ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN DAN PEMBENTUKAN MODEL PREDIKSI KEUANGAN (Studi Kasus: PT.Prudential Life Assurance)
Disusun Oleh : Hari Candra (H24062475)
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT Hari Candra. H24062475. Financial Performance Analysis Based on Comparation Analysis and Building financial Estimation Model (Case Studies PT.Prudential Life Assurance). Under Guidance Mr. Dr.Ir.Abdul Kohar,M.Sc. PT Prudential Life Assurance established in 1995. PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) is the subdivision of Prudential plc, London, England. Prudential Indonesia is subsidiary of Asia region and headquarter in Prudential Corporation Asia (PCA) regional office, Hong kong, China. The combination of two concern, that is Prudential’s international experience in life insurance business with the knowledge of indonesian local business rite makes Prudential Indonesia committed to continue on developing their business in Indonesia. The impacts of global investment climates are estimated also influences Indonesian business. Changes are impacted almost every business sector and takes effect on company financial strength, not exclude unit link based insurance sector. Unit link is combining insurance and investement, that is why unit link also had the impact of global crisis. The company financial strength is reflected on company financial statement and financial ratios. One of the financial ratio that is ussualy used to indicates the position of company is Risk Based Capital (RBC). RBC is used to quantify the strength of insurance company in order to anticipated the deviation effect of wealth and obligation management. One of the interesting issues concerning the RBC happened in PT Prudential Life Assurance. It experienced significant descent ratio since 2006. However, the declination of RBS not always mean performance degradation. It needs advance analysis in financial statement to ensure the real effect. Analysis in financial statement indeed would help company in making decisions, concerning risk anticipation and product expansion. Financial statement analysis also needed in financial estimation model building, which used to establish the aim of company in the advance. In this reason, the company recomandated to do “Financial Performance Analysis Based on Comparation Analysis and Building Financial Estimation Model”. The research in the matter of analysis have been done in PT. Prudential Life Assurance in Jl.Jenderal Sudirman Kav. 7-8, Jakarta. The purpose of research are (1) To analysis the comparison of financial performance within 5 years, since 2005 until 2009, (2) To review factors that influence RBC degradation within last 3 years (2006-2008), (3) To review the implication of RBC degradation on financial strength of company, (4) To review the bankruptcy status of PT. Prudential Life Assurance, as the effect of RBC degradation and global crisis, (5) To rank the financial health level of company, based on Bond Rating Model criteria, (6) To forecast the company financial strength for next 3 years (20102012). The method used in research include comparation analysis method, financial ratios analysis method, Index series analysis, Common size analysis, trend analysis, bond rating prediction model, and z-score model. The technique to
collect data are field research and literature research. The data gathered and analyzed to achieve the conclusion. According to the result of research, can be concluded that financial performance of PT Prudential Life assurance appertains good. This indicates by the excalation in total assets, however the increased total assets also accompined by the excalation of total liabilities and the degradation of total capital. Overall result of ratio analysis showed good value. This can be concluded from the fact that internal liquidity, operational performance, solvability, and growth level are decent( good enough). But, there were significant decrease in 2008 which was the year of economic crisis occurred. The cause factor of decreasing RBC ratio within 3 periods (2006-2008) is the degradation of solvability level. The degradation of solvability level supported by significant increase in minimum solvability level margin (MSLM). The decrease of RBS is a indicator to company strength in order to pay future claims do not have any significant implication to company. Company still capable to fulfill it obligation any claims in future while the value of RBC under the minimum margin issued by Financial Department, i.e. 120 percent. Bankruptcy issue in 2004 in fact do not proven. Company are predicted still capable to continue their operation for long time. Global economic crisis and degradation of RBC could not bring company to business bankruptcy. z-score result within 2005 - 2009 period showed that it still sustainable, although it was no doubt that in 2008 years, the z-score happen decreasing until it reach 2,675. The company financial health status during 2005-2009 reach extraordinary result consecutively. Company obtain AAA rank for 5 periods. That rank indicated it had stable finance ratio proportion and financial strength, also categorized as very good. Company financial strength projection for next 3 years (2010-2012) giving description that company still vulnerable in utilize asset and capital, in order to deliver net profit for the company. This reflected from company projection value on ROA and ROE, which tend to decrease. Although Net profit projection have tendency to improve in the future, but still can not surpass 2009 net profit growth. The appropriate managerial implications is to redesign a optimum portofolio so the yield level provided to customer become more, thus deliver more net profit for company. Incentives programs for agency also need improvement to trigger improvement in making new customer. Moreover the training programs also need more improvement to ensure better customer service quality.
ABSTRAK Hari Candra. H24062475. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Analisis Perbandingan dan Pembentukkan Model Prediksi Keuangan (Studi Kasus PT.Prudential Life Assurance). Di bawah bimbingan Dr.Ir.Abdul Kohar,M.Sc. PT. Prudential Life Assurance berdiri sejak tahun 1995. PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) merupakan bagian dari Prudential plc, London, Inggris. Prudential Indonesia termasuk dalam kawasan Asia dan menginduk pada kantor regional Prudential Corporation Asia (PCA) yang berkedudukan di Hong Kong. Penggabungan antara dua hal,yaitu pengalaman internasional Prudential di bidang asuransi jiwa dengan pengetahuan tata cara bisnis lokal menjadikan Prudential Indonesia memiliki komitmen untuk terus mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Krisis ekonomi global yang melanda dunia pada tahun 2008 membawa suatu dampak negatif kepada perkembangan iklim investasi dunia. Perubahan yang terjadi terhadap iklim investasi dunia diperkirakan juga berdampak kepada sektor usaha di Indonesia. Hampir semua sektor usaha mengalami perubahan dan berpengaruh terhadap kekuatan keuangan perusahaan, tidak terkecuali sektor asuransi yang berbasis unit link. Hal ini dikarenakan unit link tidak hanya bergerak dalam bidang asuransi, tetapi juga melibatkan unsur investasi. Perubahan terhadap kekuatan keuangan perusahaan,khususnya di bidang asuransi akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar claim atas sejumlah uang pertanggungan yang telah dijanjikan kepada nasabah. Kekuatan keuangan perusahaan tercermin dalam wujud laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan. Salah satu rasio keuangan yang sering kali dijadikan sebagai suatu indikator posisi keuangan perusahaan adalah Risk Based Capital (RBC). Rasio tersebut digunakan untuk mengukur kekuatan suatu perusahaan asuransi untuk mengantisipasi akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Permasalahan yang cukup menarik mengenai RBC tersebut terjadi pada PT.Prudential Life Assurance. Perusahaan mengalami penurunan yang signifikan terhadap rasio tersebut dari tahun 2006, namun demikian penurunan RBC tersebut tidak selamanya mengindikasikan suatu penurunan kinerja dari PT.Prudential Life Assurance. Perlu analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan PT.Prudential Life Assurance. Analisis terhadap laporan keuangan tersebut tentunya akan sangat membantu perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan antisipasi dan perluasan produk. Analisis laporan keuangan juga sangat diperlukan untuk pembentukkan model prediksi keuangan yang akan digunakan untuk menentukan arah perkembangan perusahaan di masa mendatang, oleh karena itulah sangat diperlukan suatu studi mengenai “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Analisis Perbandingan dan Pembentukkan Model Prediksi Keuangan”. Penelitian dilakukan pada PT.Prudential Life Assurance yang berlokasi di Jl.Jenderal Sudirman Kav.7-8, Jakarta. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis perbandingan kinerja keuangan PT.Prudential Life Assurance selama lima tahun terakhir (2005-2009), (2) Mengkaji faktor penyebab menurunnya RBC PT.Prudential Life Assurance dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2006-2008), (3) Mengkaji implikasi penurunan RBC terhadap kekuatan keuangan
PT.Prudential Life Assurance, (4) Mengkaji status kepailitan PT.Prudential Life Assurance akibat gejala penurunan RBC dan dampak krisis global, (5) Menilai peringkat kesehatan kekuatan keuangan PT.Prudential Life Assurance berdasarkan criteria Bond Rating Model, (6) Memproyeksikan kekuatan keuangan perushaan untuk 3 periode mendatang (2010-2012). Metode yang digunakan adalah metode analisis perbandingan, metode analisis rasio-rasio keuangan, analisis indeks berseri, analisis common size, analisis trend, bond rating prediction model, dan z-score model. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mencapai suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan PT. Prudential Life Assurance secara keseluruhan tergolong baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan pos total aktiva pada neraca, namun demikian peningkatan total aktiva tersebut juga diiringi dengan peningkatan pada pos total kewajiban dan penurunan pada pos total modal. Secara keseluruhan hasil analisis rasio juga menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada komponen likuiditas internal, kinerja operasional, solvabilitas, dan tingkat pertumbuhan yang cukup memuaskan. Hanya saja terdapat penurunan yang cukup besar pada tahun 2008 yang merupakan tahun terjadinya krisis ekonomi global. Faktor penyebab rasio RBC selama 3 periode (2006-2008) mengalami penurunan adalah menurunnya tingkat solvabilitas perusahaan pada periode tersebut. Penurunan tingkat solvabilitas tersebut juga didukung oleh peningkatan secara signifikan jumlah batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) perusahaan. Penurunan RBC sebagai suatu indikator kemampuan perusahaan dalam membayar klaim di masa depan tidak memiliki implikasi yang cukup berarti bagi kekuatan keuangan perusahaan di masa depan. Perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban pembayaran klaim di masa mendatang dengan tingkat RBC yang masih berada jauh di atas ketentuan RBC yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan, yaitu sebesar 120 persen. Isu kepailitan yang beredar pada tahun 2004 ternyata tidak terbukti. Perusahaan diprediksi masih mampu menjalankan usahanya dalam jangka waktu yang cukup lama. Krisis ekonomi global dan penurunan RBC juga belum mampu menjadikan perusahaan menyandang status pailit. Hasil z-score pada periode 2005-2009 menunjukkan bahwa perusahaan akan tetap bertahan, walaupun tidak dipungkiri bahwa pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan z-score sampai pada angka hampir di atas nilai standard 2,675. Kesehatan keuangan perusahaan selama 5 periode (2005-2009) berturutturut memiliki hasil yang luar biasa. Perusahaan memperoleh predikat AAA selama 5 periode. Predikat tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki proporsi rasio keuangan dan kekuatan keuangan yang stabil dan dikategorikan sangat sehat. Proyeksi kekuatan keuangan perusahaan untuk 3 periode mendatang (20102012) memberikan gambaran bahwa perusahaan masih sangat lemah dalam mendayagunakan asset dan modal untuk menghasilkan laba bersih. Hal ini tercermin dari hasil proyeksi untuk nilai ROA dan ROE perusahaan yang cenderung mengalami penurunan. Proyeksi laba bersih perusahaan walaupun
memiliki kecenderungan peningkatan di masa mendatang, namun masih belum melebihi peningkatan laba bersih pada tahun 2009. Implikasi manajerial yang tepat adalah dengan merancang kembali suatu portofolio yang optimum agar tingkat imbal hasil yang ditawarkan oleh perusahaan kepada nasabah dapat ditingkatkan, dengan demikian laba bersih perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Program-program pemberian insentif kepada para tenaga pemasaran juga harus terus dilakukan untuk memicu peningkatan penjualan polis kepada para nasabah. Selain itu, pemberian pelatihan kepada para tenaga pemasaran juga harus lebih digiatkan agar kualitas pelayanan kepada nasabah juga dapat lebih ditingkatkan.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN DAN PEMBENTUKAN MODEL PREDIKSI KEUANGAN (Studi Kasus: PT.Prudential Life Assurance)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh HARI CANDRA H24062475
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Analisis Perbandingan Dan Pembentukan Model Prediksi Keuangan (Studi Kasus: Pt.Prudential Life Assurance)
Nama
: Hari Candra
NIM
: H24062475
Menyetujui Pembimbing,
(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) NIP: 19491201978031002
Mengetahui Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP: 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Hari Candra lahir pada tanggal 26 April 1988 di Pematang Siantar, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tjhin Sien Sot dan Anne Hartati. Penulis mengawali pendidikan di SD Regina Pacis Bogor pada tahun 1994 sampai tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Regina Pacis Bogor (2000-2003) dan SMA Regina Pacis Bogor pada tahun 2003 dan masuk dalam program IPA pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan penulis aktif kursus Bahasa Mandarin pada tahun 2007 sampai dengan 2009 dan melanjutkan memperdalam Bahasa Mandarin hingga saat ini. Penulis juga memiliki beberapa prestasi diantaranya Juara I Lomba Riset Pendapat Masyarakat dalam rangka Hari Listrik ke 59 (2005), Juara II Lomba pekan Biogen LIPI (2005), Juara harapan I Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional Oktinus di Universitas Brawijaya Malang 2006, Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ekonomi Tingkat Jabodetabek (2006), Finalis 10 besar Penulisan Novel Remaja oleh Penerbit Bioma (2006).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul ” Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Analisis
Perbandingan dan Pembentukkan Model Prediksi
Keuangan” (Studi Kasus PT.Prudential Life Assurance)”. Judul tersebut diangkat berdasarkan permasalahan yang ada pada PT.Prudential Life Assurance seputar laporan keuangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi, Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwano M.Sc yang selalu berkenan dalam memberikan konsultasi dan arahan kepada penulis serta kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan proposal ini. Sumbangsih saya terhadap ilmu pengetahuan akan semakin lengkap dengan adanya saran dan kritik yang membangun dalam skripsi ini. Akhirnya, semoga ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
ii
I. PENDAHULUAN.........................................................................................................
1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................
1
1.2. Pembatasan Masalah...........................................................................................
2
1.3. Perumusan Masalah............................................................................................
3
1.4. Tujuan Penelitian................................................................................................
3
1.4.1. Tujuan Umum ..........................................................................................
3
1.4.2. Tujuan Khusus .........................................................................................
3
1.5. Kegunaan Penelitian...........................................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................
5
2.1.Pengertian Asuransi dan Unit Link.....................................................................
5
2.2. Jenis-Jenis Risiko dalam Asuransi......................................................................
5
2.3. Pengertian Laporan Keuangan..........................................................................
6
2.4. Jenis Laporan Keuangan ....................................................................................
6
2.5 Laporan Neraca ...................................................................................................
7
2.6 Laporan Laba Rugi.............................................................................................
11
2.7. Analisis Perbandingan ......................................................................................
12
2.8. Risk Based capital (RBC)...................................................................................
14
2.9. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)...............................................
15
2.10. Belkaoui’s Bond Rating Prediction Model...................................................
16
2.11. Altman’s Bankruptcy Prediction Model (Z-Score)…………..………….
18
III. METODE PENELITIAN...........................................................................................
19
3.1. Kerangka Pemikiran...........................................................................................
19
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………………….......................…….............
21
3.2.1. Lokasi Penelitian .....................................................................................
21
3.2.2. Waktu Penelitian .....................................................................................
21
3.3 Metode Pengumpulan Data..............................................................................
21
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data...........................................................
21
3.4.1. Metode Analisis Rasio-Rasio Keuangan .............................
22
3.4.1.1. Internal Liquidity (Likuiditas Internal) ................................
22
3.4.1.2. Operating Performance (Kinerja Operasional) ..................
23
3.4.1.3. Debt Leverage Analysis (Analisis Tingkat Utang) ..............
24
3.4.1.4. Growth Potential Analysis ......................................................
25
3.4.2. Altman’s Bankruptcy Prediction Model ...........................................
26
3.4.3. Analisis Indeks Berseri ........................................................................
27
3.4.4. Laporan Bentuk Awam (Common Size) ........................................
27
3.4.5. Analisis Trend ......................................................................................
28
3.5. Pengembangan Program Komputer PHP (Edit Plus Software) .............
28
3.6. Jadwal dan Anggaran Biaya Penelitian......................................................
29
3.5.1. Jadwal Penelitian (Periode Januari 2010 - Juni 2010) ..................
29
3.5.2. Anggaran Biaya Penelitian ...............................................................
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 4.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................................
31 31
4.1.1. Sejarah Perusahaan .........................................................................
31
4.1.2. Visi dan Misi ......................................................................................
33
4.1.3. Sekilas Mengenai Prudential di Seluruh Dunia ............................
35
4.1.4. Mitra Bisnis PT.Prudential Life Assurance ..................................
37
4.1.4.1. Sektor Perbankan ..............................................................
37
4.1.4.2. Sektor Investasi .................................................................
38
4.1.4.3. Sektor Kesehatan .............................................................
39
4.1.5. Struktur Organisasi ......................................................................... 4.2. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan .......................................... 4.2.1. Analisis Trend Indeks Berseri .......................................................
40 42 42
4.2.1.1. Perkembangan Neraca ...................................................
42
4.2.1.2. Perkembangan Laba Rugi ..............................................
46
4.2.2. Analisis Common Size ...................................................................
50
4.2.2.1. Analisis Common Size pada Aktiva ............................
50
4.2.2.2. Analisis Common Size pada Pasiva .............................
53
4.2.3. Analisis Rasio Keuangan ..............................................................
54
4.2.3.1. Analisis Likuiditas Internal ............................................
55
4.2.3.2. Analisis Kinerja Operasional .........................................
56
4.2.3.3. Analisis Tingkat Utang (Analisis Solvabilitas) ............
62
4.2.3.4. Analisis Potensi Pertumbuhan ......................................
64
4.3. Analisis Indeks Berseri Risk Based Capital (RBC) .........................
65
4.4. Pembentukkan Model Prediksi dan Proyeksi Keuangan ...............
68
4.4.1. Altman’s Bankruptcy Prediction Model (Z-score) ...............
68
4.4.2. Bond Rating Model .........................................................................
72
4.4.3. Proyeksi Kekuatan Keuangan Perusahaan ...............................
73
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................
79
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................
79
5.2. Saran dan implikasi Manajerial .................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
v
LAMPIRAN..................................................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia berkembang cukup pesat dan memainkan peranan yang cukup besar dalam perekonomian di Indonesia dewasa ini. Hal tersebut terlihat dari data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Data tersebut menunjukkan bahwa sampai dengan akhir kwartal kedua tahun 2007, industri asuransi jiwa nasional berhasil membukukan total pendapatan premi asuransi jiwa sebesar Rp 18,27 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 66% dari periode yang sama pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 11,01 triliun. Jumlah pemegang polis asuransi jiwa juga meningkat sebesar 31% dari 2006 sampai dengan kwartal kedua tahun 2007 yaitu mencapai 37.606.952 jiwa. Pertumbuhan tersebut secara tidak langsung mengindikasikan adanya kecenderungan peningkatan sikap pengalihan resiko seorang individu. Pertumbuhan yang demikian baik pada tahun 2007 tersebut ternyata tidak berlangsung lama. Krisis ekonomi global yang melanda dunia pada tahun 2008 membawa suatu dampak negatif kepada perkembangan iklim investasi dunia. Perubahan yang terjadi terhadap iklim investasi dunia diperkirakan juga berdampak kepada sektor usaha di Indonesia. Hampir semua sektor usaha mengalami perubahan dan berpengaruh terhadap kekuatan keuangan perusahaan, tidak terkecuali sektor asuransi yang berbasis unit link. Hal ini dikarenakan unit link tidak hanya bergerak dalam bidang asuransi, tetapi juga melibatkan unsur investasi. Perubahan terhadap kekuatan keuangan perusahaan,khususnya di bidang asuransi akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar claim atas sejumlah uang pertanggungan yang telah dijanjikan kepada nasabah. Kekuatan keuangan perusahaan tercermin dalam wujud laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan. Salah satu rasio keuangan yang sering kali dijadikan sebagai suatu indikator posisi keuangan perusahaan adalah Risk Based Capital (RBC). Rasio tersebut digunakan untuk mengukur kekuatan suatu perusahaan asuransi untuk mengantisipasi akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Permasalahan yang cukup menarik mengenai RBC tersebut terjadi pada PT.Prudential Life Assurance. Perusahaan mengalami penurunan yang signifikan terhadap rasio tersebut dari tahun 2006 (grafik 1.1), namun demikian penurunan RBC tersebut tidak selamanya mengindikasikan suatu penurunan kinerja dari PT.Prudential Life Assurance. Perlu analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan PT.Prudential Life Assurance. 700 600 500 400 persen 300 200 100 0
RBC
2004 2005 2006 2007 2008 tahun
Grafik 1.1. Perkembangan Tingkat RBC
Analisis terhadap laporan keuangan tersebut tentunya akan sangat membantu perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan antisipasi dan perluasan produk. Analisis laporan keuangan juga sangat diperlukan untuk pembentukkan model prediksi keuangan yang akan digunakan untuk menentukan arah perkembangan perusahaan di masa mendatang, oleh karena itulah sangat diperlukan suatu studi mengenai “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Analisis Perbandingan dan Pembentukkan Model Prediksi Keuangan” 1.2. Pembatasan Masalah Ruang lingkup penelitian terbatas pada analisis perbandingan untuk lima tahun data laporan keuangan dengan interpretasi dari hasil perbandingan tersebut dan pembentukkan model prediksi keuangan menggunakan model Bond Rating dan Z-Score. Penurunan rumus untuk model Bond rating dan Z-score diasumsikan telah dilakukan oleh para pakar, sehingga dalam penelitian kali ini penurunan rumus tersebut tidak dibahas secara detail. Kedua model tersebut langsung digunakan dalam interpretasi data dan hasil perancangan model prediksi keuangan.
1.3. Perumusan Masalah Masalah yang akan dianalisis terlebih dahulu dirumuskan agar penelitian dapat lebih terarah kepada suatu tujuan. Adapun perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : Bagaimana perbandingan kinerja keuangan PT. Prudential Life Assurance selama lima tahun terakhir (2005-2009)? Apakah yang menyebabkan rasio RBC PT. Prudential Life Assurance mengalami penurunan (2006-2008)? Bagaimana implikasi penurunan rasio RBC PT.Prudential Life Assurance terhadap kekuatan keuangan perusahaan? Apakah gejala penurunan RBC dan dampak krisis global mengakibatkan kepailitan bagi PT.Prudential Life Assurance? Bagaimana peringkat kekuatan keuangan perusahaan berdasarkan Kriteria Bond Rating Model? Bagaimana proyeksi kekuatan keuangan perusahaan untuk 3 periode mendatang (2010-2012)? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Menganalisis kekuatan keuangan perusahaan di tengah meningkatnya iklim persaingan dan gejala krisis ekonomi global. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis perbandingan kinerja keuangan PT.Prudential Life Assurance selama lima tahun terakhir (2005-2009). 2. Mengkaji faktor penyebab menurunnya RBC PT.Prudential Life Assurance dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2006-2008). 3. Mengkaji implikasi penurunan RBC terhadap kekuatan keuangan PT.Prudential Life Assurance. 4. Mengkaji status kepailitan PT.Prudential Life Assurance akibat gejala penurunan RBC dan dampak krisis global. 5. Menilai peringkat kesehatan kekuatan keuangan PT.Prudential Life Assurance berdasarkan kriteria Bond Rating Model.
6. Memproyeksikan kekuatan keuangan perusahaan untuk 3 periode mendatang (2010-2012). 1.5. Kegunaan Penelitian Bagi Penulis Penelitian berguna untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai analisis kinerja keuangan dan pembentukan model prediksi keuangan. Penulis mendapatkan wawasan dan pengalaman baru selama proses pencarian dan pengumpulan data. Wawasan dan pengalaman tersebut kelak akan berguna bagi penulis sebagai dasar pengetahuan untuk tetap ikut berperan aktif dalam bisnis unit link. Bagi PT.Prudential Life Assurance Penelitian berguna sebagai dasar penetapan kebijakan perusahaan dalam menghadapi iklim persaingan yang semakin meningkat dan proses perbaikan terhadap dampak krisis ekonomi global terhadap kekuatan keuangan perusahaan. Penelitian juga berguna sebagai sarana penilaian kekuatan keuangan perusahaan berdasarkan kriteria Bond Rating Model, Bagi Nasabah PT. Prudential Life Assurance Penelitian berguna sebagai kajian dasar bagi nasabah untuk memilih perusahaan asuransi yang berkualitas dengan kekuatan keuangan yang baik, sehingga nasabah tidak perlu merasa khawatir akan pengajuan claim yang tidak dibayar, maupun permasalahan deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Asuransi dan Unit Link Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada penanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian padanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu (pasal 246 KUHD). Asuransi menurut Purwosujipto adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi (Purwosujipto, 2004). Unit link adalah suatu bentuk perusahaan asuransi yang dilengkapi dengan fasilitas reksa dana sebagai unsur investasi yang menghasilkan suatu return. Unit link merupakan suatu penggabungan sisi proteksi dan investasi (Pieloor, 2009).
2.2. Jenis-jenis Risiko dalam Asuransi Risiko merupakan suatu hal yang timbul karena adanya ketidakpastian di masa datang (Pru Fast Start,2008). Risiko dalam perusahaan asuransi, khususnya unit link dibedakan menjadi dua, yaitu risiko spekulatif (speculative risk) dan risiko murni (pure risk). Risiko spekulatif memiliki tiga kemungkinan hasil, yaitu untung, rugi, atau tidak ada perubahan. Risiko spekulatif contohnya adalah ketika seseorang membeli saham, harga saham tersebut dapat turun, naik, ataupun tidak berubah. Semua risiko yang terjadi pada saat tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pihak nasabah perusahaan asuransi berbasis unit link. Jenis risiko spekulatif tidak dapat diasuransikan oleh perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi yang berbasis unit link hanya menyediakan sarana pengelolaan aset bagi para nasabahnya, namun demikian satu hal yang perlu dilihat oleh nasabah perusahaan asuransi berbasis unit link adalah kinerja pengelolaan aset perusahaan tersebut. Hal ini akan mengurangi dampak risiko spekulatif pada saham.
Risiko murni merupakan sebuah risiko yang tidak memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan, walaupun terjadi kerugian atau tidak. Contoh risiko murni adalah kemungkinan seseorang mengalami kecacatan. Kecacatan yang dialami oleh seseorang dapat menyebabkan seseorang tersebut menderita kerugian secara finansial, sebaliknya jika seseorang tersebut tidak mengalami kecacatan, maka seseorang tersebut juga tidak memperoleh keuntungan dalam arti tidak ada suatu hal yang lebih dari diri seseorang tersebut. Risiko demikian dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi, termasuk perusahaan asuransi berbasis unit link. Tujuan dari perusahaan asuransi memberikan jaminan terhadap risiko murni adalah untuk menjamin sebuah nilai ekonomis seseorang ketika dirinya mengalami risiko murni. Perusahaan asuransi dapat meminimalisasikan kerugian yang timbul karena terjadinya risiko murni tersebut, sehingga dampak yang terjadi pada seseorang yang mengalami risiko murni dapat dikurangi.
2.3. Pengertian Laporan Keuangan Laporan Keuangan menurut Harahap (1997) adalah suatu gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu.
2.4. Jenis Laporan Keuangan Ada beberapa jenis laporan keuangan yang biasa dipakai oleh perusahaan. Jenis laporan keuangan tersebut terbagi menjadi laporan keuangan utama dan pendukung, yaitu : 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan tersebut memuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas. Laporan tersebut menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. Dalam hal tertentu Harga Pokok Produksi (HPPd) ini disatukan dalam laporan Harga Pokok Penjualan (HPPj). Harga Pokok penjualan adalah harga pokok produksi ditambah dengan persediaan barang awal dikurangi persediaan barang akhir. 6. Laporan laba ditahan. Laporan tersebut menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal, baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. Laporan tersebut menggambarkan
transaksi
laporan
keuangan
perusahaan
yang
memengaruhi kas atau ekuivalen kas. Laporan tersebut jarang digunakan dan hanya merupakan rekomendasi Trueblood Committe tahun 1974.
2.5. Laporan Neraca Laporan neraca atau sering disebut daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan tersebut menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan tersebut dapat disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat tertentu. Isi laporan neraca yaitu sebagai berikut : a. Aset (harta,aktiva) Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan lain-lain. Aktiva tersebut lazimnya di Indonesia dan Amerika ditempatkan di sebelah kiri, sedangkan di beberapa Negara Eropa lazimnya ditempatkan di sebelah kanan. Pengertian asset ini secara teoritis dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :
1. APB (Accounting Principle Board) statement (1970,hlm.132) mendefinisikan asset sebagai berikut: Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di dalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. 2. FASB (Financial Accounting Standard Board) 1985 memberikan definisi sebagai berikut : Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang telah berlalu. Definisi-definisi tersebut menyatakan bahwa sesuatu dianggap sebagai asset jika di masa yang akan datang dapat diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada perusahaan. Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilaian aktiva dan kewajiban sesuai yang digariskan APB adalah sebagai berikut: “Pencatatan aktiva didasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau aktiva itu dari pihak lain, sedangkan kewajiban, kapan kewajiban muncul kepada pihak lain. Penilaian keduanya didasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan (exchange atau market price) pada saat pengalihan terjadi. Nilai tersebut disebut sebagai acquisition cost.” Kasus khusus dalam hal pengorbanan yang diberikan adalah aktiva, bukan uang (non moneter), maka nilai yang dipakai adalah harga pasar barang yang diserahkan. Di samping nilai pertukaran tersebut atau historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga berbagai nilai yang sering dipakai dalam penilaian aktiva. Nilai tersebut adalah : a. Book Value yaitu harga buku yang diperoleh dari nilai perolehan historis dikurangi akumulasi penyusutan yang telah dibebankan kepada pendapatan. b. Replacement cost yaitu nilai barang dimaksud jika diganti dengan barang lain yang sama kondisinya. c. Selling price yaitu harga penjualan. d. Net Realizable Value yaitu harga jual dikurangi biaya penjualannya atau dikurangi tingkat marjin yang normal.
Nilai-nilai tersebut sering dianggap tidak konsisten dengan konsep teori pengukuran yang murni. Nilai-nilai yang disebutkan di atas telah diterapkan pada berbagai macam jenis aktiva yang dianggap telah dibahas dalam akuntansi intermediate. b. Liabilities (Kewajiban/ Utang) Definisi kewajiban telah berkembang terus seperti terlihat dari dua definisi berikut : Menurut APB pengertian kewajiban adalah : “Kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban di sini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.” Pengertian kewajiban tersebut lebih luas dari yang pertama karena menyangkut kewajiban ekonomis yang diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang akan datang. FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut : “….kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain di masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.” Definisi-definisi tersebut terdapat tiga sifat kewajiban: Pertama : Adanya kewajiban Kedua
: Kewajiban dimaksud tidak bisa dihindarkan
Ketiga :Kejadian yang
menyebabkan perusahaan memiliki
kewajiban telah terjadi. Pengakuan dan penilaian kewajiban : Menurut APB Statement nomor 4 serta SFAC No.5 kewajiban dinilai sebesar kejadian dalam transaksi, biasanya jumlah yang akan dibayar di masa yang akan datang biasanya didiskontokan (dinilai berdasarkan present value untuk jangka panjang), sejumlah nilai pertukaran, sejumlah nilai nominal.
c. Owner’s Equity (Modal Pemilik) Ekuitas adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya. Ekuitas dalam perusahaan adalah modal pemilik. Modal bagi perusahaan perseorangan merupakan modal pemiliknya sendiri, sedangkan dalam perusahaan perseroan perlu dibedakan antara modal disetor dengan modal karena pendapatan (retained earning). Dividen hanya dibayar dari laba ditahan bukan dari modal disetor. Modal disetor atau contributed capital dapat dibagi dalam modal statute (legal capital) dan modal lainnya. Modal statute adalah jumlah batas kewajiban pemilik. Modal statute tersebut dinilai sebesar harga pari atau harga nominal. Di samping modal tersebut ada pula modal lainnya seperti agio saham, modal donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock option, dan sebagainya. Di Indonesia mungkin juga harus dimasukkan kenaikan modal akibat revaluasi. Laba ditahan terdiri dari laba tahunan, penyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya dan dividen. Komponen berikutnya dari modal saham tersebut adalah laba/rugi yang belum direalisasi. Dalam beberapa hal perubahan asset perusahaan tidak dilaporkan di laba/rugi, tetapi langsung dilaporkan dalam neraca, misalnya rugi dari perubahan harga surat berharga jangka panjang, laba/rugi dari transaksi luar negeri dalam mata uang asing. Pengakuan dan penilaian modal dapat dibagi dua, yaitu: transaksi modal dan transaksi yang berkaitan dengan laba. Transaksi golongan pertama menyengkut transaksi langsung dari pemilik dengan perusahaan, misalnya pembayaran dan pengambilan modal.
Golongan kedua
menyangkut transaksi yang berkaitan dengan laba, misalnya transaksi laba/rugi, koreksi tahun lalu, dan sebagainya. Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan kewajiban yaitu berdasarkan harga paar pada saat terjadinya transaksi. Dalam hal pencatatan modal saham, maka harus dipisahkan nilai
parinya dengan nilai jualnya. Laba ditahan dicatat sebagai akumulasi laba dari tahun-tahun sebelumnya.
2.6. Laporan Laba Rugi Laporan laba/rugi memiliki beberapa elemen, yaitu: a. Laba Committee on terminology mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Menurut APB Statement mengartikan laba/rugi sebagai kelebihan/deficit penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. FASB Statement mendefinisikan Accounting Income atau laba akuntansi sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari bukan pemilik. Dalam income termasuk seluruh perubahan dalam equity selain dari pemilik dan pembayaran kepada pemilik. b. Revenue (Penghasilan) Committee on terminology mendefinisikan revenue sebagai hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima jasa. Definisi tersebut menggunakan pendekatan Revenue Expense. APB mendefinisikan sebagai kenaikan gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba. FASB memberikan definisi revenue sebagai arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan
keduanya
selama
periode
tertentu
yang
berasal
dari
penyerahan/produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan. Revenue akan dianggap sebagai pendapatan tergantung pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa tersebut selesai.
c. Expense (Biaya) Committee on terminology mendefinisikan biaya sebagai semua biaya yang telah dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan. APB mendefinisikan sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari laba yang dilakukan perusahaan. FASB mendefinisikan expense sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang,pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Biaya dikategorikan ke dalam tiga golongan, yaitu : a. Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan pada periode tertentu b. Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan penghasilan c. Biaya yang karena alasan praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode manapun Menurut teori matching concept biaya harus dibebankan sesuai dengan pengakuan dan periode penghasilan. Jika sukar melakukan matching, pembebanan harus dilakukan secara rasional dan sistematis. Jika biaya yang dikeluarkan masih memiliki potensi menghasilkan di masa yang akan datang, maka
dapat
ditunda
pembebanannya,
sebaliknya
jika
tidak
ada
kemungkinannya lagi sehingga langsung dibebankan.
2.7. Analisis Perbandingan Analisis perbandingan menurut Harahap (1997) adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan tersebut dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio.
Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahanperubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan. Perbandingan dapat juga dilakukan antara laporan yang sudah dikonversikan ke angka indeks atau laporan bentuk common size bentuk awam. Dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan tersebut, dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat dilakukan melalui: a. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal), misalnya laporan keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996,1995,1994, dan seterusnya. b. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik c. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (Industrial Norm). Di Indonesia standar tersebut belum ada, tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri menyediakan informasi rasio tersebut, misalnya Moody’s, Standard&Poor dan lain-lain. d. Perbandingan dengan budget (anggaran) e. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan. Dalam upaya perbandingan tersebut kita harus memiliki standard sebagai ukuran lain yang dijadikan untuk membandingkan laporan yang dimiliki. Tanpa standard pembanding tersebut kita tidak akan dapat menilai keadaan atau posisi perusahaan yang dinilai. Dalam melakukan perbandingan tersebut perlu diyakinkan bahwa : a. Standard penyusunan laporan keuangan harus sama b. Size dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan, bukan berarti harus sama c. Periode laporan yang dibandingkan harus sama, khususnya untuk laporan laba/rugi dan komponennya. Jangan sampai laporan laba/rugi satu tahun dibandingkan dengan laporan laba/rugi satu semester.
2.8. Risk Based Capital (RBC) Pengertian Risk Based Capital (RBC) berdasarkan Unit Link Annual Report (ULAR) PT.Prudential Life Assurance adalah perbandingan antara tingkat solvabilitas dengan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan. Rasio RBC tersebut berguna untuk mengukur kekuatan keuangan perusahaan dalam mengantisipasi resiko yang timbul akibat deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Mengingat betapa pentingnya fungsi dari rasio RBC tersebut, setiap perusahaan harus memerhatikan tingkat RBC masing-masing. Departemen Keuangan pun menetapkan suatu batas minimal rasio RBC, yaitu 120%. Hal ini berarti apabila suatu perusahaan telah memiliki RBC di bawah ketentuan Departemen Keuangan, maka perusahaan tersebut sudah tidak layak beroperasi karena jika dipaksakan beroperasi akan merugikan masyarakat. Perusahaan dengan kondisi RBC di bawah 120% akan sangat sulit mengantisipasi resiko yang terjadi, khususnya perusahaan asuransi yang rawan dengan resiko claim dan pemenuhan nilai tunai. RBC suatu perusahaan asuransi adalah rasio dari nilai kekayaan bersih perusahaan yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan perhitungan akuntansi standar dibagi dengan nilai kekayaan bersih yang dihitung kembali dengan mengikutsertakan resiko-resiko pemburukan yang mungkin terjadi. Secara grafik ditunjukan sebagai berikut :
2.9. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Pengertian Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 adalah suatu jumlah
minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) terdiri dari komponen-komponen sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Perhitungan BTSM dilakukan secara terpisah untuk masing-masing jenis usaha asuransi dan reasuransi. Bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang melakukan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip konvensional dan sekaligus juga melakukan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, perhitungan BTSM untuk masing-masing jenis usaha dilakukan secara terpisah. Langkah selanjutnya jumlah BTSM untuk masingmasing jenis usaha tersebut digabungkan sehingga membentuk total BTSM perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang dimaksud. Bagi produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (unit link), mengingat produk tersebut selalu mempunyai unsur proteksi, maka perhitungan BTSM adalah sebagai berikut : 1. Untuk bagian kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari unsur proteksi produk tersebut, maka perhitungan BTSM diberlakukan sesuai dengan perhitungan BTSM bagi usaha asuransi dengan prinsip syariah. 2. Untuk bagian kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari unsur investasi produk tersebut, yang hasil investasinya sepenuhnya mengacu kepada pasar (tidak ada jaminan atas hasil investasi minimum), maka perhitungan BTSM tidak diberlakukan, sedangkan untuk bagian kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari unsur investasi tersebut, yang memberikan atas hasil investasi minimum, maka perhitungan BTSM diberlakukan. Komponen-komponen BTSM (Risk Based Capital) untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip konvensional terdiri dari: 1. Kegagalan pengelolaan kekayaan (asset default) 2. Ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban (cashflow mismatch)
3. Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang (foreign currency mismatch) 4. Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (claim experience worse than claim expected) 5. Ketidakcukupan premi akibat hasil investasi yang diasuransikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh (insufficient premium due to investment experience). 2.10. Belkaoui’s Bond Rating Prediction Model Model prediksi keuangan tersebut pada umumnya digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal. Peringkat tersebut dikategorikan berturut-turut, misalnya dalam bentuk AAA, AA, A, BBB, BB, B, dan seterusnya. Model dan peringkatan tersebut telah dikenal di Indonesia, khususnya di pasar modal, namun demikian model tersebut juga dapat dipakai untuk menilai kekuatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Penilaian kekuatan keuangan perusahaan dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung rasio-rasio keuangan perusahaan. Metode bond rating prediction model tersebut memakai suatu model fungsi diskriminan. Model diskriminan tersebut didasarkan pada taksiran sampel yields tahun 1981 yang merupakan suatu fungsi diskriminan untuk tiap 5 kelompok rating. Fungsi diskriminan tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan dan atau meramalkan peringkat kekuatan keuangan suatu perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut: Untuk Peringkat AAA: Z = -31,6004 + 0,000737 X1 + 0,000119 X2 + 0,44234 X3 + 0,62823 X4 + 7,26898 X5 + 10,26302 X6…………………………… ………………………...…… (1) Untuk Peringkat AA : Z = -26,0425 + 0,000431 X1 + 0,000147 X2 + 0,48299 X3 + 0,67906 X4 + 6,80279 X5 + 9,76648 X6 ……………................................................................……. (2) Untuk Peringkat A : Z = -26,1304 + 0,000269 X1 – 0,000149 X2 + 0,58069 X3 + 0,60516 X4 + 7,83642 X5 + 8,13782 X6 ……………………………………………………………. (3)
Untuk Peringkat BBB : Z = -29,3824 + 0,000250 X1 – 0,000233 X2 + 0,71530 X3 + 0,79864 X4 + 8,35763 X5 + 4,27079 X6 ……………...................................................................…. (4) Untuk Peringkat BB : Z = -31,3397 + 0,000265 X1 – 0,000295 X2 + 0,76589 X3 + 0,80544 X4 + 9,15411 X5 + 1,69732 X6 ……………..................................................................…. (5) Untuk Peringkat B : Z = -34,8229 + 0,000242 X1 – 0,000357 X2 + 0,85499 X3 + 0,84459 X4 + 9,24043 X5 + 1,7366 X6 …………….................................................................……. (6) Keterangan : X1 = Total asset, merupakan penjabaran dari size perusahaan (dalam jutaan) X2 = Total utang, merupakan ukuran jumlah utang perusahaan (dalam jutaan) X3 = Utang jangka panjang/ jumlah modal yang ditanamkan. Dimasukkan sebagai alat mengukur intensivitas modal jangka panjang perusahaan. Modal yang ditanamkan dimaksudkan adalah jumlah utang, modal prioritas, dan modal saham biasa termasuk di dalamnya agio, surplus, dan laba ditahan. X4 = Utang jangka pendek/ jumlah modal yang ditanamkan, dimasukkan sebagai alat ukur intensivitas modal jangka pendek perusahaan. X5 = Aktiva lancar/ utang lancar, dimasukkan sebagai alat ukur dari likuiditas perusahaan. X6 = Subordinasi. 1 untuk subordinasi, 0 untuk yang lainnya, dimasukkan sebagai alat ukur yang paling relevan dalam membayar utang. Prosedur klasifikasi dilakukan dengan metode klasifikasi secara sederhana mencakup penggunaan fungsi diskriminan atas data yang baru. Setiap perusahaan yang akan diklasifikasi/dibuat peringkat, dihitung angka klasifikasi untuk tiap kategori peringkat dari koefisien fungsi diskriminan (kalikan data dengan koefisien dan tambahkan angka konstantanya). Perusahaan kemudian diklasifikasikan ke dalam kelompok di mana skor penggolongan yang tertinggi. Angka-angka yang diperlukan untuk menghitung rating tersebut diambil dari laporan keuangan, khususnya rasio-rasio keuangannya.
2.11. Altman’s Bankruptcy Prediction Model (Z-Score) Model tersebut memberikan rumus untuk menilai status kepailitan suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu (biasanya dalam kurun waktu 3 tahun ke depan). Model tersebut menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio keuangan, maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan pailit. Metode Z-score tersebut merupakan suatu alat bantu bagi pihak manajemen untuk menganalisis kekuatan keuangan perusahaan. Metode tersebut juga berfungsi sebagai alat untuk mencegah terjadinya status kepailitan yang lebih buruk. Metode tersebut memungkinkan pihak manajemen untuk mengambil langkah antisipasi sebelum kepailitan tersebut benar-benar terjadi. Hal ini dikarenakan terdapat selang waktu tiga tahun sebelum perusahaan benar-benar dikenakan status pailit.Waktu tiga tahun merupakan suatu hasil analisa para pakar yang telah diuji secara empiris berdasarkan waktu dan pengalaman.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Perkembangan PT.Prudential Life Assurance sebagai perusahaan asuransi berbasis unit link dari waktu ke waktu semakin luar biasa. Hal ini ditandai dengan perkembangan tingkat pembayaran premi, profit, dan asset dari tahun ke tahun. Tingkat perkembangan kinerja keuangan PT.Prudential Life Assurance dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Total Pendapatan Premi Dan Kekuatan Keuangan Perusahaan (dalam
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
juta rupiah) Total
271.276 467.768 1.018.801 1.561.393 2.145.895 2.639.342
5.507.185
Premi Profit
20.232
Asset
494.045 765.588 1.567.658 2.795.208 4.088.422 6.238.238 10.621.503
RBC
-
18.529
142%
78.060
255%
162.019
469%
335.121
645%
517.846
696%
642.365
362%
Perkembangan total pendapatan premi disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya adalah produk asuransi jiwa PT.Prudential Life Assurance yang berkualitas dan beraneka ragam, tenaga pemasaran yang handal dan terampil, kehandalan perusahaan dalam pembayaran klaim, dan kinerja perkembangan dana investasi pada produk investasi unit link yang semakin baik. Perkembangan pendapatan premi juga dikarenakan nasabah percaya terhadap kekuatan keuangan perusahaan, terlebih lagi rasio RBC perusahaan yang berada di atas standard yang diberikan oleh Departemen Keuangan, yaitu 120%, namun permasalahan mulai timbul ketika terjadi penurunan secara terus menerus tingkat RBC perusahaan sejak tahun 2006-2008. Nasabah mulai banyak yang meragukan kekuatan keuangan perusahaan. Kondisi berkurangnya kepercayaan nasabah terhadap kekuatan keuangan perusahaan tersebut dimanfaatkan oleh para pesaing dengan menyebarkan isu-isu yang tidak benar mengenai PT.Prudential Life Assurance. Banyak sekali isu-isu yang sesat, seperti kabar kepailitan
PT.Prudential Life Assurance dengan menjual sahamnya kepada perusahaan lain. Kondisi demikian dalam jangka panjang akan berakibat menurunnya pendapatan premi akibat menurunnya tingkat kepercayaan nasabah kepada perusahaan dan pada akhirnya akan berdampak buruk bagi kelangsungan perusahaan di masa mendatang, untuk itulah diperlukan suatu kajian mengenai perkembangan kinerja keuangan perusahaan (2005-2008), penyebab menurunnya RBC, peringkat kekuatan keuangan perusahaan berdasarkan standard Internasional, dan kebenaran mengenai status kepailitan PT.Prudential Life Assurance. Analisis mengenai halhal tersebut nantinya akan membuktikan kebenaran isu-isu yang sengaja disebarkan oleh para pesaing PT.Prudential Life Assurance, sehingga nantinya akan berakibat kepada pulihnya kepercayaan nasabah kepada PT.Prudential Life Assurance, dan pada akhirnya akan kembali meningkatkan profit perusahaan dalam jangka panjang.
PT.Prudential Life Assurance
Penurunan RBC perusahaan selama 3 tahun terakhir (2006-2008)
Mempengaruhi tingkat kepercayaan dan loyalitas nasabah
Analisis perkembangan kinerja keuangan dan mengkaji penyebab penurunan RBC
Penilaian peringkat kekuatan keuangan perusahaan dengan standard Bond Rating Model
Perbaikan tingkat kepercayaan dan loyalitas nasabah Peningkatan profitabilitas perusahaan
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
Penilaian status kepailitan perusahaan
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT.Prudential Life Assurance yang berlokasi di Wisma Nugra Santana lantai tujuh, Jalan Jenderal Sudirman Kavling 7-8, Jakarta 10220. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2010 sampai Juni 2010 dengan mengambil data laporan keuangan dari tahun 2005-2009.
3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data yang banyak digunakan adalah data sekunder. Data tersebut berupa data-data umum perusahaan, laporan tahunan dalam Unit Link Annual Report (ULAR), laporan keuangan perusahaan dari tahun 2005-2009, dan datadata lainnya yang relevan. Data-data tersebut berasal dari PT. Prudential Life Assurance dan Unit Link Annual Report (ULAR). Data primer berasal dari wawancara dengan bagian Prudential Assets Management (PAM) PT. Prudential Life Assurance. Data primer berupa data perkembangan tingkat RBC perusahaan dan kondisi perekonomian PT. Prudential Life Assurance.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan adalah metode analisis perbandingan, metode analisis rasio-rasio keuangan, analisis indeks berseri, analisis common size, analisis trend, bond rating prediction model, dan z-score model. Masing-masing dari setiap
metode akan diinterpretasikan guna
melihat
kemungkinan-
kemungkinan adanya alternatif pengambilan keputusan dan implikasi manajerial yang akan berguna untuk perkembangan dan peningkatan kekuatan keuangan di masa yang akan datang.
3.4.1. Metode Analisis Rasio-Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Melalui penyederhanaan tersebut kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain, sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Rasio-rasio tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi empat macam faset berbeda dari kinerja dan kondisi perusahaan, yakni : 1. Internal Liquidity (likuiditas internal) 2. Operating Performance (Kinerja Operasional) 3. Leverage Analysis (Analisis tingkat utang) 4. Growth Potential Analysis (Analisis Potensi Pertumbuhan)
3.4.1.1. Internal Liquidity (Likuditas Internal) Rasio-rasio likuditas akan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan sumber dana internal. a.
Current Ratio
Current ratio atau rasio lancar adalah perbandingan antara seluruh aktiva lancar (current assets) dan seluruh kewajiban lancar (current liabilities). Rasio ini mengindikasikan tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio lancar = b.
aktiva lancar …………………………….. (7) kewajiban lancar
Quick Ratio
Rasio ini merupakan ukuran yang lebih konservatif karena tidak mengikutsertakan persediaan serta asset-aset lain yang kurang likuid. Quick Ratio =
kas surat berh arg a piu tan g ……………….. (8) kewajiban lancar
c.
Cash Ratio
Rasio ini adalah rasio yang paling konservatif untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau utang lancarnya, yaitu dengan menggunakan aktiva kas atau setara kas. Hal ini perlu dilakukan sebagai antisipasi ketika penjualan mengalami penurunan apakah perusahaan masih memiliki kemampuan untuk membayar kewajiban lancarnya dengan kas yang tersedia. Cash Ratio =
kas surat berh arg a ……………………………. (9) kewajiban lancar
3.4.1.2. Operating Performance (Kinerja Operasional) Rasio-rasio kinerja operasional mengindikasikan seberapa baik manajemen mengoperasikan bisnisnya.Rasio-rasio tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori : operating efficiency ratios dan operating profitability ratios. a.
Total Asset Turnover
Rasio ini digunakan untuk mengukur seluruh efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva totalnya untuk menghasilkan penjualan. Total Asset Turnover = b.
penjualan bersih ……………………. (10) total aktiva bersih
Fixed Asset Turnover
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan Fixed Asset dalam menghasilkan penjualan. Fixed Asset Turnover =
penjualan bersih …………………… (11) aktiva tetap bersih
Rasio-rasio tersebut tentu saja berbeda tergantung dari jenis industry. Industri manufaktur umumnya memiliki rasio mendekati 1, sementara bisnis ritel memiliki rasio mendekati 10. c.
Equity Turnover
Rasio ini digunakan untuk mengukur pendayagunaan modal ekuitas dalam menghasilkan penjualan. Equity turnover =
penjualan bersih ……………………………. (12) total ekuitas
Untuk mengevaluasi rasio ini, para analis perlu memerhatikan struktur pemodalan perusahaan karena perusahaan bisa saja meningkatkan rasio dengan menggunakan lebih banyak pembiayaan melalui utang (debt financing/leverage). d.
Basic Earning Power
Basic earning power digunakan untuk mengukur kemampuan dasar total asset perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum dipengaruhi pajak dan utang. BEP = e.
EBIT ……………………………………………… (13) total aset
Return on Equity (ROE)
Digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbal hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memerhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan akan semakin tinggi harga sahamnya. Return on Equity (ROE) = f.
laba bersih …………….. (14) total ekuitas
Return on Assets (ROA)
Digunakan untuk mengukur imbal hasil perusahaan yang diperoleh melalui pendayagunaan total asetnya. Return on Assets (ROA) =
laba bersih …………….. (15) total aset
3.4.1.3. Debt Leverage Analysis (Analisis Tingkat Utang) Analisis tingkat utang tersebut digunakan untuk mengantispasi adanya financial risk berupa perubahan-perubahan yang terjadi pada imbal hasil ekuitas tingkat profitabilitas perusahaan akibat penggunaan utang, oleh karena itulah sangat penting untuk melakukan analisis utang-utang perusahaan serta mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. a.
Debt to Equity Ratio (D/E)
Rasio ini digunakan untuk mengukur pemodalan perusahaan dan secara tidak langsung juga untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya membayar utang. Debt to Equity Ratio =
total u tan g …………………………..... (16) total ekuitas
b.
Debt to Asset Ratio (D/A)
Debt to Asset Ratio c.
Total u tan g ……………………....... (17) total aktiva
LD/TC Ratio
LD/TC Ratio = d.
=
Total u tan g jangka panjang ……………. (18) jumlah mod al yang di tan amkan
SD/TC Ratio
SD/TC Ratio =
Total u tan g jangka pendek ………………(19) jumlah mod al yang di tan amkan
3.4.1.4. Growth Potential Analysis Pemilik perusahaan berharap perusahaannya dapat bertumbuh sedemikian rupasehingga dapat menjamin kelangsungan usahanya di masa datang. Selain itu, pertumbuhan perusahaan sangat mempengaruhi valuasi harga sahamnya. Jika perusahaan tidak bertumbuh, besar kemungkinan perusahaan akan mengalami gagal bayar (default) atas utang-utangnya.
Net Income (Loss) Growth Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun. Net Income (Loss) Growth Ratio =
Laba bersihn Laba bersihn 1 ................ (20) Laba bersihn 1
Total Assets Growth Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan total aktiva perusahaan dari tahun ke tahun. Total Assets Growth Ratio =
Total aktivan Total aktivan 1 …......................... (21) Total aktivan1
Net Sales Growth Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dari tahun ke tahun. Net Sales Growth Ratio =
Net Sales n Net Sales n1 ….......................………. (22) Net Sales n 1
Net Worth Growth Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekuitas perusahaan dari tahun ke tahun. Net Worth Growth Ratio =
Total equity n Total equity n 1 ….......................… (23) Total equity n1
3.4.2. Altman’s Bankruptcy Prediction Model (Z-Score Model) Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 +0,6X4 + 0,999X5 ………................……….. (24) Keterangan : X1
= Modal Kerja/Total Aktiva
X2
= Laba ditahan/Total aktiva
X3
= Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)/ Total Aktiva
X4
= Harga pasar dari equity pemilik/ Nilai buku total utanga,b
X5
= Penjualan/ Total Aktiva
a
) Jumlah saham biasa yang beredar pada akhir tahun x rata-rata harga pasar per
saham untuk semester terakhir + nilai buku saham prioritas b
)Jumlah utang lancar + utang jangka panjang
Pedoman pengambilan kesimpulan atas hasil Z-Score yaitu sebagai berikut: Jika Z >= 2,675
perusahaan tersebut tidak ada tendensi akan bangkrut (pailit)
Jika Z < 2,675 perusahaan tersebut diperkirakan akan pailit dalam jangka waktu tiga tahun lagi.
3.4.3. Analisis Indeks Berseri Analisis indeks berseri merupakan suatu alat analisis yang berdasarkan time series. Teknik ini menggunakan suatu angka dalam laporan keuangan yang dikonversi menjadi sebuah indeks. Teknik tersebut membandingkan data dari beberapa tahun laporan keuangan. Penelitian kali ini memakai data laporan keuangan selama 5 tahun (2005-2009). Pemilihan tahun dasar sangat penting dalam teknik analisis indeks berseri. Tahun dasar pada penelitian ini dipilih tahun 2005. Tahun tersebut merupakan tahun pertama sejak PT.Prudential Life Assurance diisukan mengalami kepailitan. Sejak adanya kabar-kabar yang tidak sedap tersebut cukup sulit bagi PT. Prudential Life Assurance untuk beroperasi dan kembali mendapatkan
kepercayaan dari pasar, oleh karena itulah tahun tersebut diambil sebagai tahun dasar dengan tujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan (trend) yang terjadi pada 5 tahun data laporan keuangan.
3.4.4. Laporan Bentuk Awam (Common Size) Alat analisis laporan bentuk awam menggunakan pola penyederhanaan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan. Proses tersebut memerlukan angka dasar yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan angka konversi. Tanpa mengabaikan angka lain, biasanya untuk neraca dipakai total asset atau total utang dan modal sebagai dasar dengan angka 100 persen. Hal ini berarti pos-pos aset akan dipresentasikan ke angka total asset tadi dan pos-pos utang dan modal akan dipersentasikan ke total utang dan modal itu. Dengan demikian, neraca akan menjadi angka-angka awam dalam bentuk persentase ke total aset. Angka-angka tersebut akan membantu pembaca untuk lebih memahami isi dari sebuah neraca. Informasi tersebut tentunya akan berguna untuk melihat struktur neraca perusahaan. Pengetahuan yang jelas akan sebuah informasi dalam neraca akan memudahkan pengambil keputusan (decision maker) dalam membuat suatu kebijakan yang nantinya akan sangat berguna bagi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang.
3.4.5. Analisis Trend Analisis trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang, baik kecenderungan naik, turun, maupun tetap. Teknik analisis tersebut biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih, namun dalam penelitian ini digunakan data laporan keuangan selama 5 periode
(2005-2009).
Analisis
tersebut
dimaksudkan untuk
mengetahui
perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa itu ke masa yang berikutnya. Berdasarkan data historis tersebut dicoba melihat kecenderungan yang mungkin akan muncul di masa yang akan datang.
Analisis trend bermanfaat untuk menilai situasi trend perusahaan yang telah lalu serta dapat memprediksi tren perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan garis tren yang sudah terjadi tersebut. Analisis tren tersebut dapat digunakan melalui metode statistik dengan cara menghitung garis tren dari laporan keuangan selama 5 periode (2005-2009). Analisis tren tersebut nantinya akan dipadukan dengan model prediksi keuangan lainnya (bond rating model dan z-score model) sehingga akan diperoleh proyeksi keuangan untuk tahun 2010. Proyeksi keuangan tersebut nantinya akan menjadi pedoman bagi perusahaan dalam pengambilan kebijakan di tahun 2010.
3.5. Pengembangan Program Komputer PHP (Edit Plus Software) Pengembangan model program komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dimaksudkan untuk mempermudah simulasi pembentukkan model prediksi keuangan PT. Prudential Life Assurance. Program komputer dengan menggunakan software edit plus memungkinkan program terkoneksi dengan internet, namun untuk penyederhanaan dalam penelitian ini hanya menggunakan local host, yaitu suatu alat piranti lunak yang memiliki tampilan internet tanpa terhubung dengan server secara global. Penggunaan software edit plus juga sangat unggul dalam hal pembuatan tampilan (template) program, sehingga dapat menambah estetika program tersebut. Penggunaan edit plus juga memiliki keunggulan dalam segi pemeriksaan error yang disebabkan oleh kesalahan coding. Edit plus akan memberikan warna merah pada baris tempat coding yang error. Edit Plus juga memungkinkan programmer untuk membuat tampilan yang lebih user friendly, sehingga dapat dengan mudah digunakan oleh pengguna, walaupun pengguna yang bersangkutan masih dikategorikan awam untuk pengoperasian computer. Hal tersebut tentunya sangat mempermudah programmer dalam proses pembuatan suatu program. Penggunaan software edit plus dapat dipadukan dengan software netBeans IDE 6.5. Perpaduan keduanya akan semakin mempermudah pembuatan coding dalam suatu program. Simulasi dengan program komputer dapat memungkinkan pengguna untuk merencanakan dan menganalisis dampak dari berubahnya suatu variabel dalam model prediksi keuangan. Simulasi tersebut tentunya sangat berguna bagi pihak
manajemen
perusahaan
dalam
mengantisipasi
kemungkinan
terburuk.
Pengembangan model simulasi program komputer dalam pembentukkan model prediksi keuangan PT.Prudential Life Assurance selanjutnya dapat dikembangkan lebih lanjut dengan dilengkapi alternatif keputusan bagi pihak manajemen perusahaan. Pengembangan tersebut dilakukan dengan mengkombinasikan program simulasi pembentukkan model prediksi keuangan dengan sistem pakar, namun demikian pengembangan tersebut tentunya membutuhkan lebih banyak waktu dan biaya agar program simulasi ini dapat betul-betul sempurna di kemudian hari.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Hasil analisis membawa kepada suatu kesimpulan, yaitu : 1. Kinerja keuangan PT. Prudential Life Assurance secara keseluruhan tergolong baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan pos total aktiva dan total modal pada neraca, namun demikian peningkatan total aktiva tersebut juga diiringi dengan peningkatan pada pos total kewajiban. Secara keseluruhan hasil analisis rasio juga menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada komponen likuiditas internal, kinerja operasional,
solvabilitas,
dan
tingkat
pertumbuhan
yang
cukup
memuaskan. Hanya saja terdapat penurunan yang cukup besar pada tahun 2008 yang merupakan tahun terjadinya krisis ekonomi global. 2. Faktor penyebab rasio RBC selama 3 periode (2006-2008) mengalami penurunan adalah menurunnya tingkat solvabilitas perusahaan pada periode tersebut. Penurunan tingkat solvabilitas tersebut juga didukung oleh peningkatan secara signifikan jumlah batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) perusahaan. 3. Penurunan RBC sebagai suatu indikator kemampuan perusahaan dalam membayar klaim di masa depan tidak memiliki implikasi yang cukup berarti bagi kekuatan keuangan perusahaan di masa depan. Perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban pembayaran klaim di masa mendatang dengan tingkat RBC yang masih berada jauh di atas ketentuan RBC yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan, yaitu sebesar 120 persen. 4. Isu kepailitan yang beredar pada tahun 2004 ternyata tidak terbukti. Perusahaan diprediksi masih mampu menjalankan usahanya dalam jangka waktu yang cukup lama. Krisis ekonomi global dan penurunan RBC juga belum mampu menjadikan perusahaan menyandang status pailit. Hasil zscore pada periode 2005-2009 menunjukkan bahwa perusahaan akan tetap bertahan, walaupun tidak dipungkiri bahwa pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan z-score sampai pada angka hampir di atas nilai standard 2,675.
5. Kesehatan keuangan perusahaan selama 5 periode (2005-2009) berturutturut memiliki hasil yang luar biasa. Perusahaan memperoleh predikat AAA selama 5 periode. Predikat tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki proporsi rasio keuangan dan kekuatan keuangan yang stabil dan dikategorikan sangat sehat. 6. Proyeksi kekuatan keuangan perusahaan untuk 3 periode mendatang (2010-2012) memberikan gambaran bahwa perusahaan masih sangat berpotensi meningkatkan kekuatan keuangan,hanya saja perlu peningkatan kualitas underwriting yang dikarenakan masih berpotensinya beban klaim dan manfaat untuk 3 periode mendatang. Hal ini sangat penting dalam upaya peningkatan jumlah RBC di masa mendatang.
5.2. Saran dan Implikasi Manajerial Analisis-analisis yang dikemukakan sebelumnya, baik itu analisis indeks berseri, analisis common size, analisis rasio keuangan, sampai kepada pembentukkan model prediksi keuangan memberikan suatu masukkan kepada pihak menejemen perusahaan untuk kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan yang perlu diketahui guna perbaikan di masa yang akan datang. Perusahaan memiliki tingkat kesehatan keuangan yang baik dan tidak memiliki tendensi pailit untuk 3 tahun mendatang,namun
demikian
perusahaan
juga
sangat
lemah
terhadap
pendayagunaan asset dan modal dalam menghasilkan laba. Implikasi manajerial yang tepat adalah dengan merancang kembali suatu portofolio yang optimum agar tingkat imbal hasil yang ditawarkan oleh perusahaan kepada nasabah dapat ditingkatkan, dengan demikian laba bersih perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Program-program pemberian insentif kepada para tenaga pemasaran juga harus terus dilakukan untuk memicu peningkatan penjualan polis kepada para nasabah. Selain itu, pemberian pelatihan kepada para tenaga pemasaran juga harus lebih digiatkan agar kualitas pelayanan kepada nasabah juga dapat lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gozali, Ahmad. 2002. Manajemen Risiko. Jakarta : PT. Dian Asri. Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246. Purwosujipto. 2004. Mengenal Asuransi. Jakarta : PT. Nusa Tiga. Pieloor, Freedy. 2009. Jangan Beli Unit Link Bila Belum Paham Benar. Jakarta : PT. Gramedia. Prudential Life Assurance. 2005. Laporan Tahunan Prulink 2005. Jakarta : PT.Prudential Life Assurance. Prudential Life Assurance. 2006. Laporan Tahunan Prulink 2006. Jakarta : PT.Prudential Life Assurance. Prudential Life Assurance. 2007. Laporan Tahunan Prulink 2007. Jakarta : PT.Prudential Life Assurance. Prudential Life Assurance. 2008. Laporan Tahunan Prulink 2008. Jakarta : PT.Prudential Life Assurance. Prudential Life Assurance. 2009. Laporan Tahunan Prulink 2009. Jakarta : PT.Prudential Life Assurance. Tambunan, Andy Porman. 2007. Stock Valuation. Jakarta : PT. Elex Media Computindo. Tim Penyusun. 2008. Pru Fast Start. Jakarta : PT.Prudential Life Assurance. Yoe Tjwan, Liem.2008. Mengikuti Jejak Bisnis Menggiurkan Orang Tionghoa. Jakarta : PT. Transmedia Pustaka.
Lampiran 1. Job Description 1.
Presiden Komisaris
Perusahaan mempercayakan jabatan seorang presiden komisaris tersebut kepada Bapak Ng Keng Hooi. Presiden komisaris bertanggungjawab terhadap perkembangan dan kelangsungan perusahaan.
Presiden komisaris
dapat
mengambil keputusan yang sifatnya strategik dan berdampak besar kepada arah perkembangan perusahaan di masa mendatang. Keputusan tersebut tentunya merupakan hasil kesepakatan dengan komisaris dan dewan direksi. 2.
Komisaris
Jabatan tersebut dipercayakan perusahaan kepada Ibu Susandarini. Tanggung jawab seorang komisaris tidak jauh berbeda dengan presiden komisaris, yaitu berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan. Komisaris memiliki wewenang untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai kebijakan-kebijakan baru perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, produk baru, kebijakan claim, mitra bisnis, dan lain sebagainya. 3.
Presiden Direktur
Perusahaan mempercayakan jabatan tersebut kepada Bapak Kevin L. Holmgren. Tanggung jawab seorang presiden direktur adalah memantau perkembangan bisnis perusahaan dari tahun ke tahun, memantau kinerja direksi yang tentunya akan berdampak kepada kinerja perusahaan, dan bersama-sama dengan komisaris membuat keputusan strategik bagi perusahaan. 4.
Direktur Keuangan
Jabatan direktur keuangan dipegang oleh Bapak William Kuan. Tanggung jawab seorang direktur keuangan adalah seputar masalah keuangan perusahaan. Masalah tersebut biasanya meliputi laba perusahaan, rasio keuangan perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan, beban-beban, estimasi claim, dan lain sebagainya. Penyelesaian masalah keuangan biasanya melibatkan bagian direksi yang lain, seperti bagian pemasaran dan pertanggungan. Hal ini dikarenakan bagian keuangan perusahaan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari bagianbagian lainnya. Bagian keuangan perusahaan harus memiliki kerja sama yang baik dengan
bagian-bagian
lainnya
dalam
perusahaan
guna
meningkatkan
perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Direktur keuangan juga memiliki lima divisi untuk membantu penyelesaian tanggungjawabnya, yaitu divisi keuangan dan akuntansi, divisi umum dan perlengkapan, divisi sumber daya manusia, divisi teknologi informasi, dan divisi investasi. a. Divisi keuangan dan akuntansi Divisi tersebut membantu direksi dalam mengurusi permasalahan yang berkaitan dengan akuntansi perusahaan, seperti neraca, laporan laba rugi, dan lain sebagainya. Divisi ini membantu pengolahan laporan-laporan keuangan sehingga dapat dimengerti dan didayagunakan oleh pihak pengambil keputusan, para stakeholder perusahaan, dan nasabah perusahaan. b. Divisi umum dan perlengkapan Divisi tersebut membantu tersedianya sarana dan prasarana umum yang tentunya akan mempermudah kerja divisi-divisi lain. Divisi tersebut juga bertanggungjawab dalam penyediaan kebutuhan alat-alat kantor dan sarana penunjang lainnya yang berguna bagi kelangsungan bisnis perusahaan. c. Divisi Sumber Daya Manusia Divisi tersebut bertanggungjawab terhadap kualitas sumber daya manusia perusahaan, yang meliputi perkembangan skill dan knowledge karyawan, khususnya dalam bidang keuangan perusahaan. Divisi tersebut harus secara sinergis dan berkesinambungan memilih dan menciptakan generasi pekerja baru yang dapat meningkatkan profit bagi perusahaan secara efektif dan efisien. d. Divisi Teknologi Informasi Divisi ini bertanggung jawab terhadap kelancaran arus informasi perusahaan. Divisi ini sangat penting mengingat bahwa aliran informasi merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam memenangkan persaingan. Arus informasi
yang
lancer
dapat
mempermudah
pengambil
kebijakan
menentukan kebijakan yang tepat bagi perusahaan, sehingga nantinya tidak terdapat kesalahan pengambila keputusan oleh pihak top management. e. Divisi Investasi Divisi tersebut merupakan bagian penting dalam perusahaan. Mengingat bahwa PT.Prudential Life Assurance merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bisnis unit link, maka kinerja investasi sangat memengaruhi perkembangan bisnis perusahaan secara keseluruhan. Divisi investasi bertanggungjawab mengembangkan dan memantau jalannya perputaran dana nasabah yang dititipkan kepada perusahaan dengan harapan return investasi yang setinggi-tingginya. Divisi investasi bekerja sama dengan bagian yang bernama Prudential Assets Management (PAM), yaitu sebuah bagian terintegrasi yang telah berpengalaman dalam dunia investasi. 5.
Direktur Pemasaran
Jabatan tersebut dipercayakan kepada Bapak Rinaldi Mudahar. Tanggungjawab seorang direktur pemasaran adalah meningkatkan penjualan, pendapatan premi, penciptaan inovasi produk baru yang berkualitas, pendidikan tenaga-tenaga pemasaran, pemantauan kualitas agency-agency perusahaan, dan lain sebagainya. Inovasi, kreativitas, dan kepekaan melihat peluang sangat dibutuhkan dalam jabatan sebagai seorang direktur pemasaran, karena hanya dengan itulah perusahaan mampu memenangkan persaingan dalam dunia perasuransian. Direktur pemasaran juga membawahi lima divisi, yaitu divisi pemasaran, divisi agency, divisi penjualan retail&corporate, divisi dana pensiun, dan divisi asuransi syariah. a. Divisi Pemasaran Divisi tersebut bertanggungjawab terhadap pertumbuhan penjualan terhadap produk-produk perusahaan, brand image dan positioning perusahaan, dan pertumbuhan new business serta peningkatan jumlah polis yang masih inforce. b. Divisi Agency Divisi tersebut bertanggungjawab terhadap kualitas dan kuantitas kantor keagenan yang ada di seluruh Indonesia. Upaya-upaya dan program-program yang memacu pertumbuhan setiap kantor keagenan menjadi bagian tanggungjawab dari divisi agency. Saat ini program kerja yang dilakukan divisi tersebut cukup memuaskan. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya jumlah kantor keagenan di seluruh Indonesia. c. Divisi penjualan retail&corporate
Tanggungjawab dari divisi ini adalah peningkatan terhadap new business baik nasabah perorangan maupun perusahaan. Tanggungjawab divisi tersebut juga mencakup penekanan terhadap tingkat surrenders nasabah. d. Divisi Dana Pensiun Tanggungjawab
dari
divisi
ini
adalah
mengelola,
mengatur,
dan
mengembangkan dana pensiun yang telah dipercayakan oleh nasabah dengan tujuan menyiapkan jaminan keuangan di hari tua mereka. Divisi dana pensiun bekerjasama dengan divisi investasi dalam penyediaan dana pensiun nasabah. e. Divisi asuransi syariah Divisi ini bertanggungjawab terhadap perkembangan sektor asuransi syariah perusahaan. Divisi tersebut baru terbentuk pada tahun 2007 seiring dengan diluncurkannya produk asuransi syariah oleh perusahaan. Divisi tersebut diawasi oleh suatu dewan pengawas syariah yang independen. Dewan pengawas syariah tersebut berfungsi sebagai kontrol bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis asuransi secara syariah. Dewan pengawas syariah menjamin bahwa perusahaan menjalankan bisnis unit link sesuai dengan nilainilai syariah, bahkan sampai kepada pemilihan perusahaan tujuan investasi diharuskan dilakukan sesuai dengan prinsip syariah. Dewan pengawas syariah terdiri dari tiga orang pakar yang ahli di bidangnya, yaitu DR.H.Anwar Ibrahim, Ir.H.Adiwarman A. Karim, MBA, MAEP, dan H. Ahmad Nuryadi Asmawi, LL.B,MA. 6.
Direktur Pertanggungan
Perusahaan mempercayakan jabatan tersebut kepada Ibu Nini Sumohandoyo dan Ibu Eveline Kusmowidagdo. Jabatan tersebut dipegang oleh dua orang dikarenakan tugas dan tanggung jawabnya yang cukup berat. Tanggungjawab sebagai seorang direktur pertanggungan adalah mengatur jalannya claim oleh nasabah, estimasi tingkat claim tahun mendatang, menilai resiko seorang nasabah, mengukur aktuaria perusahaan, dan lain sebagainya. Direktur pertanggungan memiliki tiga divisi, yaitu divisi underwriting, divisi Divisi aktuaria perusahaan, dan divisi hukum, regulasi, riset, dan pengembangan.
a. Divisi underwriting Divisi ini bertanggungjawab terhadap penilaian risiko seorang calon nasabah. Penilaian risiko dilakukan sesuai dengan tingkat umur, rasio tinggi dan berat badan, uang pertanggungan yang diinginkan calon nasabah, dan penyakit yang telah diderita sebelumnya. Divisi tersebut memiliki peranan yang cukup penting. Hal ini dikarenakan penilaian risiko oleh divisi underwriting akan menentukan kelangsungan bisnis perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian terhadap faktor risiko calon nasabah akan mempengaruhi estimasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi claim yang terjadi. b. Divisi aktuaria perusahaan Divisi tersebut bertanggungjawab terhadap perhitungan mengenai peluangpeluang terjadinya suatu kondisi kritis ataupun sakit penyakit. Divisi aktuaria perusahaan juga bertugas untuk mengestimasi tingkat usia rata-rata seseorang menderita penyakit kritis. Pengetahuan akan kondisi demografi, budaya, dan pola hidup masyarakat di suatu daerah menjadi faktor penting dalam penilaian aktuaria perusahaan. c. Divisi hukum, regulasi, riset, dan pengembangan Divisi tersebut bertanggungjawab terhadap ketentuan-ketentuan hukum dan regulasi yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan. Divisi tersebut juga bertanggungjawab dalam pengesahan terhadap kekuatan hukum dalam polis nasabah. Permasalahan mengenai tuntutan hukum terhadap claim nasabah juga menjadi tanggung jawab divisi tersebut. 7.
Kantor Pemasaran
Kantor pemasaran merupakan bagian dari perusahaan yang bertugas mengurus pemprosesan suatu Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ) menjadi polis yang memiliki kekuatan hukum. Kantor pemasaran juga mengurusi permasalahan kontrak keagenan, perekrutan, dan lain sebagainya. Kantor pemasaran boleh dikatakan sebagai kantor cabang dari pusat yang berada di Jakarta (Prudential Tower) yang memudahkan proses administrasi. 8.
Kantor Keagenan
Kantor
keagenan
merupakan
kantor
yang
berfungsi
sebagai
tempat
dilaksanakannya pelatihan-pelatihan tenaga pemasaran, tempat penampungan
sementara SPAJ sebelum diproses di kantor pemasaran, dan sebagai tempat interaksi antara agen dengan kantor pusat. Kantor keagenan dapat dimiliki dan dibuka oleh tenaga pemasaran di seluruh wilayah Indonesia dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh kantor pusat.
Lampiran 2. Daftar Istilah
1.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)
2.
Lembaga
yang
mengatur
ruang
lingkup
usaha
perasuransian
dan
berkewajiban mengeluarkan sertifikat keagenan bagi para pemasar polis asuransi. 3.
Klaim
4.
Permintaan untuk meminta dicairkannya suatu manfaat yang tertera pada polis karena terjadi suatu resiko pada diri nasabah.
5.
Nilai Tunai
6.
Hasil return investasi yang sah atas nama nasabah dan dapat secara fleksibel dilakukan penarikan maupun penambahan dana.
7.
Polis
8.
Bukti kepemilikan manfaat asuransi bagi nasabah dan berhak secara sah di mata hukum atas uang pertanggungan yang tertera pada polis.
9.
Premi
10.
Sejumlah uang yang harus disetorkan oleh nasabah agar mendapatkan imbal hasil berupa jaminan kesehatan, uang pertanggungan, dan manfaat asuransi tambahan lainnya.
11.
Prudential Assets Management (PAM)
12. Manajer investasi PT.Prudential Life Assurance yang berfungsi untuk mengelola dana investasi yang disisihkan dari premi nasabah. 13.
RBC (Risk Base Capital)
14.
Proporsi cadangan dana minimum yang harus dimiliki oleh suatu lembaga keuangan dengan jumlah yang disarankan oleh Departemen Keuangan sebesar 120% dari modal.
15. Unit Link 16. Usaha dalam bidang perasuransian yang dikaitkan dengan bidang investasi 17. Unit link Annual Report (ULAR) 18. Laporan tahunan kepada nasabah dan stakeholder lainnya mengenai kekuatan keuangan perusahaan dan informasi perusahaan lainnya yang relevan.
Lampiran 3. Format Perhitungan Risk Based Capital Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA PT … IV. RASIO KESEHATAN KEUANGAN SYARIAH A. BATAS TINGKAT SOLVABILITAS Per … Triwulan … Tahun … (dalam jutaan rupiah)
Keterangan
A.
Tahun … Triwulan …
Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan Kewajiban (kecuali Pinjaman Subordinasi)
Jumlah Tingkat Solvabilitas B.
Kekayaan yang diperkenankan kewajiban
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) Proyeksi Arus Kekayaan dan Kewajiban (Schedule B) Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule C) Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule D) Ketidak-cukupan Premi Akibat Perbedaan Hasil Investasi Yang diasumsikan dengan Hasil Investasi Yang Diperoleh (Schedule E) Risiko Reasuradur (Schedule F)
Jumlah BTSM
C.
Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas
D.
Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) *)
*)
Jumlah Tingkat Solvabilitas dibagi dengan Jumlah BTSM
Jumlah schedule A sampai schedule F (Jumlah Tingkat Solvabilitas – BTSM)
Lampiran 4. Tampilan Microsoft Acces 2007 untuk database yang digunakan dalam program PHP.
Analisis Rasio Field1 Field2 Field3 Field4 Field5 Field6 LabaBersih TotalEkuitas TotalAset JumlahTingkatSolvabilitas BTSM Tahun 335121 591926 4095900 460859 71429 2005 517846 942667 6258748 733037 105361 2006 642365 899996 10639443 653221 180553 2007 120027 10290561 10361769 351080 170610 2008 1659474 17317969 17413597 958708 228250 2009
Field1
Field2
Field3
Field4
z-score prediction model Field5 Field6
Field7
Field8
Field9
AktivaLancar TotalAktiva
EBIT
HargaPasar JumlahUtangLancar JumlahUtangJangkaPanjang
Penjualan
LabaDitahan
Tahun
4042734
4095900
334412
12002300
248672
3247824
2145896
111500
2005
6166581
6258748
516561
19687100
381086
4914485
2639342
111500
2006
10487143
10639443
642029
45305200
687048
9023401
5507185
111500
2007
10071671
10361769
987229
11458000
1596877
8226978
7022812
111500
2008
16585686
17413597
1659474
43968700
977618
14621801
7483366
111500
2009
Field1 TotalAset 4095900 6258748 10639443 10361769 17413597
Bond Rating Model Field2 Field3 Field4 Field5 TotalUtang UtangJangkaPanjang JumlahModal UtangJangkaPendek 3496496 3247824 591926 248672 5295571 4914485 942667 381086 9710449 9023401 899996 687048 9823855 8226978 466706 1596877 15599419 14621801 1718550 977618
Field6 AktivaLancar 4042734 6166581 10487143 10071671 16585686
Field7 Subordinasi 0 0 0 1 0
Field8 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Lampiran 5. Hasil Analisis Trend dengan Menggunakan Minitab 15.0 ANALISIS TREND KOMPONEN LABA-RUGI Trend Analysis Pendapatan Premi Data Length NMissing
C1 5 0
Fitted Trend Equation Yt = -12,4 + 98,5*t - 4,7*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
13,977 22,354 609,851
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 408,800 446,000 473,771
Trend Analysis Plot for C1 Quadratic Trend Model Yt = -12,4 + 98,5*t - 4,7*t**2
500
Variable Actual Fits Forecasts
C1
400
Accuracy Measures MAPE 13,977 MAD 22,354 MSD 609,851
300
200
100 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Jumlah Pendapatan Premi Netto Data Length NMissing
C2 5 0
Fitted Trend Equation Yt = -13,4 + 100,2*t - 5,4*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
14,179 22,389 615,406
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 392,200 421,800 440,543
Trend Analysis Plot for C2 Quadratic Trend Model Yt = -13,4 + 100,2*t - 5,4*t**2
450
Variable Actual Fits Forecasts
400 350
Accuracy MAPE MAD MSD
C2
300 250 200 150 100 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Measures 14,179 22,389 615,406
Trend Analysis for Jumlah Pendapatan Data Length NMissing
C3 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 163 - 61*t + 24,5*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
36,48 72,48 7843,52
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 679,2 936,8 1243,4
Trend Analysis Plot for C3 Quadratic Trend Model Yt = 163 - 61*t + 24,5*t**2
1400
Variable Actual Fits Forecasts
1200 1000
Accuracy Measures MAPE 36,48 MAD 72,48 MSD 7843,52
C3
800 600 400 200 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Jumlah Beban Klaim dan Manfaat Data Length NMissing
C4 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 230 - 117*t + 33,1*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
262,1 126,8 23761,0
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 721,60 1035,00 1414,54
Trend Analysis Plot for C4 Quadratic Trend Model Yt = 230 - 117*t + 33,1*t**2
1600
Variable Actual Fits Forecasts
1400 1200
Accuracy Measures MAPE 262,1 MAD 126,8 MSD 23761,0
C4
1000 800 600 400 200 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Jumlah Biaya Akuisisi Data Length NMissing
C5 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 2,8 + 81,7*t + 1,71*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
9,515 20,674 522,331
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 554,800 658,800 766,229
Trend Analysis Plot for C5 Quadratic Trend Model Yt = 2,8 + 81,7*t + 1,71*t**2
800
Variable Actual Fits Forecasts
700 600
Accuracy Measures MAPE 9,515 MAD 20,674 MSD 522,331
C5
500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Jumlah Beban Data Length NMissing
C6 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 165 - 61*t + 24,2*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
44,6 82,3 10307,9
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 673,20 927,40 1230,03
Trend Analysis Plot for C6 Quadratic Trend Model Yt = 165 - 61*t + 24,2*t**2
Variable Actual Fits Forecasts
1200 1000
Accuracy Measures MAPE 44,6 MAD 82,3 MSD 10307,9
C6
800 600 400 200 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Laba Setelah Pajak Data Length NMissing
C7 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 302 - 196*t + 43,9*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
132,4 92,8 10774,6
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 704,40 1079,00 1541,46
Trend Analysis Plot for C7 Quadratic Trend Model Yt = 302 - 196*t + 43,9*t**2
1600
Variable Actual Fits Forecasts
1400 1200
Accuracy Measures MAPE 132,4 MAD 92,8 MSD 10774,6
C7
1000 800 600 400 200 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
ANALISIS TREND KOMPONEN NERACA Trend Analysis for Total Aktiva Lancar Data Length NMissing
C1 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 69 + 28,7*t + 7,1*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
9,278 22,960 872,583
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 499,000 620,600 756,486
Trend Analysis Plot for C1 Quadratic Trend Model Yt = 69 + 28,7*t + 7,1*t**2
800
Variable Actual Fits Forecasts
700 600
Accuracy Measures MAPE 9,278 MAD 22,960 MSD 872,583
C1
500 400 300 200 100 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Aktiva Tetap Data Length NMissing
C2 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 305 - 231*t + 82,3*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
26,94 81,63 8222,01
Period 2010 2011 2012
Forecast 1881,00 2719,60 3722,77
Trend Analysis Plot for C2 Quadratic Trend Model Yt = 305 - 231*t + 82,3*t**2
4000
Variable Actual Fits Forecasts
C2
3000
Accuracy Measures MAPE 26,94 MAD 81,63 MSD 8222,01
2000
1000
0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Aktiva Lain Data Length NMissing
C3 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 657 - 659*t + 168,9*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
42,5 99,0 12017,1
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 2784,40 4321,00 6195,31
Trend Analysis Plot for C3 Quadratic Trend Model Yt = 657 - 659*t + 168,9*t**2
7000
Variable Actual Fits Forecasts
6000 5000
Accuracy Measures MAPE 42,5 MAD 99,0 MSD 12017,1
C3
4000 3000 2000 1000 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Total Aktiva Data Length NMissing
C4 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 75 + 21,9*t + 8,9*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
9,355 23,440 919,703
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 525,200 662,200 816,914
Trend Analysis Plot for C4 Quadratic Trend Model Yt = 75 + 21,9*t + 8,9*t**2
900
Variable Actual Fits Forecasts
800 700
Accuracy Measures MAPE 9,355 MAD 23,440 MSD 919,703
C4
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Total Kewajiban Jangka Pendek Data Length NMissing
C5 5 0
Fitted Trend Equation Yt = -10 + 108*t Accuracy Measures MAPE MAD MSD
23,7 89,6 14283,3
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 635,3 742,8 850,3
Trend Analysis Plot for C5 Linear Trend Model Yt = -10 + 108*t
900
Variable Actual Fits Forecasts
800 700
Accuracy Measures MAPE 23,7 MAD 89,6 MSD 14283,3
C5
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Total Kewajiban Jangka Panjang Data Length NMissing
C6 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 76 + 20,2*t + 10,0*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
11,66 29,92 1461,76
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 557,0 707,2 877,4
Trend Analysis Plot for C6 Quadratic Trend Model Yt = 76 + 20,2*t + 10,0*t**2
900
Variable Actual Fits Forecasts
800 700
Accuracy Measures MAPE 11,66 MAD 29,92 MSD 1461,76
C6
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Total Kewajiban Data Length NMissing
C7 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 56,6 + 37,6*t + 7,4*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
8,626 22,880 822,766
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 549,800 684,000 833,057
Trend Analysis Plot for C7 Quadratic Trend Model Yt = 56,6 + 37,6*t + 7,4*t**2
900
Variable Actual Fits Forecasts
800 700
Accuracy Measures MAPE 8,626 MAD 22,880 MSD 822,766
C7
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for Total Modal Data Length NMissing
C8 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 185 - 75*t + 16,8*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
40,56 42,99 2247,45
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 338,800 482,000 658,771
Trend Analysis Plot for C8 Quadratic Trend Model Yt = 185 - 75*t + 16,8*t**2
700
Variable Actual Fits Forecasts
600 500
Accuracy Measures MAPE 40,56 MAD 42,99 MSD 2247,45
C8
400 300 200 100 0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
ANALISIS TREND ROA,ROE,DAN RBC Trend Analysis for ROE Data Length NMissing
C1 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 0,884 - 0,313*t + 0,0607*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
39,2486 0,1615 0,0379
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 1,19000 1,66600 2,26343
Trend Analysis Plot for C1
Quadratic Trend Model Yt = 0,884 - 0,313*t + 0,0607*t**2 2,5
Variable Actual Fits Forecasts
2,0
Accuracy Measures MAPE 39,2486 MAD 0,1615 MSD 0,0379
C1
1,5
1,0 0,5
0,0 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for ROA Data Length NMissing
C2 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 0,1500 - 0,0673*t + 0,0107*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
102,214 0,022 0,001
Forecasts Period 2010 2011 2012
Forecast 0,132000 0,204000 0,297429
Trend Analysis Plot for C2
Quadratic Trend Model Yt = 0,1500 - 0,0673*t + 0,0107*t**2 0,30
Variable Actual Fits Forecasts
0,25
Accuracy Measures MAPE 102,214 MAD 0,022 MSD 0,001
C2
0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 1
2
3
4
5 Index
6
7
8
Trend Analysis for RBC Data Length NMissing
C3 5 0
Fitted Trend Equation Yt = 1000 - 310*t + 36,0*t**2 Accuracy Measures MAPE MAD MSD
25,2 97,0 11793,8
Forecasts Forecast 435,8 593,8 823,8
Period 2010 2011 2012
Trend Analysis Plot for C3 Quadratic Trend Model Yt = 1000 - 310*t + 36,0*t**2
900
Variable Actual Fits Forecasts
800 700
Accuracy Measures MAPE 25,2 MAD 97,0 MSD 11793,8
C3
600 500 400 300 200 1
2
3
4
5 Index
6
7
8