada rata-rata 10,90 persen artinya Provinsi Aceh masih kurang mandiri dimana kontribusi penerimaan Volume 1, No. 4, November 2013
-6
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
PAD belum bisa lebih dari 50 persen. Bahkan
oleh Pemerintah Provinsi Aceh dipergunakan
Provinsi Aceh mendapatkan rata-rata persentase
untuk menutup biaya pungutan tidak efisien.
yang terendah dari provinsi yang ada di Pulau
Artinya untuk mendapatkan penerimaan PAD
Sumatera.
Bangka
sebesar Rp. 100,- maka Pemerintah Aceh
Belitung yang merupakan daerah pemekaran
mengeluarkan biaya lebih besar yaitu Rp.
dari daerah lain dapat mengelola PAD nya lebih
871,1.-
baik dari Provinsi Aceh yaitu sebesar 29,13
Tingkat Efektifitas Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kepulauan
Riau
dan
persen (cukup mandiri) dan 40,71 persen (baik).
Jika dilihat efektivitas dari penentuan target Tingkat Efisiensi Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD
yang
dilakukan
Pemerintah
Daerah
Provinsi Aceh terhadap realisasi penerimaan Efisiensi pemungutan PAD menggambarkan perbandingan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi yang diterima.
yang berhasil dilakukan
diperoleh dengan
membandingkan antara realisasi penerimaan dan target, maka kemampuan daerah dalam melaksanakan pemungutan PAD semakin baik.
Tabel 4. Tingkat Efisiensi Pemungutan PAD Provinsi Aceh Tahun 1996-2011 Tahun
Efisiensi
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
278,4 186,1 597,7 383,8 3.218,8 1.014,7 1.492,0 2.806,9 1.118,4
2005
790,9
2006
512,2
2007 2008 2009 2010 2011
604,8 797,9 959,0 928,1 915,9
Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien
Rata-Rata
871,1
Tidak Efisien
Namun target yang ditentukan harus sesuai dengan potensi dari sumber-sumber penerimaan itu sendiri. Tabel 5. Tingkat Efektifitas Pemungutan PAD Provinsi Aceh Tahun 1996-2011 Thn
Total Target (000 Rupiah)
Total Realisasi (000 Rupiah)
Efektifitas Kriteria (Persen)
1996 54.243.000
45.317.144
119,70
1997 59.516.000
45.209.310
131,65
1998 48.136.000
44.732.720
107,61
1999 33.435.000
44.735.873
74,74
2000 28.295.000
15.356.395
184,26
2001 39.494.000
48.760.692
81,00
2002
8.648.000
92.796.189
9,32
Secara rata-rata tingkat efisiensi pemungutan
2003
9.702.000
103.532.286
9,37
PAD Provinsi Aceh dalam kurun waktu 16
2004
18.225.000
143.999.631
12,66
2005 151.474.000 211.190.000
71,72
2006 366.629.000 476.909.834
76,88
Sumber: BPS Provinsi Aceh (diolah), 2011.
tahun mulai tahun 1996-2011 sebesar 871,1 persen realisasi PAD yang berhasil dipungut 7-
Volume 1, No. 4, November 2013
Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Kurang Efektif Sangat Efektif Cukup Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Kurang Efektif Kurang Efektif
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2007 563.106.000 587.487.000
95,85
2008 795.708.000 716.290.964
111,09
Efektif Sangat Efektif
2009 795.872.000 796.949.424
99,86
Efektif
2010 795.487.000 811.176.206
98,07
Efektif
2011 797.285.000 805.179.231 Rata285.328.437 311.851.431 rata
99,02
Efektif Cukup Efektif
86,42
Sumber: BPS Provinsi Aceh (diolah), 2011.
(PAD) terhadap Produk Regional Bruto (PDRB). Dalam
analisis
Domestik
ekonomi,
sangat
berguna untuk mengetahui sampai berapa besar respon suatu variabel ekonomi lainnya. Konsep elastisitas
ini adalah suatu konsep teori
Dari tabel di atas diketahui bahwa
ekonomi mikro untuk mengukur kepekaan atau
tingkat efektivitas pemungutan PAD Provinsi
respon dari suatu variabel ekonomi lainnya.
Aceh dari tahun 1996-2011 sangat berfluktuatif
Dalam hal ini elastisitas sangat berguna untuk
dengan rata-rata 86,42 persen yang berarti
mengetahui respon PAD terhadap PDRB.
pemungutan PAD cukup efektif. Pada tahun
Elastisitas PAD terhadap PDRB dapat diperoleh
1994 sebesar 119,70 persen dimana sangat
dengan meregres
efektif pemungutan PAD Aceh. Pada tahun
sebagaimana terdapat di dalam Lampiran 4
1997-1999 efektifitas Provinsi Aceh terus
yang bersumber dari Lampiran 3 menunjukkan
mengalami penurunan 131,65-74,74 persen
bahwa variabel PDRB atas dasar harga konstan
(kurang efektif), Pada tahun 2004 pemungutan
tahun 1998 berpengaruh secara nyata terhadap
PAD
12,66
penerimaan PAD Provinsi Aceh pada derajat
diakibatkan oleh musibah tsunami sehingga
kepercayaan 99 persen dengan hasil regresi
tidak bisa dilakukan pemungutan pada beberapa
sebagai berikut:
objek
Log PADt = -12.77837 + 1.953335 Log PDRBt (3.854968)
tidak
efektif
PAD.
yaitu
Kemudian
sebesar
pada
tahun-tahun
PAD = f (PDRB)
setelahnya persentase efektifitas pemungutan PAD terus meningkat yang diakibatkan kembali normalnya
aktivitas
terjadinya
pelaksanaan
perekonomian
dan
rehabilitasi
dan
rekonstruksi setelah bencana, sehingga terjadi peningkatan potensi PAD Provinsi Aceh sebesar 111,09 persen (sangat efektif). Pada tahun 2009-2011 pemungutan
PAD Provinsi Aceh
belum mencapai 100 persen, terutama sebagian besar realisasi berbagai sumber penerimaan PAD yang masih jauh dari target yang direncanakan.
R2 = 0.514913 Koefisien
determinasi
(R2)
sebesar
0.514913 memberikan makna bahwa perubahan PAD dapat dijelaskan oleh perubahan PDRB atau pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 51,49 persen. Koefisien
Regresi
sebesar
1.953335
bertanda positif dan signifikan dimana ttabel > tstatistik , yang berarti bahwa setiap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) sebesar 1 persen mampu mendorong peningkatan PAD sebesar 1,95 persen. Dengan kata lain pertumbuhan
Elastisitas Pendapatan Asli Daerah
penerimaan
PAD
sedikit
lebih
cepat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Volume 1, No. 4, November 2013
-8
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
perekonomian daerah (PDRB), berarti pula
Pemerintah daerah perlu menetapkan target
PAD elastis terhadap PDRB. Dengan demikian
penerimaan secara lebih baik dengan tidak
dapat
hanya
dikatakan
Provinsi
Aceh
bahwa adalah
penerimaan responsif
PAD
perkiraan
semata,
melakukan
terhadap
penyesuaian dengan peraturan yang terkait
perkembangan pertumbuhan ekonomi daerah
dengan usaha peningkatan PAD, memperbaiki
(PDRB), dimana struktur PAD nya mulai
kinerja BUMD dan mencari sumber-sumber
berjalan dengan baik.
PAD
yang
baru
tanpa
harus
menunggu
ketetapan dari pemerintah pusat. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Kemandirian Provinsi Aceh tahun 19962011 masih kurang dengan rata-rata 10,85 persen (311.851.431.547), bahkan tidak sampai melebihi seperempat dari pada rata-rata total pendapatan daerah sebesar 3.260.850.725.239. 2. Secara
rata-rata
tingkat
efisiensi
pemungutan PAD Provinsi Aceh dalam kurun waktu 16 tahun mulai tahun 19962011 sebesar 871,1 persen realisasi PAD yang berhasil dipungut oleh Pemerintah Provinsi
Aceh
dipergunakan
untuk
menutup biaya pungutan tidak efisien. 3. Tingkat
efektivitas
pemungutan
PAD
Provinsi Aceh sangat berfluktuatif dengan rata-rata
86,42
persen
yang
berarti
pemungutan PAD cukup efektif. 4. Elastisitas
PAD
terhadap
PDRB
menunjukkan hubungan yang elastis ( E >1
),
berarti
peningkatan
PDRB
menyebabkan pertumbuhan PAD yang lebih besar, maka tingkat pertumbuhan PAD responsif atau sangat peka terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang dilihat dari PDRB. Saran 9-
Volume 1, No. 4, November 2013
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, 1996 2012. Aceh dalam Angka Tahun 1996-2012. Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Daerah Provinsi Aceh. Badan Pusat Statistik, 1996-2011. Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota , Jakarta-Indonesia. Depdagri, 1997. Kepmendagri No. 690.900.327 (1996), Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan. Khusaini, M., 2006. Ekonomi Publik: Desentralisasi Fiskal Dan Pembangunan Daerah. Malang: BPFE Unibraw. LPEM FEUI, 2000. Kajian Analisis Penerimaan Daerah Dalam Rangka Desentralisasi Fiskal, Laporan Pendahuluan, Jakarta. (Tidak dipublikasikan). Mangkoesoebroto, G., 1997. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE. Sumodininggrat, 2001. Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Perpod. Sumodiningrat, 2001. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. UU Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.