ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS ASPAL BETON DENGAN PENAMBAHAN ZAT ADIKTIF (WETFIX) Yetty Saragi (1), Ros Anita Sidabutar (1), Yan Parto Simbolon (2) (1) Dosen Prodi T.Sipil FT UHN (2) Mahasiswa T.Sipil FT UHN ABSTRAK Tingginya curah hujan di suatu wilayah, banyak menyebabkan lapisan permukaan perkerasan jalan raya terendam oleh air. Peristiwa ini dapat menyebabkan pengelupasan butir (Stipping) pada permukaan jalan raya, yang bila dibiarkan lebih lama akan menimbulkan lubang pada permukaan jalan raya yang dapat mengganggu kelancaran pemakai jalan raya. Indonesia merupakan wilayah yang memiliki curah hujan cukup tinggi sehingga peristiwa diatas kemungkinan besar dapat terjadi. Selain disebabkan oleh perendaman oleh air, pengelupasan butir/ Stripping pada permukaan jalan raya juga disebabkan oleh kurangnya ikatan (Bonding) antara campuran aspal beton. Untuk itu dalam hal ini penulis mencoba meneliti penggunaan Zat Adiktif Wetfix-BE (Anti Stripping) sebagai campuran aspal beton Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan penggunaan Zat Adiktitif Wetfix-Be. Penelitian ini dilaksanakan dengan Metode dan ketentuan-ketentuan dari Bina Marga. Pembuatan benda uji dibuat dengan 5 kadar aspal yaitu 5%;5,5%;6%;6,5%;7%. Benda uji terdiri dari dua ( 2 ) jenis campuran aspal beton yaitu campuran aspal beton biasa dan campuran aspal beton dengan penambahan Wetfix. Kedua jenis benda uji ini direndam selama 24 jam di dalam Water Bath dengan suhu 60°C. Dari hasil analisis ini akan diperoleh nilai stabilitas, flow, VMA, VFB, Bulk density, dan nilai Marshall Equetient yang memenuhi syarat Bina Marga. Campuran aspal dengan penambahan Wetfix memiliki nilai stabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Wetfix. Wefix meningkatkan ikatan / bonding antar campuran yang memperkecil rongga campuran sehingga air sulit menembus aspal beton. Penggunaaan Zat Adiktif Wetfix ini dapat meminimalisir kerusakan aspal beton (Stripping) oleh air. I PENDAHULUAN Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dengan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai bahan pengikat atau sebagai lem antar partikel agregat dan umumnya berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi agregat dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Hotmix merupakan campuran aspal dengan agregat pada suhu 135° C - 150° C, dengan jumlah agregat mencapai ± 93% dari total volume campuran dan bitumen sebagai bahan pengikat yang digunakan untuk memperoleh aspal beton campuran panas yang baik. Berdasarkan ukuran butir agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran kecil, yang dibedakan atas Agregat kasar (CA), Agregat sedang (MA), Agregat halus (FA), Mineral pengisi (Filler).
Aspal berfungsi sebagai perekat batuan baik agregat maupun filler menjadikan hal yang sangat penting untuk dipertahankan kemampuannya terhadap kelekatan, titik lembek dan kelenturannya. Sifat-sifat dasar ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipertahankan untuk mendapatkan perkerasan yang baik. Untuk mempertahankan atau meningkatkan sifat-sifat aspal tersebut maka diperlukan penambahan bahan tambah/ aditif pada aspal. Beberapa perusahaan telah mengembangkan produk aspal dengan bahan adiktif yang mampu memberikan performa positif pada aspal atau memiliki sifat kelekatan dan juga yang dapat tahan terhadap cuaca extrim pada suatu daerah tertentu misalnya, pada daerah bercurah hujan cukup tinggi ataupun sebaliknya. Dan diantara zat adiktif tersebut itu adalah Wetfix, Wetfix ini merupakan zat adiktif yang dapat meningkatkan daya lekat tinggi dan dapat meminimalkan kerusakan aspal beton oleh air. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Campuran Lapis permukaan merupakan komponen yang memiliki fungsi yang sangat penting pada suatu konstruksi jalan raya. Fungsi dari lapis permukaan adalah ; 1. Memikul/ membagi beban lalu lintas. 2. Mencegah masuknya air dan udara ke dalam konstruksi perkerasan. 3. Memberi lapisan skid resistence (tahanan gelincir) Dengan adanya ketiga fungsi tersebut maka suatu konstruksi jalan raya akan dapat melewatkan lalu lintas dengan aman dan nyaman serta kekuatan konstruksi dapat dipertahankan. Untuk mendapatkan fungsi tersebut maka campuran yang digunakan sebagai lapisan permukaan harus memiliki sifat-sifat karakteristik sebagai berikut : 1. Stabilitas (kekuatan) 2. Durabilitas (keawetan) 3. Fleksibilitas (kelenturan) 4. Skid resistence (ketahanan gelincir) 2.2. Agregat Agregat merupakan bahan dengan bagian terbesar dalam campuran perkerasan. Fungsi agregat dalam campuran adalah sebagai bahan utama yang menahan beban lalu lintas. Agregat didefenisikan sebagai bahan yang keras dan kaku terdiri dari berbagai jenis butiran dan pecahan diantaranya adalah pasir, kerikil, batu pecah dan terak dapur tinggi. Keadaan butiran agregat akan sangat menentukan dalam perencanaan pembuatan perkerasan aspal beton. Agregat yang mempunyai gradasi seragam tidak digunakan untuk bahan perkerasan, karena pada gradasi seragam akan menimbulkan ruang kosong atau pori yang relatif besar serta sudut kotak antar butir yang satu dengan yang lain lebih kecil. Berdasarkan hasil analisa saringan tersebut diperoleh kombinasi agregat yang digunakan dalam pembuatan sampel benda uji.Salah satu faktor yang menentukan pada campuran aspal untuk perkerasan jalan adalah gradasi, karena dapat mempengaruhi stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan skid resistence dari campuran.
1.
Ada tiga macam tipe gradasi agregat yaitu : (Silvia Sukirman, hal 45) Gradasi Rapat (Dense Graded/Well Graded/Continous Graded). Umumnya digunakan untuk campuran AC (Asphalt Concrete) dan ATB (Asphalt Treated Base). Gradasi Celah/ Senjang (Gap Graded/ Skip Graded). Gradasi ini sering digunakan untuk HRS (Hot Rolled Sheet). Gradasi Terbuka/ Seragam (Open Graded/ Uniform Graded). Open graded dipakai untuk lapisan aus (Wearing coarse), lapisan penguat.
2. 3.
2.3. Aspal / Bitumen ( DPU, 2009 ) Menurut shell Bitumen Handbook aspal terbagi atas dua kelompok yaitu : aspal alam dan aspal buatan Aspal
Aspal alam
Aspal danau
Kadar Bitumen
Aspal Buatan
Aspal gunung
Kadar Mineral
Destilasi Batubara
Ter
Ukuran Mineral
Aspal Minyak
Parafin Basemised Crude Oil Asphaltine Base
Ac Cutback Emulsi
Gambar 2.1. Klasifikasi aspal (Sumber : Shell Bitumen, Handbook) Aspal minyak dapat dibedakan atas : (Silvia Sukirman, hal 62) 1. Aspal keras / panas (Asphlat Cement, AC) Yaitu aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temperatur ruangan). Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokan semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasinya pada suhu 25ºC atau berdasarkan nilai viskositasnya.
Tabel 2.1. Penetrasi aspal untuk berbagai kondisi iklim Perkerasan Iklim Panas kering Panas lembab LAPANGAN TERBANG 60-70 85-100 RUNWAY 60-70 60-70 TAXIWAY 60-70 60-70 APRON JALAN RAYA (lalu lintas) 60-70 60-70 BERAT 85-100 85-100 RINGAN
Sedang
Dingin
85-100 85-100 60-70
120-150 85-100 85-100
85-100 85-100
85-100 85-100
Sumber The Asphalt Institute
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan pada daerah bercuaca panas atau dengan lalu lintas dengan volume tinggi sedangkan aspal dengan panetrasi tinggi digunakan pada daerah bercuaca dingin atau lalulintas dengan volume rendah. 2. Aspal Dingin / cair (Cut Back Asphalt) Yaitu aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair dimana aspal cair merupakan campuran dari aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi dan berbentuk cair dalam suhu ruang. 3. Aspal Emulsi (Emulsion Asphalt) Yaitu aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dan merupakan campuran aspal dengan air serta bahan pengemulsi. Berdasarkan muatan listrik yang dikandung aspal emulsi dapat dibedakan atas : a. Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal bermuatan arus listrik positif. b. Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi bermuatan arus listrik negatif. c. Non-ionik, merupakan aspal yang tidak mengalami ionisasi yang berarti tidak mengantar listrik. Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah. Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat ini, sehingga aspal modifikasi sering disebut juga sebagai aspal polymer. 2.4. Metode Desain Campuran Metode Maarshall bertujuan mengukur kemampuan campuran menerima beban sampai mengalami keruntuhan, beban maksimum sampai terjadi keruntuhan dinyatakan sebagai stabilitas Marshall (kg atau pounds). Deformasi yang terjadi pada campuran sebelumnya pembebanan sampai pembebanan maksimum pada uji stabilitas, dinyatakan sebagai flow (mm atau inch). Benda uji yang telah didinginkan pada suhu ruang selama ± 24 jam, dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pengukuran/ perhitungan untuk mendapatkan besar-besaran benda uji seperti : bulk spesific gravity of compacted mixture (ASTM D118 / ASTM D 2726) maximum spesific gravity of mixture (ASTM D 2041) vold in mineral aggregate (VMA)
vold in mixture (VIM) Tabel 2.2.Kriteria Desain Aspal Beton untuk Jalan Raya (Asphalt Institute) Mix Criteria Number of Compaction Blows Minimum Marshall Stability (kN) Marshall Flow (mm) Void Content (%)
Void in Mixed Aggregate (%)
Traffic Category Light Medium Heavy 2 x 35 2 x 50 2 x 75 3.3 5.3 8.0 2.0 – 4.5 2.0 – 4.0 2.0 – 3.5 3.0 – 5.0 3.0 – 4.0 3.0 – 4.0 Max. size of aggregate Min. Void in Mixed Aggregate 25.00 13.0 19.00 14.0 12.50 15.0 9.50 16.0 4.75 18.0 2.36 21.0 1.18 23.5
Sumber : Asphalt Institute
Bentuk uji dengan kadar aspal yang berbeda-beda diuji stabilitasnya untuk mendapatkan nilai stabilitas dan flow. Untuk mendapatkan kadar aspal optimum, dibuat 7 grafik terhadap kadar aspal yaitu : stabilitas, flow, VIM, VMA, air void, Marshall quotient dan kepadatan. Nilai kadar aspal optimum diperoleh dari harga rata-rata kadar aspal pada nilai maksimum grafik stabilitas, kepadatan, VIM, VMA, Marshall quotient, dan flow. 2.5. Karakteristik dan Perilaku Campuran Campuran perkerasan yang diproduksi di laboratorium, diuji dan dianalisis untuk diketahui karakteristik campuran tersebut apakah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Karakteristik campuran perkerasan akan mempengaruhi perilaku campuran tersebut. Karakteristik campuran perkerasan antara lain : rongga dalam campuran (VIM), rongga antar partikel agregat (VMA), kepadatan dan kadar aspal. Rongga dalam Campuran (VIM) Campuran yang baik, mempunyai persentase rongga antar 3% - 5%, ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan campuran mendapatkan pemadatan tambahan akibat beban lalu lintas tanpa terjadi flushing. Persentase rongga yang terlalu besar, menyebabkan perkerasan mudah ditembus air dan udara sehingga mempercepat oksidasi dan pengerasan aspal yang berakibat menurunkan keawetan perkerasan. Sebaliknya campuran dengan persentase rongga yang terlalu rendah akan menyebabkan flushing dan bleeding saat menerima pemadatan tambahan. Kepadatan (Density) Menyatakan berat satuan suatu campuran yang diperoleh dengan mengalikan berat jenis bulk campuran tersebut dengan berat satuan air. Kepadatan campuran berpengaruh pada keutuhan susunan campuran. Kepadatan campuran di lapangan didasarkan pada kepadatan campuran yang dibuat di laboratorium.
Rongga antar Mineral Agregat (VMA) VMA adalah rongga udara antar partikel agregat yang telah didapatkan, termasuk rongga udara yang terisi aspal efektif. Besarnya nilai VMA dinyatakan sebagai persentase dari volume total. VMA menyatakan ruang yang tersedia untuk menampung aspal efektif dan rongga yang diperlukan dalam campuran. Semakin besar nilai VMA, memungkinkan penyelimutan aspal efektif menjadi lebih besar. Untuk campuran dengan ukuran maksimum agregat tertentu yang mempunyai nilai VMA besar dan nilai VIM sesuai persyaratan, campuran tersebut akan memiliki keawetan dan fleksibilitas yang cukup memadai. Kadar Aspal Secara teknis, kadar aspal dalam campuran perkerasan ada 2 macam, yaitu kadar aspal total dan kadar aspal efektif. Kadar aspal total adalah jumlah aspal yang harus diberikan agar menghasilkan campuran yang baik, sedangkan kadar aspal efektif merupakan sejumlah aspal yang tidak diserap agregat dan membentuk selimut pada permukaan agregat. Perencanaan campuran perkerasan dengan jumlah aspal sedikit untuk menekan biaya, akan menghasilkan campuran dengan keawetan rendah, karena dengan kondisi ini, selimut aspal pada permukaan agregat menjadi tipis sehingga mengurangi ikatan antar agregat yang berakibat agregat mudah terlepas. Campuran dengan jumlah aspal berlebih, selain tidak ekonomis juga tidak awet. Pada kondisi ini, agregat kehilangan interlocking karena seolah-olah terapung dalam aspal, selain itu, ada bagian yang kekurangan aspal dan bagian yang kelebihan aspal, karena aspal mudah mengalir. Perencanaan yang baik, memberikan aspal yang cukup dalam campuran untuk membentuk selimut yang mengikat butiran agregat. 2.6. Persyaratan Aspal Beton Bina Marga Aspal Beton yang digunakan di Indonesia, persyaratannya ditentukan oleh Bina Marga. Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu (DEPARTEMEN P.U. DIRJEN BINA MARGA, 1987). Agregat bergradasi menerus dimaksudkan sebagai campuran fraksi agregat kasar, agregat halus dan mineral filler. Untuk filler dapat menggunakan debu batu kapur, debu dolomit atau semen Portland. Filler harus bersih dari kotoran dan bahan lain dalam keadaan kering (kadar air maksimum (1%). Tabel 2.3 Gradasi Mineral Filler Ukuran Saringan No.3 (0,59 mm) No.50 (0,279 mm) No. 100 (0,149 mm) No. 200 (0,074 mm)
Persentase Berat yang Lolos 100 95 – 100 90 – 100 65 - 100
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan LASTON untuk Jalan Raya, Departemen P.U. 1987
Tabel 2.4 Gradasi Agregat Gabungan No Campuran Gradasi Tebal padat (mm)
I Kasar 19,1 – 38,1
II Kasar 25,4 – 50,8
III Rapat 19,1 – 38,1
IV Rapat 25,450,8
V Rapat 38,1 – 63,5
VI Rapat 50,8 – 76,2
VII Rapat 38,150,8
VIII Rapat 19,138,1
IX Rapat 38,163,5
X Rapat 38,163,4
XI Rapat 38,150,8
Ukuran saringan (mm) 31,1 mm 25,4 mm 19,1 mm 12,7 mm 9,52 mm 4,76 mm 2,38 mm 0,59 mm 0,279 mm 0,149 mm 0,074 mm
Persentase Berat yang Lolos Saringan 100 75-100 35-55 20-35 10-22 6-16 4-12 2-8
100 75-100 60-85 55-75 20-35 10-22 6-16 4-12 2-8
100 80-100 50-70 35-50 18-29 13-23 8-16 4-10
100 80-100 70-90 50-70 35-50 18-29 13-23 8-16 4-10
100 80-100 60-80 48-65 35-50 19-30 13-23 7-15 1-8
100 90-100 82-100 72-90 52-70 40-58 24-36 16-26 10-18 6-12
100 80-100 54-72 42-58 26-38 18-28 12-20 6-12
100 62-80 44-60 28-40 20-30 12-20 6-12
100 85-100 65-85 45-65 34-54 20-35 16-26 12-20 6-12
100 95-100 56-78 38-60 27-47 13-28 9-20 4-8
100 74-92 48-70 33-53 15-30 10-20 4-9
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan LASTON untuk Jalan Raya, Departemen P.U. 1987
Aspal yang digunakan adalah aspal yang keras dengan pen 60 atau pen 80. Untuk mendapatkan campuran yang baik aspal keras harus memenuhi persyaratan seperti dalam tabel 2.4. Tabel 2.5. Persyaratan Aspal Keras Jenis Pemeriksaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Cara Pemeriksaan
Penetrasi (250C, 5 detik) Titik lembek (ring & ball) Titik nyala (cleveland open cup) Kehilangan berat (1630C, 5 jam) Kelarutan (CCL4 atau SC2) Daktilitas (250C, 5 cm/menit) Penetrasi setelah kehilangan berat Berat jenis (250C)
PA.0301-76 PA.0302-76 PA.0303-76 PA.0304-76 PA.0305-76 PA.0306-76 PA.0307-76 PA.0308-76
Persyaratan Pen. 60 Pen. 80 Min Maks Min Maks 60 79 80 99 48 58 46 54 200 225 0,8 0,1 99 99 100 100 54 50 1 1 -
Satuan 0,1 mm 0 C 0 C % berat % berat Cm % semula Gram / cc
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan LASTON untuk Jalan Raya, Departemen P.U. 1987
2.7. Persyaratan Campuran Campuran perkerasan, apabila diuji dengan alat Marshall (PC-0201-767 MPBJ) harus memenuhi persyaratan seperti tertera dalam tabel 2.5 dan tabel 2.6. Tabel 2.6. Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton Sifat Campuran
Stabilitas (kg) Kelelehan (mm) Stabilitas / kelelehan (kg/mm) Rongga dalam campuran (%) Rongga dalam agregat )%) Indeks perendaman (%)
Lalu lintas Berat Lalu lintas Sedang Lalu Lintas Ringan (2 x 75 tumbukan) (2 x 50 tumbukan) (2 z 35 tumbukan) Min Maks Min Maks Min Maks 550 450 350 5,0 4,0 2,0 4,5 2,0 5,0 200 350 200 350 200 350 3 5 3 5 3 5 Lihat tabel persentase minimum rongga dalam agregat 75 75 75 -
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan LASTON untuk Jalan Raya, Departemen P.U. 1987
2.7. Persentase Minimum Rongga dalam Agregat Ukuran Maksimum Nominal Agregat No. 16 1,18 mm No. 8 2,36 mm No. 4 4,75 mm 3/8 inch 9,50 mm ½ inch 12,50 mm ¾ inch 19,00 mm 1 inch 25,00 mm 2 ½ inch 37,50 mm 2 inch 50,00 mm 2 ½ inch 63,00 mm
Persentase Minimum Rongga dalam Agregat 23,5 21,0 18,0 16,0 15,0 14,0 13,0 12,0 11,5 11,0
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan LASTON untuk Jalan Raya, Departemen P.U. 1987
2.8. Parameter pengujian Marshall Sifat-sifat campuran aspal panas dapat dianalisa dari beberapa pengujian marshall yang diperoleh dari perhitungan specific gravity, pengujian stabilitas dan flow campuran.(DPU, 2009) 1. Kepadatan (Marshall Density) Parameter ini pertama sekali dibutuhkan untuk control pemadatan, dimana kepadatan dari sampel material/agregat padat tersebut mencapai 95% dari kepadatan kering maksimum. Untuk kegunaan perencanaan campuran aspal, kepadatan adalah salah satu syarat untuk menentukan kadar aspal optimum. 2. Berat Jenis Bulk Agregat (Bulk specific Gravity Agrégate) Jika total agregat pada masing-masing fraksi agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi tetap, dapat dituliskan pada rumus berikut ; P1 P 2 P3 2.1 Gsh Pn P1 P 2 G1 G 2 .. Gn Dimana : Gsh‟ = berat jenis bulk untuk total agregat Pi, P2, Pn = persentase masing-masing agregat Gi, G2, Gn = berat jenis masing-masing agregat 3. Berat Jenis Efektif Agregat (Effective Spesific Gravity Agregate) Pada umumnya specific gravity pada campuran perkerasan adalah maksimum. Menurut ukuran yang digunakan ASTM D 2041, berat jenis efektif agregat termasuk seluruh rongga dalam agregat kecuali daya serap aspal, dapat dituliskan pada rumus sebagai berikut ; Pmm Pb Pba 2.2 Pmm Pb Gmm Gb Dimana Gse = Berat jenis efektif agregat G mm = Berat jenis maksimum campuran perkerasan P mm = persen berat total campuran yang lolos Ph = kadar aspal menurut ASTM 2041 Gp = berat jenis aspal
4. Stabilitas Marshall (Marshall Stability) Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kesalahan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai Stabilitas diperoleh dari pembacaan langsung pada alat marshall sewaktu mengadakan Marshall Test nilai yang terbaca tersebut kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi alat Marshall yang dipakai, dapat dituliskan rumus sebagai berikut ; Gse Gsb 2.3 Pba 100 Gb Gse Gsb Dimana : Pba = Persen berat agregat Gse = Berat jenis efektif agregat Gb = Berat jenis aspal 5. Kelelahan (Flow) Merupakan suatu perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0.01”. Nilai Flow yang diperoleh dari pembacaan langsung dari alat Marshall Test sewaktu mengadakan pengujian Marshal 6. Rongga dalam Campuran (Voids in Mixture/VIM) Adalah parameter yang menunjukkan volume rongga yang berisi udara didalam campuran aspal yang dinyatakan dalam % volume. Persentase rongga dalam campuran dihitung dari berat jenis bulk agregat dan berat jenis efektif campuran perkerasan, dapat dituliskan rumus sebagai berikut ; Gmm Gmb 2.4 VIM 100% Gmm Dimana : VIM = Rongga udara campuran padat Gmm = Berat jenis maksimum teoritis agregat Gmb = Berat jenis bulk benda uji 7. Void Mineral Agregat (VMA) Yaitu rongga udara yang berada antara agregat pada campuran perkerasan padat termasuk ruang yang terisi aspal. VMA menggambarkan nilai yang tersedia untuk memuat volume efektif aspal dan volume rongga yang dibutuhkan untuk mengisi aspal yang keluar akibat beban lalu lintas. VMA dihitung dari berat jenis agregat dan dinyatakan sebagai volume bulk campuran perkerasan, dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut ; Gmb Ps 2.5 VMA 100 Gsb Dimana : VMA = rongga didalam agregat Gmb = berat jenis campuran bulk agregat Gsb = berat jenis bulk agregat Ps = kadar agregat 8. Void Villed With Bitumen (VFB) VFB (rongga udara yang berisi aspal) yaitu perbandingan antara volume aspal dalam campuran dan volume pori pada agregat yang dinyatakan dalam persen. Umumnya lapisan permukaan persentase VFB harus mencapai antara 75% - 82%, dengan menggunakan persamaan berikut ;
Volume AC 2.6 100% Volume Pori Pada Agregat 9. Nilai perbandingan Marshall (Marshall Quotient) Marshall Quotient merupakan nilai pendekatan yang hampir menunjukkan nilai kekuatan suatu campuran beraspal dalam menerima beban. Nilai Marshall Quotient diperoleh dari perbandingan antara nilai stabilitas yang telah dikoreksi terhadap nilai kelelehan (flow) dan dinyatakan dalam satuan Kg/mm atau KN/mm. 10. Indeks Kekuatan Sisa (IKS) Indeks kekuatan sisa dianalisis dari data hasil pengujian terhadap sifat fisis benda uji (stabilitas dan flow) dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama di uji stabilitasnya setelah perendaman dalam air suhu ruang 60ºC selama Ti dan kelompok kedua diuji stabilitasnya selama perendaman selam T2. Dari nilai stabilitas Marshall yang diperoleh dari kedua perendaman diatas maka akan dapat ditentukan indeks kekuatan sisa (IKS) dengan menggunakan persamaan berikut ; Stabilitas setelah perendaman T 2 2.7 IKS 100% Stabilitas setelah perendaman T1 VFB
2.10. Zat Adiktif Wetfix Perkembangan kendaraan yang semakin pesat menyebabkan permintaan akan prasarana jalan aspal menjadi semakin tinggi, sehingga dibutuhkan kualitas jalan yang baik agar dapat dilalui dengan aman dan nyaman. Tetapi banyak kenyataan di lapangan terbukti terbalik dengan permintaan akan kualitas/ketahanan jalan raya. Salah satu kerusakan jalan pada umumnya adalah stripping/pengelupasan pada jalan yang disebabkan oleh air. Indonesia merupakan negara yang memiliki curah hujan cukup tinggi, sehingga kerusakan oleh air itu sangat mungkin terjadi pada permukaan jalan di indonesia. Masalah itu pun semakin bertambah ketika banyak pengaspalan yang berlangsung setelah hujan turun, sehingga agregat lapisan yang akan diaspal menjadi basah dan umumnya agregat basah akan menolak aspal, hal tersebut membuat aspal mudah terlepas oleh air. Dengan melihat masalah pada kerusakan maka banyak perusahaan yang berusaha mengatasi masalah kerusakan tersebut diantaranya dengan mengembangkan produk aspal yaitu zat Anti-stripping Agent (Wetfix). Zat adiktif Wetfix ini dapat merubah sifat aspal dan agregat, meningkatkan “daya lekat” dan “ikatan” serta mengurangi efek negatif dari air dan kelembaban sehingga dapat menghasilkan permukaan berdaya lekat tinggi.. Berikut kegunaan dari zat Adiktif Wetfix-BE ini adalah : Memperpanjang waktu pelapisan ulang Hotmix Biaya perawatan yang lebih rendah. Meningkatkan pelapisan dan daya lekat. Meningkatkan ikatan. Meningkatkan daya ketahanan aspal terhadap penuaan (aging). Meminimalkan kerusakan oleh air. Anti-stripping Agents ini merubah sifat aspal dan aggregate, meningkatkan „daya lekat‟, serta mengurangi efek negatif dari air dan kelembaban sehingga menghasilkan permukaan berdaya lekat tinggi.
Cara kerja Wetfix pada campuran
Wetfix BE membawa aspal untuk melekat pada permukaan agregat .
Permukaan Agregat dengan 'muatan negatif' Gambar 2.2 Cara kerja Wetfix BE Sumber AKZO NOBEL, Asphalt Apllications
Kelekatan Pasive (Rantai Hydrokarbon bertindak sebagai jembatan antara aspal dan agregat.Zat adiktif Wetfix yang digunakan pada Tugas Akhir ini didapat dari AMP PT.Adhi Karya, Patumbak Medan. Zat adiktif ini berasal dari Swedia dan dikembangkan dibeberapa negara.Sedangkan untuk dosis pengunaannya adalah 0,2% - 0,5% dari total berat aspal yang akan dipakai. Tabel 2.8 Spesifikasi Zat Adiktif Wetfix Penampilan pada 20 º C Kepadatan pada 20 º C, Tuangkan titik
Brown, cairan kental 980 kg / m³ <0 º C
Titik nyala
> 100 º C
Viskositas pada 20 º C,
3000 cP
Viskositas pada 50 º C,
400 cP
Sumber AKZO NOBEL, Asphalt Apllications
Hasil Penelitian menggunakan Wetfix sebelumnya Di bawah ini merupakan hasil uji Stabilitas dengan menggunakan Metode Marshall. Pengujian dilakukan kepada sampel dengan 4 (empat) jenis (Dadri, Tosam, Karna, Pali) agregat yang berbeda. Setiap sampel memakai Zat Anti-Stipping Wetfix dan juga tanpa Wetfix. Sedangkan untuk aspal yang digunakan sama dengan aspal yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu Aspal Penetrasi 60/70.
Marshall strength With and without adhesion agent 1200 1100
Kg
1000 900 800 700 600 No adhesion agent
Dadri
Wetfix AP17
Tosam
Kama
Pali
Gambar 2.3 Hasil Test Marshall dengan menggunakan Wetfix Sumber AKZO NOBEL, Asphalt Apllications
III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksprimen. Semua penelitian dilakukan di laboratorium dan dengan beberapa percobaan-percobaan. Prosedur penelitian ini dilakukan terhadap agregat dan aspal dilakukan dengan beberapa pengujian yang dapat mewakili material tersebut dalam pencampuran. IV ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat Tabel 4.1 Karakteristik Agregat Pemeriksaan Agregat Kasar (CA) Bj Bulk 2,688 Bj Kering Permukaan 2,698 Bj Semu 2,716 Absorbsi ( % ) 0,363
Agregat Halus (FA) 2,247 2,307 2,391 2,670
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium UHN
Agregat yang digunakan adalah agregat yang bersumbar dari sungai Sibiru-biru Deli Tua, yang diolah di unit pemecah batu (stone crusher) PT.Adi Karya Medan (Persero).Agregat tersebut diklasifikasikan berdasarkan ukuran yaitu ; CA, MA, dan FA. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan Analisa Saringan maka dapat digambarkan Grafik Kombinasi Analisa Saringan pada Grafik 4.1. Dengan diperolehnya data-data dari analisa saringan diatas maka dicoba untuk mengkombinasikan agregat yang ada supaya memenuhi spesifikasi .Grafik kombinasi agregat untuk campuran aspal panas pada percobaan Marshall Test dapat dilihat pada Grafik 4.2 sebagai berikut :
Grafik 4.1 Grafik Kombinasi Analisa Saringan
Persen Lolos (%)
Grafik Kombinasi Analisa Saringan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01
CA MA FA
0,1
1
10
100
Ukuran Saringan (mm) Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium UHN
Grafik 4.2 Kombinasi Agregat Untuk Percobaan Marshall Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium UHN No. 200
No. 50
No. 100
No. 30
No. 8
No. 3/8
No. 4
No. 1/2
No. 3/4 100 90
CA = 16,531%
80 70
Agregat halus (FA)
MA = 24,767%
60 50 Agregat Sedang (MA)
40 30
FA = 58,702%
Agregat Kasar (CA) 20 10 0
4.2 Hasil Pemeriksaan Aspal Aspal yang digunakan dalam pengujian ini adalah aspal dengan penetrasi 60/70. Dengan pengujian dasar diharapkan karakteristik dari sifat fisik dan kimiawi aspal dapat diperkirakan, sehingga kualitas aspal sebagai bahan penyusun campuran dapat dievaluasi berdasarkan standar spesifikasinya 4.3
Hasil Perencanaan Campuran
Untuk mendapatkan benda uji sesuai dengan kebutuhan maka sebelumnya dibuat Job Mix Design (JMD) terlebih dahulu (Tabel 4.7.). Berdasarkan hasil pengujian
terhadap agregat ( CA,MA dan FA ), maka gradasi campuran yang memenuhi spesifkasi untuk agregat didapat perbandingan setiap proporsi . Perbandingan proporsi CA,MA dan FA adalah 16,531% : 24,767% : 58,702%. .Dari hasil job mix formula tersebut, kita mendapatkan berat tiap ukuran agregat. Dan dari hasil inilah kita nantinya dapat mencampur semua agregat dengan kadar aspal yang telah ditentukan. 4.4. Analisa Perhitungan Berat Agregat, Aspal dan Zat Adiktif Wetfix Tabel 4.2. Job Mix Formula untuk Gradasi II Uk Saringan
CA
MA
FA
Spec Ideal Spec Berat tertahan % Tertahan Komulatif % lolos Berat tertahan % Tertahan Komulatif % lolos Berat tertahan % Tertahan Komulatif % lolos
No. 8
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200
Pan
60 - 85
No. 4 35 55
20 – 35
10' - 20
6 - 16'
4' - 12
2' - 8
0
90
72,5
45
27,5
15
11
8
5
0
0
6992
2083
789,5
42,11
3,36
8,11
11,38
13,11
50,48
9993,05
gr
0,000
69,969
20,844
7,900
0,421
0,034
0,081
0,114
0,131
0,505
100,000
%
100,000
30,031
9,187
1,286
0,865
0,831
0,750
0,636
0,505
0,000
0
82,83
2385
6842
332,29
96,32
54,47
40,65
33,19
126,17
9992,92
gr
0,000
0,829
23,867
68,468
3,325
0,964
0,545
0,407
0,332
1,263
100,000
%
100,000
99,171
75,304
6,836
3,510
2,547
2,002
1,595
1,263
0,000
0
0
0
403,00
3451,00
3362,00
1574,20
639,00
107,33
457,64
9994,17
gr
0,000
0,000
0,000
4,032
34,530
33,640
15,751
6,394
1,074
4,579
100,000
%
100,000
100,000
100,000
95,968
61,438
27,798
12,047
5,653
4,579
0,000
¾ 100,000
1/2 75 100
100
8-Mar
4,96
1,52
0,21
0,14
0,14
0,12
0,11
0,08
0,00
7,29
24,56
18,65
1,69
0,87
0,63
0,50
0,39
0,31
0,00
47,61
58,70
58,70
56,33
36,06
16,32
7,07
3,32
2,69
0,00
239,20
Spec yang diperoleh Batas atas Batas bawah Ukuran Saringan Berat tertahan
Berat tiap saringan
% Agg
Total
-
88,23
78,87
58,24
37,08
17,09
7,69
3,82
3,08
100 19,1
100 75 12,7
85 60 9,52
55 35 4,76
35 20 2,33
22 10 0,595
16 6 0,297
12 4 0,149
8 2 0,075
0
0,000
138,804
41,340
15,672
0,840
0,072
0,156
0,228
0,264
0,996
0
0,000
2,460
70,932
203,496
9,876
2,868
1,620
1,212
0,984
3,756
0
0,000
0,000
0,000
28,404
243,240
236,964
110,952
45,048
7,560
32,256
0,000
141,264
112,272
247,572
253,956
239,904
112,728
46,488
8,808
Setelah hasil Job Mix Formula diketahui, maka Grafik Kombinasi Agregat Gradasi II dapat digambarkan dan dapat dilihat pada Grafik 4.3.
37,008
16,531
24,767
58,702
Grafik 4.3. Grafik Kombinasi Agregat GRAFIK KOMBINASI AGREGAT GRADASI II
Persen Lolos (%)
100 80 spec yang didapat
60 Batas Atas
40 Batas Baw ah
20 0 0,01
0,1
1
10
100
Ukuran Saringan (mm)
Sumber ; Hasil Pengujian Laboratorium UHN
4.5. Hasil Pengujian Marshall Dalam mencari harga kadar aspal optimum dipergunakan beberapa macam grafik yaitu; a. Stabilitas b. Flow ( kelelehan ) c. Rongga dalam campuran ( VIM ) d. Rongga dalam agregat ( VMA ) e. Rongga terisi aspal ( VFB ) f. Marshall Quetient g. Kepadatan ( Bulk Density ) Dari grafi-grafik akan didapat harga kadar aspal yang memenuhi kriteria persyaratan campuran aspal beton. Kemudian akan menghasilkan suatu range kadar aspal yang dapat mewakili tiap parameter. Harga kadar aspal yang masuk dalam range tersebut merupakan kadar aspal optimum dari campuran dan untuk pengujian durabilitas diambil satu harga kadar aspal yang biasanya dilakukan dengan pertimbangan kekuatan campuran dan nilai ekonomis dari campuran. Grafik.4.4. Grafik Perbandingan Campuran Hot Mix biasa dengan Hot Mix tambahan zat Adiktif Wetfix Kelelehan (Flow) mm untuk Hot Mix biasa
STABILITAS untuk Hot Mix + Wetfix 1300
5,50
y = -39,652x 2 + 431,11x - 311,3 R2 = 0,9983
1200
5,00 4,50
1100
4,00
Flow (mm)
Stabilitas (kg)
1000 900 800
3,50 3,00 2,50
700
2,00
600
1,50
y = -1,4095x 2 + 16,514x - 43,478 R2 = 0,628
1,00
500 4,5
5
5,5
6
6,5
Kadar Aspal (%)
STABILITAS Stabilitas (kg) : min 750 kg Kadar Aspal : 5 % - 6,28 % %
7
7,5
4,5
5
5,5
6
6,5
Kadar Aspal (%)
7
7,5
Kelelehan untuk Hot Mix + Wetfix (Flow) mm
MARSHALL QUETIENT untuk Hot Mix biasa
5,00
Marshall Quetient (kg/mm)
300
4,50 4,00
Flow (mm)
3,50 3,00 2,50
2
y = 0,9524x - 11,122x + 35,523 R2 = 0,9922
2,00 1,50
y = 94,208x 2 - 1140,4x + 3609,9 R2 = 0,6165
280 260 240 220 200 180 160 140 120 100
1,00 4,5
5
5,5
6
6,5
7
4,5
7,5
5
5,5
Kadar Aspal (%)
6,5
7
7,5
Kadar Aspal (%)
FLOW Flow : 2 mm - 4 mm Kadar Aspal: 5,0 % - 6.8 %
MARSHALL QUETIENT Marshall Quetient : 200 kg - 350 kg Kadar Aspal: 5,0 % - 6,75 %
MARSHALL QUETIENT untuk Hot Mix +Wetfix
Rongga Dalam Campuran untuk Hot Mix biasa (VIM)
300 11
280
y = 1,5361x 2 - 21,598x + 79,401 R2 = 0,9684
10
260
9
240
8
220
7
VIM (%)
Marshall Quetient (kg/mm)
6
200 180 160
6 5 4
2
y = -64,459x + 755,77x - 1935,8 R2 = 0,9963
140
3 2
120
1
100
0
4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
4,5
5
6
6,5
7
7,5
Kadar Aspal (%)
Kadar Aspal (%)
VIM VIM : 3 % - 6 % Kadar Aspal: 5.76 % - 7,0 %
MARSHALL QUETIENT Marshall Quetient : 200 kg - 350 kg Kadar Aspal: 5,0 % - 6,85 % Rongga Dalam Campuran (VIM)untuk Hot Mix + Wetfix
11
5,5
Rongga Dalam Agregat Untuk Hot Mix biasaVMA (%) 26,0
10 9
y = 0,6007x 2 - 11,147x + 50,609 R2 = 0,9636
8
22,0
7 6
y = 1,3635x 2 - 17,053x + 71,836 R2 = 0,8117
VMA (%)
VIM (%)
24,0
20,0
5 4
18,0
3 2
16,0
1 14,0
0 4,5
5
5,5
6
6,5
Kadar Aspal (%)
VIM VIM : 3 % - 6 % Kadar Aspal: 5.0 % - 6.67 %
7
7,5
4,5
5
5,5
6
6,5
Kadar Aspal (%)
VMA VMA : 15 % - 25 % Kadar Aspal: 5,0 % - 7,0 %
7
7,5
Rongga Dalam Agregat untuk Hot Mix + Wetfix -VMA (%)
26,0
Rongga Terisi Aspal untuk Hot Mix biasa VFB (%)
90 85
24,0
80
VMA (%)
y = 0,5755x 2 - 8,2483x + 47,586 R2 = 0,8164
20,0 18,0
75
VFB (%)
22,0
70 65 y = -5,0745x 2 + 75,82x - 199,59 R2 = 0,9748
60 16,0
55 14,0
50 4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
5
5,5
VMA VMA : 15 % - 25 % Kadar Aspal: 5,0 % - 7,0 %
Bulk Density (gr/mm2)
85 80
VFB (%)
Kepadatan (BULK DENSITY) untuk Hot Mix biasa
2,340
90
75 70 2
y = -0,8642x + 28,918x - 70,595 R2 = 0,9731
60
2,320 2,300
2,280 y = -0,0383x 2 + 0,5032x + 0,6758 R2 = 0,9204
2,260 2,240
55 50 4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
Kadar Aspal (%)
2,220 4,5
5
5,5
6
BULK DENSITY Bulk Density : min 2.20 gr/cm3 Kadar Aspal: 5,0 % - 7,0 %
Kepadatan (BULK DENSITY) untuk Hot Mix + Wetfix 2,380 2,360 2,340 2,320 2,300
BULK DENSITY Bulk Density : min 2.20 gr/cm3 Kadar Aspal: 5,0 % - 7,0 %
2,280 2,260
y = -0,0157x 2 + 0,2506x + 1,3715 R2 = 0,9196
2,240 2,220 4,5
5
5,5
6
6,5
Kadar Aspal (%)
6,5
Kadar Aspal (%)
VFB VFB : 75 % - 85 % Kadar Aspal: 6 % - 6.8 %
Bulk Density (gr/mm3)
7
VFB VFB : 75 % - 85 % Kadar Aspal: 6,3 % - 7,0 %
Rongga Terisi Aspal untuk Hot Mix + Wetfix -VFB (%)
65
6,5
Kadar Aspal (%)
Kadar Aspal (%)
95
6
7
7,5
7
7,5
Grafik 4.5 Kadar Aspal Optimum untuk Hot Mix biasa GRAFIK KADAR ASPAL OPTIMUM 8 7
Grafik Kadar Aspal Optimum
6 5
1. Stabilitas : 2. Flow : 3. M. Quetient : 4. B. Density : 5. VMA : 6. VFB : 7. VIM :
4 3 2 1 0 5,5
5
6
5,0 % – 6,28 % 5,0 % - 7,0 % 5,0 % - 6,75 % 5,0 % - 7,0 % 5,0 % - 7,0 % 6,3 % - 7,0 % 5,8 % - 6,75 %
7
6,5 6,515
Grafik 4.6 Aspal Optimum untuk Hot Mix dengan Penambahan Zat Adiktif Wetfix GRAFIK KADAR ASPAL OPTIMUM
Grafik Kadar Aspal Optimum
8 7
1. Stabilitas : 2. Flow : 3. M. Quetient : 4. B. Density : 5. VMA : 6. VFB : 7. VIM :
6 5 4 3 2 1 0 5
5,5
6
6,5
5,0 % – 7,0 % 5,0 % - 6,8 % 5,0 % - 6,85 % 5,0 % - 7,0 % 5,0 % - 7,0 % 6 % - 6,8 % 5,0 % - 6,67 %
7
6,335
4.6.Analisa Data Dalam melakukan analisa data, dilakukan evaluasi hasil uji Marshall dengan persyaratan Bina Marga untuk campuran aspal beton. Analisa dilakukan terhadap bahan penyusun campuran dan hasil uji Marshall. Analisa Terhadap Bahan Penyusun Campuran Aspal Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah apal keras Pen 60/70. Setelah dilakukan pengujian didapat data yang memenuhi kriteria persyratan dari Bina Marga (Tabel 4.6) Agregat Data dari hasil pengujian agregat merupakan angka yang menunjukkan karakteristik dari agregat penyusun campuran. Karekteristik dari agregat yang ditinjau adalah berat jenis dan absorbsi.
Analisa Uji Marshall Dari hasil pengujian aspal beton dengan metode Marshall test, analisa dapat dilakukan terhadap sifat-sifat teknis yang merupakan karakteristik dari campuran. Meliputi stabilitas, kelelehan (flow), VIM, VMA, Bulk Density dan Marshall Quotient. * Gradasi II ( Hot Mix Biasa ) Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Parameter Yang Diperoleh Parameter 1. Stabilitas (Kg) 2. Flow (mm) 3.MarshallQuotient (Kg/mm) 4. VMA (%) 5. VIM (%) 6. VFB (%) 7. Bulk Density (gr/cm³)
5,0 813,41 3,6 282,26 20,75 9,91 52,28 2,23
Kadar Aspal ( % ) 5,5 6,0 6,5 771,00 745,30 778,71 5,10 5,23 3,43 153,30 145,40 229,46 19,27 18,16 19,22 7,06 4,58 4,64 63,91 74,87 75,89 2,29 2,33 2,31
7,0 688,76 3,43 219,38 19,04 3,21 83,60 2,33
Spec Bina Marga Min 750 2-4 200 – 350 15 – 25 3–6 75 – 85 Min 2.200
7,0 764,58 4,37 196,57 17,82 1,75 90,63 2,36
Spec Bina Marga Min 750 2-4 200 – 350 15 – 25 3–6 75 – 85 Min 2.200
Sumber ; Hasil Pengujian Laboratorium UHN dan USU
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Parameter yang Diperoleh Parameter 1. Stabilitas (Kg) 2. Flow (mm) 3.MarshallQuotient (Kg/mm) 4. VMA (%) 5. VIM (%) 6. VFB (%) 7. Bulk Density (gr/cm³)
5,0 851,96 3,70 230,44 20,72 9,88 52,32 2,23
Kadar Aspal ( % ) 5,5 6,0 6,5 848,10 813,41 862,24 3,20 3,10 3,40 274,21 276,07 263,28 19,88 18,11 18,97 7,76 4,53 4,34 61,38 75,02 77,50 2,27 2,33 2,32
Sumber ; Hasil Pengujian Laboratorium UHN dan USU
A. Stabilitas Nilai stabilitas yang tertinggi dicapai oleh campuran dengan pemakaian Zat Adiktif Wetfix dibandingkan tanpa pemakaian zat tersebut. Setiap penambahan 0,5 % Zat Adiktif Wetfix pada setiap campuran (kadar yang berbeda) dapat meningkatkan nilai Stabilitas dari campuran tersebut. Kenaikan stabilitas pada campuran dengan penambahan Wetfix ini karena daya ikatan yang diberikan zat lebih tinggi daripada ikatan campuran tanpa Wetfix. Ikatan/Bonding ini sangat berpengaruh pada saat perendaman di dalam Water Bath, penyerapan campuran terhadap air lebih tinggi dialami oleh campuran tanpa adiktif. Akibat penyerapan yang tinggi ini stabilitas pada hotmix tanpa Wetfix lebih rendah dibandingkan dengan stabilitas hotmix dengan Wetfix. B. Kelelehan (Flow) Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai flow dari campuran tanpa Wetfix lebih tinggi daripada nilai Flow campuran Wetfix. Kecenderungan dari harga flow yang terjadi adalah akan meningkat jika kadar aspal ditambah. Semakin tinggi harga flow, maka akan semakin rendah kulitas campuran. Dalam hal ini penambahan kadar aspal pada hotmix dengan Wetfix mengakibatkan nilai flow naik setelah batas kadar aspal tertentu. Ini berbanding terbalik dengan campuran tanpa Wetfix, semakin tinggi kadar aspal maka nilai flow semakin rendah.
C.
VIM (Void In Mixture) Dari hasil pengujian didapat hasil campuran aspal beton biasa memiliki harga VIM lebih besar yaitu dibandingkan dengan campuran dengan penambahan zat adiktif wetfix. Nilai VIM (rongga antar campuran) hotmix biasa lebih tinggi daripada hotmix Wetfix, karena ikatan (bonding) antar campuran pada hotmix biasa lebih rendah dibanding ikatan pada campuran hotmix Wetfix. Karena rendahnya ikatan ini menyebabkan % rongga lebih besar pada Hotmix biasa. D.
VMA (Void in Mineral Agregat) Pada umumnya nilai VMA berbanding lurus dengan nilai VIM. VMA merupakan rongga antar parikel agregat pada campuran padat termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, dinyatakan dalam persen volume total. Nilai VMA tertinggi terdapat pada campuran Hot Mix biasa. Hampir sama dengan VIM,nilai VMA untuk hotmix biasa lebih besar karena pengaruh ikatan (bonding) yang lebih rendah pada hotmix biasa. E.
Berat Isi (Density) Hasil penelitian menunjukkan campuran aspal beton dengan menggunakan zat adiktif wetfix memiliki nilai berat isi yang paling tinggi. Nilai berat isi sangat bergantung dari kepadatan masing-masing agregat. Berat isi pada homix wetfix lebih tinggi karena kepadatan juga lebih tinggi yang didukung dengan persen (%) rongga yang lebih kecil pada campuran tersebut. Sedangkan untuk berat isi pada campuran hotmix tanpa Wetfix lebih kecil karena VIM dan VMA lebih tinggi pada campuran tersebut. F.
Marshall Quetient (Kuosien Marshall) Nilai MQ bertambah sejalan dengan bertambahnya kadar aspal dalam campuran sampai suatu nilai maksimum setelah nilai MQ berkurang. Kedua jenis campuran memenuhi persyaratan yang ditentukan Bina Marga. Semakin tinggi kadar aspal pada campuran hotmix Wetfix semakin rendah MQ, sebaliknya terjadi pada campuran hotmix biasa yaitu semakin tinggi kadar aspal maka semakin tinggi pula nilai MQ. Penurunan nilai MQ pada Hotmix dengan Wetfix sejalan dengan kenaikan nilai flow pada kadar 6,5%. Apabila MQ semakin tinggi maka kekakuan pun akan semakin tinggi. V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Rancangan campuran beraspal dengan penetrasi aspal 60/70 dan penambahan 0,5% Adiktif aspal (Wetfix). Pemakaian Zat Adiktif Wetfix ini dapat meningkatkan nilai stabilitas ± 14% dari nilai stabilitas Hotmix tanpa Wetfix karena pada ikatan/bonding yang diberikan zat pada hotmix bertambah dan mencegah terjadinya stripping (pelepasan butir) sehingga penyerapan semakin rendah dan menjadikan nilai stabilitasnya naik. 2. Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk Hot Mix tanpa Adiktif 6,515 % dan Hot Mix dengan penambahan zat Adiktif Wetfix adalah 6,335%. 3. Nilai Stabilitas Marshall yang dihasilkan kedua campuran adalah ;
-
Hot Mix biasa ( Tanpa penggunaan adiktif), memiliki nilai stabilitas antara 688,67 – 813 kg. Pada kadar aspal 7 % nilai stabilitas turun dan tidak memenuhi syarat nilai stabilitas Bina Marga. - Hot Mix dengan penggunaan Zat Adiktif Wetfix-BE memiliki nilai stabilitas Marshall antara 764,58 – 862 Kg. Pada setiap kadar aspal yang dibuat, nilai stabilitas memenuhi ketentuan dari Bina Marga yaitu 750 Kg. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Nilai Stabilitas yang dihasilkan adalah Hot Mix dengan Adiktif lebih tinggi dibandingkan dengan Hot Mix biasa ( dengan waktu perendaman yang sama yaitu 24 jam pada Water Bath, dengan suhu perendaman 60ºC ). Penyerapan akan air oleh campuran lebih tinggi pada hotmix tanpa Wetfix dan membuat stabilitasnya lebih rendah. Ini berarti bahwa pemakaian wetfix ini sebagai bahan tambah pada campuran Hotmix cukup efektif. 4. Nilai Flow campuran biasa lebih tinggi daripada campuran dengan Wetfix, akan tetapi kenaikan nilai flow pada campuran Wetfix lama kelamaan bertambah seiring bartambahnya kadar aspal dan juga zat wetfix tersebut pada kadar aspal >6,5 %. 5. Berdasarkan berat SSD, nilai SSD dari sampel dengan campuran penambahan zat adiktif lebih kecil dibandingkan dengan sampel yang tidak memakai zat adiktif. Berarti penyerapan air pada campuran yang memakai zat adiktif lebih kecil dibandingkan campuran biasa. Hal ini sangat terlihat pada nilai VIM & VMA pada campuran biasa lebih tinggi daripada campuran dengan Wetfix. 6. Hasil uji menunjukkan bahwa model campuran dengan pemakaian Zat Adiktif Wetfix-BE bekerja sesuai yang diharapkan yaitu memodifikasi aspal untuk melekat lebih kuat ke agregat dan tidak membiarkan air menggantikan aspal yang masuk ke perkerasan dan membuat nilai stabilitas bertambah. Dan juga dapat mencegah Stripping pada permukaan aspal. 5.2. Saran 1. Melihat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian Zat Adiktif WetfixBE baik untuk campuran aspal beton karena dapat meningkatkan daya lekat dan kestabilan pada campuran (stabilitas). Daftar Pustaka 1. “Asphalt Applications (wetfix)” Akzo Nobel,www.surfactants.akzonobel.com. 2. Buku 1 : Petunjuk umum HPJI “ Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas”. 3. Departemen pekerjaan umum “Petunjuk pelaksanaan aspal beton (Laston)”, Direktorat Jenderal Bina Marga, Yayasan badan Penerbit PU, 1983. 4. Departemen Pekerjaan Umum, “Petunjuk pelaksanaan aspal beton (Laston)”, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1983. 5. Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Teknik UHN Medan, oleh Patar M. Pasaribu, Oktober 1995. 6. Panduan Praktikum Lab.jalan raya Fakultas Teknik UHN Medan, 2006. 7. Sukirman Silvia “Perkerasan lentur jalan raya”, Bandung, Bandung 1992.