ANALISIS ISI OPINI PUBLIC TENTANG PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR VIII DI MEDIA MASSA KOMPAS ( PERIODE JANUARI – APRIL 2009 )
SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 ( S1 ) Ilmu Komunikasi.
Disusun Oleh : Nama
: Fitria Handayani V
Nim
: 44205010044
Jurusan
: Ilmu Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Isi Opini Publik Tentang Pengoperasian Bus Transjakarta Koridor VIII Di Media Massa Kompas (Periode Januari-April 2009)”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana Jakarta. Penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun supaya skripsi ini menjadi lebih baik dan sempurna. Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ibu Marhaeni FK S,Sos., MSi selaku ketua program studi Public Relations, juga sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun.
2.
Bapak Juwono Tri Atmojo S,Sos., MSi selaku Sekretaris program studi Public Relation yang telah bersedia menjadi juri atau koder dalam penelitian ini.
3.
Bapak Farid Hamid S,Sos., MSi selaku dosen yang telah membantu dan memberikan saran, serta bersedia menjadi juri atau koder daam penelitian ini.
4.
Ibu Agustina Susanti S, yang telah membantu penulis dalam mencari segala informasi dan memberi kesempatan pada penulis untuk
vi
mendapatkan segala informasi yang berkaitan dengan skripsi penulis di Media Massa Kompas, khususnya Kompas Cyber Media. 5.
Seluruh Staff PT Kompas Cyber Media yang telah membantu penulis dalam mencari informasi yang berkaitan dengan skripsi penulis.
6.
Ibu Irmulan Sati Tomohardjo, SH. M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah
meluangkan waktu dan memberikan
pengarahan untuk penulis selama perkuliahan. 7.
Ibu Diah Wardhani S,Sos., Msi selaku Dekan program studi Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta.
8.
Bapak Drs. Hardiyanto Jatmikko M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta.
9.
Bapak dan Ibu dosen khususnya di lingkungan jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
10.
Untuk para pegawai TU Fikom yang telah membantu dalam pembuatan surat-surat yang berkaitan untuk kelancaran skripsi.
11.
Almh. Mamah serta Alm. Ayah yang selalu menjadi motivasi dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan skripsi
ini
untuk
kedua
orangtua
ku
tercinta
yang telah
meninggalkanku untuk selamanya, I love u mom, dad. 12.
Kakak-kakak ku Aa Arfan, Kak Dina serta Bang eddy yang turut membantu dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
13.
Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
14.
Teman, abang, kekasih setia ku, Denis yang selalu memberikan dukungan, perhatian serta bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini..
vii
15.
Seluruh teman-teman di Jurusan Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta angkatan 2005, khususnya teman-teman seperjuanganku Haya Fararit, Damaris, Diah Sapto, Nila Nurlita, Erna yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, September 2009 Penulis
Fitria Handayani V
DAFTAR ISI
Cover Lembar Persetujuan……………………………………………………………..i Tanda Lulus Sidang Skripsi………………………………………………….....ii Lembar Pengesahan Perbaikan Skripsi.………………………………………iii Abstraksi………………………………………………………………………....iv Kata Pengantar………………………………………………………………..…v Daftar Isi………………………………………………………………...……..viii Daftar Tabel………………………………………………………………….......x Daftar Lampiran……………………………………………….………………..xi BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....1 1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………….…..1 1.2. Rumusan Masalah………………………………………..………..11 1.3. Tujuan Penelitian……………………………………..……………12 1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………..……..12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………...……………..13 2.1. Komunikasi…………………………………………...…………….13 2.2. Humas atau Public Relations…………………….………………..15 2.3. Proses Manajemen PR………………………..……………………23 2.4. Opini Publik……………………………...…………………………25 2.5. Media Massa Cetak………………………..……………………….32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..42 3.1. Tipe / Sifat Penelitian……………………...……………………….42 3.2. Metode Penelitian………………………………...………………...44 3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………..………………….46 3.4. Populasi dan Sampel…………………………...…………………..47 3.5. Unit Analisis………………………………………………………..49 3.6. Definisi dan Operasionalisasi Kategori………….……………….50 3.7. Teknik Analisa Data……………………………...………………..52 3.8. Reliabilitas dan Validitas………………………...………………...52
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…...…………………59 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian………………..……………..59 4.1.1. PT Kompas Cyber Media……………………………………...59 4.1.2. BLU Transjakarta Busway…………………...……………….63 4.2. Hasil Penelitian………………..……………………………………63 4.3. Pembahasan………………………..……………………………….79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………..…………………………...91 5.1. Kesimpulan……………………………..…………………………..91 5.2. Saran…………………………………...……………………………92 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran Curiculum Vitae
iv
Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Public Relations 2009
ABSTRAKSI Fitria Handayani Valentina 44205010044 Analisis Isi Opini Publik Tentang Pengoperasian Bus Transjakarta Koridor VIII Di Media Massa Kompas (Periode Januari-April 2009) viii – xi + 93 Halaman + 5 Lampiran Bibiliogafi : 16 Acuan (1994 – 2007) Kata Kunci : Analisis Isi, Opini Publik, Pengoperasian Bus Transjakarta Koridor VIII, Media Massa Kompas Bidang transportasi di Indonesia, khususnya di Jakarta sedang dalam proses perbaikan. Pemerintah membuat satu program untuk meminimalisir kemacetan di Jakarta dengan mengoperasikan angkutan masal yaitu bus Transjakarta. Karena bus transjakarta termasuk program transportasi pemerintah yang cukup baru, juga program pemerintah yang cukup menimbulkan pro dan kontra yang cukup banyak khususnya di koridor VIII ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana opini public tentang pengoperasian bus transjakarta koridor VIII. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang di ungkapkan oleh Bertrad R. Canfield yang mengatakan bahwa tujuan dasar dari Public Relation adalah membentuk atau mempengaruhi opini publik. Oleh karena itu, sangat penting bagi praktisi PR untuk memahami opini public, baik secara pembentukannya, sifat atau ciri-cirinya, pengembangannya, dan juga pengertiannya. Opini publik adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe / sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara cermat dan sistematis fakta, gejala, fenomena, opini atau pendapat dalam menggambarkan suatu kejadian, dengan menggunakan metode penelitian analisis isi. Data primer diperoleh langsung dengan mengumpulkan seluruh opini publik atau masyarakat tentang pengoperasian bus transjakarta koridor VIII yang dimuat di media massa Kompas selama periode Januari-April 2009. Hasil penelitian yang di dapat adalah opini Publik tentang pengoperasian bus transjakarta koridor VIII di dalam pemberitaan Kompas selama periode Januari – April 2009 adalah cenderung negatif. Oleh karena itu, BLU Transjakarta Busway diharapkan dapat berkoordinasi dengan baik dengan berbagai pihak seperti Dinas Perhubungan, pihak kepolisian dan tentu saja masyarakat sendiri untuk dapat beropersasi dengan lebih baik lagi, selain itu diharapkan BLU Transjakarta Busway menambah armada bus untuk jalur bus Transjakarta Koridor VIII agar kefektifan waktu dapat terlaksana.
iv
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Berita Pengoperasian Bus Transjakarta Kor VIII……………….. 47 Tabel 3.2 Tabel Indeks Reliabilitas…………………………………………52 Tabel 4.1 Tabel Frekuensi Dugaan Publik………………………………….63 Tabel 4.2 Tabel Frekuensi Perkiraan Publik………………………………..65 Tabel 4.3 Tabel Frekuensi Harapan Publik………………………………....67 Tabel 4.4 Tabel Frekuensi Kepercayaan Publik………………………….....68 Tabel 4.5 Tabel Frekuesi Yang Dirasakan Masyarakat…………………….70 Tabel 4.6 Tabel Frekuensi Persepsi Publik…………………………………71 Tabel 4.7 Tabel Frekuensi Afektif………………………………………….73 Tabel 4.8 Tabel Frekuensi Tingkah Laku…………………………………..74 Tabel 4.9 Tabel Frekuensi Pengertian Publik………………………………76
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Permohonan Pengumpulan Data Skripsi di PT Kompas.
Lampiran 2
: Surat Permohonan Pengumpulan Data Skripsi di BLU Transjakarta Busway.
Lampiran 3
: Surat Balasan Permohonan Data Skripsi dari PT Kompas.
Lampiran 4
: Artikel-artikel Opini Publik Tentang Pengoperasian Bus Transjakarta Koridor VIII di Media Massa Kompas Periode Januari – April 2009.
Lampiran 5
: Coding Sheet Analisis Isi Opini Publik Tentang Pengoperasian Bus Transjakarta Koridor VIII di Media Massa Kompas Periode Januari – April 2009 oleh para Koder.
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Di dorong dengan keinginan untuk berkembang menjadi lebih baik, pemerintah melakukan banyak perubahan di segala bidang dengan tujuan ingin memenuhi kebutuhan masyarakat dan menciptakan rasa aman dan nyaman khususnya di daerah Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta ini. Namun, tidak semua pihak merasa apa yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh pemerintah akan berdampak baik bagi komunitas khususnya masyarakat Provinsi DKI Jakarta. Contohnya pembangunan dan pengoperasian bus Transjakarta kurang mendapat dukungan penuh oleh masyarakat sekitar, beberapa masyarakat memang berpendapat positif dengan dioperasionalkan bus Transjakarta yang memudahkan mereka bertransportasi. Di lain pihak, beberapa masyarakat berpendapat negative tentang hal tersebut karena mereka menganggap jalur bus Transjakarta yang biasa disebut busway hanyalah mempersempit jalur kendaraan pribadi dan umum lainnya dan menanbah tingkat kemacetan yang sebelumnya memang cukup rutin terjadi di wilayah DKI Jakarta.
Kemacetan lalu lintas yang mengancam di Ibukota sebagai akibat dari tidak berimbangnya pertumbuhan panjang jalan dan pertambahan jumlah kendaraan bermotor menuntut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus cepat mengatasinya. Apalagi Jakarta adalah pusat segala kegiatan baik pemerintahan, ekonomi, dan perdagangan. Belum lagi adanya
2
kenaikan harga bahan bakar minyak yang terus melambung dan polusi udara yang memasuki ambang mengkhawatirkan sebagai akibat dari tingginya penggunaan kendaraan pribadi menuntut pemerintah segera mencari solusinya. Dan salah satu solusi yang dapat dilakukan Pemprov DKI dalam waktu dekat yakni membangun sistem transportasi massal dengan meluncurkan bus transjakarta. Berbagai kalangan menilai bahwa pengoperasian bus transjakarta busway merupakan salah satu solusi yang dapat mengatasi kemacetan lalu lintas di Ibukota. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus terus menyempurnakan sistem pengoperasian bus rapid transit (BRT) atau busway agar semakin banyak pengguna kendaraan pribadi yang beralih ke busway.
Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia (UI), Sutanto Suhodo mengemukakan, pembangunan busway di Jakarta yang hingga tahun 2008 sudah beroperasi sebanyak tujuh koridor dari 15 koridor yang direncanakan merupakan langkah tepat dan berani dari Pemda DKI untuk mengatasi ancaman stagnasi lalu lintas di Ibukota yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2014 mendatang. Dengan demikian, kepadatan kendaraan bermotor di jalan-jalan Ibukota dapat dikurangi dan kemacetan lalu lintas dapat diminimalisir. Dan lancarnya lalu lintas akan membawa dampak positif terhadap perekonomian di Jakarta yang pada akhirnya menambah nilai ekonomis bagi rakyat.
Sekarang ini opini yang terbangun di masyarakat adalah seolah-olah busway menjadi biang kerok kemacetan dan rusaknya jalan-jalan di Jakarta dan timbulnya beberapa kecelakaan lalu lintas akibat jalan rusak
3
juga dikatakan bahwa penyebabnya adalah busway, padahal anggapan itu adalah keliru. Hal ini dapat di lihat secara objektif bahwa ancaman kemacetan lalu lintas adalah sebagai akibat tidak berimbangnya pertumbuhan panjang jalan dan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan daerah penyangga yang juga harus diperhitungkan. Menurut Sutanto Husodo, pertumbuhan jalan di Jakarta hanya 0,01 persen setiap tahun sedangkan pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 10 persen. Jadi dengan kondisi yang tidak seimbang seperti itu akan menyebabkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit bagi masyarakat. Sutanto menyatakan jika dibandingkan dengan mass rapid transit (MRT), busway itu lebih efektif dan efisien. Sebab biaya pembangunan MRT diperkirakan mencapai Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun hanya untuk menghubungkan Lebakbulus-Dukuhatas sepanjang 15 km dimana yang dibawah tanah hanya 5 km. Sutanto menambahkan, sekarang ini ada salah persepsi dari masyarakat bahwa pengoperasian busway mengurangi hak pengendara mobil pribadi. "Apa betul pandangan-pandangan seperti itu?.1
Seperti diketahui , sejak diluncurkan kali pertama pada 15 Januari 2004 lalu hingga saat ini, pemprov telah mengoperasikan sebanyak tujuh koridor dari 15 koridor rencana seluruhnya. Dan pada tahun ini, pemprov menargetkan pembangunan busway koridor VIII (Lebakbulus-Harmoni), IX (Pinangranti-Pluit), dan X (Cililitan-Tanjungpriok) akan rampung
1
http//:www.beritajakarta.com
4
sehingga hingga akhir tahun 2008 di Jakarta akan beroperasi sebanyak 10 koridor busway.2
Pelaksanaan suatu program yang tidak didasari oleh sebuah perencanaan yang matang dan sistematis, dengan tahapan-tahapan yang baik dapat mengakibatkan pelaksanaan suatu program yang dibuat cenderung reaksional dan kondisional. Sehingga, belum dapat mencapai target pencitraan positif dan jalinan hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Oleh karena itu, dalam perencanaan suatu program hendaknya pemerintah dapat melibatkan sepenuhnya pasrtisipasi masyarakat melalui opini-opini atau pendapat mereka mengenai perencanaan program pemerintah yang akan dilaksanakan tersebut karena bagaimanapun suatu pemerintahan akan terpengaruh oleh kepentingan dan keberadaan suatu masyarakat. Tidak disangkal bahwa setiap organisasi, terutama pemerintahan selalu
mempunyai
issue
yang
sensitif
mengenai
dampak
dari
beroperasinya pemerintahan tersebut terhadap lingkungan sekitarnya. Apabila issue tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan membentuk opini publik yang negatif di mata masyarakat. Oleh karena itu, dalam hal ini seorang humas juga harus mampu mengelola isu-isu yang dapat beredar di masyarakat sehingga dapat terbentuk opini publik yang positif di mata masyarakat terhadap pemerintah. Seperti yang telah kita ketahui salah satu tujuan publik relations adalah memperoleh opini publik yang favorable, dalam usaha mencapai hasil yang memuaskan, segi-segi
2
ibid
5
psikologis mengenai hubungan dengan publik khususnya, masyarakat umumnya penting untuk diperhatikan. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh dalam opini publik yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi sosial Hadley Cantril, antara lain : a). Opini sangat sensitif terhadap berbagai peristiwa penting. b). Peristiwa-peristiwa yang besar dapat mengubah opini publik seketika. Opini publik itu tidak akan stabil sebelum peristiwa itu menunjukkan perkembangan yang pasti. c). Opini secara umum lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa daripada kata-kata, kecuali kata-kata itu merupakan suatu peristiwa. d). Pernyataan verbal dan tindakan penanggulangan hanya bias dilakukan pada saat opini terbentuk dan sewaktu orang-orang masih dalam keadaan bingung dan mencari keterangan dari sumber yang kredibel. Sebuah pemerintahan harus senantiasa menjalin hubungan dengan komunitas atau lingkungannya, karena suatu pemerintahan dapat di pengaruhi oleh keadaan lingkungannya dan hanya pemerintahan yang bisa beradaptasi secara tepat terhadap tuntutan lingkungannya yang akan dapat mencapai keberhasilan.3 Membina
atau
membangun
hubungan
yang
harmonis
antara
pemerintah dengan komunitas seringkali dilakukan dalam bentuk membuat atau melakukan berbagai program social. Program-program sosial yang dilakukan pemerintahan merupakan wujud dari tanggung jawab sosial, terutama terhadap masyarakat.
3
S.B.Hari Lubis & Martani Huseini, Teori Organisasi (suatu pendekatan makro), Jakarta : Pusat antar universitas ilmu-ilmu social, UI 1987, hal.6
6
Setelah melakukan berbagai program sosial pemerintah, pemerintah memerlukan umpan balik dari program – programnya tersebut yang di gunakan untuk mengevaluasi efektifitas programnya. Dalam hal ini humas pun dapat menilai apakah pesan yang berada di program sosial sampai kepada komunitas atau tidak, dan pada akhirnya dapat mengarahkan persepsi masyarakat terutama komunitas menjadi opini publik yang positif. Sikap dan opini masyarakat tidak semata – mata dipengaruhi oleh berita atau program yang hanya satu kali dilakukan, melainkan oleh program – program dan berita yang dilakukan secara kontinyu. Semua itu akan mempengaruhi sikap masyarakat di masa depan terhadap pemerintah, dan tidakan – tindakan yang akan dilakukan oleh masyarakat berkaitan erat dengan semua elemen yang membentuk opini mereka. Disinilah biro Humas Pemprov DKI Jakarta yang mewakili pemerintahan mengelola opini publik positif maupun negatif yang beredar di masyarakat sekitar mengenai program, peristiwa dan hal-hal lain yang memiliki dampak bagi para masyarakat selaku komunitas yang tinggal di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk di tindaklanjuti agar tercipta pemerintahan sesuai keinginan bersama baik pemerintah maupun komunitasnya. Selain itu, biro Humas Pemprov DKI Jakarta memiliki aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk : 1.
Memasyarakatkan kebijakan dan Program pembangunan Pemprov DKI Jakarta kepada seluruh lapisan masyarakat DKI Jakarta.
2. Meningkatkan pelayanan informasi kepada masyarakat baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
7
3. Menciptakan komunikasi timbal balik yang harmonis antara Pemprov DKI Jakarta dengan warga Jakarta. 4. Mewujudkan visi dan persepsi warga Jakarta terhadap kebijakan dan program pembagunan Pemprov DKI Jakarta, sehingga setiap kebijakan dan program pembangunan yang dilaksanakan mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat. 5. Menampung aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat, sebagai bahan masukan Pemprov DKI Jakarta dalam menyusun dan menetapkan kebijakan / program pembangunan sehingga manfaatnya dapat dirasakan selurh lapisan masyarakat. 6. Mewujudkan opini positif terhadap citra dan wibawa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 7. Meningkatkan kelancaran tugas-tugas protokol, kedinasan dalam penyelenggaraan resepsi, pelayanan tamu, audiensi warga masyarakat dengan pimpinan serta perjalanan dinas pimpinan/pejabat Pemprov DKI Jakarta. 8. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pimpinan Pemda terutama dibidang keprotokolan. 9. Menjaga prestise dan kewibawaan pimpinan daerah. Dalam proses pengolahan opini publik, seorang humas dapat memanfaatkan pengaruh tokoh opinion leaders, seperti tokoh ulama, tokoh mahasiswa, tokoh pemerintahan, tokoh politik, dan lain-lain. Figur opinion leaders sangat menentukan dalam mengembangkan opini publik, dimana opinion leaders menerima informasi dari komunikator atau media lalu informasi yang diterima disampaikan kepada publiknya, atau sebaliknya.
8
Fungsi
opinion
leaders
mencakup
dua
hal,
yaitu
kemampuan
menggunakan media dan kemampuan menyampaikan kepada public yang dituju.4 Kemampuan
para
opinion
leaders
dalam
menjangkau
dan
mempengaruhi publik, di mana tokoh-tokoh masyarakat ini mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang melekat padanya yang disebabkan oleh tingkat penguasaan ilmunya, perilakunya yang islami dan konsistensi antara pola pikir dengan pola perilaku, serta keberpihakannya kepada kepentingan masyarakat, sehingga mereka cenderung menjadi panutan bagi masyarakatnya. Karena kekuatan moral yang dimiliki, maka tokohtokoh masyarakat ini dapat dijadikan sebagai fasilitator ata mediator antara pemerintah dengan komunitas, dengan kata lain opinion leaders dapat dimanfaatkan tenaga dan pengaruhnya oleh pihak pemerintah dalam melakukan sosialisasi program-program pengembangan masyarakat yang akan dilaksanakan. Hingga kini banyak sekali opini-opini yang berkembang di masyarakat mengenai pemerintahan baik rencana program-program juga kebijakankebijakan yang di buat oleh pemerintah. Opini-opini yang berkembangpun sangat beragam ada yang positif, negatif, bahkan ada yang acuh terhadap program dan kebijakan yang di buat pemerintah. Termasuk mengenai permasalahan pengoperasian bus transjakarta yang hingga kini masih terjadi pro dan kontra, apakah bus transjakarta masih perlu di operasikan menyangkut berbagai opini yang beredar di masyarakat dan beberapa permasalahan yang sempat timbul seperti permasalahan jalur bausway 4
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF. Dasar-Dasar Public Relations : Teori dan Praktek. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, h. 77
9
yang sempat mengganggu jalur lalu lintas di daerah pondok indah, dimana jalur lalu lintas yang notabenenya termasuk jalur yang rutin terjadi kemacetan harus berbagi jalur untuk pembuatan jalur bus transjakarta, sehingga timbul protes dari masyarakat sekitar dan pengendara yang biasa melalui jalur tersebut. Opini apakah betul bahwa pembangunan busway itu dinilai mengurangi hak pengguna kendaraan pribadi juga terus bergulir di masyarakat. Tujuan utama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan fasilitas bus transjakarta adalah untuk mengurangi tingkat kemacetan dengan mengupayakan pengemudi kendaraan pribadi khususnya pengguna mobil pribadi beralih menggunakan jasa bus transjakarta ini. Namun, apakah para pengemudi kendaraan pribadi khususnya mobil menilai bus transjakarta lebih efektif dibandingkan bertransportasi menggunakan mobil pribadi, sehingga mereka
akan beralih menggunakan jasa
transportasi masal yaitu bus transjakarta. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa jauh opini-opini yang berkembang di masyarakat khususnya pengendara mobil pribadi mengenai efektivitas pengoperasian bus transjakarta. Periodisasi riset yang akan dilakukan adalah dalam jangka waktu satu bulan yaitu bulan Pebruari. Periodisasi ini dipilih untuk mendapatkan datadata terbaru mengenai opini-opini publik pengendara mobil pribadi yang berkembang terhadap efektivitas pengoperasian bus transjakarta, sehingga hasil yang akan diperoleh lebih akurat dan jelas.
10
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah, maka peneliti memiliki rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana opini publik pengendara mobil pribadi terhadap efektifitas pengoperasian bus transjakarta ?.
1.3.
Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : Ingin mengetahui Bagaimana opini publik pengendara mobil pribadi terhadap efektifitas pengoerasian bus transjakarta.
1.4.
Manfaat Penelitian 1.4.1. Secara Akademis ; Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi kepentingan penelitian lebih lanjut dan ilmu komunikasi, khususnya mengenai opini public pengendara pribadi terhadap efektifitas pengoperasian bus transjakarta di Jakarta.
1.4.2. Secara Praktis ; Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi manajemen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan bagi praktisi public relations khususnya, mengenai strategi membangun hubungan yang harmonis dengan komunitas dimana suatu perusahaan beroperasi dan membentuk opini publik yang positif.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Humas atau Public Relations Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat, yang menjadi keberhasilan atau kegagalannya. Pada dasarnya kegiatan hubungan masyarakat adalah kegiatan komunikasi. Ciri komunikasi yang sangat penting dan mutlak yang harus ada di dalam kegiatan hubungan masyarakat adalah komunikasi yang bersifat timbal balik ( two way trafiic ) dan terciptanya feedback. Salah satu model komunikasi yang dapat di gunakan untuk memahami hubungan ilmu komunikasi dengan konsep hubungan masyarakat adalah model S-M-R ( Source-Message-Receiver ), yang menyebutkan bahwa proses kominikasi dimulai dengan sumber komunikasi ( source) yang mengirimkan pesan ( message ) kepada penerima ( receiver ), dimana penerima akan memutuskan apakah akan melakukan tindakan atau tidak. Tindakan tersebut sangat tergantung terhadap proses komunikasinya. Griswold menyebutkan bahwa humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi publik, memperkenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan
12
membuat perencanaan serta melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperoleh pengertian dan pengakuan publik.5 Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations in Word Marketing mengatakan bahwa PR adalah suatu system komunikasi untuk menciptakan kemauan baik. L.Bernays dalam bukunya Public Relations menyebutkan bahwa PR mempunyai tiga arti : 1) Penerangan kepada publik 2) Persuasi ditujukan kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik 3) Upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga. Menurut penelitian yang pernah diadakan di Amerika Serikat sekitar 2000 orang terkemuka di bidang PR telah membuat definisi tentang PR, dari definisi itu di antaranya menganggap bahwa PR adalah suatu ilmu, suatu system, seni, fungsi, proses, profesi, metode, kegiatan, dan sebagainya. Diantara banyak definisi yang di uraikan, ada beberapa yang dianggap terbaik antara lain : 1. J.C Seidel, direktur pR, Division of Housing, State New York berbunyi : PR adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill ( kemauan baik ) dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan publik yang lebih luas. Ke salam mengadakan analisis dan perbaikan diri sendiri, sedangkan keluar memberikan pernyataan-pernyataan. 2. W. Emerson Reck, Direktur PR Universitas Colgate berbunyi : PR adalah lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, 5
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relations. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005, hal 12
13
dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (kemauan baik) dari publik. Kedua, pembuatan
kebijaksanaan,
pelayanan,
dan
tindakan
untuk
menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh. 3. Howard Bonham, Wakil Ketua Palang Merah Nasional Amerika Serikat, menyatakan, PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi / perusahaan.6 Dari banyaknya definisi yang telah dijabarkan di atas, International Public Relations Associations ( IPRA ) memiliki definisi yang mendukung definisi-definisi yang telah dijabarkan, yaitu PR adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik ( umum ) untuk memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka. Untuk mengaitkannya sedapat mungkin kebijaksanaan dan prosedur yang mereka pakai untuk melakukan hal itu direncanakan dan disebarkanlah informasi yang lebih produktif dan pemenuhan keinginan bersama yang lebih efisien. Dari berbagai definisi, dapat disyiratkan bahwa hubungan masyarakat bersifat : a. Melaksanakan program terencana dan berkelanjutan sebagai bagian dari manajemen. 6
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto , Op. Cit, hal 12.
14
b. Menangani hubungan antara organisasi dan masyarakatnya. c. Memantau kesadaran, pendapat, sikap, dan perilaku di dalam dan di luar organisasi. d. Menganalisa dampak kebijaksanaan, prosedur, dan tindakan terhadap masyarakat. e. Menyesuaikan kebijaksanaan, prosedur, dan tindakan yang diketahui
bertentangan
dengankepentingan
masyarakat
dan
kelangsungan hidup organisasi. f. Membentuk dan mengelola komunikasi dua arah antara organisasi dan masyarakatnya. g. Menghasilkan perubahan khusus dalam hal kesadaran, pendapat, sikap, dan perilaku di dalam dan di luar organisasi. h. Menghasilkan hubungan yang baru dan / atau terpelihara antara organisasi dan masyarakatnya.7
2.2. Humas Pemerintah Humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi
kebijakan-kebijakan
dan
prosedur-prosedur
seorang
individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.8 Humas pemerintah adalah Humas yang diselenggarakan oleh lembaga Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang meliputi kegiatan 7
Scott M. Cutlip dan Allen H. Center. Effective Public Relation. Edisi Kedelapan, Prentice-Hall, Inc, Engelwood Cliff, Newjersey, 2000, Hal 4 8 H. frazier Moore. Humas membangun citra komunikas. Bandung : Rosdakarya, 2005, Hal 6
15
komunikasi dua arah secara timbal balik dengan publik interen dan publik ekstern, dalam rangka membina kerjasama yang akrab demi kepentingan bersama yang diandasi azaz saling pengertian dan saling mempercayai.9 Humas atau Public Relations tidak dapat dipisahkan dari opini publik, terutama dalam bidang pemerintahan yang langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan berbagai publik dan mengatur kesejahteraan dan keamanan tiap warga Negara. Di dalam pelaksanaan humas di pemerintahan, perlu sekali diadakan penelitian-penelitian tentang opini publik terhadap instansi-instansi yang ada di pemerintahan secara keseluruhan. Tiap kegiatan pemerintah dinegara demokratis banyak tergantung dari bantuan publik, pemerintah akan mendapatkan tentangantentangan bila kepentingan publik tidak diperhatikan dan bila mereka tidak mendapatkan informasi-informasi tentang kebijakan, rencana dan kegiatankegiatan lainnya. Humas di berbagai instansi pemerintah menghadapi tantangan berat sejak era globalisasi dan era kebebasan pemberitaan pers, jarang sekali ada pembertitaan pers di media massa yang mengangkat berita tentang keberhasilan pemerintah. ini semua merupakan tantangan untuk humas pemerintah dalam upaya membangun citra positif dan opini publik yang positif pemerintah di mata masyarakat. Dalam pemerintahan, humas sering disebut sebagai “sekretaris pers”, “information officer”, “public affair” atau “communications specialist”, yang bertugas menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan pemerintah dan pejabat-pejabat eselon I. Humas juga berurusan 9
http//: www.depdagri.go.id
16
dengan publisitas institusi, serta berurusan dengan semua aspek pekerjaan. Humas akan menghubungi orang-orang, merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk distribusi. Humas juga mengurus pekerjaan advertising atau promosi untk mendukung kegiatan sosialisasi kebijakan pemerintah.10
2.3. Fungsi dan Tugas Humas Setelah mengetahui definisi-definisi Humas, di bagian ini akan dikemukakan beberapa fungsi dan tugas humas. Humas berfungsi menumbuhkan hubungan baik antara segenap komponen pada suatu lembaga / perusahaan dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi. Semua itu bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan goodwill (kemauan baik) publiknya serta memperoleh opini publik yang menguntungkan (alat untuk mencipta kerjasama berdasarkan hubungan baik dengan publik). Bertrand R Canfield mengemukakan tiga fungsi purel hubungan masyarakat dalam bukunya Public Relations, Principles and Problems : 1) Mengabdi kepada kepentingan umum (It should serve the public’s interest). 2) Memelihara
komunikasi
communication).
10
www.depdagri.go.id
yang
baik
(Maintain
good
17
3) Menitik-beratkan moral dan tingkah laku yang baik (And stress good morals and manners).11 Selain beberapa fungsi di atas, seorang humas memiliki tugas yang biasa dikerjakan sehari-hari antara lain : 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalaui gambar (visual) kepada publik, sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta kegiatan yang dilakukan. 3. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan perusahaan/lembaga, maupun segala macam pendapat (public acceptance dan non-acceptance). 4. Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion, dan perubahan sikap. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan humas memiliki tujuan untuk menanamkan pengertian, goodwill, penghargaan, dan kepercayaan dari khalayak perusahaan yang bersangkutan, baik khalayak internal maupun khalayak
eksternal,
hingga
akhirnya
perusahaan
atau
organisasi
mendapatkan opini publik yang positif demi kelanjutan kehidupan perusahaan tersebut.
11
Onong Uchjana Effendy. Human Relations & Public Relations. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993, Hal,137
18
Kegiatan yang dilakukan humas memiliki ciri-ciri dan hakekat sebagai berikut : 1. Komunikasi yang dilancarkan dalam kegiatan humas berlangsung dua arah secara timbal balik (two ways communications). 2. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi atau penggiatan persuasi dan pengkajian opini publik. 3. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan perusahaan tempat humas menginduk. 4. Sasaran yang dituju adalah khalayak internal dan khalayak eksternal. 5. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan khalayak.12 Kegiatan monitoring atau penelitian atas opini publik merupakan salah satu kegiatan yang penting dan rutin dilakukan. Melalui kegiatan monitoring atau penelitian opini publik, maka perusahaan dapat mengetahui keinginan atau kebutuhan serta tanggapan dari publiknya. Kegiatan atau aktivitas humas dapat dilakukan melalui komunikasi informal dan komunikasi formal.
2.4. Proses Manajemen Humas Humas atau public relations mrupakan bagian yang berfungsi dalam pemecahan masalah dan proses perubahan organisasi. Dalam proses
12
F. Rachmadi. Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 1996, hal 13
19
pemecahan masalah, praktisi humas dapat melakukan teori empat langkah proses hubungan masyarakat, yaitu :13 Empat langkah proses Manajemen Humas
4. Mengevaluasi program
1. Mendefinisikan Masalah
“Bagaimana dulu kita Melakukannya?” Penilaian
“Apa yang terjadi sekarang?” Analisis Situasi
Penerapan “Bagaimana dan bilamana kita melakukan dan mengatakannya?”
Strategi “Apa yang sebaiknya kita lakukan dan katakan mengapa?
3. Bertindak dan Berkomunikasi
2. Membuat rencana dan program
1) Mendefinisikan masalah (peluang). Dalam langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan pemantauan pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku mereka yang peduli dan terpengaruh oleh tindakan
13
Scott m Cutlip, op.cit.,268
20
dan kebijakan organisasi. Langkah ini memberi landasan bagi semua langkah proses pemecahan masalah lainnya dengan menentukan “apa yang sedang terjadi saat ini?”. 2) Membuat rencana dan program. Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang public program, tujuan, tindakan, serta strategi, taktik, dan tujuan komunikasi. Untuk itu penemuan dari langkah pertama harus dijadikan factor kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua dari proses ini untuk menjawab “berdasarkan situasi yang telah dipelajari, apa yang sebaiknya kita ubah, lakukan, dan katakan?”. 3) Bertindak
dan
berkomunikasi.
Langkah
ketiga
mencakup
pelaksanaan program tindakan dan komunikasi yamh dirancang untuk mencapai tujuan spesifik bag setiap public demi mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah, “siapa yang harus melakukan dan mengatakannya, serta kapan, dimana, dan bagaimana?”.
4) Mengevaluasi program. Langkah terakhir dari proses ini mencakup penilaian persiapan, pelaksanaan, dan hasil program. Saat program sedang dilaksanakan, dibuat penyesuaian berdasarkan evaluasi umpan balik tentang bagaimana program berjalan atau tidak berjalan. Program diteruskan atau dihentikan setelah mempelajari, “bagaimana kita sekarang atau dulu?”.
21
2.5. Opini Publik Manusia hidup sebagai makhluk sosial, hidup dalam masyarakat yang mempunyai bermacam-macam keperluan pokok. Adanya kebutuhan dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya komunikasi. Komunikasi yang harmonis didasarkan atas tumpang tindih kepentingan, untuk itu perlu diketahui kerangka berfikir dan data tentang pengalaman komunikan dan komunikator sendiri. Untuk itu, manusia memerlukan komunikasi sebagai alat pemenuhan kebutuhan, pertama adalah kebutuhan mental. Oleh karena itu, manusia berusaha mengeluarkan opininya. Sudah menjadi kebiasaan, setiap kejadian atau informasi yang menyangkut kehidupan manusia baik soal pribadi ataupun kelompok yang dianggap aktual dan luar biasa atau tidak biasa akan menjadi bahan pembicaraan atau diskusi dalam masyarakat. Setiap orang, dari golongan terendah sampai yang tertinggi, yang terpelajar dan tidak, yang terkemuka dan orang biasa akan membicarakan sesuatu hal yang dianggap aktual. Bertrad R. Canfield mengemukakan bahwa tujuan dasar dari Public Relations adalah membentuk atau mempengaruhi opini publik. Oleh karena itu, sangat penting bagi praktisi Public Relations untuk memahami opini publik,
baik
secara
pembentukannya,
sifat
atau
ciri-cirinya,
pengembangannya, dan juga pengertiannya. Opini publik sangat penting bagi peran dan fungsi humas, karena: 1. Opini publik merupakan suatu kekuatan yang dapat merubah perilaku orang lain. 2. Dampak ke perilaku orang tersebut bisa menjadi positif, juga bisa negatif.
22
3. Dampak negatif bisa menimbulkan kesan yang tidak baik terhadap perusahaan tersebut. 4. Dampak positif bisa menciptakan suasana yang harmonis dalam perusahaan, motivasi kerja tinggi, produktivitas, efektifitas dan efisiensi.14 Opini publik menurut William Albiq (Santoso S.1990) adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik. Emory S.Bohardus dalam The Making of Public Opinion mengatakan opini publik hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan di dalam masyarakat demokratis. Opini publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan.15 Opini Publik berasal dari dua kata berbahasa latin, yaitu opinari dan publicus. Opinari berarti berfikir atau menduga. Kata opinion sendiri mengandung kata onis yang berarti harapan. Publicus mempunyai arti milik masyarakat luas. Dengan demikian, hubungan antara kedua kata itu, opini publik, menyangkut hal seperti dugaan, perkiraan, harapan, dan pilihan yang dilakukan orang banyak (Kasali, 1994:16). Sedangkan menurut Leonard W Doob, pengertian opini publik adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama. Oleh karena itu Untuk memenuhi opini publik, ada 3 hal yang berkaitan yaitu : 1. Kepercayaan mengenai sesuatu ( belief). 14 15
;Nasution, Zulkarnaen.Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang : UMM PRESS,2006, hal 22. Helena Olii. Opini Publik. Jakarta: PT Indeks,2007), hal 20
23
2. Apa yang di rasakan atau menjadi sikapnya (Attitude). 3. Persepsi, dimana suatu proses yang memberikan makna dari faktor latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, berita dan pendapat yang berkembang yang berpengaruh kepada pandangan seseorang ( Abelson,1995 ).16 Opini publik mewakili lebih dari sekedar kumpulan pandangan yang dimiliki oleh kategori individu tertentu pada satu titik waktu. Opini publik tidak secara tepat didefinisikan begitu saja sebagai keadaan kognisi individu. Opini mencerminkan proses dinamis dengan gagasan yang diekspresikan, disesuaikan, dan dikompromikan dalam perjalanan menuju penentuan kolektif dari serangkaian tindakan. Opini publik terjadi di kelompok orang yang berkomunikasi, yang bersama-sama menetapkan isunya, mengapa dapat membangkitkan kepedulian publik, dan apa yang dapat dilakukan atasnya. Sementara proses tersebut sudah pasti melibatkan kognisi pribadi, pendapat individu tentang isu sosial sebagian besar bergantung pada diskusi publik dalam hal bentuk maupun isi. Itu sebabnya komunikasi begitu sering dikiaskan sebagai kognisi sebelah luar : Komunikasi memerlukan “berpikir bersama”.17 Opini publik menyangkut hal seperti dugaan, perkiraan, harapan, dan pilihan yan dilakukan orang banyak. Opini publik sangat lekat dengan pengertian
kebebasan,
keterbukaan
dalam
mengungkapkan
ide-ide,
pendapat, keinginan, kebutuhan, keluhan, kritik yang membangun, dan kebebasan dalam penulisan. Opini publik merupakan efek dari kebebasan dalam mengungkapkan ide-ide dan pendapat, demokratisasi, keterbukaan, 16 17
Djoenasih S,Sunarjo. Opini Publik. Cetakan I Edisi Kedua, Yogyakarta : Liberty,1997, Hal 88 Scott m Cutlip, op.cit.,211
24
kesadaran hak konsumen, sikap kritis masyarakat. Irish dan Protho mengungkapkan bahwa opini publik adalah ekspresi sikap mengenai persoalan masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan opini publik adalah kumpulan pendapat individu terhadap masalah tertentu yang mempengaruhi suatu kelompok masyarakat. Jadi, opini publik muncul dimasyarakat karena ada persoalan yang menyangkut kepentingan bersama, tetapi pendapat orang-orang yang terlihat ternyata tidak sama, ada pihak yang setuju dan ada pihak yang tidak setuju, sehingga menimbulkan pergunjingan. Suatu opini dapat dinyatakan dalam bentuk aktif maupun pasif. Verbal / overt opinion yaitu opini yang dilakukan dengan langsung terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas ataupun pilihan kata-kata yang halus dan tidak secara langsung, atau melalui perilaku, bahasa tubuh, raut wajah, symbol-simbol, dan sebagainya. Biasanya yang disurvai adalah overt opinion. Covert opinion adalah opini yang dikeluarkan melalui diskusi informal, surat-surat kepada media massa (dimuat atau referensi), partisipasi pada suatu demonstrasi, pemogokan karyawan dan lain sebagainya. Opini tidak terbentuk secara sederhana begitu saja, Ada berbagai hubungan
komponen-komponen
dalam
jangka
waktu
tertentu
pembentukannya, seperti gambar proses terbentuknya opini public dibawah ini18 :
18
Nasution, Zulkarnaen, loc.cit.,
25
Faktor Penentu Latar Belakang Budaya Pengalaman Masa Lalu Nilai-nilai yang dianut Berita yang Bercabang
Proses Pembentukan
Persepsi
Opini
Konsensus
Opini Publik
Affect Sikap
Behavior Cognition
Berdasarkan diagram diatas, opini public terbentuk dari sikap seseorang yang dipengaruhi oleh : a. Affect, yaitu perasaan atau emosi yang berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci, sedih dan gembira, hingga seseorang merasa puas atau bosan terhadap sesuatu. Emosi ini dinilai berdasarkan perasaan seseorang yang secara emosional menghasilkan suatu penilaian “baik” atau “buruk” terhadap suatu opini tersebut. b. Behavior ( Tingkah Laku ) yang merujuk kepada perilaku seseorang, dimana untuk menggerakkan seseorang secara aktif melakukan tindakan atas sesuatu reaksi yang sedang dihadapi. c. Cognition ( Pengertian dan Penalaran ) berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi opini public dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Memaksa (koersif), Yaitu suatu tindakan yang bersifat memaksa yang dapat dilakukan dengan terror, pemerasan, boikot, menggunakan
26
kekuasaan, dan cara-cara lain yang dapat menekan batin, menimbulkan ketakutan, dan menegangkan jiwa sehingga dapat menimbulkan publik opini yang diingini. 2. Membujuk (persuasif), Yaitu tindakan yang menggarap aspek psikologis secara halus
guna
membangkitkan kesadaran individu
melalui
komunikasi yang informatif. Komunikasi yang bersifat persuasif baik yang sifatnya lisan seperti pidato, ceramah, briefing, propaganda, lobbying, dan sebagainya maupun yang tertulis atau menggunakan gambar-gambar, isyarat, simbol-simbol da lain sebagainya sangat memerlukan pengetahuan dan persiapan yang matang. Batas-batas tolak ukur opini publik tergantung dari beberapa hal, yaitu:19 a. Tergantung pengetahuan dan tingkat pendidikan masing-masing pihak (publik) b. Kebijaksanaan tergantung dari penilaian dan seleksi publik terhadap fakta dan penilaiannya c. Kenyataan bahwa setiap persoalan berkaitan dengan berbagai aspek, sehingga untuk hal-hal kompeten yang menimpa masyarakat, maka opini publik terdiri dari banyak orang ( Publik ) dan sulit untuk diambil keputusan sebagai acuannya d. Tidak ada standart atau ukuran tertentu untuk menyelesaikan suatu persoalan, apalagi menyangkut masalah-masalah sosial yang mempunyai ciri kekhasan masing-masing. Hal ini tergantung dari tingkat
19
Ruslan, Rosadi. Manajemen Publik Relatios dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005, Hal 70
27
pengetahuan, pendidikan, pengalaman dan kebudayaan serta nilai-nilai yang dianut oleh publik yang bersangkutan. Syarat terbentuknya opini publik, terkait dengan alasan dan faktor mengapa opini publik di butuhkan kehadirannya dalam masyarakat, organisasi atau perusahaan. Adapun faktor-faktor mengapa opini publik dibutuhkan antara lain :20 1. Perusahaan menjadi besar dan berkembang, membuat berbagai kepentingan tercakup di dalamnya sehingga berbagai opini publik pun muncul berkaitan dengan perusahaan sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen. 2. Persaingan antara perusahaan atau organisasi yang semakin ketat, sehingga selalu ingin meraup opini publik yang menguntungkan, sehingga keberadaannya tetap berlangsung di masyarakat. 3. Tuntutan, keinginan dan harapan dari masyarkat terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhan akan informasi semakin tinggi, sehingga akan terbentuk berbagai opini, bilamana ada ketidakpuasan terhadap berbagai pelayanan jasa dan informasi. 4. Masyarakat semakin kritis, mereka tidak mau kepentingannya terganggu, sehingga akan muncul berbagai opini publik tentang berbagai kecurangan, ketidak adilan, atau ketimpangan lainnya, yang kini masyarakat
tidak
akan
pasrah
begitu
saja,tetapi
akan
memperkepentingan yang terganggu atau merasa di rugikan. 5. Perkembangan teknologi komunikasi yang luar biasa, seperti komputer internet, satelit komunikasi telah memberikan akses banyak kepada 20
Soemirat,RFS Betty;Yehuda Eddy. opini public, Jakarta : Universitas Terbuka,2004, Hal.3
28
terpaan dan interaksi manusia yang lebih mudah. Teknologi komunikasi ini pun membantu terbentuknya suatu opini publik atau sebagai salah satu syarat terbentuknya opini publik. 6. Pengaruh opini publik semakin besar terhadap keadaan ekonomi dan stabilitas sosial organisasi atau perusahaan, sehingga opini muncul karena keterkaitan dengan masyarakat.
2.6. Hubungan Dengan Stakeholders Eksternal Salah satu tugas humas adalah membina hubungan yang baik dengan semua stakeholders melalui proses komunikasi. Stakeholders merupakan setiap kelompok yang menjadi sasaran kegiatan humas, baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan dimana stakeholders mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Setiap perusahaan memiliki sasaran dari kegiatannya yang biasa disebut public atau stakeholdernya. Perusahaan memiliki dua jenis stakeholder, yaitu stakeholder internal dan stakeholder eksternal. STAKEHOLDERS INTERNAL
STAKEHOLDERS EKSTERNAL
1. Pemegang Saham
1. Konsumen
2. Manajemen
dan
Executive
Top
2. Penyalur 3. Pemasok
3. Karyawan
4. Bank
4. Keluarga Karyawan
5. Pemerintah 6. Pesaing 7. Komunitas
8. Pers
29
Stakeholder eksternal adalah unsur-unsur yang berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable). Beberapa aktivitas humas yang biasa dan rutin dilakukan dengan tujuan menjalin hubungan yang baik dengan stakeholder eksternalnya antara lain government relations, media relations, investor relations, consumer relations, dan community relations. Ada dua unsur keadaan lingkungan eksternal yang harus diperhatikan seorang pemimpin perusahaan dalam mendesain organisasinya, yaitu : 1. Kompleksitas lingkungan Diukur dari banyaknya pihak di luar perusahaan yang perlu mendapat perhatian perusahaan karena pengaruhnya. Semakin banyak faktor yang perlu diperhatikan, berarti kompleks. Semakin sedikit, berarti sederhana. 2. Stabilitas lingkungan Diukur dari perubahan yang ditimbulkan. Bila terlalu sering terjadi perubahan peraturan pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan para aktor dalam lingkungan lainnya, maka lingkungan dikatakan tidak stabil (labil).
2.7 Efektifitas Kriteria yang digunakan untuk efektifitas komunikasi, adalah : siapa penerima (receiver or user), isi pesan (content), ketepatan waktu (timming), media komunikasi (media), format (format), dan sumber pesan (source).
30
Selain itu, efektifitas itu sendiri berhubungan dengan tujuan perusahaan yang ditetapkan dan telah berhasil.21 Efektif adalah : 1. Mempunyai pengaruh, efek atau akibat. 2. Memberikan hasil yang memuaskan. 3. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 4. Berhasil guna. Sebuah pesan dikatakan efektif, jika pesan tersebut menimbulkan efek atau pengaruh bagi penerima pesan. Efek merupakan akibat yang dimunculkan ketika pesan diterima oleh komunikan yang dapat berupa perubahan-perubahan dari komunikan baik perubahan pengetahuan, sikap pandangan, persepsi maupun perilaku. Response dari publik (komunikan) tidak otomatis diterima atau diketahui komunikator. Untuk mengetahuinya memerlukan suatu riset dan studi. Pesan yang disampaikan tersebut dapat diklasifikasi menurut efek atau dampaknya, yaitu : 1. Efek Kognitif Pesan yang diterima tersebut berdasarkan segi rasionalitas, dan tingkat kemampuan intelektualitas, srta pemahamannya akan meningkat. 2. Efek Afektif Kadar penerimaan pesan oleh komunikan adalah lebih tinggi, karena bukan hanya segi rasionalitas atau pengetahuannya yang meningkat, tetapi juga melibatkan segi-segi perasaannya atau segi emosi 21
Hardjana,Andre.Audit Komunikasi (Teori dan Praktek).Jakarta : 2000,hal.2.
31
tertentu, seperti menjadi marah, defensif, terharu, tertawa, sedih, dan lain-lain. 3. Efek Behavior Dalam tingkat ini, komunikan tidak lagi sekedar ingin tahu melibatkan emosi atau perasaannya. Komunikan juga sudah menentukan sikap, perilaku atau memutuskan untuk bertindak (action) dalam melakukan sesuatu.22
22
Soemirat Soleh, dan Elvinaro Ardianto,op.cit.hal.114-116
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe / Sifat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan menggambarkan opini pengendara mobil pribadi terhadap efektifitas pengoperasian bus transjakarta. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe / sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara cermat dan sistematis fakta, gejala, fenomena, opini atau pendapat dalam menggambarkan suatu kejadian23. Penilitian ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau memberi prediksi. Penelitian deskriptif bertujuan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi atau praktekpraktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.24 23 24
Rackhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 1999, hal 59 Ibid.hal.25
33
Penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial tergantung pada permasalahan dan tujuan penelitian itu sendiri. Kuantitatif deskriptif
bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. Dalam riset kuntitatif, periset dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari data. Periset berusaha membatasi konsep atau variabel yang diteliti dengan cara mengarahkan riset dalam setting yang terkontrol, lebih sistematik dan terstruktur dalam sebuah desain riset. Karena harus berifat objektif maka dalam analisis datanya digunakan uji statistic. Secara umum riset kuantitatif mempunyai ciri-ciri : 1.
Hubungan riset dengan subjek jauh, alat ukurnya harus dijaga keobjektifannya.
2.
Riset bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau menolak teori. Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data.
3.
Riset harus digeneralisasikan, karena itu menuntut sample yang representative dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliable.
4.
Prosedur riset rasional-empiris, artinya penelitian berangkat dari konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya.
34
Konsep atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan di lapangan.25
3.2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument pengumpulan datanya. Dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survey proses pengumpulan dan analisis data social bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuisioner sebagai instrument utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik.26 Survey
deskriptif
digunakan
untuk
menggambarkan
atau
mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Fokus riset ini adalah perilaku yang sedang terjadi, untuk analisis data dapat menggunakan uji statistic deskriptif. Survey biasanya dirancang untuk mengungkap sikap dan opini apa yang dipikirkan tentang pokok persoalan tertentu. 27 Ciri khas pada penelitian survey adalah data yang dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Jadi pada intinya survey adalah pengumpulan informasi dengan menggunakan kuesioner dari sebagian populasi untuk mewakili masyarakat pengendara pribadi yang ada di sekitar Pemprov DKI Jakarta.
25
Rachmat,Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group, 2007, hal 57
26
Ibid. hal 60 Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar Public Relations. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, Hal 144
27
35
Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden atau biasa juga disebut angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Kuisioner bisa dikirim melalui pos atau peneliti mendatangi secara langsung responden dan diisi di tempat.28
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.29 Populasi dalam penelitian ini adalah pengendara pribadi Pemprov DKI Jakarta khususnya pengendara mobil pribadi. Menurut data Badan Pusat Statistik (2008), jumlah kendaraan bermotor tersebut sudah mencapai 8.773.957 unit, terdiri atas mobil 2.816.702 unit, sepeda motor 5.136.619 unit, angkutan barang 503.740 unit, sedangkan bus hanya 316.896 unit.30 Teknik penarikan sample yang digunakan adalah teknik accidental sampling atau teknik kebetulan, yaitu teknik yang dilakukan dengan memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Teknik ini peneliti lakukan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam menyebarkan kuesioner.
Dengan perhitungan menurut rumus YAMANE, yaitu jika responden berjumlah 2.816.702 pengendara mobil pribadi, presisi ditetapkan 10% ,
28
Op.cit, hal.93 Ibid, 152 30 http://www.beritajakarta.com 29
36
maka sample yang digunakan adalah 100 pengendara mobil pribadi, yang didapat dari : Rumus Sample minimal yang digunakan adalah : N ( populasi)
= Pengendara kendaraan pribadi di Pemprov DKI Jakarta.
.d
= 10 % ( 0,1 )
n (sample)
=
N N.d² + 1
=
2.816.702 2.816.702 (0.1)²+1
=
2.816.702 2.816.702 (0.01)+1
=
2.816.702
= 2.816.702
1 + 28.167,02
28.168,02
= 99,99 responden = 100 responden
3.4. Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.4.1. Definisi Konsep a. Opini Publik menurut Leonard W Doob, pengertian opini publik adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama. Oleh karena itu Untuk memenuhi opini publik, ada 3 hal yang berkaitan yaitu : 1. Kepercayaan mengenai sesuatu ( belief).
37
2. Apa yang di rasakan atau menjadi sikapnya (Attitude). 3. Persepsi, dimana suatu proses yang memberikan makna dari faktor latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, berita dan pendapat yang berkembang yang berpengaruh kepada pandangan seseorang.31
b. Efektifitas Kriteria yang digunakan untuk efektifitas komunikasi,adalah : siapa penerima (receiver or user), isi pesan (content), ketepatan waktu (timming), media komunikasi (media), format (format), dan sumber pesan (source). Selain itu, efektifitas itu sendiri berhubungan dengan tujuan perusahaan yang ditetapkan dan telah berhasil.32Efektif adalah : 1. Mempunyai pengaruh, efek atau akibat. 2. Memberikan hasil yang memuaskan. 3. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 4. Berhasil guna.
3.4.2. Operasionalisasi Konsep Variabel
Variabel X Opini Publik
31 32
Dimensi
Indikator
Belief (Kepercayaan)
Kepercayaan masyarakat akan solusi yang di berikan pemerintah untuk mengatasi kemacetan.
Skala Sangat Percaya (5) Percaya (4) Cukup Percaya (3) Kurang Percaya (2) Sangat Tidak Percaya (1)
Djoenasih S,Sunarjo. Opini Publik. Cetakan I Edisi Kedua, Yogyakarta : Liberty,1997, Hal 88 Hardjana,Andre.Audit Komunikasi (Teori dan Praktek).Jakarta : Grasindo, 2000,hal.2.
38
Attitude (Yang dirasakan seseorang)
Persepsi
Kesesuaian Kondisi
Efek atau Pengaruh
Variabel Y Efektifitas
Pemanfaatan Waktu
Hasil Guna
Pengoperasian bus transjakarta sesuai harapan masyarakat dalam meminimalisir kemacetan lalu lintas. Masyarakat lebih memilih bus transjakarta dalam bertransportasi.
Sangat Sesuai (5) Sesuai (4) Cukup Sesuai (3) Kurang Sesuai (2) Sangat Tidak Sesuai (1)
Sangat Setuju (5) Setuju (4) Cukup Setuju (3) Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) Pengoperasian bus Sangat Setuju (5) Setuju (4) transjakarta merupakan solusi Cukup Setuju (3) yang tepat dalam Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) mengatasi
kemacetan. Pengoperasian bus transjakarta tidak sesuai dengan kondisi pemerintahan. Pengoperasian bua transjakarta berperangaruh positif dalam mengurangi kemacetan lalu lintas Pengoperasian bus transjakarta dapat mempercepat waktu untuk sampai di tempat tujuan. Pengendara pribadi beralih menggunakan fasilitas bus transjakata. Pengoperasian bus transjakarta merupakan fasilitas transportasi yang dapat diandalkan untuk sekarang dan masa depan Pengoperasian bus
Sangat Sesuai (5) Sesuai (4) Cukup Sesuai (3) Kurang Sesuai (2) Sangat Tidak Sesuai (1) Sangat Setuju (5) Setuju (4) Cukup Setuju (3) Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1)
Sangat Setuju (5) Setuju (4) Cukup Setuju (3) Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) Sangat Setuju (5) Setuju (4) Cukup Setuju (3) Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) Sangat Setuju (5) Setuju (4) Cukup Setuju (3) Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1)
Sangat Setuju (5)
39
Setuju (4) transjakarta merupakan fasilitas Cukup Setuju (3) transportasi yang Kurang Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) efektif.
3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1.Data Primer Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data primer, yaitu data yang dihimpun dan diolah peneliti dari responden mengenai opini public pengendara pribadi terhadap efektifitas pengoperasian bus transjakarta adalah menggunakan methode survey dan kuisioner dengan skala Likert ( Likert Scale Methode ) yang dirancang untuk memungkinkan responden untuk menjawab dalam berbagai sikap pada setiap butir pertayaan. Data primer ini diperoleh langsung dari sumber pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.
3.5.2. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data jadi yang berupa data-data pemerintahan atau dokumentasi yang menjadi objek penelitian yang berkaitan dengan opini public pengendara mobil pribadi terhadap efektifitas pengoperasian bus transjakarta. Data sekunder diperoleh dari sumber data kedua setelah sumber data primer, dan mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi sehingga sukar data itu didapat langsung dari sumber data primer.
40
Sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang diharapkan. Begitu pula pada keadaan semestinya yaitu sumber data primer dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, sumber data sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau data pelengkap sebagai bahan pembanding.33
3.6. Teknik Analisa Data Teknik statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic deskriptif, yaitu salah satu statistic yang disunakan untuk menggambarkan peristiwa, perilaku atau objek tertentu lainnya. Analisis data dilakukan setelah data penelitian dikumpulkan dan ditabulasikan, sehingga memudahkan untuk melakukan analisa. Analisis data dalam penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan dengan menganalisis dengan statistic deskriptif masing-masing variabel dan karakteristik sample (usia, pekerjaan, pendapatan, dan hal-hal lainnya yang bersangkutan hubungan sample dengan objek penelitian). Analisis statistic deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Quartil Dalam Likert Summating Rating (LSR). Skala likert ini memiliki kelebihan mudah digunakan untuk mengukur sikap atau pendapat individu tentang suatu hal dengan variasi jawaban yang tidak selamanya dari sangat setuju s/d sangat tidak setuju, tetapi tergantung dari pertanyaan-pertanyaan yang disajikan. Untuk setiap pertanyaan responden diberi skor yang merupakan rating sesuai 33
Rachmat, Jalaludin, op.cit., 122
41
dengan skala kategori yang diberikan, skor tersebut kemudian dijumlahkan. Dengan cara penghitungan sebagai berikut : Batas Bawah (B) = Jumlah responden x Skor Terendah (1) x Jumlah Pertanyaan. Batas Atas Max (A) = Jumlah Responden x Skor Tertinggi (5) x Jumlah Pertanyaan. Range (n)
=A–B
Quartil I (Q1)
= B + n/4
Quartil II (Q2)
= B + n/2
Quartil III (Q3)
= B + n.3 / 4
Apabila total skor dari data lapangan atau responden berada antara : B s/d Q1
= Maka Pendapat sangat negative.
> Q1 s/d < Q2
= Maka Pendapat negative.
> Q2 s/d < Q3
= Maka Pendapat Positif.
> Q3
= Maka Pendapat Sangat Positif.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Setiawan dan Muntaha, Ahmad. Metode Penelitian Komunikasi II. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media, 2005. Cutlip, M Scott & Center, H Allen. Effective Public Relations. Edisi kedelapan. New Jersey: Prentice Hall, 2000. Husein, Umar. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Intara, Yosal. Community Relations Konsep & Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004. Kasali, Rhenald. Manajemen PR Konsep & Aplikasi di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Nasution, Zulkarnaen. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM PRESS, 2006. Olii, Helena. Opini Publik. Jakarta: PT Indeks, 2007. Lalolo, Loina. Humas Membina Hubungan Baik dengan Publik. Bandung: CV Lalolo, 2001. Rachmat, F. Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. Rachmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 1999. Ridwan. Statistika Untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah / Swasta. Bandung: Alfabeta, 2004.
Ruslan, Rosady. Manajemen PR & Media Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Soemirat, Betty RFS. Opini Public. Jakarta: Universitas Terbuka, 2004. Soemirat, Soleh dan ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar Public relations. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
CURICULUM VITAE
Nama
: Fitria Handayani Valentina
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 17 pebruari 1988 Alamat
: Jalan Pedongkelan Rt.001/013 No.10, Kapuk – Cengkareng., Jakarta Barat.
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
No. HP
: 085697683365
Pendidikan Formal
:
1. SDN 06 Kapuk
Jakarta
Lulus Tahun 1999.
2. SLTPN 100
Jakarta
Lulus Tahun 2002.
3. SMK Telkom Shandy Putra
Jakarta
Lulus Tahun 2005.
4. Universtas Mercu Buana
Jakarta
Lulus Tahun 2009.
Jakarta, September 2009
Fitria Handayani V
OPINI PUBLIK PENGENDARA PRIBADI TERHADAP EFEKTIFITAS PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA DI DKI JAKARTA
OUTLINE SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 ( S1 ) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh : Nama
: Fitria Handayani V
NIM
: 44205010044
Jurusan
: Ilmu Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LAMPIRAN - LAMPIRAN
TABEL PENGKODINGAN ANALISIS ISI OPINI PUBLIC TENTANG PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR VIII DI MEDIA MASSA KOMPAS (PERIODE JANUARI-APRIL 2009). SKALA :
1 = POSITIF
2 = NEGATIF
Unsur-unsur Opini Public NO
1.
ANGKUTAN
MASSAL
MURAH
KELILING
DENGAN
BUS
;
CARA
JAKARTA
TRANSJAKARTA
Koridor VIII SEGERA BEROPERASI, BUS
TRANSJAKARTA
HANYA
BEOPERASI HINGGA DAAN MOGOT 3.
KORIDOR VIII BISA MOLOR, DPRD BERKERAS
PELUNCURAN
PERDANA 14 FEBRUARI 4.
Hal-hal yang Membentuk
Public
Opini Public
Judul berita
DAN KRL 2.
Hal-hal yang Memenuhi Opini
KORIDOR
VIII
BELUM
SIAP,
RENCANA PENGOPERASIAN PADA 14 FEBRUARI KEMBALI DITUNDA
Dugaan
Perkiraan
Harapan
Kepercayaan
Masyarakat
masyarakat
masyarakat
Masyarakat
Yang dirasakan masyarakat
Persepsi masyarakat
afektif
Tingkah laku
Pengertian/ penalaran masyarakat
5.
BELUM BEBAS TIGA RETRIBUSI, KORIDOR
VIII
DITUNDA
21
FEBRUARI 6.
TRANSPORTASI,
SABTU
DEPAN
KORIDOR VIII DIOPERASIKAN 7.
ANGKUTAN
MASSAL;
SABTU
BESOK KORIDOR VIII BEROPERASI 8.
POTENSI MACET KORIDOR VIII, HARI
INI
BUS
LEBAK
TRANSJAKARTA BULUS-HARMONI
DIOPERASIKAN 9.
KORIDOR
PALING
RAWAN
BEROPERASI 10.
KORIDOR VIII PALING RAWAN
11.
KORIDOR VIII BELUM DIMINATI
12.
400 POLISI DIKERAHKAN JAGA KORIDOR VIII
13.
PENYEBRANG
DI
JALUR
BUS
TRANSJAKARTA 14.
BUSWAY VIII TAK CAPAI TARGET