1
ANALISIS HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 2 GORONTALO
REFLY RISDIANTO HUMONGGIO
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI PENJASKESREK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 gorontalo. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X . Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling . Random samplingnya dengan menggunakan cara undian. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Teknik Analisa Data yang digunakan adalah analisis deskrptif. Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo sudah termasuk kategori baik. berdasarakan hasil penelitian hasil belajar diperoleh dari Proses Kegiatan Belajar Mengajar (aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran), sarana dan prasarana dan evaluasi hasil belajar. Kata Kunci :, Proses Kegiatan Belajar Mengajar, sarana dan Prasarana, evaluasi hasil belajar siswa dan Hasil Belajar Siswa dan Penjasorkes.
PENDAHULUAN Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek kesehatan, kebugaran jasmani,keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan.
2
Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Menurut Danang (2010:5) bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, maupun emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Sementara itu (Husdarta, 2009:3-4) mengungkapakan bahwa Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kulitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjaskes berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani dan kesehatan yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Berkaitan dengan hal ini, diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Aset bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alamnya yang melimpah akan tetapi terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia indonesia sebagai kekayaan yang kekal dan moral untuk mencapai kemajuan bangsa, peningkatan mutu pendidikan menengah atas berlaku menyeluruh, termasuk di dalamnya adalah pendidikan jasmani. Pada jenjang sekolah menengah atas sistem pembelajaran dilaksanakan melalaui pendekatan mata pelajaran. Berdasarkan kurikulum KTSP yang ada pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan adalah materi pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan kata lain, mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu wahana untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keseluruhan komponen sistem pendidikan nasional. Menurut ( Podungge, 2011:322 ) bahwa Penjasorkes merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, dimana bidang studi Penjasorkes di sekolah mempunyai peran
3
unik dibanding bidang studi lain, adapun peran unik itu diantaranya : 1) meletakkan dasar karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani, 2) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, toleransi dalam konteks kemajuan budaya, etnis dan agama, 3) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis, 4) mengebangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), pendidikan luar sekolah (outdoor education), 5) mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasiuntuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat. Hal diatas senada dengan pendapat Paturusi ( 2012:20) bahwa ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu: (1) Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa, (2) Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta (3) Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek. Pelajaran penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran dari sekolah yang mulai di ajarkan pada sekolah dasar sampai sekolah menengah atas bahkan sampai keperguruan tinggi.Disekolah dasar pelajaran penjasorkes belum diajarkan secara khusus, tetapi secara tidak langsung mereka telah mengenal dan mempelajari ilmu penjas.Bagi siswa sekolah menengah atas mungkin pelajaran penjas sudah tidak asing lagi karena mereka telah memperoleh pengetahuan dasar tentang pelajaran penjas dengan baik, maka tidak sedikit diantara mereka yang merasakan bahwa pelajaran penjasorkes sulit dipahami.Sehingga dengan demikian siswa mau melakukan dan mempelajari pelajaran penjasorkes. Hasil belajar merupakan suatu proses akhir dalam kegiatan belajar mengajar disekolah baik SD, SMP dan SMA. Dimana hasil belajar sebagai alat untuk mengetahui berhasil tidaknya peserta didik pada setiap mata pelajaran. Di dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik yang perlu diperhatikan oleh setiap guru Penjasorkes adalah tingkat pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani, psikomotor, kognitif, dan apektif. Menurut Sudjana (2010:22,23) mengungkapkan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative.
4
Hasil belajar dapat dicapai dengan baik apabila komponen-komponen dalam pengajaran meliputi : tujuan pengajaran, materi pelajaran, metode pembelajaran, siswa dan guru, memiliki keterkaitan yang baik. Sebagai contoh guru harus menguasai materi yang akan disampaikan kesiswa, ia menggunakan metode mengajar yang tepat dan tersedianya media pengajaran yang sesuai. Hal ini dapat menunjang kemudahan siswa dalam menerima pelajaran dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pembelajaran dari guru. Namun dalam pembelajaran penjasorkes tersebut masih ada siswa yang belum menunjukkan hasil yang di harapkan. Hal ini bisa dibuktikan pada kompetensi siswa SMA itu sendiri baik kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Dengan demikian hal ini berdampak pada hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang kurang memuaskan. Pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo, masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvesional/tradisional. Artinya bahwa pembelajaran tersebut masih berpusat pada guru (teacher centered). Kurangnya kebebasan siswa dalam mengeksplorasikan kemampuannya serta pembelajaran yang dilakukan berulang-ulang dan sering kali siswa harus menunggu giliran untuk melakukan gerakan. Sehingga hal ini berdampak pada munculnya emosional siswa yaitu rasa bosan dan disertai dengan ketidakseriusan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Padahal untuk anak tingkat usia SMA merupakan masa peralihan dari remaja ke dewasa, dimana anak pada usia ini hampir sama masa peraliahannya dengan anak SMP. Khususnya Kelas X, masih didominasi oleh masa bermain (siswa tertarik pada permainan) sehingga guru harus menyesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Perlu kejelian seorang guru penjas meningkatkan hasil belajar penjasorkes peserta didiknya (siswa). Oleh karena itu guru harus mampu menerapkan model, metode dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan, dan juga harus didukung oleh waktu, tempat dan sarana dan prasarananya. Maka berdasarkan uraian permasalahan tersebut, membuat penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul “Analisis Hasil Belajar Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo”. Fokus Penelitian Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo?” Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian konteks masalah dan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimanakah Hasil Belajar Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo Manfaat Penelitian
5
1.1.1 Secara Teoritis Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran serta dapat memberikan informasi secara ilmiah dan dapat memberikan masukan kepada semua pihak pengajar, khususnya bagi pengajar pendidikan jasmani dalam usaha meningkatkan hasil belajar agar tujuan yang diharapkan sesuai harapan. 1.1.2 Secara Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan mengenai hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Hal ini diharapkan dapat membantu guru pendidikan jasmani dalam mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran terutama bagi sekolah-sekolah yang belum menggunakan evaluasi hasil belajar secara maksimal. KAJIAN TEORITIS Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Menurut Yudanto (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Dalam hal ini Rosdiani ( 2012:41) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah sebuah bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Husdarta (2009:167) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Sedangkan menurut Paturusi (2012:29) bahwa pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainanan dan olahraga. Didalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik.
6
Menurut (Paturusi, 2012:29) bahwa pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahragaagar mereka menguasai keterampilan olahraga. Selanjunya yang ditekankan disini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pembelajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup kedalam proses pembelajaran. Paturusi (2012: 29-30) mengungkapkan bahwa Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan, yang meliputi seluruh aspek pribadi baik (fisik, mental, dan sosial) agar dapat berubah dan berkembang secara harmonis. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat terintegrasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga. Menurut (paturusi, 2012:1) bahwa Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia indonesia seutuhnya. Sumbangan nyata pendidikan jasmani dan olahraga adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani dan olahraga menjadi unik,sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dan olahraga dari pelajaran-pelajaran lainnya. Parenkuan (2010:40) mengungkapkan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian dari proses pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan manusia secara menyeluruh (fisik, mental, sosial, intelektual, emosional, spiritual) melalui media aktivitas fisik. Menurut Junaidi (2010:12) bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertemuan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikapmental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Hakikat Hasil Belajar Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara sadar dan terencana yang mengarah pada pencapaian tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan dan diterapkan sebelumnya. Keberhasilan dalam belajar terlihat dari siswa yang berprestasi. Rusman (2012:1) berpendapat bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses melihat, mengamati, dan memahami. Kemudian Sutikno (2013:3-4) bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
7
perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang aktif mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif, menyenangkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal siswa itu sendiri. Faktor internal antara lain minat siswa, bakat, motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal antara lain metode belajar, fasilitas, media, proses belajar baik disekolah maupun luar sekolah. Menurut Ahmadi, Setyono dan Amri (2011:131-132) bahwa belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperhatikan. Jadi belajar terjadi hanya dapat diketahui bila ada sesuatu diingat dan apa yang dipelajari itu. Suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan setelah diajarkan. Akan tetapi dalam waktu tertentu dapat terjadi perubahan, karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: 1) jumlah yang dipelajari dalam waktu tertentu, 2) adanya kegiatan-kegiatan yang lain sesudah belajar, yang merupakan interference yang mengganggu apa yang diingat itu, 3) waktu yang tersisa setelah berlangsungnya belajar juga dapat mengandung kegiatan yang mengganggu. Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajanmerupakan proses yang komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Menurut Suprijono (2013:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan Aunurrahman (2012:109) mengungkapkan bahwa hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh anak adalah terjadinya perubahan perilaku secara holistik. Pandangan yang menitikberatkan hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan wujud dari pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat menyentuh dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, termasuk dimensi emosional yang dalam waktu cukup lama luput dari perhatian. Menurut Wena (2012:22) bahwa variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1) keefektifan (effectiveness), 2) efisiensi ( efficiency), dan 3) daya tarik (appeal). Menurut Wena (2012:22) Dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa variable, baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa variable tersebut antara lain: 1) Kemampuan guru dalam membuka pelajaran, 2) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, 3) Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, 4) Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran, dan 5) Faktor penunjang lainnya. Menurut Sudjana (2010:3) Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Sudjana (2010:3) menambahkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Sudjana (2010:22) Mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai
8
objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Mujiman, (2009: 76-77) menjelaskan bahwa evaluasi hasil belajar terbagi atas tiga jenis evaluasi, yaitu: 1) tes objektif dan esai; tujuan evaluasi adalah untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengikuti pelatihan, 2) portfolio; untuk mengukur secara lebih konprehensif capaian belajar partisipan, sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar, dalam pelatihan dapat digunakan evaluasi diri dengan pelaporan portfolio, dan 3) evaluasi diri dan motivasi belajar; evaluasi jenis ini menempatkan partisipan dalam posisi sebagai hakim terhadap capaian belajarnya sendiri. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono (2009: 200) bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil kegiatan hasil belajar berfungsi untuk (i) diagnostic dan pengembangan, (ii) seleksi, (iii) kenaikan peringkat belajar, dan (iv) penempatan siswa. Adapun sasaran evaluasi hasil belajar berorientasi pada perbaikan dan peningkatan pada kemampuan ranah-ranah kognitif, afektif, danp sikomotor siswa. Sudjana (2010:22,23) mengungkapkan bahwa dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. Sementara itu menurut Sutikno (2013: 4) bahwa hasil dari belajar adalah ditandai dengan adanya “perubahan”, yaitu perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu. Hasil belajar yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapat kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam ciri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Sementara itu menurut Hanafiah dan Suhana, (2010:9-10) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain: 1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup: a. Tingkat kecerdasan (intelligent quetion); b. Bakat (aptitude); c. Sikap (attitude);
9
d. Minat (interest); e. Motivasi (motivation); f. Keyakinan (belief); g. Kesadaran (consciousness); h. Kedisiplinan (discipline); i. Tanggung jawab (responsibility). 2. Pengajar yang profesional yang memiliki: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi sosial; c. Kompetensi personal; d. Kompetensi profesional; e. Kualifikasi pendidikan yang memadai; f. Kesejahtreraan yang memadai. 3. Atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif yang dimanifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah (multiplecommunication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan, yaitu : a. Komunikasi antara guru dengan peserta didik; b. Komunikasi antara peserta didik dngan peserta didik; c. Komunikasi kontekstual dengan integratif antara guru, peserta didik, dan lingkungannya. 4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta didik merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk belajar, yang mencakup: a. Lahan tanah, antara lain kebun sekolah, halaman, dan lapangan olahraga; b. Bangunan, antara lain ruang kantor, kelas, laboratorium, perpustakaan, dan ruang aktivitas ektra kulikuler; c. Perlengkapan, antara lain alat tulis kantor, media pembelajaran, baik elektronik maupun manual. 5. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus mengenai perubahan perilaku (behavior change) peserta didik secara integral, baik yang berkaitan dengan kognitif, afektif, maupun psikomotor. 6. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan. Lingkungan ini merupakan faktor peluang (opportunity) untuk terjadinya belajar konstektual (constextual learning). 7. Atmosfir kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipasif, demokratis, dan situsional yang dapat membangun kebahagiaan intelektual (intelectual happiness), kebahagiaan emosional (emotional happiness), kebahagiaan dalam merekayasa ancaman menjadi peluang (adversity happiness), dan kebahagiaan spiritual (spiritual happiness). 8. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah,
10
orang tua, maupun stakeholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah maju dari sebagai pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue). Aunurrahman (2012:37) menjelaskan bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan meyimpulkan hasil penelitian melalui suatu cara yang sesuai dengan prosedur. Dalam menggunakan suatu metode tergantung pada penelitian yang hendak dicapai, atau dengan kata lain penggunaan suatu metode harus melihat sejauh mana efektif, efisien, dan relevansinya. Suatu metode dikatakan efektif apabila dalam prosesnya terlihat adanya perubahan positif menujuk kearah yang diharapkan. Efektif tidaknya suatu metode dilihat dari penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga kerja yang digunakan sehemat mungkin tetapi mencapai hasil yang maksimal. Relevan atau tidaknya suatu metode dapat kita lihat dari kecocokan, kegunaan dan tidak terjadi banyaknya penyimpangan pada saat proses penggunaan metode tersebut maka tersebut dikatakan relevan atau sesuai. Sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo, maka metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Maksum (2009:17) mengungkapkan bahwa Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena, atau peristiwa tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informansi terkait dengan fenomena, kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis. Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Adapun cara untuk memperoleh informasi adalah sebagai berikut: dengan melakukan wawancara dan observasi kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana dan guru penjasorkes. Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Adapun penelitian deskriptif yakni hasil belajar pendidikan jasmni, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo. Tempat, Waktu Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Tempat Penelitian
11
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo yang berlokasi di Kec. Kota Barat Kota Gorontalo. Mata Pelajaran Penjasorkes di laksanakan 1 kali dalam satu minggu (2 jam pelajaran) dan setiap jam berdurasi 45 menit setiap per jam mata pelajaran. Berdasarkan kondisi kelas X, peneliti menentukan bahwa kelas tersebut perlu di teliti. Peneliti akan mencoba mendeskripsikan hasil belajar siswa tentang mata pelajaran penjasorkes Waktu Penelitian Waktu penelitian di laksanakan sesuai dengan SK Penelitian. Definisi Operasional Variabel 1. Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan seharihari. 2. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah proses pembelajaran melalui kegiatan fisik yang dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sportif, dan kecerdasan emosional. Populasi Dan Sampel Populasi Pada penelitian ini untuk memproses pemecahan masalah diperlukan data, dan data diperoleh dari obyek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang mempunyai sifatsifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Mengenai pengertian populasi menurut Satori dan Komariah (2012:46) bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Berkaitan dengan subjek dan objek berkeneean dengan “siapa” dan “apa”. Siapa yang akan diteliti berkaitan dengan orang yang berada pada unit penelitian atau unit analisis yang diteliti (individu, kelompok, atau organisasi). Sedang “apa” yang akan diteliti merujuk pada isi, yaitu “data apa”, cakupannya (scope) dan juga waktu. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota Gorontalo. Menyimak dari uraian sebelumnya, pada dasarnya populasi adalah keseluruhan jumlah sumber data yang hendak dipelajari atau dikenal dengan penelitian. Sampel Menurut Satori dan Komariah (2012: 48) bahwa sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara representatif, untuk itu dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah siswa kelas X9 SMA Negeri 2 Kota Gorontalo yang berjumlah 35 siswa.
12
Menyimak dari uraian diatas, pada dasarnya sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Dengan demikian maka jelas keterkaitan antar populasi dan sampel dalam suatu penelitian. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, peneliti melakukan beberapa kegiatan. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi tentang bagaimana proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, bagaimana KBM Penjasorkes, bagaimana sarana dan prasarana olahraga dan bagaimana evaluasi hasil belajar kelas X9 dan observasi tersebut di fokuskan pada hasil belajar siswa. Peneliti juga memberikan wawancara pada semua anggota tim peneliti baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, dan guru pedidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi sebagai data pendukung penelitian. Teknik Analisa Data Data yang terkumpul dari nilai hasil belajar belajar siswa yang kemudian di analisis oleh peneliti secara deskriptif (analisis deskriptif) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu analisis hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatandi SMA Negeri 2 Gorontalo.Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang mendalam dengan informan, Sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Tabel 4.1 Jadwal Wawancara No Nama Informan Waktu Wawancara Tempat 1 H. Hasan T Aja, S.Ag. M.HI Sabtu, 18 mei 2013 Ruang Kepsek 2 Yolanda Pateda, M.Pd Senin, 20 mei 2013 Dewan Guru 3 Drs. Yance Hilimi Selasa, 21 mei 2013 Ruang Guru OR Sumber : Dokumen Peneliti, 2013 Wawancara dilakukan pada tanggal 18, 20, dan 21 mei 2013, yang bertempat di SMA Negeri 2 Gorontalo. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo. Agar penelitian ini lebih akurat dan objektif, peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan observasi dilapangan untuk melihat secara langsung apa yang menjadi faktor penunjang hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif/non statistik, yang merupakan metode untuk menggambarkan dan menjelaskan hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara factual. Penelitian kualitatif/non statistik ini merupakan prosedur
13
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau prilaku yang diamati. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan diri sendiri oleh peneliti. Untuk dapat mengetahui sejauh mana hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo.Pertama, menyusun daftar untuk pertanyaan wawancara berdasarkan indicator pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Kedua, melakukan wawancara mendalam dengan kepala SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana dan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan siwa . Ketiga, melakukan observasi langsung dilapangan untuk melihat secara langsung guru ketika mengajarkan siswanya materi-materi pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.Keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajuakan ke narasumber. Kelima,mendeskripsikan data hasil penelitian. Keenam, menganalisis hasil data yang telah dilakukan. 1. Menyusun daftar pertanyaan wawancara Pada tahap ini peneliti membuat pedoman wawancara, digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Berdasarkan dari proses yang akan ditanyakan kepada informan penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara penelitian kepada informan. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah informan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Karena sebelum masuk kedalam tahap wawancara, informan akan membaca terlebih dahulu daftar pedoman wawancara yang diberikan oleh peneliti, tujuannya agar informan memahami isi pertanyaan penliti. 2. Melakukan wawancara Peneliti melakukan kesepakatan dengan informan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara bedasarkan pedoman yang dibuat. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada informan tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah informan bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru penjasorkes SMA Negeri 2 Gorontalo. Peneliti memilih guru untuk dijadikan informan karena guru yang mengetahui dan paling memahami, karena guru berinteraksi setiap hari dengan para siswanya.Dalam penelitian wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. 3. Melakukan observasi Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil
14
observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung dilapangan bagaimana hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo. 4. Memindahkan data Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi, maka peneliti memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajukan kepada informan penelitian berdasarkan susunan pertanyaan yang sistematis. Peneliti mendapatkan data langsung dari informan melalui wawancara mendalam, dimana data tersebut direkam dan dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkip dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. 5. Mendeskripsikan data hasil wawancara Deskripsi hasil penelitian ini akan menguraikan tentang berbagai temuan yang diperoleh dari lapangan, yaitu dari olahan data dan informasi yang terkait dengan wawancara dan observasi penelitian. Untuk tahap selanjutnya peneliti melakukan deskripsi analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode. Peneliti mendeskripsikan hasil wawancara sebagai pembahasan. Ini dilakukan untuk memperjelas tentang bagaimana hasil wawancara dari peneliti terhadap informan yang telah memberikan jawabanjawaban yang bersifat real. 6. Menganalisis data hasil wawancara Berdasarkan data yang telah didapat, peneliti menganalisis data hasil wawancara. Peneliti menganalisis data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini analisis ditinjau dari kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada. Peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan analisa. Dengan hasil data ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan informan. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada penelitian. Pada bab IV ini juga akan di bahas mengenai : Deskripsi sekolah Hasil penelitian
15
Pembahasan hasil penelitian
Deskripsi Sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo a. Jenis bangunan yaang mengelilingi sekolah Utara : rumah-rumah penduduk Timur : rumah-rumah penduduk Selatan : rumah-rumah penduduk Barat : rumah-rumah penduduk Pada intinya SMA Negeri 2 Gorontalo dikelilingi oleh rumahrumah penduduk yang dibatasi dengan pagar pembatas. b. Kondisi lingkungan sekolah Kondisi lingkungan sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo sangat baik, aman, dan tertata rapi serta nyaman. c. Penggunaan sekolah Penggunaan bangunan sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo yaitu bangunan paten. d.
Guru, Siswa, dan Pegawai Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 65 orang, terdiri atas guru 51 orang, karyawan tata usaha 13 orang, dan pesuruh 1 orang.Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2012/2013 seluruhnya berjumlah 945 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta didik dikelas X sebanyak 9 rombongan belajar, peserta didik pada program IPA dikelas XI sebanyak 3 rombongan belajar dikelas XII sebanyak 3 rombongan belajar.sedangkan pada program IPS dikelas XI sebanyak 5 rombongan belajar dan kelas XII sebanyak 5 rombongan belajar .Program bahasa kelas XI sebanyak 1 rombongan delajar dan kelas XII sebanyak 1 rombongan belajar. e. Program Akademik Sekolah 1) Program Kurikuler : Mengajar dan sebagainya. 2) Program Ekstrakurikuler : Osis, Pramuka, PMR, Kesenian, Olahraga. 3) Sumber belajar selain buku yaitu praktikum di lab dan komputer. f. Kesan dan hubungan antara guru-guru, guru siswa, siswa-siswa dan hubungan antara semua personil di sekolah tersebut. a) Hubungan guru-guru disekolah SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. b) Hubungan guru-siswa di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. c) Hubungan siswa-siswa di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik, walaupun sudah sifat individual sedikit karena diakibatkan jumlah siswa terlalu banyak sehingga tidak saling mengenal satu dengan lainnya. d) Hubungan guru dengan pegawai tata usaha di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. g. Kehidupan Sosial Di Sekolah
16
1) Komite sekolah sangat mendukung pelaksanaan program Sekolah Berstandar Internasional. 2) Kerjasama dengan masyarakat terjalin dengan baik hal ini terbukti dengan semakin eratnya hubungan antara guru-guru dengan masyarakat di sekitar sekolah serta kepedulian masyarakat yang begitu tinggi apalagi SMA Negeri 2 Gorontalo sudah menjadi Sekolah Berstandar Internsional. 3) Hubungan sosial guru-siswa, guru-pegawai tata usaha dan hubungan secara keseluruhan terjalin dengan baik h. Administrasi Sekolah/Kelas 1) Jenis-jenis administrasi yang dikerjakan guru mata pelajaran antara lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, analisis soal, analisis nilai, silabus dan sebagainya. 2) Mekanisme pelaksanaan jenis-jenis administrasi guru mata pelajaran yaitu dilaksanakan sesuai ketentuan pada pelaksanaan kurikulum yang berlaku. 3) Petugas khusus yang mengerjakan administrasi sekolah dilaksanakan oleh tugas kependidikan (Pegawai Tata Usaha). i. Tata Tertib Sekolah Untuk siswa, guru dan pegawai atara lain : 1) Datang tepat waktu yaitu sebelum pukul 06.45. 2) Berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah. 3) Wajib mengikuti upacara bendera dan lain sebagainya. j. Kesan Umum SMA Negeri 2 Gorontalo adalah sekolah menengah atas yang menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selain itu sekolah ini memiliki guru-guru yang profesional dalam mengajar serta memiliki siswa yang berbakat dalam bidang keahliannya. Hasil Penelitian Setelah melakukan wawancara dengan informan, yaitu Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo, Wakil Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo dan juga Guru Penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo dan melakukanobservasi langsung dilapangan peneliti dapat menganalisa tentang hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Peneliti tidak pernah menilai benar atau salah jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Peneliti memberikan kebebasan kepada informan untuk memberikan pemahamannya atas pertanyaan peneliti. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa berdasarkan isi pembicaraan inilah akan dapat ditangkap makna komunikasi instruksional yang dipahami oleh para informan. Asumsi ini didasari pemikiran bahwa makna yang diberikan seorang individu atas suatu realitas, termasuk satu konsep atau kata, akan tergambarkan dari bagaimana mereka mengapresiasikan makna tersebut dalam hidup sehari-hari. Saat melakukan wawancara dengan semua informan, peneliti sengaja memilih lokasi wawancara yang terpisah dari calon informan lain. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika calon informan lain telah mendengar jawaban
17
rekannya ataspertanyaan yang peneliti ajukan, kemungkinan besar jawaban yang akan ia berikan akansama dengan jawaban rekannya yang telah ia dengar sebelumnya. Jarak yang terpisah ini juga memungkinkan bagi mereka untuk memberikan jawaban yang lebih bebas dan terbuka, karena jika rekannya dapat mendengar jawabannya, tidak tertutup kemungkinan informan akan merasa sungkan menjawab apabila ia tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Semua wawancara yang dilakukan peneliti dengan menulisjawaban pada pedoman wawancara tapi sebelumnya peneliti minta persetujuan terlebih dahulu dari para informan. Langkah pertama yang penulis lakukan sebelummewawancarai guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Gorontalo adalah meminta informasi/datakepada Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo dan Wakil Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo Bagian sarana dan prasarana mengenai faktor penunjang hasil belajar Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dari informasi yang penulis dapatkan dari para informan bahwa jumlah guru penjasorkes di SMA Negeri 2 gorontalo sebanyak 2 orang yang masing guru memiliki tugas di masing-masing tingkatan kelas. Dalam hal ini penulis menetapkan jumlah informan yang akan di wawancarai sebanyak 3 orang yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru penjasorkes yang mengajar dikelas observasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah baik bahkan pada semester sebelumnya meningkat. Peneliti mencoba menganalisa berdasarkan data-data yang didapat dari beberapa informan melalui wawancara. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah masuk kategori baik, dapat dilihat dari hasil analisa yang menyatakan bahwa hasil belajar yang baik dapat diperoleh dari hasil aktivitas dalam belajaryaitu kegiatan belajar mengajar (KBM), dan sarana dan prasarana olahraga yang memadai dengan menggunakan tolak ukur melalui proses evaluasi hasil belajar. Berikut penjelasan dari hasil analisa yang telah dilakukan oleh peneliti berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas: Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam proses belajar berlangsung guru memberi kebebasan ke siswa untuk berpikir. Ha ini dimaksudkan agar siswa aktif dalam pembelajaran berlangsung. Kondisi seperti ini tentu saja menguntungkan bagi pencapaian hasil belajar dimana guru mengharapkan agar siswa dapat mengerti apa yang disampaikan. Guru selalu berupaya agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan menyenangkan, dan yang paling penting adalah adanya kesamaan makna antara guru dengan siswa. Guru, dalam proses belajar mengajar selalu berusaha menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh bapak Yance Hilimi, yaitu: “ proses pembelajaran penjas di sma ini di sesuaikan dengan kurikulum dan selalu dikembangkan”. (Wawancara dengan bapak Yance Hilimi, 20 mei 2013)
18
Berdasarakan observasi yang telah dilakukan oleh observer bahwa proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Gorontalo efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena jumlah siswa di kelas observasi yang tidak melebihi standar yang di tentukan. Hal ini senada dengan yang di sampaikan oleh bapak yance hilimi, bahwa: “untuk pembelajaran yang efektif tergantung dengan jumlah siswa dan waktu yang ada bisa memenuhi pembelajaran yang efektif” Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengajar dapat dilihat dari tabel pengamatan aktivitas guru dalam mengajar yang dilakukan oleh seorang observer yakni peneliti pada saat kegiatan penelitian dan pada saat melaksanakan PPL 2. Berikut ini tabel aktivitas beguru dalam mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan SMA Negeri 2 Gorontalo: Tabel 4.2 aktivitas guru dalam mengajar penjasorkes NO INDIKATOR YANG DIAMATI YA TIDAK I. PENDAHULUAN 1. Memeriksa kesiapan siswa Ya 2. Melakukan kegiatan apersepsi Tidak 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran Ya II. PEMANASAN 4. Memberikan pemanasan baik fisik maupun tehnik Ya 5. Memberikan pemanasan dalam bentuk permainan atau Tidak game 6. Memberikan stretching Ya III. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN 7. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam proses Ya pembelajaran 8. Memberikan contoh sebelum siswa melakukan Ya 9. Memberikan umpan balik termasuk memberikan koreksi Ya pada siswa 10. Memberikan kesempatan atau umpan sesuai dengan titik Ya batas kemampuan siswa (technical breaking point). Memberikan kesempatan dalam bentuk latihan untuk 11. mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan pada kegiatan Ya berikutnya 12. Memberikan kesempatan 2 kali, setiap bentuk latihan pada siswa 13. Ya Melakukan rotasi setiap siswa 14. Ya Memberikan kegiatan yang menyenangkan dan 15. Ya aman Memberikan model latihan dari yang mudah ke 16. Ya yang sulit Memberikan model latihan dari yang sederhana ke yang komplek 17. Melakukan gerakan yang diajarkan ke siswa Ya -
19
Memberikan evaluasi secara keseluruhan tentang materi pembelajaran: 18. Secara perorangan siswa mempraktekan gerakan 19. Guru mencatat dan merekam hasil yang dicapai siswa setelah melakukan gerakan materi yang diajarkan guru IV. PENDINGINAN/ COOLING DOWN 20. Memberikan pendinginan dalam bentuk permainan 21.
Memberikan review secara umum, menyampaikan inti pembelajaran pada masing-masing siswa, menyampaikan materi berikutnya, memotivasi siswa untuk proses pembelajaran berikutnya.
Ya -
Tidak
Ya
-
Ya
-
Dalam tabel penelitian diatas terlihat jelas bahwa guru mengajar sudah sesuai dengan pedoman pembelajaran.Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh bapak kepala sekolah yaitu: “Kegiatan belajar mengajar sudah baik, dimana guru mengajar sesuai dengan pedoman-pedoman pembelajarannya, kemudian siswanya juga terlihat aktif dalam spembelajaran. Namun dalam hal ini kami terus berusaha untuk menjadikan KBM berlangsung dengan lebih baik lagi.” Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa terlihat antusias dalam mengajar. Hal ini dikarenakan termotivasinya siswa untuk belajar penjasorkes yang di ajarkan oleh guru. Untuk memotivasi belajar siswa, guru penjasorkes berusaha memberi contoh yang baik kepada siswanya dengan selalu mendorong siswa untuk memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini senada dengan jawaban wawancara dari bapak yance hilimi, yaitu: “untuk meningkatkan belajar siswa yaitu yang pertama tergantung pada guru itu sendiri, kalau guru memang tegas dan masuk tepat waktu saya kira untuk memotivasi dimulai dari guru karena kalau siswa melihat guru memiliki motivasi yang tinggi otomatis siswa akan termotivasi”. Pernyataan diatas sudah sesuai dengan apa yang telah di amatai oleh observer ketika melakukan observasi tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, dan olahraga. Berikut tabel aktivitas siswa dalam pembelajaran penjasorkes: Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Penjasorkes No INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK I. PENDAHULUAN 1 5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di Tidak lapangan 2 Siswa baris dilapangan dengan tertib Ya 3 Siswa berdoa dengan seksama Ya II. PEMANASAN 4 Siswa melakukan pemanasan dengan semangat Ya 5 Suluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk Ya pemainan
20
6 Seluruh siswa melakukan stretching III. KEGIATAN INTI PELAJARAN 7 Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran 8 Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi dari guru 9 Siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan menyenangkan 10 Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak terpaksa 11 Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok dan dapat menyesuaikan diri 12 Siswa dapat melakukan latihan dalam bentuk pembelajaran 13 Siswa dapat mengevaluasi materi latihan yang diberikan IV. PENDINGINAN/ COOLING DOWN 14 Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang menggembirakan 15 Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Pada tabel diatas menunjukan bahwa siswa mengikuti pembelajaran penjasorkes dengan serius, bersungguh-sungguh dan tentunya memiliki motivasi belajar. Berikut penjelasan dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar: 1) Kegiatan pendahuluan Kegiatan pendahuluan dilakukan guru dengan memberi salam kepada siswa dan menanyakan kepada siswa apakah semuanya sudah hadir di lapangan. Beberapa siswa terlihat sedang bercakap-cakap. Guru penjasorkes berusaha mengkondisikan siswa untuk tenang dan memperhatikan materi pelajaran yang akan disampaikan. Setelah itu guru memanggil ketua kelas untuk memimpin teman-temannya berdoa bersama guna untuk mengawali kegiatan pada saat itu. Selanjutnya guru menyampaikan tema pelajaran pada yang akan diajarkan. Sementara itu siswa dengan serius mendengarkan penyampaian materi. Kemudian guru menanyakan kesiapan belajar siswa seperti alat olahraga yang telah dipesan oleh guru penjasorkes yaitu raket bulu tangkis karena raket yang ada di sekolah sudah tidak layak untuk digunakan. Pada saat itu ada 4 orang siswa yang tidak membawa raket. Guru langsung memperingatkan kepada seluruh siswa di kelas itu bahwa minggu depan seluruhnya membawa raket. Bila tidak siswa harus mentaati kesepakatan yang sudah ada yaitu dikenai hukuman tidak boleh mengikuti pelajaran selanjutnya. 2) Kegiatan inti Guru melaksanakan pembelajaran dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
21
a. Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan pokok bahasan materi secara ringkas. Pada saat metode ceramah berlangsung, siswa berusaha bertanya apa yang tidak mereka pahami. b. Guru menggunakan teknik bercerita dengan memberikan penjelasan dan contoh secara praktek. Setelah itu siswa secara aktif mempraktekan apa yang telah guru ajarkan. c. Berupaya mengembangkan materi pembelajaran dengan menjelaskan dan mengkaitkan dengan tema yang di ajarkan. d. Metode tanya jawab juga dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan dan kesempatan bertanya kepada siswa untuk menjawab pertanyaan serta bertanya bila ada materi yang belum jelas. Pada metode inilah siswa secara rebutan untuk bertanya apa yang tidak mereka pahami. e. Memperagakan atau memberi contoh materi yang diajarkan sebelum siswa melakukan gerakan. f. Menginstruksi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang telah diajarkan dan lansung memberi arahan yang benar ketika siswa salah dalm melakukan geakan. Kondisi tersebut membuat kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik dan terstruktur sesuai pedoman pembelajaran yang ada. Beberapa kali siswa bertanya pada saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang mereka tidak pahami. Guru berusaha menjawab pertanyaan dari siswa dan langsung memberi pengarahan mengenai pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Selain itu guru penjasorkes berusaha mengkondisikan pembelajaran yang menyenangkan. 3) Kegiatan penutup Guru menjelaskan ringkasan dari materi pembelajaran. Guru mengingatkan agar siswa mempelajari kembali materi tersebut di rumah dan minggu depan seluruh siswa harus membawa raket bulutangkis. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk melakukan pendinginan. Setelah itu guru mengakhiri pembelajaran penjasorkes dengan mengucapkan salam. Dari uraian di atas, observer dapat menganalisa bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas observasi ini sudah termasuk kategori yang baik. Diketahui bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran penjasorkes di kelas X9 SMA Negeri 2 Gorontalo dinilai baik dengan mengacu pada pedoman-pedoman pembelajaran yang ada. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uaraikan di atas, maka dapat dikemukakan pembahasan sesuai denga rumusan masalah yaitu bagaimana hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
22
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat dari faktorfaktor penunjang hasil belajar yang telah di teliti oleh peneliti. Yakni: Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam proses pembelajaran tercipta suatu hubungan yang unik antara dua variabel manusiawi yaitu guru dan murid, dimana terjadi proses belajar yang dilakukan oleh murid dan proses mengajar yang dilakukan oleh guru. Namun dalam dunia pendidikan guru tidak hanya melakukan proses mengajar saja tapi juga mengalami proses belajar juga. Belajar dalam memahami berbagai karakter para murid yang cukup banyak, sampai dengan belajar menjadi seorang guru yang harus melakukan peranannya dengan sempurna. Dalam proses pembelajaran, keberhasilan dalam pencapaian tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri adalah memang ditentukan dari peran aktif sang siswa, namun hal tersebut juga tidak lepas dari peranan guru dalam menciptakan motivasi dan minat dalam diri sang anak sehingga dapat tercipta peran aktif dari siswa itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian mengenai hasil belajar penjasorkes siswa kelas X9di SMA Negeri 2 Gorontalo, maka dapat di lihat bahwa proses pembelajaran dapat menunjang siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada proses pembelajaran, guru selalu berupaya agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan menyenangkan, dan yang paling penting adalah adanya kesamaan makna antara guru dengan siswa. Dalam proses pembelajaran guru penjasorkes sebagai informator yang memberikan segala informasi yang berhubungan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang kelak akan berguna sebagai bekal dalam kehidupan masingmasing siswa dalam melanjutkan tingkat kehidupan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain sebagai penyuplai informasi guru juga guru berperan sebagai organisasi, direktor, inisiator dan fasilitator. Dimana dalam tugasnya sebagai pembimbing, guru juga berperan untuk mengorganisasikan berbagai faktor yang mendukung jalannya proses belajar mengajar dan juga berbagai faktor yang mendukung jalaya prose sbelajar mengajar itu sendiri. Disamping itu guru juga berperan sebagai pencetus berbagai ide, baik itu dalam menyampaikan materi pelajaran maupun dalam kegiatan belajar mengajar yang lainnya, sehingga guru dapat secara mudah mengarahkan para anak didiknya ke arah terciptanya tujuan pembelajaran secara optimal. Satu lagi peran seorang guru yang tidak dapat dihindarkan selama proses belajar mengajar, baik itu selama berada dalam kelas maupun berada di luar kelas,
23
yaitu motivator. Dimana peran guru dalam hal ini adalah bagaimana caranya ideide yang dimilki oleh sang guru yang telah diwujudkan dengan berbagai kegiatan dan fasilitas belajar yang telah diberikan dapat memotivasi para anak didik untuk berubah. Berubah bukan hanya sekedar pengetahuan dan perasaaanya saja, namun juga terjadi perubahan baik dalam sikap dan perilaku para siswa. Sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dan dianalisis oleh para guru dalam berbagai hasil belajar baik itu secara akademis maupun non akademis. Sehingga dalam hal ini guru berperan sebagai evaluator dimana dalam hasil evaluasi tersebut gutu dapat mengetahui sampai dimana para murid menerima dan memahami baik itu hal yang menyangkut dengan materi pelajran maupun berbagai usaha dalam rangka memotivasi yang telah dilakukan oleh sang guru. Dilihat dari aspek proses pembelajaran penjas, maka hasil penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari proses pembelajaran. Selama ini, pembelajaran Pendidikan jasmani di sekolah cenderung tradisional dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran hampir tidak pernah dilakukan atas inisiatif anak sendiri, akan tetapi anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil” yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Para guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana dilakukan oleh orang dewasa. Padahal keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani berawal dari tertanamnya kesenangan siswa terhadap berbagai aktivitas fisik. Oleh karena itu, berbagai pembekalan seperti skill, kebugaran jasmani, sikap, pengetahuan, dan perilaku sehari-hari harus selalu berorientasi pada kesenangan dan keyakinan individu dalam rangka pembentukan gaya hidup aktif yang sehat di masa yang akan datang. Untuk itu sebagai orang yang bertanggung jawab dalam peningkatan hasil belajar siswa, guru penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah meninggalkan cara mengajar yang sebelumnya di gunakan. Guru penjasorkes sudah memberi kebebasan kepada siswanya untuk mengeksplorasikan kemampuan mereka dalam pembelajaran penjasorkes. Hal ini tentunya dapat membantu siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Pernyataan diatas sudah sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh peneliti tentang proses pembejaran di SMA Negeri 2 Gorontalo khususnya kelas yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelas X9 bahwa hasil belajar siswa sudah baik dengan capaian hasil yang melebihi KKM yang di tentukan. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran penjasorkes berjalan dengan baik dan menyenangkan, dimana proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru saja akan tetapi dari siswa itu sendiri. Hasil belajar penjasorkes juga diberikan kontribusi oleh motivasi berprestasi. Motivasi siswa baik motivasi dari dalam siswa sendiri, motivasi dari luar siswa dan adanya harapan/efektasi. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Dengan demikian motivasi belajar yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar penjasorkes yang tinggi pula. Kegiatan belajar mengajar adalah bagian terpenting dalam suatu proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Kegiatan belajar
24
mengajar berjalan dengan baik, dimana ada keaktifan guru penjasorkes sebagai pengajar, pendidik dan pelatih dan juga ada keaktifan siswa sebagai murid. Kegiatan belajar mengajar di kelas X9 SMA Negeri 2 Gorontalo pada umumnya sudah baik, namun beberapa diantaranya butuh perhatian lebih dari guru. Kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari tiga langkah kegiatan, yaitu:pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, sudah dilakukan sesuai denganalokasi waktu yang direncanakan. Kegiatan pendahuluan yang bertujuan untukmenciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa memfokuskandirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik sudah dilakukanoleh guru, meskipun alokasi waktu yang digunakan bisa melebihi dari yangditentukan. Adakalanya siswa mengalami situasi yang tidak kondusif, sepertiberseteru dengan sesama siswa, sehingga perlu didamaikan oleh guru denganmemberikan nasehat dan contoh-contoh yang baik secara Islami, dan hal inimemakan waktu yang dapat mengurangi alokasi untuk kegiatan inti pembelajaran.Oleh karena sifat dari kegiatan pendahuluan adalah pemanasan, maka pada tahapini guru Penjas melakukan penggalian terhadap pengalaman belajar siswa tentangmateri yang akan disampaikan. Selanjutnya guru juga menjelaskan cakupanmateri yang akan disampaikan. Pada saat kegiatan inti pembelajaran, guru penjasorkes tidak terlalu banyak menggunakanwaktu untuk menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa.Alokasi waktu yang digunakan hanya berkisar 60 menit dan guru hanyamenyampaikan materi secara garis besar. Selanjutnya dilakukan praktek langsungdengan guru sebagai pusat percontohan dari materi yang diajarkan dan tidak juga terlepas dari keaktifan siswa yang beberapa menjadi contoh ketemantemanyauntuk melakukan gerakan pada praktek yang diajarkan. Alokasi waktu yang banyak digunakan di kegiatan inti adalah Kegiatan praktek yang dilakukan oleh siswa. Saat kegiatan praktek, siswa juga melakukan tanya jawab dan berdiskusi, baik dengan guru maupun sesama siswa. Dalam hal ini, terlihat bahwa peranan guru adalah sebagai fasilitator dan mengupayakan agar pembelajaran Penjasorkes tersebut dapat berlangsung secara student centered. Guru tidak mendominasi kegiatan inti pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya melalui metode ceramah yang dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dan bersikap pasif, tetapi lebih memfasilitasi siswa agar lebih banyak berperan dalam pembelajaran. Guru lebih banyak melibatkan siswa dalam mencari informasi dan bahan ajar dari aneka sumber, misalnya dari buku-buku perpustakaan, narasumber di sekitar sekolah, ataupun alam sekitarnya. Guru juga memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa serta interaksi siswa dan guru, misalnya dengan meminta kepada salah seorang siswa untuk menjelaskan materi kepada siswa lainnya yang belum memahami. Terkait dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang lebih menonjolkan interaksi dan keterlibatan siswa. Peranan guru penjas dalam kegiatan belajar mengajar pada kegiatan inti pembelajaran terlihat dengan memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas. serta memfasilitasi siswa untuk membuatlaporan atau resume yang dilakukan secara individu ataupun kelompok.
25
Pada kegiatan penutup, guru penjas biasanya mengakhiri kegiatan dengan pendinganan agar otot-otot siswa yang sudah keras dapat dilemaskan kembali. Setelah itu guru menyampaikan ringkasan atau rangkuman materi yang telah disampaikan. Adakalanya guru juga menyampaikan tugas terstruktur kepada siswa ataupun tugas yang belum selesai untuk dapat dikerjakan di rumah. Beberapa hal yang selalu disampaikan oleh guru pada kegiatan penutup adalah: melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kegiatan balajar mengajar di kelas X9 berjalan dengan baik dan terstruktur. Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari keaktifan guru dan siswa itu sendiri. Kondisi ini dapat menguntungkan pada hasil belajar siswa tentang pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan di analisa pada bab IV, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari proses kegiatan belajar mengajar, peneliti menemukan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar adalah keaktifan guru dan siswa yang dapat menghasilkan proses belajar mengajar yang baik. Dalam meningkatkan hasil belajar yang baik, ditemukan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak terpusat dari guru saja akan tetapi siswa pun memiliki inisiatif sendiri untuk belajar. Dimana posisi guru hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentunya dapat menguntungkan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik. Peran guru sangat berpengaruh terhadap meningkatkan hasil belajar siswa dan juga sangat memiliki peranan yang penting memotivasi siswa untuk belaja dengan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami. Proses pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami inilah yang menjadikan siswa dapat berhasil mencapai nilai hasil belajar yang baik dan meningkat 2. Dari sarana dan prasarana, peneliti menemukan bahwa sarana danprasarana olahraga sudah memenuhi untuk menciptakan kegiatan balajarmengajar yang baik.Sumbangan efektif fasilitas belajar lebih besar untuk meningkatkan hasil belajar penjasorkes pada siswa SMA Negeri Gorontalo. 3. Evaluasi hasil belajar, peneliti menemukan bahwa pelaksanaan evaluasi hasil belajar sudah berjalan dengan baik dengan mengacu pada prosedurprosedur penilaian yang telah ditentukan. Hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di kelas X9SMA Negeri 2 Gorontalo sudah melebihi standar KKM. Saran Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti harus mampu memberikansesuatu yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, instansi ataulembaga serta
26
berbagai pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapunsaran-saran yang peneliti berikan: 1. Bagi tempat penelitian Dalam mencapai hasil belajar yang baik lagi, peneliti menyarankan kepada seluruh pihak yang bertanggung jawab dalam peningkatan hasil belajar siswa untuk lebih meninjau kembali dan mengevaluasi kembali faktor penunjang dari hasil belajar yaitu: proses belajar, kegiatan belajar, sarana dan prasarana dan evaluasi hasil belajar siswa. 2. Bagi penelitian selanjutnya. a) Bagi para peneliti selanjutnya, disarankan untuk meningkatkan ketelitian dengan baik dalam kelengkapan data penelitian. b) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan, tanpa melupakan nilai keaslian, dalam penelitian hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Setyono dan Sofan Amri. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: PT. Pustakaraya. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Danang. 2010. Buku Panduan Guru Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs Kelas IX. Semarang:Aneka Ilmu Dimyanti dan Mudjiono. 2009. BelajardanPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan jasmani. Bandung: Alfabeta. Hanafiah dan Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Junaidi, Said. 2010. Kebermaknaan Mata Pelajaran Penjasorkes Serta Permasalahannya. Jurnal Health dan Sport ISSN:2086-9983, Volume 1, Nomor 1: 11-12. Maksum, Ali.2009. Metodologi Penelitian. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Mujiman, Haris. 2009. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Parenkuan, Meyke. 2010. Peningkatan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga Di Gugus Inti Kota Utara Kota Gorontalo. Jurnal Health dan Sport ISSN:2086-9983, Volume 1, Nomor 1: 40. Paturusi, Achmad. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.
27
Podungge, Risna. 2011. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Belajar Penjasorkes Materi Atletik Nomor Lompat Jauh Di SD. Jurnal Health dan Sport ISSN: 2086-9983,Volume 3, Nomor 2: 321322. Rosdiani, Dini. 2012. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Rusman. 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Satori dan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutikno, M.Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil”. Lombok: Holistica Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta Timur: Bumi Aksara Yudanto. 2011. Implementasi Pendekatan Taktik Dalam Pembelajaran Invasion Games Di Sekolah Dasar. Jurnal Health dan Sport ISSN: 20869983, Volume 2, Nomor 1: 67.