Vol. III No. 17 - September 2014
Analisis Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa Melalui Model Project Based Learning pada Konsep Bioteknologi Oleh Lesy Luzyawati, M.Pd.
ABSTRACT Model Pembelajaran Project Based Learning dapat menjadikan siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk meng hasilkan suatu produk sebagai suatu pemecahan masalah. Penelitian ini ber tujuan untuk melihat kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada konsep Bioteknologi melalui Model Pembelajar an Project Based Learning, mengetahui tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran tersebut, serta mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang muncul. Metode penelitian yang diguna kan adalah Quasy experiment. Data pe ne litian diperoleh dari hasil observasi kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa, angket siswa, dan hasil observasi pem belajaran. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Indra mayu. Adapun pengambilan sampel di lakukan dengan teknik Cluster random sampling yaitu kelas XII IPA-2 sebagai
PENDAHULUAN Krisis energi saat ini telah melanda ber bagai negara di dunia termasuk Indonesia. Sejak awal tahun baru 2009 di beberapa daerah terjadi kelangkaan Bahan Ba kar Minyak (BBM) yang dirasakan cukup Universitas Wiralodra Indramayu
kelompok eksperimen dan kelas XII IPA4 sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Pro ject Based Learning pada kelas eksperi men dan praktikum berbasis masalah pada kelas kontrol. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda dua rata-rata. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembela jaran dengan menggunakan model Pro ject Based Learning memberikan penga ruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan sig 0,000, α = 0,05. Besarnya rata-rata ke mampuan dasar bekerja ilmiah antara kelas eksperimen tidak lebih baik diban dingkan dengan kelas kontrol (sig 0,783, α = 0,05). Keywords: Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah, Model Project Based Learning, Bioteknologi
parah. Keadaan ini menyebabkan peme rintah mencetuskan berbagai alternatif solusi diantaranya penghematan BBM bersubsidi, konservasi dan diversifikasi energi. Alternatif lain yang memungkinkan dapat dilakukan oleh banyak pihak adalah dengan memanfaatkan bioteknologi dalam
21
Wacana Didaktika pengadaan bahan bakar. Masyarakat da pat membuat energi alternatif dengan menggunakan prinsip bioteknologi, misal nya pembuatan bioenergi. Akan tetapi, pendidikan ataupun pelatihan mengenai bioteknologi tidak tersebar di setiap tem pat sehingga masyarakat tidak dapat mera sakan pendidikan/pelatihan bioteknologi tersebut secara langsung. Bioteknologi yang diajarkan di seko lah, tidak dikaji secara mendalam dan bahkan hanya dijadikan sebagai pengeta huan umum saja sehingga metode pembe lajaran yang biasa digunakan pun kurang menggali kemampuan dasar bekerja ilmi ah. Untuk menggali kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa tersebut berimplikasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajar an dengan menerapkan berbagai strategi termasuk penggunaan model dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kon tekstual, efektif, efisien, dan bermakna serta mengakui keragaman potensi siswa agar mereka mampu melakukan kegiatan eksplorasi. Salah satu model pembelajar an yang mampu mengeksplorasi siswa ialah model Project Based Learning. Se bagaimana yang dikatakan oleh Thomas (2000) bahwa model Project Based Learn ing memuat tugas-tugas yang didasar kan pada permasalahan yang menantang, menuntut siswa merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan ke pada siswa untuk bekerja secara mandiri. Selain itu, alasan penggunaan mo del pembelajaran Project Based Learning dalam peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah yaitu disebabkan pem belajaran di sekolah selama ini lebih
22
mengedepankan kecerdasan intelektual, sedangkan kecerdasan emosional kurang dikembangkan (Rustaman, 2008). Padahal kecerdasan emosional ini sangat penting dikembangkan terutama untuk mengha dapi kemajuan ilmu dan teknologi. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah dalam peneli tian ini yaitu “Bagaimanakah kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa melalui model pembelajaran Project Based Learning pada konsep bioteknologi”. LANDASAN TEORI
Model Project Based Learning meru pakan model pembelajaran yang mem berikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas 2000). Karakter penting model pembelajar an tersebut ialah bahwa dalam Project Based Learning siswa membuat keputu san dan membuat kerangka kerja, meran cang proses, bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, melakukan evaluasi se cara kontinu, secara teratur melihat kem bali apa yang telah dikerjakan, hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, serta kelas memiliki atmosfer yang mem beri toleransi pada kesalahan (Buck Insti tute For Education, 1999). Adapun sintaks yang dikembangkan oleh The George Lu cas Educational Foundation (2007), terdiri dari: a. Start with the Essential Question, b. Design a Plan for the Project, c. Create a Schedule, d. Monitor the Student and the Progress of the Project, e. Assess the Out come, f. Evaluate the Experience. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 17 - September 2014 Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) merupakan perluasan dari metode ilmiah dan diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan dalam belajar sains dan kehidupan (Rustaman, 2003). Keterkaitan scientific inquiry dengan KDBI memperlihatkan bahwa KDBI sangat pen ting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Rustaman (2003) bahwa kemampuan
dasar bekerja ilmiah mencakup kecer dasan intelektual. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam KDBI meliputi lima rumpun utama yaitu rumpun observasi dan bertanya, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, me ngomunikasikan, dan menerapkan (Rusta man, 2007). Adapun rumpun utama be serta indikatornya tertuang dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Rumpun Utama KDBI Kecerdasan Intelektual dan Emosional beserta Indikatornya
Rumpun Utama
Indikator Kecerdasan Intelektual Menggunaakan berbagai indera Mengumpulkan fakta relevan Bertanya minta klarifikasi Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana Bertanya berlatar belakang hipotesis Mengajukan pertanyaan produktif
Indikator Kecerdasan Emosional
Observasi dan bertanya
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. Akurat 2. Berani menanggung risiko 3. Objektif 4. Jujur
Merencanakan Percobaan
1. Menentukan tujuan, alat dan bahan, langkah/prosedur 2. Mengidentifikasi variabel 3. Mengendalikan variabel 4. Berhipotesis 5. Membuat desain 6. Mengalokasikan waktu
1. Teliti 2. Memiliki alternatif 3. Kritis
Melaksanakan percobaan
1. Observasi 2. Menggunakan alat dan bahan 3. Mengelompokkan (klasifikasi) 4. Menafsirkan (interpretasi), termasuk menyimpulkan 5. Meramalkan (prediksi)
1. Teliti dan tekun 2. Akurat 3. Berdasarkan data 4. Tidak mudah menyerah
Mengomunikasikan
1. Mendiskusikan 2. Menyajikan atau presentasi 3. Melporkan secara tertulis 4. Membuat grafik/table/bagan
1. Kooperatif 2. Tidak memaksakan kehendak 3. Luwes/fleksibel 4. Teliti
Menerapkan
1. Menjelaskan peristiwa menggunakan konsep 2. Menerapkan pada situasi baru
1. 2. 3. 4.
Transfer dekat/terbatas Transfer jauh/ lebih luas Berdaya guna Tepat guna (Rustaman, 2007)
Universitas Wiralodra Indramayu
23
Wacana Didaktika Bioteknologi merupakan pemanfaat an sistem hayati untuk menghasilkan pro duk barang dan jasa (Campbell, 2000). Bioteknologi dikategorikan menjadi bio teknologi modern dan bioteknologi kon vensional. Bioteknologi konvensional bi asanya memanfaatkan mikroorganisme secara langsung tanpa ada rekayasa ge netik, misalnya pada proses fermentasi dalam pembuatan bahan bakar nabati yaitu bioetanol. Bahan baku bioetanol ialah karbohi drat nabati berupa gula dan pati. Hanum (2013) menjelaskan bahwa secara umum bahan baku bioetanol dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu: 1) Bahan yang me ngandung turunan gula (molases, gula tebu, gula bit, sari buah anggur, dan sari buah lainnya), 2) Bahan-bahan yang me ngandung pati (biji-bijian, kentang, dan tapioka), dan 3) Bahan yang mengandung selulosa atau hemiselulosa (kayu, eceng gondok, dan ganggang). Dalam pembuatan etanol, diperlukan beberapa langkah. Langkah pertama ialah proses untuk mendegradasi lignoselulosa menjadi lignin, selulosa, dan hemiselulosa, serta mengubah monomer lignoselulosa tersebut menjadi gula sederhana. Proses tersebut biasa disebut sebagai pre treat ment. Pada tahap pretreatment digunakan campuran NaOH dan H2O2, atau H2SO4, atau bisa juga dengan pemanasan (Merina, 2011). Langkah kedua ialah proses hidrolisis. Proses tersebut terdiri dari tahap likuifi kasi dan sakarifikasi. Pada tahap likuifika si digunakan jamur Aspergillus niger yang menghasilkan enzim selulase untuk men degradasi selulosa. A. niger juga meng
24
hasilkan enzim α-amilase untuk men degradasi pati (Merina, 2011) sehingga tahap hidrolisis juga dilakukan pada pem buatan bioetanol berbahan baku pati. Enz im α-amilase dapat menghidrolisis ikatan alfa 1,4 glukosida dan ikatan 1,6 glukosida menjadi glukosa (Hapsari, 2013). Tahap sakarifikasi digunakan Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp yang menghasil kan enzim glukoamilase untuk mengubah polisakarida menjadi gula yang dapat di fermentasi (glukosa, galaktosa, manosa dan sebagainya). Disamping itu, Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibulig era juga merupakan mikroorganisme yang turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (Rochintaniawati 2008). Reaksi hidrolisis pati berlangsung mengikuti persamaan reaksi berikut : (C6H10O5)n + nH2O→n(C6H12O6). Langkah ketiga ialah fermentasi. Fer mentasi dilakukan oleh mikroorganisme tertentu untuk menguraikan gula men jadi alkohol. Salah satunya Pichia stipi tis merupakan salah satu khamir yang mampu memfermentasikan xilosa dengan baik (Tanti, 2011). Khamir ini mampu mengubah xilosa dan semua senyawa gula sederhana menjadi etanol. Saccharomy ces cerevisiae juga dapat memfermentasi glukosa, sukrosa, galaktosa serta rafinosa. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah gula menjadi alkohol dan kar bondioksida. Perubahan gula menjadi eta nol dilakukan oleh enzyme invertase, yaitu enzim kompleks yang terkandung dalam ragi. Reaksi fermentasi glukosa menjadi bioetanol berlangsung mengikuti persa maan reaksi berikut : C6H12O6 →2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 17 - September 2014 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Quasy Experimental Design dimana ter dapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA Negeri 2 Indramayu tahun ajar an 2014-2015 yang berjumlah enam ke las. Sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang di ambil menggunakan teknik cluster random sampling. Uji coba ins trumen KDBI berupa rubrik berdasarkan indikator yang dicetuskan oleh Rustaman (2007) sebanyak masing-masing lima rumpun untuk kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang diberikan ke pada 32 orang siswa kelas XII IPA yang sudah mendapatkan materi bioteknologi. Sedangkan untuk instrumen lembar obser vasi pembelajaran dan angket dilakukan dengan menggunakan cara validitas teori tik yang melihat isi dan bentuk soal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kemampuan dasar bekerja ilmiah (KDBI) terdiri atas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Nilai KDBI ke cerdasan intelektual merupakan gambar an kemampuan bekerja ilmiah siswa pada konsep Bioteknologi yang diambil selama kegiatan pembelajaran berlangsung (baik di dalam ataupun di luar jam pelajaran). Data tersebut dijaring melalui self assess ment dan peer assessment. Untuk menilai
Universitas Wiralodra Indramayu
keobjektifan penilaian diri dan penilaian antar teman, maka dalam penelitian ini juga dinilai LKS/LPK yang sudah diker jakan siswa secara berkelompok. Sedang kan KDBI kecerdasan emosional hanya dijaring melalui peer assessment dan self assessment. Adapun hasil pengolahan data KDBI kelas kontrol maupun eksperimen terlihat pada Tabel 2
Data KDBI kecerdasan intelektual yang diperoleh melalui peer assessment dan self assessment, diuji prasyarat dengan dilakukannya uji normalitas dan uji homo genitas. Pada uji normalitas, hasil penghi tungan data KDBI kecerdasan intelektual antara kelas eksperimen dan kelas kontrol keduanya berdistribusi normal dengan nilai Sig. > α. Oleh karena data berdistri busi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pada uji homogenitas dalam SPSS 22 cukup dengan mencari nilai Sig. sebagai standar penentuan homogen atau tidaknya data tersebut. Hasil penghitung an uji homogenitas data ialah sig = 0,055 artinya kedua kelas memiliki variansi yang homogen. Berdasarkan uji prasyarat tersebut, maka pengujian hipotesis dilakukan de ngan uji statistik parametrik yaitu dengan menggunakan uji t (uji perbedaan dua ra ta-rata: uji satu pihak). Uji t yang dipakai bersifat uji satu arah. Taraf signifikansi yang digunakan yaitu α = 0,05. Pada uji t data KDBI aspek kecerdasan intelektual
25
Wacana Didaktika kelas eksperimen dan kontrol dihasilkan nilai signifikan Sig. > α yaitu 0,783 yang berarti bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa pada konsep bioteknologi di kelas yang menggunakan model pembelajaran project based learning tidak lebih baik dibandingkan dengan di kelas konven sional (praktikum berbasis masalah). Hal ini berarti juga bahwa hipotesis penelitian yang diajukan ditolak. Hasil penelitian mengenai kemam puan dasar bekerja ilmiah pada pembela jaran konsep Bioteknologi dengan meng gunakan assesmen kinerja yang dijaring melalui self assessment dan peer assess ment pada kelas eksperimen maupun ke las kontrol secara umum memperlihatkan KDBI aspek kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional pada kelas eksperi men hampir sama. Begitu pula pada kelas kontrol, KDBI aspek kecerdasan intelektu alnya lebih rendah dibandingkan dengan kecerdasan emosionalnya. Namun apabila dibandingkan dengan kelas eksperimen, KDBI aspek kecerdasan intelektual pada kelas kontrol lebih rendah. Penjelasan tersebut dilihat dari perbedaan rata-rata nilai KDBI sebagaimana yang diperlihat kan pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbedaan Rata-rata Nilai KDBI Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
26
Berdasarkan Gambar 1. memperlihat kan rata-rata nilai KDBI pada kelas eks perimen dan kelas kontrol tidak begitu berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh be berapa rata-rata nilai rumpun KDBI pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kan dengan kelas kontrol dan beberapa lainnya lebih tinggi pada kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen. Perbedaan kemunculan kemampuan siswa pada setiap rumpun KDBI terdeskripsikan akan dibahas sebagai berikut. a. Kecerdasan Intelektual
Rata-rata nilai KDBI aspek kecerdasan intelektual yang dijaring melalui self asess ment dan peer asessment disajikan dalam Gambar 2. berdasarkan gambar tersebut, secara keseluruhan sebaran kemunculan kecerdasan intelektual pada setiap rum pun KDBI antara kelas eksperimen mau pun kelas kontrol tidak menunjukan per bedaan yang mencolok. Akan tetapi, pada rumpun observasi dan bertanya di kelas eksperimen terlihat lebih tinggi diban dingkan dengan di kelas kontrol. Hal terse but disebabkan oleh ketidaktahuan siswa mengenai konsep bioteknologi bahan ba kar khususnya bioetanol. Hal lainnya ialah Lembar Pemandu Kegiatan (LPK) yang diberikan oleh guru tidak memberikan dasar teori di dalam nya sehingga siswa harus benarbenar mencari terlebih dahulu teori mengenai bioetanol. Penge tahuan awal siswa juga menjadi kunci utama dalam penerapan model pembelajaran Project Ba sed Learning. Siswa yang memi liki pengetahuan awal yang tidak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 17 - September 2014 cara membuat bioetanol, sedangkan pada kelas kontrol hanya diminta untuk mende sain alat destilasi dan menentukan spesi fik tempat untuk fermentasi. Pada rumpun merencanakan percoba an, rata-rata nilai siswa pada kelas eksper imen sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan penga laman belajar antara kelas eksperimen dan kelas kon trol. Pada kelas eksperi men siswa diminta untuk merancang proyek dengan menentukan alat dan bahan, takaran, dan cara kerja pem buatan bioetanol sedangkan pada kelas kontrol siswa hanya diminta untuk me nentukan takaran bahan dan Gambar 2. Rata-rata Nilai KDBI Aspek Kecerdasan Intelektual Setiap merancang alat destilasi saja. Rumpun pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
memadai membuat siswa kesulitan untuk bertanya. Sebagaimana dijelaskan oleh Rustaman (2005) bahwasannya bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran. Dengan demikian, guru akan me ngetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa dan apa yang ingin diketahui oleh siswa, serta minat siswa untuk terlibat dalam pembelajaran.
Untuk kegiatan observasi yang dilaku kan oleh siswa terlihat ketika siswa melihat contoh produk bioetanol yang sudah jadi. Siswa berusaha untuk mengobservasinya dengan cara mengamati warna, mencium aromanya, serta mencoba menyalakannya dengan api. Salah seorang siswa yang pe nasaran dengan bioetanol tersebut ber tanya mengenai kemampuan bioetanol sebagai bahan bakar sehingga terungkap apa kelebihan dan kekurangan bioetanol dibandingkan dengan bensin. Perbedaan yang mencolok pada kegiatan observasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ialah observasi dalam mencari fakta yang relevan. Pada kelas eksperimen siswa le bih banyak mencari informasi disebabkan keharusan siswa untuk merancang sendiri Universitas Wiralodra Indramayu
Pada rumpun melaksanakan percoba an terlihat nilai pada kelas kontrol le bih tinggi dibandingkan nilai pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini tidak dapat terlihat langsung bagaimana siswa baik di kelas kontrol ataupun di kelas eksperimen melakukan praktikum atau mengerjakan proyeknya karena masingmasing kelompok mengerjakannya di luar jam pelajaran dan di tempat mereka masing-masing. Setiap kelompok hanya di minta membuat video pelaksanaan prakti kum atau proyek sebagai bukti pekerjaan mereka. Rendahnya rata-rata nilai kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol boleh jadi karena tidak semua siswa ikut terlibat aktif dalam pelaksanaan proyek. Alasan tersebut didukung dengan hasil
27
Wacana Didaktika angket bahwa sebagian kecil (18%) siswa mengandalkan teman kelompoknya dalam melaksanakan proyek. Keadaan tersebut disebabkan tidak adanya tugas individu yang membuat masing-masing individu memiliki tanggung jawab terhadap proyek yang sedang dikerjakannya. Sebagaimana diungkapkan oleh Adman (2013) bahwa pemberian tugas individu dapat memupuk rasa disiplin, tangggung jawab, dan harga diri siswa. Lain halnya pada kelas konrol, siswa pada kelas tersebut diberikan lembar ker ja siswa (LKS) yang dapat membatu siswa dalam praktikum pembuatan bioetanol. Siswa sudah terbiasa melakukan prakti kum yang dipandu dengan menggunakan LKS. Selain itu, sebelum melakukan prak tikum, siswa juga diminta untuk bertanya minta klarifikasi mengenai kegiatan dalam LKS sehingga masing-masing dari mereka memahami apa yang harus mereka laku kan. Pada rumpun mengomunikasikan, nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hampir sama, meskipun terlihat kelas kontrol sedikit lebih tinggi. Kesa maan nilai tersebut disebabkan pengala man belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Keduanya melakukan presentasi proyek yang dikerjakan (di ke las eksperimen) dan praktikum (di kelas kontrol). Namun demikian dalam men jawab pertanyaan yang dilontarkan oleh teman sekelasnya (audience) siswa di ke las kontrol cenderung lebih bagus dalam menjawab, hal ini dapat dikarenakan kegagalan yang dialami oleh kelas kontrol
28
lebih sidikit. Praktikum yang dilakukan di kelas kontrol menggunakan bahan yang sama sehingga variabel bebas yang diubah hanya takaran bahan, jenis bahan (ketan), waktu fermentasi, jenis ragi, dan takaran ragi. Lain halnya dengan kelas eksperimen, semua proyek yang dikerjakan oleh siswa tidak ada yang berhasil. Banyaknya fak tor yang menyebabkan kegagalan proyek membuat mereka sulit mengidentifikasi faktor-faktor kegagalan proyek tersebut sehingga jawaban-jawaban yang dilontar kan setiap kelompok pada saat presentasi kurang memuaskan. Pembahasan yang telah dipaparkan didasarkan pada data yang diambil me lalui peer assessment dan self assessment. Untuk mengetahui objektivitas siswa da lam menilai dirinya sendiri dan menilai antar teman,maka LKS/LPK yang telah dikerjakan secara berkelompok pun dini lai dan dianalisis hasilnya. Jika dilihat pada Tabel 2 nampak rata-rata nilai LPK/LKS tidak jauh berbeda dibandingkan dengan rata-rata nilai KDBI yang dijaring melalui self asessment dan peer asessment. Hal itu berarti objektivitas siswa dalam menilai dirinya dan temannya sudah baik. b. Kecerdasan Emosional
Rata-rata nilai KDBI aspek kecerdasan emosional yang dijaring melalui self asess ment dan peer asessment disajikan dalam Gambar 3. Berdasarkan gambar tersebut, sebaran kemunculan kecerdasan emosio nal dari kedua kelas memperlihatkan se dikit perbedaan terutama pada indikatorindikator tertentu. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 17 - September 2014 jujur dalam mengajukan per tanyaan kepada guru (tidak mengajukan pertanyaan yang dihasilkan dari teman kelom poknya). Kedua kelas mengob servasi hal yang sama yaitu sampel dari bioetanol yang terbuat dari bahan singkong dan bahan ketan. Kedua kelas memiliki antusias yang cen derung sama dan cara meng observasi yang hampir sama. Gambar 3Nilai Rata-Rata KDBI Aspek Kecerdasan Emosional Setiap Rumpun pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Akan tetapi untuk kegiatan bertanya dan mencari referen Sebagaimana yang telah diungkap si, siswa di kelas eksperimen lebih banyak kan sebelumya bahwa kemampuan dasar bertanya dan mencari referensi sehingga bekerja ilmiah di assess mengguna kan rata-rata nilai aspek kecerdasan emosio performance assessment sehingga kemam nal pada rumpun observasi dan bertanya puan yang muncul pada setiap rumpun di kelas eksperimen lebih tinggi. kecerdasan intelektual diikuti oleh ke Observasi awal merupakan kegiatan munculan kecerdasan emosional pada yang harus dilakukan untuk mengidenti rumpun yang sama. Hal ini disebabkan fikasi masalah sebelum mendisain suatu oleh keterpaduan antara kecerdasan emo produk. Rustaman (2005) menyatakan sional dan kecerdasan intelektual sebagai bah wa observasi dapat menimbulkan mana pendapat Panju (2008) bahwa ke rasa ingin tahu, pertanyaan, pemikiran, cerdasan intelektual digunakan dalam interpretasi, dan investigasi lebih lanjut. pembuatan strategi untuk hidup, sedang Dengan demikian dapat dipahami bahwa kan kecerdasan emosional bersifat taktis. dalam pembelajaran Project Based Learn Kecerdasan emosional merupakan refleksi ing siswa terlebih dahulu harus tahu ma bagaimana seorang individu menerapkan salah yang dihadapi dan bagaimana cara pengetahuannya dalam menyikapi setiap untuk mengatasi masalah tersebut melalui situasi. proses observasi awal. Observasi awal Pada rumpun observasi dan bertanya dapat memperlancar alur pemikiran siswa terdapat beberapa indikator kecerdasan dalam memecahkan masalah. emosional yaitu akurat, objektif, jujur, dan Pada rumpun merencanakan per berani mengambil risiko. Pada penelitian cobaan indikator kecerdasan emosional ini akurat dalam mencari referensi dan yang diobservasi adalah teliti, memiliki mengajukan pertayaan, berani mengam alternatif, dan kritis. Pada penelitian ini bil risiko dalam mengobservasi contoh teliti dalam menentukan bahan dan ta bioetanol yang dibawa ke dalam kelas, dan karan bahan untuk membuat bioetanol Universitas Wiralodra Indramayu
29
Wacana Didaktika serta memastikan ketersediaan bahan dan alat yang dipilih. Memiliki alternatif ketika bahan atau alat yang akan digunakan tidak ada baik dalam pengolahan bahan baku maupun merangkai bahan-bahan untuk membuat alat destilasi. Sedangkan kritis apabila terjadi kekurangan atau kejang galan dalam perancangan percobaan. Hasil observasi di kelas eksperimen menunjuk kan nilai kecerdasaan emosional sedikit lebih besar dibandingkan dengan di kelas kontrol. Kelas eksperimen harus menentu kan sendiri alat, bahan, dan langkah kerja, sehingga banyak kendala yang dihadapi oleh siswa misalnya kepastian kesesuaian desain yang mereka buat dengan konsep yang sebenarnya belum tentu sesuai juga dengan ketersediaan bahan yang mereka pilih. Dalam hal ini sikap kritis dan me miliki alternatif dapat tergali seperti yang diungkapkan oleh Mansoer (2004) bahwa kemampuan siswa dalam ber toleransi terhadap stress diekspresikan dengan mampu bertahan dalam mengatasi ma salah yang ada. Lain halnya siswa pada kelas kontrol yang sudah diberikan bahan dan cara kerja, mereka hanya menentukan detil alat dan takaran bahan sehingga ken dala yang timbul pun tidak terlalu banyak. Rata-rata nilai kecerdasan emosional pada rumpun melaksanakan percobaan lebih tinggi pada kelas kontrol dibanding kan dengan kelas eksperimen. Ketelitian dan ketekunan siswa pada kelas kontrol dan eksperimen cenderung sama. Akan tetapi, siswa pada kelas kontrol menun jukkan sikap tidak mudah menyerah yang lebih baik dibandingkan kelas eksperi men. Keadaan demikian timbul karena berdasar kan hasil angket menunjukkan
30
separuh siswa pada kelas eksperimen (53%) merasa tidak yakin dengan keber hasilan proyek yang sedang mereka ker jakan. Hal tersebut juga tampak ketika sin taks monitor the student and the progress of the project dimana siswa berkonsultasi mengenai proyek yang sedang mereka kerjakan, mereka merasa proyeknya ti dak akan berhasil. Pada kenyataannya pun demikian, proyek yang dikerjakan oleh kelas eksperimen tidak ada yang berhasil. Namun mereka juga enggan untuk menco ba kembali sebab kegiatan tersebut mem butuhkan banyak waktu, biaya, dan tenaga, yang terlihat pada hasil angket sebanyak 91% siswa menyatakan hal demikian. Se lain waktu, tenaga, dan biaya, keadaan mereka yang sebentar lagi akan mengha dapi ujian sekolah membuat mereka lebih fokus terhadap ujian. Pada rumpun mengomunikasikan, kedua kelas memiliki rata-rata nilai yang hampir seimbang, meskipun pada kelas kontrol memiliki rata-rata nilai lebih tinggi. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperi men sikap tidak memaksakan kehendak dan kooperatif sudah baik. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah terbiasa dalam melakukan diskusi kelom pok, presentasi, dan diskusi dalam kelas. Ketika berdiskusi siswa dapat melakukan refleksi terhadap proyek atau praktikum yang mereka kerjakan. Selain itu, diskusi juga membuat mereka bertukar pendapat yang positif, berbagi pengetahuan dan bekerja sama dengan teman. Hal tersebut didukung oleh hasil angket yang sebagian besar siswa setuju bahwa pembelajaran Project Based Learning dapat membuat mereka bertukar pendapat yang positif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 17 - September 2014 (82%), berbagi pengetahuan (82%) dan bekerja sama dengan teman (88%). Meski pun demikian tidak semua anak memiliki sikap fleksibel/luwes ketika presentasi di depan kelas. Hal tersebut disebabkan oleh tidak terbiasanya siswa berbicara di depan kelas sebagaimana diungkapkan oleh Sa lovey (2000) bahwa kecerdasan emosional tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesim pulan bahwa kemampuan dasar bekerja ilmiah baik pada aspek kecerdasan inte lektual maupun kecerdasan emosional pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Project Based Learning tidak lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode praktikum berbasis masalah pada konsep bioteknologi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data penelitian yang menunjukkan nilai sig > 0,05. Keadaan tersebut disebabkan pada kedua kelas sama-sama melakukan prakti kum/eksperimen. Secara keseluruhan ke mampuan dasar bekerja ilmiah siswa pada kelas eksperimen memang tidak lebih baik. Akan tetapi, pada beberapa rumpun (observasi dan bertanya, merencanakan percobaan) kelas eksperimen lebih baik. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan halhal sebagai berikut: 1) Penerapan model Universitas Wiralodra Indramayu
Project Based Learning perlu adanya per siapan yang matang, pengelolaan kelas dan waktu yang baik, serta ditunjang de ngan sarana dan prasarana yang mema dai. 2) Penilaian performance assessment melalui peer asessment dan self asessment dapat diterapkan asalkan harus memiliki kriteria yang jelas, agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan/valid. Penilaian tersebut sesuai dengan salah satu evalu asi yang diterapkan pada kurikulum 2013. 3) Guru dapat menerapkan model pembe lajaran Project Based Learning sebagai al ternatif untuk mengajarkan konsep yang memiliki kriteria/karakteristik yang dapat diaplikasikan dalam bentuk produk. DAFTAR PUSTAKA Buck Institute for Education. 2001. Project Based Learning Overview: Differences from Traditional Instruction. Tersedia: http://www.bie.org/pbl/everview/ diftraditional.html [17 Oktober 2014] Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 3. Jakar ta: Erlangga. Hanum, et al. Pengaruh Massa Ragi dan Wak tu Fermentasi terhadap Bioetanol dari Biji Durian. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 4 (2013). Tersedia: http:// download.portalgaruda.org/article. php?article=141581&val=4138 [22 Oktober 2014] Merina, Fitria, dan Trihadiningrum, Yuli nah. 2011. Produksi Bioetanol Dari Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) dengan Zymomonas Mobilis dan Sac charomyces Cerevisiae. Prosiding Semi nar Nasional Manajemen Teknologi
31
Wacana Didaktika XIII. Tersedia: http://digilib.its. ac.id/public/ITS-Master-15629-Pa per-402224.pdf. [12 Oktober 2014] Nasar.(2006). Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “SISKO” 2006. Jakarta: Gramedia. Rochintaniawati, Diana. 2008. Panduan Praktikum Biologi Terapan. Bandung: FPMIPA UPI Rustaman. 2003. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan IPA. Makalah Se minar dan Lokakarya UNPAS. Tersedia Online: http://file.upi.edu [19 Febru ari 2014] Rustaman. 2007. Kemampuan Dasar Beker ja Ilmiah dan Assesmennya. Tersedia Online: http://file.upi.edu [19 Febru ari 2014] Rustaman, dkk. 2008. Pembelajaran Inkui ri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi. Pre ceeding the Second International Sem inar on Science Education. Rustaman, dkk. 2010. Pengembangan Panduan Penyusunan Bahan Ajar Ber basis Kemampuan Dasar Bekerja Il miah (KDBI) dalam Pembelajaran
32
Sains. Tersedia: http://file.upi.edu/ D i re k to r i / F P M I PA / J U R . _ P E N D. _ BIOLOGI/197004101997021-TOPIK_ HIDAYAT/Makalah_KDBI.pdf [5 No vember 2014] Salovey, Petter. 2000. Models of Emotional Intelligence. Cambride UK: Cambride University Press Tanti, et al. 2011. Fermentasi Hidrolisat Eceng Gondok Menjadi Bioetanol Menggunakan Pichia stipitis. Prosid ing Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Tersedia: http:// repository.upnyk.ac.id. [12 Oktober 2014] The George Lucas Educational Fondation. 2007. How to step Project Based Learn ing. Tersedia: http://www.edutopia. org Thomas, J.W. (2000). A Review od Research on Project-Based Learning. California: The Autodesk Foundation. Tersedia: http://www.autodesk.com/founda tion. [30 Oktober 2014] ***
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan