er 20 09
ISSN : 2086-0447
kto b
Volume I/No.1/Oktober 2009
PENGARUH ASSYMETRI INFORMASI TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL Tetet Cahyati
I/N o
.1/O
PENGARUH EARNING POWER TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN STUDY KASUS PADA PT.UNILEVER INDONESIA, TBK. Iman Santoso Chasan Doerjat
si V
ol
PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PRAKTIK GOOD CORPORATE GOVERNANCE,, PENELITIAN PADA PT.TELKOM INDONESIA, TBK Lilis Puspitawati Rahmat Adiyat
tan
PENGARUH IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCES PLANNING (ERP)) TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI PADA PT.PLN Dian Dwinita Kurniawaty Sri Restu Yulia
ise tA
ku n
PENGARUH VALUE FOR MONEY TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK Sri Dewi Anggadini
Jur
na lR
PENGARUH KOMITE AUDIT TERHADAP PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN PADA PT.DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO) Wati Aris Astuti
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA JL.Dipatiukur 112-114 114 Bandung 40132 Telp.022-2504119, Telp.022 Fax. 022-253375 Email :
[email protected]
(Kasus pada PT.Unilever Indonesia Tbk) Oleh Iman Santoso Chasan Doerjat Universitas Komputer Indonesia
kto b
Abstract
er 20 09
ANALISIS EARNINGS POWER DAMPAKNYA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA
si V
ol
I/N o
.1/O
The importance of earnings information contained in the financial reports and information asymmetry between management as a party that publishes information with those financial statements users can push management to do earnings management practice. Earnings management is a form of management actions which intervene in the process of preparing financial statements in order to increase personal welfare and to increase the value of the company. Achieving the optimal profit, needs to be done by various efforts, including the proper earnings power analysis. This study aims to determine the impact on earning power earnings management practices. Therefore, the research method used is descriptive method with quantitative approach. Secondary data are analyzed as a unit of analysis in research on the financial statements taken from PT.Unilever Indonesia Tbk years 2001 to 2007. Quantitative data analysis using statistical testing with the linear regression calculation, Pearson correlation coefficient, coefficient of determination, and t test using SPSS 14.0 program assistance for Windows. The results of the research shows that earnings power have an impact on earnings management practices with a high level of correlation of 0.761, with a contribution of 57.9%, which in a moderate impact. This shows that companies need to do precise earnings power analysis, because the earnings power has a significant positive impact on earnings management practices.
tan
Keyword : Earnings Power, Earnings Management Practices, Industrial Company
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan perekonomian dan meningkatnya persaingan, setiap perusahaan dituntut untuk mampu bertahan dan unggul dalam usahanya. Kecukupan modal merupakan hal penting untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam upaya memperoleh tambahan modal untuk mengembangkan operasi, membayar hutang, dan melakukan berbagai macam usaha dan alternatif kegunaan pendanaan, antara lain dengan mendapatkan pinjaman, mencari partner untuk merger, menjual perusahaan atau bahkan menutup dan mengurangi sebagian kegiatan usaha. Alternatif lain adalah dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat yang luas (investor), hal ini dikenal dengan istilah penawaran umum (go public). Melalui laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan para investor dapat meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang akan timbul dari keputusan investasi yang diambilnya. Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, namun tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini tentunya dapat menciptakan peluang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba guna memberikan kesejahteraan pihak manajemen dan atau nilai pasar perusahaan. Earning Management muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings), dalam proses pelaporan keuangan mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan yang ditujukan demi kepentingan perusahaan. Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran motivasi tertentu manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya. Hal ini dimungkinkan karena adanya
Jur
na lR
ise tA
ku n
I.
kto b
er 20 09
kesenjangan informasi antara investor dengan manajemen dimana manajemen mengetahui lebih banyak tentang keadaan perusahaan dan masalah-masalah di dalamnya dibandingkan dengan investor, kreditor atau pihak lainnya. Adanya asimetri informasi (information asymmetry) ini memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba atau modifikasi laba adalah suatu tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalisasi kesejahteraan pihak manajemen dan atau nilai pasar perusahaan. Manajemen laba dilakukan untuk memenuhi kepentingan manajemen dengan cara memanfatkan kelemahan interen dari kebijakan akuntansi namun tetap berada dalam koridor General Accepted Accounting Principle (Scott, 2000). Saat ini manajemen laba menjadi sebuah fenomena umum yang terjadi disejumlah perusahaan. Berdasarkan Laporan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) terdapat 25 kasus pelanggaran pasar modal yang terjadi selama tahun 2002 sampai dengan maret 2003. Dari 25 kasus pelanggaran tersebut terdapat 13 kasus yang berkaitan dengan benturan kepentingan dan keterbukaan informasi. (Wiwik Utami, 2005:100).
.1/O
Tabel 1.1 Fenomena Praktik Manjemen Laba
Jenis Pelanggaran Memanipulasi pembukuan atas pendapatan perusahaan sebasar USD 6 miliar WorldCom Memasukan pos investasi sebesar 3,9M USD sehingga memperoleh laba yang besar Enron Corporation Melakukan manipulasi eksekutif melalui lembaga auditornya sehingga mendongkrak laba mendekati 1M USD PT Kimia Farma Tbk Menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan senilai 32,6 M (seharusnya 99,6 M ditulis 132 M) Lipo Bank Tbk Melaporkan keuangan ke publik dengan aset 24T laba bersih 98M, tetapi ke BEJ dilaporkan asset 22,8T dengan rugi bersih 1,3T Sumber :Scandal Management (kompas,15 juli 2002)
tan
si V
ol
I/N o
Perusahaan Xerox Corporation
Jur
na lR
ise tA
ku n
Skandal manajemen yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar milik Amerika misalnya Xerox Corporation yang memanipulasi pembukuan atas pendapatan perusahaan sebasar USD 6 miliar, WordlCom yang memasukan pos investasi sebesar 3,9M USD sehingga memperoleh laba yang besar, serta Enron Corporation yang telah melakukan manipulasi eksekutif melalui lembaga auditornya sehingga mendongkrak laba mendekati 1M USD, menandakan bahwa praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan dituntut untuk memberikan performance yang baik, praktik manajemen laba juga tidak hanya terjadi pada Negara-negara maju akan tetapi di Indonesia sendiri skandal manajemen terjadi pada beberapa perusahaan, misalnya dengan terungkapnya PT Kimia Farma Tbk yang menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan senilai 32,6 M (seharusnya 99,6 M ditulis 132 M), dan juga yang terjadi pada Lippo Bank Tbk yang melaporkan keuangan ke publik dengan aset 24T laba bersih 98M, tetapi ke BEJ dilaporkan asset 22,8T dengan rugi bersih 1,3T. Kasus di atas menunjukkan bahwa praktik manajemen laba dalam pelaporan keuangan (financial reporting) bukanlah suatu hal baru dalam dunia pasar modal. Kompetisi pasar dan tingginya tingkat persaingan, pada akhirnya telah menimbulkan suatu dorongan atau tekanan pada perusahaan-perusahaan efek untuk berlomba-lomba untuk menunjukkan kualitas dan kinerja yang baik, tidak peduli apakah cara yang digunakan tersebut diperbolehkan atau tidak. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi calon investor dalam menilai apakah kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut mencerminkan fakta dan nilai yang sebenarnya ataukah hanya hasil dari window-dressing pihak manajemen. 22
.1/O
kto b
er 20 09
Salah satu faktor penyebab Earning Management adalah earnings power yang digunakan oleh calon investor ataupun para pemegang saham untuk menilai efisiensi perusahaan. Tinggi rendahnya earnings power ditentukan oleh beberapa faktor yang bisa dilihat dari rasio keuangan. salah satunya menggunakan return on assets, sebagai salah satu rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas. Pada PT Unilever Indonesia Tbk, terjadi penurunan ROA sebagai salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power), yaitu terjadi kenaikan Return On Assets (ROA) perusahaan dari tahun 2001 ke tahun 2002 yaitu dari 33,07% ke 34,54% kemudian terjadi kenaikan kembali dari tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu dari 34,54% ke 40,68%, lalu mengalami penurunan pada tahun 2003 ke 2004 yaitu 40,68% ke 40,46%, kemudian terjadi penurunan kembali dari tahun 2004 ke tahun 2005 yaitu dari 40,46% ke 36,22%, dan terjadi kenaikan pada tahun 2005 ke tahun 2006, yaitu dari 36,22% ke 37,49%, kemudian setelah itu terjadi kenaikan kembali dari tahun 2006 ke tahun 2007 yaitu dari 37,49% ke 37,84% padahal sebelumnya terjadi kenaikan yang cukup signifikan selama dua tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2001 ke tahun 2002 dan dari tahun 2002 ke tahun 2003, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
2.682.025 3.091.853 3.416.276 3.663.709 3.842.350 4.626.000 5.333.406
ol
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Total Assets
si V
Tahun
Earnings After Tax/EAT (Laba Bersih) 886.944 1.067.926 1.389.741 1.482.337 1.391.699 1.734.287 1.964.652
I/N o
Tabel 1.2 Return On Assets (ROA) Pada PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2001-2007 Return On Assets/ROA (Dalam %) 33,07 34,54 40,68 40,46 36,22 37,49 37,84
tan
Sumber : Data Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (2001-2007)
ise tA
ku n
Adanya benturan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen menurut agency theory menjadikan sebuah indikasi bahwa kenaikan dan penurunan ROA pada PT Unilever Indonesia Tbk atas dasar campur tangan manajer dalam melaporkan kinerja keuangan pada laporan keuangan perusahaan, karena terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba, antara lain : Increasing Income, Bigbatch, dan Income Smoothing. Increasing Income dilakukan dengan mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya, dan memindahkan biaya ke periode lain untuk meningkatkan keuntungan. Bigbatch dilakukan pada saat perusahaan mengalami kemunduran kinerja atau pada saat terjadi peristiwa luar biasa. Sedangkan Income Smoothing diterapkan dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi fluktuasi dalam pelaporan laba sehingga perusahaan terlihat satbil atau tidak berisiko tinggi.
Jur
na lR
II. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka pokok-pokok permasalahan yang berusaha dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana earnings power pada PT Unilever IndonesiaTbk. 2. Bagaiman praktik manajemen laba yang dilakukan pada PT Unilever Indonesia Tbk. 3. Seberapa besar earninsg power perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan pada PT Unilever IndonesiaTbk.
23
.1/O
kto b
er 20 09
III. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 3.1 Kajian teori 3.1.1 Earning Power Menurut Bambang Riyanto (2008:37) “earnings power adalah kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam menghasilkan laba”. Investor beranggapan bahwa earnings power yang tinggi akan menjamin pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak, oleh karena itu perusahaan harus menampilkan kinerja menejemen yang baik sehingga earnings power perusahaan dapat dilihat maksimal. Menurut Bambang Riyanto (2008:43) menyatakan bahwa : “perhitungan earnings power atas dasar suatu sistem analisa yang dimaksudkan untuk menunjukkan efisiensi perusahaan yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. ROA dijadikan sebagai indikator proksi perhitungan earnings power dimana ROA adalah salah satu rasio keuangan yang seringkali dipergunakan oleh calon pemodal. Hal ini disebabkan alasan sebagian pemodal berinvestasi adalah mencari kentungan, dan juga ROA dianggap mewakili efektifitas perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba, maka dari itu para pengguna laporan keuangan dalam melihat earnings power perusahaan menggunakan variable Return On Assets (ROA).
na lR
ise tA
ku n
tan
si V
ol
I/N o
3.1.2 Earnings Management Menurut Healy and Wahlen(1999): “manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angkaangka akuntansi yang dilaporkan” Discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accrual memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya (Friedlan 1994) dalam Sulisyanto dan Wibisosno (2003:133). Sedang non discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, contoh: satu fakta yang sama dapat dilaporkan dengan cara yang berbeda, mesin yang sama dapat didepresiasikan dengan dua metode yang berbeda (metode depresiasi garis lurus atau saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur ekonomis yang berbeda. Perbedaan umur atau perbedaan estimasi tersbut akan menghasilkan nilai akhir (laba) yang sedikit berbeda. Oleh karena non discretionary accrual merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan mempengruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka non discretionary ini tidak relevan dalam objek penelitian ini. Oleh karena itu bentuk akrual yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bentuk discretionary accrual yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode akuntansi. Discretionary accrual digunakan sebagai indikator adanya praktik manajemen laba karena, manajemen laba lebih menekankan kepada keleluasaan atau kebijakan yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir, dan dijalankan dalam kerangka praktik yang berlaku secara umum yang masih dapat diperdebatkan (Berstein and Wild, 1998). Secara sistematis, total accruals itu sendiri merupakan selisih antara laba bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow operating activities), dalam menghitung total accrual menggunakan rumus sebagai berikut :
Jur
TA = NOI - CFO Sumber : Friedlan (1994) dalam Gumanti (2001:172) Keterangan : TA = Total Accruals NOI = Net Operating Income 24
CFO = Cash Flow Operting Activities. Kemudian akan diukur nilai discretionary accruals dengan menggunakan persamaan : DACpt = (TApt/SALEpt) – (TApd/SALEpd) Sumber : Friedlan (1994) dalam Gumanti (2001:172)
= discretionary accrual periode tes = total accruals periode tes = penjualan periode tes = total accruals periode dasar = penjualan periode dasar
kto b
Keterangan : DACpt TApt SALEpt TApd SALEpd
er 20 09
I/N o
.1/O
Di dalam melakukan pendeteksian adanya manipulasi laba, pada umumnya akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary accruals negative dan positif (Saiful, 2004). discretionary accruals positif mencerminkan manipulasi yang dilakukan manajer dengan pola income increasing, sedangkan negative akan menunjukkan manipulasi income decreasing, bentuk-bentuk discretionary accruals tersebut disesuaikan dengan motivasi yang dilakukan oleh manajer.
ise tA
ku n
tan
si V
ol
3.1.3 Pengaruh Earnings Power Terhadap Praktik Manajemen Laba Earnings power sering digunakan oleh para calon investor dalam menilai efisiensi perusahaan dalam menghasilkan besar kecilnya laba perusahaan, hal itu menjadikan motivasi kepada pihak manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba yang dapat memberikan keuntungan kepada pribadi dan juga nilai pasar perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional behaviour), yang salah satu bentuknya adalah earnings management. Stice, Stice & Skousen (2004:419) mengemukakan laba bersih yang dilaporkan merupakan angka yang memperoleh perhatian paling banyak, maka angka ini pulalah yang paling mungkin dimanipulasi oleh para manajer, alasan tersebut benar-benar mencerminkan kekuatan yang sering kali bisa dikatakan sebagai pendorong para manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan. Selain pernyataan-pernyataan di atas, juga terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2008), mengemukakan adanya pengaruh earnings power terhadap praktik manajemen laba, earning power perusahaan dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan praktik manajemen laba baik dengan cara menerapkan kebijakan income increasing accrual ataupun income decreasing accrual Hal ini tergantung dari motivasi masing-masing perusahaan. Meskipun demikian, pengaruh tersebut cenderung lemah. Kerangka Pemikiran Pada umumnya salah satu aspek yang digunakan oleh pelaku pasar dalam menilai prospek suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan tersebut dalam memperoleh laba (earnings power). Modigliani & Miller (MM) dalam Ulupui (2007) mengemukakan, earnings power untuk menyatakan nilai perusahaan dari rasio keuangan dimana variabel ROA mewakili efektifitas perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan aset yang ada, Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien laba usaha yang dilihat dari aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.”
Jur
na lR
3.2
25
Jur
na lR
ise tA
ku n
tan
si V
ol
I/N o
.1/O
kto b
er 20 09
Banyak teori serta bukti empiris yang menunjukan bahwa earning merupakan suatu ukuran dalam menilai prestasi suatu perusahaan. Menurut Soemarso, S. R. (2005:230) mendefinisikan bahwa : “Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha.” Dengan kata lain, laba dianggap alat ukur yang baik untuk mengukur kinerja perusahaan serta relevan untuk dimasukkan ke dalam model pengambilan keputusan oleh investor, kreditor dan para pemakai laporan keuangan lainnya. Análisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dimana dalam pengukuran earnings power perusahaan terdapat dalam rasio keuangan profitabilitas, oleh karena itu indikator yang digunakan adalah return on assets sebagai proksi perhitungan earnings power. Go public merupakan salah satu dari financing activites, yang dilakukan perusahaan yang sedang berkembang untuk memperoleh tambahan dari investor dalam rangka pembiayaan, pengembangan usahanya dibandingkan dengan hutang bank. Go public adalah alternatif yang relative luwes dan menguntungkan dana yang diperoleh dari go public biasanya selain digunakan untuk keperluan ekspansi juga digunakan untuk peluasan hutang yang pada gilirannya diharapkan akan semakin meningkatkan posisi keuangan perusahaan disamping untuk memperkuat struktur permodalan. Karena adanya perbedaan kepentingan antara investor dengan manejemen perusahaan maka timbul adanya asimetry informasi, hal itu memberikan keleluasaan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba. Dilain pihak General Accepted Accounting Principles (GAAP) memberikan kebebasan kepada pembuat laporan keuangan untuk memilih metode maupun kebijakan akuntansi yang dianggap paling sesuai digunakan pada suatu periode pelaporan. Adanya fleksibilitas tersebut ada kalanya justru dimanfaatkan oleh pihak manajemen perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba. Dengan cara yang sistematis manajemen dapat memilih metode atau kebijakan tertentu untuk mempengaruhi laba (income) yang dilaporkan dalam periode pelaporan yang tujuan akhirnya adalah untuk kepentingan manajemen yang ingin memaksimalkan kekayaannya. Manajemen laba sebagai suatu fenomena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang menjadi pendorong terjadinya fenomena tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen laba (Watts and Zimmerman, 1986) membagi motivasi manajemen laba menjadi tiga yaitu : Bonus plan Hypothesis, Debt to Equity Hypotesis, and Political Cost Hypotesis. Bonus plan hypothesis cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Debt to equity hypothesis menyebutkan bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba, sedangkan Political cost hypothesis menyatakan bahwa pada perusahaan besar yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Menurut penelitian Healy and Wahlen (1999) earning management adalah : “upaya-upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menaikkan atau menurunkan laba perusahaan, namun tidak mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang”. Sementara Scott (2003) mendefinisikan bahwa manjemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajemen melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan tertentu, misalnya untuk memaksimalkan kepentingan mereka sendiri atau meningkatkan nilai pasar perusahaan mereka. Adapun indikator yang digunakan praktik manjemen laba dengan menggunakan proksi discretionary accruals, yaitu kebijakan akuntansi akrual yang memberikan keleluasaan bagi manajer dalam menentukan jumlah transaksi aktual secara fleksibel. Dalam hal ini Jika terjadi discretionary accruals positif maka perusahaan melakukan income maximization yaitu manajemen melakukan praktik manajemen laba dengan cara menaikkan laba dan jika terjadi discretionary accruals negatif maka perusahaan melakukan income minimization yaitu manajemen melakukan praktik manajemen laba dengan cara menurunkan laba, namun apabila pihak manajemen tidak melakukan praktik manajemen laba maka tingkat discretionary accrualsnya sama dengan nol. Stice, Stice & Skousen (2004:419) mengemukakan bahwa laba bersih yang dilaporkan merupakan angka yang memperoleh perhatian paling banyak, maka angka ini pulalah yang paling mungkin dimanipulasi oleh para manajer, alasan tersebut benar26
tan
si V
ol
I/N o
.1/O
kto b
er 20 09
benar mencerminkan kekuatan yang sering kali bisa dikatakan sebagai pendorong para manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2008), mengemukakan bahwa “earnings power perusahaan dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan praktik manajemen laba baik dengan cara menerapkan kebijakan income increasing accrual ataupun income decreasing accrual”. Hal ini tergantung dari motivasi masing-masing perusahaan. Meskipun demikian, pengaruh tersebut cenderung lemah. Berdasarkan hasil penelitian para ahli sebelumnya oleh Rahmati, Yacob Suparno dan Nurul Qomariyah (2007:83) mengemukakan bahwa semakin besar risiko dan prospek pertumbuhan investasi perusahaan maka semakin kecil tingkat manajemen laba. Ini disebabkan Karena asimetri informasi akan terjadi pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan investasi yang tinggi pula. Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi dasar pemikiran, adalah penelitian Puji Pratiwi (2008) dimana earnings power berpengaruh terhadap praktik manajemen laba cenderung lemah. Puji Pratiwi dalam pengukuran earnings power menggunakan NPM sedangkan peneliti menggunakan ROA, dan juga Objek penelitian yang dilakukan Puji Pratiwi pada 119 Perusahaan manufaktur yang listing di BEI, sedangkan peneliti objeknya pada PT Unilever Indonesia Tbk. Puji Pratiwi maupun peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah suatu perusahaan menggunakan praktik manajemen laba atau tidak, dan juga menggunakan discretionary accruals sebagai proksi perhitungan praktik manajemen laba. Dalam pengujian hipotesispun baik peneliti maupun penulis menggunakan analisis regresi, korelasi pearson dan koefisien determinasi. Berdasarkan hasil penelitian Rahmati, Yacob Suparno dan Nurul Qomariyah (2007:83) yang hasilnya adalah: Semakin besar risiko dan prospek pertumbuhan investasi perusahaan maka semakin kecil tingkat manajemen laba. Ini disebabkan karena asimetri informasi akan terjadi pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan investasi yang tinggi pula. Variabel (X) pada penelitian sebelumnya adalah asimetri informasi sedangkan peneliti adalah earnings power, Objek penelitian yang dilakukan jurnal sebelumnya pada seluruh perbankan yang listing di BEI sedangkan penulis pada PT Unilever Indonesia Tbk. Peneliti pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi parsial, koefisien regresi serentak (uji-F), ketepatan perkiraan (goodness of test R²), penulis Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi, korelasi pearson dan koefisien determinasi. sedangkan persamaannya untuk mengetahui apakah suatu perusahaan menggunakan praktik manajemen laba atau tidak, dan juga menggunakan discretionary accruals sebagai proksi perhitungan praktik manajemen laba.
ku n
3.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sementara bahwa “Earnings Power perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba”.
ise tA
IV. OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah earnings power perusahaan dan praktik manajemen laba pada PT Unilever Indonesia Tbk.
Jur
na lR
4.2 Metode Penelitian 4.2.1 Desain Penelitian 1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada PT Unilever Indonesia Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indoneia. 2. Menetapkan judul dari fenomena yang didapat, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti kemudian menentukan identifikasi masalah dalam penelitian. 3. Menetapkan variabel penelitian yaitu variabel dependen : Earnings Power, Independen : Praktik Manajemen Laba 4. Menetapkan indikator variabel dependen : Return On Assets dan variabel, Independen : Discretionary Accruals 27
er 20 09
5. Melihat dan menganalisis data-data mengenai Earnings Power dan Manajemen Laba pada PT Unilever Indonesia Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang diperoleh dari pojok Bursa Efek Indonesia kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan korelasi pearson product moment, koefisien determinasi dan t hitung . 7. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penyelesaian dan jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian. Operasionalisasi Variabel Variabel X adalah ‘earnings power perusahaan’, earnings power adalah kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam menghasilkan laba (Bambang Riyanto 2008:37). Ukuran menggunakan rasio. Indikator pengukuran earnings power dengan menggunakan rasio Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Earnings After Tax (EAT) Rasio Profitabilitas = (Return On Assets=ROA)
X100% Total Assets
.1/O
kto b
4.2.2
si V
ol
I/N o
Variabel Y dalam penelitian ini adalah ‘praktik manajemen laba’. Indikator pengukuran praktik manajemen laba dengan menggunakan Discretionary accrual (laba hasil rekayasa) seperti penelitian yang dilakukan Friedlan (1994) dalam Gumanti (2001:172), discretionary accrual merupakan perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode dasar yang distandarisasi dengan penjualan pada periode dasar. Secara sistematis, total accruals itu sendiri merupakan selisih antara laba bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow operating activities), dalam menghitung total accrual menggunakan rumus sebagai berikut : TA = NOI - CFO
tan
Keterangan : TA = Total Accruals NOI = Net Operating Income CFO = Cash Flow Operting Activities.
ku n
Kemudian akan diukur nilai discretionary accruals dengan menggunakan persamaan : DACpt = (TApt/SALEpt) – (TApd/SALEpd)
na lR
ise tA
Keterangan : DACpt = discretionary accrual periode tes TApt = total accruals periode tes SALEpt = penjualan periode tes TApd = total accruals periode dasar SALEpd = penjualan periode dasar
Jur
4.2.3 Metode Penarikan Sampel 4.2.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan terdaftar/listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu tahun 1982 sampai dengan tahun 2008 adapun populasi dari penelitian ini sebanyak 26 tahun.
28
er 20 09
4.2.3.2 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan tahun 2001 sampai tahun 2007. 4.2.3.3 Teknik Sampling Teknik yang digunakan oleh penulis adalah nonprobability sampling. Jenis nonprobability sampling yang akan digunakan oleh penulis adalah sampling purposive.
.1/O
kto b
4.2.4 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 RancanganAnalisis A. Metode Kualitatif Metode deskriptif dilakukan untuk menjawab poin 1 dan 2 pada tujuan penelitian. Penulis menggunakan data-data ROA dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, karena pada periode ini terdapat fenomena dimana indikasinya dengan kenaikan dan penurunan yang fluktuatif manajemen perusahaan menggunakan praktik manajemen laba dalam proses pelaporan keuangan, periode ini juga dipilih untuk membandingkan antara periode dasar dengan periode tes.
ol
I/N o
B. Metode Kuantitatif Menggunakan model uji statistik untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh earnings power terhadap praktik manajemen laba. Adapun alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Analisis Regresi Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Jumlah variabel bebas sebagai prediktor hanya satu sehingga persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
si V
Y= a + bX
Besar a dapat diketahui dengan rumus :
n X X
= Y1 X 12 X 1 X 1Y1 2
2 1
1
tan
a
Sedangkan besar b dapat diketahui dengan rumus :
Y = nX Y X n X X 1 1
1
1
ku n
b
2
2 1
1
na lR
ise tA
Keterangan : Y : Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan a : Koefisien regresi yang menunjukkan bilangan konstanta b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan, dan bila (-) maka terjadi penurunan. X : Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu N : Banyaknya sampel b. Analisis Korelasi Pearson Rumus untuk koefisien korelasi pearson adalah sebagai berikut: ryx =
nX iYi ( X i )( Yi )
n X X nY Y 2
Jur
i2
i
2
i2
i
29
r yx n
er 20 09
Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y = banyaknya sampel
X i = variabel bebas
Y i = variabel tidak bebas Koefisien korelasi terletak antara -1 dan +1, atau -1 ≤r ≤+1, di mana bila:
r yx = 1 : menunjukkan hubungan linier positif sempurna antara X dan Y,
r yx
= -1 : menunjukkan hubungan linier negatif sempurna antara X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin kecil harga Y, atau sebaliknya, makin kecil harga X makin besar harga Y.
.1/O
r yx
kto b
dalam arti makin besar harga X makin besar pula harga Y, dan sebaliknya, makin kecil harga X makin kecil pula harga Y.
= 0 : menunjukkan tidak ada hubungan linier antara X dan Y. Tabel 3.2
I/N o
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
ol
Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
si V
Sumber: Statistika untuk ekonomi dan Bisnis;Andi Supangat;2006
c. Koefisien Determinasi Rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
tan
Kd = ryx 2 × 100% Sumber: Jonathan Sarwono (2006:42)
ku n
Keterangan: Kd = Koefisien Determinasi
r yx
ise tA
= Koefisien korelasi Pearson 100% = Pengali yang menyatakan dalam persentase
na lR
4.2.4.2 Pengujian Hipotesis a) Menetapkan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0: 0,earnings power tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. H1: 0,earnings power berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Jur
b) Menetapkan Tingkat Signifikan Untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis, maka dilakukan dengan cara pengujian dua pihak dengan tingkat signifikan = 5%. c) Uji Hipotesis (Uji t) Uji t maka dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
30
n 2
= r yx
1 r
er 20 09
t hitung
yx 2
Sumber: Andi Supangat (2006:351) Keterangan : t hitung = Statistik uji korelasi
r yx N
= Koefisien Korelasi Pearson 2
= Koefisien Determinasi = Jumlah data yang digunakan sebagai sampel, ditentukan dengan keyakinan 95% pada tingkat signifikasi 5% (α= 0,05).
kto b
r yx
derajat
I/N o
.1/O
Hasil uji ini lalu dibandingkan dengan harga kritis “t” dari tabel dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika -ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh antara earnings power perusahaan terhadap praktik manajemen laba. Jika -thitung ≤-ttabel atau t hitung ≥ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh antara earnings power perusahaan terhadap praktik manajemen laba. Pengujian akan diuji dengan dua pihak (two tailed). Selanjutnya nilai t hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai t dari tabel distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) n-2.
ku n
tan
si V
ol
V. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan barang-barang konsumsi (consumer goods) masyarakat sehari-hari. Produkproduk yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari produk kebersihan, perawatan, makanan ringan, bumbu masak dan juga es krim. Produk-produk industri PT. Unilever Indonesia Tbk telah tersebar di hampir seluruh wilayah indonesia dan dikenal lama oleh masyarakat. PT. Unilever Indonesia Tbk bergerak di dalam bidang produksi barang-barang konsumsi masyarakat sehari hari (consumer goods). Selain memproduksi PT. Unilever Indonesia Tbk juga menjual dan mendistribusikannya produknya ke wilayah-wilayah penjualannya. PT. Unilever Indonesia Tbk memiliki dua tempat produksi utama yang salah satunya berlokasi di Jababeka Industrial Estate di Jawa Barat dan Rungkut yang berlokasi di Surabaya Industrial Estate di Jawa Timur.
Jur
na lR
ise tA
5.2 Hasil Analisis Kualitatif 5.2.1 Analisis Kualitatif Tingkat Earnings Power berdasarkan Return On Assets pada PT Unilever Indonesia Tbk. Earnings Power berdasarkan Return on Assets dihitung dengan cara Earnings After Tax (laba bersih) dibagi dengan Total Assets lalu dikalikan dengan 100%. Earnings After Tax perhitungannya dilihat dari laba bersih perusahaan, apabila terdapat pendapatan atau beban diluar usaha misalnya laba (rugi) dari selisih kurs dijumlahkan sehingga didapatkan laba sebelum pajak penghasilan kemudian dikurangi kembali oleh laba sebelum hak minoritas baru didapatkan laba bersih setelah pajak. Total Assets didapatkan dari jumlah aktiva lancar ditambahkan dengan jumlah aktiva tidak lancar. Penulis menggunakan data-data ROA dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 pada tabel berikut ini :
31
.1/O
kto b
er 20 09
Tabel 5.1 Return On Assets (ROA) Pada PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2001-2007 Earnings Return On After Tahun Total Assets Assets/ROA Tax/EAT (Dalam %) (Laba Bersih) 2001 886.944 2.682.025 33,07 2002 1.067.926 3.091.853 34,54 2003 1.389.741 3.416.276 40,68 2004 1.482.337 3.663.709 40,46 2005 1.391.699 3.842.350 36,22 2006 1.734.287 4.626.000 37,49 2007 1.964.652 5.333.406 37,84 Sumber : Data Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (2001-2007)
34.54
2002
2003
40.46
2004
2005
ku n
2001
40.68
tan
43 40 37 3433.07 31 28 25
si V
ROA
ol
I/N o
Penurunan ROA tahun 2003 ke tahun 2004 disebabkan kenaikan laba bersih kurang signifikan, tetapi diikuti oleh naiknya total assets. Tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi penurunan, total assets terjadi kenaikan laba bersih mengalami penurunan. Pada tahun 2006 terjadi kenaikan laba bersih diikuti kenaikan total assets-nya. Pada tahun 2006 ke tahun 2007 laba bersih mengalami kenaikan walaupun tidak sebanding dengan peningkatan total assets perusahaan, maka terjadi penurunan kembali ROA. Kenaikan laba bersih disebabkan karena naiknya harga minyak dunia dan penurunan nilai kurs mata uang rupiah sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya untuk operasional seperti promosi penjualan dan biaya distribusi barang setiap tahun .
37.49 36.22
2006
37.84 ROA
2007
Gambar 5.1 Return On Assets PT Unilever Indonesia Tbk Per ‘01-‘07
Jur
na lR
ise tA
Kenaikan ROA tahun 2001 ke tahun 2002 dari 33,07% ke tingkat 34,54% yaitu sebesar 1,47%. Kenaikan tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu dari 34,54% ke tingkat 40,68% sebesar 6,14%, disebabkan penjualan produk meningkat secara drastis yaitu dari 9 triliyun ke 11 triliyun rupiah. Penurun ROA pada tahun 2003 ke tahun 2004 yaitu dari 40,68% ke 40,46% sebesar 0,22%, hal ini disebabkan karena beban pemasaran dan penjualan yang meningkat oleh karena itu mempengaruhi laba bersih perusahaan. Terjadi penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2005 yaitu dari 40,46% ke tingkat 36,22% sebesar 4,24%, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia pada bulan Oktober dan penurunan mata uang rupiah ke tingkat Rp 10.800 pada bulan September. Pada tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi kenaikan dari 36,22% ke tingkat 37,49% sebesar 1,27%, hal ini disebabkan kenaikan laba bersih dan diikuti oleh naiknya total assets pada tahun tersebut, kenaikan juga terjadi kembali, pada tahun akhir penelitian yaitu dari 2006 ke tahun 2007 yaitu dari 37,49% ke tingkat 37,84%, yaitu sebesar 0,35%.
32
Analisis Kualitatif Perkembangan Praktik Manajemen Laba yang Terjadi pada PT Unilever Indonesia Tbk. Total Accruals (TA) merupakan pengurangan dari Net Operating Income (NOI) dengan Cash From Operating (CFO). Net Operating Income yaitu penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan menjadi laba kotor setelah itu dikurangi kembali oleh beban usaha sehingga didapatka laba usaha. Cash From Operating adalah jumlah seluruh arus kas dari aktivitas operasi perusahaan.
er 20 09
5.2.2
CFO 1122152 1142908 1260848 1415869 1664160 2174808 2250013
TA -235208 -164659 35863 52576 -223680 -453213 -285361
.1/O
NOI 886944 978249 1296711 1468445 1440480 1721595 1964652
I/N o
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
kto b
Tabel 5.2 Total Accruals Pada PT. Unilever Indonesia TbkTahun 2001-2007
Sumber : Data Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (2001-2007)
si V
Tabel 5.3 Pada PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2002-2007 SALEpt TApd SALEpd DACpt 7015181 -235208 6012611 0.02 8123625 -235208 6012611 0.04 8984822 -235208 6012611 0.04 9992140 -235208 6012611 0.02 11335241 -235208 6012611 0.00 12544901 -235208 6012611 0.02
tan
Discretionary Accruals TAHUN TApt 2002 -164659 2003 35863 2004 52576 2005 -223680 2006 -453213 2007 -285361
ol
Decretionary Accruals (DAC) diperoleh dengan membagi TA periode tes dengan Sale periode tes, kemudian mengurangkannya dengan TA periode dasar dibagi dengan Sale periode dasar.
ku n
Sumber : Data Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (2002-2007)
Jur
na lR
ise tA
DAC positif, maka manajemen perusahaan melakukan praktik manajemen laba dengan income maximization, sementara nilai DAC negatif, maka manajemen perusahaan melakukan praktik manajemen laba dengan income minimization. Nilai DAC adalah nol (0), maka perusahaan tidak melakukan praktik manajemen laba. Dari hasil perhitungan discretionary accruals PT Unilever Indonesia Tbk, Tahun 2001 dijadikan sebagai tahun dasar atau dianggap stabil (tidak terjadi praktik manajemen laba).Tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 perusahaan terlihat melakukan praktik manajemen laba namun cenderung lemah, bahkan pada tahun 2006 perusahaan tidak melakukan praktik manajemen laba itu dapat dilihat dari hasil perhitungan yaitu 0.00 hal itu menunjukan manajemen perusahaan dalam menjalankan opresional perusahaan sesuai dengan prosedur perusahaan atau dengan kata lain pihak manajemen perusahaan melaporkan laba ekonomi atau laporan keuangan perusahaan yang sebenarnya.
33
0,03 0,02
0.04
0.04
0.02
0,01 0 2001
0.02
0.02
0.00 2002
DAC
kto b
0,05 0,04
er 20 09
DAC
0.00 2003
2004
2005
2006
2007
.1/O
Gambar 5.2 Praktik Manajemen Laba PT Unilever Indonesia Tbk Per ‘01-‘07
tan
si V
ol
I/N o
Praktik manajemen laba pada tahun 2001 nilai DAC adalah nol (0), karena pada tahun 2001 dijadikan sebagai tahun dasar dilakukannya penelitian, sehingga dianggap stabil atau tidak terjadi praktik manajemen laba. Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh PT Unilever Indonesia Tbk dari tahun 2001 sampai dengan 2007 didapatkan hasil discretionary accruals yang positif oleh karena itu indikasinya manajemen perusahaan menggunakan income maximization guna menaikkan laba perusahaan. Pada tahun 2002 perusahaan melakukan income maximization discretionary accruals sebesar 0,02, kemudian terjadi kenaikan dari tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu dari 0,02 ke 0,04 namun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2004 praktik manajemen laba tetap pada angka 0,04. Hal berbeda terlihat pada tahun-tahun berikutnya yaitu terjadi penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2005 yaitu dari 0,04 menjadi 0,02 kemudian terjadi penurunan kembali dari tahun 2005 ke tahun 2006 yaitu dari 0,02 menjadi 0,00, hal ini berarti perusahaan pada tahun 2006 tidak melakukan praktik manajemen laba dengan hasil perhitungan sebesar 0,00 akan tetapi pada tahun 2007 manajemen kembali melakukan praktik manajemen laba dengan hasil perhitungan sebesar 0,02. 5.2.3 Pengaruh Earnings Power Terhadap Praktik Manajemen Laba pada PT Unilever Indonesia Tbk.
ku n
Untuk mengetahui pengaruh earnings power terhadap praktik manajemen laba pada PT Unilever Indonesia Tbk, berikut ini penulis sajikan tabel data earnings power berdasarkan return on assets dari tahun 2001 sampai 2007 dan praktik manajemen laba dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, sebagai berikut :
Jur
na lR
ise tA
Tabel 5.4 Earnings Power Berdasarkan Return On Assets (ROA) dan Praktik Manajemen Laba Pada PT. Unilever Indonesia Tbk Periode Tahun 2001-2007 Decretionary Tahun Return On Assets Accruals 2001 0,3307 0.00 2002 0,3454 0.02 2003 0,4068 0.04 2004 0,4046 0.04 2005 0,3622 0.02 2006 0,3749 0.00 2007 0,3784 0.02
Sumber : Data Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (2001-2007)
34
si V
ol
I/N o
.1/O
kto b
er 20 09
ROA mengalami kenaikan perusahaan juga menaikkan discretionary accruals, ROA pada tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami kenaikan yaitu dari 33,07% menjadi 34,54%, atau sebesar 1,47% dan pada tahun 2001 ke tahun 2002 Manajemen Laba juga mengalami kenaikan dari 0.00 menjadi 0,02 sebesar 0,02 poin hal itu berarti pada tahun 2002 walaupun perusahaan mengalami kenaikan pada earnings power perusahaan tetap melakukan praktik manajemen laba. Pada tahun 2001 discretionary accruals dianggap stabil dan dijadikan tahun dasar dalam perhitungan, dan pada tahun 2002 ke tahun 2003 ROA juga mengalami kenaikan dari 34,54% menjadi 40,68% sebesar 6,14% begitupun pada tahun 2003 praktik manajemen laba yang dilakukan manajemen mengalami kenaikan yaitu dari 0,02 menjadi 0,04 sebesar 0,02. Hal berbeda ketika pada tahun 2004 dimana ROA mengalami penurunan dari 40,68% menjadi 40,46% atau sebesar 0,22% tetapi praktik manajemen laba yang dilakukan sama dengan pada tahun 2003 yaitu sebesar 0,04. Kemudian pada tahun 2005 pada saat ROA turun dari 40,46% menjadi 36,22% atau sebesar 4,24% manajemen perusahaanpun dalam melakukan praktik manajemen laba turun dari 0,04 menjadi 0,02 atau sebesar 0,02 hal berbeda ditunjukkan pada dua tahun terakhir penelitian yaitu pada tahun 2006 dan 2007. Pada tahun 2006 pada saat ROA naik dari 36,22% menjadi 37,49% atau sebesar 1,27% manajemen melakukan penurunan dalam melakukan praktik manajemen laba yaitu dari 0,02 menjadi 0,00 atau sebesar 0,02, dalam hal ini perusahaan berarti tidak melakukan praktik manajemen laba. Akan tetapi pada tahun 2007 dimana ROA mengalami kenaikan yaitu dari 37,49% menjadi 37,84% atau sebesar 0,35% manajemen melakukan praktik manajemen laba hingga 0,02 atau mengalami kenaikan dari 0,00 menjadi 0,02 atau sebesar 0,02. Dari data diatas dapat diketahui bahwa hubungan kedua variabel yaitu Earnings Power (ROA) perusahaan dan Praktik Manajemen Laba (DAC) adalah searah atau positif, dimana Earnings Power berdasarkan ROA semakin naik juga diikuti kenaikan praktik manajemen laba pada tahun berikutnya. Untuk megetahui hubungan dan pengaruh antara Earnings Power berdasarkan ROA terhadap Praktik Manajemen Laba maka dilakukan analisis dan pengujian terhadap kedua variabel tersebut. a. Analisis Regresi Sederhana Hasil output dari pengolahan data menggunakan program SPSS 14.0 dapat dilihat pada table sebagai berikut :
tan
Tabel 5.5 Tabel Statistik SPSS Koefisien Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
ku n
Model 1 (Constant)
-.143
.062
ise tA
Earnings Power .004 .002 a Dependent Variable: Manajemen Laba
t
2.295 .761 2.623
Sig. .070 .047
Jur
na lR
Y = - 0,143 + 0,004X artinya nilai a dan b tersebut adalah: a = -0,143 ini menunjukkan apabila tidak ada Earnings Power maka praktik manajemen laba sebesar – 0,143 b = 0,004 ini menunjukkan setiap adanya kenaikan Earnings Power sebesar 1% akan diikuti dengan kenaikan Praktik manajemen laba sebesar 0,004 dan begitupun sebaliknya. Nilai probabilitas pengaruh Earnings Power terhadap praktik manajemen laba sebesar 0.047. Angka probabilitas 0,047 < dari 0,05 yang berarti hubungan kedua variabel adalah signifikan, maka model regresi ini layak digunakan untuk memprediksi praktik manajemen laba pada PT Unilever Indonesia Tbk.
35
kto b
Koefisien korelasi yang diperoleh dari pengolahan data sebagai berikut:
er 20 09
b. Koefisien Korelasi Pearson Korelasi untuk pengaruh Earnings Power perusahaan berdasarkan ROA terhadap Praktik Manajemen Laba adalah 0,76, yang artinya hubungan variabel Earnings Power dan Praktik Manajemen Laba kuat. Korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel Earnings Power dan Praktik Manajemen Laba searah, artinya jika Earnings Power turun, maka Praktik Manajemen Laba akan turun, dan begitu pula sebaliknya jika Earnings Power naik, maka Praktik Manajemen Laba akan naik.
Tabel 5.6 Tabel Statistik SPSS Korelasi
Manajemen Laba
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
.761(*)
. 7
.047 7
.761(*)
1
.047 7
. 7
I/N o
Earnings Power
Manajemen Laba
.1/O
Earnings Power
ol
*Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
R .761(a)
R Square .579
tan
Model 1
si V
c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi sebagai berikut : Tabel 5.7 Tabel Statistik SPSS Model Summary Adjusted Std. Error of R Square the Estimate .495 .01161
ku n
a Predictors: (Constant), Earnings Power b Dependent Variable: Manajemen Laba
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) -.143 .062 Earnings .004 .002 Power a Dependent Variable: Manajemen Laba 36
Jur
Model 1
Hasil Pengujian Hipotesis
na lR
5.2.4
ise tA
Pengaruh earnings power berdasarkan ROA terhadap Praktik Manajemen Laba adalah sebesar 57,91% yang artinya praktik manajemen laba pada PT. Unilever Indonesia Tbk dipengaruhi sebesar 57,91% oleh earnings power berdasarkan ROA dan sisanya sebesar 42,09% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti penjualan dan biaya produksi dan pergantian dewan direksi.
Standardized Coefficients Beta
T .761
Sig.
-2.295
.070
2.623
.047
kto b
er 20 09
Dari hasil perhitungan diketahui thitung > ttabel (2,622 > 2,571). Artinya Ho berada di daerah penolakan dan Ha diterima, menjelaskan bahwa Earnings Power berdasarkan ROA berpengaruh terhadap Praktik Manajemen Laba.
(2,571) (2,622)
.1/O
(-2,571)
Gambar 4.3 Daerah penerimaan dan Penolakan
na lR
ise tA
ku n
tan
si V
ol
I/N o
VI. Kesimpulan 1. Earnings Power perusahaan khususnya Return on Assets pada periode tahun 2001 ke 2002 dan 2002 ke 2003 mengalami kenaikan, akan tetapi pada periode tahun 2003 ke 2004 mengalami penurunan, terjadi penurunan kembali dari tahun 2004 ke tahun 2005 sedangkan pada periode tahun 2005 sampai tahun 2007 Eranings Power perusahaan mengalami kenaikan. Kenaikan dan penurunan yang fluktuatif Ini disebabkan adanya kenaikan harga minyak dunia dan penurunan nilai mata uang rupiah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi biaya operasional perusahaan, dan penjualan lan sehingga laba yang didapat cenderung menurun. 2. Tingkat praktik manajemen laba pada PT. Unilever Indonesia Tbk terjadi kenaikan pada tahun 2001 ke tahun 2002, dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2002 ke tahun 2003. Pada tahun 2003 ke 2004 praktik manajemen laba perusahaan tidak mengalami perubahan. Pada tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi penurunan, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi penurunan kembali sekaligus pada tahun ini perusahaan tidak melakukan praktik manajemen laba hal itu dikarenakan manajemen manaj telah melaporkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi pada perusahaan. Kemudian pada tahun 2007 DAC mengalami peningkatan. Kenaikan dan penurunan yang fluktuatif diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya karena pengaruh keadaan ke sosial politik yang mengakibatkan pihak manajemen kesulitan mencari investor, selain itu motivasi manajemen untuk mendapatkan insentif atau bonus dimasa yang akan datang menjadi salah satu alasan untuk melakukan praktik manajemen laba, faktor yang paling pa kuat disebabkan adanya pergantian direksi pada tahun 2004 sehingga kebijakankebijakan kebijakan perusahaan pun masih menyesuaikan dengan direksi yang baru. 3. Pengaruh Earnings Power berdasarkan ROA terhadap Praktik Manajemen Laba mempunyai hubungan (korelasi) yang ang erat serta searah atau positif hal ini berarti apabila terjadi kenaikan pada Earnins Power perusahaan maka akan diikuti dengan kenaikan nilai DAC, begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan Earnings Power akan terjadi penurunan DAC pula. Oleh karena itu hipotesis penulis dapat diterima.
Jur
VII. DAFTAR PUSTAKA 1. Agnes Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Perusahaan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2. Andi Supangat, 2006. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Bisnis Penerbit Pustaka. Bandung. 3. Balkaoui, Ahmed Riahi. (2007). Accounting Theory edisi kelima. kelima Salemba Empat, Jakarta 37
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
er 20 09
kto b
.1/O
I/N o
13.
ol
12.
si V
10. 11.
tan
8. 9.
ku n
7.
ise tA
6.
na lR
5.
Bambang Riyanto. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta Gideon SB. Boediono. 2005. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Makalah SNA VIII. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pengaruh Asimetry Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No2, Mei 2004. Kieso, Donald., Jertry. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2005. Intermediate Accounting. United State of America :John Wiley&Sons, Inc Krisis Global dan Scandal-Scandal Management. Terdapat pada www.Kompas.com Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk. Terdapat pada www.idx.co.id/financial statement:diakses pada tanggal 20 Mei 2009 Mohammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Muhammad Ma’ruf. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada perusahaan Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Terdapat pada www.rac.uii.ac.id Nur Indriantoro, Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Puji Pratiwi. 2008. Pengaruh Earning Power Terhadap Manajemen Laba. Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. New Jersey : Prentice Hall Inc Setiawan, Nanang. 2006. Manajemen Laba (Earnings management) Dalam Tinjauan Etika Islam. Universitas Brawijaya. Malang yang dapat diakses pada www.jurnalskripsi.com Stice, Stice & Skousen. 2004. Intermadiate Accounting Buku Satu - Edisi 15. Salemba Empat, Jakarta Soemarso S.R. 2005. Akuntansi suatu Pengantar. Salemba Empat. Jakarta Sofyan Syafri Harahap. 2007. Teori Akuntansi. RajaGrafindo Persada. Jakarta Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alvabeta. Bandung Sujoko Efferin. 2004. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Tatang Ari Gumanti. 2001. Earnings Management dalam penawaran perdana dari BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 4(2), 165-183. Theodorus M. Tuanakotta. 2004. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Umi Narimawati. 2008. Metlit Kuantitatif dan Kualitatif : Teori & Aplikasi. Unikom. Bandung Watts, R.L Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Newyork: Prentice Hall. Wild, John J, K.R. Subramayam, and R.F Halsey. 2007. FInancial Statement Analysis, ninth edition , International Edition 2007. Singapore; McGraw-Hill
Jur
4.
38