ANALISIS EFISIENSI ENERGI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) PT. ENERGI ALAMRAYA SEMESTA DI KABUPATEN NAGAN RAYA NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI
NURMALITA F14080108
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ENERGY ANALYSIS ON COAL STEAM POWER PLANT PT. ENERGI ALAMRAYA SEMESTA Nurmalita and Sri Endah Agustina Departement of Mechanical And Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. e-mail :
[email protected]
ABSTRACT Coal fired power plant system is the most type of power plant which has been used by national electric company (PLN) to fulfilled national electricity supply and also to reduce the dependency on diesel power plant system. The aim of this study is to knows energy efficiency on coal steam power plant in PT. Energy Alamraya Semesta and to analize factors which has been influenced the main equipment on coal steam power plant. The result shows that the capacity of power plant is 15 MW by using bituminous coal with Gross Calorific Value (GCV) 3575 cal/g, but daily acctual production only 10 MW. Total energy needed by equipments to support the production system is 1.3 MW. The average efficiency of coal steam power plant in PT. Energi Alamraya Semesta during the month of April 2012 was 87% and total power plant efficiency is 18 %. Key words : power plant, coal fired, efficiency ii
NURMALITA. F14080108. Analisis Efisiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT. Energi Alamraya Semesta di Kabupaten Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, M. S. 2012 RINGKASAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara merupakan jenis pembangkit terbesar yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD ( Diesel). Jika dilihat dari bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan uap, maka PLTU bisa dikatakan pembangkit yang berbahan baku air, karena untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin, tentu diperlukan air. Batubara yang dibakar di sub sistem boiler menghasilkan panas yang digunakan untuk mengubah air dalam pipa yang dilewatkan ke boiler tersebut menjadi uap, yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin dan memutar generator. Kinerja pembangkitan listrik pada PLTU sangat ditentukan oleh efisiensi proses pembakaran batubara tersebut, karena selain berpengaruh pada efisiensi pembangkitan, juga mempengaruhi biaya pembangkitan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi energi pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di PT. Energi Alamraya Semesta dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja masing-masing unit (komponen) pada sistem PLTU tersebut. Analisa efisiensi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alam Raya Semesta dengan bahan bakar batubara ini dibatasi hanya pada peralatan utama seperti boiler, turbin dan generator . Peralatan pendukung tidak dihitung karena menurut pengamatan di lapangan, peralatan pendukung tidak terlalu mempengaruhi nilai efisiensi suatu sistem PLTU. Sehingga, sub sistem yang dihitung dalam penelitian ini adalah sistem pembakaran pada boiler yang dilengkapi dengan tungku bahan bakar tipe travelling grate, serta turbin tipe extraction-condensing, dan generator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT. Energi Alamraya Semesta merupakan pembangkit dengan kapasitas 15 MW, tetapi dikarenakan alasan umur ekonomis mesin, daya aktual yang dibangkitkan maksimal hanya 10 MW dengan menggunakan 12-13 ton batubara (KA 43%), tetapi berdasarkan teoritis, daya sampai 10 MW hanya membutuhkan 11.19 ton batubara per jam. sistem atau komponen utama PLTU ini adalah boiler tipe traveling grate, turbin 3 tingkat (high pressure, intermediate pressure dan low pressure), dan generator. Bentuk energi yang digunakan pada proses produksi listrik adalah energi uap yang bersumber dari energi bahan bakar berupa batubara jenis bituminus dengan nilai GCV 3575 cal/g, energi panas hasil ekstraksi turbin, dan energi air umpan ketel (boiler). Pengoperasian boiler ini pada beban 10 MW membutuhkan steam 53 ton / jam dengan pressure 53.7 bar dan temperature 445OC. Rata-rata efisiensi kerja turbin uap selama bulan April 2012 adalah 79.58 %, untuk efisiensi kontruksi boiler adalah 84% yang mendekati efisiensi spesifikasi 86%, sedangkan untuk tungku atau ruang bakar dengan output steam dan panas ekstraksi diperoleh efisiensi sebesar 75% dan untuk efisiensi generator diperoleh sebesar 86 %. Secara keseluruhan diperoleh efisiensi total pemanfaatan energi (steam) untuk PLTU Energi Alamraya Semesta adalah 18%. Hal ini terjadi karena energi (steam) yang dihasilkan hanya digunakan untuk memproduksi listrik saja, karena tidak ada industri yang memanfaatkan steam sehingga steam terkondensasikan kembali menjadi air. iii
ANALISIS EFISIENSI ENERGI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) PT. ENERGI ALAMRAYA SEMESTA DI KABUPATEN NAGAN RAYA NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : NURMALITA F14080108
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 iv
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Efisiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT. Energi Alamraya Semesta di Kabupaten Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam : Nurmalita : F14080108
Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik
Ir. Sri Endah Agustina, M. S NIP. 19621130 198703 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Bosistem
Dr. Ir. Desrial, M.Eng NIP. 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus : v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Efisiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT. Energi Alamraya Semesta di Kabupaten Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam adalah hasil karya saya dengan arahan
dosen
pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012 Yang membuat pernyataan Nurmalita vi
© Hak cipta milik Nurmalita, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya vii
BIODATA PENULIS Nurmalita dilahirkan di Meulaboh pada tanggal 6 Januari 1991, dari pasangan Muchtar dan Misma. Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Pertiwi (1994-1996), SD Negeri 14 Meulaboh (1996-2002), MTs Negeri 1 Meulaboh (2002-2005), SMA Negeri 1 Meulaboh (2005-2008). Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan kegiatan praktek lapangan di GIZ (Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit) FORCLIME dengan judul “Aspek Keteknikan Pertanian Pada Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Dusun Sadap, Kalimantan Barat”. Penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT. Energi Alamraya Semesta di Kabupaten Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam” telah dilakukan penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. viii
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alam Raya Semesta”. Skripsi ini dibuat berdasarkan diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan tinjauan pustaka baik dari perpustakaan maupun website. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu, mengarahkan, dan membimbing. Terimakasih penulis ucapkan kepada: 1. Ir. Sri Endah Agustina, M.S, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Kedua orang tua dan adik-adik tersayang (Ary, Mutia, Didi, Farhan dan Vicky) serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, semangat, bantuan dan doa. 3. Dr. Ir. Leopold O. Nelwan, M.Si dan Ir. Susilo Sarwono sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini. 4. Bpk Tri Purnomo, bpk Siregar, bpk Triono, dan seluruh karyawan PT. Energi Alamraya Semesta yang telah banyak memberikan bantuan selama melakukan penelitian ini. 5. Bpk Zulfata Zakaria dan bpk Tutut Kurniadi dari PT. Sewatama yang telah memberikan banyak bimbingan dan saran untuk penelitian ini. 6. Keluarga besar Pondok Nuansa Sakinah II (Aul, icut, nanda, azizah, dina, ayi, eya, dewi, nunu, jejes, fitjaw, dora, babeh dan teteh ) yang telah menjadi keluarga penulis selama menjalani perkuliahan di IPB. 7. Seorang sahabat yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini. 8. Teman- teman sebimbingan (Ninggar, Ranto dan Nuha). 9. Teman-teman di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 45 (Magenta) atas semangat, dukungan, dan kebersamaannya. 10. Seseorang yang telah menjadi semangat dan inspirasi. Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Juli 2012 Nurmalita ix
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................................... xv DAFTAR ISTILAH....................................................................................................................... xvi I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 3 1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 4 2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).......................................................................... 4 2.2. PLTU Batubara................................................................................................................ 5 2.3 Bagian –Bagian Utama PLTU Batubra ............................................................................. 8 2.3.1 Tungku.................................................................................................................... 8 2.3.2 Boiler ...................................................................................................................... 9 2.3.3 Turbin ................................................................................................................... 18 2.3.4 Generator .............................................................................................................. 25 2.3.5 Condenser atau kondensator.................................................................................. 26 III. METODOLOGI PENELITIAN................................................................................................ 27 3.1 Waktu dan tempat .......................................................................................................... 27 3.2 Bahan dan alat ............................................................................................................... 27 3.3 Batasan sistem ............................................................................................................... 27 3.3.1 Sistem pembakaran pada Boiler yang dilengkapi dengan tungku bahan bakar....... 27 3.3.2 Turbin dan generator.............................................................................................. 27 3.4 Parameter pengukuran.................................................................................................... 28 3.4.1 Sub Sistem tungku pembakaran dan boiler ............................................................. 28 3.4.2 Sub Sistem turbin uap ............................................................................................ 28 3.4.3 Sub sistem generator .............................................................................................. 28 3.5 Metode pengambilan data.............................................................................................. 28 3.5.1 Tahap pendahuluan................................................................................................ 28 3.5.2 Pemeriksaan menyeluruh ....................................................................................... 28 3.6 Pengolahan data dan analisis .......................................................................................... 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................. 33 4.1 Tungku pembakaran dan boiler...................................................................................... 36 4.2 Turbin............................................................................................................................ 40 4.3 Generator...................................................................................................................... 42 4.4 Condenser...................................................................................................................... 44 4.5 Peralatan Penunjang....................................................................................................... 45 V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 49 x
LAMPIRAN...................................................................................................................................
51
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Neraca energi pada sub sistem pembakaran (boiler)..........................................................
38
Tabel 2. Neraca energi pada sub sistem turbin BBC-BD2EEQ2e38................................................
41
Tabel 3. Neraca energi pada sub sistem generator BBC TDG 155/185/72-5 ....................................
43
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rencana tambahan kapasitas listrik Indonesia dalam rentang waktu 2010-2030............... 1 Gambar 2. Siklus PLTU...................................................................................................................
4
Gambar 3. Sistem PLTU batubara .....................................................................................................
6
Gambar 4. Sistem PLTU dan komponen-komponen PLTU batubara .................................................
7
Gambar 5. Tipikal tungku berdasarkan metode pembakaran..............................................................
9
Gambar 6. Fire tube boiler..............................................................................................................
10
Gambar 7. Water tube boiler...........................................................................................................
11
Gambar 8. Paket boiler...................................................................................................................
12
Gambar 9. Circulating fluidized bed boiler......................................................................................
13
Gambar 10. Stoker fired boiler ........................................................................................................
13
Gambar 11. Pulverized fuel boiler...................................................................................................
14
Gambar 12. Boiler limbah panas .....................................................................................................
14
Gambar 13. Diagram neraca energi boiler.......................................................................................
15
Gambar 14. Turbine cassing............................................................................................................
18
Gambar 15. Rotor turbin .................................................................................................................
19
Gambar 16. Bearing turbin.............................................................................................................
19
Gambar 17. Gland packing turbin ...................................................................................................
20
Gambar 18. Ring turbin..................................................................................................................
20
Gambar 19. Impuls..........................................................................................................................
20
Gambar 20. Stationary blade...........................................................................................................
21
Gambar 22. Reducing gear..............................................................................................................
21
Gambar 23. Neraca entalpi turbin uap ............................................................................................
22
Gambar 24. Mollier diagram for water – steam ...............................................................................
23
Gambar 25. Blade turbin ................................................................................................................
24
Gambar 26 . Bagan turbin impuls dan turbin reaksi.........................................................................
24
Gambar 27. Diagram turbin kondensasi..........................................................................................
25
Gambar 28. Turbin tekanan lawan...................................................................................................
25
Gambar 29. Siklus Rankine pada PLTU Energi Alamraya Semesta ..................................................
33
Gambar 30. Dearator di PLTU PT. Energi Alamraya Semesta........................................................
34
Gambar 31. PLTU Energi Alamraya Semesta ..................................................................................
34
Gambar 32. Sistem boiler di PLTU Energi Alamraya Semesta .........................................................
35
Gambar 33. Sistem turbin pada PLTU Energi Alamraya Semesta ....................................................
35
xiii
Gambar 34. Boiler di PLTU PT. Energi Alamraya Semesta .............................................................
36
Gambar 35. Boiler dengan ruang bakar tipe travelling grate ............................................................
37
Gambar 36. Grafik energi input dan output pada sub sistem pembakaran (boiler) (KJ/jam).............. 39 Gambar 37. Grafik efisiensi dengan hubungan pemakaian batubara dan beban yang dihasilkan ........ 39 Gambar 38. Turbin uap di PLTU PT. Energi Alamraya Semesta ......................................................
44
Gambar 39. Grafik energi input dan output pada sub sistem turbin BBC-BD2EEQ2e38 ................... 44 Gambar 40. Generator PLTU di PT. Energi Alamraya Semesta.......................................................
43
Gambar 41. Hubungan antara daya input (MW) dengan daya listrik (MW) yang dihasilkan............. 44 Gambar 42. Sistem kondensasi PLTU di PT. Energi Alamraya Semesta..........................................
43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh perhitungan efisiensi ketel uap (boiler) ...........................................................
52
Lampiran 2. Contoh perhitungan efisiensi siklus uap dan turbin ......................................................
55
Lampiran 3. Contoh perhitungan efisiensi generator .......................................................................
56
Lampiran 4. Menghitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan.......................................................
57
Lampiran 5. Menghitung jumlah udara pembakaran .......................................................................
58
Lampiran 6. Data sheet proses (7-20 April 2012)............................................................................
59
xv
DAFTAR ISTILAH Bituminus
Fase batubara muda, setelah lignit
Boiler feed pump (BFP) Black out Blade Condensing Cooling tower Coal feeder Coal handling Demin
Pompa yang berfungsi untuk pengisian air ke economizer Keadaan saat daya listrik dalam keadaan mati total Sudu turbin Keadaan perubahan wujud uap menjadi air Tempat persediaan air untuk pendingin Alat untuk mendistribusikan batubara ke ruang bakar Penanga nan awal batubara sebelum menjadi bahan bakar boiler Proses untuk membebaskan air dari unsur-unsur yang dapat merusak peralatan Peralatan / komponen yang digunakan untuk menaikkan temperatur air dan menghilangkan gelembung-gelembung yang terdapat dalam air Peralatan yang digunakan untuk pemanasan awal air umpan boiler Tangki penyimpanan air yang akan di sirkulasikan ke sistem Aliran udara panas hasil pembakaran yang dimanfaatkan kembali untuk economizer Ruang bakar (tungku) boiler Nilai kalor bahan bakar yang didapatkan dari hasil analisis proximate High pressure turbine yaitu turbin yang menggunakan uap dengan tekanan tinggi Intermediate pressure turbine yaitu turbin yang menggunakan uap dengan temperature sedang. Low pressure turbine yaitu turbin yang menggunakan uap dengan temperatur rendah Pembentukan awal batubara, setelah melewati fase gambut Beban generator Nilai panas bahan bakar dengan memperhitungkan uap air sebagai hasil dari pembakaran Kegiatan memutuskan operasional suatu peralatan/sistem Kegiatan penyalaan/pembangkitan awal sistem Uap yang dihasilkan dari air yang dipanaskan di dalam boiler Batubara yang umumnya digunakan untuk pembakaran pada boiler Komponen yang berfungsi untuk mengubah uap basah menjadi uap kering yang digunakan untuk memutar turbin Rantai pada dasar tungku ruang bakar Bahan yang mudah menguap yang terkandung dalam bahan bakar
Daerator
Economizer Feed water tank Flue gas Furnace Gross calorific value (GCV) HP turbine IP turbine LP turbine Lignit Load Low heating value (LHV) Shut down Start up Steam Steam coal Superheater Traveling grate Volatile matter
xvi
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Outlook Energi Nasional 2011 (Standar Operasi Pusat Listrik Tenaga Uap Bagian Dua, Perusahaan Umum Listrik Negara), pada kurun waktu 2000-2009 konsumsi energi Indonesia meningkat dari 709.1 juta SBM (Setara Barel Minyak/BOE) ke 865.4 juta SBM atau meningkat rata- rata sebesar 2.2% pertahun. Konsumsi energi ini sampai akhir tahun 2011, terbesar masih diikuti oleh sektor industri, lalu diikuti oleh sektor rumah tangga dan sektor transportasi. Dari sektor ketenagalistrikan, saat ini pembangkit listrik di Indonesia masih di dominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Saat ini, selain meningkatkan rasio elektrifikasi Indonesia, pengurangan pemakaian BBM untuk pembangkitan listrik juga menjadi tujuan utama pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berusaha mengurangi pemakaian BBM dengan cara mempercepat pembangunan PLTU batubara dan gas bumi. Menurut Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2010-2030, dalam kurun waktu 20 tahun kedepan Indonesia memerlukan tambahan tenaga listrik kumulatif sebesar 172 GW. Tambahan kapasitas PLTU batubara mencapai sekitar 79%. Gambar 1. Rencana tambahan kapasitas listrik Indonesia dalam rentang waktu 2010-2030 (sumber : Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, 2012) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara merupakan jenis pembangkit terbesar yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD ( Diesel). Jika dilihat dari bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan uap , maka PLTU bisa dikatakan pembangkit yang berbahan baku air, karena untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin, tentu diperlukan air. Dalam PLTU terdapat proses yang terus-menerus berlangsung dan berulang-ulang. Prosesnya adalah air menjadi uap, kembali menjadi air dan seterusnya. Proses inilah yang dimaksud dengan proses PLTU. Prinsip kerja PLTU adalah air yang dipanaskan di dalam boiler sehingga menghasilkan steam yang digunakan untuk memutar turbin, karena turbin dikopel satu poros dengan generator 1
sehingga perputaran rotor turbin menyebabkan berputarnya rotor generator sehingga menghasilkan listrik. Energi panas yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar sehingga pada PLTU batubara, sumber energi primer nya untuk pengoperasian sistem PLTU adalah batubara, sedangkan sumber energi sekunder pada sistem pembangkit listrik tersebut adalah uap karena untuk memproduksi uap dibutuhkan sumber energi panas yang diperoleh dari pembakaran batubara. PLTU yang pertama kali beroperasi di Indonesia yaitu pada tahun 1962 dengan kapasitas 25 MW, suhu 500 derajat C, tekanan 65 Kg/cm2, boiler masih menggunakan pipa biasa dan pendingin generator dilakukan dengan udara. Kemajuan pada PLTU yang pertama adalah boiler sudah dilengkapi pipa dinding dan pendingin generator dilakukan dengan hidrogen, namun kapasitasnya masih 25 MW. Bila dayanya ditingkatkan dari 100 - 200 MW, maka boilernya harus dilengkapi superheater, ekonomizer dan tungku tekanan. Kemudian turbinnya bisa melakukan pemanasan ulang dan arus ganda dan pendingin generatornya masih menggunakan hidrogen. Hanya saja untuk kapasitas 200 MW uap dihasilkan mempunyai tekanan 131,5 Kg/cm2 dan suhu 540 derajat C dan bahan bakarnya masih menggunakan minyak bumi. Banyaknya pemakaian batu bara tentunya akan menentukan besarnya biaya pembangunan PLTU. Harga batu bara itu sendiri ditentukan oleh nilai panasnya (Kcal/Kg), artinya bila nilai panas tetap maka harga akan turun 1 persen pertahun. Sedang nilai panas ditentukan oleh kandungan zat SOx yaitu suatu zat yang beracun, jadi pada pembangkit harus dilengkapi alat penghisap SOx. Hal inilah yang menyebabkan biaya PLTU Batu bara lebih tinggi sampai 20 persen dari pada PLTU minyak bumi. Bila batu bara yang digunakan rendah kandungan SOx-nya maka pembangkit tidak perlu dilengkapi oleh alat penghisap SOx dengan demikian harga PLTU batu bara bisa lebih murah. Keunggulan pembankit ini adalah bahan bakarnya lebih murah harganya dari minyak dan cadangannya tersedia dalam jumlah besar serta tersebar di seluruh Indonesia. Air yang digunakan dalam siklus PLTU disebut dengan air demin (demineralized), yaitu air yang mempunyai kadar conductivity sebesar 0.2 us (mikro siemen). Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai kadar conductivity sekitar 100-200 us. Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya dilengkapi dengan desalination plant dan demineralization plant yang berfungsi untuk memproduksi yang air demin. Secara sederhana siklus PLTU bia dilihat ketika proses memasak air. Mula-mula air ditampung dalam tempat memasak dan kemudian diberi panas dari sumbu api yang menyala dibawahnya. Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut sehingga mengakibatkan air mengalami kenaikan suhu sampai pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang dimasak melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap inilah yang digunakan untuk memutar turbin dan generator yang akan digunakan untuk memutar turbin dan generator yang akan menghasilkan energi listrik. Siklus PLTU merupakan siklus tertutup (close cycle) yang idealnya tidak memerlukan lagi air jika memang kondisinya sudah mencukupi. Tetapi kenyataannya masih diperlukan banyak air penambah setiap hari. Hal ini mengindikasikan banyak sekali kebocoran di pipa-pipa saluran air maupun uap di dalam sebuah PLTU. Untuk menjaga agar siklus tetap berjalan, maka untuk menutupi kekurangan air dalam siklus akibat kebocoran, hotwell selalu ditambah air sesuai kebutuhannya dari air yang berasal dari demineralized tank. Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan suatu penelitian yaitu analisis efisiensi energi pada Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU) untuk mengetahui efisiensi pemakaian bahan baku yang berupa air dan batubara. 2
1.2 Tujuan 1. 2.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efisiensi energi pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di PT. Energi Alam Raya Semesta. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja masing-masing unit (komponen) pada sistem PLTU tersebut.
1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja sistem PLTU Energi Alam Raya Semesta dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi sistem konversi energi pada PLTU tersebut, sehingga perbaikan-perbaikan sistem yang dibutuhkan dapat segera dilakukan. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Secara umum, pengertian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Uap merupakan sumber energi sekunder di dalam sistem PLTU, sedangkan bahan bakar yang digunakan untuk memproduksi uap tersebut merupakan sumber energi primer. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Bahan bakar yang umum digunakan pada PLTU adalah bahan bakar padat dan bahan bakar cair. Yang termasuk ke dalam kategori bahan bakar padat adalah bagas, batubara, lignit, sekam padi, kayu. Sedangkan yang termasuk kedalam kategori bahan bakar cair adalah minyak bakar. Sebuah pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara jika dilihat dari bahan baku untuk memproduksinya maka pembangkit listrik tenaga uap bisa dikatakan pembangkit yang berbahan baku air, karena untuk menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan bahan dasar air. Dalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan berulang-ulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi air dan seterusnya. Proses inilah yang disebut siklus uap pada sistem PLTU. Menurut Adhi Hartono (2011), secara umum siklus uap yang digunakan pada PLTU adalah sebagai berikut : Gambar 2. Siklus PLTU (sumber : cara kerja PLTU „INDOBANGUN PROJECT html) 1. Pertama-tama air demin berada dalam sebuah tempat bernama hotwell. Air Demin (demineralized) adalah air yang mempunyai konduktivitas (kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0.2 us (mikro siemen). Sebagai perbandingannnya air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai konduktivitas sekitar 100-200 us. Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya dilengkapi dengan desalination plant dan demineralization plant yang berfungsi untuk memproduksi air demin. Dari hotwell, air mengalir menuju condensate pump untuk kemudian dipompakan menuju LP heater (low pressure heater) yang berfungsi untuk menghangatkan air pada tahap pertama. Lokasi hotwell dan condensate pump terletak dilantai paling dasar dari sebuah pembangkit listrik atau biasa disebut dengan ground floor. selanjutnya air akan masuk ke daerator. 2. Di daerator air akan mengalami proses pelepasan ion-ion mineral yang masih tersisa di air dan tidak diperlukan seperti oksigen dan lainnya, bisa pula dikatakan daerator 4
memiliki fungsi untuk menghilangkan gelembung yang biasa terdapat dipermukaan air. Agar proses pelepasan ini berlangsung sempurna, suhu air harus memenuhi suhu yang disyaratkan. Oleh karena itu selama perjalanan menuju daerator air mengalami beberapa proses pemanasan oleh peralatan yang disebut dengan LP heater. Letak daerator berada di lantai atas tetapi bukan yang paling atas yaitu sekitar 4 m dari bagian dasar kontruksi boiler. 3. Dari daerator, air turun kembali ke ground floor. Sesampainya di ground floor, air langsung dipompakan oleh boiler feed pump / BFP (Pompa Air Pengisi) menuju boiler. Air yang dipompakan adalah air yang bertekanan tinggi, karena itu syarat agar uap yang dihasilkan juga bertekanan tinggi. Karena itulah kontruksi PLTU membuat daerator berada di lantai atas dan BFP berada di lantai dasar. Karena dengan meluncurnya air dari ketinggian membuat air menjadi bertekanan tinggi. 4. Sebelum masuk ke boiler, air kembali mengalami beberapa proses pemanasan di HP heater (High Pressure Heater). Setelah itu air masuk ke boiler yang letaknya berada di lantai atas. Di dalam boiler inilah terjadi proses memanaskan air untuk menghasilkan uap. Proses ini memerlukan energi panas yang pada umumnya diperoleh dari pembakaran bahan bakar. 5. Bahan bakar PLTU bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak dan gas atau istilahnya dual firing dan batubara. 6. Udara untuk pembakaran bahan bakar dipasok oleh force draft fan (FD fan). FD Fan mengambil udara luar untuk membantu proses pembakaran di boiler. Dalam perjalanannya menuju ke boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh air heater (pemanas udara). 7. Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran , air mulai berubah wujud menjadi uap. Namun uap hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar turbin, karena masih berupa uap jenuh atau uap yang masih mengandung kadar air tinggi (uap basah). Kadar air ini berbahaya bagi turbin, karena dengan putaran hingga 3000 rpm, setitik air sanggup untuk membuat sudu-sudu turbin terkikis. 8. Oleh karena itu uap basah dikeringkan kadar air nya sehingga menjadi uap yang benar- benar kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin dan kemudian memutar generator yang terhubung satu poros dengan turbin.
2.2.
PLTU Batubara
Pada PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah steam coal yang terdiri dari kelas sub bituminus dan bituminus. Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Batubara yang dibakar di sub sistem boiler menghasilkan panas yang digunakan untuk mengubah air dalam pipa yang dilewatkan ke boiler tersebut menjadi uap, yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin dan memutar generator. Kinerja pembangkitan listrik pada PLTU sangat ditentukan oleh efisiensi proses pembakaran batubara tersebut, karena selain berpengaruh pada efisiensi pembangkitan, juga mempengaruhi biaya pembangkitan. Klasifikasi kualitas batubara secara umum terbagi 3 yaitu pembagian secara ilmiah dalam hal ini berdasarkan tingkat pembatubaraan dan pembagian berdasarkan tujuan penggunaannya. Berdasarkan urutan pembatubaraan batubara terbagi menjadi batubara muda (brown coal atau lignite), bituminus dan antrasit. Sedangkan berdasarkan tujuan penggunaanya batubara terbagi menjadi batubara uap(steam coal), batubara kokas (coking coal atau metallurgical coal) dan antrasit yang merupakan batubara tertua jika dilihat dari sudut pandang geologi yang merupakan batubara keras, tersusun dari komponen utama karbon dengan sedikit kandungan bahan yang mudah menguap dan kandungan air dengan kadar fixed carbon rendah. (http://www.energyefficiencyasia.org) 5
Terdapat 2 metode untuk menganalisi batubara yaitu analisis ultimate dan analisis proximate. Analisis ultimate menganalisis seluruh komponen batubara, termasuk komponen padat dan gas, sedangkan analisis proximate hanya menganalisis fixed carbon, bahan yang mudah menguap, kadar air dan persen abu. Steam coal yang termasuk dalam kelompok batubara bituminus merupakan batubara yang skala penggunaannnya paling luas. Berdasarkan metodenya pemanfaatan batubara uap terdiri dari pemanfaatan secara langsung yaitu batubara yang telah memenuhi spesifikasi tertentu langsung digunakan setelah melalui proses peremukan (crushing/milling) terlebih dahulu seperti pada PLTU batubara, kemudian pemanfaatan dengan memproses terlebih dahulu untuk memudahkan penanganan (handling) seperti CWM (Coal Water Slurry), COM (Coal Oil Mixture), dan CCS (Coal Cartridge System), dan selanjutnya permintaan melalui prosses konversi seperti gasifikasi dan pencairan batubara. Gas yang dihasilkan proses gasifikasi batubara, dapat pula dipakai sebagai bahan bakar untuk sebuah pembangkit listrik tenaga uap. Umumnya hal ini dapat dipertimbangkan untuk gas yang mempunyai nilaikalori yang terendah. Gas yang dengan kalori yang tinggi dapat dipakaidengan lebih baik untuk keperluan industri lainnya. (Abdul Kadir, 1995). Di industri, batubara di handling secara manual maupun dengan conveyor. Pada saat handling diusahakan supaya sesedikit mungkin batubara yang hancur membentuk partikel kecil dan sesedikit mungkin partikel keci yang tercecer. Persiapan batubara sebelum pengumpanan ke boiler merupakan tahap penting untuk mendapatkan pembakaran yang baik. Bongkahan batubara yang besar dan tidak beraturan dapat menyebabkan permasalahan yaitu kondisi pembakaran yang buruk dan suhu tungku yang tidak mencukupi, udara berlebih yang terlalu banyakmengakibatkan kerugian cerobong yang tinggi, dan rendahnya efisiensi pembakaran. Keunggulan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar batubara adalah harga bahan bakarnya lebih murah dibandingkan dengan minyak dan cadangannya tersedia dalam jumlah besar serta tersebar di seluruh Indonesia. Gambar 3. Sistem PLTU batubara (sumber : coal fired power station course, Sewatama 2011) 6
Siklus uap pada sistem PLTU dengan bahan bakar batubara dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 4. Sistem PLTU dan komponen-komponen PLTU batubara (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com (Senin, 2 April 2012) 7
2.3
Bagian –Bagian Utama PLTU Batubra
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari beberapa sistem utama yaitu boiler yang dilengkapi dengan tungku pembakaran, turbin dan generator. Selain dari sistem utama PLTU juga dilengkapi dengan beberapa sistem pendukung atau penunjang yaitu water treatment, feedwater tank, daerator, air preheater,secondary fan, primary fan, induced draft fan, economizer, super heater, desuperheater, kondensor, cooling tower, electro static precipitator dan chimney. 2.3.1
Tungku Sebelum batubara dibakar, batubara dihaluskan hingga menjadi serbuk. Serbuk batubara tersebut kemudian dicampur dengan udara panas. Campuran batubara dan udara menghasilkan pembakaran sempurna dan panas yang maksimal. Besarnya efisiensi termal tergantung beban, makin tinggi beban maka makin besar efisiensinya. Efisiensi termal unit ( adalah persentase keluaran energi terhadap masukan kalor. (Saadat, 1991)
Sistem pembakaran batubara bersih Adapun prinsip kerja PLTU itu adalah batubara yang akan digunakan / dipakai dibakar di dalam boiler secara bertingkat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh laju pembakaran yang rendah dan tanpa mengurangi suhu yang diperlukan sehingga diperoleh pembentukan NOx yang rendah. Batu bara sebelum dibakar digiling hingga menyerupai butir-butir beras, kemudian dimasukkan ke wadah (boiler) dengan cara disemprot, di mana dasar wadah itu berbentuk rangka panggangan yang berlubang. Pembakaran bisa terjadi dengan bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas dan kecepatan tiup udara diatur sedemikian rupa, akibatnya butir bata bara agak terangkat sedikit tanpa terbawa sehingga terbentuklah lapisan butir-butir batu bara yang mengambang. Selain mengambang butir batu bara itu juga bergerak berarti hal ini menandakan terjadinya sirkulasi udara yang akan memberikan efek yang baik sehingga butir itu habis terbakar. Karena butir batu bara relatif mempunyai ukuran yang sama dan dengan jarak yang berdekatan akibatnya lapisan mengambang itu menjadi penghantar panas yang baik. Karena proses pembakaran suhunya rendah sehingga NOx yang dihasilkan kadarnya menjadi rendah, dengan demikian sistim pembakaran ini bisa mengurangi polutan. Bila ke dalam tungku boiler dimasukkan kapur (Ca) dan dari dasar tungku yang bersuhu 750 - 950 ¼C dimasukkan udara akibatnya terbentuk lapisan mengambang yang membakar. Pada lapisan itu terjadi reaksi kimia yang menyebabkan sulfur terikat dengan kapur sehingga dihasilkan CaSO4 yang berupa debu sehingga mudah jatuh bersama abu sisa pembakaran. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengurangan emisi sampai 98 persen dan abu CaSO4-nya bisa dimanfaatkan. Keuntungan sistim pembakaran ini adalah bisa menggunakan batu bara bermutu rendah dengan kadar belerang yang tinggi dan batu bara seperti ini banyak terdapat di Indonesia. Pada dasarnya metode pembakaran pada PLTU terbagi 2, yaitu pembakaran lapisan tetap (fixed bed combustion) dan pembakaran batubara serbuk (pulverized coal combustion /PCC). Gambar 3 di bawah ini menampilkan jenis – jenis boiler yang digunakan untuk masing – masing metode pembakaran. 8
Gambar 5. Tipikal tungku berdasarkan metode pembakaran (Sumber: Idemitsu Kosan, 1999) Pembakaran Lapisan Tetap Metode lapisan tetap menggunakan stoker boiler untuk proses pembakarannya. Sebagai bahan bakarnya adalah batubara dengan kadar abu yang tidak terlalu rendah dan berukuran maksimum sekitar 30mm. Selain itu, karena adanya pembatasan sebaran ukuran butiran batubara yang digunakan, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah fine coal yang ikut tercampur ke dalam batubara tersebut. Alasan tidak digunakannya batubara dengan kadar abu yang terlalu rendah adalah karena pada metode pembakaran ini, batubara dibakar di atas lapisan abu tebal yang terbentuk di atas kisi api (traveling fire grate) pada stoker boiler. Bila kadar abunya sangat sedikit, lapisan abu tidak akan terbentuk di atas kisi tersebut sehingga pembakaran akan langsung terjadi pada kisi, yang dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bagian tersebut. Oleh karena itu, kadar abu batubara yang disukai untuk tipe boiler ini adalah sekitar 10 – 15%. Adapun tebal minimum lapisan abu yang diperlukan untuk pembakaran adalah 5cm. Jadi, abu tersebut berfungsi sebagai lapisan (bed) agar pembakaran tidak merusak kisi (bagian dalam tungku). Pembakaran Batubara Serbuk (Pulverized Coal Combustion/PCC) Saat ini, kebanyakan PLTU terutama yang berkapasitas besar masih menggunakan metode PCC pada pembakaran bahan bakarnya. Hal ini karena sistem PCC merupakan teknologi yang sudah terbukti dan memiliki tingkat kehandalan yang tinggi. Upaya perbaikan kinerja PLTU ini terutama dilakukan dengan meningkatkan suhu dan tekanan dari uap yang dihasilkan selama proses pembakaran. Perkembangannya dimulai dari sub critical steam, kemudian super critical steam, serta ultra super critical steam (USC). Sebagai contoh PLTU yang menggunakan teknologi USC adalah pembangkit no. 1 dan 2 milik J-Power di teluk Tachibana, Jepang, yang boilernya masing – masing berkapasitas 1050 MW buatan Babcock Hitachi. Tekanan uap yang dihasilkan adalah sebesar 25 MPa (254.93 kgf/cm2) dan suhunya mencapai 600 0C/610 0C (1 stage reheat cycle). 2.3.2
Boiler Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian 9
digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air didihkan sampai menjadi steam , volumenya akan meningkat sekitar 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dengan baik. Air yang telah dimurnikan dipompa melalui pipa ke dalam boiler, kemudian diubah menjadi uap oleh panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara. Pada temperatur hingga 1000 derajat fahrenheit dan dibawah tekanan sampai dengan 3500 pon per inci persegi, uap disalurkan ke turbin. Sisitem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam,dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem perpipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah : 1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan 2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang sudah diumpankan dari luar ruang boiler dan plant process. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang. Tipe-tipe boiler Boiler terdiri dari bermacam-macam tipe yaitu : 1. Fire Tube Boiler Pada fire tube boiler , gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada di dalam shell untuk diubah menjadi steam. fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Fire tube boiler kompetitif untuk kecepatan steam sampai 12.000 Kg/jam dengan tekanan sampai 18 Kg/cm2. Fire tube boiler dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas tau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikontruksi sebagai “paket” boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar. Gambar 6. Fire tube boiler (sumber : United Nations Environment Programme, 2006) 10
2.
Water Tube Boiler
3.
Paket Boiler
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk ke dalam drum. Air yang tersikulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga. Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara 4.500-12.000 Kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boiler yang dikontruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak dan gas. Untuk water tube boiler yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket. Gambar 7. Water tube boiler (sumber : United Nations Environment Programme, 2006)
Disebut boiler paket karena sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirimkan ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi maupun konveksi yang tinggi. 11
Gambar 8. Paket boiler (sumber : United Nations Environment Programme, 2006) 4.
Boiler Pembakaran dengan Fluidized Bed Combustion (FBC)
5.
Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler
6.
Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC) Boiler
7.
Atmospheric Circulating Fluidized Bed Combustion Boilers (CFBC)
Pembakaran dengan fluidized bed Combustion (FBC) muncul sebagai alternatif yang memungkinkan dan melebihi kelebihan yang cukup berarti dibanding sistem pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan antara lain rancangan boiler yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang tinggi dan berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx. Bahan bakar yang dapat dibakar dalam boiler ini adalah batubara, sekam padi, bagas dan limbah pertanian. Boiler fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas yaitu antara 0.5 T/jam sampai lebih dari 100 T/jam.
Kebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atsmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistem seperti ini telah dipasang digabungkan dengan water tube boiler/boiler pipa air konvensional.
Pada tipe Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC) Boiler, sebuah kompresor memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakaranya merupakan tangki bertekanan. Laju panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan bed sehingga bed yang dalam digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar panas.
Dalam sistem sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkatan padatan dan sebuah down-comer dalam sebuah siklon merupakan aliran sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak di dalam bed. Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi dan dinding air. 12
Gambar 9. Circulating fluidized bed boiler (sumber : United Nations Environment Programme, 2006) 8.
Stoker Fired Boilers
Stokers di klasifikasikan menurut metode pengumpanan bahan bakar ke tungku dan oleh jenis grate nya. Klasifikasi utamanya adalah spreader stoker dan chain –gate atau traveling-gate stoker. Gambar 10. Stoker fired boiler (sumber : United Nations Environment Programme, 2006) 9.
Pulverized Fuel Boiler
Sistem ini memiliki banyak keuntungan seperti kemampuan membakar berbagai kualitas batubara, respon yang cepat terhadap perubahan beban muatan, penggunaan suhu udara pemanas awal yang tinggi. Salah satu sistem yang paling populer untuk pembakaran batubara halus adalah pembakaran tangensial dengan menggunakan empat buah burner dari keempat sudut untuk menciptakan bola api pada pusat tungku. 13
Gambar 11. Pulverized fuel boiler (sumber : United Nations Environment Programme, 2006) 10.
Boiler Limbah Panas
Dimanapun tersedia limbah panas pada suhu sedang atau tinggi, boiler limbah panas dapat dipasang secara ekonomis. Jika kebutuhan steam lebih dari steam yang dihasilkan menggunakan gas buang panas, dapat digunakan burner tambahan yang menggunakan bahan bakar. Jika steam tidak langsung dapat digunakan, steam dapat dipakai untuk memproduksi daya listrik menggunakan generator turbin uap. Hal ini banyak digunakan dalam pemanfaatan kembali panas dari gas buang dari turbin gas dan mesin diesel. Gambar 12. Boiler limbah panas (sumber : United Nations Environment Programme, 2006) Evaluasi kinerja boiler Parameter kinerja boiler, seperti jumlah steam yang dihasilkan, jumlah bahan bakar yang dibutuhkan, jumlah udara yang diperlukan dan entalpi steam yang dihasilkan. Meskipun untuk boiler yang baru, alasan seperti buruknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan buruknya kinerja boiler. Neraca panas dapat membantu dalam mengindetifikasi kehilangan panas yang dapat atau tidak dapat dihindari. Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi boiler dan efisiensi terbaik dan terget area 14
permasalahan untuk tindakan perbaikan. Pengujian boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi boiler dan efisiensi terbaik. Di dalam pengujian boiler, hal yang harus diperhatikan yaitu : Neraca panas Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukkan jumlah energi yang terkandung dalam aliran masing-masing. Gambar 13. Diagram neraca energi boiler (sumber : pedoman efisiensi energi untuk industri di Asia, www.energyefficiencyasia.org) Metode langsung dan tidak langsung dalam menentukan efisiensi boiler 1. Metode langsung dengan menghitung input (bahan bakar) dan output (steam) Dikenal juga sebagai metode „input-output’ karena kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran/output steam dan panas masuk / input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus :
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Efisiensi Boiler (n) = panas masuk/panas keluar x 100 Efisiensi boiler (n) = (Qx(hg-hf)) : (qx GCV) x100 Parameter yang digunakan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metoda langsung adalah : Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam Kg/jam Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam Kg/jam Tekanan kerja (dalam Kg/cm2(g)) dan suhu panas (oC), jika ada. Suhu air umpan (oC) Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam Kkal/Kg bahan bakar. Dimana : hg-Entalpi steam jenuh dalam Kkal/Kg steam hf-entalpi air umpan dalam Kkal/Kg air Keuntungan metoda langsung : 15
‐ ‐ ‐ ‐ 2.
Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark Metode tidak langsung dalam menentukan efisiensi boiler
Standar acuan untuk uji boiler di tempat dengan menggunakan metode tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units. Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai berikut : Efisiensi boiler (%) (n)=100-(i+ii+iii+iv+v+vi+vii) Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan oleh : i. Gas cerobong yang kering ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/fly ash vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak langsung adalah : 1. Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, s, c, kadar air, kadar abu) 2. Persentase oksigen dan CO2 dalam gas buang 3. Suhu gas buang dalam 0C (Tf) 4. Suhu ambien dalam 0C (Ta) dan kelembaban udara dalam Kg/Kg udara kering 5. GCV bahan bakar dalam Kkal/Kg 6. Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat) 7. GCV abu dalam Kkal/Kg (untuk bahan bakar padat) Tahap 1. Menghitung kebutuhan udara teoritis =[(11,43 x C)+{34,5 x (H2-02/8)}+(4,32 x S)]/100 Kg/Kg bahan bakar Tahap.2 Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA) =persen O2 x 100/(21-persen O2) Tahap 3. Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok / Kg bahan bakar (AAS) ={1 + EA/100} x udara teoritis Tahap 4. Menghitung seluruh kehilangan panas i. Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering = (m x Cp x (Tf-Ta) x 100) / (GCV bahan bakar ) 16
Dimana
ii.
: m = massa gas buang kering dalam Kg/Kg bahan bakar M = (massa hasil pembakaran kering / Kg bahan bakar) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang sebenarnya). Cp = Panas jenis gas buang (0.23 Kkal/Kg) GCV = Gross Calorific Value (nilai kalor bahan bakar) (Kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2 dalam bahan bakar =[9 x H2 {584+Cp(Tf-Ta)} x 100] / GCV bahan bakar Dimana
iii.
: H2 = Persen H2 dalam 1 Kg bahan bakar Cp = panas jenis superheated steam (0,45 Kkal/Kg)
Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar =[M {584 + Cp (Tf-Ta)} x 100] / GCV bahan bakar Dimana
iv.
: M = persen kadar air dalam 1 Kg bahan bakar Cp = panas jenis steam lewat jenuh / superheated steam (0.45 Kkal/Kg)
Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara = [AAS x faktor kelembaban x Cp (Tf-Ta) x 100] / GCV bahan bakar Dimana : Cp = panas jenis steam lewat jenuh / superheated steam (0.45 Kkal/Kg)
v.
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang / fly ash = [Total abu terkumpul / Kg bahan bakar yang terbakar x GCV abu terbang x 100] / GCV bahan bakar
vi.
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah / bottom ash = [Total abu terkumpul per Kg bahan bakar terbakar x GCV abu bawah x 100] / GCV bahan bakar
vii.
Persen kehilangan panas karena radiasi
Tahap 5. Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler Efisiensi boiler (%) (n) = 100 – (i + ii + iii + iv + v + vi + vii) Rasio penguapan = panas yang digunakan untuk pembangkitan steam / panas yang ditambahkan ke steam. 17
Rasio penguapan yaitu kilogram steam yang dihasilkan per kg bahan bakar yang digunakan. Contohnya adalah boiler berbahan bakar batubara 6 (yaitu 1 Kg batubara dapat menghasilkan 6 Kg steam). Walau demikian, rasio penguapan akan tergantung pada jenis boiler, nilai kalor berbahan bakar dan efisiensi. 2.3.3
Turbin
Turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar roda/poros turbin. Pada turbin tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi, melainkan gerakan rotasi. Bagian turbin yang berputar biasa disebut dengan istilah rotor/roda/poros turbin, sedangkan bagian turbin yang tidak berputar dinamai dengan istilah stator. Roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang digerakkannya atau memutar bebannya yaitu generator. Di dalam turbin, fluida kerja mengalami ekspansi yaitu proses penurunan tekanan dan mengalir secara kontinu. Penamaan turbin didasarkan pada jenis fluida yang mengalir di dalamnya, apabila fluida kerjanya berupa uap maka turbin tersebut disebut dengan turbin uap. Bagian – bagian utama sebuah turbin uap adalah : 1. Cassing Adalah sebagai penutup bagian-bagian utama turbin. Gambar 14. Turbine cassing (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) 2.
Rotor Adalah bagian turbin yang berputar yang terdiri dari poros, sudu turbin atau deretan sudu. Untuk turbin bertekanan tinggi atau ukuran besar, khususnya unuk turbin jenis reaksi maka motor ini perlu di balance untuk mengimbagi gaya reaksi yang timbul secara aksial terhadap poros. 18
Gambar 15. Rotor turbin (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) 3. Bearing pendestal Adalah merupakan dudukan dari poros rotor. 4. Journal bearing Adalah bagian turbin yang berfungsi untuk menahan gaya radial atau gaya tegak lurus Rotor. 5. Thurst bearing adalah bagian turbin yang berfungsi untuk menahan atau untuk menerima gaya aksial atau gaya sejajar terhadap poros yang merupakan gerakan maju mundurnya poros rotor. Gambar 16. Bearing turbin (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) 6.
Main oil pump Berfungsi untuk memompakan oli dari tangki untukdisalurkan pada bagian – bagian
yang berputar pada turbin . Dimana fungsi dari lube oil adalah : Sebagai Pelumas pada bagian – bagian yang berputar. Sebagai Pendingin ( oil cooler ) yang telah panas dan masuk ke bagian turbin dan akan menekan / terdorong keluar secara sirkuler Sebagai Pelapis ( oil film ) pada bagian turbin yang bergerak secara rotasi. Sebagai Pembersih ( oil cleaner ) dimana oli yang telah kotor sebagai akibat dari benda-benda yang berputar dari turbin akan terdorong ke luar secara sirkuler oleh oli yang masuk . 19
7.
Gland packing Sebagai penyekat untuk menahan kebocoran baik kebocoran uap maupun kebocoran
oli. Gambar 17. Gland packing turbin (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) 8.
Labirinth ring Mempunyai fungsi yang sama dengan gland packing. Gambar 18. Ring turbin (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com)
9.
Impuls stage Adalah sudu turbin tingkat pertama yang mempunyai sudu sebanyak 116 buah. Gambar 19. Impuls (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com)
20
3.
Stasionary blade
4.
Adalah sudu-sudu yang berfingsi untuk menerima dan mengarahkan steam yang masuk. Gambar 20. Stationary blade (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) Moving blade Adalah sejumlah sudu-sudu yang berfungsi menerima dan merubah energi steam
menjadi energi kinetik yang akan memutar generator. 5. Control valve Adalah merupakan katup yang berfungsi untuk mengatur steam yang masuk kedalam turbin sesuai dengan jumlah Steam yang diperlukan. 6. Stop valve Adalah merupakan katup yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghentikan aliran steam yang menuju turbin. 7. Reducing gear Adalah suatu bagian dari turbin yang biasanya dipasang pada turbin-turbin dengan kapasitas besar dan berfungsi untuk menurunkan putaran poros rotor. Gambar 22. Reducing gear (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) Uap yang dialirkan ke turbin akan menyebabkan turbin bergerak, tetapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian 21
dialirikan ke kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialirkan ke boiler sebagai air pengisi. Tekanan besar dari uap mendorong blade memutar poros turbin. Poros turbin dihubungkan ke poros generator, dimana magnet berputar dalam kumparan kawat untuk menghasilkan listrik. Turbin uap adalah peralatan yang mengubah energi kinetis yang disimpan di dalam fuida (energi potensial) menjadi energi mekanis rotasional (menghasilkan putaran). Turbin uap memiliki 3 bagian utama yaitu : 1.
2.
3.
Nozel dan sudu-sudu diam yang bertindak sebagai nozel, bagian dari turbin uap yang mengkonversi energi potensial dari uap jenuh menjadi energi kinetis dengan jalan mengekspansikan (menyemprotkan) uap tersebut ke sudu bergerak dari turbin sehingga terjadi penurunan tekanan uap. Sudu-sudu gerak, bagian dari turbin uap yang mengkonversi energi kinetis semprotan uap menjadi energi mekanis pada perputaran rotor turbin akibat perputaran sudu-sudu geraknya. Rotor turbin, bagian dari turbin uap yang menyalurkan energi mekanis dari sudu-sudu bergerak kepada bagian berputar dari generator listrik sehingga dapat menghasilkan listrik.
Menghitung efisiensi turbin uap Gambar 23. Neraca entalpi turbin uap (sumber : http://www.energyefficiencyasia.org) Efisiensi total Dimana : Output turbin Input turbin
=
x 100%
= energi panas yang efektif digunakan turbin (BTU/jam) = energi panas yang dibutuhkan turbin (BTU/jam)
22
Gambar 24. Mollier diagram for water – steam (sumber : http://www.engineeringtoolbox.com) Jenis-jenis turbin uap Berdasarkan tekanan uap yang digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin, maka turbin uap dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : 1.
Turbin impuls (aksi)
Turbin impuls disebut juga turbin aksi atau turbin tekanan tetap, dimana uap mengalami ekspansi hanya pada nosel saja, sehingga tekanan uap sebelum dan sesudah sudu adalah tetap. Jika uap keluar dari ketel bertekanan tinggi diekspansikan sampai ke tekanan kondensor dengan satu nosel saja, kecepatan uap menjadi sangat tinggi. Pada umumnya kecepatan sudu sebanding dengan kecepatan uap masuk. Uap dengan kecepatan tinggi jika menumbuk suatu cincin sudu jalan tunggal dapat menghasilkan putaran rotor kurang lebih 30.000 rpm. Hal ini secara praktis tidak dapat diterapkan. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi putaran rotor yang tinggi, turbin dilengkapi dengan sejumlah kumpulan nosel yang membentuk suatu cincin yang diikuti dengan sejumlah cincin sudu jalan. Uap keluar dari nosel dengan kecepatan sembur yang tinggi, demikian pula tekanan uap keluar nosel akan diserap oleh tingkat-tingkat yang ada di dalam turbin . (S. K. Kulshrestha, 1989) 2.
Turbin reaksi
Turbin reaksi atau turbin tekanan berubah adalah proses ekspansi (penurunan tekanan) terjadi di dalam baris sudu tetap maupun sudu gerak, sehingga tekanan uap sesudah keluar dari tiap tingkat sudu lebih rendah dari sebelumnya. Turbin reaksi juga dinamakan turbin 23
Parsons sesuai dengan nama pembuatnya yang pertama yaitu Sir Charles Parsons. (Wiranto Arismunandar, 2004) Pada turbin reaksi jatuh tekanan uap yang melalui sudu tetap dan sudu jalan terjadi secara perlahan-lahan. Kecepatan sudu relatif rendah karena ekspansi uap terjadi pada laju kecepatan yang rendah. Selain itu pada saat yang sama, kecepatan yang rendah yang dihasilkan akan diserap oleh cincin sudu jalan. (S. K. Kulshrestha, 1989) Gambar 25. Blade turbin (sumber : http://www.scribd.com) Gambar 26 . Bagan turbin impuls dan turbin reaksi (sumber : http://www.scribd.com) Berdasarkan tekanan uap keluar turbin, turbin uap dapat dibedakan menjadi : 1. Turbin Kondensasi (Condensing Turbine) Turbin kondensasi adalah turbin yang saluran keluarnya dihubungkan dengan kondensor, sehingga tekanan uap pada saluran keluar mendekati vakum. 2. Turbin Tekanan Lawan (Back Pressure Turbine) Turbin tekanan lawan adalah jenis turbin yang memiliki tekanan uap keluar masih diatas 1 atsmosfer, sehingga uap bekas masih bisa digunakan untuk maksud-maksud lain, misalnya untuk perebusan dan pemanasan. 24
Gambar 27. Diagram turbin kondensasi Gambar 28. Turbin tekanan lawan (sumber : http://www.scribd.com) 2.3.4
Generator Generator berfungsi untuk mengkonversikan energi mekanik (putaran poros) dari turbin menjadi energi listrik dengan membuat poros generator dengan poros turbin berada dalam satu poros dengan cara dikopel. Generator arus bolak-balik pada prinsipnya terdiri atas 2 (dua) bagian utama, yaitu : a. Rotor adalah bagian dari generator yang berputar. Pada rotor terdapat kumparan konduktor sebagai pembangkit medan magnet utama. Medan magnet ini timbul karena adanya arus yang mengalir pada kumparan rotor. Jika rotor berputar, maka medan magnet akan memotong kumparan jangkar dalam stator, sehingga timbul gaya gerak listrik (GGL), yang kemudian disalurkan ke terminal generator. b.
Stator adalah bagian generator yang tidak bergerak (statis). Pada stator terdapat peralatan peralatan sebagai berikut : i. Kumparan stator 25
ii.
Rumah generator, berfungsi untuk melindungi komponen yang ada di dalamnya, juga berfungsi sebagai tempat melekatnya inti dan belitan konduktor serta terminal daripada generator itu sendiri.
Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu unit dan dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah didisain berdasarkan asumsi bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi 10.000 kali start-stop. Berarti selama setahun dilakukan 250 x start-stop maka umur pembangkit bisa mencapai 40 tahun. Start- stop adalah kondisi ketika generator berhenti beroperasi karena adanya perawatan berkala, maupun karena situasi yang tidak terduga. Bila kecepatannya putaran rotor meningkat maka daya yang dihasilkan generator akan meningkat pula, oleh karena itu putaran generator hasrus disesuaikan dengan output daya yang dibutuhkan. Effisiensi generator dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : (sumber : modul praktikum motor bakar, 2010) = ( output generator / input generator ) x 100 % Dimana : Input generator (MW) = N m * rad/s Output generator (MW) = daya listrik yang dihasilkan Catatan : 1 KKal = 1.16 x 10-3 KWh3 2.3.5
Condenser atau kondensator
Setelah bekerja untuk menggerakkan turbin, uap tersebut ditarik ke dalam kondensor, sebuah ruang besar di basement pembangkit listrik. Kondensor adalah bagian penting dari sebuah unit uap-listrik batubara. Perangkat ini mengembunkan uap yang telah meninggalkan turbin kembali menjadi air sehingga dapat digunakan berulang-ulang di pabrik. Uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau tepi pantai. Proses pendinginan sangat penting dan memerlukan sejumlah air dalam jumlah yang besar, dengan demikian, PLTU biasanya pasti terletak di dekat danau, sungai, muara atau laut. Untuk mendinginkan uap digunakan condenser cooling water atau condenser ber- pendingin air. Jutaan galon air dingin dipompa melalui tabung yang berjalan melalui kondensor. Air dalam tabung mendinginkan uap dan mengubahnya kembali ke air. Setelah uap terkondensasi menjadi air, maka air tersebut akan dipompa ke boiler lagi untuk mengulangi siklus. 26
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2012.
3.2
Bahan dan alat
Objek yang dilakukan pengujian kinerja pada penelitian ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alam Raya Semesta yaitu boiler serta tungku pembakaran, turbin, dan generator .Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah semua alat ukur sensor yang terpasang diruang pengendali (control room) dan alat ukur yang terpasang di lapangan. Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan uji kinerja ini adalah batubara, air dan udara.
3.3
Batasan sistem
Analisa efisiensi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alam Raya Semesta dengan bahan bakar batubara ini dibatasi hanya pada peralatan utama seperti boiler, turbin dan generator . Peralatan pendukung tidak dihitung karena menurut pengamatan di lapangan, peralatan pendukung tidak terlalu mempengaruhi nilai efisiensi suatu sistem PLTU. Sehingga, sub sistem yang dihitung dalam penelitian ini adalah : 3.3.1 Sistem pembakaran pada Boiler yang dilengkapi dengan tungku bahan bakar Untuk menghitung efisiensi suatu boiler dengan tungku pembakaran berdasarkan perbandingan total output yang berupa steam dan total input yang berupa jumlah bahan bakar dan udara. Proses pembakaran perlu untuk memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi efisiensi seperti : - Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam Kg/jam - Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam Kg/jam - Tekanan kerja (bar) - Suhu air umpan (oC) - Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam KKal/Kg bahan bakar. - Entalpi steam jenuh dalam KKal/Kg steam - Entalpi air umpan dalam KKal/Kg air. - Massa udara sebenarnya yang dipasok /Kg bahan bakar (AAS) 3.3.2 Turbin dan generator Untuk menghitung efisiensi turbin dan generator sebagai sebuah kesatuan, hal yang harus diperhatikan adalah efisiensi yang didapatkan merupakkan total dari hasil konversi listrik dan pemanfaatan panas dalam persen (%). Faktor –faktor yang mempengaruhi efisiensi turbin uap dan generator adalah adalah : - Entalpi steam pada saluran masuk turbin, h1 (Kkal/Kg) - Entalpi steam pada ekstraksi tahap 1, h2 (Kkal/Kg) 27
- Entalpi steam pada ekstraksi tahap 2, h3(Kkal/Kg) - Entalpi steam pada kondensor, h4(Kkal/kg) - Entalpi steam yang masuk boiler (Kkal/Kg) - Efisiensi boiler (%) - Entalpi steam keluar boiler (Kkal/Kg) - Input turbin (Kkal/Kg) - Ouput turbin = input generator (MW) - Output generator (MW) . Catatan : 1 Kkal= 1.16 x 10-3 KWh3
3.4
Parameter pengukuran Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah : 3.4.1 Sub Sistem tungku pembakaran dan boiler Parameter yang diukur adalah konsumsi batu bara per jam (TPJ) , jumlah air umpan (TPJ) dan jumlah steam yang dihasilkan (TPJ). Data yang dibutuhkan adalah suhu air umpan (0C), tekanan steam (Kg/cm2 (g)), suhu steam (oC) massa udara aktual yang dipasok (Kg/Kg bahan bakar), kebutuhan udara teoritis (Kg/Kg bahan bakar), suhu udara yang dipasok (0C), suhu gas buang (0C), suhu ambien (0C). 3.4.2 Sub Sistem turbin uap Parameter yang diukur adalah daya uap (MW) yang dihasilkan oleh perputaran sudu-sudu turbin. Data yang diperlukan meliputi konsumsi steam (TPJ), tekanan steam (bar), suhu steam (0C) dan entalpi steam (BTU/lb). 3.4.3 Sub sistem generator Parameter yang diukur adalah jumlah daya listrik yang dihasilkan (MW). Data yang diperlukan adalah besarnya output turbin yang berupa daya uap (MW) dan output generator (MW).
3.5 Metode pengambilan data 3.5.1 Tahap pendahuluan Pada tahap ini dilakukan pengelompokan sumber data yang diperlukan seperti kondisi dan pola produksi steam pada boiler dan mengidentifikasi data-data tersebut. Setelah itu dilakukan analisi data untuk mementukan metode pengambilan data dalam kurun waktu 2 minggu (7-20 April 2012) sampai terbentuk data yang berpola. Sehingga data tersebut dapat dievaluasi pada tahap pemeriksaan menyeluruh. 3.5.2 Pemeriksaan menyeluruh Setelah ditemukan metode pengambilan data, selanjutnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan pengamatan terhadap alat ukur yang digunakan dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang digunakan secara kontinu maupun alat yang bersifat tidak tetap. Tahapan selanjutnya dari pemeriksaan menyeluruh ini adalah melakukan pemeriksaan dan pencacatan atau pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : 1.
Pengumpulan data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data – data yang dibutuhkan untuk setiap parameter pada setiap sistem dengan 28
menggunakan berbagai alat ukur yang terdapat di lapangan. Waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan dan pengambilan data primer serta frekuensi pengambilan data ditentukan setelah dilakukan tahap pendahuluan yaitu selama 2 minggu (7-20 April) dengan frekuensi pengambilan data per jam. Data-data yang diambil yaitu :
2.
Pengamatan dan pengukuran pada boiler uap dan data yang diambil adalah suhu uap, tekanan uap, suhu air umpan, laju alir massa air umpan, laju alir massa batubara. Selengkapnya data yang akan digunakan berdasarkan parameter (dalam uraian 3.3). Secara umum, alat yang digunakan adalah peralatan pengukur daya listrik, peralatan untuk analisa pembakaran, manometer, termometer, flowmeter, tachometer, alat pendeteksi kebocoran dan pengukur lux serta alat yang terpasang pada ruang kendali (control room). Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang lainnya yang diperoleh dari pihak instansi termasuk data yang tidak dapat diukur di ruang pengendali (control room) seperti data komposisi batubara yang telah diuji di laboratorium oleh pihak instansi.
3.6
Pengolahan data dan analisis
Uji kinerja yang dilakukan pada boiler di pembangkit listrik tenaga uap ini dilakukan pada setiap tahapan yang telah ditentukan. Semua perhitungan akhir energi dikonversikan ke dalam satuan energi yang sama. 1. Energi bahan bakar batubara Energi bahan bakar batubara dalam proses produksi uap untuk menghasilkan listrik dapat dihitung dengan persamaan berikut : EB=MB * LHV Dimana : EB = energi batubara (KJ/jam) MB = laju aliran massa batubara (lb/jam) LHV = Low Heating Value batubara (KJ/lb) Pada perhitungan energi bahan bakar batubara, satuan yang digunakan untuk laju aliran massa adalah lb/jam dikarenakan nilai LHV yang diperoleh memiliki satuan KJ/lb. 2. Energi oksigen yang terkandung dalam udara Kebutuhan energi oksigen yang terkandung dalam udara pada proses pembakaran dapat dihitung dengan persamaan berikut : Eudara = Mudara * Dimana : Eudara = Energi udara (KJ/jam) Mudara = laju aliran massa oksigen yang terkandung dalam udara secara teoritis (Kg.mol/jam) Cpu = Panas jenis udara (KJ/Kg.mol) T1 = Suhu reference (298 oK) T2 = Suhu udara (oK) 29
Nilai panas jenis udara merupakan fungsi integral terhadap suhu, nilai Cp dapat dihitung dengan menggunakan tabel Heat Capacity for Inorganic Compounds and Elements . 3. Energi air umpan boiler Kebutuhan energi air umpan boiler dalam proses produksi steam dapat dihitung dalam persamaan berikut : Eair = Mair * Dimana : Eair = energi air umpan ketel (KJ/jam) Cpa = panas jenis air umpan ketel (KJ/Kg.mol) T1 = suhu reference (298 oK) T2 = suhu air umpan ketel (oK) Nilai panas jenis air umpan boiler merupakan fungsi integral terhadap suhu, nilai Cp dapat dihitung dengan menggunakan tabel Heat Capacity for Inorganic Compounds and Elements . 4. Energi uap Energi uap yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan berikut : Es = Ms * h Dimana : Es = Energi uap (KJ/jam) Ms = laju aliran massa uap (Kg/jam) h = Entalpi uap pada tekanan dan suhu tertentu (KJ/Kg) 5. Efisiensi penggunaan energi Efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi uap panas (steam) adalah sebagai berikut : a. Efisiensi rill Efisiensi rill yaitu perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah energi input. Energi rill dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : = (Eberguna / Ein ) x 100 % Dimana : = efisiensi rill (%) Eberguna = Energi berguna (KJ/jam) Ein = Energi input (KJ/jam)
b. Efisiensi teknis Efisiensi teknis yaitu perbandingan efisiensi terukur ( dengan efisiensi alat/mesin terpasang. Efisiensi teknis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : / Dimana :
) x 100 % = Efisiensi teknis (%) = Efisiensi alat / mesin menurut spesifikasi (%) = Efisiensi rill (%) 30
Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat efisiensi boiler berdasarkan tingkat kehilangan (losses) panas dalam boiler. Terdapat beberapa tahapan proses yaitu : Tahap 1. Menghitung kebutuhan udara teoritis =[(11,43 x C)+{34,5 x (H2-02/8)}+(4,32 x S)]/100 Kg/Kg bahan bakar Tahap 2. Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA) =persen O2 x 100/(21-persen O2) Tahap 3. Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok / Kg bahan bakar (AAS) ={1 + EA/100} x udara teoritis Tahap 4. Menghitung seluruh kehilangan panas i. Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering = (m x Cp x (Tf-Ta) x 100) / (CGV bahan bakar ) Dimana
ii.
: m = massa gas buang kering dalam Kg/Kg bahan bakar m = (massa hasil pembakaran kering / Kg bahan bakar) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang sebenarnya). Cp = Panas jenis gas buang (0.23 kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2 dalam bahan bakar =[9 x H2 {584+Cp(Tf-Ta)} x 100] / GCV bahan bakar Dimana : H2 = Persen H2 dalam 1 Kg bahan bakar Cp = panas jenis superheated steam (0,45 Kkal/Kg)
iii.
Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar =[M {584 + Cp (Tf-Ta)} x 100] / GCV bahan bakar Dimana
iv.
: M = persen kadar air dalam 1 Kg bahan bakar Cp = panas jenis steam lewat jenuh / superheated steam (0.45 Kkal/Kg)
Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara = [AAS x faktor kelembaban x Cp (Tf-Ta) x 100] / GCV bahan bakar Dimana : Cp = panas jenis steam lewat jenuh / superheated steam (0.45 Kkal/Kg)
v.
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang / fly ash = [Total abu terkumpul / Kg bahan bakar yang terbakar x GCV abu terbang x 100] / GCV bahan bakar 31
vi.
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah / bottom ash = [Total abu terkumpul per Kg bahan bakar terbakar x GCV abu bawah x 100] / GCV bahan bakar
vii.
Persen kehilangan panas karena radiasi
Tahap 5. Menghitung efisiensi boiler (%) dan rasio penguapan boiler Efisiensi boiler (n) = 100 – (i + ii + iii + iv + v + vi + vii) Rasio penguapan = panas yang digunakan untuk pembangkitan steam / panas yang ditambahkan ke steam. Tahap 6. Menghitung efisiensi turbin uap (%) Efisiensi total Dimana : Output turbin Input turbin
=
x 100%
= energi panas yang digunakan turbin (Kkal/jam) = energi panas yang dibutuhkan turbin (Kkal/jam)
Tahap 7. Menghitung efisiensi generator Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan efisiensi generator. Metode yang dipilih tergantung pada kondisi dan data yang tersedia di lapangan. Beberapa jenis metode tersebut adalah : = ( output generator / input generator ) x 100 %
Dimana : Input generator = output turbin (Watt) = tekanan (N/m2) x debit uap (m3/s) Output generator = daya listrik yang dihasilkan (Watt) = ( output generator / input generator ) x 100 %
Dimana : Input generator (Watt) = Torsi (N m) x (rad/s) Output generator (Watt)= daya listrik yang dihasilkan
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alamraya Semesta adalah PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis bituminus dengan kalori 3575 cal/g dengan kadar air 43.15%. Siklus dasar yang digunakan pada PLTU adalah siklus Rankine, dengan komponen utama boiler, turbin uap dan generator. Pada siklus Rankine dapat dilihat terjadi proses pemanasan air pada garis saturated yaitu titik 1-2. Lalu air dipanaskan hingga menjadi uap jenuh dan terus dipanaskan hingga menjadi uap kering 2-3. Setelah menjadi uap kering, uap akan masuk ke turbin dan terjadi penurunan temperatur pada entropi yang sama (3-4). Lalu uap akan didinginkan, pada proses ini terjadi pelepasan energi ke lingkungan (4-1). Gambar 29. Siklus Rankine pada PLTU Energi Alamraya Semesta Air yang berasal dari air sungai diproses dalam demineralisasi plant yang berfungsi mengurangi kadar ion hingga mencapai kadar ion dengan konduktivitas 0.2 μv/cm. Air ini ditampung dalam demin plant dan sebuah stand by yaitu reserved feed water tank dimana sewaktu-waktu air siap disirkulasi ke sistem. Air ini masuk ke kondensor bercampur dengan uap jenuh yang telah di spray dan telah menjadi air kondensat pada suhu 40 0C kemudian air dilewatkan dalam daerator , dimana air diberikan uap panas agar gas oksigen terpisah dan dapat terbuang. Daerator juga memanaskan air hingga 80 0C. Kemudian air dipompa oleh boiler feed pump ke economizer. Pada economizer terjadi pemanasan tiga 0C kemudian 253 tingkat yaitu tingkatan pertama air mengalami kenaikan suhu sampai 171 0C dan 0 269 C. Pemanasan air di economizer memanfaatkan gas hasil pembakaran yang bertemperatur tinggi. Lalu air dimasukkan ke dalam steam drum. Pada beban 10 MW, turbin membutuhkan uap dengan flow 57 ton/jam. Karena uap yang terbentuk masih berupa uap jenuh maka uap dipanaskan lagi ke superheater agar menjadi uap kering dengan suhu 450 0C dan tekanan 53.7 bar yang siap digunakan untuk memutar turbin. Uap kering diekspansikan ke high pressure turbine, untuk mengatur putaran pada HP turbine, terdapat valve yaitu governor yang mengatur pendistribusian uap. kecepatan putar turbin adalah 3000 rpm, jika beban naik maka jumlah steam yang dibutuhkan oleh turbin juga akan meningkat untuk menjaga putaran. Setelah memutar turbin HP, uap diekspansikan lagi di intermediate pressure turbine dan kemudian langsung masuk ke low pressure turbine tanpa adanya pemanasan ulang (reheat). Pada sistem turbin PLTU Energi Alamraya Semesta terdapat 2 sistem ekstraksi yaitu ekstraksi 1 yang terjadi setelah uap memutar turbin HP dan ektraksi 2 yang terjadi setelah uap memutar turbin IP. 33
Ektraksi 1 seharusnya dimanfaatkan untuk industri, namun karena tidak terdapat industri di PT. Energi Alamraya Semesta maka ekstraksi 1 ditutup, yang dipergunakan hanya ekstraksi 2 saja yang digunakan sebagai pemanas air preheater dengan menggunakan 7.5 ton/jam steam dan pemanas daerator dengan menggunakan 26 ton/jam steam. Sedangkan setelah memutar turbin LP uap langsung masuk ke kondensor dan terkondensasi menjadi air. Uap yang terkondensasikan menjadi air adalah 22.72 ton/jam steam. Gambar 30. Dearator di PLTU PT. Energi Alamraya Semesta Gambar 31. PLTU Energi Alamraya Semesta 34
Gambar 32. Sistem boiler di PLTU Energi Alamraya Semesta Gambar 33. Sistem turbin pada PLTU Energi Alamraya Semesta HP turbine, IP Turbine dan LP Turbine dikopel pada satu poros untuk memutar generator yang menghasilkan listrik. Berdasarkan spesifikasi, daya yang dihasilkan oleh PLTU Energi Alamraya 35
Semesta adalah 15 MW, tetapi dikarenakan alasan umur ekonomis mesin, daya maksimal yang dibangkitkan hanya 11 MW. Komponen utama pada PLTU Energi Alamraya Semesta adalah boiler dengan ruang bakar tipe travelling grate, turbin uap, dan generator.
4.1
Tungku pembakaran dan boiler
Boiler merupakan peralatan utama yang diperlukan dalam proses konversi energi panas pembakaran bahan bakar menjadi energi kinetis uap. Pada PLTU Energi alamraya Semesta tipe boiler yang digunakan adalah Water pipe boiler wth traveling grate dengan tipe tungku pembakaran adalah spreaderstoker yang mempunyai tekanan maksimum steam yang dihasilkan 60 bar dan temperature maksimum steam 4800C. Batubara diumpankan ke ujung grate baja yang bergerak. Ketika grate bergerak sepanjang tungku, batubara terbakar sebelum jatuh pada ujung sebagai abu. Diperlukan tingkat keterampilan tertentu, terutama dalam menyetel rate dan damper udara untuk menjamin pembakaran yang bersih serta menghasilkan seminimal mungkin jumlah karbon yang tidak terbakar dalam abu. Hopper umpan batubara memanjang di sepanjang seluruh ujung umpan batubara pada tungku. Sebuah grate batubara digunakan untuk mengendalikan kecapatan batubara yang diumpankan ke tungku dengan mengendalikan ketebalan bed bahan bakar. Ukuran batubara harus seragam sebab bongkahan yang besar tidak akan terbakar sempurna pada waktu mencapai ujung grate. Boiler terdiri dari kumpulan pipa-pipa yang berjejer secara vertikal membentuk dinding yang berfungsi sebagai tempat penguapan air. Pipa-pipa ini dipanaskan oleh boiler dimana panas yang diberikan merupakan hasil dari pembakaran bahan bakar batubara dan udara pembakaran. Gambar 34. Boiler di PLTU PT. Energi Alamraya Semesta Dalam menjalankan tugasnya, boiler ditunjang oleh komponen-komponen sebagai berikut : a.
Ruang bakar (furnace) adalah bagian dari boiler yang dindingnya terdiri dari pipa-pipa air, sedangkan pada sisi bagian depan terdapat sembilan buah burner yang letaknyaterdiri dari tiga 36
tingkat tersusun mendatar yang berfungsi untuk pembakaran. Pembakaran residu ini disertai dengan aliran udara panas, sedangkan gas bakar panas yang keluar dari ruang bakar dipakai untuk memanaskan air pre heater dan selanjutnya disalurkan ke cerobong untuk dibuang. b.
Dinding pipa(WaterTubes) merupakan dinding yang berada dalam ruang bakar yang berfungsi sebagai tempat penguapan air, dinding ini berupa pipa-pipa berisi air yang berjajar vertikal.
c.
Steam drum adalah suatu alat pada boiler yang berfungsi sebagai tempat penampungan uap hasil dari proses penguapan di dalam boiler.
d.
Super heater adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan lebih lanjut steam dari boiler sehingga menjadi uap kering. Pemanas untuk superheater diambil dari panas gas buang hasil pembakaran di ruang bakar (furnace).
e.
Ekonomizer berfungsi menyerap panas dari flue gas sehingga air dalam ekonomizer lebih panas. Flue gas adalah gas panas yang keluar dari ruang bakar (furnace) dan masih mengandung banyak kalori, maka diusahakan untuk mengeluarkan kalori dari flue gas. Panas yang diserap ini diperlukan untuk meningkatkan efisiensi ketel dan juga agar tidak terjadi perbedaan suhu yang terlalu besar di dalam boiler yang dapat mengakibatkkan keretakan pada dinding boiler.
f.
Air preheater atau yang disebut dengan pemanas udara awal berfungsi untuk memanaskan udara pembakaran dari forced draft fan (FD Fan) yang dilewatkan melalui steam coil heater sebelum masuk ke boiler.
g.
Steam coil Air Heater terletak antara air preheater dengan forced draft fan dimana alat ini berfungsi sebagai penguat panas udara awal sebelum udara masuk ke air pre heater dan menjaga temperatur gas panas sebelum keluar dari cerobong.
h.
Soot Blower berfungsi untuk menyemprotkan uap kedalam ruang bakar sehingga membersihkan heat recovery area, antara lain economizer, superheater, dan lainnya saat beroperasi.
i.
Cerobong (Stack) berfungsi untuk menyalurkan gas buang hasil pembakaran diruang bakar untuk dilepaskan ke atmosfir. Gambar 35. Boiler dengan ruang bakar tipe travelling grate 37
Dari
hasil pengamatan dan perhitungan, diperoleh persentase kehilangan panas yang
diakibatkan oleh gas cerobong yang kering sebesar 3.68%, kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar sebesar 5.435%, kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar 0.121%,
kehilangan panas karena adanya radiasi sebesar 2% dan
kehilangan panas yang diakibatkan oleh kehilangan panas karena kadar air dalam udara dan kehilangan lain yang tidak terhitung sebesar 4.764%. Berdasarkan besarnya kehilangan panas, diperoleh efisiensi boiler sebesar 84%. Sedangkan efisiensi pembakaran berdasarkan penggunaan energi input yang berupa batubara, gas buang turbin, dan air umpan serta energi output yang berupa steam, diperoleh efisiensi sebesar 75
%. Hal ini terbukti berdasarkan data dilapangan yang
menggunakan 12 ton batubara dengan kadar air 43%. Jika kandungan kadar air dapat diturunkan,
maka penggunaan batubara adalah 6.2 ton per jam. Tabel 1. Neraca energi pada sub sistem pembakaran (boiler) (KJ/jam) Energi input output Total input udara (steam) Tanggal batubara (x108) 8 6 8 (x10 ) (x10 )
Efisiensi
7
1.91
2.45
3.86
2.32
1.43
61.63%
8
2.08
2.44
3.72
2.47
1.83
74.08%
9
2.11
2.38
3.12
2.44
1.84
75.40%
10
2.09
2.50
3.33
2.44
1.86
76.22%
11
2.12
2.56
3.18
2.46
1.85
75.20%
12
2.19
2.34
3.20
2.53
1.85
73.12%
13
2.12
2.24
3.98
2.54
1.92
75.59%
14
2.18
2.45
3.33
2.53
1.89
74.70%
15
2.19
2.41
3.16
2.53
1.98
78.26%
16
2.15
2.28
3.21
2.49
1.87
75.10%
17
2.15
2.46
3.45
2.51
1.89
75.29%
18
2.19
2.37
3.96
2.60
1.93
74.23%
19
2.24
2.52
3.28
2.59
1.88
72.58%
20
2.19
2.47
3.29
2.54
1.91
75.19%
38
konsumsienergi(x108)KJ/jam
3 2,5 2 1,5 Input 1
Output
0,5 0 7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tanggal
Gambar 36. Grafik energi input dan output pada sub sistem pembakaran (boiler) (KJ/jam) Konsumsi batubara dan beban yang dihasilkan dalam kurun waktu (7-20 April) dapat dilihat dalam kurva efisiensi berikut ini. 14 12 10 8 6 4
Load (MW) Batubara (ton/h) Efisiensi
2 0 Tanggal (7‐20 April) Gambar 37. Grafik efisiensi dengan hubungan pemakaian batubara dan beban yang dihasilkan Jika dibandingkan dengan hasil penelitian efisiensi energi untuk Combustion Chamber PT. PUPUK KUJANG yang dilakukan oleh Hera Pratiwi (2008) dengan menggunakan gas alam sebagai bahan bakar di dapatkan nilai efisiensi sebesar 85.1 %
sedangkan pada PLTU Energi Alamraya
Semesta diperoleh efisiensi boiler sebesar 84 %. 39
4.2
Turbin
Turbin uap menghasilkan putaran karena adanya aliran uap yang tetap yang masuk ke nozzle dan ditekan dengan tekanan rendah. Uap tersebut masuk steam jet, disini kecepatan uap dinaikkan, sebagian dari energi kinetik dari uap tersebut dikirim ke sudu-sudu turbin yang mengakibatkan terdorongnya sudu-sudu turbin untuk berputar. Kecepatan putar pada PLTU EAS adalah 3000 rpm, semakin tinggi beban konsumen, maka kebutuhan uap untuk mempertahankan putaran turbin akan semakin besar. Besar dan kecilnya beban sangat berpengaruh sekali terhadap uap yang akan dihasilkan, bila beban cukup tinggi, maka jumlah uap yang dibutuhkan juga besar dan sebaliknya. Pengaturan jumlah uap yang masuk ke dalam turbin ini dilakukan oleh control valve yang bekerja secara otomatis. Turbin uap pada PLTU Energi Alamraya Semesta mempunyai 3 tingkatan : 1. Turbin Tekanan Tinggi (High Pressure Turbine) 2. Turbin Tekanan Menengah (Intermediate Pressure Turbine) 3. Turbin Tekanan Rendah (Low Pressure Turbine) Gambar 38. Turbin uap di PLTU PT. Energi Alamraya Semesta Prinsip kerja dari turbin uap adalah uap kering dari super heater yang mempunyai temperature dan tekanan tinggi yang dialirkan ke turbin tekanan tinggi. Di dalam turbin ini terdapat sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga akan dapat mengekspansikan uap. Energi uap yang diterima oleh sudu-sudu turbin digunakan untuk menggerakkan poros turbin. Disini terjadi perubahan energi, maka temperatur uap akan turun. Setelah itu uap masuk ke intermediate pressure turbine dan akan menggerakkan sudu-sudu intermediate pressure turbin dan low pressure turbine, sehingga dari gerakan sudu-sudu ini akan memperkuat gerakan poros turbin. Setelah memutar turbin HP uap diekstraksikan (tahap 2), tetapi uap hasil ekstraksi tidak terpakai karena dikhususkan untuk industri sedangkan PLTU Energi Alamraya 40
Semesta tidak memiliki industri. Setelah memutar turbin IP terjadi ekstraksi tahap 2 yang digunakan untuk memanaskan pre heater dan daerator , terakhir setelah memutar turbin LP uap terkondensasikan di dalam kondensor. Pada beban 10 MW yang membutuhkan 57 ton steam untuk menjaga putaran turbin pada 3000 rpm, 7.5 ton di supply ke pre heater, 26 ton ke daerator dan 22.72 ton terkondensasi menjadi air yang akan di supply kembali ke boiler. Tabel 2. Neraca energi pada sub sistem turbin BBC-BD2EEQ2e38 (BTU/jam) Flow steam (lb/jam)
Tanggal
Daya input Daya output MW MW
Efisiensi
91 986.74
9.54
7.05
73.89%
8
117 786.34
12.21
9.42
77.14%
9
118 400.88
12.28
9.39
76.46%
10
119 658.59
12.41
9.42
75.90%
11
118 740.08
12.31
9.37
76.11%
12
119 207.04
12.36
9.75
78.88%
13
123 196.03
12.77
9.36
73.29%
14
121 682.81
12.62
9.68
76.70%
15
127 330.39
13.20
9.77
74.01%
16
120 308.37
12.47
9.45
75.78%
17
121 328.19
12.58
9.52
75.67%
18
123 878.85
12.84
9.70
75.54%
19
120 960.35
12.54
9.98
79.58%
20
122 991.18
12.75
9.72
76.23%
Daya(MW)
7
14 12 10 8 6 4
Input Output
2 0 7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tanggal
Gambar 39. Grafik energi input dan output pada sub sistem turbin BBC-BD2EEQ2e38 (BTU/jam) 41
Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan kondisi di lapangan maka diperoleh efisiensi konversi energi di turbin sebesar 74 %. Dengan menggunakan entalpy steam yang masuk ke boiler (h3) dan membandingkan dengan keadaan adiabatis sistem berdasarkan siklus Rankine, diperoleh efisiensi sebesar 76% . Sedangkan efisiensi pemanfaatan energi di turbin hanya 30 %, artinya hanya 30% energi panas steam yang digunakan untuk memproduksi listrik, selebihnya steam terkondensasi kembali menjadi air. Dimana sebesar 7.84% atau 1 MW merupakan daya yang hilang setelah overhaul dan 13.72% merupakan energi lain yang hilang karena penyesuaian beban dengan PLN, dan seal bearing (balancing box) serta dipengaruhi oleh umur ekonomis mesin. 4.3 Generator Generator berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (energi poros) dan turbin menjadi energi listrik dengan menyatukan poros generator dan poros turbin dengan cara di kopel. Poros turbin dihubungkan dengan poros generator menggunakan kopling tetap. Dari generator terjadi perubahan energi , dari energi mekanis menjadi energi listrik. Pada PLTU Energi Alamraya Semesta generator yang digunakan adalah TDG 155/185/72-5 dengan putaran 3000 rpm. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai efisiensi untuk generator sebesar 86.03%. Generator arus bolak-balik pada prinsipnya terdiri atas 2 bagian utama, yaitu : a.
Rotor adalah bagian generator yang berputar. Pada rotor terdapat kumparan konduktor sebagai pembangkit medan magnet utama. Medan magnet ini timbul karena adanya arus yang mengalir pada kumparan rotor yang diperoleh dan exciter. Jika rotor berputar, maka medan magnet akan memotong kumparan jangka stator, sehingga timbul gaya gerak listrik (GGL), yang kemudian disalurkan ke terminal generator.
b.
Stator adalah bagian dari generator yang tidak bergerak (statis). Pada stator generator terdapat peralatan-peralatan sebagai berikut : ‐
Rumah generator berfungsi untuk melindungi komponen yang ada di dalamnya, juga berfungsi sebagai tempat melekatnya inti dan belitan, konduktor serta terminal dari generator itu sendiri.
‐
Resistance temperature detector, temperatur belitan stator diukur untuk kumparan pengukur sebanyak 12 buah, yang terpasang antara bagian atas dan bagian bawah dan belitan bagian dalam. Tahanan pengukur suhu dibuat dan bahan tembaga murni.
‐
Sistem ventilasi terdapat pada stator dan berbentuk multiradial, sehingga di dapatkan suatu pendingin temperatur axial yang rata. Untuk tujuan yang sama, rotor di dinginkan melalui lubang angin yang berbentuk radial dilengkapi dengan celah-celah ventilasi di dalam gerigi rotor dan letaknya dibawah alur.
‐
Spane heater berfungsi untuk mencegah pengembunan dan kelembaban selama pemakaian mesin berhenti untuk jangka waktu lama. 42
Gambar 40. Generator PLTU di PT. Energi Alamraya Semesta Tabel 3. Neraca energi pada sub sistem generator BBC TDG 155/185/72-5 (MW) April 2012 Daya input Kec. Putar (Rpm) / daya
Daya output
7
2424 / 8.24 MW
7.05
85.24 %
8
3007 / 11.06 MW
9.42
85.17 %
9
3007 / 11.06 MW
9.39
84.90 %
10
3007 / 11.06 MW
9.42
85.17 %
11
3007 / 11.06 MW
9.37
84.71 %
12
3006 / 11.06 MW
9.75
88.15 %
13
3007 / 11.06 MW
9.36
84.62 %
14
3009 / 11.07 MW
9.68
87.44 %
15
3009 / 11.07 MW
9.77
88.25 %
16
3008 / 11.07 MW
9.45
85.36 %
17
3008 / 11.07 MW
9.52
85.99 %
18
3008 / 11.07 MW
9.70
87.62 %
19
3007 / 11.06 MW
9.98
90.23 %
Tanggal
(Load) Efisiensi
20 3006 / 11.06 MW 9.72 87.88 % Sistem kerja generator yang beroperasi di PT. Energi Alamraya Semesta adalah menggunakan energi putar poros yang diteruskan oleh turbin sehingga menghasilkan daya serta sistem yang digunakan adalah base load yaitu beban generator disesuaikan dengan kebutuhan konsumen / sinkron dengan PLN. Kebutuhan energi input dan jumlah energi output yang dihasilkan oleh generator seperti yang terlihat pada tabel 3 dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. 43
12 10 Power(MW)
8 6 Input Output
4
2 0 7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tanggal
Gambar 41. Hubungan antara daya input (MW) dengan daya listrik (MW) yang dihasilkan Efisiensi generator dipengaruhi oleh beban pemakaian konsumen dan peran operator dalam menangani proses saat terjadinya penurunan dan kenaikan beban konsumen maupun jika terjadi gangguan. Berdasarkan hasil perhitungan menurut kondisi di lapangan, kinerja generator di Energi Alamraya Semesta telah cukup baik. 4.4 Condenser Condenser merupakan salah-satu komponen utama dari PLTU yang berfungsi untuk mengkondensasikan uap keluaran turbin menjadi air dengan pendinginan. Agar proses kondensasi tersebut efisien, maka tekanan di condenser harus rendah (divakumkan). Kevakuman pada condenser di dapatkan dengan cara menghisap ruang condenser dengan Steam Jet Air Ejector. Kondensasian disebut air kondensat (condensate water). Air kondensat masih mengandung sedikit O2. Air ditampung di hotwell dan dialirkan kembali ke siklusnya. Udara dan gas-gas yang terkondensasikan dikeluarkan oleh steam jet air ejector. Hal ini dilakukan sebab ada kemungkinan ada udara yang terbawa. Gambar 42. Sistem kondensasi PLTU di PT. Energi Alamraya Semesta 44
4.5
Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang merupakan peralatan yang digunakan untuk menunjang aktivitas atau operasional PLTU Energi Alamraya Semesta. Peralatan penunjang yang digunakan pada PLTU Energi Alamraya Semesta adalah : a. Condensate Pump Berfungsi sebagai pemompa air kondensat untuk diproses di low pressure heater. Tersedia 1 unit condensate pump yang digunakan pada PLTU Energi Alamraya Semesta dengan kapasitas 53 m3/jam dan daya yang dibutuhkan untuk masing-masing unit adalah 15 KW. b. Circulating Water Pump (CWP) Berfungsi untuk memompa air masuk ke condenser sebagai arus pendingin, tersedia 1 unit dengan daya yang dibutuhkan sebesar 90 KW dengan menggunakan 1 unit ejection water pump yang membutuhkan daya sebesar 18.5 KW. c. Make Up Water Tank Berfungsi sebagai tempat untuk menampung air yang dihasilkan oleh water treatment equipment. Make up water transfer pump membutuhkan daya sebesar 30 KW serta memiliki fungsi untuk memompa air dan make up water tank ke kondenser sebagai air penambah. d. Boiler Feed Pump (BFP) Berfungsi untuk memompa air dari daerator menuju boiler dengan pressure 57 bar, membutuhkan daya sebesar 15 kW dan 1 unit spray raw water pump yang membutuhkan daya 22 KW. e. Vacuum Pump Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terjebak di dalam air pendingin kondensor, sehingga sistem pendingin dalam kondensor menjadi sempurna. Daya yang dibutuhkan 18.5 KW f. Steam jet Air Ejector Berfungsi untuk mempertahankan kondisi vakum tekanan uap dalam kondensor. g. Economizer Berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler yang lewat di dalamnya. h. Daerator Berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler dan untuk menghilangkan udara yang terkandung didalam air. 45
i.
Main Stop Valve Berfungsi untuk membuka dan menutup uap yang masuk ke dalam turbin dan dilengkapi
j.
dengan bypass main stop valve. High Pressure heater (HP Heater) Berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler yang dilewatkan ke dalamnya. Panas
tersebut berasal dari uap ekstraksi pertama dan kedua. k. FD Fan Berfungsi untuk mensupply udara guna proses pembakaran bahan bakar dan mendorong flue gas keluar dari ruang bakar (burner) dan ditempatan pada lubang-lubang udara ke pemanas awal udara sehingga keseluruhan sistem sampai lubang masuk cerobong berada
l.
pada tekanan positif. IDF=315 KW, PAF=250 KW, SAF=160 KW Cooling Tower Berfungsi untuk mendinginkan uap dan turbin yang telah dikondensasi dari condenser.
Pompa membutuhkan daya 2x160 KW m. Oil pump Berfungsi untuk lubricating oil dan oil vapor extractor dengan membutuhkan daya masing-masing 40 KW dan 0.48 KW. Besarnya daya yang digunakan dalam pengoperasian komponen penunjang adalah 1.3 MW, sehingga besarnya beban yang di distribusikan ke konsumen adalah selisih dari total daya yang dihasilkan dengan total daya yang digunakan dalam pengoperasian (pemakaian sendiri). Besarnya net efficiency berdasarkan total penggunaan pembangkit, contoh kasus pada beban 10 MW adalah 87%. Daya sebesar 8.7 MW merupakan daya total yang dijual ke PLN dengan harga jual Rp. 700 ,- per KWh. 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1. 2.
3. 4. 5.
6.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di PT. Energi Alamraya Semesta merupakan PLTU dengan produksi listrik maksimal 10 MW, sebesar 1.3 MW adalah listrik yang digunakan untuk operasional PLTU sedangkan sisanya dijual ke PLN untuk di distribusikan ke masyarakat pengguna (konsumen). Sub sistem atau komponen utama PLTU ini adalah boiler tipe traveling grate, turbin 3 tingkat (high pressure, intermediate pressure dan low pressure), dan generator. Bentuk energi yang digunakan pada proses produksi listrik adalah energi uap yang bersumber dari energi bahan bakar berupa batubara jenis bituminus dengan nilai GCV 3575 cal/g, energi panas hasil ekstraksi turbin, dan energi air umpan ketel (boiler). Pengoperasian boiler ini pada beban 10 MW membutuhkan steam 53 ton / jam dengan pressure 53.7 bar dan temperature 445OC. Untuk memproduksi listrik 10 MW per jam, dibutuhkan 11.19 ton batubara, tetapi dalam kondisi aktual batubara yang di supply sebanyak 12 ton per jam pada kadar air 43%. Jika kadar air dalam batubara menurun sampai kadar air 15-20 %, hanya dibutuhkan 6.20 ton batubara per jam. Pembakaran pada ruang bakar tidak sempurna. Hal ini timbul dari kekurangan udara udara atau kelebihan bahan bakar dan pendistribusian bahan bakar yang kurang efektif. Hal ini dapat terlihat dari warna asap yang bewarna kecoklatan. Rata-rata efisiensi kerja turbin uap selama bulan April 2012 adalah 79.58 %, untuk efisiensi kontruksi boiler adalah 84% yang mendekati efisiensi spesifikasi 86%, sedangkan untuk tungku atau ruang bakar dengan output steam diperoleh efisiensi sebesar 75% dan untuk efisiensi generator diperoleh sebesar 86 %. Secara keseluruhan diperoleh efisiensi total pemanfaatan energi (steam) untuk PLTU Energi Alamraya Semesta adalah 18%. Hal ini terjadi karena energi (steam) yang dihasilkan hanya digunakan untuk memproduksi listrik saja, karena tidak ada industri yang memanfaatkan steam sehingga steam terkondensasikan kembali menjadi air. Saran yang dapat diberikan berdasarkan kondisi di lapangan adalah : Sistem pembakaran harus diperbaiki untuk meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar. Pemanfaatan panas buang cerobong untuk pengeringan dan pemanasan awal batubara sehingga dapat meningkatkan nilai pembakaran / Gross Calorific Value (GCV) serta dapat mengurangi pemakaian batubara. Melakukan analisis ultimate terhadap batubara sebelum di distribusikan ke ruang bakar oleh coal feeder. Memindahkan ekstraksi 1 ke ekstraksi 2 untuk memudahkan pengontrolan jumlah steam yang masuk ke preheater dan ke daerator. Membuka valve PAF (primary fan) sebesar 40 % dan untuk SAF 26 % pada pembakaran 12 ton batubara / jam. karena perbandingan PAF dan SAF untuk pembakaran ideal adalah 60 : 40. (lampiran 3). Menggunakan oxigen analyzer untuk mengontrol kandungan oksigen di ruang bakar sehingga dapat mencapai pembakaran yang ideal. 47
7.
Menggunakan reheater untuk meningkatkan kembali temperature steam yang akan masuk ke intermediate turbine sehingga dapat meningkatkan efisiensi karena menaikkan suhu pada uap hasil ektraksi. 48
DAFTAR PUSTAKA Agriculture and Agri-Food. 2001. Heat recovery for Canadian food and beverage industries, Canada Alamanda, Deni. 2000. Menekan kerusakan lingkungan PLTU Batu bara. Majalah Patra Propen- Pertamina. Jakarta. Arismunandar, Wiranto. 2004. Penggerak Mula Turbin. ITB. Bandung. Book 2, 2004. Bureau of Energy Efficiency. Energy Efficiency in Thermal Utilities. Cengel, Yunus A., dkk. 2002. Thermodynamic Fourth Edition. McGraw-Hill. CIBO. 1997. Energy Efficiency Handbook. Council of Industrial Boiler Owners. Burke. Djokosetyardjo. M.J. 1987. Ketel Uap. PT.Pradnya Paramita. Jakarta. Hartono, Adhi. 2011. Cara kerja PLTU „INDOBANGUN PROJECT .http://www. Cara kerja PLTU „INDOBANGUN PROJECT .html. [2 April 2012] http://www.engineeringtoolbox.com [Senin, 2 April 2012] http://www.scribd.com/doc/35222816/Efisiensi-Boiler-CRM [Senin, 2 April 2012] http://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/06/teknologi-pembakaran-pada-pltu-batubara/ [Rabu, 4 April 2012] http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=21&submit.x=28&submit.y=11&submit=next&qual=low& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Felkt%2F2003%2Fjiunkpe-ns-s1-2003-23498028- 5268-pltu-chapter2.pdf [Rabu, 4 April 2012] http://www.energyefficiencyasia.org [Rabu, 4 April 2012] Jackson, J. James. 1980. Steam Boiler Operation. Prentice-Hall Inc., New Jersey. Kadir, Abdul. 1995. Energi. UI- Press. Jakarta. Kern, Q. Donald. 1965. Process Heat Transfer. The McGraw-Hill Book Company, Inc. Singapore. Kulshrestha, S. K. 1989. Termodinamika Terpakai, Teknik Uap dan Panas. UI-Press. Jakarta. Kosan Idemitsu. 2003. Material Presentasi. Co., Ltd. Japan. Perry. 1984. Perry’s Chemical Engineers’Handbook sixth Edition. McGraw-Hill International Edition. Kosaido Printing Co.,Ltd. Japan Perusahaan Umum Listrik Negara. 1987. Standar Operasi Pusat Listrik Tenaga Uap Bagian Dua : Faktor-Faktor Pengusahaan, SPLN 62 – 2: 1987. Perusahaan Umum Listrik Negara. 2009. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Polimeros, George. Energy Kogenerasi Handbook, Industrial Press Inc. Pratiwi, Hera. 2009. Audit Energi pada Proses Produksi Pupuk Urea di PT. PUPUK KUJANG Cikampek Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saadat, Basuki. 1991. Power System Analysis. Mc Graw Hill Inc, Singapore. Sewatama. 2011. Coal Fired Power Station Course. Jakarta Shields, Carl D. 1961. Boilers. McGraw Hill Book Company. U.S. Smith, J.M., dkk. 1996. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics. McGraw-Hill Chemical Engineering Series. The McGraw-Hill Companies, Inc. Singapore. Tim penyusun, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB. 2010. Modul Praktikum Motor Bakar. Bogor 49
University of Missouri, 2004. Energy Management-Energizing Mizzou. Colombia United Nations Environment Programme (UNEP). 2006. Boilers and Thermic Fluid Heaters. Badan Produktivitas Nasional. India Wahyudi. 2002. Bahan Kuliah Termodinamika Dasar. Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta Yaws. 1996. Handbook of Thermodynamic Diagrams, Volume 4 : Inorganic Compounds and Elements. Houston, Texas. Zuhal. 1995. Ketenagalistrikan Indonesia. PT. Ganeca Prima. Jakarta. 50
LAMPIRAN 51
Lampiran 1. Contoh perhitungan efisiensi ketel uap (boiler) Efisiensi tungku pembakaran berdasarkan input batubara dan output uap (steam) Batubara Coal flow = 13 ton/jam = 28,700.44 lb/jam Energi batubara = 7641.60 KJ/lb x 28,700.44 lb/jam =2.19 x 108 KJ/jam. Udara Total flow udara = 22 622 Kg/jam Tout preheater = 400 K Tin = 300 K Entalpi udara
= (400.98 – 305.22) KJ/Kg (sumber:Cengel, Thermodynamic Fourth Edition, Table A-17)
Energi oksigen = 22 622 Kg/jam x 95.76 KJ/Kg = 2.16 x 106 KJ/jam. Air umpan ketel Flow air = 56.286 ton/jam T0 = 250C T1
= 1700C
Entalpi H2O
= (718.96 – 103.96) KJ/Kg (sumber:Cengel, Thermodynamic Fourth Edition, Table A-4)
Energi air umpan boiler Uap (steam) Steam flow Steam pressure Steam temperature Huap Energi uap Energi input
Energi output Efisiensi
Kg
56 286 jam x 615 KJ/jam
3.46 x 107 KJ/jam.
= 53.1 ton/jam = 53.2 bar = 446oC = 719 K = 3,433 KJ/Kg (sumber : Ketel uap, Tabel 2. Uap yang dipanaskan lanjut) = 53.1 ton/jam x 103 x 3,433 KJ/Kg = 1.82 x 108 KJ/Kg = energi batubara + energi udara + energi air umpan = (2.19 x 108 KJ/jam) + (2.16 x 106 KJ/jam) + (3.46 x 107 KJ/jam) = 2.55 x 108 KJ/jam. = energi uap = 1.82 x 108 KJ/jam = 1.82 x 10 8 KJ/jam 2.55 x 108 KJ/jam 100% 71.37 %
52
Efisiensi boiler (kontruksi) Jenis boiler : Berbahan bakar batubara Analisis Ultimate batubara C :38.20 persen H2 :3.45 persen
GCV batubara
:3575 Kkal/Kg
persentase oksigen
:1 persen
S
:0.13 persen
persentase CO2
:-
O2
:1.8 persen
Tf (suhu gas buang)
: 120 C
Ta (suhu lingkungan)
: 27 C
RH
: 0.018 Kg/Kg dry air
Tahap 1. Kebutuhan udara teoritis = [(11.43 x 38.20) + (34.5 x (3.45-1.8/8)) + (4.32 x 0.13)] / 100 = [436.626 + (34.5 x 3.225) + 0.561] / 100 = 5.48 Kg udara/Kg bahan bakar Tahap 2. Persen udara berlebih yang dipasok (EA) = (1 x 100) / (21-1) =5% Tahap 3. Massa udara sebenarnya yang dipasok / Kg bahan bakar (AAS) = [ 1 + 5/100] x 5.48 = 5.754 Kg udara / Kg batubara Tahap 4. Total kehilangan panas i. Persentase kehilangan panas karena gas kering cerobong m = massa CO2 + massa SO2 + massa N2 + massa O2 5.754 77 = 0.382 44
-3 = 1.40 + 2.6 x 10 + 4.430 + 0.32 = 6.152 Kg/Kg batubara
= 6.152 0.23 120
ii.
27
= 3.68% Persentase kehilangan panas karena penguapan kadar air karena adanya H2 dalam bahan bakar
9 3.45 584 0.45 3575
iii.
120 27
5.435% Persentase kehilangan panas karena kadar air dalam udara
= 5.754 0.018 0.45
3575
120 7
100
53
iv.
= 0.121% Kehilangan panas akibat radiasi ( boiler kecil 2% ) serta kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang (fly ash) dan abu bawah (bottom ash) sekitar 4.81 %.
Efisiensi = 100 – [ 3.63 + 5.435 + 0.121 + 2 + 4.81] = 84.004 % Efisiensi boiler dengan menggunakan metode langsung hanya berdasarkan input bahan bakar dan output steam - Jumlah steam yang dihasilkan 53.1 ton/jam - Jumlah bahan bakar yang digunakan 12 ton/jam - Tekanan kerja 51 bar - Suhu 445 C - Suhu air umpan 80 C - GCV bahan bakar 3575 Kkal/Kg - Entalpi steam jenuh (hg) 762.966 Kkal/Kg - Entalpi air umpan (hf) 80.172 Kkal/Kg
53.1 762.966 80.172 100 84 % 12 3575
54
Lampiran 2. Contoh perhitungan efisiensi siklus uap dan turbin 819.8 Kkal/Kg Boiler
Turbine work Mechanical work/hour Electrical output Turbine cycle effisiensi Power eficiency Heat required / lb of steam Heat required per hour
η
3
3432 .50 2357 .9
Condenser
= 196.60 Kkal/Kg
= 57 199 x 196.60
= 11 236 552.6 Kkal/hours
= 11 236 552.6/ 860
= 13 067.59 = 13.06 MWh
= 196.60 / 637.59
= 30.83%
= 9.72 / 13.06
= 74.42 %
= 637.59 / 0.84
= 759.03 Kkal / Kg
= 760 x 57 199
= 43 471 240 Kkal/hours
3432 .50 2609 = 76 %
623.196 Kkal/Kg
182.21 Kkal/Kg = 819.8 – 623.19
= (6.97, 19.946) 4 "
196.60 Kkal/Kg ggg
Turbin e
Efisiensi turbin berdasarkan siklus rankine : Steam inlet (h3, T3) = (3432.50, 445 C) Steam outlet (h4, T4) = (2609, 57 C) (S3, P4)
43 471 240 = 25.84 %
S3
= 6.97 KJ/Kg. K
P4
= 19.946 KPa
h4” = 2357.9
55
Lampiran 3. Generator Daya input :
35,167.70
2
35,167.70
314
11,042,657.8
11.042
Daya output : 9.5
Efisiensi generator =
9.5
56
Lampiran 4. Menghitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan Effisiensi boiler 84 % Jika batubara dikeringkan : Q low = 30 356 KJ/Kg S = 53.1 ton/jam = 53100 Kg/jam Q = 53 100 Kg/jam x (3316.30-335.72)KJ/Kg = 158 268 798 KJ/jam Be = Q : (eff x Q terendah) = 158 268 798 KJ/jam : (0.84 x 30 356) KJ/Kg = 6206 Kg/jam = 6.20 ton/jam Batubara tidak dikeringkan (aktual) : Be = Q : (eff x Q terendah) = 158 268 798 KJ/jam : (0.84 x 16 831.72) KJ/Kg. Panas yang terkandung / Kg batubara. = 11194.05 Kg/jam =11.19 ton/jam. Kalori yang dibutuhkan untuk menghasikan daya 9.5 MW 9.5 MW = 9500 KW = 12 734.58 Hp = 968 337.463 Kg.m/s = 9 499 390.512 J/s = 9499.39 KJ/s = 3.41 x 107 KJ/jam
57
Lampiran 5. Menghitung jumlah udara pembakaran Analisis proximate batubara : 43.15% kadar air , 3.81 % abu, 38.20% karbon, 3.45% hidrogen,
1.8% oksigen, 0.13% sulfur.
Nilai pembakaran terendah / low heating value (LHV) : = (33 915 x 0.382) + 121423 (0.0345 – (0.018/8)) + (10468 x (1.3x10-3)) – 2512 x (0.431 + 9) x (0.018/8) = 16831.72 Kilojoule/Kg Jumlah oksigen yang dibutuhkan
= (0.382 x 2.67) + (0.034 x 8) + (1.3 x 10-3) = 1.293 Kg O2
O2 yang tersedia di bahan bakar
= 0.018 Kg O2
Oksigen yang dibutuhkan
= 1.293 – 0.018 = 1.275 Kg O2
Dalam 1 Kg udara mengandung 0.231 Kg O2, sehingga jumlah udara teoritis yang dibutuhkan adalah (1.275 / 0.231) = 5.519 Kg udara / Kg bahan bakar. Sehingga untuk 10 MW dengan 12 000 Kg pembakaran batubara, diperlukan 66 228 Kg udara yang sebanding dengan 15 298 Kg O2. Kondisi aktual : Udara luar yang dihisap oleh PF sebanyak 22 000 Kg sebanding dengan 5082 Kg O2 dengan persentase bukaan valve 20%. Seharusnya jika bukaan 1% diperoleh 1100 Kg udara. Maka untuk mendapatkan 66 228 Kg udara diperlukan bukaan valve sebesaar 66%.
58
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER
RACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
MW Rpm
9,8 3007 447 247 54.9 ‐0.09 46.7 23.02 0.05 225 2.63 0.03 202
9 3007 444 245 55.1 ‐0.08 46.8 24.81 0.07 225 2.91 0.06 206
6.6 3012 443 242 59.9 ‐0.08 46.4 23.92 0.06 223 2.87 0.05 200
9.9 3006 444
9.6 3007 448 248 56.5 ‐0.08 48.4 23.35 0.08 226 2.67 0.06 202
9.3 3008 447 248 56.4 ‐0.08 48.4 23.14 0.08 228 2.61 0.06 204
9.3 3006 448 249 55.7 ‐0.08 47.5 23.28 0.08 228 2.83 0.06 204
9.7 3008 446 248 55.4 ‐0.09 47.2 23.32 0.08 227 2.79 0.06 204
9 3009 443 245 54.9 ‐0.09 46.6 23.28 0.08 224 2.77 0.06 202
9 3005 446 247 55 ‐0.09 46.7 23.54 0.07 226 2.75 0.06 203
9.9 3005 448 249 56.5 ‐0.09 48.2 23.67 0.08 228 2.77 0.06 204
9.9 3009 444 248 56.3 ‐0.09 48.1 22.78 0.08 229 2.98 0.06 205
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
MW Rpm
9.7 3011 447 249 56.4 ‐0.08 48.2 22.66 0.08 229 2.98 0.86 205
9.6 3005 443 244 55.2 ‐0.08 47 22.16 0.08 225 2.95 0.06 202
10.5 3005 444 246 56.7 ‐0.08 48.3 23.69 0.08 225 2.89 0.06 202
9.6 3005 442
9.8 3010 447 248 55.7 ‐0.08 47.6 23.33 0.08 227 2.91 0.06 203
9.9 3011 442 244 55.6 ‐0.08 47.4 22.74 0.08 227 2.95 0.06 203
9.8 3010 441 244 55.6 ‐0.09 47.5 22.61 0.08 226 2.92 0.06 202
9.5 3007 442 244 55.1 ‐0.09 47 23.4 0.08 224 2.98 0.006 201
9.3 3009 440 243 54.6 ‐0.09 46.3 22.25 0.08 224 2.95 0.06 201
8.9 3011 441 241 54.2 ‐0.09 46 23.3 0.07 223 2.98 6 200
8.8 3010 447 247 53.9 ‐0.09 45.2 22.9 7 225 2.96 6 202
9.8 3005 446 248 54.8 ‐0.09 46.4 23 0.08 227 2.98 0.06 203
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
243 56.6 ‐0.08 48.4 23.86 0.08 220 2.79 0.06 199
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
RACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
243 55.3 ‐0.08 47.1 23.06 0.07224 2.93 0.06 201 23.9
Description
Unit
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
POWER
MW
10.4
9.8
9
7.8
8.3
8.7
9.3
8.9
8.4
8.9
9.5
9.7
TURBINE SPEED
Rpm
3005
3009
3010
3012
3007
3005
3005
3012
3010
3007
3008
3006
447
447
448
447
448
446
448
447
444
446
449
443
251
246
246
245
246
246
249
247
245
246
248
246
Temp
C 0 C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
EXHAUST
0
Temp
NDENSER
RACTION I
55.6
55.3
55.6
55.6
55.2
55.6
55.1
54.1
54.9
56.2
56
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
C T/h
47.7
47.4
47.1
47.4
47.5
46.9
47.4
46.9
46
46.6
47.9
47.7
Flow
23.2
23.23
23.34
23.29
23.79
25.74
23.92
23.43
22.96
23.45
24
23.08
Press
Mpa
0.08
0.08
0.07
0.07
0.07
0.07
0.08
0.08
0.08
0.07
0.08
0.08
227
227
226
225
225
227
227
227
226
226
228
227
0
Temp
RACTION II
55.9 ‐0.09
Flow
C T/h
2.96
2.96
2.91
2.87
2.87
2.79
2.77
2.75
2.75
2.73
2.67
2.83
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
203
203
203
202
203
204
204
204
203
203
204
203
3:00
4:00
5:00
6:00
0
Temp
C
Description
Unit
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
POWER
MW
9.8
10.4
9.9
9.9
9.8
10.1
9.9
9.4
9.1
8.9
9.3
10.2
TURBINE SPEED
Rpm
3010
3006
3005
3005
3009
3007
3011
3010
3009
3009
3006
3008
450
446
458
446
446
445
446
449
442
449
441
450
Temp
C C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
0
EXHAUST
250
249
251
248
247
246
248
249
244
247
244
250
55.3
56.7
55.7
55.7
55.5
56.1
55.6
54.2
54.4
53.8
54.1
55.1
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
‐0.09
48.5
47.5
47.5
47.4
47.8
47.5
46.6
46.2
45.6
45.9
46.8
Flow
C T/h
47.1 22.9
23.74
23.07
22.29
22.87
23.3
23
22
22.2
22.5
23.06
22.87
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
8
0.08
8
0.08
0.07
0.08
22.9
229
228
227
225
228
228
226
226
224
229
Flow
C T/h
229 2.77
2.79
2.91
2.95
2.91
2.91
295
2.93
2.93
2.96
2.98
2.96
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
6
0.06
0.06
6
0.06
0.06
0.06
205
205
204
202
202
204
202
203
202
205
0
Temp
NDENSER
RACTION I
0
Temp
RACTION II
0
Temp
205
C
204
Description
Unit
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
POWER
MW
9.5
9.8
9.9
8.9
9.8
9.3
8.9
10.1
9.8
9.4
9.8
9.3
TURBINE SPEED
Rpm
3010
3004
3008
3007
3006
3007
3014
3004
3009
3007
3010
3010
451
441
447
440
445
442
448
443
446
447
448
446
250
245
247
242
245
244
247
245
247
247
248
244
Temp
C 0 C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
EXHAUST
0
Temp
NDENSER
RACTION I
55.4
55.5
55.5
56.2
55.5
54.8
55.8
55.6
54.9
55.4
53.8
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
‐0.09
C T/h
46.4
471
47.3
47.6
47.9
47.4
46.6
47.5
47.4
46.8
47.4
45.5
Flow
22.64
23.39
22.86
23.75
23.43
22.84
22.86
23.69
23.23
23.23
22.74
22.96
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
0.07
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
229
229
225
222
222
223
226
226
226
227
228
225
0
Temp
RACTION II
54.6 ‐0.09
Flow
C T/h
2.98
2.95
2.87
2.81
2.77
2.77
2.91
2.87
2.87
2.85
2.81
2.89
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.05
205
205
202
199
200
200
203
202
202
203
204
202
3:00
4:00
5:00
6:00
0
Temp
C
Description
Unit
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
POWER
MW
9.8
9.8
9.8
9.8
9.5
10
9.7
9.1
8.8
8.7
9.1
9.7
TURBINE SPEED
Rpm
3006
3007
3006
3006
3010
3010
3006
3006
3010
3008
3005
3006
449
446
446
453
450
449
446
445
448
447
452
447
Temp
C C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
0
EXHAUST
250
248
248
251
250
249
247
245
248
246
250
247
55.7
55.7
55.8
55.4
55.2
55.8
55.2
54.3
53.6
53.9
54.2
54.8
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
47.6
47.7
47.3
47.1
47.7
47
46
45.4
45.6
46
46.6
Flow
C T/h
47.4 23.24
23.31
22.27
22.44
22.3
22.9
22.6
22.64
22.29
22.24
22.92
23.24
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
0.07
0.07
0.07
0.08
228
228
228
228
227
227
227
227
225
228
229
Flow
C T/h
227 2.87
2.87
2.89
2.89
2.91
2.87
2.87
2.91
2.87
2.91
2.93
2.95
Press
Mpa
0.07
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.05
0.06
0.06
0.06
204
205
204
204
203
204
204
202
205
205
0
Temp
NDENSER
RACTION I
0
Temp
RACTION II
0
Temp
204
C
204
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
10.1 3006 446 249 54.8 ‐0.09 46.6 23.11 0.08 228 3 0.07 204
9.9 3007 444 247 55.2 ‐0.09 47 23.4 0.08 229 2.96 0.06 205
9.6 3007 449 249 55.4 ‐0.09 47.3 22.91 0.08 227 2.91 0.06 204
9.4 3009 443
9.8 3007 448 248 56.2 ‐0.08 47.9 23.03 0.08 227 2.75 0.06 204
10 3007 447 249 56.7 ‐0.08 48.5 22.93 0.09 229 2.71 0.07 204
10.4 3006 448 250 57 ‐0.08 48.7 23.25 0.09 229 2.71 0.07 205
10.2 3009 444 248 57 ‐0.08 48.7 23.15 0.09 229 2.67 0.07 205
9.8 3005 449 250 56.4 ‐0.08 48.2 22.52 0.08 228 2.65 0.06 204
2.3 3014 427 235 73 ‐0.09 39.9 24.57 0.03 210 2.71 0.03 177
9.6 3016 446 247 55.1 ‐0.09 46.8 22.73 0.08 223 2.55 0.06 201
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
9.6 3008 446 249 55.7 ‐0.09 47.7 22.7 0.08 227 2.55 0.06 203
9.7 3009 448 248 56 ‐0.09 47.8 22.5 0.08 227 2.65 0.07 207
9.9 3007 446 248 56.2 ‐0.09 48 22.6 0.08 229 2.63 0.06 205
9.9 3007 444
9.5 3010 448 250 55.6 ‐0.09 47.5 22.3 0.08 229 2.71 0.06 205
9.4 3006 446 246 55 ‐0.09 46.7 22.69 0.08 226 2.73 0.06 203
9.7 3007 447 248 55.5 ‐0.08 47.2 23.14 0.08 226 2.71 0.06 203
9.9 3004 447 247 55.9 ‐0.08 47.7 23.54 0.08 226 2.75 0.06 203
9.5 3005 446 247 55.1 ‐0.08 47 22.9 0.08 227 2.75 0.06 203
9.2 3006 448 251 54.4 ‐0.08 46.3 23.27 0.08 229 2.77 0.06 205
9.6 3008 440 245 55.1 ‐0.08 46.8 23.74 0.09 230 2.79 0.06 206
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
244 55.9 ‐0.08 47.7 22.88 0.08 227 2.83 0.06 203
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
250 56.2 ‐0.09 48.1 22.5 0.08 299 2.63 0.06 205
Description
Unit
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
POWER
MW
9.9
10
10
9.5
9.8
10.1
10.1
9.8
9.7
10.1
9.9
9.5
TURBINE SPEED
Rpm
3011
3007
3007
3009
3006
3007
3005
3010
3004
3003
3005
3005
443
443
442
442
440
445
438
442
445
446
444
443
246
244
245
244
243
247
246
248
249
250
246
246
Temp
C 0 C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
EXHAUST
0
Temp
NDENSER
RACTION I
55.6
56.3
56
56.6
57.5
57.6
57.3
56.9
56.9
55.5
54.5
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
C T/h
47.1
47.3
48.1
47.9
48.4
49.4
49.6
49.2
48.8
48.7
47.2
46.2
Flow
22.98
23.08
23.23
22.86
23.25
23.59
22.77
22.6
22.61
23.01
22.93
23.69
Press
Mpa
0.09
0.08
0.08
0.08
0.08
0.09
0.09
0.09
0.09
0.08
0.08
0.07
225
224
225
225
225
225
227
227
229
228
227
225
0
Temp
RACTION II
55.3 ‐0.08
Flow
C T/h
2.85
2.81
2.75
2.67
2.65
2.61
2.59
2.61
2.65
2.67
2.83
2.79
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.07
0.07
0.07
0.07
0.06
0.06
0.06
201
200
201
201
201
201
203
203
205
204
203
202
3:00
4:00
5:00
6:00
0
Temp
C
Description
Unit
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
POWER
MW
9
9.9
10.5
8.7
9.7
9.8
9.8
9.6
9.3
9.3
9.7
10.5
TURBINE SPEED
Rpm
3006
3007
3005
3009
3007
3009
3010
3010
3009
3007
3005
3004
447
446
447
446
447
446
447
447
448
444
445
447
Temp
C C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
0
EXHAUST
248
248
248
246
247
247
247
247
248
246
247
248
54.3
55.3
56.5
53.6
55.1
55.3
55.2
54.8
54.1
54
54.7
56.3
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
46.9
48.1
45.4
46.8
47.1
46.9
46.5
45.9
46.3
47.9
46.4
Flow
C T/h
46.1 22.2
22.5
23.39
22.9
22.3
22.72
23.04
23.09
22.64
0.08
23.81
23
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.07
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
227
227
0.08
226
226
226
226
226
2.85
2.87
227
0
Temp
NDENSER
RACTION I
0
Temp
RACTION II
229
227
227
227
Flow
C T/h
2.81
2.81
2.83
2.83
2.83
2.83
2.83
2.87
2.85
0.06
0.06
2.98
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
203
203
0.06
203
203
202
202
202
203
203
203
202
203
0
Temp
204
C
203
Description
Unit
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
POWER
MW
10.2
9.8
10.3
10
10.2
10.1
9.2
9.9
0
4
10
9.1
TURBINE SPEED
Rpm
3006
3006
3005
3005
3009
3007
3005
3006
3020
3014
3009
3005
448
441
439
443
446
449
445
451
431
429
450
447
251
244
245
243
247
250
246
251
261
230
250
248
Temp
C 0 C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
EXHAUST
0
Temp
NDENSER
RACTION I
55.3
56.7
56.8
57
57
55.6
56.9
53.5
63.7
56
54.7
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
C T/h
47.8
47
48.4
48.6
48.9
49
47.5
48.6
35
40.8
47.9
46.5
Flow
23.24
22.48
23.11
22.29
22.36
22.82
23.15
22.84
26.13
24.8
23.12
23.52
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.03
0.04
0.08
0.07
230
225
225
225
226
229
226
226
213
192
224
227
0
Temp
RACTION II
5539 ‐0.09
Flow
C T/h
2.87
2.83
2.75
2.67
2.63
2.63
2.61
2.59
2.67
2.71
2.65
0.06
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.03
0.03
0.06
203
205
202
201
201
202
204
202
203
181
182
201
205
3:00
4:00
5:00
6:00
0
Temp
C
Description
Unit
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
POWER
MW
8.8
10.2
10.4
10.5
10
10.8
10.4
10.5
10.1
10
9.8
10.5
TURBINE SPEED
Rpm
3010
3007
3007
3007
3012
3005
3007
3007
3011
3005
3007
3005
448
446
444
444
450
448
445
446
449
447
444
445
Temp
C C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
0
EXHAUST
248
248
247
246
251
250
248
248
250
249
247
248
54.2
55.7
56
56.3
56.3
56.4
56
56.1
55.3
55.2
54.7
55.8
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
47.6
47.8
48.1
48.2
48.1
47.8
47.8
47.2
47
46.5
47.2
Flow
C T/h
46.2 22.6
22.88
23.07
23.1
22.9
24.05
22.95
22.86
23.08
23.29
22.16
22.81
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
228
226
226
230
228
228
227
229
229
229
228
Flow
C T/h
227 2.77
2.81
2.79
2.85
2.81
2.83
2.85
2.83
2.83
2.87
2.85
2.85
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
203
203
205
204
204
203
205
205
204
204
0
Temp
NDENSER
RACTION I
0
Temp
RACTION II
0
Temp
204
C
204
Description
Unit
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
POWER
MW
9.5
9.7
9.7
9.4
9.6
10.1
9.4
9.4
9
7.5
10.66
10.6
TURBINE SPEED
Rpm
3016
3009
3012
3009
3010
3007
3009
3010
3011
3007
3005
3005
443
443
450
444
450
449
447
442
443
444
441
441
246
246
251
247
250
251
246
245
243
243
244
248
Temp
C 0 C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
EXHAUST
0
Temp
NDENSER
RACTION I
54.9
55.2
55.2
55.7
57.1
56.1
56.5
55.4
52.8
57.5
57.6
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
C T/h
46.6
46.5
46.9
47
47.4
48.9
48.1
48.4
47.2
44.7
49.2
49.3
Flow
24.41
23.13
22.82
22.59
22.66
23.44
22.63
22.64
22.63
23.2
23.42
23.4
Press
Mpa
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
227
225
230
226
227
231
225
225
224
223
223
226
0
Temp
RACTION II
54.7 ‐0.09
Flow
C T/h
2.85
2.79
2.75
2.69
2.65
2.69
2.59
2.61
2.61
2.65
2.69
2.71
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
203
203
205
203
204
206
202
201
201
201
200
202
3:00
4:00
5:00
6:00
0
Temp
C
Description
Unit
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
POWER
MW
9
10.1
10.3
10.3
10
10.1
9.8
9.9
9.4
9.3
9.5
10.2
TURBINE SPEED
Rpm
3010
3009
3005
3007
3009
3007
3009
3010
3010
3012
3008
3012
443
446
446
445
445
448
450
450
446
447
445
445
Temp
C C 0 C
Press
Mpa
P TEMPERATUR
0
P TEMPERATURE
0
EXHAUST
245
248
248
247
248
250
251
252
248
248
247
248
54.9
56.5
56.5
56.4
56
53.9
55.4
55.5
54.8
54.4
54.8
56.1
‐0.09
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.08
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.09
‐0.08
48.4
48.1
48
47.9
46.3
47.2
47.4
46.7
46.3
46.5
47.9
Flow
C T/h
46.6 22.92
22.97
23.3
23.22
22.84
23.05
22.79
23.1
22.81
22.54
23.72
23.28
Press
Mpa
0.07
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
0.08
0.06
0.08
0.08
0.08
0.09
226
227
227
228
230
230
231
228
228
226
227
Flow
C T/h
226 2.73
2.75
2.73
2.93
2.93
2.95
2.93
2.93
2.93
2.95
2.95
2.96
Press
Mpa
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.07
203
203
204
206
206
206
204
204
203
203
0
Temp
NDENSER
RACTION I
0
Temp
RACTION II
0
Temp
202
C
203
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
9.9 3012 449 250 55.5 ‐0.08 47.4 23.28 0.08 229 2.96 0.06 205
10.3 3010 452 251 56 ‐0.08 47.8 23.1 0.08 228 2.95 0.06 204
9.5 3010 444 245 55.4 ‐0.08 47.5 22.77 0.08 227 2.89 0.06 203
10.1 3003 442
9.7 3005 446 247 57.2 ‐0.08 49 22.54 0.08 225 2.79 0.06 201
9.8 3011 448 251 26.7 ‐0.09 48.6 23.26 0.08 229 2.75 0.06 204
10 3011 443 247 57.3 ‐0.09 49.1 23.46 0.08 228 2.71 0.06 204
9.9 3010 447 249 57.1 ‐0.09 49.1 22.27 0.08 227 2.69 0.06 203
9.7 3014 446 250 56.9 ‐0.09 48.9 22.9 0.08 229 2.71 0.06 205
9.7 3012 448 250 56.9 ‐0.09 48.8 229 0.08 229 2.71 0.06 206
10.2 3004 449 252 57.4 ‐0.09 49.1 23.5 0.08 231 2.73 0.06 206
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
10.2 3005 445 248 56.9 ‐0.08 48.6 23.55 0.08 228 2.83 0.06 204
10 3008 447 249 56.1 ‐0.08 48.1 22.94 0.08 228 2.87 0.06 205
10.1 3009 444 247 56.2 ‐0.08 48.1 23.08 0.08 227 2.89 0.06 204
8.4 3014 445
10.2 3007 444 248 56.3 ‐0.09 48.1 23.89 0.08 227 2.87 0.06 204
9.7 3009 447 248 55.7 ‐0.09 47.6 22.82 0.08 228 2.95 0.06 204
9.8 3009 449 250 55.6 ‐0.09 47.4 23.37 0.08 229 2.93 0.06 205
9.3 3010 443 247 54.7 ‐0.09 46.6 23.18 0.08 228 2.93 0.06 204
9 3009 450 249 54.3 ‐0.09 46.2 23.1 0.08 228 2.93 0.06 204
8.9 3011 447 247 53.8 ‐0.09 45.7 22.75 0.07 227 2.95 0.06 204
9.5 3007 449 249 54.4 ‐0.09 46.1 23.16 0.07 228 2.93 0.06 204
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
243 56.7 ‐0.08 48.6 22.56 0.08 226 2.83 0.06 202
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
247 53.5 ‐0.09 48.1 23.08 0.08 227 2.89 0.06 204
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
9.7 3017 448 250 55.4 ‐0.08 47.3 22.89 0.08 230 2.89 0.06 205
9.4 3006 448 250 54.9 ‐0.08 46.5 22.8 0.07 229 2.89 0.06 205
10.1 3014 456 256 56.3 ‐0.08 48.1 23.28 0.08 233 2.87 0.06 208
9.9 3009 450
9.8 3005 447 251 56.5 ‐0.09 48.4 23.29 0.08 234 2.79 0.06 209
10.1 3005 453 256 57.2 ‐0.09 49 23.5 0.08 235 2.73 0.06 210
10.2 3005 449 253 57.6 ‐0.09 49.5 23.6 0.08 233 2.71 0.06 208
8.9 3002 445 245 55.7 ‐0.09 47.6 23.7 0.08 228 2.67 0.06 206
8.6 3009 446 249 54.6 ‐0.09 46.5 22.1 0.08 227 2.65 0.06 204
8.7 3006 445 248 55.1 ‐0.08 47 23.08 0.08 227 2.65 0.06 206
9.3 3007 449 252 56.1 ‐0.08 47.9 23.3 0.08 229 2.67 0.06 206
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
9 3011 444 248 54.8 ‐0.09 46.5 22.34 0.07 229 2.79 0.06 206
9.9 3007 448 250 56 ‐0.09 47.9 23.34 0.08 228 2.83 0.06 205
10 3007 446 249 56.3 ‐0.09 48.1 23.66 0.08 229 2.83 0.06 205
10.2 3005 440
10 3011 450 251 55.9 ‐0.08 47.6 23.54 0.08 229 2.87 0.06 205
9.4 3014 447 249 55 ‐0.08 47 22.23 0.08 229 2.91 0.06 206
7.9 3007 441 244 52.2 ‐0.08 44.4 23.1 0.07 226 2.87 0.05 203
8.7 3012 446 247 53.3 ‐0.08 45.2 22.89 0.07 227 2.91 0.06 204
9.2 3007 445 246 54.2 ‐0.08 46 23.8 0.08 226 2.95 0.06 203
9.1 3012 451 252 53.9 ‐0.08 45.7 22.05 0.07 231 2.95 0.06 207
9.6 3007 449 250 54.4 ‐0.08 46.1 22.18 0.08 230 2.95 0.06 206
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
262 56.4 ‐0.09 48.1 23.18 0.08 232 2.83 0.06 207
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
245 56.7 ‐0.09 48.5 23.96 0.08 228 2.87 0.06 204
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
9.5 3014 449 249 55.1 ‐0.09 47 22.27 0.08 229 2.91 0.06 206
9.5 3013 447 249 54.6 ‐0.09 46.4 23.7 0.08 229 2.91 0.06 205
9.6 3009 447 249 55.1 ‐0.09 46.8 23.7 0.08 228 2.87 0.06 205
9.8 3006 448
9.4 3009 446 248 55.7 ‐0.09 47.6 22.94 0.08 229 2.75 0.06 205
9.6 3006 445 248 56.3 ‐0.09 48.2 23.1 0.08 228 2.69 0.06 205
9.9 3006 445 251 56.7 ‐0.08 48.5 23.4 0.08 229 2.67 0.06 205
9.8 3005 451 254 57 ‐0.08 48.9 23.4 0.08 232 2.63 0.06 207
8.8 3012 445 247 55.3 ‐0.08 47.5 22 0.08 228 2.63 0.06 204
9 3007 442 244 55.1 ‐0.08 47 21.91 0.08 226 2.65 0.06 203
10 3007 449 250 56.7 ‐0.09 46.54 22.97 0.08 228 2.67 0.07 205
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
56 ‐0.09 47.8 23.36 0.08 228 2.81 0.06 205
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
10 3014 451 252 57 ‐0.09 48.9 23.24 0.08 229 2.67 0.06 205
9.7 3009 443 246 56 ‐0.09 48.1 22.58 0.08 327 2.65 0.06 203
9.8 3008 443 246 55.9 ‐0.09 47.8 22.53 0.08 226 2.65 0.06 203
10 3006 442
9.9 3007 445 248 56.2 ‐0.09 48.1 23.46 0.08 228 2.75 0.06 204
8.6 3014 449 249 53.8 ‐0.09 45.8 23.05 0.07 229 2.79 0.06 206
10.1 3005 447 247 55.7 ‐0.09 47.2 23.62 0.07 225 2.77 0.06 203
9.7 3008 445 248 55.7 ‐0.09 47.5 22.77 0.08 227 2.75 0.05 203
9 3010 443 246 54.4 ‐0.09 46.2 22.97 0.08 226 2.75 0.06 202
8.1 3007 447 247 52.3 ‐0.09 44.1 23.57 0.07 227 2.83 0.05 204
9.3 3010 448 248 54.3 ‐0.09 46.1 23.6 0.07 227 2.83 0.05 204
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
250
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
245 56.2 ‐0.08 47.9 23.39 0.07 226 2.69 0.06 202
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
9.8 3008 447 249 55.7 ‐0.08 47.6 22.9 0.08 229 2.75 0.06 204
9.89 3011 448 250 55.4 ‐0.08 47.2 229 0.08 229 2.79 0.06 206
9.4 3008 444 250 55.1 ‐0.09 47 22.6 0.07 228 2.75 0.06 204
10.09 3005 447
9.99 3005 446 249 56.6 ‐0.09 48.4 23.3 0.08 229 2.67 0.06 205
10.1 3005 444 249 57.1 ‐0.09 48.8 23.4 0.08 230 2.65 0.06 206
9.6 3007 442 246 56.1 ‐0.09 47.7 22.53 0.08 227 2.63 0.06 204
9.2 3006 446 249 55.7 ‐0.09 47.6 22.6 0.08 227 2.69 0.06 204
9.3 3009 446 249 55.9 ‐0.08 47.9 22.67 0.08 229 2.69 0.06 205
6.5 3008 446 248 52.3 ‐0.09 44.3 23.48 0.07 228 2.73 0.05 205
10.2 3006 447 249 56.9 ‐0.09 48.6 23.91 0.08 227 2.77 0.06 204
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
9.3 3012 447 248 54.9 ‐0.09 46.9 23.22 0.08 229 2.81 0.06 206
10 3005 447 250 55.9 ‐0.09 47.8 23.6 0.08 229 2.83 0.06 206
9.8 3009 444 248 55.3 ‐0.08 46.9 22.41 0.08 229 2.87 0.06 205
9.8 3012 449
10.1 3007 450 253 55.6 ‐0.08 47.4 22.78 0.08 231 2.91 0.06 207
9.9 3011 445 250 55.5 ‐0.08 47.3 22.48 0.08 230 2.93 0.06 206
10 3013 446 248 55.7 ‐0.08 47.6 22.43 0.08 229 2.89 0.06 205
10 3013 442 245 555.6 ‐0.08 47.4 24.27 0.08 226 2.91 0.06 203
9.8 3015 447 250 55.1 ‐0.09 46.9 21.92 0.08 229 2.91 0.06 205
9.6 3010 446 249 54.9 ‐0.09 46.6 22.64 0.08 227 2.95 0.86 205
10.4 3006 447 250 55.6 ‐0.09 47.1 23.64 0.08 228 2.91 0.06 205
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
250 56.5 ‐0.09 48.3 23.2 0.08 229 2.71 0.06 205
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
251 55.3 ‐0.08 47.1 22.05 0.08 229 2.87 0.06 206
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
9.8 3008 447 250 55.7 ‐0.09 47.6 22.8 0.08 230 2.91 0.06 205
9.7 3005 448 250 54.1 ‐0.09 45.9 21.9 0.07 229 2.89 0.05 206
9.5 3010 446 249 55 ‐0.09 46.9 22.4 0.08 228 2.81 0.06 205
9.4 3010 446
10 3009 448 248 57 ‐0.08 48.8 23.8 0.08 227 2.71 0.06 204
10.1 3005 449 252 56.7 ‐0.09 48.3 22.91 0.08 231 2.67 0.06 207
10.3 3004 447 251 57.1 ‐0.09 48.9 22.95 0.09 230 2.63 0.07 206
9.9 3006 445 250 57.4 ‐0.09 49.5 22.41 0.08 230 2.63 0.06 206
9.7 3007 443 249 56.6 ‐0.09 48.4 23.51 0.08 230 2.65 0.06 207
9.8 3009 447 250 56.5 ‐0.09 48.3 23.32 0.08 230 2.67 0.06 206
9.8 3008 448 251 56.7 ‐0.08 48.6 23.74 0.08 230 2.67 0.06 207
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
10.2 3006 443 245 57.4 ‐0.08 49 22.88 0.08 227 2.71 0.06 204
10.2 3005 445 249 57.4 ‐0.08 49.5 22.51 0.08 229 2.77 0.06 205
10.5 3006 448 252 57.8 ‐0.08 49.7 22.94 0.08 230 2.79 0.06 206
10 3007 448
10.6 3007 447 250 57.5 ‐0.09 49.3 23.78 0.08 230 2.81 0.06 206
9.9 3010 443 249 56.2 ‐0.09 48 22.19 0.08 230 2.85 0.06 206
10.1 3014 448 250 56.4 ‐0.09 48.2 22.31 0.08 229 2.81 0.06 206
10.3 3011 449 251 56.6 ‐0.09 48.5 22.44 0.08 229 2.81 0.06 205
10 3014 446 250 56.2 ‐0.09 47.9 22.12 0.08 231 2.83 0.06 207
9.9 3010 449 250 56.5 ‐0.08 47.5 22.77 0.08 229 2.87 0.06 205
10.2 3005 446 249 55.9 ‐0.08 47.7 22.64 0.08 230 2.85 0.06 206
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
249 55.1 ‐0.08 46.9 22.3 0.08 228 2.77 0.06 205
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
251 57 ‐0.08 49.1 22.38 0.08 231 2.83 0.06 207
Description
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
NDENSER ACTION I
ACTION II
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
MW Rpm
9.8 3007 444 247 55.5 ‐0.08 46.8 22.69 0.08 227 2.89 0.07 204
9.5 3005 449 250 54.7 ‐0.09 46.5 22.32 0.07 229 2.91 0.06 206
10 3005 448 250 55.9 ‐0.09 47.8 23.2 0.08 299 2.83 0.06 206
10.1 3006 448
9.9 3005 448 251 56.3 ‐0.09 48 23.03 0.08 230 2.79 0.06 206
10.3 3006 446 250 57.7 ‐0.09 49.5 23.66 0.08 231 2.77 0.06 206
9.4 3009 446 249 55.9 ‐0.09 47.8 22.28 0.08 229 2.73 0.06 205
10.1 3005 445 249 57.2 ‐0.08 49.1 22.96 0.08 229 2.71 0.06 205
9.4 3010 446 250 56.2 ‐0.08 48.2 23.32 0.08 230 2.71 0.06 206
9.5 3009 443 247 56.1 ‐0.08 48 23.71 0.08 228 2.81 0.06 205
10.1 3006 445 249 57.1 ‐0.08 48.9 23.77 0.08 228 2.81 0.06 205
0C
T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
MW Rpm
9.5 3006 443 245 54.4 ‐0.09 46.2 21.66 0.07 226 2.89 0.06 204
10.3 3006 440 245 55.6 ‐0.09 47 23.74 0.07 227 2.87 0.06 204
10.3 3005 444 247 55.8 ‐0.09 47.4 22.71 0.08 227 2.91 0.06 204
9.9 3006 448
9.9 3006 442 246 54.9 ‐0.09 46.6 22.18 0.08 226 2.87 0.06 203
10.5 3009 454 254 55.6 ‐0.08 47.3 22.64 0.08 232 2.87 0.06 207
9.5 3005 445 248 54.3 ‐0.08 46 23.66 0.07 229 2.91 0.05 205
9 3005 446 247 53.3 ‐0.08 45 22.7 0.07 227 2.95 0.05 205
8.6 3006 447 249 52.8 ‐0.08 44.6 22.86 0.07 228 2.95 0.05 205
8.5 3006 446 247 52 ‐0.08 44.3 23.21 0.07 227 2.91 0.05 205
9.2 3004 448 250 53.4 ‐0.08 44.9 23.26 0.07 229 2.93 0.05 206
0C 0C
Mpa 0C T/h Mpa
0C
T/h Mpa
0C
250 56.5 ‐0.09 48.2 23.45 0.08 229 2.79 0.06 205
Unit
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
ACTION II
10:00
Mpa
POWER URBINE SPEED P TEMPERATUR TEMPERATURE
ACTION I
9:00
0C
Description
NDENSER
8:00
0C
XHAUST
7:00
0C
Temp Press Temp Flow Press Temp Flow Press Temp
XHAUST
Unit
251 55.1 ‐0.09 47.1 22.14 0.08 229 2.89 0.06 205