ANALISA PERFORMA ALGORITMA HILL CIPHER TERHADAP VARIAN ENCODING CITRA DIGITAL
Muharram Candra Purnawan
FASILKOM Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula 1 No. 5-11 Semarang, Jawa Tengah Email :
[email protected]
ABSTRAK Keamanan data mempunyai peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia untuk sekarang ini. Data tersebut berisi macam – macam informasi yang sebagian dirasa sangat penting sehingga membutuhkan pengamanan data. Berbagai cara pengamanan data sudah banyak dilakukan. Salah satu yang popular saat ini adalah dengan menerapkan ilmu kriptografi sebagai pengaman data. Kriptografi mempunyai banyak teknik – teknik pengamanan data. Sistem kerja pada kriptografi adalah dengan mengubah data menjadi sandi – sandi yang sulit dimengerti. Untuk mengembalikannya dibutuhkan sebuah kunci yang dapat mengembalikan data kebentuk semula sehingga dapat dipahami kembali. Proses penyandian data disebut dengan enkripsi sedangkan untuk mengembalikannya ke bentuk asal disebut dekripsi. Dalam penerapan kriptografi untuk keamanan data dapat diterapkan pada berbagai object, seperti bentuk text , gambar , suara dan yang sedang popular pada citra digital. Bagi pihak – pihak tertentu yang melibatkan citra digital sebagian data / informasi yang dirasa penting tentu membutuhkan keamanan data agar tidak bisa disalah gunakan oleh pihak lain. Salah satu contoh teknik kriptografi untuk keamanan data berupa citra digital adalah Hill Cipher. Proses enkripsi dan dekripsi dari teknik ini menggunakan ilmu matematika yaitu matriks. Untuk mengetahui kemampuan dari Hill Chiper dibutuhkan tiga tipe citra yaitu JPG , BMP , dan PNG dimana akan dibandingkan kecepatan proses enkripsi dan dekripsi dari tiga tipe citra tesebut. Proses enkripsinya sendiri dilakukan dengan menyusun nilai pada tiap 2 pixel citra grayscale menjadi bentuk matriks dengan ordo 2x1. Kemudian dikalaikan dengan matrik kunci yg berordo 2x2. Proses ini akan merubah nilai pixel yang membuat warna dari citra asli akan berubah dan citra dirasa sudah aman karena sudah tidak pada bentuk asli lagi. Untuk menggembalikan kedalam bentuk asli dapat dilakukan proses dekripsi yang cara kerjanya sama seperti proses enkripsi. Hanya saja matriks kunci diinverskan terlebih dahulu. Kata kunci : kriptografi, Hill Cipher
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keamanan dan kerahasiaan data merupakan salah satu aspek yang sangat
penting
informasi
dalam
sistem
untuk saat ini. Dengan
pesatnya
perkembangan
pengetahuan
dan
ilmu
teknologi
memungkinkan adanya teknik-teknik baru, yang disalah gunakan oleh pihak-pihak
tertentu
yang
mengancam keamanan dari sistem informasi tersebut. Kerugian bagi pemilik
informasi
merupakan
dampak apabila informasi tersebut jatuh pada pihak yang salah [1]. Oleh sebab itu muncul suatu gagasan berdasarkan yaitu
permasalahan
membuat
suatu
diatas, sistem
keamanan yang dapat melindungi data / informasi yang dirasa penting bagi salah satu pihak dengan cara memberi penyandian untuk bisa mengakses data / informasi tersebut, serta membuat kunci rahasia untuk dapat membuka data tersebut yang tidak diketahui dan sulit untuk di deteksi
oleh
pihak
yang
tidak
berwenang
[1].
Kriptografi
(cryptography) berasal dari bahasa yunani yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti menyembunyikan dan graphia artinya tulisan. Jadi secara utuh kriptografi artinya ilmu yang mempelajari matematika
teknik-teknik yang
berhubungan
dengan keamanan informasi, seperti kerahasian data,
keabsahan data
integritas data dan autentikasi data. Selain itu kriptografi bisa juga dikatakan sebagai ilmu atau seni dalam menyembunyikan pesan [1]. Kriptografi merupakan ilmu yang sudah
dikenal
semenjak
dan
jaman
diterapkan
Julius
Caesar
(sebelum masehi). Ilmu ini tidak hanya
mencakup
teknik-teknik
menyandikan informasi, tetapi juga teknik untuk membongkar sandi [1]. Dalam konsep persandian dikenal istilah
plaintext
dan
ciphertext.
Plaintext merupakan pesan asli yang akan
disembunyikan
sedangkan
ciphertext merupakan pesan yang akan disembunyikan. Enkripsi adalah
proses konversi dari plaintext ke
dipecahkan dengan cukup mudah
ciphertext sedangkan proses konversi
apabila kriptanalis memiliki berkas
dari
cipherteks
ciphertext
dekripsi
disebut
[1].
sebagai Semakin
dan
potongan
berkas
plainteks. Teknik kriptanalisis ini
berkembangnya ilmu pengetahuan
disebut known-plaintext attack [1].
dan teknologi, semakin banyak pula
Namun apabila dibandingkan dengan
teknik
telah
vigenere cipher dan RSA, Hill cipher
dikembangkan untuk lebih aman
memiliki beberapa keunggulan. Hill
dalam menjaga keamanan data /
cipher tidak bisa dipecahkan dengan
informasi, contohnya seperti LOKI,
metode analisis frekuensi sedangkan
GOST, Blowfish, Vigenere, MD2,
vigenere
MD4, RSA dan lain sebagainya.
kelemahan jika panjang kunci lebih
Masing-masing teknik kriptografi
pendek dari panjang plainteksnya
tersebut memiliki kelemahan dan
sehingga terdapat perulangan kunci
kelebihan. Selain teknik kriptografi
yang digunakan untuk mengenkripsi
yang telah disebutkan di atas masih
plaintext
tersebut.
Kunci
ada teknik kriptografi lainnya [1].
berulang
tersebut
menimbulkan
Salah satu teknik kriptografi yang
celah berupa jumlah pergeseran yang
masuk dalam golongan teknik klasik
sama untuk setiap plaintext yang
adalah Hill Cipher. Teknik ini sangat
disubstitusi oleh huruf pada kunci
sulit dipecahkan oleh kriptanalis
yang sama dan vigenere cipher dapat
apabila dilakukan hanya dengan
dengan mudah dipecahkan dengan
mengetahui berkas ciphertext saja,
metode
karena Hill Cipher tidak mengganti
Sedangkan
setiap
pada
dengan RSA yang terkenal sangat
plaintext dengan abjad lainnya yang
aman, Hill Cipher lebih diunggulkan
sama
dalam
kriptografi
abjad
pada
yang
yang
sama
ciphertext
karena
cipher
yang
analisis apabila
proses
memiliki
frekuensi
yang
[2].
dibandingkan
enkripsi
dan
menggunakan perkalian matriks pada
dekripsinya yang relatif lebih cepat
dasar enkripsi dan dekripsi [1]. Akan
dibandingkan dengan RSA yang
tetapi bukan berarti teknik ini tidak
lebih lama karena menggunakan dua
ada kelemahannya, Hill Cipher dapat
kunci yaitu kunci publik dan kunci
pada nilai RGB (Red Green Blue)
rahasia [3].
citra maka Hill Cipher juga dapat
Penyandian data dirasa tidak hanya
dipakai untuk menyandikan citra.
dilakukan untuk mengamankan data /
Hill Cipher menggunakan operasi
informasi
pada
matriks persegi sebagai kunci dalam
sebuah hak cipta juga terutama
proses penyandiannya, karena hanya
dalam bentuk citra atau gambar.
melibatkan operasi matriks biasa
Citra Digital sebagai salah satu
sehingga prosesnya akan relative
bentuk data digital saat ini banyak
lebih cepat [4].
saja
melainkan
dipakai untuk menyimpan photo,
1.2 Rumusan Masalah
gambar, ataupun hasil karya dalam
Berdasarkan permasalahan diatas,
format digital. Bila data - data
kriptografi
tersebut
tidak
pengamanan data berupa gambar
dikuatirkan
data
diamankan,
digunakan
untuk
tersebut
akan
atau citra. Algoritma hill cipher
yang
dapat
dipilih sekaligus untuk mengukur
merugikan suatu pihak apabila jatuh
kemampuan algoritma ini dalam
pada pihak yang tidak bertanggung
mengenkripsi dan dekripsi citra yang
jawab.
dianalisa
disalah
gunakan
Salah
mengatasi
satu
hal
cara
tersebut
untuk adalah
menyandikan citra tersebut sehingga bentuk citra menjadi teracak, jadi
pada
kecepatan
waktu
proses enkripsi dan dekripsi. 1.3 Batasan Masalah Untuk
menghindari
semakin
apabila jatuh ke tangan yang tidak
meluasnya masalah maka penulis
diinginkan, citra tersebut juga tidak
memberikan batasan sebagai berikut:
dapat digunakan karena bentuk citra
1. Untuk
menguji
kemampuan
yang sudah teracak [4]. Salah satu
teknik Hill cipher proses enkripsi
metode penyandian untuk tujuan di
dan dekripsi dilakukan pada citra
atas adalah menggunakan teknik
bertipe JPG, BMP dan PNG.
penyandian Hill Cipher. Hill Cipher
2. Resolusi citra 256 x 256 pixel
sebenarnya biasa digunakan untuk penyandian
teks,
tetapi
dengan
melakukan perubahan perhitungan
dan 512 x 512 pixel 3. Matriks kunci yang digunakan berordo 2x2.
4. Matriks
kunci
dengan
nilai
determinan tidak boleh 0
citra grayscale
di
enkripsi
matlab 7.12.0 (R2011a) penelitian
ini
pada
tipe
dan
menggunakan
6. Tools yang digunakan adalah
diarahkan
diketahui
citra
manakah yang lebih cepat untuk
5. Citra dirubah ke dalam bentuk
7. Dalam
2. Dapat
sehingga
analisa
kemampuan dari algoritma untuk
hill
cipher
mempercepat
penyandian lebih
dekripsi
untuk
proses
melindungi
hasil suatu karya dalam bentuk citra digital. 3. Dapat
mengukur
kemampuan
keamanan data berupa varian
dari algoritma hill cipher pada
encoding citra digital
objek berupa citra digital
1.4 Tujuan
2. Landasan Teori
Berdasarkan rumusan masalah diatas
2.1 Keamanan Data
maka dapat ditentukan tujuan dari
Kemajuan
penelitian ini adalah untuk mengukur
teknologi
dan
memungkinkan
menganalisa
kemampuan
di
bidang
informasi
telah
institusi-institusi
algoritma
Hill
cipher
untuk
melakukan
interaksi
keamanan
data
berupa
varian
konsumen
melalui
encoding citra dengan format citra
komputer.
JPG, BMP dan PNG dan dengan
tersebut
resolusi citra 256 x 256 pixel dan
menimbulkan
512 x 512 pixel.
informasi yang sensitif dan berharga
1.5 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah
dengan jaringan
Kegiatan-kegiatan tentu
saja resiko
akan apabila
tersebut diakses oleh orang-orang yang tidak berhak. Untuk keamanan
sebagai berikut :
data yang cukup penting tidak ada
1. Dapat melindungi suatu hasil
jalan
lain
selain
menggunakan
karya dalam bentuk citra digital
program khusus keamanan / enkripsi
dan mengetahui dengan teknik
data. Saat ini telah banyak beredar
kriptografi manakah yang paling
program khusus proteksi data baik
efisien.
freeware,
shareware,
maupun
komersial yang sangat baik[1].
Keamanan mempunyai peran
didalam sistem komputer dan
yang vital dalam komunikasi data
komunikasi
elektronis. Banyak pihak yang belum
sehingga
menyadari bahwa akan pentingnya
informasi
keamanan
mengalami kesulitan dalam
(security)
merupakan
sebuah komponen penting yang tidak murah. Teknologi kriptografi sangat berperan
penting
dalam
proses
secara saat
fisik,
data
dan
dibutuhkan
mengaksesnya. 2. Interception Mengancam
kerahasiaan
komunikasi, yang digunakan untuk
sebuah
melakukan
proses
penyadapan informasi oleh
(pengacakan)
data
melakukan
enkripsi dan
dekripsi
juga
(menyusun
pihak-
data,
pihak
merupakan
yang
tidak
berhak atas sebuah informasi.
kembali) data yang telah teracak.
3. Modification
Secara umum data dibagi menjadi
Mengancam
dua, yaitu: data yang bersifat rahasia
sebuah data, selain berhasil
dan tidak bersifat rahasia. Dalam hal
melakukan penyadapan juga
ini, pesan yang diperhatikan dan
dilakukan peruubahan atas
perlu diamankan adalah pesan yang
data sehingga informasi yang
bersifat rahasia. Beberapa ancaman
dihasilkan menjadi bias.
dan serangan yang terjadi saat data tidak
lagi
dipertukarkan
dengan
validitas
isi
4. Fabrication Mengancam
integritas
menggunakan media penyimpanan
sumber
yang bersifat mobile, dan saat data
pihak
melalui jalur telekomunikasi. Di sini
berhasil melakukan peniruan
banyak yang akan terjadi dalam
sehingga dianggap sebagai
keamanan
data
sehingga
pihak
menimbulkan
beberapa
ancaman
dikehendaki.
yaitu[1] :
yang
yang
tidak
data, berhak
benar-benar
2.2 Kriptografi Kriptografi
1. Interuption Mengancam
pengiriman
ketersediaan
data dan informasi yang ada
(cryptography)
berasal dari bahasa yunani , yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti
menyembunyikan artinya
tulisan.
dan Jadi
graphia
3. Autentikasi, yaitu aspek yang
kriptografi
berhubungan
dengan
merupakan ilmu yang mempelajari
identifikasi atau pengenalan
teknik-teknik pada matematika yang
baik secara kesatuan system
berhubungan
maupun
dengan
keamanan
informasi
informasi, seperti kerahasian data,
sendiri.Pihak
keabsahan data integritas data dan
berkomunikasi harus saling
autentikasi
memperkenalkan diri.
data.
kriptografi sebagai
Selain
juga
seni
dapat
atau
itu
diartikan
ilmu
yang
itu saling
4. Non repudiation (menolak
dalam
penyangkalan),
merupakan
menyembunyikan pesan. Kriptografi
usaha
merupakan salah satu bagian dari
terjadinya
cabang
ilmu
terhadap pengiriman suatu
disebut
Cryptology.
matematika
yang
Kriptografi
untuk
informasi
mempunyai tujuan untuk menjaga
mencegah penyangkalan
oleh
yang
mengirimkan.
kerahasiaan informasi / data agar informasi
tersebut
tidak
dapat
diketahui oleh pihak yang tidak sah. kriptografi mempunyai tujuan dasar anatara lain sebagai berikut[2] 1. Kerahasaian,
yaitu
2.3 Citra Digital Citra (image) adalah representasi optis dari sebuah obyek yang disinari oleh sebuah sumber radiasi[8]. Pada dasarnya citra yang dilihat terdiri
aspek
atas
berkas-berkas
yang
yang berhubungan dengan
dipantulkan
penjagaan isi informasi dari
disekitarnya, jadi secara alamiah
siapapun
fungsi intensitas cahaya merupakan
kecuali
yang
mempunyai kewenangan atau
fungsi
kunci
menerangi
rahasia
untuk
membuka informasi. 2. Integritas data, adalah aspek
sumber
dari
perubahan
data secara tidak sah.
obyek,
benda-benda
cahaya serta
yang jumlah
cahaya yang dipantulkan oleh obyek, dinotasikan[12]
yang berhubungan dengan penjagaan
oleh
cahaya
f (x,y)= (1)
0 < i(x,y) < ∞
dimana :
dalam film. Pengolahan citra digital
merupakan iluminasi sumber cahaya 0 < r(x,y) < 1
memfokuskan citra
pada
transformasi format
suatu
digital
merupakan koefisien pantul obyek
pengolahannya
Salah satu bentuk citra adalah citra
digital. Input dan output dari sistem
yang mengandung abstrak dari citra
pengolahan citra digital adalah citra
matematis
digital [10].
yang
berisi
fungsi
kontinyu dan fungsi diskrit ataucitra digital[9].
Citra
yang
oleh
dan
komputer
2.4 Hill Cipher
memiliki
Algoritma kriptografi atau cipher,
fungsi diskrit inilah yang dapat
dan juga sering disebut dengan
diolah oleh komputer Setiap citra
istilah sandi adalah suatu fungsi
digital
beberapa
matematis yang digunakan untuk
karakterstik, antara lain ukuran citra,
melakukan enkripsi dan dekripsi Ada
resolusi dan format nilainya. Untuk
dua macam algoritma kriptografi,
itu citra digital harus mempunyai
yaitu algoritma simetris (symmetric
format tertentu yang sesuai sehingga
algorithms) dan algoritma asimetris
dapat
(asymmetric algorithms). Hill cipher
memiliki
merepresentasikan
obyek
pencitraan dalam bentuk kombinasi
yang
data biner. Format citra digital yang
cipher dapat dikategorikan sebagai
banyak digunakan adalah citra biner,
block cipher, karena teks yang akan
skala keabuan (grayscale), warna dan
diproses akan dibagi menjadi blok-
warna berindeks. Contohnya adalah
blok dengan ukuran tertentu. Setiap
Film radiografi yang merupakan citra
karakter dalam satu blok akan saling
fisik yang menunjukkan distribusi
mempengaruhi
materi atau
dalam
energi dari
radiasi
merupakan
polyalphabetic
karakter
proses
lainnya
enkripsi
dan
pengion dimana radiasi pengion
dekripsinya, sehingga karakter yang
menghitamkan film sehingga tingkat
sama
kehitaman merupakan wujud dari
karakter yang sama pula.[14]
tidak
densitas benda uji, sedangkan bentuk
Teknik
dari struktur benda uji ditunjukkan
menggunakan
dengan bentuk citra yang nampak
persegi
dipetakan
menjadi
kriptografi sebuah
sebagai
kunci
ini
matriks yang
digunakan untuk melakukan enkripsi
18 citra, yang terdiri dari 6 citra
dan dekripsi. Hill Cipher diciptakan
dengan format .jpg, 6 citra dengan
oleh Lester S. Hill pada tahun 1929.
format .png dan 6 citra dengan
Hill Cipher tidak mengganti setiap
format .bmp. Dari masing - masing
abjad yang sama pada plaintext
format dibagi menjadi 2 resolusi
dengan abjad lainnya yang sama
yaitu 256x256 dan 512x512 pixel.
pada ciphertext karena menggunakan perkalian matriks pada dasar enkripsi dan
dekripsinya.
termasuk
Hill
kepada
3.2 Proses enkripsi dan dekripsi 3.2.1 Proses Enkripsi
Cipher algoritma
K=
kriptografi klasik yang sangat sulit dipecahkan oleh kriptanalis apabila dilakukan hanya dengan mengetahui berkas
ciphertext
saja.
P=
maka,
C=
*
teknik ini dapat dipecahkan dengan cukup mudah apabila kriptanalis memiliki
berkas
ciphertext
ini
disebut
*) K = kunci enkripsi dalam bentuk matriks ordo 2x2.
dan
potongan berkas plaintext. Teknik kriptanalisis
mod 256
Namun,
*) P = Plaintext , diambil dari nilai RGB pada tiap dua pixel.
known-
*) C = Ciphertext
plaintext attack [14]. 3. Pembahasan 3.1 Data yang digunakan Dalam pengujian performa maksimal dari algoritma hill cipher terhadap varian encoding citra , digunakan data set berupa citra digital dengan format JPG , PNG dan BMP yang
Proses untuk tahapan dekripsinya dilakukan sama persis seperti proses enkripsi, tetapi sebelumnya dicari terlebuh dahulu nialaiu determinan dan invers pada matriks kunci.
det
((a.d) –
masing – masing format berjumlah 6
(b.c))
citra digital. Untuk resolusi citra
determinan
yaitu 256x256 dan 512x512 pixel. Jadi dalam pengujian ini digunakan dataset berupa citra digital sebanyak
** Untuk mencari nilai
K-1 =
( )
mod 256
− −
**Untuk mencari invers matriks
Tabel 3.1 Citra asli dan citra terenkripsi Citra asli
Citra terenkripsi
Gambar 3.1 Nilai pada pixel pertama dan kedua pada citra asli Gambar diatas merupakan nilai yang Pada tabel diatas diketahui citra asli B203.bmp dalam bentuk grayscale dikolom sebelah kiri dan dikolom sebelah kanan tedapat citra yang
diambil pada pixel pertama dan kedua pada citra asli B203.bmp yang dirubah kedalam bentuk grayscale. Enkripsi
sudah di enkripsi. Dimana pada citra terenkripsi terjadi perubahan pola.
K= P= *) plaintext di ambil dari nilai pixel pada gambar diatas
C=
C=
*
mod 256
det
= ((2x12) –
(3x5)) =9 = 9 (mod 256)
Gambar 3.2 Perubahan nilai pixel
Selanjutnya mencari nilai modular invernya
setelah dilakukan enkripsi K-1 =
( )
= 9-1 mod 256
= 57
=
=
mod 256
− −
− −
− − −
mod 256
−
Kunci baru
untuk melakukan proses dekripsi Gambar 3.3 Nilai pada pixel pertama dan kedua pada citra terenkripsi Gambar diatas merupakan nilai yang
*) Perkalian kunci matriks yang baru dengan nilai pixel pada citra terenkripsi
diambil pada pixel pertama dan kedua
pada
citra
terenkripsi
=
*
B203.bmp. Terjadi perubahan nilai pada tiap pixel citra asli ketika sudah dilakukan proses enkripsi. 3.2.2 Proses Dekripsi K= Mencari nilai determinan kunci dengan modulo 256.
*) Nilai pixel kembali ke nilai semula dan citra kembali ke bentuk asli =
4
5
6
P50
1.72958
1.86249
1
8
7
P50
1.70971
1.85813
2
2
4
P50
1.71729
1.85773
3
7
2
Rata –
1.07952
1.20551
rata
98
75
Gambar 3.4 Citra kembali kebentuk asli setelah proses dekripsi 3.3 Perhitungan waktu enkripsi dan dekripsi Tabel 3.2 Waktu enkripsi dan dekripsi pada citra berekstensi .png Tabel 3.3 Waktu enkripsi dan dekripsi pada N
Nam
o
a
Citra
Waktu
Waktu
Enkripsi
Dekripsi
File 1
P20
0.42668
0.54652
1
6
8
citra berekstensi .bmp N
Nam
o
a
P20
0.42979
0.55628
2
3
9 2
3
P20
0.44610
0.55192
3
3
5
Waktu
Waktu
Enkripsi
Dekripsi
B20
0.43321
0.52865
1
2
1
B20
0.42782
0.53751
2
6
3
B20
0.44398
0.53772
3
2
9
File 1
2
Citra
3
4
5
6
B50
1.73287
1.84892
1
2
5
B50
1.70495
1.86299
2
0
6
B50
1.74385
1.85732
3
1
8
Rata –
1.08111
1.19552
rata
55
37
4
5
6
J501
o
a
Citra
2
J201
J202
3
1.73107
1.84335
8
6
1.72733
1.84882
7
9
Rata –
1.07697
1.19491
rata
68
72
Tabel 3.5 Waktu rata – rata proses enkripsi dan dekripsi
Waktu
Waktu
Ekstensi
Waktu rata –
Waktu rata –
Enkripsi
Dekripsi
Citra
rata enkripsi
rata dekripsi
BMP
1.0811155
1.1955237
JPG
1.0769768
1.1949172
PNG
1.0795298
1.2055175
File 1
6
J503
citra berekstensi .jpg Nam
1.85871
J502
Tabel 3.4 Waktu enkripsi dan dekripsi pada
N
1.72304
0.43323
0.52653
9
4
0.43526
0.54392
1
6
Berdasarkan tabel diatas , dapat diketahui perolehan nilai rata – rata dari
3
J203
0.42990
0.54814
waktu enkripsi dan dekripsi pada citra
0
5
berekstensi .bmp,.jpg,.png. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selisih rata – rata waktu enkripsi dan dekripsi dari masing – masing
ekstensi sangat sedikit. Hal ini dikarenakan
4.2 Saran
hanya
1) Penilitian ini sangat jauh dari
membaca nilai pixel pada citra. Akan tetapi
kata sempurna, penggunaan
dari table diatas dapat dilihat bahwa citra
algoritma hill cipher pada
dengan ekstensi JPG lebih cepat nilai rata –
pengolahan citra dirasa cukup
ratanya dibandingkan dengan citra dengan
efisien
ekstensi BMP dan PNG.
menggunakan aplikasi matlab
program
pada
aplikasi
matlab
terlebih
apabila
yang sangat mendukung pada 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan
pengoperasian matriks yang
1) Berdasarkan table hasil rata – rata waktu enkripsi dan dekripsi, dapat dilihat bahwa selisih waktu dari masing – masing ekstensi sangatlah sedikit. 2) Nilai rata – rata dari citra berekstensi JPG lebih cepat dibandingkan BMP dan PNG , walaupun hanya selisih sangat sedikit. 3) Ukuran atau resolusi citra sangat menentukan dalam lamanya waktu proses Semakin
enkeripsi besar
dan
dekripsi.
resolusinya
akan
semakin lama juga proses enkripsi dan dekripsinya. 4) Pemilihan kunci juga tidak bisa dipilih secara sembarangan,
nilai
determinan tidak boleh nol dan harus koprima agar pada pencarian modular invers lebih mudah dan efisien.
menjadi
inti
utama
pada
algoritma hill cipher. Akan tetapi hasil enkripsi algoritma hill cipher pada citra kurang maksimal karena pola citra tidak berubah keseluruhan. 2) Disini
penulis
menganalisa
hanya tentang
kemampuan atau performa dari algoritma hill cipher. Jadi
alangkah
apabila
lebih
baik
penggunaan
algoritma
hill
digabung
atau
cipher
ini
ditambah
dengan algoritma kriptografi yang lain agar hasilnya lebih maksimal. Daftar Pustaka [1] Hasugian, A. H. (2013). Implementasi Algoritma Hill Cipher Dalam Penyandian Data. STIMIK Budi Dharma.
[2] Rojali. (2011). Studi dan Implementasi Hill Cipher menggunakan binomial newton berbasis komputer. Binus University. [3] Nikken Prima Puspita. (2013). Kriptografi Hill Cipher Dengan Menggunakan Operasi Matriks. Universitas Diponegoro. [4] Wicaksono, P. A. (2010). Studi Pemakaian Algoritma Rsa Dalam Proses Enkripsi Dan Aplikasinya. Institut Teknologi Bandung. [5] Wicaksono, K. N. (2012). Modifikasi Vigenere Cipher Dengan Menggunakan Teknik Substitusi Berulang Pada Kuncinya. Institut Teknologi Bandung. [6] Hamdani, A. S. (2011). Penggunaan Metode Hill Cipher Untuk Kriptografi Pada Citra Digital. Universitas Mulawarman. [7] Widyanarko, A. (2008). Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya. Institut Teknologi Bandung. [8] Muhtadan, D. H. (2010). Pengembangan Aplikasi Untuk Perbaikan Citra Digital Film Radiografi. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. [9] Tri Hariyono Reiza Hafidz, I. U. (2009). Enkripsi Gambar Menggunakan Algoritma Secure Image Protection. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. [10] T.Sutoyo, S.Si., Edy Mulyanto, S.Si., M.Kom., Dr. Vincent Suhartono, Oky Dwi Nurhayati, M.T., Wijanarto, M.Kom.
(2009). Teori Pengolahan Citra Digital. Indonesia : ANDI. [11]Semuil Tjiharjadi, Sanwill. (2006). Watermarking Citra Digital Menggunakan Teknik Amplitude Modulation. Universitas Kristen Maranatha. [12]Rima Lestari. (2011). Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak Kompresi Citra Menggunakan Algoritma Fast Fourier Transform (FFT) .Fasilkom-TI USU. [13] Hendri. (2014). Kompresi Citra dari Format BMP ke Format PNG. STIMIK TIME. [14] Jamal. (2013). Pengolahan Citra Digital ( Digital Image Processing ). Universitas Jabal Ghafur. [15] Basuki, A. Pengolahan Citra. Sepuluh Nopember
(2007). Institut
Pengantar Teknologi
[16] Achmad, I. (2011). Aplikasi Invers Matriks Tergeneralisasi Pada Cipher Hill. Universitas Gadjah Mada. [17] Hernawati, K. (2006). Implementasi Cipher Hill pada kode ASCII dengan Memanfaatkan Digit Desimal Bilangan Euler. Univesitas Negeri Yogyakarta.