ANALISIS KENAIKAN KONSENTRASI AMONIA PADA PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (Studi Kasus: Sewage Treatment Plant Pulau Pabelokan, CNOOC SES Ltd.) Verenia Sembiring Meliala, Setyo Sarwanto Moersidik, dan Cindy Rianti Priadi Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
ABSTRAK Sebagai perusahaan minyak dan gas bumi, CNOOC SES Ltd. memiliki beberapa wilayah kerja, salah satunya adalah Pulau Pabelokan. Pada pulau tersebut berlangsung aktivitas yang menghasilkan air limbah, yaitu aktivitas di dapur, tempat laundry, kamar mandi, dan toilet. Sebelum dialirkan ke badan air terdekat, air limbah tersebut diolah di sewage treatment plant yang terdiri dari beberapa unit, yaitu ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, dan activated carbon tank. Unit abiotech tank merupakan unit pengolahan air limbah secara biologis dengan prinsip attached growth reactor. Keberadaan biofilm pada tangki ini memungkinkan terjadinya kombinasi reaksi nitrifikasi-denitrifikasi yang berdampak pada penurunan konsentrasi amonia. Namun, berdasarkan data harian kualitas air limbah STP Pabelokan, setiap hari terjadi peningkatan konsentrasi amonia sebesar rata-rata 20-30% setelah air limbah melalui proses pengolahan di unit abiotech tank. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kenaikan konsentrasi amonia tersebut dan memberikan solusi pencegahan. Kegiatan operasional pihak pengelola STP Pabelokan yang diduga dapat menjadi faktor penyebab kenaikan konsentrasi amonia adalah penambahan 0,2 kg nutrisi dan 0,5 kg mikroorganisme ke unit aeration tank. Hasil analisis dampak pemberian nutrisi melalui perhitungan stoikiometri dengan reaksi nitrifikasi membuktikan adanya peningkatan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah sebesar rata-rata 15-19%. Sedangkan penambahan mikroorganisme berdampak pada peningkatan angka kematian mikroorganisme di unit abiotech tank. Mikroorganisme yang mati berdampak pada peningkatan konsentrasi amonia karena mikroorganisme tersebut terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa sederhana, salah satunya amonia. Solusi yang dapat diberikan berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah mengalihkan pemberian nutrisi dan mikroorganisme yang pada awalnya melalui unit aeration tank menjadi langsung ke unit abiotech tank. Kata kunci: air limbah domestik; amonia; attached growth reactor; stoikiometri ABSTRACT As an oil and gas company, CNOOC SES Ltd. has some working areas, one of them is Pabelokan Island. Activities that produce wastewater originate from the kitchen, laundry, bathroom, and toilet. Before dumped into the sea, the wastewater is treated at the sewage treatement plant that consists of several units: ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, and activated carbon tank. Abiotech tank is a biological wastewater treatment that adopts attached growth reactor principle. The presence of biofilm in the tank allows the combination of nitrification and denitrification which can reduce the ammonia concentration. However, based on the daily report of wastewater quality, it is known that the increase of ammonia concentration consistently occurs after being processed in abiotech tank, with the increase of around 20-30%. The purposes of this study are to determine the factors that cause the increase of ammonia concentration in treated domestic wastewater at STP Pabelokan and
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
to suggest solutions. It is estimated that the causes of the ammonia increase are the addition of 0,2 kg nutrition and 0,5 kg microorganism to aeration tank. The result of adding nutrition to nitrification reaction (done with stoichiometry calculation) gave evidence that by adding nutrition causes an increase in the concentration of ammonia around 15-19%. Whereas the addititon of microorganism increases the dead rate of microorganism in abiotech unit. The dead microorganisms can trigger an increase of ammonia concentration because their body will be hydrolyzed into several compounds, one of them is ammonia. The solution can be given based on those analysis is to shift the distribution of nutrient and microorganism that initially given to aeration tank, directly to abiotech tank. Keywords: domestic wastewater; ammonia; attached growth reactor; stoichiometry 1.
PENDAHULUAN China National Offshore Oil Corporation South East Sumatera Limited (CNOOC SES Ltd.) merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas bumi yang berkegiatan di Indonesia. Guna mendukung aktivitas perusahaan secara keseluruhan, selain wilayah eksplorasi sebagai pusat produksi, terdapat suatu wilayah khusus yang memuat fasilitasfasilitas pendukung, yaitu pulau Pabelokan. Fasilitas-fasilitas pendukung yang tersedia di pulau tersebut antara lain sistem pembangkit listrik, sistem pengolahan air bersih, sistem pengolahan dan pengelolaan limbah, dan sarana akomodasi bagi para pekerja dan tamu perusahaan yang melakukan kunjungan. Selama berkegiatan di pulau Pabelokan, sebagian besar kegiatan para pekerja dan tamu perusahaan yang berhubungan dengan pemakaian air akan menghasilkan air limbah yang dapat dikategorikan sebagai air limbah domestik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, air limbah domestik wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air karena zat-zat polutan yang memasuki badan air dapat mencemari badan air yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan juga makhluk hidup yang ada di lingkungan tersebut. Hal inilah yang mendasari CNOOC SES Ltd. menyediakan sistem pengolahan air limbah tersendiri bagi air limbah domestik di pulau Pabelokan. Sistem pengolahan air limbah domestik/sewage treatment plant di pulau Pabelokan (STP Pabelokan) mengolah air limbah yang berasal dari dapur, pusat pencucian pakaian (laundry), dan kamar mandi serta toilet yang terdapat di penginapan dan perkantoran. Pada STP Pabelokan terdapat beberapa unit pengolahan, yaitu ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, dan activated carbon tank. Berdasarkan perhitungan tingkat penyisihan (% removal) beberapa parameter dengan data kualitas air limbah di tiga titik sampling (inlet aeration tank, outlet abiotech tank, dan outlet activated carbon tank), terjadi penurunan konsentrasi TSS dan COD dalam air limbah
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
yang diolah di unit abiotech tank. Penurunan konsentrasi kedua parameter tersebut tidak diikuti dengan penurunan konsentrasi amonia dan fosfat, khususnya amonia yang selalu mengalami peningkatan setiap harinya selama delapan hari pengamatan. Abiotech tank merupakan submerged cascaded fixed bed bioreactor, yaitu sebuah unit pengolahan yang didalamnya dilengkapi dengan media berupa lempengan-lempengan dengan permukaan berlekuk-lekuk yang berfungsi sebagai tempat melekat, bertumbuh, dan berkembangbiaknya mikroorganisme (Padmono, 2003). Ketika air limbah melewati lempengan-lempengan tersebut, mikroorganisme akan menguraikan polutan yang terkandung di dalam air limbah (Grady et al., 2011) sehingga pada akhir pengolahan diperoleh air limbah dengan konsentrasi polutan (termasuk amonia) yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi awal. Dengan demikian, kenaikan konsentrasi amonia sebesar kurang lebih 25% setelah melewati proses pengolahan di unit abiotech tank seharusnya tidak terjadi. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat gangguan pada proses pengolahan air limbah di STP Pabelokan sehingga didapatkan air limbah olahan dengan konsentrasi amonia yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi awalnya. Pada beberapa instalasi pengolahan air limbah domestik lainnya, amonia juga menjadi salah satu parameter yang belum dapat teratasi dengan baik. Hal ini membuka peluang untuk dilakukannya studi penelitian terhadap kinerja STP Pabelokan terkait dengan terjadinya kenaikan konsentrasi amonia setelah air limbah melalui proses pengolahan di unit abiotech tank. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap kondisi eksisting STP Pabelokan yang didukung dengan studi literatur sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan faktor atau beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kenaikan konsentrasi amonia pada air limbah yang diolah, beserta dengan solusi pencegahannya.
2.
METODOLOGI
2.1
Data Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitas air limbah pada tanggal 10-17 Februari 2012 (data sekunder). Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 di tiga titik sampling yang berbeda (Gambar 1). Parameter-parameter kualitas air limbah yang diuji pada setiap pengambilan data adalah pH, total suspended solid (TSS), chemical oxygen demand (COD), amonia (NH3), dan fosfat (PO4), serta dissolved oxygen (DO) pada unit aeration tank dan abiotech tank.
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
Gambar 1. Diagram Alir STP Pabelokan beserta dengan Letak Titik Sampling
2.2
Analisis Data Statistik Data parameter kualitas air limbah yang terdapat di data utama tersedia dalam nilai yang cukup bervariasi. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan statistik untuk mengetahui persebaran dan rentang dari data tersebut, yaitu dengan menghitung nilai rata-rata, median, minimum, dan maksium. Tabel 1. Data Kualitas Air Limbah Influen STP Pabelokan Tanggal 10 11 12 13 14 15 16 17 Rata-rata Median Minimum Maksimum
2.3
pH pagi 6,9 6,6 6,8 6,8 6,8 6,7 6,5 6,5 6,7 6,8 6,5 6,9
Parameter COD
TSS sore 6,8 6,7 6,7 6,8 7 7 6,7 6,6 6,8 6,8 6,6 7,0
pagi 66 70 54 58 61 47 67 73 62,00 63,50 47 73
sore 53 39 50 21 37 24 23 26 34,13 31,50 21 53
pagi 272 210 168 180 286 210 320 320 245,75 241,00 168 320
NH3
(mg/L) sore pagi 206 6,0 204 6,5 234 6,0 250 6,0 814 5,5 180 5,5 162 6,0 260 4,5 288,75 5,75 220,00 6,00 162 4,5 814 6,5
PO4 sore 6,5 6,5 6,0 6,5 7,0 5,0 5,5 6,5 6,19 6,50 5,0 7,0
pagi 0,93 0,72 1,09 0,95 0,78 0,78 0,58 0,63 0,81 0,78 0,58 1,09
sore 0,82 0,90 0,88 0,61 1,08 0,46 0,75 0,79 0,79 0,81 0,46 1,08
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif diawali dengan penyajian data dalam bentuk grafis, kemudian dilanjutkan
dengan
menganalisis
data
tersebut
dengan
melihat
dilakukan
dengan
menggunakan
keterkaitan
antarkomponen. 2.4
Perhitungan Beban Organik Perhitungan
beban
organik
persamaan
1
(Metcalf&Eddy, 2003). Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari perbedaan debit yang terdapat di kriteria desain dengan debit eksisting.
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
1
Keterangan: Lorg : beban organik (kg BOD/m3.hari)
2.5
Q
: debit influen air limbah (m3/hari)
V
: volume tangki (m3)
Perhitungan Tingkat Penyisihan (% Removal) Beberapa Parameter Tingkat penyisihan polutan (% removal) yang dilihat berdasarkan parameter tertentu dilakukan untuk mengetahui kinerja unit pengolahan yang terdapat di STP Pabelokan dengan menggunakan rumus:
%
100%
2
Keterangan :
2.6
Nilai parameter influen
: konsentrasi parameter tertentu di titik inlet
Nilai parameter efluen
: konsentrasi parameter tertentu di titik outlet
Perhitungan Stoikiometri Perhitungan stoikiometri dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan nutrisi terhadap kenaikan konsentrasi amonia. Reaksi-reaksi yang digunakan adalah: - Reaksi degradasi senyawa organik: ! "# $ %& ' (& $ )& % $ *)+
3
- Reaksi nitrifikasi: *)-. $ 2 %& ' *%+/ $ 2 ) . $ )& %
4
- Reaksi denitrifikasi: 0,208 (3 )4& %3 $ *%+/ ' 0,5 *& $ 1,25 (%& $ 0,75 )& % $ %) /
5
- Reaksi fiksasi gas nitrogen: 3 ()& % $ 2 *& $ 3 )& % $ 4 ). ' 3 (%& $ 4 *)-.
6
Nilai koefisien reaktan dan produk pada reaksi degradasi senyawa organik bergantung pada rumus empiris senyawa organik yang digunakan yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 1 3 1 3 1 >? %& ' ! (& $ < = >? )& % $ > *)+ (8 )9 %: *; $
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
7
2.7
Perhitungan Konsentrasi Senyawa dalam Bentuk Mol Massa pada perhitungan stoikiometri dinyatakan dalam jumlah mol yang diperoleh dari nilai konsentrasi dengan menggunakan rumus: A Keterangan: ⁄
S
8
: konsentrasi produk atau reaktan (gr/L)
Mr : massa molekul relatif produk atau reaktan (gr/mol)
2.8
Perhitungan Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi Terdapat kemungkinan akan adanya perbedaan suhu dari laju reaksi yang didapat dari literatur dengan suhu air limbah eksisting. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan penyesuaian laju reaksi terhadap suhu air limbah eksisting dengan menggunakan rumus: # BC # BD E BC/ BD
9
Keterangan: kT2 : laju reaksi pada suhu yang ditanyakan kT1 : laju reaksi pada suhu yang diketahui θ
: koefisien aktivitas-suhu
T2 : suhu dimana laju reaksi ditanyakan T1 : suhu dimana laju reaksi diketahui
3.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh Penambahan Nutrisi pada Konsentrasi Amonia Nutrisi merupakan faktor yang berpengaruh besar dalam proses sintesis dan pertumbuhan sel, serta berpengaruh dalam aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi polutan. Menurut Metcalf&Eddy (2003), beberapa nutrien makro yang dibutuhkan mikroorganisme adalah N, S, P, K, Mg, Ca, Fe, Na, dan Cl. Pada dasarnya semua mikroorganisme memerlukan karbon sebagai sumber energi, sedangkan nitrogen dan fosfor merupakan penyusun senyawa-senyawa penting dalam sel yang menentukan pertumbuhan mikroorganisme. Penambahan nutrisi pada unit aeration tank merupakan suatu bagian yang rutin dalam pengoperasian STP Pabelokan. Penambahan nutrisi ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan makanan bagi mikroorganisme sehingga kinerja mikroorganisme dalam proses penguraian polutan tidak terhambat.
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
Berdasarkan keterangan yang didapat dari pihak pengelola STP Pabelokan, setiap hari ditambahkan nutrisi sebanyak 0,2 kg. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, penambahan nutrisi disertai dengan penambahan mikroorganisme dan glukosa (dalam bentuk gula pasir). Ketiga komponen tersebut terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 m3 air limbah influen STP di sebuah tangki khusus. Kemudian, campuran tersebut dialirkan secara bertahap ke unit aeration tank. Pada umumnya penambahan kandungan nitrogen dalam proses pengolahan air limbah dilakukan dengan penambahan urea. Namun, pada STP Pabelokan, nutrisi yang ditambahkan merupakan vitamin yang dikhususkan untuk mendukung metabolisme mikroorganisme aerobik dengan kandungan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi yang ditambahkan pada Unit Aeration Tank Typical of Vitamine & Chemical Properties Content Specified vitamine for aerobic microbe Total Nitrogen, wt% 36 - 40 % Phosphate as P2O5 Total and Available, wt% 46 - 48 % Water Soluble, wt% 42% Moisture content 2 - 2,5 % Iron as Fe2O3, wt% 1,7 % Alumunium as Al2O3, wt% Magnesium as MgO, wt% Sulfate Sulfur as S, wt% Calcium as CaO, wt% pH in 1% solution
1,5 % 1% 1,2 % 0,4 % 7,5 %
Nutrien makro yang dibutuhkan mikroorganisme harus ada dalam rasio yang tepat agar
tercapai
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
baik.
Beberapa
penelitian
menunjukkan bahwa perbandingan karbon, nitrogen, dan fosfor (rasio C:N:P) optimum pada proses biodegradasi adalah 100:10:1 (Shewfelt et al., 2005). Nilai karbon pada analisis ini diwakilkan oleh parameter BOD, nitrogen oleh amonia, dan fosfor oleh fosfat. Pada data kualitas air limbah yang digunakan sebagai data utama dalam proses analisis ini tidak terdapat data parameter BOD, melainkan COD. Nilai BOD dapat diperoleh dengan mengetahui karakteristik air limbah yang diolah di STP Pabelokan, dalam hal ini karaktersitik air limbah yang diperlukan adalah rasio BOD/COD. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan data harian selama tahun 2011, rasio
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
BOD/COD air limbah STP Pabelokan adalah 0,57. Nilai perbandingan tersebut digunakan untuk mendapat nilai BOD dari data utama. Kemudian, dilakukan perhitungan perbandingan nilai BOD, amonia, dan fosfat untuk mendapatkan gambaran mengenai rasio C:N:P dari air limbah yang menjadi influen STP Pabelokan. Rasio C:N:P air limbah influen STP Pabelokan berdasarkan perhitungan adalah 127:6:1, artinya kadar nutrisi (amonia dan fosfat) yang terkandung dalam influen belum cukup mendukung terjadinya proses penguraian bahan organik. Dengan demikian, langkah pihak pengelola STP Pabelokan dalam melakukan penambahan nutrisi sudah tepat sehingga mencegah terhambatnya proses degradasi polutan. Namun demikian, sehubungan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah, tetap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan nutrisi ini. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, pada biofilm yang terdapat di unit abiotech tank dapat berlangsung gabungan proses aerobik dan anaerobik untuk menurunkan konsentrasi nitrogen (dalam bentuk amonia) di dalam air limbah. Proses tersebut terdiri dari reaksi nitrifikasi dan denitrifikasi yang akan ditinjau satu per satu pada bagian berikut ini untuk melihat secara terpisah namun berkesinambungan kemungkinan terjadinya peningkatan konsentrasi amonia akibat adanya penambahan nutrisi. 3.1.1 Reaksi Nitrifikasi Berdasarkan persamaan reaksi 4, diketahui bahwa pada reaksi nitrifikasi terjadi pengurangan konsentrasi amonia dalam air limbah karena amonia (dalam bentuk ion amonium) dioksidasi menjadi nitrat. Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan stoikiometri dalam dua kondisi, yaitu saat tidak dan saat dilakukan penambahan untuk melihat pengaruh penambahan nutrisi pada konsentrasi amonia setelah reaksi nitrifikasi berlangsung. Sebelum masuk ke dalam perhitungan reaksi nitrifikasi, pertama-tama dilakukan terlebih dahulu perhitungan amonia yang terbentuk dari proses degradasi senyawa organik (persamaan 3). Karena terdapat keterbatasan dalam pengambilan data saat penelitian berlangsung beberapa asumsi akan digunakan dalam proses perhitungan ini. Asumsi pertama berkaitan dengan rumus empiris senyawa organik yang akan digunakan dalam persamaan reaksi degradasi senyawa organik. Terdapat tiga rumus empiris senyawa organik yang digunakan dalam perhitungan, yaitu C10H19O3N (Grady et al., 2011), C6H14O2N (Reynold, 1996), dan C6H11ON2 (Sawyer, 2003). Ketiga rumus empiris senyawa organik tersebut merupakan rumus empiris senyawa organik yang terkandung
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
di dalam air limbah. Penggunaan tiga rumus empiris yang berbeda ditujukan untuk mendapatkan perbandingan sehingga dapat terlihat pengaruh rumus empiris senyawa organik yang digunakan pada hasil perhitungan. Asumsi kedua berkenaan dengan laju reaksi. Laju reaksi yang digunakan, baik laju reaksi degradasi senyawa organik maupun laju reaksi nitrifikasi, juga merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang didapat melalui studi literatur. Laju reaksi degradasi senyawa organik adalah sebesar 0,067/hari (Friedler et al., 2003). Laju reaksi tersebut merupakan laju reaksi pada suhu 20oC. Sehubungan dengan suhu air limbah di dalam unit abiotech tank adalah 25oC, maka dilakukan perhitungan penyesuaian untuk mengetahui nilai laju reaksi tersebut pada suhu 25oC (persamaan 9). Hasil yang didapat untuk laju reaksi degradasi senyawa organik pada suhu 25oC adalah 0,08/hari. Perhitungan dengan stoikiometri merupakan perhitungan dengan konsep kesetimbangan massa, dimana dalam hal ini massa dinyatakan dalam banyaknya mol produk atau reaktan dalam satuan volume (mol/L) yang diperoleh dari nilai konsentrasi (persamaan 8). Konsep kesetimbangan massa tersebut tertuang dalam tiga tahap perhitungan (Tabel 3), yaitu tahap kondisi awal (ada), tahap reaksi (bereaksi), dan tahap sesudah reaksi (sisa). Jumlah mol/volume reaktan dan produk pada tahap pertama yang merupakan kondisi awal adalah jumlah mol/volume reaktan dan produk yang terkandung di dalam air limbah. Jumlah mol/volume reaktan dan produk pada tahap kedua adalah jumlah mol/volume reaktan dan produk yang bereaksi sesuai dengan laju reaksi dari reaksi yang bersangkutan. Sedangkan, jumlah mol/volume reaktan dan produk pada tahap ketiga adalah sisa dari reaksi yang telah berlangsung.
Tabel 3. Konsep Perhitungan Stoikiometri Tahap (mol/L) C10H19O3N + 0,0008 I ada II bereaksi -7,8 x 10-6 III sisa 0,00076
12,5O2
→ 10CO2 + 8H2O +
NH3 0,0003 -6 7,8x10 0,00037
Konsentrasi senyawa organik pada tahap pertama perhitungan (baik dalam kondisi ada maupun tidak ada penambahan nutrisi) diwakilkan oleh nilai BOD air influen STP. Sedangkan konsentrasi amonia pada tahap pertama saat kondisi tidak ada penambahan nutrisi berbeda dengan konsentrasi amonia pada tahap pertama saat kondisi dilakukan penambahan nutrisi. Saat tidak ada penambahan nutrisi, konsentrasi amonia pada tahap pertama merupakan konsentrasi amonia dalam air limbah influen STP. Sedangkan
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
konsentrasi amonia pada tahap pertama saat ada penambahan nutrisi merupakan konsentrasi amonia campuran antara amonia dalam air limbah influen STP dan amonia dalam nutrisi yang ditambahkan. Reaksi degradasi senyawa organik (persamaan 3) jelas akan meningkatkan konsentrasi amonia karena pada reaksi ini terjadi pembentukan senyawa amonia, sehingga baik dalam kondisi ada maupun tidak ada penambahan nutrisi, akan diperoleh konsentrasi amonia hasil perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi amonia dalam air limbah influen STP. Dalam kondisi tidak dilakukannya penambahan nutrisi, rata-rata prosentase kenaikan konsentrasi amonia untuk masingmasing reaksi dengan rumus empiris senyawa organik C10H19O3N, C6H14O2N, dan C6H11ON2 adalah 1,6%, 2,44%, dan 5,07%, sedangkan dalam kondisi dilakukannya penambahan nutrisi rata-rata prosentase kenaikannya adalah 17,09%, 18,75%, dan 21,39%. Perbedaan tingkat kenaikan konsentrasi amonia tersebut dipengaruhi oleh rumus empiris senyawa organik yang digunakan dalam persamaan reaksi. Perhitungan dengan menggunakan rumus empiris senyawa organik yang pertama dan kedua (C10H19O3N dan C6H14O2N) menghasilkan tingkat kenaikan yang tidak jauh berbeda baik dalam kondisi ada maupun tidak ada penambahan. Hal ini dikarenakan komposisi nitrogen (N) pada rumus empiris kedua senyawa organik tersebut sama-sama satu. Komposisi ini pada akhirnya akan berpengaruh pada koefisien senyawa-senyawa di persamaan reaksi. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kenaikan pada perhitungan dengan rumus empiris senyawa organik C6H11ON2 lebih besar dibandingkan dengan tingkat kenaikan konsentrasi pada perhitungan dengan dua rumus empiris senyawa organik lainnya. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, reaksi degradasi senyawa organik pasti akan berdampak pada kenaikan konsentrasi amonia. Oleh karena itu, hasil dari perhitungan ini tidak digunakan untuk menganalisis penyebab kenaikan konsentrasi amonia, melainkan sebagai perhitungan pendahulu sebelum masuk ke dalam perhitungan dengan menggunakan reaksi nitrifikasi. Reaksi nitrifikasi digunakan dalam analisis kenaikan konsentrasi amonia karena pada reaksi ini memungkinkan terjadinya penurunan konsentrasi amonia yang seharusnya terjadi dalam proses pengolahan air limbah, khususnya dalam proses pengolahan air limbah secara biologis seperti proses pengolahan pada unit abiotech tank. Konsep perhitungan pada reaksi nitrifikasi sama dengan konsep perhitungan pada reaksi degradasi senyawa organik. Seluruh amonia yang terbentuk setelah reaksi
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
degradasi senyawa organik diasumsikan berbentuk ion amonium. Oleh karena itu, pada tahap awal perhitungan dengan reaksi nitrifikasi, jumlah mol/volume ion amonium sama dengan jumlah mol/volume amonia yang terbentuk setelah reaksi degradasi senyawa organik. Asumsi lain yang digunakan dalam proses perhitungan dengan reaksi nitrifikasi berhubungan dengan laju reaksi dari reaksi nitrifikasi itu sendiri. Menurut Jeppsson (dalam Mannina, 2011), laju reaksi nitrifikasi adalah 0,125/hari pada suhu
C10H19O3N
NH3 (mg/L)
20oC (sama dengan 0,21/hari pada suhu 25oC, berdasarkan persamaan 9). 8,4 7,9 7,4 6,9 6,4 5,9 5,4 4,9 4,4 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17
C6H14O2N
NH3 (mg/L)
Pemeriksaan ke-
8,4 7,9 7,4 6,9 6,4 5,9 5,4 4,9 4,4 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17
C6H11ON2
NH3 (mg/L)
Pemeriksaan ke-
9 8,5 8 7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pemeriksaan ke-
Gambar 2. Grafik Perbandingan Konsentrasi Amonia dari Hasil Perhitungan Setelah Proses Nitrifikasi Berdasarkan Tiga Rumus Empiris Senyawa Organik
Keterangan:
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan grafik-grafik tersebut terlihat bahwa setelah reaksi nitrifikasi, terdapat kecenderungan yang berbeda pada konsentrasi amonia hasil perhitungan dalam kondisi dilakukan dan tidak dilakukannya penambahan nutrisi. Garis biru putus-putus yang merupakan nilai amonia hasil perhitungan dalam kondisi tanpa penambahan nutrisi cenderung berhimpit dengan garis cokelat yang merupakan nilai eksisting amonia air limbah influen STP yang menandakan tidak adanya atau kecilnya tingkat peningkatan konsentrasi amonia setelah reaksi nitrifikasi dalam kondisi tersebut. Sedangkan garis hijau putus-putus yang merupakan nilai amonia hasil perhitungan dalam kondisi dilakukannya penambahan nutrisi secara konsisten berada di atas garis cokelat yang menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi amonia setelah reaksi nitrifikasi dalam kondisi dilakukannya penambahan nutrisi. Secara numerik perbedaan tersebut disajikan pada Tabel 5.6 dimana terdapat nilai negatif yang menandakan terjadinya penurnan konsentrasi amonia.
Tabel 4. Perbandingan Tingkat Kenaikan Konsentrasi Amonia dalam Kondisi Ada dan Tidak Ada Penambahan Nutrisi Tanggal
sore
pagi
10 11 12 13 14 15 16 17 10 11 12 13 14 15 16 17 Rata-rata Median
Tingkat Kenaikan Amonia (%) C10H19O3N C6H14O2N C6H11ON2 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada -0,29 15,44 0,55 16,28 3,18 18,91 -0,75 13,77 -0,15 14,37 1,72 16,24 -0,90 14,83 -0,38 15,35 1,24 16,97 -0,83 14,90 -0,28 15,45 1,46 17,19 -0,05 17,11 0,91 18,07 3,92 21,08 -0,54 16,62 0,16 17,32 2,38 19,54 -0,01 15,72 0,98 16,71 4,07 19,80 0,62 21,60 1,93 22,91 6,06 27,03 -0,77 13,75 -0,19 14,34 1,65 16,17 -0,78 13,74 -0,20 14,32 1,62 16,14 -0,51 15,22 0,21 15,94 2,47 18,20 -0,53 13,99 0,18 14,70 2,41 16,93 2,22 15,70 4,36 17,85 11,11 24,59 -0,62 18,26 0,05 18,92 2,13 21,01 -0,85 16,31 -0,31 16,86 1,40 18,56 -0,48 14,04 0,26 14,78 2,58 17,10 -0,32 15,69 0,50 16,51 3,09 19,09 -0,54 15,33 0,17 16,11 2,39 18,38
Penurunan dan kenaikan konsentrasi amonia yang diperoleh dalam perhitungan dengan reaksi nitrifikasi dalam kondisi tanpa adanya penambahan nutrisi menunjukkan pengaruh dari variasi rumus senyawa organik yang digunakan pada reaksi degradasi
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
senyawa organik. Saat digunakan rumus senyawa organik C10H1903N, diperoleh penurunan konsentrasi amonia sebesar rata-rata 0,32%. Sedangkan saat digunakan rumus senyawa organik C6H14O2N dan C6H11ON2 diperoleh peningkatan konsentrasi amonia rata-rata sebesar 0,5% dan 3,09%. Secara keseluruhan, tingkat kenaikan konsentrasi amonia pada perhitungan dalam kondisi tidak ada penambahan nutrisi lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan konsentrasi pada perhitungan dalam kondisi ada penambahan nutrisi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penambahan nutrisi pada unit aeration tank dapat berdampak pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank (ditinjau dari reaksi nitrifikasi), meskipun tingkat kenaikan konsentrasi yang didapat melalui proses perhitungan tidak sama persis dengan kondisi eksisting, dimana rata-rata kenaikan konsentrasi amonia pada kondisi eksisting adalah sebesar 31,8% pada pagi hari dan 21,5% pada sore hari. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya asumsi-asumsi yang digunakan dalam proses perhitungan.
3.1.2 Reaksi Denitrifikasi Reaksi yang menuntaskan penurunan kandungan nitrogen dalam pengolahan air limbah adalah reaksi denitrifikasi karena pada reaksi ini senyawa nitrat diubah menjadi gas nitrogen yang tidak larut di dalam air limbah sehingga akan terlepas ke atmosfer (persamaan 5). Unit abiotech tank pada STP Pabelokan sering berada dalam kondisi tertutup. Tangki tersebut dibuka hanya pada saat dilakukannya skimming, dimana frekuensi dilakukannya skimming tidak menentu. Kondisi tangki yang relatif tertutup dari waktu ke waktu menyebabkan gas nitrogen yang dihasilkan dari reaksi denitrikasi tidak dapat lepas ke atmosfer. Dengan demikian terdapat potensi terjadinya akumulasi gas nitrogren. Gas nitrogen dapat terfiksasi secara biologis menjadi amonia (persamaan 6), namun laju fiksasinya sangat lambat (WEF, 2010). Potensi akumulasi gas nitrogen dari reaksi denitrifikasi yang akhirnya terfiksasi menjadi amonia dapat menjadi salah satu faktor penyebab kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank. Oleh karena itu, akan dilakukan perhitungan stoikiometri seperti yang telah dilakukan pada sub bab terdahulu. Perhitungan pada bagian ini diawali dengan perhitungan yang menggunakan reaksi denitrifikasi (persamaan 5). Perhitungan ini merupakan lanjutan dari dua perhitungan terdahulu. Oleh karena itu, jumlah senyawa nitrat yang digunakan pada tahap awal
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
perhitungan reaksi denitrifikasi merupakan jumlah senyawa nitrat yang terbentuk setelah proses nitrifikasi. Seharusnya jumlah senyawa nitrat pada tahap awal ini juga memperhitungkan kandungan nitrat awal yang ada di dalam air limbah. Namun, karena keterbatasan data yang ada, maka dalam perhitungan ini jumlah tersebut diabaikan. Karena tidak dilakukan pengukuran gas yang ada di dalam unit abiotech tank, maka jumlah gas nitrogen di tahap pertama perhitungan dianggap tidak ada atau sama dengan nol. Asumsi lain (selain pengabaian jumlah nitrat dan gas nitrogen awal) yang digunakan dalam perhitungan ini adalah laju reaksi denitrifikasi. Laju reaksi denitrifikasi menurut Horan (1990) adalah 0,09/hari pada suhu 25oC. Setelah diperoleh jumlah gas nitrogen yang terbentuk pada reaksi denitrifikasi, jumlah gas nitrogen tersebut digunakan dalam perhitungan reaksi fiksasi gas nitrogen untuk mengetahui pengaruhnya pada kandungan amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank. Karena laju reaksi fiksasi gas nitrogen sangat lambat, pada perhitungan ini diasumsikan terjadi reaksi yang sempurna. Artinya, reaktan yang dalam hal ini adalah gas nitrogen terfiksasi secara keseluruhan menjadi amonia. Asumsi ini ditetapkan juga dengan tujuan mendapatkan nilai ekstrim dari perhitungan yang dilakukan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa konsentrasi amonia yang terbentuk akibat reaksi fiksasi gas nitrogen sangat kecil. Rata-rata konsentrasi amonia yang terbentuk dari reaksi fiksasi gas nitrogen baik dalam kondisi ada maupun tidak ada penambahan nutrisi adalah 0,001 mg/L (Tabel 5.7). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah amonia yang ditimbulkan dari fiksasi gas nitrogen sangat sedikit. Hal tersebut ditemui pada keseluruhan hasil perhitungan, meskipun telah digunakan tiga variasi rumus empiris senyawa organik. Selain itu, nilai konsentrasi amonia yang ditimbulkan dari reaksi fiksasi nitrogen baik dalam kondisi ada maupun tidak ada penambahan nutrisi tidak jauh berbeda. Hal ini tidak seperti hasil perhitungan dengan reaksi nitrifikasi, dimana diperoleh perbedaan yang cukup signifikan antara konsentrasi amonia yang ditimbulkan setelah reaksi nitrifikasi pada kondisi ada dan tidak ada penambahan nutrisi (Gambar 2 dan Tabel 4). Hasil perhitungan yang diperoleh tentunya sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang digunakan pada proses perhitungan. Namun, berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, serta perbandingan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan reaksi nitrifikasi, disimpulkan bahwa fiksasi gas nitrogen yang terakumulasi dari proses
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
denitrifikasi tidak memberikan dampak yang signifikan pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank.
3.2
Pengaruh Penambahan Mikroorganisme terhadap Konsentrasi Amonia Selain penambahan nutrisi, pada unit aeration tank juga dilakukan penambahan mikroorganisme. Setiap hari, massa mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam unit
aeration tank adalah sebanyak 0,5 kg. Penambahan mikroorganisme akan membantu proses penguraian senyawa organik, khususnya saat kandungan senyawa organik dalam air limbah influen STP tinggi. Konsentrasi COD yang tinggi dalam air limbah influen STP jarang terjadi. Ketika konsentrasi COD tidak begitu tinggi, dengan jumlah mikroorganisme yang ditambahkan tetap sama, yaitu 0,5 kg/hari, nutrisi yang tersedia menjadi tidak mencukupi kebutuhan seluruh mikroorganisme yang ada. Hal ini dapat memicu kematian mikroorganisme. Pada permukaan air dalam unit abiotech tank sering terlihat adanya padatan yang mengapung. Padatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai scum karena scum yang merupakan hasil degradasi senyawa organik umumnya berwarna coklat keabu-abuan. Padatan yang mengapung pada permukaan air limbah yang terdapat di unir abiotech tank terlihat berwarna merah seperti cacahan daging yang diduga merupakan hasil dekomposisi mikroorganisme yang mati. Menurut Metcalf & Eddy (2003), pertumbuhan mikroorganisme dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu lag phase, exponential growth phase, stationary phase, dan
death phase. Durasi dari lag phase hingga exponential growth phase sangat bervariasi, dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien dan kondisi lingkungan, umumnya berkisar 10-60 menit. Penambahan nutrisi yang dilakukan pada unit aeration tank serta tingkat oksigen terlarut sebesar rata-rata 2,3 mg/L sangat mendukung pertumbuhan mikroorganisme berlangsung dengan sangat cepat pada unit ini. Dengan demikiran, ketika mikroorganisme masuk ke unit abiotech tank, fase pertumbuhannya cenderung memasuki fase akhir, yaitu stationary phase hingga death phase. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya dekomposisi mikroorganisme di unit abiotech tank. Selain pengaruh fase pertumbuhan, kematian mikroorganisme juga dapat disebabkan oleh keberadaan predator. Mikroorganisme yang ditambahkan pada unit
aeration tank adalah Vorticella dan Paramecium. Kedua mikroorganisme ini termasuk ke dalam golongan protozoa, dimana protozoa merupakan mikroorganisme yang secara signifikan berperan sebagai predator, baik dalam proses pengolahan air limbah, maupun
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
dalam lingkungan akuatik alam (Curds dalam Herlambang, 2008). Menurut Lynn (2008), Vorticella dapat mencerna lebih dari 4.000 sel bakteri dalam satu jam. Mikroorganisme yang mati dapat berdampak pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank karena sebagian besar massa mikroorganisme merupakan protein. Massa sel mikroorganisme yang mati akan mengalami autolisis sehingga sitoplasmanya keluar dari dalam sel. RNA-protein yang merupakan senyawa yang terkandung dalam sitoplasma diurai oleh mikroorganisme yang masih hidup menjadi senyawa yang lebih sederhana dan amonia (Khasani, 2007). Salah satu proses perombakan protein oleh mikroorganisme adalah melalui proses deaminasi (Wipuca, 2011). Proses ini diawali dengan perombakan protein menjadi asam amino, kemudian asam amino akan terhidrolisis menjadi amonia dan karbondioksida.
3.3
Pengaruh Pengalihan Pemberian Nutrisi dan Mikroorganisme dari Unit Aeration Tank ke Unit Abiotech Tank pada Konsentrasi Amonia Pada bagian 3.1, khususnya 3.1.1, diketahui bahwa penambahan nutrisi pada unit
aeration tank ditinjau dari reaksi nitrifikasi berdampak pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank sebesar 15-19% (Tabel 4). Pada bagian 3.2 diketahui bahwa penambahan mikroorganisme pada unit aeration tank jika
dilihat
dari
fase
pertumbuhan
mikroorganisme,
bisa
berdampak
pada
kecenderungan mikroorganisme telah memasuki fase akhir saat masuk ke unit abiotech
tank, yaitu stationary phase atau death phase. Mikroorganisme yang mati akan terdekomposisi menjadi senyawa sederhana, salah satunya amonia, karena sebagian besar tubuh mikroorganisme merupakan protein. Hal itulah yang menyebabkan penambahan mikroorganisme pada unit aeration tank dapat memicu terjadinya peningkatan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank. Penambahan nutrisi dan mikroorganisme pada unit aeration tank ditujukan untuk mendukung kinerja unit berikutnya, unit abiotech tank. Namun, berdasarkan ulasan di atas dan pembahasan di beberapa sub bab terdahulu, tujuan awal tersebut tidak tercapai, justru sebaliknya, timbul gangguan pada proses pengolahan air limbah yang berlangsung di unit abiotech tank. Gangguan tersebut secara berkelanjutan berdampak pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank. Dengan demikian, pengalihan titik pemberian nutrisi dan mikroorganisme dari unit
aeration tank menjadi langsung ke unit abiotech tank dapat menjadi salah satu solusi
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
yang dapat dilakukan guna mencegah kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank. Pemberian nutrisi yang langsung dilakukan ke unit abiotech tank akan menciptakan kondisi yang sama dengan asumsi yang dilakukan pada perhitungan di bagian 3.1.1, yaitu perhitungan dengan reaksi nitrifikasi dalam kondisi tidak dilakukannya penambahan nutrisi di unit aeration tank. Hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 4 menggambarkan bahwa dalam kondisi tidak dilakukannya penambahan nutrisi, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu penurunan dan kenaikan konsentrasi amonia setelah reaksi nitrifikasi berlangsung. Meskipun ada kemungkinan terjadinya kenaikan konsentrasi amonia, prosentase kenaikannya lebih kecil jika dibandingkan dengan perhitungan dalam kondisi dilakukannya penambahan nutrisi, yaitu rata-rata sebesar 3% dalam kondisi tidak dilakukan penambahan nutrisi dan 19% dalam kondisi dilakukannya penambahan nutrisi. Pengalihan pemberian mikroorganisme yang langsung dilakukan ke unit abiotech
tank dilakukan dengan tujuan menghindari kemungkinan mikroorganisme telah berada dalam fase pertumbuhan bagian akhir saat berada di dalam unit abiotech tank, melainkan sebaliknya, diharapkan fase pertumbuhan eksponensial yang merupakan masa perkembangan mikroorganisme yang paling tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, terjadi pada unit abiotech tank sehingga menunjang reaksi penguraian senyawa polutan, baik senyawa organik, nitrogen, dan senyawa polutan lainnya.
4.
KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah domestik yang diolah di STP Pabelokan adalah: a. Penambahan nutrisi pada unit aeration tank Berdasarkan analisis dengan perhitungan stoikiometri terhadap reaksi nitrifikasi dengan reaksi degradasi senyawa organik sebagai reaksi pendahulu, disimpulkan bahwa penambahan nutrisi dengan kadar total nitrogen sebesar 3640% pada unit aeration tank berpengaruh pada peningkatan konsentrasi amonia di dalam air limbah yang diolah. Hal ini didasarkan pada perbandingan hasil perhitungan dalam kondisi ada dan tidak ada penambahan nutrisi. Hasil perhitungan dalam kondisi tidak dilakukannya penambahan nutrisi adalah penurunan konsentrasi amonia sebesar rata-rata 0,32% pada saat penggunaan rumus empiris senyawa organik C10H19O3N; kenaikan konsentrasi amonia sebesar
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
rata-rata 0,5% pada saat C6H14O2N; dan 3,09% pada saat C6H11ON2. Sedangkan kenaikan konsentrasi amonia yang lebih besar diperoleh pada perhitungan dalam kondisi dilakukannya penambahan nutrisi, yaitu rata-rata 15,7% pada saat penggunaan rumus empiris senyawa organik C10H19O3N; 16,51% pada saat C6H14O2N; dan 19,09% pada saat C6H11ON2. Bertolak belakang dengan hasil analisis terhadap hasil perhitungan stoikiometri
dengan
menggunakan
reaksi
nitrifikasi,
berdasarkan
hasil
perhitungan dengan kombinasi reaksi denitrifikasi dan fiksasi gas nitrogen, disimpulkan bahwa penambahan nutrisi dengan kadar total nitrogen sebesar 3640% pada unit aeration tank tidak berpengaruh pada peningkatan konsentrasi amonia di dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank karena rata-rata konsentrasi amonia yang terbentuk berdasarkan perhitungan tersebut, baik dalam kondisi ada maupun tidak ada penambahan nutrisi, sangat kecil, yaitu rata-rata 0,001 mg/L. Akumulasi gas nitrogen dari reaksi denitrifikasi akibat kondisi unit
abiotech tank yang hampir selalu tertutup, dimana gas tersebut kemudian terfiksasi menjadi amonia tidak terbukti membawa pengaruh pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah di unit abiotech tank.
b. Penambahan mikroorganisme Berdasarkan analisis kualitatif
yang telah dilakukan, penambahan
mikroorganisme dapat berdampak pada kenaikan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah karena mikroorganisme yang mati yang sebagian besar massa tubuhnya merupakan protein akan terhidrolisis menjadi amonia. Kematian mikroorganisme disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor waktu, dimana pertumbuhan mikroorganisme berlangsung di unit aeration tank yang memiliki kondisi optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme (kadar nutrisi dan oksigen terlarut) sehingga saat masuk ke dalam unit abiotech tank, fase hidup mikroorganisme telah berada pada stationary phase atau death phase. Kedua, mikroorganisme yang ditambahkan di unit aeration tank adalah Vorticella dan
Paramecium
yang
merupakan
predator
sehingga
memicu
mikroorganisme lainnya.
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
kematian
2. Solusi yang dapat diberikan guna mencegah terjadinya kenaikan konsentrasi amonia pada efluen STP Pabelokan adalah: a. Menyesuaikan debit influen air limbah ke abiotech tank dengan debit yang terdapat pada kriteria desain, yaitu 250 m3/hari. b. Mengalihkan penambahan nutrisi, mikroorganisme, dan gula pasir langsung ke unit abiotech tank (tidak lagi melalui unit aeration tank).
DAFTAR PUSTAKA Chapra, Steven C. (1997). Surface Water - Quality Modeling. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc. Eckenfelder, W. Wesley. (2000). Industrial Water Pollution Control (3rd ed). Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc. Friedler, Eran, et al. (2003). Simulation Model of Wastewater Stabilization Reservoirs. Jurnal, Israel. Gerardi, Michael H. (2002). Nitrification and Denitrification in The Activated Sludge
Process. Canada: A John Wiley & Sons, Inc. Publication. Grady, C. P. Leslie, et al. (2011). Biological Wastewater Treatment (3rd ed). USA: Taylor and Francis Group. Herlambang, Arie. (2008). Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan Sistem Lumpur Aktif. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Horan, N. J. (1990). Biological Waste Water Treatment System. Kusuma, Yonas Andri. (2001). Pengolahan Buangan Tekstil Asli Menggunakan Reaktor Kontinyu Fixed Bed Anaerob dan Aerob dengan Media Penunjang Polyurethane. Tesis, Bandung. Lynn, Denis H. (2008). The Ciliated Protozoa (3rd ed). Canada: Springer Science + Business Media B.V. Mackenzie, L. Davis. (2010). Water and Wastewater Engineering. USA: McGraw-Hill Companies, Inc. Mannina, Giorgio, et al. (2011). Uncertainty Assessment of A Model for Biological Nitrogen
and Phosphorus Removel : Application to A Large Wastewater Treatment Plant. Jurnal, Italia. Metcalf & Eddy. (2003). Wastewater Engineering, Treatment and Reuse (4th ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013
Metcalf & Eddy. (2010). Water reuse: Issues, Technologies, and Applications. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Qasim, Syed R. (1985). Wastewater Treatment Plants: Planning, Design, and Operation. USA: CBS College Publishing. Rahmawati, Deazy. (2011). Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Kualitas Air Sungai Diwak di Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Tesis, Semarang. Reynold. (1996). Unit Operational and Process in Environmental Engineering (2nd ed). USA: International Thompson Publishing. Risdianto, Dian. (2007). Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT. Sido Muncul). Tesis, Semarang. Said, Nusa Idaman. (2002). Buku Aplikasi Biofilter. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Sawyer, Clair. N. (2003). Chemistry for Environmental Engineering and Engineering Science (5th ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Shewfelt et al. (2005). Optimization of Nitrogen for Bioventing of Gasoline Contaminated
Soil. Canada. Simanjuntak, Jekson B. (2009). Minimalisasi Kandungan Organik Air Buangan Industri Tapioka dengan Menggunakan Unit Flotasi Udara Terlarut. Skripsi, Bandung. Siregar, Sakti. (2005). Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius. Sulaeman, Dede. (2009). Pedoman Desain Teknik IPAL Agroindustri. Jakarta: Departemen Pertanian. Tjokro, Sutiamadji. (2005). Pengelolaan Limbah Kegiatan Migas CNOOC SES Ltd. di Laut Jawa (Optimasi Proses Pada Unit Pengolahan Air Terproduksi). Tesis, Jakarta. Water Environmet Federation. (2010). Nutrient Removal. Alexandria: McGraw-Hill Companies, Inc. Yudiansyah. (2000). Mempelajari Pengaruh pH dan Kandungan Bahan Organik pada Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Karet secara Aerobik Menggunakan Reaktor Curah (Batch). Tesis, Bogor.
Analisis kenaikan ..., Verenia Sembiring Meliala, FT UI, 2013