1
ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI) YESSICAROL TANIA1, ZULKIFLI BOKIU2, USMAN3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo Yessicarol Tania. 921 411 136. 2015. Analisis Book Tax Differences Pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing Zulkifli Bokiu, SE, Ak, M.Si dan Usman, S.Pd, SE., M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis book tax differences pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data Laporan keuangan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk periode tahun 2013. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu penulis mengakses situs internet dan mendownload laporan keuangan perusahaan dalam www.idx.co.id. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan metode analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa biaya dan pendapatan yang harus dikoreksi, sehingga menimbulkan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 4.496.634.423,00 dan koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 12.765.595.411,00.
Kata Kunci: Koreksi Fiskal, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
1
Yessicarol Tania, Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 2 Zulkifli Bokiu, SE, Ak, M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 3 Usman, S.Pd, SE., M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
2
PENDAHULUAN Adanya kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak badan mengakibatkan penyelenggaraan pembukuan disusun berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Sementara tata cara pembukuan dalam KUP tersebut tidak selalu sama dengan ketentuan pembukuan yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Walaupun demikian, pembukuan yang dilakukan sesuai dengan SAK harus dapat digunakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan (Tania, 2011: 1). Dalam praktik di Indonesia, perusahaan bisnis menyelenggarakan pembukuan atau menyusun laporan keuangan berdasarkan standar yang berlaku yaitu Standar Akuntansi Keuangan dan menyusun laporan keuangan fiskal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal demikian juga yang dilakukan oleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk yang merupakan wajib pajak badan yang bergerak dalam bidang industri makanan. Berawal dari hal tersebut kemudian muncul istilah laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Laporan laba rugi komersial menurut Muljono (2009: 143) adalah besarnya laba yang dihitung Wajib Pajak sesuai dengan sistem serta prosedur pembukuan yang wajar yang diakui dalam Stadar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan laporan laba rugi fiskal menurut Lestari (2011: 13) adalah ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba (rugi) suatu entitas. Berikut adalah laporan laba rugi PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tahun 2013: Tabel 2: Laporan Laba rugi PT. Wilmar Chaya Indonesia Tbk Periode 2013 Penjualan neto Beban pokok penjualan Laba bruto Beban usaha - Beban penjualan - Beban umum dan administrasi - Pendapatan jasa maklon - neto
2.531.881.182.546 (2.306.891.044.163) 224.990.138.383 (56.413.415.060) (23.443.945.791) 1.740.365.113
3
- Rugi selisih kurs – neto - Laba penjualan asset tetap - Jasa layanan teknis - Lain-lain – neto Jumlah beban usaha Laba usaha (Beban)/ Penghasilan lain-lain - Pendapatan bunga - Beban bungan - Beban lain-lain – neto Laba sebelum pajak penghasilan Laba kena pajak Sumber: www.idx.co.id
(56.170.376.561) 124.512.035 (715.739.000) 798.957.546 (134.079.641.718) 90.910.496.665 7.336.413.579 (11.693.768.315) (4.357.354.736) (86.553.141.929) 78.284.200.941
Oleh karena adanya dasar penyusunan yang berbeda dalam penghitungan laba menurut komersial dengan menurut perpajakan maka menyebabkan perbedaan jumlah antara penghasilan sebelum pajak (laba akuntansi) dengan penghasilan kena pajak (laba fiskal) pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Hal ini yang disebut dengan book tax differences. Salah satu isu yang sedang berkembang di bidang analisis perpajakan yang menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences adalah perbedaan besaran laba akuntansi atau laba komersial (laba sebelum pajak) dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak. Poernomo (2008) menyatakan bahwa laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan lebih ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi, sedangkan laba fiskal adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan lebih ditujukan untuk menjadi dasar penghitungan PPh. Penyebab perbedaan yang terjadi antara penghasilan sebelum pajak (laba komersial) dengan penghasilan kena pajak (laba fiscal) dapat dikategorikan menjadi perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan temporer (temporary differences) atau perbedaan waktu (timing differences). Perbedaan permanen timbul karena adanya peraturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Contohnya: Akun Pendapatan
Menurut Akuntansi
Koreksi (Negatif)
Menurut Fiskal 0
Keterangan Beda Tetap
4
Jasa Giro
641,336,896
(permanent differences)
641,336,896
Pendapatan jasa giro merupakan pendapatan yang kena pajak final sehingga di keluarkan dari pendapatan lain-lain sebagai penambah laba. Sedangkan perbedaan temporer timbul sebagai akibat adanya tiga perbedaan waktu pengakuan, penghasilan, dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan dan menurut Ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Contohnya: Akun
Menurut Akuntansi 1,398,615,309
Bonus Karyawan
Koreksi (Positif)
Menurut Fiskal
2,142,329,020
3,540,944,329
Keterangan Beda Waktu (temporary differences)
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis book tax differences perusahaan yang tercermin dalam laba yang dihasilkan oleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk periode tahun 2013 yang merupakan salah satu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk dalam penelitian ini dikarenakan perusahaan
ini tidak
dipengaruhi secara langsung oleh regulasi pemerintah, dimana salah satu komponen
regulasi
pemerintah
adalah
pajak,
serta
memudahkan
mengklasifikasikan item-item yang diungkapkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul “Analisis Book Tax Differences pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk”. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis book tax differences pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk periode tahun 2013.
KAJIAN TEORETIS Book tax differences merupakan perbedaan jumlah laba yang dihitung berdasarkan akuntansi dengan laba yang dihitung sesuai dengan peraturan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal merupakan penggabungan antara penyajian laporan keuangan laba rugi akuntansi dengan laba rugi fiskal guna memperhitungkan besarnya penghasilan kena pajak (Deviana dalam Saputro, 2011: 15). Rekonsiliasi
5
(Koreksi) fiskal dilakukan apabila terdapat perbedaan antara standar, metode atau praktek akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan komersil dengan laporan keuangan fiskal (menurut ketentuan perpajakan). Koreksi (Rekonsiliasi) fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif. Menurut Diana (2010: 362), Koreksi Fiskal Positif adalah “koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah besar.” Koreksi fiskal negatif adalah “koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah kecil.” Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan terry D. Warfield dalam bukunya Intermediate Accounting yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo dan Ancella A. Hermawan bahwa perbedaan permanen disebabkan oleh pos-pos yang termasuk dalam laba keuangan sebelum pajak tetapi tidak pernah termasuk dalam laba kena pajak atau pos-pos yang termasuk dalam laba kena pajak tetapi tidak pernah termasuk dalam laba keuangan sebelum pajak. Menurut Diana (2010: 362) perbedaan sementara adalah “perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang menyangkut perbedaan alokasi pembebanan untuk suatu tahun pajak, tetapi jumlahnya secara total tidak berbeda. Perbedaan ini mengakibatkan penggeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya.” Mardiasmo (2011: 135), mendefinisikan Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak (orang pribadi, badan, Bentuk Usaha Tetap (BUT)) atas penghasilan yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak. Sesuai dengan SAK no. 46 pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.
METODE PENELIIAN Penelitian ini dilakukan di PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2013 melalui Indonesa Stock Exchange
(www.idx.co.id). Waktu penelitian ini adalah bulan Maret-April 2015.
6
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data kualitatif berisi mengenai kondisi perusahaan seperti latar belakang perusahaan, tujuan perusahaan, kebijakan perusahaan yang dapat diperoleh baik secara tertulis menegenai penerapan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan juga Data kuantitatif berupa Laporan keuangan, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, daftar aktiva tetap dan daftar penyusutan aktiva tetap PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2013. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah ada, baik secara lisan maupun tertulis serta informasi lainnya menyangkut dengan objek penelitian. Oleh karena itu, sumber data dalam penelitian ini adalah data Laporan keuangan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun periode 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis deskriptif komparatif.
PEMBAHASAN Hasil analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk menunjukkan terdapat perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal. Analisis dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan periode tahun 2013 dengan melihat pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, ditemukan delapan item pendapatan maupun beban yang harus dikoreksi fiskal karena terdapat adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak. Dari kedelapan item di atas, ada empat item yaitu pendapatan jasa giro, pendapatan yang dikenakan PPh Final, penalti dan bunga pajak, dan beban lain-lain yang harus dikoreksi fiskal akibat penghasilan dan biaya yang diakui dalam perhitungan laba neto untuk akuntansi komersial
7
tetapi tidak dapat diakui dalam perhitungan akuntansi pajak. Perbedaan pengakuan ini disebut dengan beda tetap. Di sisi lain, ada empat Item pula yang harus dikoreksi fiskal akibat penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial, namun tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak karena perbedaan metode pengakuan. Item-item tersebut yaitu penyusutan aktiva tetap, beban imbalan kerja, bonus karyawan dan penyisihan atas penurunan nilai persediaan. Hal ini disebut dengan beda waktu. Dalam hasil penelitian, setiap item dikoreksi yang disesuaikan dengan Ketentuan Umum perpajakan (KUP). Item Penyusutan aktiva tetap, dikoreksi fiskal karena terdapat perbedaan pengunaan aturan masa manfaat aktiva yang digunakan perusahaan dengan yang ada dalam ketentuan umum perpajakan. Perbedaan ini menyebabkan item penyusutan aktiva tetap harus dikoreksi fiskal beda waktu sehingga penyusutan aktiva tetap menurut pajak adalah Rp. 13.704.637.905,00. Dalam hal penyusutan, perusahaan menggunakan metode berjalan dimana nilai buku di akhir periode menjadi patokan di periode selanjutnya dengan persentase penyusutan 54% per tahun di kali dengan hasil pengurangan dari harga perolehan di kurangi nilai sisa di periode tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan akumulasi penyusutan untuk aktiva tetap menjadi Rp 139.248.435.897,00 dengan beban penyusutan Rp 14.801.008.937,00. Sedangkan menurut akuntansi beban penyusutan sebagaimana di atur dalam UU Pph pasal 11 ayat (6) menggunakan tarif penyusutan dengan persentase 50% per tahun sehingga mengakibatkan beban penyusutan untuk aktiva tetap menjadi Rp 13.704.637.905,00 sehingga jumlah koreksi fiskal menjadi Rp 1.096.371.032,00. Item beban imbalan kerja merupakan item dalam laporan keuangan perusahaan
yang
harus
dikoreksi
karena
terdapat
adanya
perbedaan
perlakuan/pengakuan biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak sebagai mana yang diterangkan dalam Undang-Undang PPh pasal 9 ayat (1). Dalam penjelasan laporan keuangan perusahaan, dikatakan bahwa perusahaan menerapkan kebijakan baru berkaitan dengan beban imbalan kerja, hal ini
8
menyebabkan beda temporer dan harus dilakukan koreksi fiskal sehingga biaya imbalan kerja menurut pajak adalah sebesar Rp. 314.401.730,00. Dalam akun beban penjualan, terdapat item bonus karyawan yang harus dikoreksi fiskal. Dalam perpajakan, item bonus karyawan diatur dalam KEP545/PJ./2000 tentang bonus atas prestasi kerja yang dibebankan pada tahun berjalan. Hal ini berarti biaya bonus karyawan dapat diakui oleh pajak dan dikoreksi positif yang meyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh terutang. Sehingga biaya bonus karyawan menurut pajak menjadi Rp. 2.080.394.020,00. Dalam akun beban pokok penjualan terdapat item Penyisihan atas penurunan nilai persediaan yang harus dikoreksi fiskal. Sesuai dengan PMK219/PMK.011/2012 tentang pembentukan dan pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya. Maka, biaya penyisihan atas penurunan nilai persediaan dapat diakui oleh pajak maka harus dikoreksi negative yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh terutang. Sehingga biaya penyisihan atas penurunan nilai persediaanmenurut pajak menjadi Rp. 1.469.783.528,00. Dalam laporan laba rugi perusahaan terdapat akun pendapatan lain-lain dimana item pendapatan jasa giro adalah item yang harus dilakukan koreksi fiskal. Pendapatan jasa giro merupakan pendapatan yang kena pajak final sehingga di keluarkan dari pendapatan lain-lain sebagai penambah laba. Hal tersebut diterangkan dalam Undang-Undang PPh pasal 4 ayat (2) huruf (a). Karena pendapatan jasa giro merupakan hal ini penghasilan yang diakui dalam perhitungan laba neto untuk akuntansi komersial tetapi tidak dapat diakui dalam perhitungan akuntansi pajak, maka item ini harus dikoreksi fiskal. Sehingga pendapatan jasa giro menurut pajak adalah sebesar Rp. 0,-. Dalam beban pajak penghasilan badan (kini) terdapat item pendapatan yang dikenakan PPh final yang harus dikoreksi fiskal. Item ini merupakan penghasilan yang diakui dalam perhitungan laba neto untuk akuntansi komersial tetapi tidak dapat diakui dalam perhitungan akuntansi pajak. Sesuai dengan UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (2) dimana pendapatan yang kena pajak final di keluarkan dari pendapatan lain-lain sebagai penambah laba. Oleh karena itu harus dilakukan
9
koreksi menjadi Rp. 1.484.739.879,00. Dalam akun beban usaha lain-lain terdapat item penalti dan bunga pajak yang harus dikoreksi fiskal. Sesuai dengan UndangUndang PPh pasal 9 ayat (1) huruf (k), bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan. Karena tidak memiliki daftar nominatif, maka biaya penalti dan bunga pajak tidak dapat diakui sebagai biaya untuk dapat mengurangi penghasilan kena pajak atau dengan kata lain biaya penalti dan bunga pajak ini tidak diakui oleh pajak sehingga harus dikoreksi sehingga menjadi Rp. 0,-. Dalam akun beban usaha lain-lain terdapat juga item beban lain-lain. Sesuai dengan Undang-Undang PPh pasal 9, yang mengatur tentang penghasilan dan biaya yang dipakai untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap. Jadi, beban lain-lain harus dikoreksi positif yang meyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh terutang sehingga beban lain-lain menurut pajak menjadi sebesar Rp. 120.483.059,00. Dari koreksi fiskal yang dilakukan oleh peniliti, maka hasil analisis laba komersil dengan laba fiskal adalah laba sebelum pajak penghasilan badan (laba komersil) sebesar Rp. 86.553.141.929,00 dan penghasilan kena pajak (laba fiskal) sebesar Rp. Rp. 85.859.216.774,00. Dalam Hasil analisis ini terlihat bahwa terjadi penurunan laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 693.925.155,00 Hal ini disebabkan oleh koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial yang dilakukan dengan berdasarkan KUP yang berlaku. Dalam analisis ini juga terdapat beban pajak yang diperoleh dari 5% dikalikan dengan jumlah penghasilan kena pajak sehingga beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 42.929.608.387,00. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang PPh Pasal 17 ditetapkan tarif pajak terhadap Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu pada tahun 2009 tarif pajak sebesar 28% sedangkan pada tahun 2010 dan selanjutnya dikenakan tarif pajak sebesar 25%. Untuk
10
Perseroan Terbatas (PT) yang 40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek dikenakan beban pajak 5% lebih rendah dari yang seharusnya dibayarkan. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam menganalisis book tax differences pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk dilakukan koreksi fiskal negatif dan koreksi fiskal positif terhadap biaya-biaya yang dapat dan tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan. Jumlah koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 12.765.595.411,00, dan jumlah koreksi fiskal positif sebesar Rp. 4.496.634.423,00. Hasil analisis book tax differences pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk ini menghasilkan perbedaan laba komersil dan laba fiskal yaitu laba komersil Rp. 86.553.141.929,00 dan laba fiskal sebesar Rp. 78.284.200.941,00 dan pajak penghasilan yang seharusnya dibayar oleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk untuk tahun 2013 adalah sebesar Rp. 42.929.608.387,00. SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menyarankan agar perusahaan melakukan koreksi fiskal terlebih dahulu sebelum melaporkan pajaknya dan memperhatikan ketentuan perpajakan dan prosedur pencatatan baik yang terdapat dalam UU PPh maupun Keputusan Dirjen Pajak mengenai biaya-biaya yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2009. Akuntansi Pajak Edisi 2 Revisi. Jakarta: Salemba Empat. Diana Anastasia, Lilis S. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep, Aplikasi, & Penuntun Praktis. Edisi 3. Andi: Yogyakarta. Direktorat Jendral Pajak (2008). Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia. Direktorat Jendral Pajak (2007). Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia. Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2002. Akuntansi Intermediate, Jilid 3; Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
11
______________________________________________. 2008. Akuntansi Intermediate, Jilid 1; Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga. Dwijayanti, Ayu. 2013. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial pada PT. Citra Sulawesi Sejahtera di Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Gunadi. 2004. Akuntansi Pajak. Jakarta: PT. Grasindo.http://www.idx.co.id Lestari, Budi. 2011. Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Pertumbuhan Laba. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi. Andi: Yogyakarta. Muljono, Djoko. 2009. Akuntansi Pajak. Yogyakarta: Andi Offset. Tania, Novita. 2011. Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurut SAK dan UU Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap Laba pada perusahaan PT. XL Axiata Medan. Skripsi. Universitas Sumatera. Utara Yuniarti, Dewi. 2008. Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial Untuk Menentukan Pajak Penghasilan pada PT. BPR Nusamba Ngunut Tulungagung. Skripsi. Universitas Brawijaya.