Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
ANALISIS ARAH DAN KEKUATAN ANGIN PEMBENTUK BARCHAN DUNE DAN TRANSVERSAL DUNE DI PANTAI PARANGTRITIS, PROPINSI DIY BERDASARKAN DATA GEOLOGI Dwi Indah Purnamawati1 , Ferdinandus Wunda2 1,2
Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Email:
[email protected]
ABSTRACT The aim of this research is to understand and check about sand dune in coast of Parangtritis, also analyze the direction and strength of wind influencing forming of sand dunebarchan dune and transversal dune in research area.There are two phases of this research method. The phases are field researching and laboratory analysis. The direction and strength of wind analysis can be done from sand morphological and texture. The analysis of morphological done at transversal and barchans dune. This analysis done by determining wind direction from strike disseminating at sand dune. Result of the analysis show that wind direction blowing up at N 50 E until N 150 E, or relative from south to north. Texture analysis done to know the speed and strength of wind forming sand dune. This Analysis relied on dominant grain diameter of sand sample taken at dale, back, till the top of sand dune. The result of texture analysis showing that wind strength in research area is range from 4,5 - 8,4 m/s. Keywords: Barchan dune, transversal dune, morphology, texture, analysis, wind INTISARI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meneliti tentang gumuk pasir di Pantai Parangtritis serta menganalisis arah dan kekuataan angin yang mempengaruhi pembentukan gumuk-gumuk pasir Barchan dune dan transversal dunedi daerah penelitian. Metode yang dipakai dalam penelitian analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di Pantai Parangtritis berdasarkan data geologi ini terdiri dari dua tahap yaitu : tahap penelitian lapangan dan analisis laboratorium. Analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di Pantai Parangtritis dapat didekati baik dari aspek morfologi maupun teksturnya. Analisis morfologi dari dua tipe gumuk pasir yaitu transversal dune dan barchans dune dilakukan dengan cara menentukan arah angin dari persebaran jurus pada tubuh gumuk pasir, yang menghasilkan arah angin yang bertiup ke arah N 50 E sampai N 150 E, atau arah angin relatif bertiup dari arah selatan ke utara.Analisis tekstur dilakukan untuk mengetahui kecepatan dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir. Analisis ini didasarkan pada diameter butiran yang dominan dari conto pasir yang diambil pada bagian lembah, punggung, hingga puncak gumuk pasir. Dari analisis tekstur tersebut dapat diketahui kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di daerah penelitian adalah berkisar antara 4,5 – 8,4 m/detik. Kata kunci: Barchan dune, transversal dune, morfologi, tekstur, analisis, angin
PENDAHULUAN Daerah pantai landai dan memiliki suplai endapan pasir melimpah, yang terangkut oleh media air (sungai) akan bermuara di pantai. Angin yang berhembus cukup kencang, akan menghasilkan perubahan pada endapan pasir pantai yang bersifat merusak dan membangun. Salah satu contohnya adalah membentuk gumuk pasir yaitu akumulasi dari pasir-pasir pantai, dan terendapkan sepanjang pantai oleh pengerjaan angin, dan kenampakan endapan mempunyai ciri khas baik tingginya maupun pelamparanya (Prasetyadi, 1991). Gumuk pasir di sebelah barat Pantai Parangkusumo, merupakan laboratorium alam di mana keberadaannya sangat diperlukan guna memahami kondisi dan gejala alam yang masih belum diketahui manusia. Kondisi alam sangat banyak ragamnya dan belum banyak dimengerti. Salah satunya adalah fenomena adanya gumuk pasir di daerah tropis.Gumuk Pasir di daerah tropis sangat banyak macamnya dan yang paling unik adalah ditemukannya jenis barchan dune dan transversal dune yang di Indonesia hanya terdapat di kawasan wisata Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan gumuk pasir dengan tipe barchan di Parangtritis sangat unik dan menarik untuk diteliti, dipahami, dan perlu dilestarikan. Gumuk Pasir ini merupakan fenomena yang menarik dipandang sebagai obyek wisata (Rovicky,2008). B-194
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui dan meneliti tentang gumuk pasir di Pantai Parangtritis serta menganalisis arah dan kekuataan angin yang mempengaruhi pembentukan gumukgumuk pasir di daerah penelitian. Dengan mengetahui arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir ini, diharapkan hal ini dapat menjelaskan pola sebaran atau akumulasi gumuk-gumuk pasir yang terdapat di daerah penelitian yang memiliki pengaruh terhadap keadaan lingkungan alam di sekitar Pantai Parangtritis. Daerah penelitian terletak lebih kurang 30 km ke arah selatan kota Yogyakarta. Secara administratif termasuk dalam Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Lokasi pengukuran dan pengambilan conto pada lokasi pengamatan (LP) satu terletak pada Koordinat E 110019’0,6“ yaitu transversal dune dan S 080 1’0,4“ serta lokasi pengamatan (LP) dua terletak pada koordinat E 1100 18’58,5’’ dan S 0801’0,4’’ yaitu barchan dune, dengan elevasi dari 17–40 m dari permukaan laut. METODE Metode penelitian yang dipakai dalam menganalisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di Pantai Parangtritis ini, terdiri dari 2 tahap yaitu:Tahap penelitian lapangan dan tahap penelitian laboratiriun 1. Tahap penelitian lapangan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 juni 2012. Penelitian ini mencakup penelitian terhadap 2 jenis gumuk pasir (barchans dune dan transversal dune), dengan mengukur kemiringan lereng pada kedua sisi gumuk pasir, mengukur ukuran gumuk pasir, mengukur strikedari 2 jenis gumuk pasir sebanyak 50 data jurus. Diawali dengan tahap orientasi yang bertujuan untuk mencari obyek penelitian dalam hal ini adalah gumuk pasir yang bentuknya benar-benar ideal. Di samping itu juga dibuat jalur-jalur pengamatan dan pengambilan conto (sample) pasir yang akan dianalisis di laboratorium Contoh pasir yang diambil di sepanjang jalur pengamatan sebanyak 30 conto dan disertai pertimbangan bahwa pengaruh angin pada saat penelitian lapangan hanya mempengaruhi endapan pada bagian permukaan saja, maka untuk mendapatkan conto yang mewakili secara keseluruhan,conto pasir yang diambil adalah yang di bagian permukaan gumuk pasirnya. Banyaknya conto yang diambil di setiap lokasi pengambilan conto, kurang lebih sebanyak 500 gram. 2. Tahap penelitian laboratorium. Penelitian laboratorium dilakukan selama kurang lebih 1 minggu dari tanggal 18 - 25 juni 2012, meliputi cara sebagai berikut: 1) Contoh (sample) yang diambil dari lapangan dicuci terlebih dahulu dengan mengunakan air bersih, bertujuan agar conto pasir terpisah dengan material pengotor lainya. 2) Contoh pasir dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 hari sampai benar-benar kering. 3) Setelah conto kering, dilakukan proses kuarting yang bertujuan agar memperoleh conto pasir yang representative. Proses kuarting menggunakan karton yang disilangkan saling tegak lurus dan di alasi kertas Koran, kemudian conto pasir dituangkan tepat pada persilangan karton dengan menggunakan corong, maka conto pasir tadi akan terbagi menjadi 4 bagian sesuai dengan kwadran dari persilangan karton tersebut dengan sama banyak. Conto pasir dari kwadran yang berlawanan akan dicampur dan mendapatkan dua bagian, yaitu kwadran I dicampur dengan kwadran III, sedangkan kwadran II dicampur dengan kwadran IV, setelah itu pilih salah satu campuran ditimbang sebanyak 100 gram untuk diayak (Miftahussalam, 2003). 4) Dilanjutkan dengan proses pengayakan conto (100 gram), sebelum dilakukan proses pengayakan, semua saringan atau mesh harus dibersihkan terlebih dahulu dari butiran pasir atau kotoran yang menempel pada celah ayakan, dengan menggunakan kuas. Selanjutnya pililah saringan atau ayakan dari mesh skala yang terkecil, disusun hingga mesh yang berskala besar ( dari nomor mesh> 200, 200, 140, 100, 60, 40, 30, 16, 10 ) pada bagian bottom mesh dialasi kertas koran kemudian diayak dengan menggunakan mesin ayakan (vibrator), conto pasir laludimasukan ke dalam ayakan dan diayak selama + 2 menit. 5) Hasil ayakan dari conto pasir yang tertampung pada setiap ayakan atau mesh ditimbang menggunakan timbangan (Pastikan hasil penimbangan akhir tidak boleh kurang dari 95 gram ( > 95 gram), artinya kehilangan butir pasir tidak boleh lebih dari 5 % . B-195
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
6) Dari hasil pengukuran seluruh conto, dibuat tabel disribusi besar butir dari masing-masing beratnya. Dasar teori Daerah “arid” angin merupakan salah satu media transportasi yang dapat mengangkut butir– butir pasir yang berukuran berbeda–beda, kemudian diangkut oleh angin dan pada suatu saat, apabila kekuatan angin tidak sanggup lagi untuk mengangkutnya, akan diendapkan pada suatu tempat tertentu. Endapan butir-butir pasir yang memiliki morfologi khas inilah yang kemudian lazim disebut sebagai dune atau gumuk pasir (Katili,1963). Daerah penelitian memenuhi persyaratan sebagai daerah gumk pasir sebagai berikut: 1. Adanya sumber material pasir. Syarat ini dipenuhi oleh suplai sedimen vulkanik yang diangkut dan terakumulasi secara terus-menerus di muara Sungai Opak yang terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis 2. Adanya angin yang berhembus. Syarat ini terpenuhi seperti halnya di daerah-daerah pantai pada umumnya. Yang dapat dianggap kekhasan dari arah dan kekuatan angin di Pantai Parangtritis adalah kekuatan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah pantai lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya morfologi tebing curam di sebelah utaranya yang terdiri dari batugamping Formasi Wonosari, yang melatar belakangi Pantai Parangtritis. 3. Adanya penghalang. Syarat ini di Pantai Parangtritis dipenuhi dengan terdapatnya kumpulan berbagai jenis tumbuhan atau vegetasi pantai yang tersebar di sana. Setiap kecepatan angin tertentu mempunyai daya angkut terhadap besar butir pasir tertentu pula. Menurut Katili (1963) hubungan antara kecepatan angin dengan besar butir yang dapat diangkut oleh angin adalah sebagai berikut (Tabel 1). Tabel 1. Kecepatan angin dan butiran pasir yang terangkut (Sumber. Katili, 1963:182) No
Kecepatan angin
1 2 3 4
4,5 – 6,7 m / detik 6,7 – 8,4 m / detik 9.8 – 11,4 m / detik 11,4 – 13,0 m / detik
Besar butir pasir maximum yang dapat diangkut Diameter 0,25 mm Diameter 0,50 mm Diameter 1,00 mm Diameter 1, 50 mm
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa besar butir pasir yang memiliki ukuran 0,25 mm akan terangkut atau digerakkan oleh angin dengan kecepatan 4,5–6,7 m/detik. Karena ada hembusan angin, maka butir–butir pasir yang berdiameter tertentu, akan bergerak dan membentur atau terbenturkan dengan sesama butir lainnya. Dengan adanya benturan atau tumbukan di antara butirbutir pasir itu maka pasir-pasir itu akan meloncat ke udara dengan sudut benturan antara 100–160. Setelah butir-butir pasir tersebut sampai di udara, butir pasir akan dikenai oleh dua gaya, yaitu gaya horizontal (tangensial) dan gaya berat (grafitasi). Gaya berat di sini adalah gaya yang berasal dari butiran pasir itu sendiri yang besarnya berbanding lurus terhadap besar dan berat dari butiran pasirnya. Sedangkan gaya horizontal yang dialami oleh butiran pasir yang meloncat ke udara disebabkan oleh hembusan angin yang mengenai butiran pasir itu. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka bentuk lintasan yang ditempuh oleh butir pasir tersebut sejenak dilemparkan ke udara akibat adanya benturan sampai jatuh kembali ke permukaan bumi berbentuk parabola. Ketinggian loncatan butir pasir tersebut akibat adanya benturan tidak lebih dari 45 cm dari pemukaan (Flint & Skinner, 1977 dalam Prasetyadi,1991). Bahkan di daerah gurun pasirpun, loncatan butiran pasir tersebut tidak lebih dari 1 m, walaupun angin yang bertiup cukup kencang. Angin yang mengangkut butir-butir pasir dan material lepas lainnya pada suatu saat akan berkurang kecepatannya, sehingga daya angkutnyapun berkurang pula, dan apabila kemudian tidak sanggup lagi untuk mengangkutnya butir-butir pasir tersebut akan diendapkan di suatu tempat sehingga terdapat akumulasi dari butiran pasir tersebut. Apabila butiran pasir tersebut berlangsung terus sehingga membentuk suatu morfologi bukit, maka bukit ini disebut dengan dune atau gumuk B-196
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
pasir. Angin yang berhembus ke arah suatu gumuk pasir mempunyai pola konvergen pada sisi yang berhadapan dengan arah angin dan pola divergen pada daerah gumuk yang berada pada sisi belakang yang merupakan daerah bayangan angin. Kecepatan angin pada daerah tiupan angin memiliki kecepatan yang lebih besar dari pada kecepatan angin di daerah bayangan atau belakang gumuk. Hal ini mengakibatkan butir-butir pasir yang terangkut oleh angin setelah melewati bagian puncaknya, akan jatuh dan diendapkan di belakang/di buritan gumuk pasir. Kenampakan Gumuk Pasir Parangtritis Di daerah-daerah pantai beriklim tropis biasanya jarang dijumpai adanya gumuk pasir. Demikian pula halnya dengan wilayah Kepulauan Indonesia yang beriklim tropis, di daerah pantainya jarang terbentuk gumuk pasir pantai. Dengan terdapatnya gumuk pasir di Pantai Parangtritis dapat dianggap sebagai pengecualian ataupun keistimewaan tersendiri.Klasifikasi gumuk pasir pada umumnya didasarkan pada segi morfologi atau bentuknya, atau keadaan butiran material pasir, tekstur dan strukturnya. Dengan demikian berdasarkan kriteria itu, morfologi, tekstur dan strukturnya, dapat diinterpretasikan ataupun ditentukan arah dan kekuatan angin yang membentuk gumuk pasir tersebut. 1. Barchan dune, gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap ke arah datangnya angina, akan memiliki slope atau kemiringan lereng yang lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angina (slip face), sehingga apabila dibuat penampang melintang, akan menghasilkan bentuk penampang yang tidak simetri dan mempunyai ketinggian antara 5-17 m. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolian tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuklah gumuk pasir seperti ini, dan daerah yang menghadap angin lebih landau, dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin (Gambar 1) Wind
Gambar 1. Barchan dune. di lokasi penelitian (Sumber: Kamera Peneliti, 2012) 2. Gumuk pasir transversal terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan memiliki banyak cadangan pasirnya. Bentuknya melintang memanjang, menyerupai ombak di lautan dan tegak lurus terhadap arah angina (Gambar 2). 3. Awalnya, gumuk pasir ini hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolian yang terus menerus berlangsung dengan material pasir yang cukup, maka terbentuklah bagian yang lain dari gumuk pasir ini dan menjadi sebuah koloni atau kumpulan dari beberapa gumuk pasir yang memiliki tipe yang sama. ada daerah penelitian, gumuk pasir ini terletak pada koordinat E 1100 E 19’ 0,6’’ dan S 080 E 080 01’ 0,44’’ dengan elevasi 17 m dari permukaan laut. Gumuk pasir transversal ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
B-197
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Wind Gambar 2. Transversal dune di lokasi penelitian (Sumber: Kamera Peneliti, 2012) PEMBAHASAN Keadaan dan Kedudukan Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis Gumuk pasir di Pantai Parangtritis membentang hampir sejajar dengan garis pantai Samudera Hindia dan memiliki pelamparan ke arah barat. Untuk menganalisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir ini, dibuat suatu jalur atau lintasan pengamatan dengan arah N 1800 E ke arah N 00 E atau arah utara–selatan. Arah lintasan pengamatan hampir tegak lurus terhadap arah pelamparan gumuk-gumuk pasir, agar dapat mewakili keadaan gumuk pasir di daerah penelitian. Deretan gumuk pasir di daerah penelitian merupakan deretan gumuk pasir yang memiliki bentuk cukup ideal,seperti jenis transversal dune dan barchan dune.Deretan gumuk pasir transversal ini, terdiri dari beberapa gumuk pasir yang saling sejajar dan memiliki jurus pelamparan sekitar N 60 0 E dengan ketinggian berkisar antara 5–40 m dari permukaan laut. Kemiringan lereng pada sisi yang menghadap ke arah angin antara 40 – 270, sedangkan kemiringan lereng bagian lee slope atau pada bagian bayangan angin berkisar antara 160 – 400. Material penyusun gumuk pasir terdiri dari butir pasir yang berukuran paling halus, sedang hingga kasar. Analisis Arah dan Kekuatan Angin Analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir ini didasarkan pada kolaborasi antara studi pustaka dari beberapa literatur ataupun dari hasil penelitian terdahulu beserta data dari lapangan dan laboratorium. Analisis morfologi yang dilakukan di lapangan adalah dengan mengukur jurus/stike dari morfologi pada tipe gumuk-gumuk pasir yang dominan dijumpai bertipe barchan dune dan transversal dune. Berdasarkan pengukuran jurus tersebut,dapat ditentukan arah angin pembentuknya. 1. Analisis Morfologigumuk pasir dilakukan dengan mengukur jurus tipe-tipe gumuk pasir yang dominan terdapat di daerah penelitian, dalam hal ini adalah gumuk-gumuk pasir bertipe barchans dune dan transversal dune.Pengukuran jurus pada transversal dune dilakukan hampir sama dengan pengukuran pada barchan dune, dengan cara mengukur sepanjang tubuh dari gumuk pasir.Data yang diambil atau pengukuran dilakukan sebanyak 50 kali. Pada tabel di bawah ini (Tabel 2 dan Tabel 3), adalah hasil pengukuran jurus dari gumuk pasir transversal duneyang terletak pada E 1100 E 19’ 0,6’’ dan S 080 E 080 01’ 0,44’’ dengan elevasi 17 m dari permukaan laut. Arah umum jurus gumuk pasir tipe transversal dune dapat dianalisis menggunakan diagram kipas adalah N 2850 E, arah umum angin pembentuk gumuk pasir adalah tegaklurus terhadap arah umum jurus. Disamping itu dengan memperlihatkan pola dari arah lee slope-nya, maka arah umum angin pembentuk gumuk pasir tipe transversal dune adalah sekitar N 150 E Pengukuran jurus bertipe barchans dune dilakukan dengan cara mengukur jurus pada bagian bayangan atau slip face yang tegak lurus arah angin pada tubuh gumuk pasir (Tabel 4dan Tabel 5). Pengukuran dilakukan sebanyak 50 kali agar memperoleh data yang yang lebih akurat, yaitu terletak pada E 1100 18’58,5’’ dan S 0800’0.4’’ dengan elevasi 40 m dari permukan laut (Gambar 5).
B-198
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Tabel 2. Data jurus yang diperoleh pada transversal dune No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jurus (N 0 …E) 290 285 289 289 282 287 272 280 283 280 278 272 282 290 282 284 285
No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Jurus (N 0…E) 290 282 287 282 276 288 287 284 276 285 271 271 274 287 273 280 285
No 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Jurus (N 0…E) 290 284 286 273 288 279 276 285 275 286 287 277 272 279 272 271
Tabel 3. Tabulasi ferkuensi pengolahan data dari jurus gumuk pasir transversal dune Arah (N..0E) 0 – 10 10 – 20 20 – 30 30 – 40 40 – 50 50 – 60 60 – 70 70 – 80 80 – 90 90 – 100 100 – 110 110 – 120 120 – 130 130 – 140 140 – 150 150 – 160 160 – 170 170 – 180
Arah Tabulasi (N..0 E) 180 – 190 190 – 200 200 – 210 210 – 220 220 – 230 230 – 240 240 – 250 250 – 260 260 – 270 270 – 280 IIII IIII IIII IIII 280 – 290 IIII IIII IIII IIII IIII IIII 290 – 300 300 – 310 310 – 320 320 – 330 330 – 340 340 – 350 350 – 360 JUMLAH
Jumlah
Prosentasi (%)
20 30
40 % 60 %
50
100 %
Tabel 4.Data jurus yang diperoleh dari pengukuran pada barchans dune No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jurus (N 0…E) 280 275 273 271 277 276 280 272 283 272 272 277 273 288 282 277 278
No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Jurus (N 0 …E) 273 275 278 277 272 278 276 276 273 277 273 272 271 275 274 277 274
B-199
No 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Jurus (N 0…E) 280 273 289 284 280 290 286 284 289 281 278 274 277 274 272 276
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Tabel 5. Tabulasi ferkuensi pengolahan data dari jurus barchan dune 0
Arah (N.. E) 0 – 10 10 – 20 20 – 30 30 – 40 40 – 50 50 – 60 60 – 70 70 – 80 80 – 90 90 – 100 100 – 110 110 – 120 120 – 130 130 – 140 140 – 150 150 – 160 160 – 170 170 – 180
Arah (N..0E)
Tabulasi
180 – 190 190 – 200 200 – 210 210 – 220 220 – 230 230 – 240 240 – 250 250 – 260 260 – 270 270 – 280 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 280 – 290 IIII IIII 290 – 300 300 – 310 310 – 320 320 – 330 330 – 340 340 – 350 350 – 360 JUMLAH
Jumlah
Persentase (%)
40 10
80 % 20 %
50
100 %
Gambar 5. Lokasi pengamatan untuk pengambilan conto, terletak pada E 1100 18’ 58,5’’ dan S 080 01’ 0.4’’ dengan elevasi 40 m dari permukan laut, kamera dari selatan ke arah utara (Sumber: Kamera Peneliti, 2012) Arah umum gumuk pasir tipe barchans dune dapat dianalisis menggunakan diagram kipas yaitu memiliki arah sekitar N 275 0 E. Dengan demikian arah umum angin pembentuk gumuk pasir adalah tegak lurus terhadap arah umum jurusnya, maka arah umum angin pembentuk gumuk pasir barchans dune adalah sekitar N 50 E. 2. Analisis tekstur dilakukan untuk menentukan kekuatan angin, dengan tujuan untuk mengetahui besar butir rata-rata yang dapat diangkut oleh media angin dan dapat menentukan besarnya kekuatan atau kecepatan angin pembentuk gumuk pasir. Kecepatan angin dianalisis berdasarkan fraksi umum dari butiran sample yang dianalisis. Kecepatan angin tertentu akan mengangkut ukuran butir pasir tertentu pula. Katili (1963), menggunakan hubungan kecepatan angin dengan besar butir maksimum yang dapat diangkut oleh media angin.Kecepatan angin ini berguna juga untuk mengetahui atau menentukan kecepatankecepatan migrasi gumuk pasir. Rahardjo (1978), telah meneliti migrasi gumuk pasir di Pantai B-200
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Parangtritis berdasarkan ukuran butir penyusunnya. Analisis arah angin pada gumuk pasir dilakukan dengan mengambil conto (sampling) pada permukaanya saja, meliputi area lereng datangnya angin, puncak, dan lembah gumuk pasir. Untuk itu peneliti membuat jalur pengamatan dan sampling yang berarah utara-selatan, dari daerah lembah datangnya angin sampai pada tubuh dari gumuk pasir transversal dune dan barchans dune. Contoh pasir yang diambil di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Setelah diketahui berat masing-masing fraksi ukuran butir, dimasukan ke dalam tabel distribusi besar butir, harga atau nilai dari besar butir yang paling dominanlah yang akan menentukan kisaran kecepatan angin yang bekerja membentuk gumuk pasir di daerah penelitian (Tabel 6). Tabel 6. Analisis tekstur dari 30 sampel No. Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
No. Mesh 60 60 100 60 100 100 100 60 60 60 100 60 100 100 100
Ukuran Butir (mm) 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250 0,150 – 0,250 0,150 – 0,250 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250 0,150 – 0,250 0,150 – 0,250
Berat (gr) 40,17 36,35 41,2 47,51 47 45 49,34 47,37 46,12 47,2 44,6 45,52 47,10 37,54 57,85
No. Sample 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
No. Mesh 60 60 60 60 60 100 100 60 60 60 100 60 60 60 100
Ukuran Butir (mm) 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250 0,150 – 0,250 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,250 – 0,425 0,150 – 0,250
Berat (gr) 57,85 45,78 47,15 50,08 54,16 59,60 45,56 52,15 49,45 43,36 47,15 49,37 46,17 51,05 47,06
KESIMPULAN Analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di daerah Pantai Parangtritis, dapat didekati baik dari aspek morfologi maupun teksturnya. Analisis morfologi dari 2 tipe gumuk pasir yaitu transversal dune dan barchans dune dilakukan dengan cara menentukan arah angin dari persebaran jurus pada tubuh gumuk pasir, dan dari sini menghasilkan arah angin yang bertiup ke arah N 50 E sampai N 150 E, atau arah angin relatif bertiup dari arah selatan ke arah utara. Analisis tekstur dilakukan untuk mengetahui kecepatan dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir. Analisis ini didasarkan pada diameter yang dominan dari conto pasir yang diambil pada bagian lembah, punggung, hingga puncak gumuk pasir. Dari analisis tekstur tersebut dapat diketahui kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di daerah penelitian adalah berkisar antara 4,5 – 8,4 m / detik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007, Peta Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,Bakosurtanal. Bandung (http://elantowow.wordpress.com) Katili, J.A, & Marks, P ., 1963, Geologi, Kilatmadju, Bandung. Miftahussalam, 2003,. Petunjuk Praktikum Sedimentologi, Laboratorium Teknik Geologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST.AKPRIND. Yogyakarta. (Tidak diterbitkan.) Prasetyadi, C, 1991,. Analisis Arah dan Kekuatan Angin Pembentuk Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis,DIY,. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN ‘Veteran’ , Yogyakarta. (Tidak diterbitkan.) Rahardjo, D., 1978, Migrasi Butir–Butir Pasir di Parangtritis ditinjau dari Ukuran butirnya, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. (Tidak diterbitkan.) Rovicky , 2008,. Gumuk Pasir (Sand Dune), Morfologi hasil ukiran angin. Posted on 9 Juni 2008 . http://www.wikipedia.com. diakses tanggal 8 Mei 2012, pukul 23:50
B-201