Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
ANALISIS KAJIAN DAN DAMPAK PERANG SALIB (SEBUAH STUDI PUSTAKA) Latifa Annum Dalimunthe
ABSTRACT Crusade (1096-1291) occurs as a reaction against the Christian world in the Islamic world Erofa. Called the Crusades, since military expeditions Christians use the cross as a unifying symbol to show that the war they are doing is holy war and to free the holy city of Baitul Maqdis (Jerusalem) from the hands of the Islamic. The causes of the Crusades (1) Crusades is the culmination of a number of conflicts between the Occident and the Orient, he explained between Christians and Muslims. (2) The emergence of the power of the descendants of Saljuk that won the Asia Minor after defeating the Byzantine army in Manzikart in 1071, Seljuq power in Asia Minor and Jerusalem are considered as an obstacle for the Western Christians to practice their religion to the Bait al-Maqdis. (3) became ruler of Muslim forces in the ocean trade lanes Central. Traders Pisa, Vinesia, and Genoa was disturbed over the presence of Muslim troops (4) Propaganda Alexius Comnenus to Pope Urban II, to avenge his defeat in the war against the Seljuq The impact of the Crusades (1) East People progressive and developed into a major impetus for the growth of intellectual Erofa West. (2) Crusades add European interests in the field of commerce and trade as well as applying some important findings that have been produced by Muslims. (3) The presence of the West has been affecting the Islamic world. Church ornaments influence the art style of the mosque, such as the Al-Nasr mosque in Cairo. (4), Muslims managed to maintain its regions from the Crusaders, but the loss that they have suffered a lot, because the war was going on in its territory resulted in the political power of Muslims become weak and disunited. Keywords: analysis, assessment of the war. cross
67
Dosen Jurusan Adab IAIN Palangaka Raya
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
A. Pendahuluan Perang Salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Erofah terhadap dunia Islam di Asia, sejak 632 M, dianggap sebagai pihak “penyerang” bukan saja di Syiria dan Asia Kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan Salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Maqdis (Yerussalem) dari tangan orang-orang Islam.1 Masa kekuasaan Saljuq mencatat satu peristiwa penting yang sangat besar artinya dalam sejarah hubungan Barat-Timur Tengah atau Kristen-Islam, yakni Perang Salib. Perang, atau lebih tepatnya serbuan pasukan Salib ini dimulai pada tahun 1096 dan dilancarkan selama sembilan kali. Lima kali ke wilayah Syam, dua kali ke Mesir, satu kali ke Tunis dan satu kali ke Konstantinopel yang saat itu merupakan pusat Gereja Kristen Timur. Dalam hubungan ke luar dunia Islam, peristiwa besar yang tidak boleh dilupakan adalah perang Salib yang berlangsung selama hampir tiga abad, mulai tahun 1096 M. Perang, atau lebih tepatnya perang-perang itu tidak dilakukan oleh Bani Abbas di pihak kaum muslimin, melainkan oleh dinasti-dinasti yang berkuasa di daerah Syam dan pantai Selatan Laut Tengah. Sultan Shalahuddin alAyyubi, panglima Islam yang paling terkenal dalam perang-perang ini, berkuasa di Mesir dan kemudian Syiria. Peperangan dipicu oleh gangguan kaum Saljuk, yang menguasai Syam dan sekitarnya sejak tahun 1071, terhadap para peziarah Kristen di tanah suci mereka di Jerussalem dan sekitarnya. Ada yang mengatakan bahwa peziarah Kristen tidak diperbolehkan sama sekali untuk berziarah ke wilayah ini. Sebenarnya hubungan muslim-Kristen-Yahudi di Yerussalem dan sekitarnya, sejak penaklukan daerah ini oleh kaum muslimin pada masa Umar ibn al-Khaththab, tidak tercatat mengalami gangguan sampai menjelang perang Salib. Berita yang sampai di Erofah bahkan menyebutkan penghancuran Gereja Sepulcher oleh penguasa Mesir, al-Hakim bi Amr Allah. Ini merupakan salah satu dari beberapa penyebab 1
68
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : CV Pustaka Setia, 2008, hal. 171
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
yang mengundang invasi pasukan Salib ke Palestina dan perebutan kota ini. Paus Urbanus II yang mengundang kekuatan Kristen Erofah untuk membebaskan tanah suci mereka dengan melakukan serangan besar-besaran. Mereka berhasil menguasai Yerussalem pada bulan Juli 1099 M. Mereka terus berkuasa di kota ini sampai dikalahkan oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1187 M. Dalam kekuasaan mereka, Dome of the Rock dijadikan gereja, sedangkan al-Aqsha dijadikan kantor pusat para ksatria Biarawan (Knights Templars).2 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya Perang Salib dan dampaknya. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.
Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Sejak berdirinya kekuasaan Islam, orang-orang Kristen diberi kekuasaan beragama dan berbagai jabatan dalam pemerintahan. Ketika Jerussalem danSyiria di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah dari Mesir, penguasa Mesir mendorong perniagaan dan perdagangan Kristen. Akan tetapi, segala hak istimewa dan toleransi tersebut tidak bisa menentramkan orang Krsiten yang menganggap kehadiran orang Islam di Yerussalem sebagai suatu hal yang tidak disukai.3 Sejumlah ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap kekuatan muslim sejak tahun 1096 dikenal sebagai perang Salib. Hal ini disebabkan karena adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersbut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol Salib. Berikut ini adalah beberapa penyebab turut melatarbelakangi terjadinya perang Salib: Pertama, bahwa perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat dan negeri Timur, jelasnya antara pihak Kristen dan muslim. Perkembangan dan kemajuan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini, menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh Barat Kristen. Terdorong oleh kecemasan ini, maka mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan muslim. 2 Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islan : Dari Masa Klasik Hingga Modern,LESFI, 2004, hal. 116 3 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009, hal. 136
69
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Kedua, munculnya kekuatan bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071, dan selanjutnya Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M. Kekuasaan Saljuk di Asia Kecil dan Yerussalem dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen Barat untuk melaksanakan ibadah ke Bait al-Maqdis. Padahal yang terjadi adalah bahwa pihak Kristen bebas saja melaksanakan ibadah secara berbondong-bondong. Pihak Kristen menyebarkan desas-desus perlakuan kejam Turkil Saljuk terhadap jemaah Kristen. Desas-desus ini membakar amarah umat Kristen-Erofah. Ketiga, semenjak abad kesepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Genoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan Islam sebagai penguasa jalur perdagangan di lautan
tengah
ini.satu-satunya
jalan
untuk
memperluas
memperlancar
perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan muslim dari lautan ini. Jalur perdagangan internasional terpenting, dalam hal ini Laut Tengah, dikuasai oleh orang Islam. Lalu lintas pedagang Kristen dari kawasan Eropa tertentu (Pisa, Venezia, dan Genoa) terhambat. Dengan demikian, persaingan ekonomi memicu terjadinya Perang Salib. Keempat, propaganda Alexius Comnenus kepada Paus Urbanus II. Untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Saljuk. Bahwa Paus merupakan sumber otoritas tertinggi di barat yang didengar dan ditaati propagandanya. Paus Urbanus II segera mengumpulkan tokoh-tokoh Kristen pada 26 November 1095 di Clermont , sebelah tenggara Perancis. Dalam pidatonya di Clermont sang Paus memerintahkan kepada pengikut Kristen agar mengangkat senjata melawan pasukan muslim. Tujuan utama Paus saat itu adalah memperluas pengaruhnya sehingga gereja-gereja Romawi akan bernaung di bawah otoritasnya. Dalam propagandanya, sang Paus Urbanus II menjanjikan ampunan atas segala dosa bagi mereka yang bersedia bergabung dalam peperangan ini.4 Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa yang menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen 4
70
K. Ali, Sejarah Islam, , Jakarta PT Rajagrafindo Persada : 2003, hal. 414
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
terhadap umat Islam yang kemudian mencetuskan perang Salib.5 Menurut Neil J. smelser dalam menjelaskan prakondisi-prakondisi yang menimbulkan terjadinya konflik antarkelompok dalam struktur sosial, yaitu: (1) Adanya struktur sosial yang kondusip bagi terjadinya konflik; (2) Adanya hambatan structural dalam menengahi pendidikan; (3) Pertumbuhan dan perkembangan suatu perasaan umum pada sesuatu kelompok bahwa mereka tertindas oleh kelompok lain dan harus diatasi; (4) Mobilsasi tindakan dalam mengatasi perasaan umum diatas; dan adanya (5) Adanya pengorganisasian tindakan yang terkendalikan sedemikian rupa.6 2.
Perang Salib Terjadi dalam Tiga Periode
a.
Periode Pertama Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Erofah, sebagian
besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099) M), dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M). Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan Latin IV, rajanya adalah Raymond. b.
Periode Kedua Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan
kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. namun ia wafat tahun 1146 M. tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
5
H. Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, Semarang :PT. Pustaka Rizki Putra, hal.
6
Ibid., hal. 138
115
71
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria. Akan tetapi gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalah al-Din al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalah al-Din yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarosa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Ingris. Dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah. Al-Din, mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggak 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara Salib dengan Shalah al-Din yang disebut dengan Shul al-Ramlah. Dalam penjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu. c.
Periode Ketiga Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II.
Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al Kamil, membuat perjanjian dengan
72
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan Kristen di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinati Ayyubiyah pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.7 Perang Salib berkesudahan dengan perjanjian perdamaian di Ramleh pada tahun 1192. Diantaranya syarat-syarat penting perjanjian perdamaian itu ialah: a.
Jerussalem tetap berada di tangan umat Islam, dan umat Kristen diijinkan untuk menjalankan ibadah di tanah suci.
b.
Orang-orang Salib akan mempertahankan partai Syiria dari Tyre sampai ke Jaffa.
c.
Umat Islam akan mengembalikan relics Kristen kepada umat Kristen.8
3.
Dampak Perang Salib Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia
karena membawa Eropa ke dalam kontak langsung dengan dunia Islam. Melalui inilah, hubungan antara Barat dengan Timur terjalin. Pengajuan orang Timur yang progresif dan maju pada saat itu menjadi daya dorong yang besar bagi pertumbuhan intelektual Erofa Barat. Hal itu memerankan bagian yang penting bagi timbulnya renaissance di Eropa. Perang Salib menambah kepentingan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan. Sebagai hasil dari Perang Salib, orang Eropa dapat mempelajari dan memodifikasi serta mengaplikasi beberapa temuan penting yang telah dihasilkan oleh orang Islam pada masa-masa sebelumnya. Terutama berkaitan dengan masalah seni industri, perdagangan dan pertanian dibandingkan ilmu. Dalam bidang seni, gaya-gaya bangunan dan cara berpakaian Timur memengaruhi seni 7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo, 1996, hal. 77-79 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta : Kota Kembang, 1989, hal. 287 8
73
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
gaya bangunan dan berpakaian orang Barat. Demikian pula halnya dalam bidang agrikultur Timur, dan yang terpenting adalah gula; karena gula telah menjadi makanan termewah di Barat. Hal ini berkaiatan dengan pembentukan pasar Eropa untuk produk-produk agrikulur dan Barat. Bersama-sama dengan keperluan transportasi para peziarah dan pasukan Perang Salib kegiatan maririm dan perdagangan internasional. Aplikasi kompas terjadi pada kegiatan maritim saat itu, yang sekalipun jarum magnetik ditemukan orang Cina, namun penemuan jarum navigasi mulai di kembangkan oleh Islam. Pada saat yang sama, kehadiran Barat telah memengaruhi Dunia Islam. Ornamen-ornamen gereja berpengaruh terhadap seni gaya bangunan masjid, seperti pada masjid Al-Nasr di Kairo. Hal ini membuktikan terjadi difusi kebudayaan Barat dan Timur pada masa Perang Salib. Pada akhirnya, difusi tersebut telah menjadi landasan bagi terbentuknya renaissance di Eropa.9 Umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi dimilayahnya dengan demikian hal ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah dan terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.10 C. Kesimpulan 1. Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib Pertama, bahwa Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat dan negeri Timur, jelasnya antara pihak Kristen dan muslim. Perkembangan dan kemajuan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini, menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh Barat Kristen. Kedua, munculnya kekuatan bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071, dan selanjutnya Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M.
9
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban, hal. 141-142 Ibid.
10
74
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Ketiga, semenjak abad kesepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Genoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan Islam sebagai penguasa jalur perdagangan di lautan tengah. Keempat, propaganda Alexius Comnenus kepada Paus Urbanus II. Untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Saljuk. Bahwa. 2. Dampak Perang Salib Pertama, Orang Timur yang progresif dan maju menjadi daya dorong yang besar bagi pertumbuhan intelektual Erofa Barat sehingga timbul renaissance di Eropa. Kedua, Perang Salib menambah kepentingan Eropa di lapangan perdagangan dan dapat mempelajari serta mengaplikasi beberapa temuan penting yang telah dihasilkan oleh orang Islam pada masa-masa sebelumnya. Ketiga, kehadiran Barat telah memengaruhi Dunia Islam. Ornamenornamen gereja berpengaruh terhadap seni gaya bangunan masjid, seperti pada masjid Al-Nasr di Kairo. Keempat, Umat Islam berhasil mempertahankan daerahdaerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi diwilayahnya. D. Saran Dari sebab-sebab terjadinya Perang Salib (1) Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat dan negeri Timur jelasnya antara pihak Kristen dan muslim, (2) munculnya kekuatan bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071 dan merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M (4) abad kesepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah, (5) propaganda Alexius Comnenus kepada Paus Urbanus II, maka disarankan umat Islam perlu menghimpun kekuatan bersatu untuk menghalau serangan dari pihak aggressor dengan berbagai bentuk pada akhirnya melahirkan kemenangan bagi umat Islam.
75
Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K, Sejarah Islam, Jakarta PT Rajagrafindo Persada : 2003 Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta : Kota Kembang, 1989 Maryam, Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islan : Dari Masa Klasik Hingga Modern,LESFI, 2004 Supriadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : CV Pustaka Setia, 2008 Syukur, H. Fatah NC, Sejarah Peradaban Islam, Semarang :PT. Pustaka Rizki Putra Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009 Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo, 1996
76