30
ANALISIS Dominansi dan Keragaman Dominansi Tanaman Dari hasil perhitungan dominansi tanaman pada lokasi studi, didapatkan bahwa spesies dengan nilai dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah (Axonopus compressus) maupun rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”). Penggunaan rumput menjadi dominan dibandingkan spesies tanaman lainnya karena fungsinya sebagai alas pada lanskap dengan sifat tahan injakan serta fungsinya dalam mencegah erosi sekaligus menambah nilai estetik pada lanskap. Selain rumput paetan, rumput gajah mini juga cenderung dipilih karena pemeliharaannya yang mudah dan tidak memerlukan pemangkasan. Tabel 9 menunjukkan tanaman dengan nilai dominansi tertinggi pada tiap lokasi studi, sementara perhitungan dominansi dan keragaman pada masing-masing area studi disajikan pada Tabel Lampiran 1.
Jalan Utama Pada lokasi studi jalan utama dengan luas area penanaman kurang lebih 8.150 m² yang terdiri dari sembilan segmen, jenis pohon yang memiliki nilai dominansi tertinggi hampir semuanya merupakan pohon pengarah dengan nilai dominansi rata-rata mencapai 43,7 %. Nilai ini melebihi nilai dominansi penutup tanah sebesar 37,2 %, semak atau perdu sebesar 3,3 %, tanaman air dan tanaman memanjat masing-masing kurang dari 1 %. Tanaman pengarah yang mendapat nilai dominansi tertinggi tersebut yaitu palem raja (Roystonea regia) sebesar 57,4 % pada segmen 1 dan 31,9 % pada segmen 2, dadap merah (Erythrina cristagali) sebesar 6,7 % pada segmen 3, eboni (Diospyros celebica) sebesar 46,3 % pada segmen 4, tanjung (Mimusoph elengi) sebesar 36,7 % pada segmen 5, kenari (Canarium commune) sebesar masing-masing 41,7 % dan 29,6 % pada segmen 6 dan 7, pinus (Pinus merkusii) sebesar 43,9 % pada segmen 8, serta ki hujan (Samanea saman) sebesar 99,4 % pada segmen 9. Gambar 5 menunjukkan contoh pohon pengarah yang memiliki nilai dominansi tinggi pada jalan utama.
31
Tabel 9. Jenis Tanaman dengan Nilai Dominansi Tertinggi pada Masing-masing Lokasi Studi Lokasi
Pohon Nama
Jalan Utama Segmen 1 (Gerbang UtamaMedian) Segmen 2 (Blok Palem Kurma) Segmen 3 (Blok Palem Putri) Segmen 4 (Blok Eboni) Segmen 5 (Blok Salam Jembatan) Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) Segmen 8 (Blok Palem Sadeng 3) Segmen 9 (Orchard Walk) Rata-rata
Semak/Perdu %
Nama
Aerva sanguinolenta Hymenocallis speciosa Aerva sanguinolenta Aerva sanguinolenta
Roystonea regia
57,4
Roystonea regia Erythrina cristagali Diospyros celebica
32,0
Mimusoph elengi Canarium commune Canarium commune
36,7
29,6
Bougainvillea spectabilis Aerva sanguinolenta Aerva sanguinolenta
Pinus merkusii
43,9
Euphorbia milii
Samanea saman
99,4 43,7
6,7 46,3
41,7
%
1,7 1,5 3,6 6,4
4,2 2,1 6,3 0,6
3,3
Penutup Tanah (Groundcover) Nama %
Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Nephrolepis exaltata
Tanaman Memanjat Nama
%
Tanaman Air Nama
%
31,7 31,0 78,7 40,0
40,8 28,8 34,8
Philodendron selloum Philodendron selloum
0,0 0,0
Hanguana malayana
0,1
48,6 0,3 37,2
0,0
0,1
31
32
Tabel 9 (Lanjutan) Lokasi
Pohon Nama
Semak/Perdu %
Nama
%
Penutup Tanah (Groundcover) Nama %
Tanaman Memanjat Nama
%
Tanaman Air Nama
%
Gerbang Cluster Arga Nirwana Bukit Nirwana I Padma Nirwana The Panorama Tirta Nirwana
Tabebuia donnell-Smithii Phoenix canariensis Livistona rotundifolia Samanea saman Livistona rotundifolia
Rata-rata
25,6 12,5 4,4 22,9 14,3
Furcraea gigantea Sansevieria trifasciata Spathoglotis plicata Codiaeum variegatum Schefflera arboricola
16,0
1,3 2,1 0,9 2,0 2,2
Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf'
1,7
65,8 65,3 83,2 53,1 59,8 65,4
Allamanda cathartica
7,1 7,1
Typha angustifolia
1,9 1,9
Taman Publik Taman Kolam
Samanea saman
61,5
Arga Nirwana
Samanea saman
66,7
Padma Nirwana
Samanea saman
9,5
The Panorama Rata-rata
Samanea saman
28,5 41,5
Heliconia psittacorum Pachystachys lutea Beaucarnea recurvata Callistemon citrinus
0,4
Axonopus compressus
23,6
8,0
Zephyranthes rosea Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf'
19,8
0,2 2,0 2,6
Cyperus alternifolius
0,1
75,1 49,8 42,1
0,1
32
33
Tabel 9 (Lanjutan) Lokasi
Pohon Nama
Semak/Perdu %
Nama
%
Penutup Tanah (Groundcover) Nama
Tanaman Memanjat %
Nama
%
Tanaman Air Nama
%
Taman Depan Rumah Bukit Nirwana I 5/1
Cyrtostachys renda
Tabernaemontana corymbosa
5,6
Neomarica longifolia
7,3
8,7
Spathoglotis plicata
8,5
2,7
Aerva sanguinolenta
5,7
Adenium sp. Psidium guajava
1,0
Neomarica longifolia
9,6
13,5
Aerva sanguinolenta
1,0
Ficus benjamina Cupressus sempervirens
2,2
Calathea picturata Spathiphyllum wallisii
4,5
Plumeria alba
6,0 5,2
Neomarica longifolia
7,1 7,3
3,4
Bukit Nirwana I 8/19 Bukit Nirwana I 8/28 Padma Nirwana I/21 Padma Nirwana I/25 Padma Nirwana I/65 Panorama 2/8 Panorama 3/5 Panorama 3/7 Rata-rata
Cupressus sempervirens Cupressus sempervirens
4,1
6,8
Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf' Axonopus compressus 'Dwarf'
83,7 85,6 64,2
Monstera deliciosa Jasminum pubescens
0,8 1,2
Nelumbo nucifera
4,9
Equisetum hymale
0,0 2,4
85,3 80,4 63,4 67,8 64,4 80,1 75,0
1,0
33
34
Untuk jenis semak atau perdu, tanaman yang mendapat nilai dominansi tertinggi terdiri dari sablo laut (Aerva sanguinolenta) pada segmen 1, segmen 3, segmen 4, segmen 6 dan segmen 7 berturut-turut sebesar 1,7 %, 3,6 %, 6,4 %, 2,1 % dan 6,3 %. Jenis lainnya adalah spider lily (Hymenocallis speciosa) sebesar 1,5 % pada segmen 2, bugenvil (Bougainvillea spectabilis) sebesar 4,2 % pada segmen 5, serta euphorbia (Euphorbia milii) sebesar 0,6 % pada segmen 8. Segmen 9 tidak memiliki tanaman semak atau perdu.
a
b
Gambar 5. Pohon Pengarah dengan Dominansi Tinggi pada Jalan Utama. a) Palem Raja (Roystonea regia) pada Segmen 1, b) Pinus (Pinus merkusii) pada segmen 8 Spesies tanaman penutup tanah yang mendominasi pada segmen 1 hingga segmen 8 adalah rumput paetan (Axonopus compressus) berturut-turut sebesar 31,7 %, 31 %, 78,7 %, 40 %, 40,8 %, 28,8 %, 34,8 % dan 48,6 %, dan pada segmen 9 terdapat paku jejer (Nephrolepis exaltata) sebesar 0,3 %. Tanaman memanjat hanya terdapat pada segmen 7 dan 8, yaitu daun pilo (Philodendron selloum) dengan nilai dominansi masing-masing 2 individu per 1000 meter persegi dan 4 individu per meter persegi. Pada jalan utama hanya terdapat satu spesies tanaman air yaitu hanguana (Hanguana malayana) dengan nilai dominansi 0,1 % pada segmen 7.
Gerbang Cluster Pada gerbang cluster, tipe tanaman dengan nilai dominansi rata-rata tertinggi adalah tanaman penutup tanah, yaitu rumput gajah mini sebesar 65,4 % diikuti pohon dengan nilai rata-rata 15,9 %, tanaman memanjat dengan nilai 7,1
35
%, tanaman air sebesar 1,9 % dan semak atau perdu sebesar 1,7 %. Jenis pohon dengan nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster adalah pohon yang memiliki fungsi estetik sebagai focal point. Gambar 6 menunjukkan contoh pohon dengan nilai dominansi tinggi pada gerbang cluster. Pada gerbang cluster Arga Nirwana dengan luas area penanaman sekitar 46 m² terdapat tabebuya bunga kuning (Tabebuia donnell-Smithii) dengan nilai 25,6 %. Pada gerbang cluster Bukit Nirwana I dengan luas area penanaman kurang lebih 38 m² terdapat palem phoenix (Phoenix canariensis) dengan nilai 12,5 %. Palem sadeng memiliki nilai dominansi tertinggi untuk jenis pohon pada cluster Padma Nirwana dan Tirta Nirwana, masing-masing sebesar 4,4 % dan 14,3 %, sementara pada gerbang cluster The Panorama dengan luas area penanaman sekitar 75 m² terdapat ki hujan (Samanea saman) dengan nilai 22,9 %. Jenis semak atau perdu dengan dominansi tertinggi pada gerbang cluster Arga Nirwana adalah giant false agave (Furcraea gigantea) sebesar 1,3 %. Selanjutnya terdapat lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dengan nilai 2,1 % pada Bukit Nirwana I, anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dengan nilai 0,9 % pada Padma Nirwana (luas area penanaman sekitar 57 m²), puring (Codiaeum variegatum) dengan nilai 2 % pada The Panorama, serta walisongo (Schefflera arboricola) dengan nilai 2,2 % pada Tirta Nirwana yang memiliki luas area penanaman hampir mencapai 58 m².
a
b
Gambar 6. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Gerbang Cluster a) Palem Phoenix (Phoenix canariensis) pada Bukit Nirwana I, b) Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) pada Padma Nirwana Spesies rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”) memiliki nilai tertinggi untuk jenis tanaman penutup tanah pada kelima gerbang cluster,
36
berturut-turut sebesar 65,8 % pada gerbang cluster Arga Nirwana, 65,3 % pada gerbang cluster Bukit Nirwana I, 83,2 % pada gerbang cluster Padma Nirwana, 53,1 % pada gerbang cluster The Panorama dan 59,8 % pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Tanaman memanjat dan tanaman air hanya terdapat pada gerbang cluster Tirta Nirwana, yaitu alamanda (Allamanda cathartica) dengan nilai 7,1 % dan typa (Typha angustifolia) dengan nilai 1,9 %. Pada lanskap gerbang cluster, pohon juga menjadi jenis tanaman dengan nilai dominansi cukup tinggi. Pohon yang ada di gerbang utama terutama merupakan pohon yang lebih bernilai estetik yang berfungsi sebagai point of interest. Semak atau perdu juga digunakan namun tidak terlalu banyak sehingga nilai dominansinya tidak terlalu tinggi, hanya berkisar 0,9 % hingga 2,2 %. Secara keseluruhan, keberadaan tanaman pada gerbang cluster dapat melembutkan kesan keras yang muncul dari hardscape yang ada seperti name sign dan pos keamanan.
Taman Publik Terdapat empat taman publik yang menjadi lokasi studi, yaitu taman kolam di samping Marketing Office yang luas area penanamannya mencapai 5.834 m², taman cluster Arga Nirwana yang memiliki luas area penanaman sekitar 86 m², Padma Nirwana dengan area penanaman seluas kurang lebih 1.490 m² dan The Panorama dengan luas area penanaman kurang lebih 680 m². Tipe tanaman dengan nilai dominansi rata-rata tertinggi pada lanskap taman publik adalah tanaman penutup tanah dengan nilai 42,1 % disusul berturut-turut pohon, semak dan tanaman air masing-masing sebesar 41,5 %, 2,6 % dan 0,1 %. Gambar 7 menunjukkan contoh pohon dengan nilai dominansi tinggi pada taman publik. Dari keempat taman publik tersebut, jenis pohon dengan nilai dominansi terbesar adalah ki hujan (Samanea saman) dengan nilai berturut-turut 61,5 %, 66,7 %, 9,5 % dan 28,5 %. Semak atau perdu dengan nilai dominansi tinggi yaitu pisang hias (Heliconia psittacorum) pada taman kolam sebesar 0,4 %, lolipop kuning (Pachystachys lutea) pada taman Arga Nirwana dengan nilai 8 %, nolina (Beaucarnea recurvata) sebesar 0,2 % pada taman Padma Nirwana dan sikat botol (Callistemon citrinus) sebesar 2,0 % pada taman The Panorama.
37
Untuk jenis tanaman penutup tanah, rumput paetan (Axonopus compressus) memiliki nilai tertinggi pada taman kolam dengan nilai 23,6 %. Pada taman Arga Nirwana, nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh bawang-bawangan (Zephyranthes rosea) yaitu sebesar 19,8 %. Rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”) menjadi tanaman penutup tanah dengan nilai dominansi tertinggi pada taman Padma Nirwana dan The Panorama, masing-masing sebesar 75,1 % dan 49,8 %. Spesies tanaman air hanya ditemukan pada taman kolam yaitu papirus (Cyperus alternifolius) dengan nilai dominansi 0,1 %.
a b Gambar 7. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Taman Publik. a) Taman Kolam, b) Taman Cluster Arga Nirwana Pohon peneduh merupakan jenis tanaman dengan nilai dominansi tertinggi pada lanskap taman publik. Hal ini berhubungan dengan fungsi peneduh yang sangat dibutuhkan dalan sebuah taman, yang berfungsi optimal dalam ameliorasi iklim dan memberikan kenyamanan bagi pengguna taman. Semak atau perdu serta tanaman penutup tanah selain rumput yang digunakan dalam penanaman di area taman publik cenderung memiliki warna dan tekstur yang menarik, untuk menambah nilai estetik pada taman. Rumput dan tanaman penutup tanah juga banyak digunakan sebagai alas pada lanskap taman publik, terutama penanaman pada tapak yang berkontur karena fungsi rumput yang baik untuk menahan erosi. Selain berfungsi sebagai pencegah erosi, tanaman penutup tanah juga memberikan warna dan tekstur yang kontras yang dapat meningkatkan nilai estetik (Carpenter et al. 1975).
38
Taman Depan Rumah Dari kesembilan sampel yang diteliti, tanaman penutup tanah berupa rumput gajah mini menempati nilai dominansi tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 75 %. Tanaman semak menempati posisi kedua dengan nilai rata-rata 7,3 %, diikuti pohon dengan nilai 5,2 %, tanaman air dengan nilai 2,4 % dan tanaman memanjat dengan nilai 1 %. Tanaman pada taman depan rumah pada Bukit Nirwana I 5/1 yang memiliki nilai dominansi tertinggi adalah rumput gajah mini (Axonopus compressus
“Dwarf”)
dengan
nilai
83,7
%
diikuti
krimbosa
putih
(Tabernaemontana corymbosa) dari jenis semak atau perdu dengan nilai dominansi 5,6 % dan palem merah (Cyrtostachys renda) dari jenis pohon dengan nilai 3,4 %. Pada taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/19, nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh rumput gajah mini dari jenis tanaman penutup tanah, iris (Neomarica longifolia) dari semak atau perdu dan monstera robek (Monstera deliciosa) dari jenis tanaman memanjat, dengan nilai dominansi masing-masing 85,6 %, 7,3 % dan 0,8 %. Rumput gajah mini mendapat nilai tertinggi sebesar 64,2 % pada taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/28, diikuti anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dari jenis semak atau perdu dengan nilai 18,5 %, cemara lilin (Cupressus sempervirens) dari jenis pohon dengan nilai 8,7 %, lotus (Nelumbo nucifera) dengan nilai 4,9 % dari jenis tanaman air dan melati rambat (Jasminum pubescens) dengan nilai 1,2 % dari jenis tanaman memanjat. Rumput gajah mini kembali mendapat nilai dominansi tertinggi untuk taman depan rumah Padma Nirwana I/21, Padma Nirwana I/25 dan Padma Nirwana I/65 dengan nilai masing-masing 85,3 %, 80,4 % dan 63,4 %. Dari jenis pohon, spesies dengan nilai tertinggi pada taman depan rumah Padma Nirwana I/21 adalah cemara lilin dengan nilai 2,7 %, kamboja jepang (Adenium sp.) dengan nilai 1,0 % pada Padma Nirwana I/25 dan jambu biji (Psidium guajava) dengan nilai 13,5 % pada Padma Nirwana I/65. Tanaman semak atau perdu dengan nilai dominansi tinggi pada ketiga taman depan rumah tersebut berturut-turut adalah sablo laut (Aerva sanguinolenta) dengan nilai 5,7 %, iris dengan nilai 9,6 % dan sablo laut dengan nilai 1 %. Pada ketiga taman depan rumah di cluster Padma
39
Nirwana ini tidak didapati jenis tanaman memanjat maupun tanaman air. Gambar 8 menunjukkan contoh penanaman pada taman depan rumah.
a
b
c
d
Gambar 8. Penanaman pada Taman Depan Rumah. a) Bukit Nirwana I 5/1, b) Bukit Nirwana I 8/28, c) Padma Nirwana 1/25, d) Padma Nirwana 1/65 Pada tiga sampel rumah di cluster The Panorama yaitu Panorama 2/8, Panorama 3/5 dan Panorama 3/7, rumput gajah mini masih menjadi spesies dengan nilai dominansi tertinggi, berturut-turut sebesar 67,8 %, 64,4 % dan 80,1 %. Pada Panorama 2/8, tanaman lain yang mendapat nilai dominansi tinggi adalah beringin bonsai (Ficus benjamina) sebesar 2,2 % dan marantha merah (Calathea picturata) sebesar 4,5 %. Tanaman lain dengan nilai dominansi tinggi pada Panorama 3/7 adalah iris sebesar 7,1 % dan kamboja (Plumeria alba) sebesar 6 %. Pada Panorama 3/7 ini juga terdapat jenis tanaman air, yaitu futoi (Equisetum hymale) dengan nilai dominansi kurang dari 1 %. Dominansi penutupan kanopi tanaman jenis semak yang cukup tinggi di area taman depan rumah diperkirakan karena pemilik properti menginginkan
40
kesan terbuka pada taman depan rumah, sehingga memungkinkan aliran udara dan cahaya matahari dapat mencapai rumah tanpa terhalang kanopi pohon besar. Penggunaan tanaman jenis semak atau perdu serta tanaman penutup tanah juga dapat memberikan kesan lebih lapang daripada jenis pohon, yang dapat diterapkan pada lahan dengan luasan sempit seperti pada taman depan rumah. Selain itu, tanaman semak yang dipilih kebanyakan merupakan semak dengan warna semarak seperti sablo laut, spatipilum, anggrek tanah ungu dan iris yang dapat memberikan nilai estetik dan suasana cerah pada taman.
Keragaman Spesies Hasil inventarisasi tanaman pada lokasi studi menunjukkan bahwa terdapat dua lokasi studi dengan nilai keragaman sedang, yaitu pada jalan utama segmen 1 (gerbang utama) yang sekaligus menjadi lokasi dengan nilai keragaman tertinggi pada area jalan utama, dan segmen 6 (blok palem sadeng 1) dengan nilai masing-masing 1,10 dan 1,05. Pada area jalan utama, lokasi dengan nilai keragaman terendah adalah segmen 8 (blok palem sadeng 3) dengan nilai 0,10. Tabel 10 menyajikan nilai keragaman pada area jalan utama. Nilai keragaman rata-rata pada area ini adalah 0.60 dan termasuk kategori keragaman rendah. Tabel 10. Nilai Keragaman Tanaman di Area Jalan Utama Lokasi H Kategori Segmen 1 (Gerbang Utama) 1,10 Sedang Segmen 2 (Blok Palem Kurma) 0,55 Rendah Segmen 3 (Blok Palem Putri) 0,47 Rendah Segmen 4 (Blok Eboni) 0,70 Rendah Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) 0,16 Rendah Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) 1,05 Sedang Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) 0,65 Rendah Segmen 8 (Blok Palem Sadeng 3) 0,10 Rendah Segmen 9 (Orchard Walk) 0,60 Rendah Rata-rata 0,60 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>3, Sedang jika 1
Lokasi dengan nilai indeks keragaman tertinggi pada area gerbang cluster adalah Tirta Nirwana dengan nilai 0,81. Nilai indeks keragaman terendah ditemukan pada gerbang cluster Padma Nirwana, yaitu sebesar 0,36. Nilai
41
keragaman rata-rata untuk area gerbang cluster adalah sebesar 0.53 atau termasuk rendah. Nilai keragaman tanaman pada area gerbang cluster dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Keragaman Tanaman di Area Gerbang Cluster Lokasi
H Kategori Arga Nirwana 0,53 Rendah Bukit Nirwana I 0,57 Rendah Padma Nirwana 0,36 Rendah The Panorama 0,38 Rendah Tirta Nirwana Rendah 0,81 Rata-rata Rendah 0,53 Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>3, Sedang jika 1
Taman publik dengan nilai keragaman tertinggi adalah taman cluster The Panorama dengan nilai 0,62 sementara nilai terendah didapatkan taman kolam sebesar 0,07. Secara keseluruhan, keempat taman publik ini dapat digolongkan ke dalam keragaman rendah karena hanya mendapat nilai keragaman rata-rata 0,32. Nilai keragaman tanaman di area taman publik dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Publik Lokasi
H Kategori Rendah 0,07 0,45 Rendah 0,11 Rendah 0,62 Rendah Rata-rata 0,32 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>3, Sedang jika 1
Untuk area taman depan rumah, nilai keragaman rata-rata adalah 0,45 atau termasuk kategori rendah. Nilai indeks keragaman tertinggi ditemukan pada Panorama 3/5 sebesar 0,79 diikuti oleh Panorama 2/8 dengan nilai 0,78. Nilai terendah dimiliki oleh Panorama 3/7 yaitu sebesar 0,21. Tabel 13 menyajikan nilai keragaman tanaman di area taman depan rumah.
42
Tabel 13. Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Depan Rumah Lokasi H Kategori Bukit Nirwana I 5/1 0,25 Rendah Bukit Nirwana I 8/19 0,39 Rendah Bukit Nirwana I 8/28 0,50 Rendah Padma Nirwana I/21 0,29 Rendah Padma Nirwana I/25 0,54 Rendah Padma Nirwana I/65 0,32 Rendah Panorama 2/8 0,78 Rendah Panorama 3/5 0,79 Rendah Panorama 3/7 0,21 Rendah Rata-rata 0,45 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>3, Sedang jika 1
Penilaian Aspek Fungsi Penggunaan tanaman yang baik tidak hanya menitikberatkan pada segi keindahannya, tapi juga memperhatikan bagaimana tanaman dapat berfungsi secara optimal dan dapat mengakomodasi kepentingan pengguna tapak. Booth (1983) mengemukakan bahwa meskipun kualitas visual dari elemen tanaman adalah hal yang penting, namun dibutuhkan juga pengetahuan mengenai nilai fungsional tanaman sehingga elemen tanaman dapat digunakan seoptimal mungkin pada lingkungan luar. Masing-masing tapak memiliki karakter tertentu sehingga fungsi penanaman yang dibutuhkan pun berbeda-beda.
Gerbang dan Jalan Utama Area gerbang utama pada permukiman BNR bersama median pertama merupakan bagian dari jalan utama (segmen 1) yang berfungsi sebagai area penerimaan sebelum memasuki kawasan permukiman. Sebagai area terdepan dari suatu kawasan permukiman, penanaman pada area ini sebaiknya memiliki karakter tertentu yang dapat menjadi identitas dari permukiman itu sendiri sehingga pengguna jalan dapat mengetahui keberadaaanya hanya dengan melihat tata hijau yang ada. Gerbang utama BNR sendiri tidak benar-benar berupa gerbang, melainkan suatu area yang terdiri dari sebuah round about dengan name sign BNR serta beralas paving block yang membedakannya dengan area jalan utama
43
yang beralas aspal. Penanaman pada round about lebih berfungsi sebagai latar belakang dari name sign BNR yang terdapat di atasnya. Median sebelum dan sesudah round about ditanami tanaman penutup tanah sehingga memberikan kesan luas dan terbuka, sekaligus memusatkan perhatian pengguna jalan pada name sign BNR. Hal ini sekaligus meningkatkan keamanan bagi pengguna jalan karena tanaman tidak menghalangi pandangan. Tepi jalan ditanami rumput sebagai alas dan pohon tinggi yang berfungsi sebagai pengarah. Konsep tata hijau pada jalan utama permukiman BNR terutama menekankan pada fungsi pembatas visual (screen), kontrol kesilauan (pada median), peneduh, penahan erosi dan pengarah. Secara keseluruhan, nilai aspek fungsi pada jalan utama masih tergolong buruk dengan nilai keseluruhan 58,6 %. Nilai ini dipengaruhi oleh rendahnya nilai pembatas visual, yaitu rata-rata 49,7 % (buruk), kontrol kesilauan dengan nilai rata-rata 43,9 % dan penahan erosi dengan nilai rata-rata 60 %. Nilai rata-rata baik hanya diperoleh untuk fungsi peneduh dan pengarah, masing-masing sebesar 60,3 % dan 79,2 %. Nilai aspek fungsi di area jalan utama disajikan dalam Tabel 14 dan Tabel Lampiran 2. Tabel 14. Nilai Aspek Fungsi di Area Jalan Utama Nilai Komponen Aspek Fungsi (%) Lokasi
Pembatas Visual (Screen)
Kontrol Kesilauan
Peneduh
Penahan Erosi
Segmen 1 (Gerbang 47,5 47,5 40 58,8 Utama-Median) Segmen 2 (Blok 55 47,5 60 60 Palem Kurma) Segmen 3 (Blok 35 47,5 30 58,8 Palem Putri) Segmen 4 (Blok 27,5 47,5 55 55 Eboni) Segmen 5 (Blok 60 50 70 61,3 Salam - Jembatan) Segmen 6 (Blok 50 47,5 72,5 66,3 Palem Sadeng 1) Segmen 7 (Blok 42,5 47,5 70 66,3 Palem Sadeng 2) Segmen 8 (Blok 57,5 35 50 72,5 Palem Sadeng 3) Segmen 9 (Orchard 72,5 25 95 41,3 Walk) 49,7 43,9 60,3 60 Rata-rata Keterangan : ≥ 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk , ≤ 40% Sangat Buruk
Pengarah
Nilai Keseluruhan (%)
92,5
57,3
95
63,5
52,5
44,8
75
52
75
63,3
75
62,3
72,5
59,8
75
58
100
66,8
79,2
58,6
44
Fungsi pembatas visual (screen) dibutuhkan pada lanskap jalan utama karena di tepi jalan terdapat permukiman warga. Pembatas visual dapat mengurangi pemandangan yang tidak diinginkan dari jalan. Selain itu, tanaman sebagai pembatas visual juga dapat menghalangi pandangan dari arah jalan sehingga lebih menjamin privasi pemilik rumah (Carpenter et al. 1975). Kriteria penanaman sebagai pembatas visual adalah pohon, perdu atau semak dengan tinggi lebih dari 1,5 meter dengan tajuk bersinggungan atau overlapping, ditanam berbaris atau membentuk massa, serta massa daun rapat. Dari hasil penilaian, pemenuhan kriteria pembatas visual pada area jalan utama hanya 49,7 % atau tergolong buruk. Tanaman pada tepi jalan lebih banyak berupa pohon dengan rumput sebagai alas, dengan sedikit atau bahkan tidak ada semak atau perdu. Penanaman pohon membentuk barisan cukup rapi sepanjang jalan, namun dengan jarak tanam berjauhan sehingga tidak dapat membentuk screen secara maksimal. Fungsi tanaman sebagai kontrol kesilauan terutama dibutuhkan pada median jalan untuk mengurangi silau dari cahaya lampu sorot kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Selain itu, menurut Carpenter et al. (1975), penanaman tanaman secara strategis dengan kerapatan dan ketinggian tertentu di antara sumber dan area yang terkena cahaya dapat mengurangi ketidaknyamanan visual akibat silau dan pemantulan cahaya, baik dari sinar matahari maupun sumber artifisial lain dengan cara menahan atau menyaring cahaya sebelum sampai di permukaan. Contoh penanaman dengan fungsi pembatas visual baik disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Penanaman dengan Fungsi Pembatas Visual (Screen) Buruk pada Median Jalan Utama Kriteria penanaman untuk pemenuhan fungsi kontrol kesilauan adalah tanaman perdu atau semak dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter, ditanam rapat
45
atau berkelompok, penanaman kontinu atau dengan komposisi tepat sehingga dapat menahan silau dengan baik, bermassa daun padat atau rimbun, berdaun sempit atau tebal, serta berbatang lunak. Area jalan utama masih tergolong buruk karena hanya memenuhi kriteria tersebut sebesar 43,9 %. Median jalan utama lebih banyak ditanami dengan semak atau perdu dengan tinggi kurang dari 1 meter sehingga tidak dapat menahan silau lampu kendaraan dengan optimal, meskipun peletakannya sudah termasuk baik karena ditanam berkelompok. Keberadaan pohon pada tepi jalan dapat menahan atau menyaring cahaya matahari sebelum mencapai permukaan, namun peletakan pohon yang berjauhan tidak dapat memberikan fungsi ini secara efektif sehingga pada siang hari pengguna jalan masih merasa kurang nyaman dengan adanya pantulan cahaya matahari dari jalan. Kriteria penanaman untuk fungsi peneduh adalah pohon dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah atau tidak beraturan, peletakannya sesuai dengan objek yang dinaungi, tajuk bersinggungan, massa daun padat, percabangan mulai dari 5 meter di atas tanah dan ditanam secara kontinu atau teratur. Fungsi peneduh dibutuhkan pada sebuah lanskap jalan untuk memberikan kesan nyaman pada pengguna jalan terutama pejalan kaki. Untuk fungsi peneduh, penanaman pada jalan utama BNR sudah termasuk baik, yaitu 60,3 %. Meskipun tidak terdapat jalur pedestrian secara khusus, namun keberadaan pohon-pohon peneduh seperti dadap merah, tanjung, kenari dan ki hujan yang ditanam secara kontinu dapat memberikan kesan teduh dan nyaman bagi pengguna jalan. Namun masih terdapat area jalan utama yang tidak ditanami pohon peneduh dengan baik, yaitu pada segmen 3, 7 dan 8. Pada segmen 3 tidak terdapat pohon peneduh di tepi jalan, sementara pada segmen 7 dan 8 tidak terdapat pohon peneduh di median maupun tepi jalan. Penanaman di tepi jalan kedua segmen ini menggunakan pinus yang tidak dapat memberikan naungan secara optimal. Gambar 10 menunjukkan contoh penanaman dengan fungsi peneduh baik pada jalan utama.
46
Gambar 10. Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Tepi Jalan Utama Lanskap jalan utama permukiman BNR terletak pada lahan dengan topografi datar hingga curam sehingga dibutuhkan penanaman dengan fungsi penahan erosi. Kriteria penilaian fungsi penahan erosi yaitu tanaman pendek (tanaman penutup tanah atau semak rendah) dengan penutupan merata, ditanam secara massal dan berupa penutup tanah tahunan atau rumput, atau pohon dengan penutupan merata, pohon konifer (berdaun jarum), pohon dengan percabangan horizontal dan kulit batang kasar. Untuk fungsi ini, penanaman pada lanskap jalan utama memenuhi 60 % kriteria, atau masih tergolong buruk. Tanaman mengurangi erosi tanah akibat air dengan menangkap air hujan, mengikat tanah dengan akarnya, dan dengan meningkatkan penyerapan air melalui pengumpulan bahan-bahan organik, dan vegetasi yang mungkin paling berdaya guna dan paling banyak digunakan sebagai penahan erosi adalah rumput (Grey dan Deneke 1985). Walaupun median maupun tepi jalan hampir seluruhnya ditanami tanaman penutup tanah atau rumput secara massal yang dapat berfungsi optimal sebagai penahan erosi, namun keberadaan pohon kurang memenuhi kriteria sebagai penahan erosi. Salah satu fungsi penanaman yang paling penting untuk lanskap jalan utama adalah fungsi pengarah. Kriteria tanaman yang berfungsi sebagai pengarah yaitu perdu dengan ketingggian 3 hingga 6 meter atau pohon dengan ketinggian lebih dari 6 meter, ditanam secara massal, berbaris atau linear, penanaman kontinu dengan jarak tanam teratur, berkesan rapi dan memudahkan orientasi. Untuk fungsi pengarah, penanaman pada lanskap jalan utama BNR termasuk baik dengan pemenuhan kriteria 79,2 %. Pohon-pohon yang ditanam di tepi jalan seperti palem raja, dadap merah, tanjung, kenari, pinus dan ki hujan telah
47
berfungsi sebagai pengarah yang efektif. Hal ini dikarenakan penanamannya yang kontinu dengan jarak tanam teratur serta penanaman berbaris sehingga dapat memberikan kemudahan bagi pengguna jalan untuk menentukan orientasi. Gambar 11 menunjukkan contoh penanaman dengan fungsi pengarah baik pada jalan utama.
Gambar 11. Penanaman dengan Fungsi Pengarah Baik pada Jalan Utama Penanaman pada ujung-ujung median jalan termasuk cukup baik karena hanya terdapat tanaman penutup tanah serta semak rendah, tanpa semak tinggi atau pohon yang dapat menghalangi pandangan pengguna jalan. Hal yang serupa diterapkan pada round about yang ada pada jalan utama. Ketiga round about yang ada merupakan semacam landasan bagi main sign atau penunjuk arah kawasan BNR. Penanaman pada round about ini juga terdiri dari tanaman penutup tanah dan semak rendah untuk memberikan keleluasaan pandangan bagi pengguna jalan. Hal ini penting sebagai salah satu faktor keamanan pada penanaman lanskap jalan. Contoh penanaman yang baik pada ujung median dan round about ditunjukkan pada Gambar 12.
a
b Gambar 12. a) Penanaman pada Ujung Median, b) Penanaman pada Round About
48
Taman Publik Taman publik sebaiknya dapat mengakomodasi kegiatan penggunanya dan memberikan kenyamanan dengan memperhatikan penanaman yang fungsional dan estetik. Fungsi penanaman yang dibutuhkan pada taman publik yaitu pembatas visual (screen), penahan angin, peneduh dan penahan erosi. Hasil penilaian aspek fungsi pada lanskap taman publik dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel Lampiran 3. Tabel 15. Nilai Aspek Fungsi di Area Taman Publik Lokasi
Nilai Komponen Aspek Fungsi (%) Pembatas Penahan Penahan Peneduh Visual (Screen) Angin Erosi 75 57,5 90 66,3 65 55 80 45 60 50 72,5 68,8 52,5 42,5 80 60 63,1 51,3 80,6 60
Taman Kolam Arga Nirwana Padma Nirwana The Panorama Rata-rata Keterangan : ≥ 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk , ≤ 40% Sangat Buruk
Nilai Rata-rata (%) 72,2 61,3 62,8 58,8 63,8
Keberadaan tanaman dengan fungsi sebagai pembatas visual (screen) dibutuhkan dalam sebuah taman publik untuk membatasi pemandangan buruk dari luar taman. Namun demi faktor keamanan dan keselamatan pengguna taman, sebuah taman publik sebaiknya tetap terbuka untuk mencegah tindakan kriminal terjadi di dalam taman tersebut. Pembatas visual yang dibutuhkan pada taman publik sebaiknya tidak terlalu masif sehingga tidak menghalangi seluruh pandangan ke dalam taman atau sebaliknya. Kriteria pembatas visual yang dibutuhkan pada sebuah taman publik sama dengan kriteria yang diterapkan pada jalan, yaitu pohon, perdu atau semak dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter dengan tajuk bersinggungan atau overlapping, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan massa daun rapat. Dari keempat taman publik yang menjadi lokasi studi, komponen aspek pembatas visual sudah termasuk baik dengan nilai rata-rata 63,1 %. Taman kolam di dekat Marketing Office memiliki nilai pembatas visual baik yaitu sebesar 75 % sementara taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan The Panorama tergolong buruk dengan nilai berturut-turut 42,5 %, 60 % dan 52,5 %. Pada taman kolam, area berm yang berbatasan dengan jalan utama ditanami barisan cemara
49
kipas sebagai pembatas visual yang cukup efektif, namun arah pandangan ke dalam maupun ke luar taman tetap terbuka. Taman cluster Arga Nirwana merupakan taman kecil berbentuk jalur sempit memanjang, sehingga tidak terlalu memerlukan tanaman sebagai pembatas visual. Taman cluster Padma Nirwana memiliki pohon sedang dan besar yang ditanam mengelilingi taman sehingga visibilitas ke dalam dan ke luar taman kurang baik. Taman cluster The Panorama tidak memiliki tanaman dengan tinggi lebih dari 1,5 meter di sekeliling taman sehingga fungsi pembatas visual yang ada kurang optimal. Gambar 13 menunjukkan contoh penanaman pada taman publik.
b a Gambar 13. Taman Publik tanpa Pembatas Visual di Sekitar Taman a) Taman Cluster The Panorama, b) Taman Cluster Arga Nirwana Kriteria tanaman sebagai penahan angin pada taman publik yaitu pohon tinggi atau kombinasi pohon dan semak atau penanaman berlapis, ditanam berbaris atau membentuk massa, jarak tanam rapat, tidak berdaun besar dan daun tidak mudah rontok. Fungsi penahan angin yang ada pada keempat taman publik tergolong buruk, yaitu berkisar 42,5 % hingga 57,5 % dengan nilai rata-rata 51, 3 %. Fungsi penahan angin diperlukan dalam suatu taman publik untuk mencegah hembusan angin yang terlalu kencang memasuki taman sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna taman. Keempat taman publik tidak memiliki penanaman berupa kombinasi pohon dan semak atau penanaman berlapis maupun tanaman yang ditanam berlapis atau membentuk massa. Keberadaan pohon tinggi pada taman cluster Padma Nirwana dan The Panorama menyisakan ruang kosong di bawah tajuk pohon. Semakin tinggi pohon maka pergerakan angin di bawah tajuk yang lebih terbuka akan semakin besar (Grey dan Deneke 1985).
50
Untuk fungsi peneduh, kriteria penilaiannya yaitu pohon dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter dengan bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah atau tidak beraturan, peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi, tajuk bersinggungan, massa daun padat, percabangan minimal 2,5 meter di atas tanah dan ditanam secara kontinu atau teratur. Nilai rata-rata yang diperoleh keempat taman publik ini adalah 80,6 % atau termasuk sangat baik. Kategori sangat baik diperoleh taman kolam dengan nilai 90 %, sementara ketiga taman lainnya yaitu taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan The Panorama tergolong baik dengan nilai masing-masing 80 %, 72,5 % dan 80 %. Fungsi peneduh sangat dibutuhkan dalam suatu taman publik untuk memberikan kenyamanan optimal bagi pengguna taman. Keempat taman publik tersebut memiliki pohon peneduh dengan bentuk tajuk menyebar, bulat maupun kubah, dengan peletakan yang tepat dan ditanam teratur pada titik-titik yang dibutuhkan terutama pada area tempat pengguna taman beristirahat. Contoh penanaman yang baik pada taman publik ditunjukkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Taman Cluster The Panorama (Taman Publik) Pada taman publik yang terletak pada area berkontur, fungsi penahan erosi sangat dibutuhkan. Kriteria penahan erosi pada lanskap taman publik sama seperti kriteria penahan erosi pada lanskap jalan yaitu tanaman pendek (tanaman penutup tanah atau semak rendah) dengan penutupan merata, ditanam secara massal dan berupa penutup tanah tahunan atau rumput, atau pohon dengan penutupan merata, pohon konifer (berdaun jarum), pohon dengan percabangan horizontal dan kulit batang kasar. Nilai rata-rata yang diperoleh masih tergolong buruk, yaitu sebesar 60 %. Taman kolam, taman cluster Padma Nirwana dan The
51
Panorama memenuhi kriteria tersebut dengan nilai baik, yaitu berturut-turut 66,25 %, 68,8 % dan 68,8 % sementara taman cluster Arga Nirwana tergolong buruk dengan nilai 45 %. Taman kolam, taman cluster Padma Nirwana dan The Panorama mendapat nilai baik karena keberadaan tanaman penutup tanah atau rumput dengan penutupan merata dan ditanam secara massal, meskipun tidak terdapat pohon yang memenuhi kriteria penahan erosi secara optimal. Taman Arga Nirwana tergolong buruk karena tidak memiliki tanaman penutup tanah tahunan maupun rumput yang ditanam massal dengan penutupan merata. Gambar 15 menunjukkan contoh penanaman dengan fungsi penahan erosi baik pada taman kolam.
Gambar 15. Penanaman dengan Fungsi Penahan Erosi Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) Penilaian Aspek Estetika Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk. Nilai estetik atau nilai hias dari suatu tanaman dapat dilihat dari bentuk keseluruhan tanaman atau bentuk dari bagianbagian tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Nilai estetik tanaman diperoleh bukan hanya dari individu tanaman, tapi juga dari kombinasi elemen lanskap lainnya seperti bentukan lahan dan topografi.
52
Gerbang Utama Penanaman pada lanskap gerbang utama merupakan hal yang penting karena menjadi kesan pertama yang ditangkap oleh pengguna jalan yang baru memasuki area permukiman. Tata hijau yang menarik dengan karakter yang kuat sangat diharapkan agar dapat menjadi identitas dari seluruh kawasan permukiman. Dari penilaian terhadap aspek estetika tanaman di gerbang utama, pemilihan tanaman di lokasi ini tergolong sangat baik dengan nilai 81,3 %. Kriteria yang digunakan yaitu bentuk tajuk dan percabangan menarik, ukuran skalatis, terdapat variasi warna baik pada batang, daun, bunga dan buah, serta tekstur tanaman menarik. Tanaman yang ada sebagian besar merupakan tanaman ornamental yang memiliki ciri fisik khas seperti bentuk tajuk dan percabangan menarik seperti pada palem merah, palem kipas dan nanas hias. Selain itu juga terlihat variasi warna, seperti warna merah pada batang palem merah, warna hijau muda pada sikas rumput, hijau tua pada palem kurma mini dan palem kipas, kuning pada nanas hias, variegata pada simbang darah hingga hijau-ungu pada adam hawa. Terdapat juga variasi tekstur dari tanaman-tanaman tersebut yang dapat menambah nilai estetik pada area gerbang utama.
Gambar 16. Penanaman dengan Variasi Bentuk Tajuk, Warna dan Tekstur pada Gerbang Utama BNR Gradasi atau repetisi pada area ini juga tergolong baik dengan nilai 75 %. Penggunaan tanaman diletakkan berkelompok dengan pola tertentu sehingga berkesan kompak dan menyatu, seperti yang terlihat pada peletakan adam hawa pada round about maupun nanas hias pada round about dan tepi jalan. Kesatuan atau tema juga tergolong baik dengan nilai 62,5 %. Tema tersebut terutama tampak dari kemiripan bentuk tajuk tanaman yang dipilih, yaitu bentuk V yang
53
terdapat pada adam hawa, lidah mertua dan nanas hias, serta bentuk tajuk palmate dari palem merah, palem kurma mini dan sikas. Aspek kontras pada gerbang utama tergolong baik dengan nilai 75 %. Tanaman yang muncul sebagai aksen atau focal point pada lokasi ini adalah palem merah. Palem merah yang memiliki warna mencolok dan lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya diletakkan berkelompok tepat di belakang name sign BNR sehingga terlihat sangat dominan dan menjadi pusat pandangan. Keseimbangan pada area ini juga tergolong baik dengan nilai 75 %, yang tampak dari penataan tanaman secara asimetris organik. Tabel 16 menyajikan nilai aspek estetika di area gerbang utama dan jalan utama, sementara Tabel Lampiran 4 menyajikan nilai aspek estetika pada area publik, mencakup gerbang utama, jalan utama dan gerbang cluster. Tabel 16. Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang dan Jalan Utama Lokasi
Pemilihan Tanaman
Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Aksen Gradasi/ Kesatuan/ (Kontras/ Focal Repetisi Tema Point) 75 62,5 75 75 62,5 75
Keseimbangan
Gerbang Utama 81,3 Jalan Utama 81,3 Keterangan : ≥ 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk , ≤ 40% Sangat Buruk
75 75
Nilai Rata-rata (%) 73,8 73,8
Jalan Utama Area jalan utama pada permukiman BNR lebih mengutamakan fungsi pengarah, namun tetap tidak meninggalkan espek estetika. Selain pohon, terdapat juga tanaman penutup tanah serta semak atau perdu dengan nilai estetik tinggi. Tanaman yang dipilih sebagai pengarah antara lain yang memiliki bentuk tajuk dan percabangan menarik, variasi warna baik pada batang daun maupun bunga, serta tekstur menarik. Bentuk tajuk dan percabangan menarik tersebut dapat terlihat dari kenari dan tanjung, variasi warna pada dadap merah, palem putri, spider lily dan pangkas kuning sementara tekstur tanaman yang menarik dapat terlihat dari pinus, palem sadeng, pisang kipas dan euphorbia. Pemilihan tanaman pada area ini dapat dikategorikan sangat baik dengan nilai 81,3 %.
54
Gradasi atau repetisi dari penanaman pada area jalan utama tergolong baik dengan nilai 75 %. Karena bentuk jalan yang linear, aspek ini cukup mudah diamati yaitu dengan adanya perubahan warna, perubahan bentuk maupun perubahan tekstur tanaman pada jarak tertentu. Setiap segmen memiliki penataan tanaman berbeda sehingga menghadirkan pemandangan yang menarik untuk dinikmati oleh pengguna jalan. Jalan utama juga tergolong baik dalam kriteria kesatuan atau tema, dengan nilai 62,5 %. Penilaian ini didasari oleh adanya kesatuan tema garis, bentuk, maupun tekstur dengan lingkungan sekitar, serta adanya dominansi atau pola tertentu yang dapat terekam dengan apik. Tema ini muncul dengan adanya pemilihan dan penataan tanaman yang berbeda pada masing-masing median, sehingga setiap segmen memiliki ciri sendiri yang tidak sama dengan segmen lainnya. Penataan tersebut juga sekaligus memunculkan kontras atau focal point pada jalan utama, yang juga dapat digolongkan ke dalam kategori baik dengan nilai 75 %. Tanaman penciri diletakkan berbaris di tengah median dengan jarak tanam teratur, dengan dikelilingi tanaman penutup tanah maupun semak atau perdu rendah sehingga pandangan terfokus pada tanaman penciri. Keseimbangan pada gerbang utama juga termasuk baik dengan nilai 75 %, yang muncul dari penataan tanaman secara simetris terutama pada median jalan.
Gambar 17. Pemilihan Tanaman dengan Ciri Fisik Menarik pada Jalan Utama
55
Gerbang Cluster Penilaian komponen aspek estetika pada area gerbang cluster tergolong baik dengan nilai rata-rata 75,6 % yang terdiri dari nilai 75 % untuk pemilihan tanaman, 66,7 % untuk gradasi atau repetisi, 71,3 % untuk kesatuan atau tema, 70 % untuk aksen dan 95 % untuk keseimbangan. Dari masing-masing lokasi, semua gerbang cluster tergolong ke dalam kategori baik, yaitu berkisar 71,7 % pada gerbang cluster Padma Nirwana hingga 79,6 % pada gerbang cluster The Panorama. Nilai aspek estetika di area gerbang cluster disajikan dalam Tabel 17. Untuk komponen aspek pemilihan tanaman, gerbang cluster The Panorama termasuk kategori sangat baik dengan nilai 87,5 % sementara keempat gerbang cluster lainnya mendapat nilai baik, yaitu Arga Nirwana dengan 68,8 %, Bukit Nirwana I dengan nilai 75 %, Padma Nirwana dengan nilai 68,8 % dan Tirta Nirwana dengan nilai 75 %. Gerbang cluster The Panorama mendapat nilai sangat baik karena pemilihan tanaman dengan kombinasi yang apik, yaitu ukuran skalatis, variasi tekstur serta variasi warna yang dapat terlihat antara lain dari tanaman sikas, puring, nanas hias dan soka mini. Selain itu, kesan estetik pada kelima gerbang cluster yang menjadi lokasi studi juga timbul dari perpaduan antara hardscape seperti pos keamanan dan name sign dengan tanaman sebagai softscape. Dalam penilaian komponen aspek penataan tanaman, gerbang cluster Arga Nirwana tergolong buruk untuk aspek gradasi atau repetisi, dengan nilai 58,3 %. Nilai ini diperoleh karena kurangnya variasi bentuk, warna maupun tekstur pada tanaman yang ada. Sikas, palem phoenix, dan kucai mini yang digunakan memiliki warna hijau yang tidak berbeda jauh, sedangkan bentuk tajuknya hampir serupa sehingga penanaman pada area ini menjadi terkesan agak monoton. Di lain pihak, kemiripan karakter tanaman-tanaman tersebut memberikan nilai kesatuan atau tema yang tinggi, yaitu 81,3 % atau termasuk sangat baik. Komponen aksen juga mendapat nilai baik, yaitu 62,5 %. Focal point pada gerbang cluster ini adalah palem phoenix yang ukurannya lebih besar dibandingkan tanaman lainnya dan diletakkan di bagian tapak yang tepat. Untuk keseimbangan, penanaman pada gerbang cluster Arga Nirwana tergolong sangat baik dengan nilai 100 %, karena penataan tanaman secara simetris dan rapi dinilai cocok untuk area gerbang yang
56
berkesan formal. Gambar 18 menunjukkan penataan tanaman pada gerbang cluster Arga Nirwana dan Padma Nirwana.
a
b
Gambar 18. Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster. a) Arga Nirwana, b) Padma Nirwana Gerbang cluster Bukit Nirwana I mendapat nilai keseluruhan baik untuk semua komponen aspek penataan tanaman, yaitu 75 % untuk gradasi atau repetisi, 68,8 % untuk kesatuan atau tema, 75 % untuk aksen (kontras atau focal point) dan 75 % untuk keseimbangan. Variasi bentuk tajuk, warna maupun tekstur tanaman dengan penempatan secara berkelompok memberikan nilai tinggi pada gradasi atau repetisi. Untuk kesatuan atau tema, pengelompokan tanaman tersebut memiliki kesatuan tema garis, bentuk dan warna dengan lingkungan sekitar seperti pada penataan hanjuang, euphorbia serta kombinasi lidah mertua dengan simbang darah. Namun penempatan lidah mertua dan simbang darah terlihat bertumpuk sehingga terkesan kurang rapi. Keseimbangan pada gerbang cluster ini termasuk kategori baik dengan nilai 75 %, yang ditimbulkan dari pola penanaman kombinasi organik dan asimetris. Nilai buruk (58,3 %) untuk komponen aspek gradasi atau repetisi pada gerbang cluster Padma Nirwana disebabkan oleh pemilihan tanaman dengan warna yang kurang bervariasi seperti paduan kucai mini, baby blue eyes dan cemara udang yang warnanya tidak jauh berbeda namun diletakkan terlalu berdekatan. Tanaman-tanaman dengan posisi berdekatan tersebut juga memiliki tekstur yang mirip, yaitu halus sehingga variasi tekstur yang ada kurang terlihat. Untuk komponen kesatuan atau tema, gerbang cluster Padma Nirwana sudah tergolong baik dengan nilai 68,8 % karena adanya kesatuan tema garis dan warna
57
dengan lingkungan sekitar, serta dominansi yang muncul dari tanaman berbentuk tajuk palmate seperti sikas, palem sadeng dan palem kurma mini. Kontras atau focal point muncul dari palem phoenix yang dikombinasikan dengan batu-batu besar dan bawang-bawangan. Keseimbangan dinilai sangat baik (100 %) dengan pola penataan tanaman organik dan simetris. Untuk gerbang cluster The Panorama, komponen gradasi atau repetisi termasuk baik dengan nilai 66,7 %. Kesan gradasi muncul dari penataan tanaman sejenis secara mengelompok seperti pada paku jejer dan puring, serta tanaman yang diletakkan menyebar seperti bromelia namun tetap dihubungkan oleh hamparan kucai mini. Perubahan tekstur dan warna yang ada pun menarik untuk diamati, seperti pada barisan puring yang diletakkan di antara palem kurma mini dan sikas. Kesatuan atau tema pada gerbang cluster ini dapat terlihat dari adanya kesatuan tema garis dan warna dengan lingkungan sekitar, serta adanya dominansi dari tanaman dengan tajuk palmate seperti palem phoenix, palem kurma mini dan sikas di depan pos keamanan. Palem phoenix ini juga sekaligus menjadi focal point dari tapak, karena posturnya yang lebih besar dan tajuknya yang mencolok di antara tanaman lainnya serta posisinya di tengah sisi lebar tapak tepat di depan pos keamanan. Aksen atau kontras yang ditimbulkan oleh peletakan palem phoenix ini mendapat nilai baik, yaitu 75 %. Keseimbangan pada penanaman di gerbang cluster The Panorama juga dinilai baik, yaitu 100 %. Contoh penataan tanaman pada gerbang cluster ditunjukkan pada Gambar 19.
a
b
Gambar 19. Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster. a) The Panorama, b) Tirta Nirwana
58
Komponen aspek pengaturan tanaman pada gerbang cluster Tirta Nirwana secara keseluruhan bernilai baik, yaitu nilai 75 % untuk gradasi atau repetisi, 68,8 % untuk kesatuan atau tema, 75 % untuk aksen dan 100 % untuk keseimbangan. Penataan tanaman secara berkelompok seperti pada baby blue eyes dan euphorbia menampilkan perubahan warna dan tekstur yang memberi nilai pada gradasi dan repetisi, sementara kesatuan atau tema dapat diamati dari kesatuan tema garis dan dominansi dari pengaturan kucai mini dan kombinasinya dengan tanaman lain. Aksen terlihat dari peletakan rumpun palem kurma mini dan palem merah di atas hamparan kucai mini sehingga memberikan efek kontras yang sangat nyata, baik dari warna, bentuk maupun tekstur. Keseimbangan dari pola penanaman simetris dengan garis-garis organik dapat terlihat pada penanaman di bagian belakang tapak berupa hamparan rumput dan tanaman lainnya. Penanaman pada tepi kiri dan kanan jalan masuk cluster juga seimbang secara simetris, sementara pada bagian depan tapak (kolam dengan tanaman air) keseimbangan ini kurang terlihat karena penataan tanaman yang cenderung menyebar secara acak. Tabel 17. Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang Cluster Lokasi
Pemilihan Tanaman
Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Gradasi/ Kesatuan/ Aksen (Kontras/ Repetisi Tema Focal Point) 58,3 81,3 62,5 75 68,8 75 58,3 68,8 62,5 66,7 68,8 75 75 75 68,8 66,7 71,3 70
Arga Nirwana 68,8 Bukit Nirwana I 75 Padma Nirwana 68,8 The Panorama 87,5 Tirta Nirwana 75 Rata-rata 75 Keterangan : ≥ 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk , ≤ 40% Sangat Buruk
Keseimbangan 100 75 100 100 100 95
Nilai Rata-rata (%) 74,1 73,8 71,7 79,6 78,8 75,6
Taman Publik Nilai rata-rata penilaian aspek estetika untuk area taman publik tergolong baik, yaitu sebesar 79,7 % untuk pemilihan tanaman, 79,2 % untuk gradasi atau repetisi, 67,2 % untuk kesatuan atau tema, 62,5 % untuk aksen dan 81,3 % untuk keseimbangan. Nilai keseluruhan untuk semua aspek adalah 74 %. Tabel 18 dan Tabel Lampiran 5 menyajikan nilai aspek estetika di area taman publik.
59
Dari keempat taman publik yang menjadi lokasi studi, taman cluster Arga Nirwana tergolong baik untuk komponen pemilihan tanaman dengan nilai 62,5 % sementara ketiga taman publik lainnya termasuk sangat baik dengan nilai 81,3 % untuk taman kolam, 87,5 % untuk taman cluster Padma Nirwana dan 87,5 % untuk taman cluster The Panorama. Keempat taman tersebuut mendapat nilai tinggi karena pemilihan tanaman yang baik dengan memperhatikan ciri fisik yang menarik dan bervariasi, baik dari segi warna (batang, daun, bunga atau buah), bentuk tajuk maupun tekstur tanaman. Taman kolam yang terletak di samping Marketing Office mendapat nilai baik (75 %) untuk gradasi atau repetisi, karena penempatan tanaman secara berbaris atau berkelompok, terutama pada tanaman semak atau perdu seperti pisang hias dan daun renda. Adanya pengelompokan tanaman ini menyebabkan perubahan warna, bentuk maupun tekstur tanaman yang ada menjadi lebih terlihat. Untuk kesatuan atau tema, nilai yang didapatkan adalah 68,8 % atau termasuk baik, karena adanya kesatuan tema garis dan bentuk antara penempatan tanaman dengan bentukan lingkungan sekitar seperti jalan setapak dan kolam. Dominansi juga dapat terekam dengan baik dari keberadaan pohon-pohon ki hujan yang juga berfungsi sebagai peneduh pada tapak. Namun taman ini mendapat nilai buruk untuk aksen dan keseimbangan, yaitu masing-masing hanya sebesar 50 %. Nilai aksen yang buruk ini disebabkan tidak adanya tanaman yang berperan sebagai pusat pandangan pada tapak, sehingga didapat kesan bahwa focal point dari taman adalah kolam besar saja. Untuk keseimbangan, nilai rendah disebabkan oleh penempatan tanaman dalam pola yang kurang jelas atau terkesan acak, walaupun pengelompokan tanaman sejenis sudah dinilai cukup baik. Di lain pihak, pola tanaman yang acak ini dapat menimbulkan kesan alami pada tapak dengan luasan cukup besar ini. Gambar 20 memperlihatkan penataan tanaman pada taman kolam.
60
Gambar 20. Pengelompokan Tanaman dengan Nilai Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) Nilai keseluruhan komponen aspek pengaturan tanaman untuk taman cluster Arga Nirwana adalah baik, yaitu 66,7 % untuk gradasi atau repetisi, 68,8 % untuk kesatuan atau tema, 75 % untuk aksen dan 100 % untuk keseimbangan. Taman kecil yang hanya berupa lahan berbentuk jalur sempit ini memiliki pengaturan tanaman yang baik walaupun dengan jenis tanaman yang tidak terlalu beragam. Gradasi atau repetisi muncul dari pengulangan blok lolipop dan palem kipas serta penempatan ki hujan dengan jarak tanam konsisten. Kesatuan atau tema tampak dari kesamaan garis dan bentuk antara pengelompokan tanaman dengan bentuk tapak yang memanjang, serta dominansi ki hujan dengan luas tajuk cukup besar yang menaungi hampir seluruh tapak. Meskipun tidak terdapat tanaman tertentu yang benar-benar menjadi point of interest taman, namun kesan kontras tampak cukup kuat dari komposisi tanaman dengan warna, tekstur, bentuk maupun struktur berbeda yang diletakkan berdekatan. Hal ini dapat dilihat pada peletakan lolipop yang dikombinasikan dengan palem kipas, serta hanjuang yang diposisikan di bawah naungan ki hujan di tengah-tengah blok kedua. Keseimbangan tercapai dengan sangat baik di tapak ini, karena pengaturan tanaman yang simetris pada seluruh taman. Taman cluster The Panorama mendapat nilai sangat baik untuk komponen aspek gradasi atau repetisi dan keseimbangan, masing-masing dengan nilai 91,7 % dan 100 %. Kedua aspek ini muncul dari pengaturan tanaman secara simetris dan berbaris rapi dengan jarak tanam konsisten, sebagaimana yang terlihat pada penempatan ki hujan dan semak atau perdu seperti bugenvil, agave dan azalea. Sedangkan komponen aspek lainnya yaitu kesatuan atau tema dan aksen mendapat nilai baik, masing-masing sebesar 68,8 % dan 62,5 %. Kesatuan
61
atau tema terlihat dari kemiripan bentukan garis dengan bentuk tapak yang memanjang hampir oval, sementara dominansi dari ki hujan pada kedua sisi taman terlihat jelas. Pola yang khas juga terlihat pada pengaturan tanaman di sekitar kolam kecil tepat di bagian tengah tapak. Aksen pada taman dihadirkan oleh pnegelompokan tanaman dengan warna, bentuk dan tekstur berbeda yang diletakkan berdampingan seperti perpaduan sikat botol dengan soka dan baby blue eyes maupun kombinasi puring dengan bawang-bawangan. Tabel 18. Nilai Aspek Estetika di Area Taman Publik Lokasi
Pemilihan Tanaman
Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Aksen Gradasi/ Kesatuan/ (Kontras/ Focal Repetisi Tema Point) 75 68,8 50 66,7 68,8 75 83,3 62,5 62,5 91,7 68,8 62,5 79,2 67,2 62,5
Taman Kolam 81,3 62,5 Arga Nirwana 87,5 Padma Nirwana 87,5 The Panorama Rata-rata 79,7 Keterangan : ≥ 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk , ≤ 40% Sangat Buruk
Keseimbangan
Nilai Ratarata (%)
50 100 75 100 81,3
65 74,6 74,2 82,1 74
Taman Depan Rumah Penilaian aspek estetika untuk lanskap taman depan rumah menunjukkan hasil yang beragam. Penilaian aspek estetika untuk area taman rumah termasuk baik dengan nilai keseluruhan 64,6 %. Nilai ini didapat dari rata-rata nilai komponen aspek, yaitu 63,2 % untuk pemilihan tanaman, 58,3 % untuk gradasi atau repetisi, 68,1 % untuk kesatuan atau tema, 63,9 % untuk aksen dan 69,4 % untuk keseimbangan. Nilai aspek estetika di taman depan rumah disajikan dalam Tabel 19 dan Tabel Lampiran 6. Untuk pemilihan tanaman, satu sampel yang mendapat nilai sangat baik adalah taman rumah Panorama 3/5 yaitu sebesar 87,5 %. Nilai baik diperoleh Bukit Nirwana I 8/28, Padma Nirwana 1/21 dan Padma Nirwana 1/65 dengan nilai masing-masing 75 %, 75 % dan 62,5 %. Sementara kategori buruk didapatkan oleh taman rumah Bukit Nirwana I 5/1 dengan nilai 50 %, Bukit Nirwana I 8/19 dengan nilai 56,3 %, Padma Nirwana 1/25 dengan nilai 56,35 % Panorama 2/8 dengan nilai 56,3 % dan Panorama 3/7 dengan nilai 50 %. Nilai sangat baik
62
didasari oleh pemilihan tanaman dengan variasi karakter fisik yang beragam, baik dari bentuk tajuk dan percabangan, warna maupun tekstur tanaman. Sebagaimana yang terlihat pada taman depan rumah Panorama 3/5, tanaman yang ada memiliki ciri fisik yang menarik seperti bambu jepang, euphorbia, pisang hias, spatipilum, anggrek tanah ungu, bromelia dan adam hawa. Ketiga sampel taman depan rumah dengan nilai baik juga memiliki tanaman dengan karakter fisik menarik meskipun dari segi kuantitas tidak sebanyak pada Panorama 3/5. Sedangkan kelima sampel lainnya mendapat nilai buruk karena tanaman yang ada jenisnya tidak banyak atau walaupun banyak, memiliki karakter fisik yang kurang bervariasi sehingga terlihat kurang menarik. Untuk komponen aspek gradasi atau repetisi, taman depan rumah Panorama 3/5 kembali mendapat nilai sangat baik, yaitu sebesar 91, 7 % karena pengaturan tanaman yang baik dengan pengelompokan tanaman berdasarkan ciri fisiknya sehingga perbedaan bentuk, warna maupun tekstur tanaman lebih terlihat. Tiga sampel termasuk kategori baik, yaitu Bukit Nirwana I 8/28 dengan nilai 75 %, Padma Nirwana 1/21 dengan nilai 66,7 % dan Panorama 2/8 dengan nilai 66,7 %. Empat sampel lainnya tergolong buruk, yaitu Bukit Nirwana I 5/1, Padma Nirwana 1/25, Padma Nirwana 1/65 dan Panorama 3/7 dengan nilai berturut-turut 41,7 %, 50 %, 58,3% dan 41,7 %. Sementara taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/19 mendapat nilai 33,3 % atau tergolong sangat buruk. Gambar 21 menunjukkan penataan tanaman dengan nilai gradasi atau repetisi buruk pada taman depan rumah.
a
b
Gambar 21. Taman Depan Rumah dengan Nilai Gradasi/Repetisi Buruk a) Panorama 2/8, b) Padma Nirwana 1/25
63
Untuk kesatuan atau tema, delapan dari sembilan sampel taman depan rumah termasuk kategori baik, yaitu Bukit Nirwana I 5/1 dengan nilai 62,5 %, Bukit Nirwana I 8/19 dengan nilai 68,8 %, Bukit Nirwana I 8/28 dengan nilai 75 %, Padma Nirwana 1/21 dengan nilai 68,8 %, Padma Nirwana 1/25 dengan nilai 68,75 %, Panorama 2/8 dengan nilai 68,8 %, Panorama 3/5 dengan nilai 75 % dan Panorama 3/7 dengan nilai 68,8 %. Kedelapan sampel tersebut mendapat nilai baik karena penataan tanamannya memiliki kesatuan tema garis, bentuk maupun warna dengan lingkungan sekitarnya, seperti penanaman mengikuti bentukan lahan yang ada, atau karena terdapat pola atau tanaman tertentu yang dapat terekam dengan baik (dominansi terlihat), seperti pada Bukit Nirwana I 8/28 dimana keberadaan anggrek tanah ungu sangat mendominasi pandangan. Satu sampel dengan nilai buruk sebesar 56,3 % adalah Padma Nirwana 1/65. Nilai yang rendah ini disebabkan peletakan pohon-pohon dan tanaman lainnya dengan jarak tanam terlalu rapat sehingga tajuknya saling bertumpuk dan muncul kesan tertutup. Selain itu, peletakan tanaman yang menyebar menyebabkan kesatuan tema, bentuk atau garis yang ada menjadi kurang terlihat. Dari segi komponen aspek aksen, tiga rumah termasuk kategori buruk, yaitu Bukit Nirwana I 8/19, Bukit Nirwana I 8/28 dan Padma Nirwana 1/25 dengan nilai sama untuk ketiganya yaitu 50 %. Nilai rendah ini disebabkan tidak adanya kesan kontras yang muncul, baik dari segi pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan struktur unik atau khas, maupun dari pengelompokan warna, bentuk atau tekstur tertentu dari tanaman. Enam sampel lainnya termasuk kategori baik, yaitu Bukit Nirwana I 5/1 dengan nilai 62,5 %, Padma Nirwana 1/21 dengan nilai 75 %, Padma Nirwana 165 dengan nilai 62,5 %, Panorama 2/8 dengan nilai 75 %, Panorama 3/5 dengan nilai 75 % dan panorama 3/7 dengan nilai 75 %. Keseimbangan dengan kategori baik (nilai 75 %) ditemui pada tujuh dari sembilan sampel taman depan rumah, yaituBukit Nirwana I 8/19, Bukit Nirwana I 8/28, Padma Nirwana 1/21, Padma Nirwana 25, Panorama 2/8, Panorama 3/5 dan Panorama 3/7. Nilai baik diperoleh karena adanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual, baik yang bersifat formal maupun informal. Pada lanskap taman depan rumah dari tujuh sampel yang bernilai baik tersebut, seluruhnya
64
mendapatkan nilai baik dari komposisi tanaman secara asimetris mengikuti bentukan lahan, baik dengan pola geometrik maupun organik. Sementara dua sampel lainnya yaitu Bukit Nirwana I 5/1 dan Padma Nirwana 1/65 termasuk kategori buruk karena hanya mendapatkan nilai masing-masing 50 %. Kedua sampel ini mendapat nilai rendah karena pengaturan tanaman yang cenderung acak sehingga kesan seimbang kurang terlihat.
Tabel 19. Nilai Aspek Estetika di Area Taman Depan Rumah Lokasi
Pemilihan Tanaman
Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Aksen Gradasi/ Kesatuan/ (Kontras/ Repetisi Tema Focal Point) 41,7 62,5 62,5 33,3 68,8 50 75 75 50 66,7 68,8 75 50 68,8 50 58,3 56,3 62,5 66,7 68,8 75 91,7 75 75 41,7 68,8 75 58,3 68,1 63,9
Bukit Nirwana I 5/1 50 Bukit Nirwana I 8/19 56,3 Bukit Nirwana I 8/28 75 Padma Nirwana I/21 75 Padma Nirwana I/25 56,3 Padma Nirwana I/65 62,5 Panorama 2/8 56,3 Panorama 3/5 87,5 Panorama 3/7 50 Rata-rata 63,2 Keterangan : ≥ 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk , ≤ 40% Sangat Buruk
Keseimbangan
Nilai Ratarata (%)
50 75 75 75 75 50 75 75 75 69,4
53,3 56,6 70 72,1 60 57,9 68,3 80,8 62,1 64,6
Trend Desain Penanaman
Sejak tahap utama pengembangan, BNR lebih sering melakukan penataan lanskap pada tahap akhir setelah merampungkan pembuatan bangunan dan elemen keras lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tanaman tidak mengalami resiko kerusakan akibat proses pembangunan yang terjadi. Selain itu, pada tahap awal pengembangannya, BNR belum menetapkan adanya perencanaan maupun perancangan khusus di bidang lanskap. Saat itu penanaman lanskap masih diserahkan kepada supplier material tanaman sehingga selain memasok bahan tanaman, pihak supplier juga bertanggung jawab atas penataan tanaman mulai dari desain hingga penanaman di lapang. Perencanaan dan perancangan lanskap oleh konsultan baru dilaksanakan pada pengembangan cluster The Cliff pada awal tahun 2010.
65
Secara keseluruhan, desain penanaman pada area studi lanskap permukiman BNR memiliki konsep tropis. Konsep ini dapat terlihat dari pemilihan tanaman berupa jenis palem-paleman maupun pemilihan tanaman dengan warna “hangat” seperti merah, ungu, kuning terang dan hijau. Penataan tanaman secara multistrata juga menguatkan kesan tropis, dimana tanaman rendah berupa semak, perdu atau penutup tanah diposisikan sebagai transisi antara pohon dan rumput. Untuk trend desain penanaman pada area studi, masing-masing lokasi dikelompokkan ke dalam tipe tertentu berdasarkan kemiripan penataan tanaman pada lanskapnya. Hasil pengelompokan disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Pengelompokan Lokasi Studi Berdasarkan Pola Desain Penanaman Lokasi Gerbang Utama Jalan Utama Gerbang Cluster Taman Publik Taman Depan Rumah
Tipe 1 4 2 2 1
Tipe 2 3 1 2 1
Tipe 3 2 2 1
Tipe 4 2
Tipe 5 4
Jumlah 9 5 4 9
Gerbang Utama Gerbang utama BNR berupa sebuah round about di di jalan masuk menuju BNR. Round abut ini berisi name sign “BNR” yang dilatarbelakangi siluet seekor rusa tutul putih yang merupakan icon BNR. Di tepi kanan dan kiri jalan terdapat pilar-pilar putih membentuk kurva mengikuti bentukan lingkaran dari round about. Gambar 22 menunjukkan penanaman pada gerbang utama BNR. Penanaman di round about gerbang utama lebih difokuskan sebagai background dari name sign tersebut dan estetika. Secara keseluruhan, kesan pertama yang dapat ditangkap dari penanaman di area ini adalah kesan tropis dengan variasi bentuk, warna dan tekstur yang meriah. Booth (1983) mengemukakan bahwa elemen tanaman dapat memberi kesan “penyambutan” terhadap suatu objek atau spot penting pada suatu lingkungan. Selain itu, tanaman dengan ukuran, bentuk tajuk, warna, tekstur maupun penataan yang unik membuat ruang menjadi lebih nyata dan mudah dikenali. Fungsi tanaman sebagai elemen “penyambutan” terutama akan tampak dengan penempatan tanaman tinggi di
66
belakang sebuah monumen atau benda sejenis. Pada gerbang utama BNR, tanaman tinggi yang digunakan tepat di belakang name sign adalah rumpun palem merah (Cyrtostachys renda) dan sikas (Cycas revoluta) yang memiliki karakter khas, yaitu warna mencolok dan bentuk tajuk menarik. Untuk melembutkan kesan keras yang muncul dari name sign sekaligus menguatkan keberadan name sign sebagai pusat pandangan, ditanam beberapa jenis semak dan tanaman penutup tanah mengelilingi name sign. Tanaman yang digunakan yaitu lidah mertua (Sansevieria trifasciata), adam hawa (Rhoeo discolor), nanas hias (Ananas comosus) dan simbang darah (Excoecaria bicolor). Terdapat juga kucai mini (Ophiopogon japonicus) sebagai tanaman penutup tanah yang digunakan untuk menghubungkan elemen atau grup tanaman yang terpisah sehingga terlihat menyatu sebagai sebuah kesatuan (Booth 1983). Penataan pada bagian belakang name sign merupakan kombinasi antara hard material berupa batu-batu, pot tembikar besar dan kolam kecil berisi batu koral putih dengan tanaman penguat kesan kering. Tanaman yang digunakan yaitu adam hawa (Rhoeo discolor) dan nanas hias (Ananas comosus).
Gambar 22. Desain Penanaman pada Gerbang Utama BNR
Jalan Utama Penanaman pada lanskap jalan utama BNR memiliki pola linear dengan adanya pengelompokan tanaman berdasarkan ciri fisiknya (gradasi) dan pengulangan (repetisi) jenis tanaman yang digunakan. Pola linear dengan gradasi dan repetisi digunakan untuk memberikan pemandangan yang teratur pada jarak tertentu, sehingga tidak membingungkan pengguna jalan. Terdapat pula ciri khas tersendiri yang cukup menarik untuk diamati yaitu adanya pohon yang terlihat
67
mencolok sebagai focal point pada tiap median. Jenis tanaman focal point berganti setiap segmen, sehingga terdapat variasi yang dapat mencegah kesan monoton. Umumnya tanaman yang digunakan sebagai focal point ini memiliki fungsi utama sebagai tanaman pengarah jalan, seperti tanaman palem-paleman (famili Arecaceae) atau tanaman dengan bentuk tajuk kolumnar. Selain pola linear, bentukan organik juga dapat terlihat pada penanaman jalan utama yaitu dari tanaman semak atau perdu dan tanaman penutup tanah pada median jalan. Pola organik ini dapat memecah kekakuan yang muncul dari repetisi tanaman yang digunakan sebagai pengarah. Penempatan semak atau perdu di tengan median juga bermanfaat sebagai penahan silau dari lampu kendaraan, namun pemenuhan fungsi ini masih kurang efektif karena tinggi tanaman yang ada kurang dari 1 meter. Tabel 21 menyajikan tipe penataan tanaman pada jalan utama. Tabel 21. Tipe Penataan Tanaman pada Area Jalan Utama Lokasi Segmen 1 (Gerbang Utama-Median) Segmen 2 (Blok Palem Kurma) Segmen 3 (Blok Palem Putri) Segmen 4 (Blok Eboni) Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) Segmen 8 (Blok Palem Sadeng 3) Segmen 9 (Orchard Walk) Jumlah
Tipe 1 √
Tipe 2
Tipe 3
√ √ √ √ √ √ √ √ 4
3
2
Tipe 1 merupakan tipe dengan penanaman linear yang terutama terlihat pada median, yang lebih menekankan pada aspek gradasi dan repetisi dari semak rendah dan tanaman penutup tanah dalam bentuk blok-blok yang dominan. Tipe ini dapat dilihat pada segmen 1, 5, 7 dan 9. Untuk tipe 2 yang ditemukan pada segmen 2, 4 dan 6, penanamannya berpola linear dengan kombinasi bentukan organik dari semak dan penutup tanah pada median. Sementara tipe 3 memiliki penanaman linear dengan adanya ruang terbuka yang ditanami rumput pada median, seperti yang terlihat pada segmen 3 dan 8. Pengelompokan segmen pada jalan utama berdasarkan penataan dapat dilihat pada Tabel 22.
68
Tabel 22. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Jalan Utama 1
Tipe Penanaman linear pada median jalan (menekankan pada gradasi dan repetisi) Tanaman pada median dominan berupa semak, perdu atau penutup tanah dalam bentuk blok
Lokasi Segmen 1 (Gerbang Utama)
Foto Eksisting
Ilustrasi
Segmen 5 (Blok Salam – Jembatan)
Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2)
Segmen 9 (Orchard Walk)
68
69
Tabel 22 (Lanjutan) Tipe 2
Penanaman linear dengan bentukan organik dari semak, perdu atau penutup tanah pada median
Lokasi
Foto Eksisting
Ilustrasi
Segmen 2 (Blok Palem Kurma)
Segmen 4 (Blok Eboni)
Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1)
3
Penanaman linear dengan adanya jeda berupa area terbuka yang ditanami rumput pada median
Segmen 3 (Blok Palem Putri)
Segmen 8 (Blok Palem Sadeng 3)
69
70
Segmen 1 meliputi area gerbang utama dan median sebelum jembatan pertama. Median ini ditanami lili paris (Chlorophytum comosum) dan sablo laut (Aerva sanguinolenta) secara berselang-seling setiap 3 meter pada paruh awal median, dan pada paruh selanjutnya terdapat ubi hias (Ipomoea sp.) bergantian dengan kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan 3 buah palem putri (Veitchia merilii) setiap jarak tertentu. Penanaman pada median segmen 1 ini lebih menekankan pada konsep terbuka dan mengarahkan pengguna jalan untuk memasuki permukiman, dengan adanya palem raja (Roystonea regia) di tepi kiri dan kanan jalan. Adanya pengulangan kelompok tanaman menghadirkan gradasi dan repetisi yang kuat, yang diperlukan dalam lanskap jalan untuk menghadirkan kesan rapi, teratur dan terarah bagi pengguna jalan. Pada segmen kedua yaitu blok palem kurma, tanaman penciri pada mediannya adalah palem kurma (Phoenix dactylifera) yang dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah dan semak atau perdu pada median. Semak atau perdu ditanam dengan pola organik dan diletakkan di tengah median seperti soka jawa (Ixora javanica), soka (Ixora sp.) dan iris (Neomarica longifolia), sementara penutup tanah yang digunakan yaitu lili paris (Chlorophytum comosum) dan taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia). Penanaman pada ujung-ujung median menggunakan tanaman yang lebih bersifat dekoratif seperti sikas (Cycas revoluta), agave (Agave angustifolia), euphorbia (Euphorbia milii), lantana (Lantana camara), spider lily (Hymenocallis speciosa), dan bawang-bawangan (Zephyranthes rosea). Tanaman tepi jalan segmen 2 berupa deretan palem raja (Roystonea regia) dan dadap merah (Erythrina cristagali) sebagai pengarah. Rumput paetan (Axonopus compressus) ditanam menutupi sisa lahan pada median dan tepi jalan. Round about pertama juga masih termasuk ke dalam segmen 2. Round about ini memiliki sebuah main sign atau penunjuk arah kawasan permukiman, dengan tanaman ditata berpola radial dan berpusat pada main sign. Semak rendah dan penutup tanah dengan tekstur halus seperti sablo laut (Aerva sanguinolenta), pangkas kuning (Duranta repens), kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan rumput paetan (Axonopus compressus) digunakan agar perhatian pengguna jalan tetap terpusat pada main sign di tengah round about.
71
Segmen ketiga yaitu blok palem putri (Veitchia merilii) yang terdapat pada dua median. Penanaman pada median segmen ini terkesan lebih terbuka dan sederhana dibandingkan penanaman median segmen lainnya, yaitu hanya menampilkan
palem
putri
yang
diletakkan
pada
jarak
tanam
teratur
dikombinasikan dengan lili paris (Chlorophytum comosum), sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan giant false agave (Furcraea gigantea). Ujung-ujung median dibiarkan polos, hanya salah satu ujung median yang ditanami amarilis (Hippeastrum hybrida). Penanaman pada ujung median penting diperhatikan yaitu harus memberi keterbukaan pandangan untuk keamanan pengguna jalan, namun sebaiknya ditanami dengan tanaman yang atraktif agar dapat dinikmati pengguna jalan karena kecepatan kendaraan pada saat melewati ujung median atau persimpangan cenderung lebih lambat. Seperti yang terlihat pada segmen sebelumnya, penanaman semak atau perdu sebagai penahan silau pada segmen 3 ini kurang efektif karena ketinggian penanaman kurang dari 1 meter, sehingga tidak dapat menghalangi silau dari cahaya lampu kendaraan yang melintas di jalan utama. Pada tepi jalan segmen 3 tidak banyak terlihat tanaman selain rumput paetan (Axonopus compressus). Hal ini dikarenakan area tepi jalan mulai dari segmen 3 sudah berbatasan langsung dengan rumah-rumah warga, sehingga penataan tanaman pada tepi jalan tersebut seringkali mengikuti keinginan pemilik rumah. Kebanyakan pemilik rumah membiarkan area tepi jalan di depan rumah mereka polos tanpa ada pohon peneduh maupun pembatas visual.Segmen 4 adalah blok eboni, dengan pohon eboni (Diospyros celebica) ditata berbaris rapi di tengah median. Penataan pohon secara kontinu dengan jarak tanam teratur ini selain berguna sebagai pengarah, juga memberikan identitas bagi segmen tersebut karena penampilan eboni yang khas, baik dari bentuk tajuk maupun warna batangnya yang kehitaman. Di antara eboni ditanami dengan spider lily (Hymenocallis speciosa), sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan seruni rambat (Wedelia biflora). Tanaman-tanaman dengan warna menarik tersebut ditanam kontinu membentuk pola organik yaitu garis bergelombang sepanjang median. Sama seperti segmen 3, di tepi jalan segmen 4 ini tidak terdapat banyak tanaman selain rumput paetan (Axonopus compressus).
72
Segmen lima yaitu blok salam meliputi round about, median dengan tanaman penciri salam (Syzygium polyanthum), hingga jembatan kedua. Round about pada segmen ini memiliki penataan hampir sama dengan round about sebelumnya pada segmen 2, yaitu tanaman semak rendah dan penutup tanah ditata berpola radial dengan main sign sebagai pusatnya. Tanaman yang digunakan pun hampir serupa, yaitu lili paris (Chlorophytum comosum), sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan pangkas kuning (Duranta repens). Setelah round about, terdapat median dengan penciri salam yang dikombinasikan dengan sablo laut dan lili paris yang ditanam berselang-seling setiap 2 meter. Mendekati jembatan tidak terdapat median lagi. Penanaman dengan fungsi pengarah terdapat pada tepi kiri dan kanan jalan, yaitu tanjung (Mimusoph elengi) dengan bugenvil (Bougainvillea spectabilis) yang ditanam rapat di antara tanjung. Pada area jembatan, penanaman hanya terdapat pada planter box di tepi kiri dan kanan jembatan, dengan tanaman berupa lidah mertua (Sansevieria trifasciata), adam hawa (Rhoeo discolor) dan lili paris dalam pot. Mendekati Marketing Office, segmen selanjutnya atau segmen 6 adalah blok palem sadeng 1. Segmen ini mengitari area taman kolam dan melewati bagian depan Marketing Office. Tanaman penciri pada kedua median di segmen ini adalah palem sadeng (Livistona rotundifolia). Palem sadeng diletakkan satu atau dua batang setiap jarak tertentu sepanjang median, dikombinasikan dengan berbagai tanaman yang ditata dalam pola organik. Tanaman-tanaman yang digunakan yaitu ubi hias (Ipomoea sp.), lili paris (Chlorophytum comosum), sablo laut (Aerva sanguinolenta), spider lily (Hymenocallis speciosa) dan cendrawasih (Phyllanthus niruri). Terdapat pula beberapa bagian yang terbuka, hanya ditanami rumput paetan dengan giant false agave (Furcraea gigantea) atau daun pilo (Philodendron selloum) dalam pot sebagai tanaman ornamental. Penanaman pada ujung-ujung median segmen ini termasuk baik dengan penggunaan berbagai tanaman dengan variasi bentuk, warna maupun tekstur sehingga bernilai estetik tinggi tapi tetap memberi kesan terbuka. Tanaman yang digunakan untuk penanaman di ujung median yaitu puring (Codiaeum variegatum), drasena (Dracaena marginata), spider lily, adam hawa (Rhoeo discolor), ubi hias (Ipomoea sp.), sablo laut dan siklok (Agave attenuata). Tepi
73
jalan sepanjang segmen 6 ditanami pohon peneduh seperti kenari (Canarium commune) dan tanjung (Mimusoph elengi) sehingga segmen ini terkesan lebih teduh dan nyaman dibanding segmen-segmen tanpa penanaman di tepi jalannya. Segmen selanjutnya yaitu segmen 7 dan 8 masih ditanami palem sadeng sebagai tanaman penciri median, namun dengan desain dan tanaman yang berbeda. Pada tepi kanan dan kiri jalan ketiga segmen ini terdapat deretan pohon pengarah yang didominasi kenari (Canarium commune), tanjung (Mimusoph elengi) dan pinus (Pinus merkusii). Segmen 7 dimulai dari round about ketiga tepat di depan name sign Marketing Office. Round about ini merupakan yang terbesar dari ketiga round about pada area studi, tidak berisi main sign kawasan melainkan hanya berisi semacam sculpture batu besar dengan bentuk alami. Penanaman pada round about masih sama dengan kedua round about sebelumnya, yaitu berpola radial dengan pusatnya adalah sculpture batu. Tanaman yang digunakan agak berbeda dari round about sebelumnya, yaitu lebih bersifat dekoratif dengan bentuk tajuk beragam seperti sikas (Cycas revoluta), daun pilo (Philodendron selloum), siklok (Agave attenuata) dan giant false agave (Furcraea gigantea). Penanaman bersifat dekoratif ini tidak masalah karena fungsi utama round about ini lebih berfungsi estetik dan tidak dikhawatirkan akan menutupi pandangan. Median setelah round about masih memiliki palem sadeng sebagai tanaman penciri, namun tanaman lain yang terdapat pada median hanya sablo laut dan lili paris yang ditanam berselang-seling secara rapat setiap jarak 3 meter, tanpa adanya area terbuka seperti pada segmen 6. Tepi jalan segmen 7 juga ditanami beberapa jenis pohon peneduh. Jenis pohon peneduh yang mendominasi yaitu kenari (Canarium commune) dan tanjung (Mimusoph elengi). Walaupun tidak serapat pada segmen 6, keberadaan pohon peneduh ini masih terbilang efektif memberikan kesan nyaman bagi pengguna jalan. Segmen 8 merupakan segmen ketiga yang memiliki palem sadeng (Livistona rotundifolia) sebagai tanaman pencirinya. Namun berbeda dengan segmen 6 dan 7, keberadaan palem sadeng pada segmen ini dikombinasikan dengan pohon lain yang lebih berkesan ornamental seperti pisang kipas (Ravenala madagascariensis). Tanaman lain yang juga digunakan adalah tanaman-tanaman
74
dengan warna menarik, seperti puring (Codiaeum variegatum), soka (Ixora sp.), euphorbia (Euphorbia milii) dan giant false agave (Furcraea gigantea). Segmen 8 juga lebih terbuka daripada segmen-segmen sebelumnya, karena tidak memiliki pohon peneduh di tapi jalan. Tepi jalan hanya ditanami oleh pinus (Pinus merkusii) sebagai tanaman pengarah. Hal ini mengakibatkan segmen 8 terkesan panas dan silau, karena keberadaan pinus di tepi jalan tidak mampu menahan silau dari cahaya matahari dengan optimal. Segmen terakhir (segmen 9) merupakan area Orchard Walk. Segmen ini tidak memiliki median, sehingga pohon ki hujan di tepi jalan dianggap sebagai tanaman pencirinya. Area ini ditanami ki hujan (Samanea saman) di tepi jalan, dengan paku jejer (Nephrolepis exaltata) dan bawang-bawangan (Zephyranthes rosea) di bawahnya. Ki hujan ditempatkan dengan tajuk bersinggungan sehingga berfungsi optimal sebagai peneduh, terutama bagi pejalan kaki yang melewati Orchard Walk serta kendaraan yang diparkir di tepi jalan.
Gerbang Cluster Pada kelima cluster yang diteliti, semuanya ditata dengan pola organik yang simetris. Tanaman yang menjadi focal point adalah pohon rendah yang memunculkan kesan tropis dan umumnya merupakan jenis palem-paleman, yang dikombinasikan dengan semak rendah dan tanaman penutup tanah bersifat dekoratif. Fungsi penanaman yang diutamakan pada gerbang cluster adalah fungsi estetika untuk mendukung keberadaan name sign dan melembutkan kesan keras yang ditimbulkan oleh bangunan pos keamanan. Penanaman pada gerbang cluster juga dapat berfungsi sebagai identitas, sehingga penting untuk masing-masing cluster memiliki penanaman dengan karakter yang khas. Pengelompokan gerbang cluster berdasarkan penataan dapat dilihat pada tabel 23 dan 24.
Tabel 23. Tipe Penataan Tanaman pada Area Gerbang Cluster Lokasi Arga Nirwana Bukit Nirwana I Padma Nirwana The Panorama Tirta Nirwana Jumlah
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3 √
√ √ √ 2
√ 1
2
75
Tabel 24. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Gerbang Cluster 1
Tipe Focal point berupa name sign di bagian tengah depan tapak dengan penanaman mengelilingi name sign (fungsi dekoratif)
Lokasi Bukit Nirwana I
Foto Eksisting
Ilustrasi
The Panorama
2
Focal point berupa name sign di bagian tengah tapak, namun tidak dikelilingi oleh penanaman
Tirta Nirwana
3
Focal point berupa penanaman di bagian tengah depan tapak (di depan pos keamanan) dengan tanaman palem-paleman dan kombinasi dengan batu alam. Name sign cluster tidak berada di tengah tapak.
Arga Nirwana
Padma Nirwana
75
76
Tipe 1 yang ditemukan pada gerbang cluster Bukit Nirwana I dan The Panorama merupakan tipe penanaman dengan name sign berada di bagian tengah depan tapak, dengan penanaman di sekeliling name sign yang lebih bersifat dekoratif. Tipe 2 memiliki kemiripan dengan tipe sebelumnya, yaitu name sign terletak di bagian depan tapak, namun tidak dikelilingi penanaman seperti yang terlihat pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Tipe terakhir yaitu tipe 3 memiliki penataan di bagian depan tapak berupa penanaman beberapa palem sebagai focal point yang dikombinasikan dengan batu-batu, sementara name sign diletakkan di tepi jalan, bukan di tengah tapak. Tipe 3 ini dapat dilihat pada gerbang cluster Arga Nirwana dan Padma Nirwana. Pada gerbang cluster Arga Nirwana, tidak terdapat name sign di sekitar pos keamanan. Tanaman focal point pada area depan adalah tiga buah sikas (Cycas revoluta) yang ditata dengan lili alang putih dan kucai mini serta hard material berupa batu-batu dan lima buah pilar kecil membentuk setengah lingkaran. Di dekat pos keamanan terdapat pula tiga buah giant false agave (Furcraea gigantea) dengan pola peletakan yang sama dengan sikas. Bagian belakang pos keamanan ditanami palem phoenix (Phoenix canariensis) yang dikombinasikan dengan kucai mini sebagai tanaman transisi antara pohon dengan rumput. Untuk melembutkan kesan keras dari bangunan pos keamanan, terdapat foundation planting yang mengelilingi bangunan. Tanaman yang digunakan yaitu iris (Neomarica longifolia) dan spatipilum (Spathiphyllum walisii). Pada gerbang cluster Bukit Nirwana I, name sign berukuran besar terdapat di bagian depan gerbang cluster, sehingga fungsi penanaman yang diutamakan adalah untuk mendukung keberadaan name sign tersebut. Untuk mengoptimalkan fungsi ini, tanaman yang cocok adalah tanaman yang lebih tinggi daripada name sign itu sendiri. Tanaman yang diletakkan sebagai latar belakang name sign adalah tanaman dengan warna-warni menarik seperti hanjuang (Cordyline terminalis) dan euphorbia (Euphorbia milii) untuk memberi kesan kontras dengan warna putih dari name sign. Selain tanaman-tanaman tersebut terlihat juga palem phoenix (Phoenix canariensis) dan rumpun pinang (Areca catechu) yang ditanam di dekat pos keamanan. Selain pinang, terdapat pula lidah mertua (Sansevieria trifasciata), simbang darah (Excoecaria bicolor), iris, lili
77
paris dan kucai mini yang ditanam pada bagian depan pos keamanaan. Bagian belakang pos keamanan juga ditanami dengan tanaman yang sama. Fungsi dari foundation planting di sekeliling bangunan pos keamanan ini adalah untuk melembutkan kesan keras yang ditimbulkan oleh bangunan. Gerbang cluster Padma Nirwana pada bagian depan memiliki penataan tanaman mirip dengan gerbang cluster Arga Nirwana. Tiga buah sikas ditempatkan di depan pos keamanan, dikombinasikan dengan baby blue eyes (Nemophilia menziesii), batu-batu besar dan pilar-pilar kecil membentuk setengah lingkaran sesuai bentukan tapak. Kesesuaian bentuk ini menimbulkan kesatuan atau unity pada tapak. Foundation planting dengan tanaman paku jejer (Nephrolepis exaltata), pisang hias (Heliconia psittacorum), simbang darah (Excoecaria bicolor) dan kucai mini mengelilingi bangunan pos keamanan. Bagian belakang tapak berbentuk memanjang sekaligus sebagai median jalan masuk cluster. Penanaman pada bagian belakang ini lebih dekoratif dengan penggunaan lebih banyak jenis tanaman dan ditanam dalam bentukan organik. Tanaman yang digunakan antara lain palem sadeng (Livistona rotundifolia), cemara udang (Cupressus sempervirens), palem kurma mini (Phoenix roebelenii), anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata), azalea (Rhododendron sp.), bawangbawangan (Zephyranthes rosea), baby blue eyes dan kucai mini. Tanamantanaman tersebut dikombinasikan berdasarkan perbedaan tingginya sehingga terlihat gradasi ketinggian yang menarik namun di lain pihak gradasi dari segi warna dan tekstur kurang terlihat karena penempatan tanaman dengan warna maupun tekstur yang mirip diletakkan berdekatan. Gerbang cluster The Panorama dapat dikatakan memiliki penataan dengan nilai estetika paling baik di antara kelima gerbang cluster yang diteliti. Name sign berukuran besar diposisikan tepat di tengah bagian depan tapak, dikombinasikan dengan berbagai tanaman penutup tanah dan semak dengan variasi bentuk, warna maupun tekstur. Tanaman yang diletakkan di sekitar name sign utnuk mendukung keberadaannya antara lain puring (Codiaeum variegatum), bromelia (Bromelia sp.), drasena (Dracaena marginata), soka mini dan kucai mini. Terdapat pula palem phoenix (Phoenix canariensis) sebagai focal point tepat di belakang name sign serta palem kurma (Phoenix roebelenii) di tepi name sign.
78
Untuk foundation planting digunakan puring (Codiaeum variegatum), iris dan kucai mini, namun penanamannya tidak mengelilingi bangunan pos keamanan. Bagian belakang tapak memiliki pohon rendah yang bernilai ornamental karena percabangannya unik, yaitu kamboja (Plumeria sp.), pandan bali (Cordyline australis) dan cemara udang. Pohon-pohon rendah ini dikombinasikan dengan penutup tanah maupun semak rendah dengan warna menarik seperti simbang darah dan bromelia, serta batu besar untuk menambah kesan alam. Penggunaan pohon rendah pada area ini diperlukan untuk mengimbangi bangunan pos keamanan yang lebih tinggi dibandingkan bangunan pada gerbang cluster lainnya. Desain penanaman yang agak berbeda dapat ditemukan pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Pada gerbang ini, name sign cluster diletakkan di bagian atas gerbang. Hampir seluruh area depan gerbang merupakan elemen air berupa kolam dengan beberapa tanaman air yang diletakkan untuk memperkuat kesan “tirta” itu sendiri. Tanaman air yang digunakan adalah melati air (Echinodorus sp.) dan alang-alang air (Typha angustifolia). Area di belakang pos keamanan ditata seperti gerbang cluster lainnya yaitu kombinasi pohon dengan semak rendah dan tanaman penutup tanah. Tanaman yang menjadi focal point pada bagian belakang gerbang cluster ini adalah dua buah sikas di tengah tapak dan palem merah (Cyrtostachys renda) yang diletakkan simetris di kanan dan kiri tapak sehingga tercipta keseimbangan yang baik. Palem merah dikombinasikan dengan kucai mini dalam bentukan organik yang sesuai bentukan tapak, sehingga menimbulkan kesatuan atau kesamaan tema bentuk. Tanaman lain di bagian belakang gerbang yang ditata secara simetris adalah baby blue eyes yang dikombinasikan dengan euphorbia.
Taman Publik Keempat taman publik yang menjadi lokasi studi dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe. Tipe 1 adalah tipe taman dengan lahan berbentuk memanjang dan penanamannya berpola jalur mengikuti bentukan lahan. Tipe 1 ini dapat dilihat pada taman cluster Arga Nirwana dan The Panorama. Sedangkan tipe 2 seperti yang ditemukan pada taman kolam dan taman cluster Padma Nirwana merupakan
79
taman pada lahan meluas,dengan penanaman berpola organik menyebar. Tabel 25 dan 26 menyajikan tipe penataan tanaman pada taman publik. Tabel 25. Tipe Penataan Tanaman pada Area Taman Publik Lokasi Taman Kolam Arga Nirwana Padma Nirwana The Panorama Jumlah
Tipe 1
Tipe 2 √
√ √ √ 2
2
Tabel 26. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Publik 1
Tipe Lahan berbentuk memanjang dengan penanaman berpola jalur
Lokasi Taman Cluster Arga Nirwana
Foto Eksisting
Ilustrasi
Taman Cluster The Panorama
2
Lahan berbentuk meluas dengan penanaman berpola organik menyebar
Taman Kolam
Taman Cluster Padma Nirwana
Taman publik terbesar yang ada di BNR terletak di samping Marketing Office. Taman ini ditata dengan pola organik, dengan kombinasi penanaman dengan elemen air berupa kolam besar yang dilengkapi air mancur. Pada tepi kolam ditanam beberapa rumpun talas-talasan (Colocasia esculenta) untuk memperkuat kesan air. Tanaman yang digunakan pada taman ini lebih banyak berupa tanaman peneduh seperti ki hujan (Samanea saman) dan bintaro (Cerbera
80
odollam) yang diposisikan mengelilingi kolam besar. Keberadaan tanaman peneduh tersebut sangat berguna untuk memberi kenyamanan pada pengguna taman. Terdapat pula semak dan tanaman penutup tanah yang ditata dengan pola organik secara berkelompok untuk memperkuat kesan gradasi dan repetisi, seperti daun renda merah (Acalypha godseffiana), bugenvil (Boougainvillea spectabilis), puring (Codiaeum variegatum), hanjuang (Cordyline terminalis), pangkas kuning (Duranta repens), pisang hias (Heliconia psittacorum) dan lolipop merah (Pachystachys lutea „Shrimp plant‟). Taman cluster Arga Nirwana lebih mirip median di antara jalur pedestrian yang ada di dalam cluster, namun dengan tambahan bangku yang dapat digunakan untuk duduk-duduk bagi penghuni cluster. Karena area yang sempit, penggunaan lahan dimaksimalkan untuk menanam pohon peneduh sehingga tapak yang kecil dapat lebih fungsional. Pohon peneduh yang digunakan adalah ki hujan (Samanea saman) yang bertajuk menyebar namun tidak terlalu masif sehingga cahaya matahari masih dapat menembus sela-sela tajuk. Penanaman lainnya adalah semak dan penutup tanah berupa lolipop (Pachystachys lutea) yang dikombinasikan dengan palem kipas (Livistona spp.), hanjuang (Cordyline terminalis) dan jewer kotok (Coleus blumei). Tanamantanaman tersebut ditanam secara mengelompok dengan pengulangan setiap jarak tertentu, sehingga menimbulkan kesan gradasi dan repetisi yang kuat. Terdapat pula bawang-bawangan yang ditanam mengitari tapak sebagai tanaman pembatas. Keberadaan pembatas berupa tanaman rendah tersebut bermanfaat untuk mempertahankan kesan terbuka sehingga tapak tidak terlihat sempit. Karena area yang kecil dan terletak pada lahan dengan topografi datar, taman ini tidak ditanami rumput atau penutup tanah dengan fungsi penahan erosi. Taman cluster Padma Nirwana juga merupakan area kosong yang dimanfaatkan sebagai hijauan. Letaknya strategis dengan dikelilingi rumah-rumah penduduk, berupa area yang ditinggikan sehingga berada 1 meter lebih tinggi daripada jalan di sekitarnya. Taman ini berpola organik mengikuti bentukan tapaknya. Tanaman peneduh ditempatkan di sekeliling tapak dengan jarak agak renggang sehingga pandangan dari maupun keluar taman tetap terbuka. Tanaman
81
peneduh yang digunakan yaitu kersen (Muntingia calabura), kecrutan (Spathodea campanulata), ketapang kencana (Terminalia mantaly) dan ki hujan. Pada bagian tengah taman terdapat jalur pejalan kaki selebar 1 meter melingkari tapak dengan pola organik. Bangku-bangku dari semen ditempatkan pada beberapa sudut jalur pejalan kaki tersebut, namun tidak ada penanaman pohon peneduh di dekatnya sehingga bangku menjadi kurang nyaman untuk diduduki. Untuk estetika, dilakukan penanaman berbagai tanaman dekoratif yang dapat memperkuat kesan tropis, yaitu tanaman berwarna cerah dengan tajuk menarik seperti palem bismarck (Bismarckia nobilis), palem kipas (Livistona spp.), siklok (Agave attenuata), batavia (Jatropha pandurifolia), drasena (Dracaena marginata) dan euphorbia. Sebagai transisi antara tanaman yang lebih tinggi dengan rumput, digunakan berbagai penutup tanah seperti lili paris (Chlorophytum comosum), baby blue eyes (Nemophilia menziesii), paku jejer (Nephrolepis exaltata), adam hawa dan kucai mini. Taman cluster The Panorama merupakan area memanjang berbentuk hampir oval, dengan elemen air berupa kolam pada bagian tengahnya. Bentuk oval juga diulang pada jalan setapak di bagian tengah taman, mengikuti bentukan kolam. Jalur pejalan kaki ini memanjang dari ujung ke ujung taman, dengan peletakan bangku taman di tepinya. Bangku taman dinanungi tanaman rambat berupa alamanda (Allamanda cathartica) yang juga berfungsi estetik. Penanaman yang ada lebih mengutamakan fungsi peneduh selain estetik. Pohon peneduh yang digunakan adalah ki hujan yang diposisikan berbaris pada bagian tengah tapak sehingga tajuknya dapat menanungi bangku di tepi jalur pejalan kaki. Selain peneduh, terdapat pula pohon untuk fungsi estetika seperti palem bismarck (Bismarckia nobilis), sikas (Cycas revoluta) dan ketapang kencana (Terminalia mantaly). Semak atau perdu yang digunakan adalah tanaman dengan warna bunga atau daun menarik seperti bugenvil (Bougainvillea spectabilis), sikat botol (Callistemon citrinus), puring (Codiaeum variegatum), batavia (Jatropha pandurifolia) dan azalea (Rhododendron sp.) atau tanaman dengan bentuk tajuk dan tekstur menarik seperti siklok (Agave attenuata), euphorbia (Euphorbia milii) dan giant false agave (Furcraea gigantea).
82
Taman Depan Rumah Taman rumah yang ada di BNR memiliki desain penanaman yang bervariasi dengan pola beragam, tergantung dari keinginan dan selera pemilik properti. Fungsi penanaman yang dominan tampak adalah fungsi estetika. Karena keragaman pola tersebut, penanaman pada taman rumah akan lebih menampakkan trend desain penanaman terbaru pada BNR. Dari pengamatan, penanaman yang dominan pada taman rumah di BNR adalah penggunaan tanaman dengan perawatan minim. Jenis tanaman yang sering digunakan adalah tanaman dengan bentuk vertikal atau bertajuk kolumnar, seperti iris (Neomarica longifolia), anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dan cemara lilin (Cupressus sempervirens). Selain itu, sering pula ditemukan tanaman dengan warna dominan merah seperti sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan hijau seperti iris (Neomarica longifolia). Tabel 27. Tipe Penataan Tanaman pada Area Taman Depan Rumah Lokasi Bukit Nirwana I 5/1 Bukit Nirwana I 8/19 Bukit Nirwana I 8/28 Padma Nirwana 1/21 Padma Nirwana 1/25 Padma Nirwana 1/65 Panorama 2/8 Panorama 3/5 Panorama 3/7 Jumlah
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4 √
Tipe 5
√ √ √ √ √ √ √ √ 1
1
1
2
4
Tabel 28. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Depan Rumah 1
2
Tipe Penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan
Lokasi Panorama 3/7
Penanaman pada grading
Padma Nirwana 1/21
Foto Eksisting
Ilustrasi
83
3
4
Tipe Penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah
Lokasi Bukit Nirwana I 8/19
Penanaman menyebar pada lahan
Bukit Nirwana I 5/1
Foto Eksisting
Ilustrasi
Padma Nirwana 1/65
5
Penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar (kombinasi)
Bukit Nirwana I 8/28
Padma Nirwana 1/25
Panorama 2/8
Panorama 3/5
Dari sembilan sampel taman depan rumah yang diteliti, secara garis besar pola penanamannya dapat dikelompokkan menjadi lima tipe. Tipe yang pertama adalah pola penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan, seperti pada Panorama 3/7. Tipe kedua yaitu penanaman pada grading yang terdapat pada Padma Nirwana 1/21. Tipe ketiga adalah penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah, seperti pada Bukit Nirwana I 8/19.
84
Tipe keempat yaitu tanaman diletakkan atau ditanam mengikuti pola menyebar yang acak, seperti pada Bukit Nirwana I 5/1 dan Padma Nirwana 1/65. Tipe yang kelima merupakan kombinasi penanaman dari tipe-tipe sebelumnya, yaitu penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar. Tipe terakhir ini merupakan tipe yang paling banyak diterapkan, yaitu pada empat dari sembilan rumah sampel (Bukit Nirwana I 8/28, Padma Nirwana 1/25, Panorama 2/8 dan Panorama 3/5).