ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Saidurrahman1
Abstrak Laporan keuangan merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan yang akan memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan dari perusahaan dalam periode tertentu. Rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan dapat dijadikan sebagai gambaran tentang kondisi kesehatan keuangan pada sebuah perusahaan. Informasi yang diperoleh dari laporan keuangan maupun hasil perhitungan rasio-rasio keuangan dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai kesehatan keuangan perusahaan tersebut dan dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat untuk menanamkan investasinya. Jakarta Islamic Index (JII) adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, JII, OJK, Investasi Syariah. A. Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar sehingga hal ini tentunya merupakan peluang bagi terciptanya serta terhimpunnya modal yang dapat dikembangkan sebagai suatu bentuk investasi yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Peluang adanya modal yang dimiliki oleh umat Islam yang menginginkan suatu bentuk investasi yang terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam tersebut belum dapat dikelola secara optimal. Untuk menjawab keinginan masyarakat Indonesia untuk melakukan investasi yang sesuai dengan kaidah Islam, maka saat ini telah berkembang pasar modal syariah baik dalam bentuk reksadana syariah dan juga obligasi syariah. Maraknya lembaga-lembaga keuangan yang berpredikat syariah yang berkembang dengan sangat pesat tidak terkecuali juga mempengaruhi pasar modal syariah. Berkembangnya pasar modal syariah memunculkan suatu ketertarikan tersendiri dari masyarakat luas untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara pasar modal syariah yang ada dengan pasar modal konvensional yang telah lama ada terutama dari segi kinerja keuangannya. Dalam perkembangannya sendiri, pasar modal syariah di Indonesia belum terlalu dikenal dan diminati oleh masyarakat. Hal ini terjadi entah karena kurangnya sosialisasi ataupun pengetahuan akan pasar modal itu sendiri, atau karena ketidakterkenalan akan sekuritas syariah yang ditawarkan, ketidakberanian dalam menghadapi resiko saham, budaya masyarakat yang hanya ingin mencari aman atas investasi yang dilakukan, atau juga karena untuk membuka rekening efek dalam pasar modal membutuhkan dana yang tidak sedikit yang menjadi penyebab minimnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal syariah. Hal ini terbukti dengan modal yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII)
1
Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum Islam UIN SU
masih sangat kecil dibandingkan dengan modal yang masuk dalam pasar modal konvensional. Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah.2 Adapun daftar saham JII yang telah diterbitkan Bursa Efek Indonesia berdasarkan Daftar Efek Syariah adalah sebagai berikut: Tabel 1. Daftar Efek Syariah No. Kode Nama Emiten
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
AALI ADRO AKRA ASII ASRI BSDE ICBP INCO INDF INTP ITMG JSMR KLBF LPKR LPPF LSIP MPPA
Astra Agro Lestari Tbk. Adaro Energy Tbk. AKR Corporindo Tbk. Astra International Tbk. Alam Sutera Realty Tbk. Bumi Serpong Damai Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Vale Indonesia Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Indo Tambangraya Megah Tbk. Jasa Marga (Persero) Tbk. Kalbe Farma Tbk. Lippo Karawaci Tbk. Matahari Department Store Tbk. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Matahari Putra Prima Tbk.
No. 18 19 20 21 22
Kode PGAS PTPP PWON SCMA SILO
Nama Emiten Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PP (Persero) Tbk. Pakuwon Jati Tbk. Surya Citra Media Tbk. Siloam International Hospitals Tbk.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_Islamic_Index
23 24 25 26 27 28 29 30
SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMRA Summarecon Agung Tbk. SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. UNTR United Tractors Tbk. UNVR Unilever Indonesia Tbk. WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Sumber: http://www.idx.co.id Setiap perusahaan yang terdaftar pada bursa saham mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan keuangan perusahaannya kepada publik sebagai pertanggung jawaban mereka terhadap investasi yang telah dilakukan investor terhadapa perusahaan mereka untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan dan kesehatan perusahaan dalam kurun masa yang telah berjalan. Hasil dari pelaporan tersebut dapat digunakan oleh investor sebagai acuan untuk keputusan investasi terhadap perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Laporan keuangan pada perusahaan merupakan sebuah informasi yang penting dalam mengukur tingkat kinerja keuangan perusahaan untuk melakukan investasi. Keuangan yang biasanya disajikan dalam manajemen perusahaan yang lazim digunakan dalam memprediksi saham meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Hal ini tidak relefan jika tidak menggunakan analisis rasio keuangan yang biasanya menjadi alat ukur perusahaan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan yang selama periode berjalan menguntungkan bagi perusahaan dalam pasar modal atau malah merugikan perusahaan. Berinvestasi di dalam Islam sangat dianjurkan dan merupakan salah satu kegiatan muamalah dimana harta yang diinvestasikan diharapkan dapat menjadi produktif dan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat dan orang banyak. Dalam istilah ilmu fikih, yang dimaksud dengan harta oleh kalangan Hanafiyah adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan untuk digunakan saat dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai kecuali bila dibolehkan menggunakannya secara syariat. Mereka membedakan antara materi dan nilai. Materi hanya bisa berwujud hanya ketika seluruh manusia atau sebagian diantara mereka menggunakannya sebagai materi. Tetapi nilai hanya berlaku bila dibolehkan oleh ajaran syariat.3 Al-Quran dengan tegas melarang penimbunan (iktinaz) harta yang dimiliki sebagaimana disebutkan dalam alqur’an Surat At-taubah ayat 34 yang artinya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan harta di pasar modal. Pasar modal merupakan suatu wadah bagi pihak yang memiliki kelebihan harta (investor) untuk menyertakan modalnya kepada perusahaan yang membutuhkan dana (emiten) sehingga perusahaan yang 3
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 3
membutuhkan modal tersebut dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan juga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat luas. Adapun pasar mosal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksinya dan terlepas dari hal yang dilarang seperti riba, perjudian, gharar yang berlebihan, tadlis, dan lain-lain.4 Beberapa prinsip umum dalam melakukan investasi syariah diantaranya:5 1. Prinsip halal dan thayyib 2. Prinsip transparansi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang tidak diketahui pasti akan kebenarannya) dan berbau maysir. 3. Prinsip keadilan dan persamaan. 4. Dari segi penawaran (supply) maupun permintaan (demand), pemilik harta (investor) dan pemilik usaha (emiten) maupun bursa dan self regulating organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar. Investasi dilihat dari sudut kerohanian merupakan sebuah amal saleh yang kelak akan menjadi bekal bagi manusia pada hari perhitungan kelak. Karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengetahui tentang masa depan, sehingga Allah memerintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal baik di dunia maupun di akhirat kelak. 6 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Hasy: 18, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu lakukan.” Dalam prinsip ekonomi Islam saham memiliki banyak kesamaan dengan syirkah. 7 Syirkah merupakan suatu akad antara dua pihak atau lebih untuk bersama-sama memberikan konrtribusi, seperti dana, keahlian, pekerjaan dan reputasi. Kemudian akad syirkah juga diawali dengan kesepakatan pembagian hasil ketika mendapat keuntungan dan juga pembagian kerugian. Adapun pola syirkah yang dapat dilakukan di saham adalah dalam bentuk musyarakah dan mudharabah. Perbedaan keduanya terletak pada pemberian modal, dalam akad musyarakah shahibul mal terdiri dari seluruh partner, tetapi dalam mudharabah hanya satu pihak yang memberikan modal pihak yang lainnya bertugas untuk memproduktifkan usaha kemitraan mereka. Saham adalah merupakan surat-surat berharga atau bukti kepemilikan suatu perusahaan yang mempunyai hak-hak untuk:8 1. Berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan, yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
4
Najmudin. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern. CV. Andi Offset. 2011, h. 257 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal. 39 6 Ibid, h. 30. 7 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait. Cet: 4 (Jakarta: TP RajaGrafindo, 2004), h. 219. 8 Zaky Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi delapan. BPFE-Yogyakarta. H. 389-390 5
2. Memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk deviden yang dibagi oleh perusahaan. 3. Membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing-masing dapat tidak berubah. 4. Menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan telah dilikuidasi. Selain akad yang dijalankan, produk yang menjadi usaha perusahaan tempat berinvestasi harus sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dalam pasar modal. Ketentuan tersebut diantaranya; usaha yang dijalankan tidak melanggar ketentuan syariah, utang perusahaan tidak melebihi ekuitas yang ada di perusahaan tersebut seperti ketentuan yang tertulis dalam Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Saham dapat mengakomodir masyarakat yang memiliki peluang usaha namun tidak memiliki modal dengan masyarakat yang memiliki modal tetapi tidak memiliki peluang usaha. Mereka berkumpul untuk mencapai kesuksesan bersama. Tentunya seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, selama tidak ada yang berkhianat – misalnya dengan memberikan informasi yang menyesatkan atau dengan menipu atau dengan korupsi, maka Allah akan selalu bersama meraka.9 Allah berfirman dalam Hadist Qudsi yang diriwayatkan Abu Dawud yang artinya: “dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari kedua orang yang berserikat selama salah satu dari mereka tidak mengkhianati temannya. Jika (diantara mereka) berkhianat, maka aku keluar dari keduanya. (HR: Abu Dawud dan disahihkan Hakim) Saham terdiri dari saham biasa (Common Stock) dan saham preferensi (Preferred Stock). Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegangnya mempunyai kepemilikan atas asset perusahaan. Pemegangnya memiliki hak suara dalam RUPS. Dalam referensi lainnya dijelaskan, saham (biasa) adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).10 B. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat analisis deskriptif yaitu penelitian yang menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan tentang variabel-variabel penelitian yang ada. Penelitian ini juga bersifat kuantitatif, yaitu data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka-angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti, sehingga data seperti ini memungkinkan untuk dianalisis. 11 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara.12 Yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Populasi perusahaan yang terdaftar pada JII adalah sebanyak 30 perusahaan dari beberapa bagian. 9
Iwan P. Pontjowinoto, Kaya&Bahagia Cara Syariah, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2010), Cet. Pertama, h. 182. Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h. 73 11 Syamsul Hadi dan Widyarini, Metodologi Penelitian untuk Manajemen dan Akuntansi, hlm. 68. 12 Nur Indriyanto dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, edisi I (Yogyakarta, BPFE, 1999), hlm. 147. 10
Penelitian ini menggunakan sampel dengan pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel saham perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi kriteria penelitian hanya akan meneliti dan membahas perusahaan yang berada pada bidang yang sama dengan pertimbangan keseragaman bidang akan memberikan ciri dari perusahaan yang mirip, lebih fokus kepada perusahaan yang sejenis dan keterbatasan waktu penelitian. Dari hasil pengumpulan data awal, dapat diketahui bahwasanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII terdiri dari 8 sektor perusahaan dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2. Sektor Perusahaan yang terdaftar pada JII No Jenis Industri Jumlah Kode Perusahaan 1
Miscellaneous Industry
1
ASII
2
Basic Industry Chemicals
2
INTP, SMGR
3
Mining
3
ADRO, INCO, ITMG
4
Infrastructur, Utilities and Transportation
3
JSMR, TLKM
5
Cunsumer Goods Industry
4
ICBP, INDF, KLBF, UNVR
6
Agriculture
3
AALI, SSMS
7
Trade, Services Investment
and
6
AKRA, LPPF, MPPA, SCMA, SILO, UNTR
8
Property, Real Estate and Building Construction
8
ASRI, BSDE, LPKR, PTPP, PWON, SMRA, WIKA, WSKT
TOTAL
and
PGAS,
LSIP,
30 Perusahaan
Sumber: http://www.idx.co.id (data diolah)
Dalam hal ini peneliti menggunakan perusahaan dengan jumlah perusahaan terbanyak untuk diteliti yaitu perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang berjumlah sebanyak 8 perusahaan didalamnya. Data yang digunakan adalah data kinerja keuangan dari
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII tersebut dan peneliti membatasi data penelitian yang diteliti dalam rentang waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. C. Temuan Penelitian a. Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) PT Alam Sutera Realty Tbk. didirikan pada tanggal 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19 September 2007 No.71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta. Perusahaan telah menjadi pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri, dan juga pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan (pengembangan kawasan terpadu). Dari laporan kinerja keuangan perusahaan ini dapat diketahui bahwa untuk rentang waktu tahun 2011 sampai dengan 2014 kondisi total assets, total liabilities dan total equity perusahaan mengalami kenaikan tiap tahunnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan dapat terus mempertahankan kinerja perusahaannya dengan baik sehingga semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan secara optimal untuk memperoleh keuntungan bagi para investor. Sedangkan untuk nilai total revenues mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 akan tetapi pada tahun 2014 terjadi sedikit penurunan. Terjadinya penurunan revenue pada tahun 2014 tersebut disebabkan oleh terjadinya penurunan beban pokok penjualan, jasa dan usaha lainnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Gambar 1. Kinerja Keuangan ASRI Dilihat dari analisis rasio dari laporan keuangannya, dapat dilihat dari gambar 1 di atas bahwasanya rasio keuangan perusahaan mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari pergerakan nilai rasio yang ada, perubahan ataupun fluktuasi dari masing-masing
rasio masih menunjukkan pergerakan yang sama. Alam Sutera Realty Tbk. mengalami penurunan dalam perhitungan Current Ratio pada tahun 2013, hal ini dapat diartikan bahwasanya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan begitu juga halnya dengan ROA dan ROE juga mengalami penurunan untuk jangka waktu yang sama. Kenaikan nilai dari rasio pada laporan keuangan ini dapat diartikan bahwasanya perusahaan mengalami kenaikan kinerja perusahaan dalam hal memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan juga mereka mengalami peningkatan efisiensi perputaran aktiva. Secara teori, dapat dilihat bahwasanya semakin tinggi tingkat Current Ratio, ROA dan ROE suatu perusahaan diharapkan akan meningkatkan tingkat pengembalian (return) perusahaan tersebut. Akan tetapi, hal ini bertolak belakang dengan data yang dihasilkan dimana nilai Current Ratio, ROA dan ROE perusahaan tersebut berbanding terbalik dengan Return perusahaan untuk tahun 2012. Adanya penurunan pada nilai rasio dapat memberikan perkiraan yang buruk bagi para investor untuk melakukan penanaman modal mereka kembali pada perusahaan tersebut. Untuk itu perusahan harus terus berusaha untuk mempertahankan kinerja perusahaannya agar selalu dalam kondisi yang baik. b. Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) Perusahaan pertama kali didirikan dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Bumi Serpong Damai No. 50 tanggal 16 Januari 1984 jo Akta Perubahan No. 149 tanggal 27 Oktober 1984 dan Akta Perubahan No. 82 tanggal 23 April 1985, ketiganya dibuat di hadapan Benny Kristianto, SH, Notaris di Jakarta. Akta Pendirian beserta perubahannya tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-5710.HT.01.01.Th.85 tanggal 10 September 1985 dan telah didaftarkan dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Barat berturut di bawah No. 1008/1985, No. 1007/1985 dan No. 1006/1985 ketiganya tanggal 25 September 1985 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 67 tanggal 22 Agustus 1986, Tambahan No. 1016. Laporan keuangan tahunan yang diberikan oleh Bumi Serpong Damai Tbk. menunjukkan bahwa tiap tahunnya perusahaan mengalami peningkatan dalam perolehan total assets, total liability, total revenues dan profit perusahaan. Hal ini memberikan suatu indikasi bahwasanya perusahaan ini mampu untuk menjaga kesehatan dari keuangan perusahaan sehingga dapat memberikan rasa aman bagi para investor yang mengharapkan adanya imbal hasil yang positif atau mengntungkan bagi mereka. Perolehan total assets, total liability, total revenues dan profit perusahaan yang terus mengalami kenaikan secara tidak langsung akan menjadikan perusahaan tersebut akan dapat terus berjalan dengan modal yang cukup karena minat para investor diharapkan akan terus mengalir karena perusahaan dapat memberikan keyakinan akan kesehatan keuangan perusahaannya.
Gambar 2. Kinerja Keuangan BSDE Rasio tingkat pengembalian laba terhadap aset maupun modal setiap tahunnya mengalami kenaikan, akan tetapi kenaikan tersebut tidak diikuti oleh kenaikan akan harga closing saham perusahaan. Pada tahun 2011 ke tahun 2012, perusahaan mengalami penurutan harga saham yang dalam hal ini akan memberikan dampak negatif kepada para investor karena penurunan harga saham bisa jadi karena hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan. c. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) Lippo Karawaci Tbk. mengawali perjalanannya di tahun 1993, tumbuh dari PT Tunggal Reksakencana yang didirikan pada Oktober 1990. Di tahun 1993, Perseroan memulai proyek kota mandiri pertamanya di Tangerang, sebelah barat Jakarta dengan nama Lippo Village. Lippo Village merupakan sebuah komunitas mandiri berkelanjutan. Perseroan tidak hanya membangun pemukiman dan daerah komersial, sekolah, rumah sakit, mal, hotel, lapangan golf, tetapi juga membangun jalan sepanjang 364 km, menanam 157.486 pohon dan juga membangun beberapa fasilitas pengolahan air di tiga kota mandiri yang didirikannya selama 24 tahun usianya; sebagai bagian dari komitmen Perseroan untuk membangun lingkungan tempat tinggal yang berkelanjutan yang memberi dampak positif terhadap kualitas hidup masyarakat di tempat Perseroan menjalankan bisnisnya. Perseroan ini mengkonsolidasikan bidang usahanya menjadi empat pilar utama: Properties (yang terdiri dari Urban Development dan Large Scale Integrated Development), Healthcare, Commercial (Mal Ritel dan Hotel) dan Asset Management (Town Management atau pengelola kota mandiri dan Portfolio Management atau pengelola portofolio).
Gambar 3. Kinerja Keuangan LPKR Lippo Karawaci Tbk. memberikan informasi didalam laporan keuangan tahunannya menunjukkan bahwa tiap tahunnya perusahaan mengalami peningkatan dalam perolehan total assets, total liability, total revenues dan profit perusahaan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan dalam kondisi yang sehat dan layak untuk menjadi salah satu alternatif dalam melakukan investasi. d. PP (Persero) Tbk. (PTPP) Perseroan ini merupakan salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia telah berdiri sejak tahun 1953. Dengan pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan senantiasa meningkatkan kinerja guna memberikan nilai lebih bagi seluruh pemangku kepentingan dengan fokus pada pengembangan 6 (enam) pilar bisnis perusahaan, yakni Konstruksi, EPC, Properti, Peralatan, Investasi dan lain-lain (Pracetak).
Gambar 4. Kinerja Keuangan PTPP Return perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2012, hal ini disebabkan karena fluktuasi dari harga closing perusahaam tersebut. Perubahan harga saham perusahaan memang sering terjadi. Akan tetapi, jika dilihat dari pergerakan closing price perusahaan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat dari laporan kinerja perusahaan, perusahaan ini memiliki prospek peningkatan yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan harga saham perusahaan yang pada akhir desember 2012 masih berada di bawah rata-rata indeks harga saham gabungan, mulai bergerak naik diakhir 2013 dan terus berherak naik hingga saat ini. Peningkatan ini merupakan indikasi yang baik bagi perusahaan untuk menjadi salah satu perusahaan yang akan dilirik oleh investor karena perusahaan mengalami peningkatan dan mampu memberikan peningkatan pengembalian bagi pemegang saham. e. Pakuwon Jati Tbk. (PWON) PT. Pakuwon Jati Tbk. didirikan berdasarkan akta No. 281 tanggal 20 September 1982 dari Kartini Muljadi, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesiadengan Surat Keputusannya No. C2308.HT.01.TH.83 tanggal 17 Januari 1983, serta diumumkan dalam Berita Negara No. 28 tanggal 8 April 1983 Tambahan No. 420. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan di tahun 2012, yang pertama dengan akta notaris No. 18 tanggal 21 Pebruari 2012, kemudian dengan akta No. 28 tanggal 13 Maret 2012 mengenai pemecahan saham. Semua akta perubahan tersebut dari notaris Esther Mercia Sulaiman, S.H., notaris di Jakarta. Akta perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Suratnya No. AHU-AH.01.10-09074 tanggal 14 Maret 2012.
Gambar 5. Kinerja Keuangan PWON f. Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Summarecon Agung Tbk. didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Soetjipto Nagaria dan rekan–rekannya untuk membangun dan mengembangkan real estat. Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di kawasan rawarawa di daerah Kelapa Gading, para pendiri
Perusahaan berhasil mengubah kawasan tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling bergengsi di Jakarta. Seiring berjalannya waktu, Summarecon berhasil membangun reputasi sebagai salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal dengan ‘township’. Summarecon membangun kota terpadu yang mengintegrasikan pengembangan perumahan dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang beragam dan lengkap bagi para penghuninya. Dalam tiga dasawarsa terakhir, Summarecon telah mengembangkan kemampuan di segala bidang real estat: meliputi pengembangan, arsitek, teknik, manajemen proyek dan konstruksi, perencanaan tata kota, infrastruktur, teknik desain yang berkelanjutan, manajemen kota terpadu, dan manajemen properti ke dalam pengembangan kota terpadu kami.
Gambar 6. Kinerja Keuangan SMRA Sama halnya dengan PTPP, SMRA juga menunjukkan perkembangan indeks harga saham yang cukup baik yang mendekati indeks harga saham gabungan dan berada di atas indeks perusahaan sejenis. Ini bisa menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk terus memaksimalkan kinerja perusahaan agar bisa menjadi lebih baik lagi. Dari segi kinerja keuangan berdasarkan laporan keuanga, perusahaan ini juga menunjukkan kinerja yang baik dan terus meningkat. g. Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) PT Wijaya Karya (Persero) (WIKA) tak bisa dipisahkan dari sejarah pembangunan Indonesia setelah kemerdekaan. Perusahaan ini adalah hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij enBouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, pada 11 Maret 1960. WIKA memiliki kontribusi dalam pembangunan infrastruktur yang menjadi ikon nasional hingga saat ini. Satu di antaranya adalah berperan dalam pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno. Pelan tapi pasti WIKA berubah menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi. Agar kepak sayap bisnis bisa lebih tinggi, sejumlah anak perusahaan pun dibentuk seperti WIKA Beton, WIKA Intrade, dan WIKA Realty.
Tahun 2014 dengan cara pandang baru, WIKA membagi ulang segmen bisnisnya menjadi 5 pilar yakni: Industri, Infrastruktur & Gedung, Energi & Industrial Plant, Realty & Property, dan Investasi. Dengan segmentasi seperti ini diharapkan kinerja WIKA akan lebih solid guna mewujudkan “operational excellence for best results” melalui peningkatan penyelesaian proyek yang lebih cepat.
Gambar 7. Kinerja Keuangan WIKA WIKA merupakan perusahaan besar yang ada di Indonesia, nama besar perusahaan ini tentunya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk menjadi salah satu perusahaan yang menjadi pilihan bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena investor menginginkan adanya pengembalian atau return yang besar bagi mereka. Laporan keuangan dari perusahaan ini menunjukkan kinerja keuangan yang baik. Hal ini terlihat dari total assets, total liabilities, total equity dan profit dari perusahaan yang terus bergerak naik atau meningkat. Peningkatan yang terjadi menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan sumber daya keuangan yang mereka miliki secara optimal untuk menghasilkan keuntungan yang pada akhirnya akan memberikan pendapatan yang besar kepada investor yang telah menginvestasikan kelebihan dana mereka. h. Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) PT Waskita Karya (Persero) Tbk menjalankan bisnis di bidang industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan, investasi, agro industri, pekerjaan terintegrasi (Engineering, Procurement, and Construction: EPC), serta bidang lainnya sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan. Perseroan didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tanggal 1 Januari 1961 melalui proses nasionalisasi perusahaan asing yang semula bernama Volker Aannemings Maatschapiij N.V. Kemudian, diubah menjadi PT Waskita Karya (Persero). Pada Desember 2012, Perseroan melakukan go public dan menjadi PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Gambar 8. Kinerja Keuangan WSKT Sebagai salah satu perusahan besar milik negara, WSKT mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor yang sama. Adanya kepemilikan negara pada perusahaan ini otomatis memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam hal keamanan dan jaminan akan adanya dukungan pemerintah dalam mendukung keamanan dan kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini tentunya menjadi salah satu nilai tambahah bagi perusahaan dan menjadi jaminan bagi para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan ini. Dari segi kesehatan perusahaan dilihat dari kinerja keuangan perusahaan ini, dari segi total asset dan total liabilities yang mereka miliki dalam setiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang baik. Begitu pula halnya dalam hal pendapatan total modal (equity) dan juga total pendapatan dan keuntungan, bergerak naik. D. Pembahasan Perusahaan sektor Property, Real Estate and Building Construction merupakan perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi bangunan. Perusahaan yang bergerak disektor ini merupakan perusahaan yang produktif dalam menumbuhkembangkan Indonesia dengan melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur dan melakukan pembangunan baik itu perumahan, hotel, apartemen, gedung perkantoran dan lain-lain. Perusahaan yang berada pada sektor Property, Real Estate and Building Construction ini merupakan perusahaan yang memiliki jumlah terbanyak yang terdaftar pada JII. Oleh karena itu peneliti mengambil perusahaan pada sektor Property, Real Estate and Building Construction ini yang menjadi bahasan penelitian yaitu berjumlah 8 perusahaan. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya
secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Dari hasil temuan penelitian dalam memberikan gambaran dan penjabaran data-data dari laporan keuangan perusahaan pada sektor penelitian diperoleh penjelasan bahwasanya perusahaan pada sektor Property, Real Estate and Building Construction menunjukkan kinerja keuangan yang baik secara garis besar. Hal ini ditunjukkan dari laporan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan yang memperlihatkan kinerja yang baik dengan indikator dari total assets, total liabilities dan total equity perusahaan yang terus mengalami peningkatan. Begitu pula dari laporan rasio laporan keuangan yang juga memberikan penilaian yang cukup baik untuk perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Current Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang nantinya akan dapat menaikkan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi nilai dari current ratio ini maka akan semakin bagus karena perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan dengan memanfaatkan aktiva dari perusahaan tersebut. Rasio ini dapat menjadi acuan bagi investor untuk melihat kinerja perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat mereka menginvestasikan harta mereka. Return On Assets (ROA) merupakan rasio digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. yang di mana Return On Assets menghubungkan antara laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva. Rasio ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang mereka miliki. Rasio ini juga akan menunjukkan kinerja dari perusahaan sejauh mana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang mereka miliki untuk menghasilkan keuntungan. Hampir sama dengan ROA, Return on Equity (ROE) merupakan rasio digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang mereka miliki. Return On Equity menghubungkan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas yang dimiliki. Rasio ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas atau modal perusahaan yang mereka miliki. Rasio ini juga akan menunjukkan kinerja dari perusahaan sejauh mana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang mereka miliki untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, laporan keuangan dari perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index dapat dijadikan acuan bagi para investor yang ingin melakukan investasi sehingga para investor yakin bahwa investasi yang akan mereka tanamkan pada perusahaan tersebut akan aman mengingat kinerja perusahaan yang dapat dipercaya berdasarkan laporan keuangan yang telah diberikan. A. Penutup Dari penelitian ini berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi sebagai berikut: 1. Kinerja keuangan perusahaan sangat berpengaruh terhadap saham yang telah diterbitkan perusahaan bagi investor. Kinerja keuangan tersebut dapat diukur dengan menggunakan
rasio keuangan yang telah ditetapkan perusahaan, karena rasio keuangan yang merupakan suatu informasi dapat menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (account) dari laporan keuangan dan juga dapat mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan yang akan berpengaruh terhadap tingkatkenaikan return saham. 2. Bagi investor, menganalisis kinerja perusahaansangat perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan perusahaan. Analisis terhadap rasio-rasio laporan keuangan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi pada perusahaan tersebut. 3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan ataupun referensi bagi penelitian lebih lanjut baik dibidang yang sama dengan variabel yang sama ataupun dengan metode yang berbeda untuk dikembangkan dan diperbaiki. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan penambahan variabel penelitian ataupun dengan bentuk lainnya, misalnya dengan memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat lebih mencerminkan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Alquran Al-karim Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Empat. Gill, James O. 2004. Dasar-dasar Analisis Keuangan. Jakarta : PPM Hadi, Samsul. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan. Jakarta: Erlangga. Hadi, Syamsul dan Widyarini. 2009. Metodologi Penelitian Untuk Manajemen Dan Akuntansi. Yogyakarta: Ekonisia. Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana. Husnan, Suad & Enny Pudjaiastuti, Enny. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Indriyanto, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, edisi I. Yogyakarta: BPFE. Kennedy. “Pengaruh ROA, ROE, Earning per Share, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio terhadap Retun Saham” Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Pontjowinoto, Iwan P. 2010. Kaya&Bahagia Cara Syariah, Jakarta: Penerbit Hikmah. Raharjaputra, Hendra S.. 2011. Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. 2009. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Setia Atmaja, Lukas. 1994. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Andi Offset. Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media. Sundjaja Ridwan S. & Barlian, Inge. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta : PT Prenhallindo. Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tampubolon, Manahan. 2005. Manajemen Keuangan. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia. Van Greuning, Hennie and Iqbal, Zamir. 2011. Analisis Resiko Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat. Wibowo, Lucky Bani “Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Probabilitas terhadap Return Pemegang Saham” https://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_Islamic_Index.