1
Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota Banjarmasin (Bahasa Inggris) Oleh: Suyidno *) Moh. Yamin *) *) Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjend H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin Telp/Fax (0511) 3304913 e-mail:
[email protected],
[email protected] Abstract: The mapping of teachers’ competence test (UKG) is one of strategic way to analyze the low quality of success level of teachers’ competence test for state junior high school in Banjarmasin. The objective of this research is to analyze the causes toward the low quality of teachers’ competence test for state junior (SMPN) high school in Banjarmasin. The research result says that the main causes of the low quality of teachers’ competence test cover test preparation for teachers competence test, implimentation, and the result of mapping of teachers’ competence test. For test preparation of teachers competence test, it covers the teachers’ comprehension level toward Permendikbud No. 57/2012 that is low and majority of teachers do not master it at all whether theoritically or practically. Seventy one percent (71%) of state junior high school teachers and seventy five percent (75%) of state senior high school teachers do not understand Permendikbud No. 57/2012. Majority of teachers get information from colleagues and they also get it from the mass media (45%). Meanwhile the unreadiness of teachers in facing teachers’ competence test for junior high schoo is 96%. The causes of unreadiness in teachers’ competence test contain three items, namely information technology (54% for junior high school), timing (28% for junior high school), and socialization (28% for junior high school). For the technical problems, majority of the teachers have problems relating to online system, the unclear question format, the minimum socialization/preparation. For teachers’ internal problem, they face the limited time in doing every questions (22%), the mastery in operating computer (21%), and the minimum preparation before taking part in test (19%). Based on the findings, the difficulty level of pedagogical questions to all subjects is more difficult (72%) than professional questions (28%). Generally, the teachers seldom relatively take part in workshop/seminar, are not accustomed to do the Classroom Action Research (CAR), do not understand the material, are lack of preparation, lack of time in doing the test. The question format of the test is also not focused on the objective of teachers’ competence tense Abstrak: Pemetaan Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan salah satu langkah strategis dalam mengkaji permasalahan kompetensi guru terkait rendahnya tingkat 2
kelulusan UKG jenjang SMPN Kota Banjarmasin. Tujuan penelitian menganalisis faktor penyebab terhadap kelemahan hasil uji kompetensi guru UKG jenjang SMPN Kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan, pelaksanaan, dan hasil UKG. (1) Persiapan guru dalam mengikuti UKG kurang, karena 58,82% kurang memahami Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun 2012, 70,6% kurang/ tidak mengetahui UKG sebagai syarat kenaikan pangkat, dan 95,5% kurang/tidak siap mengikuti UKG karena kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi (18%). (2) Pelaksanaaan UKG mengalami kendala teknis maupun kendala guru. Kendala teknis paling dominan adalah sistem online yang tidak efisien, redaksi soal tidak jelas, kurang sosialisasi, dan soal tidak sesuai kompetensi. Kendala dari guru pada kompetensi pedagogik paling dominan adalah penguasaan komputer (50%), penguasaan materi (26%), dan kurang persiapan (16%) serta pada kompetensi professional yang dominan pada waktu mengerjakan kurang (24%), redaksi soal membingungkan (21%), kurang persiapan (19%), dan kurang menguasai komputer (8%). Hasil UKG menunjukkan taraf kesukaran soal pedagogik pada semua matapelajaran mayoritas (72%) lebih sukar dibandingkan kompetensi profesional (28%). Secara umum guru relatif jarang mengikuti berbagai workshop/seminar, kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan kurang memahami materi, kurang persiapan/sosialisasi, waktu ujian kurang, serta redaksi soal tidak jelas. Key Words: teachers competence test (UKG), SMPM and SMAN, and Banjarmasin
I. PENDAHULUAN Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tuntutan peran guru tersebut diperkuat dengan pencanangan “Guru sebagai Profesi” oleh Presiden pada tanggal 4 Desember 2004. Profesionalitas guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kode etik profesi. Pembinaan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien apabila dapat dipetakan kompetensi guru salah satunya melalui Uji Kompetensi Guru (UKG). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2012 Pasal 1 menjelaskan bahwa UKG adalah pengujian terhadap penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar penetapan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian kinerja guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru dalam rangka menjalankan tugas keprofesionalan, sedangkan penilaian kinerja guru 3
adalah proses pengukuran setiap butir tugas utama guru dalam rangka menjalankan tugas keprofesionalan. Laporan berbagai media mengenai rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dibuktikan dengan hasil perolehan hasil uji kompetensi awal guru (sebelum sertifikat profesi) dengan perolehan nilai rata-rata nasional 42,25 dan hasil UKG pada tahun yang sama (pasca sertifkat profesi) dengan perolehan nilai rata-rata 45,82 atau dengan kata lain bahwa nilai sumbangan sertifikat profesi hanya mampu menyumbang 8,45% (http://www.srie.org).
Gambar 1. Perolehan Nilai Rata-Rata UKG Nasional (http://www.srie.org) Gambar 1. menunjukkan bahwa kompetensi guru di Indonesia termasuk Kota Banjarmasin, relatif belum mencapai standar karena hasil evaluasi uji kompetensi guru rata-rata 44,82. Apalagi nilai UKG di Kota Banjarmasin hanya 10% guru yang lulus dengan perolehan nilai tertinggi 87 dan terendah 22 dari 100 soal yang diujikan selama 120 menit, serta nilai ketuntasan minimal yakni 70 (http://banjarmasin. tribunnews.com). Hal ini membuktikan bahwa kompetensi guru di Kota Banjarmasin masih sangat membutuhkan pembenahan dalam hal peningkatan kompetensinya. 1.1 Rumusan Masalah
4
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini menentukan faktor-faktor penyebab rendahnya kompetensi guru SMPN di Kota Banjarmasin. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis faktor penyebab rendahnya kompetensi guru SMPN di Kota Banjarmasin. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Mulyasa (2009) menjelaskan kompetensi sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dimiliki seseorang dan dapat diamati melalui apa yang ditunjukkannya sebagai hasil berfikir dan bertindak. Syah (2001) mengemukakan kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibankewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru juga dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya (Mulyasa, 2009). 2.2 Uji Kompetensi Guru Uji Kompetensi Guru (UKG) mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter dan pedagogik dalam domain content). Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik) (Kemendikbud, 2012). Pendekatan yang digunakan adalah tes penguasaan subject matter pada jenjang pendidikan tempat tugas guru. UKG bertujuan untuk pemetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan pengembangan kemampuan profesional berkelanjutan (continuing professional development) serta sebagai bagian dari proses penilaian kinerja untuk mendapatkan gambaran yang utuh terhadap pelaksanaan semua standar kompetensi. UKG mempunyai fungsi: (1) alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru, (2) alat seleksi penerimaan guru, (3) mengelompokkan guru, (4) bahan acuan dalam pengembangan kurikulum, (5) alat pembinaan guru, dan (6) mendorong kegiatan dan hasil belajar (Mulyasa , 2009). Sasaran UKG adalah semua guru pengajar di sekolah, baik yang bersertifikat pendidik maupun yang belum bersertifikat pendidik, yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2012. Materi UKG ditekankan pada uji kompetensi pedagogik dan uji kompetensi professional. (1) Kompetensi Pedagogik, kemampuan guru dalam memahami siswa, merancang dan melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Standar kompetensi pedagogik meliputi: (a) mengenal karakteristik dan potensi 5
peserta didik, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, (c) merencanakan dan mengembangkan kurikulum, (d) melaksanakan pembelajaran yang efektif, dan (e) menilai dan mengevaluasi pembelajaran, dan (2) Kompetensi Profesional, kemampuan guru meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional bidang studi meliputi: (a) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (b) Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif, dan (c) Konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance ( teks, konteks, dan realitas, fakta, prinsip, konsep dan prosedur, dan ketuntasan tentang penguasaan filosofi, asal-usul, dan aplikasi ilmu) (PP No. 19 tahun 2005) III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Kota Banjarmasin pada jenjang pendidikan SMPN, dengan sasaran Guru SMPN di Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan. 3.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu pelaksanaan kegiatan yakni selama 4 bulan mulai tanggal 8 April 2013 sampai 31 Juli 2013 dari pengambilan data hingga pelaporan akhir. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah guru SMPN yang telah melaksanakan tes uji kompetensi guru di Kota Banjarmasin. Sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling dengan dasar klasifikasi jenjang satuan pendidikan di wilayah dalam kota dan pinggiran kota yang distrata perolehan nilai UKG yakni tinggi, sedang dan rendah. Total sampel keseluruhan yakni 68 meliputi 34 guru dalam kota dan 34 guru di wilyah pinggiran. 3.4 Teknik Analisis Data Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata atau kalimat akan dilakukan reduksi data, pemisahan atau pengelompokan sehingga dapat disimpulkan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin perlu dicari penyebabnya sehingga dapat dicari solusi untuk perbaikan UKG pada tahap selanjutnya. Beberapa faktor penyebab kelemahan secara umum meliputi persiapan, pelaksanaan, dan hasil UKG. 4.1 Persiapan Tes UKG Persiapan seorang guru dalam menghadapi UKG secara tidak langsung sangat mempengaruhi hasil UKG. Komponen persiapan peserta tes UKG meliputi tingkat pemahaman terhadap Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6
57 tahun 2012, tingkat pengetahuan UKG syarat kenaikan pangkat, dan kesiapan awal sebelum mengikuti tes UKG. a. Tingkat Pemahaman terhadap Permendikbud No. 57 tahun 2012 Permendikbud No. 57 tahun 2012 merupakan salah produk regulasi yang menguraikan tentang hakikat, fungsi, mekanisme, dan tujuan dari UKG. Tingkat pemahaman guru yang baik terhadap Permendikbud ini tentunya akan menambah daya atau motivasi untuk belajar. Tingkat pemahaman guru di Kota Banjarmasin terhadap Permendikbud Nomor 57 tahun 2012 tersaji pada tabel berikut. Tabel 1. Tingkat pemahaman Guru terhadap Permendikbud No. 57 Tahun 2012 No 1 2 3
Tingkat Pemahaman
Kota
Memahami Kurang Memahami Tidak Memahami TOTAL
32,35 55,88 11,76 100
Persentase Guru Kota+ Pinggiran Pinggiran 23,53 27,94 61,76 58,82 14,71 13,24 100 100
Perolehan Skor Rata-rata Kota+ Kota Pinggiran Pinggiran 52 59 55 53 52 52 49 50 49 51 54 52
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Tabel 1 menggambarkan mayoritas tingkat pemahaman guru di kota maupun pinggiran kota adalah kurang memahami (58,82%). Rendahnya pemahaman guru terhadap Permendikbud Nomor 57 tahun 2012 juga diikuti oleh perolehan skor ratarata UKG guru yang semakin rendah pula. b. Tingkat Pengetahuan UKG syarat Kenaikan Pangkat Tingkat pengetahuan guru terkait fungsi UKG sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat sangat penting mengingat fitrah manusia bahwa pekerjaan harapannya berbanding lurus dengan pendapatan. Hasil telaah peserta UKG terkait pengetahuan UKG sebagai syarat kenaikan pangkat sebagai berikut: Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Guru tentang UKG sebagai salah satu syarat Kenaikan Pangkat No 1 2 3
Persentase Guru Tingkat Pengetahuan Kota+ (Kenaikan Pangkat) Kota Pinggiran Pinggiran Mengetahui 26,5 32,3 29,4 Kurang Mengetahui 44,1 41,2 42,7 Tidak Mengetahui 29,4 26,5 27,9 TOTAL 100 100 100
Perolehan Skor Rata-rata Kota+ Kota Pinggiran Pinggiran 47 49 55 48 43 52 51 44 49 49 45 52
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Mayoritas peserta UKG kurang mengetahui dan kondisi ini berbanding lurus dengan perolehan skor rata-rata UKG, artinya peserta UKG yang tidak mengetahui semakin rendah perolehan skor UKG dan semakin mengetahui semakin baik perolehan ratarata skor UKG. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peserta UKG di Kota 7
Banjarmasin memiliki keeratan perolehan skor rata-rata UKG dengan pengetahuan UKG sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat. c. Tingkat Kesiapan Peserta UKG Sebagian besar peserta UKG menunjukkan kurang siap. Tingkat kesiapan peserta UKG tahun 2012 di Kota Banjarmasin sebagai berikut: Tabel 3. Tingkat Kesiapan Peserta UKG No 1 2 3
Tingkat Kesiapan Awal Siap Kurang Siap Tidak Siap TOTAL
Kota 5,9 58,8 35,3 100
Persentase Guru Kota+ Pinggiran Pinggiran 2,9 4,4 47,1 52,9 50,0 42,7 100 100
Perolehan Skor rata-rata Kota+ Kota Pinggiran Pinggiran
53 51 51 52
53 54 30 46
53 53 40 49
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Tabel 3. menjelaskan adanya hubungan antara tingkat kesiapan dengan perolehan skor rata-rata UKG, dimana semakin baik persiapan peserta semakin baik perolehan skor UKG yang diperolehnya. Peserta yang siap biasanya sering membaca buku panduan UKG, melakukan browsing secara online di internet seperti mencari kisikisi soal UKG serta membaca buku mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok mata pelajaran sertifikasi. Sedangkan kurang-tidak siapnya peserta disebabkan 3 faktor yakni kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi (18%). Ketiga faktor tersebut terdistribusi secara berurutan pada masing-masing posisi geografis jenjang pendidikan (kota/pinggiran). Secara rinci faktor penyebab kurang-tidak siapnya peserta UKG tersaji pada tabel berikut. Tabel 4. Faktor Kurang-Tidak Siap Peserta UKG No 1 2 3
Faktor Kurang-Tidak Siap Kendala Teknologi Informasi Kendala Waktu Rendahnya Sosialisasi TOTAL
Jumlah Guru Ping Kota+ Kota Giran Pinggiran
Kota
Persentase Ping Kota+ giran Pinggiran
16
21
37
47
61
54
10 8 34
8 5 34
18 13 65
31 22 100
24 15 100
28 18 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) 4.3 Pelaksanaan UKG UKG dilaksanakan dalam 100 soal essay dalam waktu 100 menit. Beberapa kendala pelaksanaaan UKG dapat dilihat dari aspek kendala teknis maupun kendala guru. Penyebab kendala teknis disajikan pada tabel berikut. Tabel 5. Kendala Teknis UKG No Kendala Teknis Pedagogik (%) Profesional (%) 8
1 Sistem online 2 Soal tidak sesuai kompetensi 3 Redaksi soal tidak jelas 4 Kurang persiapan/sosialisasi 5 Waktu ujian kurang Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
29 12 22 24 13
29 3 7 22 9
Beberapa kendala teknis yang menjadi problem internal peserta UKG kompetensi pedagogik dan profesional paling dominan adalah sistem online yang tidak efisien (27% dan 29,5%), yang secara tidak langsung mempengaruhi redaksi soal tidak jelas (22% pedagogik dan 17,5% profesional) karena beberapa Mata pelajaran yang terdapat gambar/grafik seperti mata pelajaran IPA, fisika, kimia, biologi, geografi, dan matematika menjadi lambat, selain itu penampilan paragraf mata pelajaran bahasa inggris dan bahasa Indonesia tidak utuh atau terlalu besar sehingga perlu menggerakkan kursor untuk membaca paragraf secara utuh. Selain itu, kurang terampilnya guru dalam mengoperasikan computer dapat mengganggu konsentrasi peserta disekitarnya. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadikan banyak waktu terbuang untuk mengatasi kendala teknis sehingga banyak peserta yang mengeluh mengalami kekurangan alokasi waktu. Beberapa guru IPS dan IPA mengatakan bahwa soal yang diujikan tidak sesuai kompetensi. Tabel 6. Kendala Guru SMPN No Kendala Guru Pedagogik (%) 1 Penguasaan komputer 50 2 Penguasaan materi 26 3 Kurang persiapan 16 4 Waktunya Kurang 8 5 Redaksi soal membingungkan 0 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
Profesional (%) 8 20 19 24 21
Tabel 6 menunjukkan bahwa kendala pada kompetensi pedagogik paling dominan dipengaruhi oleh penguasaan komputer (50%), penguasaan materi (26%). Kedua hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kurangnya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal pedagogik. Pada umumnya sebagian besar guru yang tidak lulus UKG dikarenakan kurangnya persiapan mereka mengikuti UKG (16%), kurangnya informasi yang diberikan dari dinas atau kepala sekolah yang terlalu mendadak, kurangnya kemampuan mengakses informasi kisi-kisi UKG dari internet sehingga apa yang dipelajari kurang sesuai dengan materi yang diujikan. Kendala guru pada kompetensi profesional yang dominan pada waktu mengerjakan kurang (24%) dan redaksi soal membingungkan (21%), dikarenakan redaksi soalnya yang tidak sempurna di monitor atau lambat menyebabkan sebagian besar guru kesulitan memahami materi yang diujikan dan waktu yang terbatas 9
menyebabkan guru tergesa-gesa menjawab soal sehingga mereka semakin bingung jika jawaban yang ditemukan tidak ada dalam opsi jawaban. Kurangnya persiapan mengikuti UKG (19%) dan kelemahan penguasaan materi guru (20%) karena mereka merasakan soal-soal yang diujikan banyak yang baru, pada guru SMP biasanya bermasalah pada guru IPA terpadu maupun IPS terpadu karena latar belakang pendidikannya yang kebanyakan dari Biologi atau Kimia, serta kurangnya kesiapan guru mengikuti UKG (19%) menyebabkan materi tidak siap dan kurang menguasai komputer dalam ujian sehingga dapat mengganggu proses ujian diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. 4.3 Hasil UKG Kompetensi yang diujikan dalam UKG terdiri dari dua yakni kompetensi pedagogik (30% soal) dan kompetensi profesional (70% soal) dari 100 soal yang diujikan secara online. Tabel 7. Taraf Kesukaran Soal pada setiap Mata pelajaran *)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Taraf Kesukaran (%)
Mata pelajaran SMPN
Jumlah Sampel
Lulus Sampel
Pedagogik
Profesional
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Konselor/BP-BK IPA Terpadu IPS Terpadu Matematika Penjaskes PKn Seni Budaya TIK Jumlah
6 5 8 11 8 8 6 7 4 5 68
0 0 0 0 0 2 1 2 0 1 6
33 80 63 73 89 63 83 100 50 75 72
67 20 38 27 11 38 17 0 50 25 28
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah),
Rerata Skor UKG 48 49 53 54 48 52 57 58 54 57 53
*) persepsi responden
Tabel 7. menjelaskan bahwa taraf kesukaran soal pedagogik mayoritas (72%) dirasakan pada semua mata pelajaran jauh lebih sukar dibandingkan kompetensi profesional (28%). Lemahnya kompetensi pedagogik karena secara umum guru-guru relatif jarang dan bahkan tidak pernah memahami secara mendalam dalam praktek mengajar, serta rendahnya kuantitas guru mengikuti berbagai workshop/seminar aspek pedagogik dan kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana PTK hakikatnya adalah implementasi dari kompetensi profesional. a. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Pedagogik Tabel 8. Faktor Penyebab Kesukaran Soal Pedagogik
10
No
Mata Pelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling IPA Terpadu IPS Terpadu Matematika Penjaskes PKn Seni Budaya TIK Jumlah
0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
I 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling IPA Terpadu IPS Terpadu Matematika Penjaskes PKn Seni Budaya TIK Jumlah
0 100 100 100 100 50 0 50 100 0 64
0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 9
1
II 4 Jlh 1 2 0 0 2 0 0 1 1 0 0 1 2 0 0 1 2 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 1 1 0 1 2 1 0 2 11 15 1 PERSENTASE (%) 0 0 100 0 0 100 0 0 0 100 0 0 0 100 67 0 0 100 0 0 50 100 100 0 0 0 0 0 0 100 100 0 0 100 100 0 50 100 0 0 88 6 18 100
3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Jlh 2 1 2 3 3 1 2 1 1 1 17
1
2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
III 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Jlh 1 0 0 2 0 2 1 2 1 0 9
1
0 0 0 2 0 2 1 1 1 0 7
2 2 4 4 3 2 2 0 0 1 20
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
IV 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Jlh 2 2 4 4 3 2 2 1 1 1 22
0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 6
100 0 0 100 0 100 0 100 100 0 100
0 0 0 100 0 100 100 50 100 0 78
0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 11
100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 11
100 0 0 100 0 150 100 100 100 0 100
0 100 100 100 0 100 100 0 0 100 91
0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 5
0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 5
0 100 100 100 0 100 100 100 100 100 100
2
3
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Keterangan:
Pedagogik: (I) mengenal karakteristik dan potensi peserta didik; II) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, III) merencanakan dan mengembangkan kurikulum (IV) melaksanakan dan menilai pembelajaran yang efektif, (I)1= Tidak memahami materi, 2= waktunya kurang, 3 = kurang persiapan, 4= lemah IT; (II)1 = Tidak Memahami Materi, 2= Waktunya kurang, 3= kurang sosialisasi; (III)1= materi kurang dipahami, 2= waktu kurang, 3= kurang sosialisasi, 4=kurang persiapan; (IV)1= kurang menguasai materi, 2= kurang waktu, 3= kurang persiapan
Tabel 8. menjelaskan bahwa pada kompetensi pedagogik komponen “mengenal karakteristik dan potensi peserta didik” terdapat 4 (empat) faktor kesukaran dalam menjawab soal yakni: 1) tidak memahami materi, 2) waktu kurang, 3) kurang persiapan dan 4) lemah pada TI, keempat faktor tersebut dominan adalah tidak memahami materi (64%). Komponen pedagogik selanjutnya yakni “menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif” terdapat 3 (tiga) faktor penyebab sukarnya menjawab soal yakni: 1) tidak memahami materi soal, 2) waktu kurang dalam mengerjakan soal, dan 3) kurangnya mendapatkan sosialisasi materi. Ketiga faktor tersebut dominan responden menyatakan adalah tidak memahami materi (88%), Selanjutnya komponen pedagogik “merencanakan dan mengembangkan kurikulum serta melaksanakan pembelajaran yang efektif“ terdapat 4 (empat) faktor yakni penyebab diantaranya: 1) kurang menguasai materi, 2) waktu kurang, dan 3) kurang sosialisasi. Faktor yang paling dominan dari masing-masing komponen adalah tidak memahami materi, meskipun faktor lain seperti kurangnya waktu serta kurang persiapan juga turut menjadi bagian dari faktor pendukung. b. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Profesional Tabel 9. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Profesional No
Mata Pelajaran
I 1
2
II 3
Jlh
1
2
III 3
Jlh
1
2
3
Jlh 11
No
Mata Pelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimb. Konseling IPA Terpadu IPS Terpadu Matematika Penjaskes PKn Seni Budaya TIK Jumlah
I 1 2 100 0 100 0 0 0 50 50 100 0 100 0 0 0 0 0 0 0 100 0 83 17
II 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jlh 100 100 0 100 100 100 0 0 0 100 100
1 100 100 0 50 100 100 0 0 0 100 46
2
3
0 0 0 0 100 0 50 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 31 23
III Jlh 1 2 3 Jlh 100 100 0 0 100 100 0 0 0 0 100 0 0 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 0 0 100 0 100 0 100 100 0 0 0 0 0 0 0 100 100 0 0 0 0 0 100 100 0 0 100 100 57 29 14 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Keterangan: (I)1= kurang menguasai materi, 2= waktu kurang, 3=kurang persiapan; (II)1; kurang memahami materi, 2= kurang persiapan, 3= redaksi soal tidak jelas (III)1= Kurang memahami materi, 2= tidak sesuai teks/realita, 3= kurang persiapan
Tabel 9. menunjukkan bahwa mayoritas dalam komponen ini adalah kurangnya memahami materi yang terdapat dalam soal UKG online. Komponen konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance: teks, konteks dan realitas; fakta, prinsip, konsep dan prosedur; ketuntasan tentang penguasaan filosofi, asal-usul dan aplikasi ilmu terdapat 3 (tiga) faktor yakni kurang memahami materi (57%), tidak sesuai teks/realitas (29%), dan kurang persiapan (14%). Namun yang menjadi pertimbangan dalam beberapa kasus adalah banyaknya guru non bidang keilmuannya mengajar bidang lain, sebagaimana hasil penelitian Nasruddin, dkk (2010) di wilayah Kota Banjarmasin dengan temuan pada aspek kesesuaian mengajar guru (pendidik) di instansi Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan serta Kementerian Agama yang sesuai yakni 63% dan tidak sesuai mengajar 37%. V. KESIMPULAN Rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan, pelaksanaan, dan hasil UKG. (1) Persiapan guru dalam mengikuti UKG kurang, karena 58,82% kurang memahami Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun 2012, 70,6% kurang/ tidak mengetahui UKG sebagai syarat kenaikan pangkat, dan 95,5% kurang/tidak siap mengikuti UKG karena kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi (18%), (2) Pelaksanaaan UKG mengalami kendala teknis maupun kendala guru. Kendala teknis pada kompetensi pedagogik dan profesional paling dominan adalah sistem online yang tidak efisien (27% ;29,5%), redaksi soal tidak jelas (22% ; 17,5), selain itu kurang sosialisasi, soal tidak sesuai kompetensi, dan waktu ujian kurang. Sedangkan pada kompetensi pedagogik paling dominan adalah penguasaan komputer 12
(50%), penguasaan materi (26%), dan kurang persiapan (16%) serta pada kompetensi professional yang dominan pada waktu mengerjakan kurang (24%), redaksi soal membingungkan (21%), waktunya kurang (20%), kurang persiapan (19%), dan kurang menguasai komputer (8%), (3) Hasil UKG menunjukkan taraf kesukaran soal pedagogik pada semua matapelajaran mayoritas (72%) lebih sukar dibandingkan kompetensi profesional (28%). Secara umum guru relatif jarang mengikuti berbagai workshop/seminar, kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan kurang memahami materi, kurang persiapan/sosialisasi, waktu ujian kurang, serta redaksi soal tidak jelas.
13