ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SETELAH AKUISISI (Studi Kasus Pada PT Petrosea Tbk) ERNAWATI NPM. 083403050 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini berujuan untuk mengetahui: Apakah berbeda kinerja keuangan pada PT. Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi dengan menggunakan rasio keuangan: ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), DER (Debt to Equity Ratio), CR (Current Ratio). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis perbedaan dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder, yaitu laporan tahunan perusahaan untuk tahun: 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 yang dipublikasikan di situs PT. Petrosea Tbk. Pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon. Pada tingkat keyakinan 95%, hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan signifikan untuk rasio keuangan ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), DER (Debt to Equity Ratio) dan CR (Current Ratio) sebelum dan setelah akuisisi pada PT. Petrosea Tbk.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Sebelum dan Setelah Akuisisi. PENDAHULUAN capital budgeting. Sedangkan ekspansi eksternal dapat dilakukan dengan penggabungan usaha. Penggabungan usaha salah satunya dilakukan dalam bentuk akuisisi. Adapun yang dimaksud dengan akuisisi adalah penggabungan usaha diamana satu perusahaan, yaitu perusahaan pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi di Indonesia sudah sering terjadi, dimulai oleh PT Japfa Comfeed Indonesia dengan nilai Rp. 115,5 milyar, lalu diikuti oleh perusahaan lain. Akuisisi terbesar sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 1995 dilakukan oleh PT Indosemen Tunggal Perkasa dengan nilai sebesar Rp. 1.714 triliun. Lippo Facific Finance Tbk melakukan akuisisi perusahaan di Group Lippo yang menghasilkan dana sebesar Rp. 263 milyar. Kejadian akuisisi yang dilakukan membuat pengusaha menjadi
Dewasa ini memasuki era globalisasi dan pasar bebas, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat dan tajam. Untuk dapat bertumbuh atau mempertahankan diri agar bisa berlangsung hidup (going concern) dan memperbaiki kinerjanya, perusahaan dalam kondisi demikian dituntut untuk selalu mengembangkan strategi yang tepat untuk usahanya. Salah satu usaha untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat adalah melalui ekspansi. Ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih berdaya saing, serta untuk meningkatkan profit atau keuntungan perusahaan. Ekspansi perusahaan dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal ataupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui 1
lebih besar dan bisa membuat bisnis baru (Alder Haymans Manurung, 2011: 24). Alasan mengapa perusahaan melakukan akuisisi yaitu karena adanya manfaat lebih yang diperoleh dari tindakan tersebut. Manfaat tersebut adalah untuk memperoleh sinergi dan meningkatkan efektivitas perusahaan.. Sinergi yang terjadi sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunya biaya rata-rata per unit karena naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal. Strategi akuisisi merupakan salah satu alternatif untuk perluasan usaha tersebut. Baik perusahaan pengambil alih (pengakuisisi) maupun perusahaan yang diambil alih (perusahaan target) tetap eksis bahkan mengalami pertumbuhan eksternal maupun pertumbuhan internal setelah tindakan akuisisi terjadi. Akuisisi merupakan perjajian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain, dan para pemegang saham dari perusahaan yang menjadi sasaran akuisisi (perusahaan target) berhenti menjadi pemilik perusahaan. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya adalah kinerja keuangan perusahaan dan penampilan finansial perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan merupakan kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja perusahaan tersebut dapat dipergunaakan sebagai pedoman untuk usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Dalam perkembangannya, kinerja keuangan perusahaan menjadi alat ukur bagi investor sehingga perusahaan akan tetap menjaga posisi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan agar tetap dalam posisi yang
aman. Posisi aman ini tergambar dari hasil analisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, akan diketahui keadaan dan perkembangan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah melakukan akuisisi. Perkembangan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah melakukan akuisisi dapat dinilai melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas (Return on Asset, Return on Equity), rasio solvabilitas (Debt to Eequity Ratio) dan rasio likuiditas (Current Ratio). Pada penelitian ini, penulis mengambil subjek penelitian pada PT Petrosea Tbk yang dikenal sebagai salah satu perusahaan kontraktor pertambangan terkemuka yang bergerak di bidang engineering dan construction, dan merupakan perusahaan multi disiplin yang bergerak di bidang rekayasa, konstruksi dan pertambangan kontraktor yang telah berpengalaman luas di Indonesia sejak 1972. Pemilihan subjek penelitian ini karena perusahaan tersebut melakukan kegiatan akuisisi pada tahun 2009 dan dalam hal ini sebagai perusahaan yang diakuisisi. Identifikasi Penelitian (1) Apakah berbeda kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio ROA (Return on Asset). (2) Apakah berbeda kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio ROE (Return on Equity) (3) Apakah berbeda kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio DER (Debt to Equity Ratio). (4) Apakah berbeda kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio CR (Current Ratio). Tinjauan Pustaka Akuisisi merupakan cara mengembangkan perusahaan yang sudah ada atau menyelamatkan perusahaan yang 2
sedang mengalami kekurangan atau kesulitan modal. Akuisisi merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu acquisition dan secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatau/objek untuk ditambahkan pada sesuatu/objek yang telah dimiliki sebelumnya. Ikatan Akuntan Indonesia (2004:22.3), mendefinisikan pengertian akuisisi sebagai berikut : “Akuisisi (acquisition) adalah suatu pengabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”. Perusahaan melakukan tindakan akuisisi tentunya didasari dengan berbagai tujuan. Menurut Hitt, Horison, dan Ireland (2002:62-63) perusahaan-perusahaan melibatkan diri dalam akuisisi karena berbagai alasan. Akuisisi yang efektif sebenarnya dapat : a. Berguna sebagai platform pertumbuhan perusahaan b. Menyebabnya meningkatnya pangsa pasar c. Memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan dari penghematan skala atau economies of scale yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam produk, penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional dan penghematan cakupan atau economies of scope (keuntungan yang didapat melalui pemanfaatan sumber-sumber daya satu unit usaha untuk mencapai pengoperasian unit lainnya). d. Mengurangi pengeluaran-pengeluaran organisasional dengan cara
menghapuskan pengadaan dan mentransfer pengetahuan diantara unitunit bisnis atau alur produk individu. Baker and Helmik (2000) dalam Alder Haymans Manurung (201:28-29) menyatakan bahwa motif melakukan akuisisi sebagai berikut : a. Pertumbuhan (growth) b. Masuk ke pasar baru (new market entry) c. Mengoptimumkan portopolio produk d. Ingin dominasi posisi pasar e. Diversifikasi f. Melakukan transfer keahlian tehnis dan fungsi g. Peningkatan skala ekonomi h. Mengurangi biaya dalam R & D Menurut Sutarjo dalam Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV) menggolongkan motivasi untuk melakukan akuisisi menjadi dua, yaitu motivasi ekonomis dan motivasi non ekonomis. a. Motivasi ekonomis yaitu perusahaan target mempunyai keunggulan kompetitif, yang diharapkan akan menghasilkan sinergi setelah digabung. b. Motivasi non ekonomis. Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non ekonomi seperti prestise dan ambisi. Motif non ekonomi ini biasa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Adapun bentuk-bentuk sinergi adalah sebagi berikut (Moin, 2003:5) a. Sinergi operasi (Operating synergy). Sinergi ini terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumber daya perusahaan. b. Sinergi finansial (financial synergy). Sinergi ini dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. 3
c. Sinergi manajerial (manajerial synergy). Sinergi ini dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas pengetahuan yang mereka miliki. d. Sinergi teknologi. Sinergi ini bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga mereka saling memetik manfaat. e. Sinergi pemasaran. Sinergi ini bisa dicapai apabila perusahaan yang melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.
yang bekepentingan akan dapat menggunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan”. Bagi kalangan pebisnis terutama investor, menjadi hal penting untuk bisa mengetahui kondisi dari penempatan dana yang akan dilakukannya dengan mengetahui persis kondisi, stabilitas, dan kontinuitas dari usaha tersebut. Dengan demikian kebutuhan akan informasi yang maksimal dan akurat merupakan suatu hal yang mutlak, karena dengan informasi yang lengkap itulah bisa dianalisis bagaimana sebenarnya kondisi usaha tersebut. Analisis yang dilakukan dapat dipergunakan berbagai metode analisis yang ada, salah satunya dengan menggunakan financial ratio (rasio keuangan). Rasio dapat dipahami sebagai bentuk hubungan suatu jumlah yang dapat diperkirakan dengan jumlah lainnya. Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1993) dalam Irham Fahmi (2006:51) menyatakan definisi rasio sebagai berikut : “Rasio merupakan hubungan antara satu jumlah dan jumlah lainnya”. Agnes Sawir (2001) dalam Irham Fahmi (2006:51) menambahkan bahwa : “Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan”. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:297) rasio keuangan adalah: “Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Dalam penelitian ini, rasio keuangan yang digunakan adalah rasio profitabilitas (Return on Asset dan Return on Equity), rasio solvabilitas (Debt to Equity Ratio), dan rasio likuiditas (Current Ratio). Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:301), Rasio profitabilitas atau disebut juga rentabilitas menggambarkan
Salah satu cara untuk melihat keadaan suatu perusahaan adalah dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan. Dengan menilai kinerja keuangan perusahaan seorang investor dapat melihat keadaan atau kondisi suatu perusahaan. Irham Fahmi (2006:64) mengemukakan bahwa kinerja keuangan adalah sebagai berikut: “Kinerja keuangan sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Kinerja keuangan yang dilihat berdasarkan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen akan memberi arti pada saat dianalisis terhadap pelaksanaan kinerja yang telah dilakukan. Dari hasil analisis tersebut nantinya akan dapat diketahui tingkat kesehatan perusahaan dan juga dapat diketahui kelemahan maupun prestasi yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga pihak-pihak 4
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi, yang dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. Rasio Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, yang dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan pengertian indikatorindikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Return on Asset (ROA)
Total Utang DER =
d. Rasio Lancar/Current Ratio (CR) Rasio lancar ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Aktiva Lancar CR =
Hipotesis Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) berbeda antara sebelum dan setelah akuisisi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Metode penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan status fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Mohammad Nazir, 2005: 57). Sesuai dengan judul yang dipilih yaitu : “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Setelah Akuisisi”, penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis berdasarkan data tentang perusahaan yang melakukan akuisisi yang menjadi objek penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah : 1. Kinerja keuangan sebelum akuisisi sebagai variabel pertama (X1), dengan sub variabel yang diteliti adalah : Return on Asset (ROA) sebelum akuisisi, Return on Equity (ROE) sebelum
Laba Sebelum Pajak x 100% Total Aset
b. Return on Equity (ROE) Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai modal. Semakin besar rasio ini maka semakin baik. Laba Bersih ROE =
x 100% Utang Lancar
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Semakin besar rasio ini maka semakin baik. ROA =
x 100% Modal (Equity)
x 100% Total Modal /Equity
c. Rasio Utang Atas Modal/ Debt to Equity Ratio (DER) Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. 5
akuisisi, Debt to Equity Ratio (DER) sebelum akuisisi dan Current Ratio (CR) sebelum akuisisi. 2. Kinerja keuangan setelah akuisisi sebagai variabel kedua (X2), dengan sub variabel yang diteliti adalah : Return on Asset (ROA) setelah akuisisi, Return on Equity (ROE) setelah akuisisi, Debt to Equity Ratio (DER) setelah akuisisi dan Current Ratio (CR) setelah akuisisi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series, menurut Boediono (2004:131), data time series atau data berkala adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan atau peristiwa atau kegiatan. Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah 6 tahun yang terbagi menjadi n1 = 3 tahun sebelum akuisisi, dan n2 = 3 tahun setelah akuisisi.
Teknik pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara peninjauan langsung terhadap suatu objek penelitian yang diperoleh dari hasil pengumpulan data-data yang berhubungan dengan topik penelitian. Dalam penelitian ini data primer yang dimaksud yaitu data yang diperoleh dari situs resmi PT Petrosea Tbk. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak luar perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data ini dapat diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian.
Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik nonparametrik yaitu dengan menggunakan, Uji Wilcoxon (The Wilcoxon Test), uji Wilcoxon ini digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu pada dua pengamatan, antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan tertentu. Menurut Sugiyono (2010: 310) teknik ini digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), DER (Debt to Equity Ratio), CR (Current Ratio) periode 2006-2011 yang terbagi 3 tahun sebelum akuisisi (2006-2008) dan 3 tahun setelah akuisisi (2009-2011). Data diperoleh dari hasil olahan berdasarkan data yang terdapat pada Annual Report dari situs resmi PT Petrosea Tbk. Data tersebut akan dipergunakan untuk menghitung perbandingan kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum dan setelah akuisisi.
6
Tabel : Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Sebelum dan setelah Akuisisi Per 31 Desember Periode 2006-2011 Sebelum Akuisisi No.
Indikator Kinerja Keuangan
Tahun 2006 (%)
Tahun 2007 (%)
Tahun 2008 (%)
Setelah Akuisisi Tahun 2009 (%)
Tahun 2010 (%)
Tahun 2011 (%)
1
ROA
8,69
7,68
2,83
2,35
23,19
17,56
2
ROE
8,60
9,29
2,51
1,99
35,01
33,06
3
DER
60,26
94,52
152,30
143,10
84,39
136,95
4
CR
227
171
122
134
104
94
(Sumber : Hasil olahan berdasarkan Annual Report PT Petrosea Tbk) sebelum akuisisi adalah tahun 2006 yaitu dengan nilai 60,26%. Nilai paling tinggi dari Current Ratio (CR) sebelum akuisisi adalah tahun 2006 yaitu dengan nilai 227%. Sedangkan nilai paling rendah dari Current Ratio (CR) sebelum akuisisi adalah tahun 2008 yaitu dengan nilai 122%.
Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Sebelum Akuisisi Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja keuangan PT Petrosea Tbk sebelum akuisisi berdasarkan indikator Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) yang terdapat pada catatan atas laporan keuangan dan neraca, masing-masing diperoleh dari laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva, laba bersih dibagi total modal (equity), total utang dibagi dengan modal (equity), aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai paling tinggi dari Return on Asset (ROA) sebelum akuisisi adalah pada tahun 2006 yaitu dengan nilai 8,69%. Sedangkan nilai paling rendah dari Return on Asset (ROA) sebelum akuisisi adalah tahun 2008 yaitu dengan nilai 2,83%. Nilai paling tinggi dari Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi adalah tahun 2007 yaitu dengan nilai 9,29%. Sedangkan nilai paling rendah dari Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi adalah tahun 2008 yaitu dengan nilai 2,51%. Nilai paling tinggi dari Debt to Equity Ratio (DER) sebelum akuisisi adalah tahun 2008 yaitu dengan nilai 152,30%. Sedangkan nilai paling rendah dari Debt to Equity Ratio (DER)
Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Setelah Akuisisi Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kinerja keuangan PT Petrosea Tbk setelah akuisisi berdasarkan indikator Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) yang terdapat pada catatan atas laporan keuangan dan neraca, masing-masing diperoleh dari laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva, laba bersih dibagi total modal, total utang dibagi dengan modal (equity), aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai paling tinggi dari Return on Asset (ROA) setelah akuisisi adalah pada tahun 2010 yaitu dengan nilai 23,19%. Sedangkan nilai paling rendah dari Return on Asset (ROA) setelah akuisisi adalah tahun 2009 yaitu dengan nilai 2,35%. Nilai paling tinggi dari Return on Equity (ROE) setelah akuisisi 7
adalah tahun 2010 yaitu dengan nilai 35,01%. Sedangkan nilai paling rendah dari Return on Equity (ROE) setelah akuisisi adalah tahun 2009 yaitu dengan nilai 1,99%. Nilai paling tinggi dari Debt to Equity Ratio (DER) setelah akuisisi adalah tahun 2009 yaitu dengan nilai 143,10%. Sedangkan nilai paling rendah dari Debt to Equity Ratio (DER) setelah akuisisi adalah tahun 2010 yaitu dengan nilai 84,39%. Nilai paling tinggi dari Current Ratio (CR) setelah akuisisi adalah tahun 2009 yaitu dengan nilai 134%. Sedangkan nilai paling rendah dari Current Ratio (CR) setelah akuisisi adalah tahun 2011 yaitu dengan nilai 94%.
dengan menggunakan SPSS versi 20.0 (terlampir), diperoleh besarnya z hitung (z output) adalah sebesar -1,069, dengan level signifikansi 0.05 dan menggunakan uji dua sisi. Nilai z kritis antara -1,96 dan 1,96, yang berati di daerah penerimaan Ho, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Return on Equity (ROE) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain ROE yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROA, DER, CR, dan lain-lain. Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Sebelum dan Setelah Akuisisi Dilihat Dari Debt to Equity Ratio (DER) Untuk melakukan pengujian hipotesis atau signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio Debt to Equity Ratio (DER) dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 20.0 (terlampir), diperoleh besarnya z hitung (z output) adalah sebesar 0,000, dengan level signifikansi 0.05 dan menggunakan uji dua sisi. Nilai z kritis antara -1,96 dan 1,96, yang berati di daerah penerimaan Ho, dengan kata lain dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Debt to Equity Ratio (DER) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain DER yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROA, ROE, CR, dan lain-lain.
Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Sebelum dan Setelah Akuisisi Dilihat Dari Rasio Return on Asset (ROA) Untuk melakukan pengujian hipotesis atau signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio Return on Asset (ROA) dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 20.0 (terlampir), diperoleh besarnya z hitung (z output) adalah sebesar -1,069, dengan level signifikansi 0.05 dan menggunakan uji dua sisi. Nilai z kritis antara -1,96 dan 1,96, yang berati di daerah penerimaan Ho, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Return on Asset (ROA) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain ROA yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROE, DER, CR, dan lain-lain.
Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Sebelum dan Setelah Akuisisi Dilihat Dari Current Ratio (CR) Untuk melakukan pengujian hipotesis atau signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio Current Ratio (CR) dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 20.0 (terlampir), diperoleh besarnya z hitung (z
Kinerja Keuangan PT Petrosea Tbk Sebelum dan Setelah Akuisisi Dilihat Dari Rasio Return on Equity (ROE) Untuk melakukan pengujian hipotesis atau signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah akuisisi dilihat dari rasio Return on Equity (ROE) dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan perhitungan 8
output) adalah sebesar -1,604, dengan level signifikansi 0.05 dan menggunakan uji dua sisi. Nilai z kritis antara -1,96 dan 1,96, yang berati di daerah penerimaan Ho, dengan kata lain dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Current Ratio (CR) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain CR yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROA,ROE, DER, dan lain-lain.
dampak dari adanya akuisisi misalnya ROA,ROE, DER, dan lain-lain. Saran yang ingin diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1) Bagi Perusahaan Mengingat dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan signifikan kinerja keuangan sebelum dan setelah akuisisi, maka sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan akuisisi perusahaan harus mempertimbangkan segala sesuatu yang menyangkut akuisisi baik dari manajemen perusahaan, keuangan perusahaan termasuk keadan ekonomi nasional, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. 2) Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi penelitian di masa mendatang, penulis menyarankan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan analisis perbandingn kinerja keuangan sebelum dan setelah akuisisi menggunakan variabel rasio keuangan yang lain yang berbeda dengan yang digunakan dalam penelitian ini, misalnya menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) atau rasio-rasio keuangan lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada PT Petrosea Tbk , maka dapat dibuat simpulan seperti berikut ini: 1) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Return on Asset (ROA) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain ROA yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROE, DER, CR, dan lain-lain. 2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Return on Equity (ROE) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain ROE yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROA, DER, CR, dan lain-lain. 3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Debt to Equity Ratio (DER) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain DER yang turut merasakan dampak dari adanya akuisisi misalnya ROA, ROE, CR, dan lain-lain. 4) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Current Ratio (CR) sebelum dan setelah akuisisi. Ketidaksignifikanan ini bisa saja terjadi karena diduga adanya indikator lainnya selain CR yang turut merasakan
DAFTAR PUSTAKA Abdul Moin. 2007. Merger, Akuisisi & Divestasi, Edisi kedua. Yogyakarta. : EKONISIA. Alder
Haymans Manurung. 2011. Restrukturisasi Perusahaan : Merger, Akuisisi dan Konsolidasi, serta Pembiayaannya,Cetakan pertama. Jakarta : PT Alder Manurung Press.
G.Sugiarso dkk. 2006. Manajemen Keuangan (Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, Serta Pengukuran Kinerja Perusahaan, 9
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Media Presindo. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Irham Fahmi. 2006. Analisis Investas, Cetakan Pertama. Bandung: CV.Alfabeta. Majalah Tambang Online. Bursa. PT. Indika Energy,Tbk Akuisisi 81,93% PT.Petrosea,Tbk, http://www.majalahtambang.com/d etail_berita.php?category=13&new snr=1203. Kamis 26 Juli 2012. Mohamad Nazir. 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Munir Fuadi. 2004. Hukum Tentang Akuisisi, Takeover dan LBO, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Media Presindo. P.S. Sudarsanam. 1999. The Essence of Merger and Acquisition, Edisi Pertama. Alih Bahasa : Rahmad Herutomo. Yogyakarta: ANDI. PT Petrosea Tbk. 2012. Jakarta: http://www.petrosea.com, Kamis 26 Juli 2012.
Ed.1. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D, Bandung: Alfabeta. _______. 2007. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta.
Pyamta dkk. 2004. Analisis Perngaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Universitas Sebelas Maret. Ross, Stephen A et al. (2002), Corporate Finance, 6th ed, McGraw-Hill. Internasional Edition. Slamet Cipto Raharjo. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Paada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi Universitas Islam Sultan Agung. Sarwoko. 2007. Statistik Inferensi untuk Ekonomi dan Bisnis, Ed.1. Yogyakarta : ANDI. Sofyan Syafri Harahap. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,
10