ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA Fridolini ABSTRAK Bahasa merupakan kebutuhan manusia yang terus tumbuh dan berkembang. Ini sejalan dengan hakikat bahasa yang produktif dan dinamis. Namun, tidak hanya produktif dan dinamis bahasa juga harus bersistem. Bersistem artinya segi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik harus benar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan dan faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Jakarat. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktorfaktor komunikasi dalam kebahasaan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kedua parameter tersebut, yakni: faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Berarti, penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar faktor-faktor penentu komunikasi dan tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa Indonesia yang benar dan berada di luar kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia sehingga harus diketahui terlebih dahulu tentang pengertian kesalahan berbahasa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan kajian analisis kesalahan berbahasa. Populasi penelitian meliputi pemakaian bahasa pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Jakarta. 1. PENDAHULUAN Kesalahan berbahasa seseorang muncul karena beberapa faktor dan bentuknya pun bermacammacam. Taylor dalam Anang (2006:68) membedakan lima golongan kesalahan berbahasa, yaitu (1) generalisasi berlebihan, penerapan tata bahasa pada situasi yang tidak tepat, (2) transfer, pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, (3) terjemahan, kesalahan yang mengubah jawaban yang dikehendaki, (4) kesalahan yang tidak diketahui sebabnya, dan (5) kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah kesalahan dan kekeliruan. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa belum memahami sistemlinguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, secara sistematis. Sebaliknya, kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Kekeliruan itu bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik (Tarigan, 1988:75). Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis memandang bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya suatu aturan atau kaidah bahasa yang diabaikan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh pemakai bahasa dalam pemakaian suatu bahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dan performasi bahasa orang dewasa (dalam Tarigan, 1988: 141). Dalam kehidupan sehari – hari penulis seringkali
menemukan penggunaan bahasa Indonesia yang keliru. Yang sebenarnya tampak sepele tapi menurut penulis berisiko besar dalam membunuh budaya berbahasa yang baik dan benar. Bidang penulis bukan dari Sastra Indonesia, tapi penulis ingin mencoba membantu memaparkan contohcontoh penggunaan bahasa yang salah dan menyalahi kaidah bahasa Indonesia, dan sudah terlanjur menjadi budaya umum. Masalah kebahasaan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya. Kondisi itu mempengaruhi prilaku masyarakat Indonesia dalam berbahasa. Melalui peningkatan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia diupayakan agar penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat, memerkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dan memantapkan kepribadian bangsa. Dalam suatu usaha untuk mendapatkan bahasa ke-2, seorang pebelajar bahasa akan senantiasa melakukan kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan (Mistake) adalah suatu kesalahan yang disebabkan oleh kekhilafan semata. Oleh karenanya, kesalahan yang terjadi dalam hal ini kecil kemungkinannya akan terulang lagi sebab sebenarnya yang bersangkutan telah mengetahuinya, misalnya salah ucap. Kesalahan (Error) itu muncul dikarenakan kurangnya kemampuan (competence) dari pemakai bahasa. Oleh karenanya, kesalahan ini sering terjadi dan berulang-ulang. Jadi dapat disimpulkan bahwa mistake merupakan kesalahan yang terjadi karena kekhilafan sehingga bersifat sementara, sedangkan error merupakan kesalahan yang terjadi karena kurangnya competence sehingga bersifat konsisten. Kesalahan, sebagaimana telah disebutkan di atas akan senaniasa terjadi pada setiap pebelajar B2. Menurut teori netral, kesalahan (error) itu dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : (1) development error, (2) interferensi, dan (3) Unique error. Development eror merupakan kesalahan yang terjadi seperti ketika seseorang dalam tahap perkembangan untuk memperoleh B1. Interfernsi merupakan kesalahan yang terjadi ketika sistim B1 digunakan pada waktu berbicara dalam B2 sementara itu kedua sistim dari kedua bahasa tersebut jelas berbeda. Unique error merupakan kesalahan yang terjadi yang bukan disebabkan oleh adanya perkembangan maupun interferensi. Ada dua sumber utama penyebab kesalahan berbahasa yaitu interlingual dan intralingual. Kesalahan yang bersumber pada interlingual maksudnya adalah bahwa kesalahan itu disebabkan oleh adanya kontak antara dua bahasa. Kontak antara dua bahasa akan mengakibatkan adanya transfer. Sebagaimana telah dijelaskan dalam pendahuluan, transfer yang mengakibatkan pebelajar bahasa semakin mudah dalam mempelajari B2 (karena kebetulan kedua isitim bahasa tersebut memiliki sistim yang sama) disebut transfer positif, sedangkan apabila menyebabkan pebelajar B2 mengalami kesulitan disebut transfer negative. Sumber kesalahan yang kedua adalah intralingual. Kesalahan yang bersumber pada intralingual maksudnya adalah bahwa kesalahan pebelajar B2 itu disebabkan oleh kerumitan sistim B2 itu sendiri. Karena ketidaktahuannya, seorang pebelajar B2 sangat dimungkinkan untuk mengucapkan kalimat ‘Pekerjaan itu adalah merupakan pekerjaan yang sia-sia.’ Kesalahan itu terjadi karena kerumitan yang terjadi pada sistim B2 itu sendiri, bukan karena pengaruh sistim B1. Perda Nomor 1, Tahun 1992 tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada papan, papan petunjuk, kain rentang, dan reklame di wilayah DKI Jakarta telah berumur belasan tahun. Namun, dalam realisasinya mari kita ikuti beberapa kasus kebahasaan yang terdapat di Jakarta.
2.
ANALISIS KESALAHAN PADA PAPAN PETUNJUK
Pada dasarnya bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang telah digunakan dari kita kecil dan oleh semua aspek masyarakat Indonesia, mulai dari bentuk lisan maupun tulisan. Terdapat beberapa buah papan petunjuk dalam bahasa Indonesia yang setiap saat terbaca oleh pengendara mobil di Jakarta dan sekitarnya. Misalnya, menjelang masuk tol, kita dapat membaca papan petujuk sebagai berikut : Pemakai Jalan Tol. Gunakan Lajur Tengah Dan Kiri. Pada dasarnya papan petunjuk memang dibuat simple dengan tujuan agar informasinya mudah dimengerti oleh yang membaca. Dari segi informasi boleh dikatakan bahwa tulisan pemakai jalan tol gunakan lajur tengah dan kiri sudah dapat dimengerti. Namun, dari segi kebahasaan ada yang salah, yaitu pemakaian kata penghubung dan. Seperti telah kita ketahui, kata dan adalah kata sambung yang fungsinya menghubungkan dua unsur bahasa, misalnya Wati dan Budi duduk. Dari segi makna, kata dan menyatakan makna jumlah suatu peristiwa yang dilakukan secara bersama. Dengan demikian, penggunaan kata dan pada Wati dan Budi duduk, memberikan makna bahwa suatu peristiwa dilakukan secara bersama. Penulis mencoba menganalogikan tulisan pada papan petunjuk tadi dengan contoh kalimat yang telah disebutkan itu. Gunakan lajur kiri dan tengah. Pengertiannya akan menjadi menggunakan lajur kiri dan tengah secara bersamaan yang artinya setengah kendaraan berada di lajur tengah dan setengahnya lagi berada dilajur kiri. Jika demikian, tentunya bukan kata penghubung dan yang seharusnya dipakai pada tulisan itu karena yang dimaksud bukan penjumlahan lajur. Namun, yang dimaksud adalah pemakain lajur. Didalam bahasa Indonesia terdapat juga alat penghubung yang menyatakan pilihan, yaitu atau, jadi kita dapat mengganti papan petunjuk itu menjadi : Gunakan Lajur Kiri Atau Tengah. Selain itu dijalan-jalan juga terdapat kesalahan dalam penulisan petunjuk seperti Disini terdapat layanan bus pariwiasata. Kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 menerangkan bahwa kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan besar. Oleh karena itu kata “bis” yang ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi kata “bus” yang merupakan kata bakunya. Penggunaan kata di yang tidak tepat untuk keterangan waktu juga terlihat pada salah satu papan petunjuk yang berbunyi, Kendaraan roda dua dilarang melewati jalan ini di hari Kamis. Seharusnya keterangan waktu menggunakan kata pada. Maka di hari kamis menjadi pada hari kamis. Selain contoh di atas juga terdapat beberapa contoh kesalahan lain yang terdapat pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Jakarta, yaitu kesalahan ejaan yang terdapat pada papan nama lembaga/instansi, seperti kesalahan penulisan kata provinsi yang seharusnya adalah propinsi, kesalahan diksi yang terdapat pada papan informasi, seperti kesalahan penggunaan kata jam yang seharusnya adalah pukul, kesalahan struktur frasa yang terdapat pada papan nama badan usaha, yaitu penamaan salon, seperti pada Yoppie Salon yang seharusnya adalah Salon Yoppie, kesalahan karena penggunaan istilah asing, seperti pada nama badan usaha, yaitu Shara Rental Car yang seharusnya adalah Penyewaan Mobil Shara.
3.
ANALISIS KESALAHAN PADA PAPAN PENGUMUMAN DI STASIUN KERETA API
Salah satu sarana transportasi yang terdapat di Jakarta adalah jasa kereta api. Di stasiun dipasang papan pengumuman untuk memberi informasi kepada para penumpang. Tulisan pada papan pengumumman itu pada umumnya dipahami oleh yang membacanya. Namun, jika dilihat dari segi kebahasaan, tulisan pada papan pengumumman tersebut belum memenuhi kaidah kebahasaan. Contoh kasus kesalahan yang terdapat di stasiun KA adalah Anda Tidak Mempunyai Tiket , Akan Dikenakan Denda 2x Lipat Dari Harga Karcis. Sekilas tidak ada yang salah pada tulisan tersebut. Tulisan pada papan pengumuman ini mungkin saja dapat dipahami oleh pembaca. Hal itu memang terbukti, para penumpang kereta api memang membawa karcis masing-masing. Itu artinya pesan dari pengumuman tersebut bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Namun, dari segi kebahasaan terdapat kekurangan. Dalam Bahasa Indonesia terdapat kalimat majemuk bertingkat yang menyatakn sebab akibat. Salah satu kata hubung yang menandai kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan sebab akibat adalah kata hubung jika, jadi sebaiknya kita mengganti papan petunjuk itu menjadi Jika tidak mempunyai tiket (anak kalimat) Anda akan dikenakan denda dua kali lipat dari harga karcis (induk kalimat). Yang menjadi subjek dalam kalimat itu adalah Anda. Dengan demikian, subjek tadi di letakan pada induk kalimat, yaitu Anda akan dikenakan denda dua kali lipat. Subjek anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat yang mempunyai subjek sama dengan induk kalimatnya dapat dihilangkan atau dilesapkan. Oleh karena itu, anak kalimat pada kalimat tersebut subjeknya boleh tidak dihadirkan. 4. ANALISIS KESALAHAN PADA IKLAN, SPANDUK DAN BROSUR Papan iklan adalah papan yang berukuran besar yang ditempatkan di luar ruang (ruang terbuka) dan berfungsi untuk menempatkan iklan (Alwi, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis ternyata bahwa sebagian besar papan iklan yang diletakkan di luar ruang itu umumnya menggunakan bahasa nonbaku (dialek Melayu Betawi ) dan bahasa Inggris. Apalagi iklan rokok masih banyak menggunakan kosakata bahasa Inggris, sedangkan iklan dari XL, Mentari, Simpati, umumnya menggunakan bahasa nonbaku, seperti kata nelpon, banget, sampe. Pedagang elektronik melakukan teknik pemasaran dengan mengikuti pameran. Biasanya tulisantulisan yang berhubungan dengan penjualan barang terdapat dalam pameran yang mempromosikan barang-barang baru karena memang salah satu promosi yang digunakan adalah melalui tulisan-tulisan di dekat stan tersebut. Salah satu contohnya adalah barang yang sudah dibeli dapat dikembalikan tanpa dipotong. Jika hal yang dimaksudkan adalah jika kita membeli salah satu produk yang tidak cocok, kita dapat mengembalikan barang yang sudah dibeli tadi dan uang pembelian akan dikembalikan seharga pembelian tadi, maka kalimat tersebut harus diubah menjadi seperti berikut Barang yang sudah dibeli dapat Anda kembalikan. Uang pembelian akan kami kembalikan secara utuh atau tidak dipotong. Contoh kesalahan lain adalah tulisan Barang yang dijual di pameran ini bisa secara cash/kredit. Apabila diamati dengan saksama kata “kredit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang
merupakan bentuk pasangan kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah kata bahasa Indonesia. Selain itu terdapat kesalahan pada penulisan di spanduk pameran. Tulisan itu berbunyi Persaingan Android akan memanas lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Kata ‘akan memanas lebih dari’, sebaiknya diperbaiki dengan kata ‘akan lebih memanas daripada’ karena kata lebih biasanya diikuti oleh kata sifat dan kata daripada menunjukkan sebuah perbandingan sedangkan kata dari menunjukkan asal. Ada juga tulisan yang berbunyi …harga malah akan meningkat… Sebaiknya penggunaan kata ‘malah’ dihapuskan, karena pemborosan kata. Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem; barang cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid; selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap (Alwi, 2003). Kesalahan itu umumnya terdiri atas penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penggunana kosakata asing. Berdasarkan pengamatan dari beberapa brosur yang tersebar, seperti brosur dari rumah sakit, brosur dari perguruan tinggi swasta, kursus, brosur dari penawaran produk (alat rumah tangga dan mobil) masih digunakan kosakata asing dan kosakata nonbaku, seperti , photocopy atau fotocopy, good luck, full ac, design, show room, buat ngeceng, pasti keren, Dai care, pake, nelpon. Selain itu, terdapat penulisan kata dan huruf kapital yang salah, non akut, s/d, Hadiah akan diganti dengan Souvenir dalam Rangka mengenalkan show room kami… Pada salah satu brosur promosi terdapat tulisan yang berbunyi, Samsung akan menghasilkan lebih banyak produk dari sebelumnya… Kata ‘dari’ perlu diubah menjadi ‘daripada’ karena dalam kalimat tersebut menunjukkan suatu perbandingan. Pada salah satu brosur yang dibagikan juga terdapat tulisan yang tidak tepat yaitu, kenaikan harga disebabkan karena persaingan produk… Kata ‘disebabkan karena’ merupakan bentuk padanan yang tidak serasi. Sebaiknya digantikan dengan kata ‘disebabkan oleh’. Dan sebelum kata ‘merupakan’perlu ditambah kata ‘yang’ sebagai penjelas. Ketika keluar dari area parkir kita juga sering membaca peraturan yang ditulis pada papan kayu hampir di setiap ujung area parkir. Peraturan itu berbunyi sebagai berikut Pengendara harap menunjukkan STNK. Kalimat itu sebetulnya belum selesai, STNK harap ditunjukan kepada siapa? Oleh karena itu sebaiknya kalimat itu dilengkapi sehingga menjadi Pengendara harap menunjukkan STNK kepada petugas. Selain itu, di jalan-jalan penulis pernah membaca tulisan di spanduk yang seharusnya menghimbau agar Jakarta bebas narkoba, tapi bertuliskan Mewujudkan Masyarakat Jakarta Bebas Menyalahgunakan Narkoba. Kesalahan berbahasa juga terlihat pada salah satu pameran otomotif. Penggunaan istilah-istilah asing banyak dijumpai dalam iklan otomotif, padahal pengganti istilah asing sudah diserap dalam istilah bahasa Indonesia. Contohnya saja dari aspek kosa katanya. Kosa kata yang digunakan dalam iklan banyak mengunakan bahasa asing dan bahasa daerah. Penggunaan kata tersebut seharusnya mengikuti aturan tata bahasa Indonesia. Penggunaan kata asing dan daerah
seharusnya dimiringkan tetapi di dalam bahasa iklan tidak ditulis miring. Kesalahan dalam bahasa iklan pada umum terjadi pada aspek kosa kata. Contoh kalimat iklan tersebut, yaitu: Suzuki way of life Jika dilihat dari segi ejaan, bahasa iklan sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Namun, masih terdapat ejaan khas yang menimbulkan kesalahan. Penggunaan tanda titik (.) dan tanda koma (,) untuk kalimat deklaratif sering dilupakaan dalam iklan. Kalimat-kalimat iklan sering melupakan tanda titik sehingga menimbulkan kalimat dalam iklan seolah-olah sebuah judul karangan. Contoh kalimat iklan, antara lain: Lebih dari oli pelumas berteknologi. Pemenggalan kata ketika ganti baris terkesan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan pemenggalannya menggunakan program komputer berbahasa Inggris. Hal ini sebenarnya sudah bisa diantisipasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia. Contoh pemenggalan kata yang salah tersebut antara lain: Surya 12, taklukkan tantanganmu. Di jalan-jalan masih sering terlihat kesalahan menulis pada papan spanduk. Contohnya, ruah ini di jual. Penulis spanduk iklan pada spanduk iklan di jalan harus mengetahui bahswa ada dua macam “di” dalam kalimat. “di” yang pertama menunjukkan tempat, yang harus dituliskan terpisah dari kata yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua merupakan sebuah awalan untuk sebuah kata kerja pasif, yang harus digabungkan pada kata yang diawalinya. Jadi kata depan “di” yang ada pada iklan itu harus digabung menjadi “Dijual” karena kata “jual” merupakan kata kerja. Bilamana digabungkan dengan kata depan “di” maka kata “jual” itu menjadi kata kerja pasif. Penggunaan bahasa pada spanduk yang dipampangkan di tempat umum masih terlihat sebagian kesalahan. Berikut contoh tulisan yang dipampangkan pada spanduk: Orchild Exhibition 2013 Menggelar Seminar. Lebih seru, Open Tournament Futsal 2008 Antarmember, Tetap Keren Tanpa Narkoba: Say no to Druggs. Penggunaan bahasa seperti itu akan menimbulkan konsekuensi bagi pemakai bahasa. Apakah memang bahasa yang digunakan itu sudah tepat ataukah bahasa itu sudah cukup komunikatif sehingga tidak perlu menggunakan bahasa yang baku. Kalaulah pemakaian bahasa seperti itu tetap dibiarkan tentu akan menimbulkan kegamangan perkembangan bahasa Indonesia pada masa yang akan datang. Bagaimana bahasa Indonesia akan menjadi bahasa internasional, pemakaian bahasa Indonesia di negeri sendiri masih amburadul. Contoh lain kesalahan berbahasa adalah tulisan pada spanduk yang berisi iklan ”Coca-Cola” yaitu, ”SIAPA BILANG GAK MUNGKIN? GREAT ’COCA-COLA TASTE ZERO SUGAR Kosakata itu sebaiknya diubah menjadi :
Contoh lain kesalahan berbahasa adalah spanduk yang berisi iklan kartu telepon dari FREN, yaitu : ”TRUS GRATIS SAMPE DOWEEER sepanjang hari seIndonesia!..................SUEERRR!! Kata-kata itu sebaiknya diubah menjadi:
5.
PENUTUP
Bila mau ditelusuri banyak sekali dijumpai spanduk-spanduk di sekitar kita yang salah tulis atau memuat ejaan kata yang tidak tepat. Diantaranya yang menonjol adalah penulisan angka rawan salah tulis dan ejaan suatu kata yang tidak tepat. Tentu saja spanduk yang salah tulis tersebut tidak sengaja dibuat salah, melainkan tidak sengaja , akibat kelalaian atau ketidaktelitian. Tapi hasilnya, jadi bahan pembicaraan karena yang namanya spanduk pemasangannya pasti dipilih di ruang publik yang strategis dan mencolok mata, seperti di jalan raya yang ramai. Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik tulisan maupun lisan haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Mudahmudahan tulisan yang telah dibuat penulis bisa bermanfaat bagi pembaca sehingga penulis dan pembaca lebih berhati-hati dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2000. Politik Bahasa: Risalah Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka. Alwi, Hasan. 2003.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bali Pustaka. Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Bhineka Cipta. Ismail, T. 2005. Malu (Aku) Jadi Orang Indonsia. Jakarta: Yayasan Amanda. Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik,4th ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 Nurhayati, Dini, dkk, Makalah Klasifikasi Kategori Linguistik dan Struktur Permukaan
Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Sakri, A. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB. Hudson. R. A. 1980. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
LAMPIRAN a. Gambar-gambar b. Proposal penelitian awal