ANALISIS KARAKTERISTIK KEBISINGAN KNALPOT KOMPOSIT PADA MOBIL TOYOTA KIJANG TIPE 7K Eka Sunitra(1) (2), Mulyadi(2), Supriyadi(2) (1)
Staf Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang
(2)
Pusat Pengembangan Pelatihan Pendidikan Teknik Kejuruan (P4TK) Medan ABSTRACT
Problem this study is focused on the noise produced by the silencer of vehicle which can be very dangerous for our health especially for the health of those who live in urban areas. There have been many studies on how to reduce the noise of produced by the silencer of vehicle conducted by the experts using various research methods such as by changing the construction form or by changing the material that can be used to reduce the noise produced by the silencer of the vehicle. In this research, the writer conducted a study on how to reduce the noise produced by the silencer of a vehicle using of composite silencer of the same size and standard in reducing the noise produced by the silencer of Toyota Kijang 7K. The composite was made of the Rockwool fibers and polyester resins (thermosetting) using the hand-lay up method. The study was conducted in a laboratory using the laboratory equipment such as sound pressure level meter, engine tune-up tester (Okuda Koki ea-800a). The data of this study (the noise) was obtained through the hemispherical method with the distance of one meter from the silencer and divided into four point. The noise measurement was done in the pivots of X+, X-, Y+ and Z- at each point by Sound Pressure Level Meter. The other data taken were the temperature and the velocity of exhaust gas flow on all of the four point. The data obtained were analyzed through the software of Microsoft Excel. The result of this study shows the highest reduction of noise level (0.93 % = 0.18 dB). Keywords: Noise Produced by Silencer, Composite of Silencer, Reduction of Noise Produced by Silencer 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kemajuan bidang teknik otomotif sangat pesat sekali. Selain merebut pasar mobil para produsen mobil memproduksi harus tidak merusak lingkungan. Artinya gas dan suara yang dihasilkan mobil tidak mengganggu lingkungan. Suara keras yang dihasilkan mobil juga dapat merusak kesehatan manusia. Kerusakan ini bisa diperlambat dengan mengikuti aturan standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Suara keras yang dihasilkan dari engine yang disalurkan lewat knalpot akan mengganggu kebisingan lingkungan. Suara bising akan mengganggu konsentrasi & keseimbangan manusia serta dapat meningkatkan tekanan darah dan efek psikologi sehingga dapat mengganggu kesehatan dan dapat menurunkan kenerja manusia. Dalam hal ini pemerintah dan badan keselamatan lingkungan dunia menetapkan aturan perundang-undangan polusi udara. Dasar pendukung perundang-undangan Peraturan Menteri no. 718 1987 untuk zona c yaitu perkantoran, pendidikan, perdagangan, dan pemukiman masyarakat. Batas kebisingan yang diperbolehkan 50-60 dB.
Pada penelitian ini penulis melakukan menyelidiki tentang pengaruh kebising suara yang ditimbulkan oleh tabung peredam (Silencer) pada knalpot mobil Toyota Kijang Tipe 7K. Penelitian ini direncanakan menggunakan tabung yang terbuat dari komposit. Peredam suara dari komposit ini bertujuan untuk melihat kemampuan peredaman kebisingan suara. Bahan knalpot komposit dibuat bahan poliester janis thermosetting (BTQN 157 EX). 1.2. Rumusan Masalah Pada penelitian ini knalpot komposit akan dipasang pada engine stand (diam). Untuk melihat kemampuan pengaruh peredaman kebisingan knalpot komposit pada engine dilakukan variasi putaran, seperti diperlihatkan pada “Gambar (1)” Penelitian ini akan membuat sampel dari tabung peredam dari komposit yang ukuran rangka luarnya sama dengan tabung peredam standar yang masih baru. 1.3. Batasan Masalah Pada penelitian ini mambahas tentang karakteristik kebisingan suara yang dihasilkan oleh tabung peredam komposit.
Jurnal Teknik Mesin
Vol.6, No.1, Juni 2009
ISSN 1829-8958
Tabung peredam suara komposit (silencer) buat dari bahan poliester (BTQN 157 EX) yang mempunyai campuran 1% pengeras dan 70% serat Rockwool serta dibuat dengan metode hand lay up.
Gambar 1 Sketsa Rancangan Penelitian
1.4. Tujuan Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik kebisingan knalpot komposit dan kebisingan suara knalpot komposit terhadap kenaikan putaran mesin pada mobil bensin Toyota Kijang 7K. 1.5. Manfaat Penelitian ini bermanfaat pada masyarakat umum, pendidikan atau ilmu pengetahuan dan masyarakat industri.
Gambar 3. Dimana di contohkan bunyi dengan nada 63 Hz TTB = 53 dB ,nada 125 Hz TTB = 40 dB , nada 500 Hz TTB = 28 dB , nada 1000 Hz TTB = 30 dB, Nada 8000 Hz TTB = 38 dB terdengan sama kerasnya karena semua terletak pada Countour Kekerasan yang sama yakni 30 Phon
Tingkat tekanan bunyi rata-rata didefenisikan dalam persamaan berikut : 1 Lp 10 log N
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunyi Bunyi secara fisis adalah penyimpangan tekanan akibat pergeseran partikel benda pada medium udara. Tiga Elemen utama yang perlu diperhatikan dalam setiap situasi akustik adalah Sumber – Jejak perambatan – Telinga (Penerima) peristiwa tersebut dapat dilihat pada ”Gambar (2)”.
N
10
Li / 10
i 1
...(1)
dimana: N = Banyaknya titik pengukuran = 16 (titik) Li = Tingkat tekanan bunyi pada titik ke i (dB) Luas permukaan setengah bola, S = 2 π R2 m2
...(2)
dimana: R = Jarak pengukuran suara dari pusat mesin=1 (m).
2.3. Frekwensi dan Kecepatan Perambatan Bunyi
Gambar 2. Tiga Elemen Akustik
Tekanan bunyi 4 dB hampir tidak terdengar oleh kita tetapi bunyi yang mempunyai Frekwensi 63 Hz dengan tekanan bunyi 35 dB dapat didengar. Dari penjelasan di atas, tekanan bunyi sangat mempengaruhi tingkat kebisingan (noise level). Hubungan Frekwensi dan tekanan dapat dilihat pada ”Gambar (3)”, Countour Kekerasan Sama (Equal Loudness Countours). 2.2. Tekanan Bunyi dan Tingkat Tekanan Bunyi Tekanan bunyi adalah variasi tekanan di atas dan di bawah tekanan atmosfer (Pa). Variasi tekanan ini sifatnya periodik, satu variasi tekanan komplit disebut juga sebagai satu siklus frekuensi.
Frekuensi bunyi dapat didefenisikan sebagai jumlah periode siklus kompresi dan regangan yang muncul dalam satu satuan waktu. f = 1/t
Hz
...(3)
dimana : f = Frekuensi (Hz) t = Waktu (det) Pergerakan kecepatan gelombang bunyi berbedabeda pada tiap media, seperti pada media gas atau udara, cepat rambat bunyi bergantung pada kerapatan, suhu, dan tekanan media. cu =
.a
m/s
...(4)
Cepat rambat bunyi di udara (cu) 2
Analisis Karakteristik Kebisingan Knalpot Komposit pada Mobil Toyota Kijang Tipe 7K (Eka Sunitra)
cu =
20,04 t 273 m/s
...(5)
2.10.
Knalpot
Secara spesifik knalpot pada kendaraan berfungsi untuk :
dimana : t = Temperatur lingkungan 30 (0C)
a.
Meredam suara engine agar tidak keras.
atau dalam bentuk sederhannya dapat ditulis :
b.
Mengurangi keluarnya zat-zat berbahaya dari asap kendaraan.
c.
Memperlambat kecepatan gas buang keluar kendaraan.
d.
Mengalirkan panas pembakaran engine.
cu = 20,05
T m/det
...(6)
dimana : cg = Cepat rambat bunyi (m/det).
Rasio panas spesifik (untuk udara = 1.41)
2.6.2 Hal-hal yang mempengaruhi peredaman
Pa = Tekanan atmosfer (Pa).
a)
= Kerapatan (Kg/m3).
b) Konstruksi dan Bentuk silencer.
T = Suhu (K).
c)
Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan kerapatan, sedangkan pada media padat bergantung pada modulus Bulk dan kerapatan.
d) Panjang saluran masuk dari engine ke saluran masuk silencer.
cs =
E
Pa
...(7)
dimana : E = Modulus Young (Pa) = Kerapatan (Kg/m3)
cu
Medan magnet yang dipasang pada silencer.
2.6.3 Hubungan kecepatan gas, frekwensi dan tekanan suara
Vm S . ...(8)
2.5. Tingkat daya bunyi (Lw)
Lw = L p 10 log ( S ) CT dB
Jenis bahan yang digunakan silencer.
Mesin sebagai sumber dari kecepatan dan tekanan gas yang keluar dari knalpot maka perlu kiranya kita menghitung kecepatan gerakan piston rata- rata seperti rumus dibawah ini :
2.4. Faktor koreksi temperatur ( CT )
CT = 10 log 400
e)
Volume silencer.
...(9)
n 30
m /det
...(13)
dimana : Vm = Kecepatan rata-rata piston (m/det). S = Langkah piston (mm). n = Putaran (rpm).
2.6. Tingkat intensitas bunyi (Li)
Li = L p 10 log (CT ) dB
...(10)
2.7. Intensitas bunyi di udara bebas (I) Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam suatu daerah
I 10( Li 120 ) / 10 W/m2
...(11) Gambar 4 Gelombang longitudinal
2.8. Daya bunyi di udara bebas (W) W = Ibub S Watt
...(12)
2.9. Bising (Noise) Bising adalah bunyi keras yang mengganggu, umumnya disebabkan oleh kenaikan tekanan bunyi. Kebisingan dapat dirasakan apabila bunyi mempunyai tekanan di atas 60 dB.
Pada ”Gambar (4)” terlihat hubungan antara kecepatan rambat gelombang dan frekwensi yang terjadi pada material. Untuk menghitung kecepatan rambat gelombang ini dapat dicari dengan persamaan:
c f
m
...(14)
3
Jurnal Teknik Mesin
Vol.6, No.1, Juni 2009
dimana :
2.8 Pemantulan Akustik
λ = Panjang rambat gelombang (m). ƒ = Frekwensi (1 / det). c = Kecepatan rambat bunyi di udara 340 m/det (1128 ft).
Tekanan tersebut dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini : SPL 20 Log
dimana : P ref = P atm =
Patm Pref
2
dB
dengan ...(15)
2
0.00002 (Pa). 101300 (Pa).
2.7 Material Komposit Komposit adalah material yang dibentuk dari dua atau lebih material dasar yang mempunyai sifat berbeda dari material pembentuknya. 2.7.1 a)
ISSN 1829-8958
dan
Penyerapan
Material
Apabila gelombang bunyi datang pada suatu permukaan, kemungkinan yang terjadi adalah : a.
Dipantulkan semua.
b.
Ditransmisikan semua.
c.
Sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi akan ditransmisikan.
Pemantulan bunyi adalah fenomena dimana gelombang bunyi dibalikkan dari suatu permukaan yang memisahkan dua media. Pada ”Gambar (5)” pemantulan bunyi 2.9 Kerangka Konsep Pelaksanaan penelitian ini ”Gambar (6)”
dapat dilihat pada
Klasifikasi komposit Komposit serat (fibricus composite) yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan dasar) yang diproduk secara fabrikasi,
b) Komposit Lapis (laminated composite) yaitu komposit yang terdiri dari lapisan dan matriks. c)
Komposit partikel (particulate composite) yaitu komposit yang terdiri dari partikel dan matriks.
2.7.2 Kelebihan Bahan Komposit Sifat-sifat mekanikal dan fisika : a)
Paduan dua bahan matriks dan serat.
b) Mempunyai kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional. c)
Mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding dengan bahan konvensional.
d) Mempunyai sifat tahan terhadap beban fatigue yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon. e)
Bahan komposit lebih tahan terhadap kikisan.
Gambar 6 Kerangka Konsep 3. METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan (Silencer)
Peralatan
Tabung
peredam
Untuk pembuatan tabung peredam dibutuhkan bahan dan peralatan, seperti diperlihatkan pada „Tabel (1)“ dan “Tabel (2)“. Tabel 1 Daftar bahan yang digunakan untuk pembuatan silencer.
Gambar 5 Pemantulan dan Penyerapan Energi Bunyi Pada Media Akustik 4
Analisis Karakteristik Kebisingan Knalpot Komposit pada Mobil Toyota Kijang Tipe 7K (Eka Sunitra)
Tabel 2 Daftar peralatan yang digunakan untuk pembuatan silencer.
3.3. Pengujian Tabung Peredam Peralatan pengujian yang digunakan pada penelitian, seperti yang diperlihatkan pada ”Tabel (3)”. Tabel 3 Daftar peralatan yang digunakan untuk pengujian silencer.
3.2. Pembuatan Knalpot Komposit Pembuatan saluran masuk dan keluar gas menggunakan metode pengelasan pada pipa baja (mild steel), dengan tahapan sebagai berikut : a.
Pemotongan dan melubangi pipa.
b.
Pengelasan pipa saluran.
Bahan komposit ini dibuat menggunakan bahan resin polyester (BTQN 157EX) dan serat rock wool dengan mengunakan metode hand lay up. adapun tahapan pembuatannya sebagai berikut : a.
Pembuatan cetakan lembaran.
b.
Pembuatan bagian-bagian rangka tabung.
c.
Perkitan bagian-bagian silenser dengan resin dan serat memakai metode hand lay up.
3.3.1. Pengukuran yang Dilakukan pada Engine Tune Up Tester Pengukuran yang dilakukan oleh engine tune up tester adalah: a)
Mengukur Putaran Mesin (rpm).
b) Melihat Derajat Pengapian Pembakaran. c)
Mengukur sudut Dwell Platina.
3.3.2. Pengukuran Exhaust Gas
dengan
Noise
Inspector
Pengukuran yang dilakukan oleh Noise Inspector Exhaust Gas adalah mengukur Sound Pressure Level (dB), seperti diperlihatkan pada “Gambar (7)”.
Gambar 7 Skema pengukuran kebisingan pada Knalpot 3.4. Metode Pengukuran Untuk mendapatkan data penelitian dari tabung peredam komposit, seperti yang diperlihatkan pada
”Gambar (8)”, maka perlu diukur atau diambil datadata dari mengukur kekuatan suara yang dihasilkan knalpot komposit dengan alat Sound Pressure Level.
5
Jurnal Teknik Mesin
Vol.6, No.1, Juni 2009
ISSN 1829-8958
Gambar 8 Pengukuran Tingkat Tekananan Suara
Gambar 9 Skema Pengukuran Setengah Bola
(Hamond,1949)
3.4.1. Metode Pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi
harus ditempatkan di tengah-tengah (pusat) daripada ruang setengah bola.
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan tujuan, yaitu untuk mengetahui pengaruh medan magnet terhadap kebisingan. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan memakai pengukuran ruang setengah bola, dimana knalpot sebagai sumber kebisingan
Titik (posisi mikrofon) pengukuran setengah bola berjarak r dari sumber kebisingan mesin pada lingkungan di luar ruangan (medan bebas) karena pada pengukuran ini tidak dibolehkan terjadi pemantulan bunyi kecuali pada lantai, seperti yang diperlihatkan pada “Gambar (9)”.
6
Analisis Karakteristik Kebisingan Knalpot Komposit pada Mobil Toyota Kijang Tipe 7K (Eka Sunitra)
Gambar 10. Posisi Titik Pengukuran dan Posisi Letak Magnet (Unit Satuan mm) Pada “Gambar (10)”, titik-titik 2, 3, 4 dan 5 pada tabung knalpot merupakan posisi pengukuran tekanan bunyi, temperatur dan kecepatan aliran gas.
(a)
(b)
Gambar 11 (a) Air Flow Meter, (b) Pengukuran Tekanan pada Tabung Pada ”Gambar (11a)”, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan gas buang pada pipa atau tabung, sedangkan ”Gambar (11b)” merupakan posisi letak pengukuran pada tabung atau pipa.
Y
X
X Z Gambar 12 Arah Pengukuran Suara (Y+, X+, X- dan Z-) Kemudian putaran mesin divariasikan mulai dari 900, 1500, 2000, 2500 dan 3000 (rpm). Setiap perubahan putaran mesin arus listrik juga divariasikan dan diukur kekuatan suaranya. Pengukuran kekuatan suara dilakukan pada setiap titik sebanyak empat kali searah sumbu (X+, X-, Y+, Z-) sejarak satu meter, seperti yang diperlihatkan pada ”Gambar (12)”.
3.5. Bentuk Alat yang Rencanakan Tabung peredam terbuata dari komposit. Bahan komposit terdiri dari resin poliester (70% BTQN 157 EX) dan serat (29% rockwool) serta pengeras ( 1% Hardener). Tabung peredam komposit dibuat dengan metode hand lay-up dan memiliki ketebalan 7 mm, seperti diperlihatkan pada ”Gambar (13)”. 7
Jurnal Teknik Mesin
Vol.6, No.1, Juni 2009
ISSN 1829-8958
Gambar 13 Tabung Peredam Komposit “Gambar (14)“ adalah bentuk konstruksi bagian dalam dari tabung peredam komposit.
Gambar 14. Bagian dalam Knalpot 3.6. Aliran Pelaksanaan Penelitian Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ”Gambar (15)”. 3.7. Varabel yang Diamati Adapun variable yang diamati dalam penelitian ini yang berguna untuk pengolahan data meliputi : a.
Tingkat tekanan bunyi rata-rata.
b.
Temperatur pada titik 1, 2, dan 3.
c.
Kecepatan aliran gas buang dalam tabung.
Gambar 15 Aliran Pelaksanaan Penelitian 4. PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Penelitian dan Perhitungan Kebisingan Tingkat tekanan bunyi rata-rata diukur dengan menggunakan alat sound pressure level meter. Hasil pengukuran pada tabung peredam komposit dapat dilihat pada “Tabel (4)” dan “Tabel (5)”.
Tabel 4 Tingkat Tekanan Bunyi Rata-rata Tabung Peredam Komposit
Sumber Data Penelitian
Tabel 5 Temperatur dan Kecepatan Aliran Gas dalam Tabung Peredam
8
Analisis Karakteristik Kebisingan Knalpot Komposit pada Mobil Toyota Kijang Tipe 7K (Eka Sunitra)
Sebagai contoh diambil putaran 900 rpm : Tingkat tekanan bunyi rata-rata atau kebisingan (Lav) : 1 L p 10 log N
N
10
Li / 10
i 1
Luas permukaan setengah bola,
Hubungan Tingkat Tekanan Bunyi Rata-rata (Kebisingan) dengan Putaran Mesin
S = 2 π R2 = (2) (3,14) (12) = 6,28 m2
Cepat rambat bunyi di udara (cu) : cu = 20,04 t 273 = 20,04 30 273 = 348,83 m/s Dimana : t = Temperatur lingkungan 30 (0C) Faktor koreksi temperatur ( CT ) :
CT
400 = 10 log 400 = CT = 10 log = - 0,06 (1,16) (348,83) cu
26
Tingkat Tekanan Bunyi Rata-rata dB
Dimana: R = Jarak pengukuran suara dari pusat mesin =1 (m)
24 22 20 18 16 14 12 10 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Putaran Mesin rpm
Tingkat daya bunyi (Lw) :
Lw = L p 10 log ( S ) CT
Gambar 16 Grafik Hubungan Tingkat Tekanan Bunyi Rata-rata dengan Putaran Mesin
= 13,64 + 10 log (6,28) + (-0,06) = 21,54 dB Tingkat intensitas bunyi (Li) :
Hubungan Tingkat Daya Bunyi dengan Putaran Mesin
Li = L p 10 log (CT ) = 20,09 + 10 log (-0,06) =
35
Intensitas bunyi di udara bebas (I) : -11 2 I 10( Ii 120) / 10 = 10(13,56 120) / 10 = 2,27 10 W/m
Daya bunyi di udara bebas (W) : W = I. S = (2,27 10-11) (6,28) = 1,43 10-10 W Untuk hasil perhitungan putaran seterusnya dapat dilihat pada “Tabel (6)”.
Tingkat Daya Bunyi dB
13,56 dB 30
25
20
15
10 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Putaran Mesin rpm
Tabel 6. Hasil Perhitungan Kebisingan Knalpot Komposit
Gambar 17 Grafik Hubungan Tingkat Daya Bunyi dengan Putaran Mesin
9
Jurnal Teknik Mesin
Vol.6, No.1, Juni 2009
1. Nilai tingkat tekanan bunyi rata-rata (kebisingan) pada knalpot komposit meningkat seiring dengan kenaikan putaran mesin.
Hubungan Tingkat Intesitas Bunyi dengan Putaran Mesin 26 24
Tingkat Intensitas Bunyi dB
ISSN 1829-8958
2. Nilai karakteristik kebisingan untuk setiap kenaikan variasi putaran yang sama tidak sama. Semakin tinggi putaran maka perbedaan perubahan kebisingan semakin besar.
22 20 18 16
5.2 Saran
14
Saran penulis dalam penulisan ini adalah :
12 10 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Putaran Mesin rpm
Gambar 18. Grafik Hubungan Tingkat Intensitas Bunyi dengan Putaran Mesin 4.2. Perhitungan Karaktiristik Kebisingan Perbedaan kenaikan kebisingan untuk setiap perbedaan kenaikan variasi putaran tidak sama. Untuk mengetahui nilai perbedaan kebisingan pada setiap perbedaan putaran adalah :
1. Hasil penurunan tingkat kebisingan pada knalpot komposit belum optimal maka diharapkan untuk meneliti lebih lanjut dengan cara mengubah komposisi campuran bahan komposit. 2. Tabung peredam komposit pada penelitian ini tidak tahan panas dalam waktu yang lama maka disarankan untuk melakukan penelitian pada tabung peredam komposit dengan memperhatikan : a. Resin yang digunakan tahan terhadap temperatur tinggi. Pada putaran tinggi, panas gas buang yang dikeluarkan mesin dapat mencapai 1000 oC. Kondisi ini temperatur sesat pada tabung peredam dapat mencapai sekitar 300 oC. Untuk membuat tabung peredam tahan terhadap temperatur ini harus digunakan material komposit yang tahan terhadap temperatur di atas 300 oC.
Sebagai contoh pada putaran 900 rpm (13,64 dB) dan 1500 rpm (15,00 dB). Perbedaan kebisingan = 15,00 – 13,64 = 1,36 dB Untuk perbedaan kebisingan berikutnya dapat dilihat pada “Tabel (7)” Tabel 7 Perbedaan kebisingan terhadap Putaran
b. Memasang pendingin gas buang pada pipa saluran masuk ke tabung peredam. Pemasangan pendingin pada saluran gas masuk ke dalam tabung peredam bertujuan untuk menurunkan temperatur gas yang masuk ke dalam tabung peredam. Pendingin dapat berupa sirip-sirip pembuang panas. Sehingga material tabung tidak mendapat temperatur yang tinggi. PUSTAKA 1.
Gerges. S.N.Y. and Jordan. R, Muffler Modeling by Transfer Matrix Method and Experimental Verification, April 2006.
2.
Ben. S. Cazzolato, Howard .carl Q and Hansen colin H, Finite Element Analysis of an Indutrial Reactive Silencer.
3.
Wu .T.W., Boundary Element Analis of Reactive Mufflers and Packed Silincers with Catalyst Convewrters.
4.
Gosavi.Sanjay.S, Juge Vinayak .M. Nadgouda. Mayur. M., Optimization Of Suction Muffler using Taghuchi’s DOE Method, International Compressor Engineering Conference at Purdue, July 17-20, 2006.
Gambar 19 Grafik Hubungan Perbedaan Kebisingan dengan Putaran 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa hasil diantaranya :
10
Analisis Karakteristik Kebisingan Knalpot Komposit pada Mobil Toyota Kijang Tipe 7K (Eka Sunitra)
5.
Fredriek Amanda and Sarah Brady, Design Project Vibration Analysis and Automobile Muffler, April 23, 2003.
6.
Peng X.Q, and Cao.J, Material Characterization in Forming Structural Composite, Department of Mechanical Engineering, Northwestem, USA.
7.
Resono Seto, W. S. Hadi Agus, Karakteritis dan Model Mekanis Material Komposit berpenguat, Portal IPTEK 7/ 11/ 2007.
8.
Jebasinki. Roff, Eberspacer.J. Calculation Of The Tail Pipe Noise Of Exhaust System with Wave, Germany.
9.
Prasetio Leo, Akustik Lingkungan , Erlangga 1985.
10. Haris C M, Hand Book of Noise Control, McGraw Hill Book Compony Inc, New York, 1957. 11. Beranek, Leo L, Noise and Vibration Control Enginering, Principles and Applications. 12. Toyota Astra Motor, New Step 1 (Training Manual), Jakarta, 1995. 13. Megazine Bruel Kjaer,The International Sound and Vibration, No. 2, 2003. 14. MatWeb Material Property Data, Online Material Data Sheet. 15. Hamond, Conrrad J., Engeneering Acoustic & Noise Contro, Prentice Hall, 1983 16. Eyanoer, H. Isranuri I. Pengendali Kebisingan Industri, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 17. Udhi Nyoman, Ensiklopedia Nasional Indonesia, PT. Cipta Adi Karya, Jakarta. 1991. 18. Doelle Leslie l, Environmental Acoustics, Mc Graw Hill Inc, New York, 1972.
11