1
ANALISA MODEL PENYARING AIR SISTEM MULTIMEDIA TERHADAP KANDUNGAN TSS, BOD DAN PH LIMBAH RUMAH TANGGA
Oleh
SAMAD Nim:080 500 221
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
2
ANALISA MODEL PENYARING AIR SISTEM MULTIMEDIA TERHADAP KANDUNGAN TSS, BOD DAN PH LIMBAH RUMAH TANGGA
Oleh SAMAD Nim:080 500 221
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
3
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Analisa Model Penyaring Air
Sistem Multimedia
Terhadap Kandungan tss, bod dan ph Limbah Rumah Tangga Nama
: Samad
NIM
: 080 500 200
Program Studi
: Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
DosenPembimbing,
M. Yamin, S.TP.,M.Si NIP. 19470813 2002 121 001
Dosen Penguji,
Mujibu Rahman S.TP.,M.Si NIP. 19690619 200312 1 001
Menyetujui,
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Edy Wibowo Kurniawan, S.TP.,M.Sc NIP. 19741118 200012 1 001
Heriad Daud Salusu, S.Hut.,MP NIP. 19700830 199703 1 001
4
ABSTRAK
Samad, Analisa Model PenyaringAir Sistem Multimedia Terhadap Kandungan Tss, Bod Dan Ph Limbah Rumah Tangga. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hasil saringan dari limbah RT.34, Gotong Royong Samarinda Seberang Dengan menguji ( pH, TSS, BOD ). 2. Menentukan model saringan dan kerangka yang tepat untuk menangani limbah cair rumah tangga sebelum disalurkan ke badan air. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Program Studi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kesehatan Samarinda. penelitian ini di laksanakan 3 bulan, terhitung pada bulan Mei-Agustus 2011. Penelitian ini meliputi persiapan alat dan bahan sampai pada penulisan laporan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Konsentrasi setiap parameter setelah penyaringan adalah pH = 7,54, TSS = 97,6 mg/L, BOD = 75,95 mg/L. 2. Kombinasi media yang paling efektiv untuk menetralkan dan menurunkan pH dan BOD adalah saringan multimedia 3 (sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm); sedangkan untuk menurunkan TSS Coliform adalah saringan Multimedia 2 (sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15).
5
RIWAYAT HIDUP
Samad,lahir di Desa Setabu Kecamatan Sebatik Barat pada tanggal 12 Februari 1986. Merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara dari pasangan Bapak Amirddin dan Ibu Hj.Taheria. Pada tahun 1994 mulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) No. 004 Sebatik Kabupaten Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Nunukan Kabupaten Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2003 dan kemudian melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah Alqhairat dan memperoleh ijazah pada tahun 2006. Setelah itu melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi pada tahun 2008 di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Pada bulan Maret-April 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Waru Kaltim Plantation (WKP), Kecamatan Waru, Kabupaten Panajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, penulis mengadakan penelitian dengan judul “kinerja Alat Pengupas Sabut kelapa Secara Manual”.
6
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Ilmiah ini. Adapun maksud penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran sertadoa dari orang tua penulisdanbantuandariberbagaipihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak, ibu, kakak, serta keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis selama ini. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Edy Wibowo Kurniawan, S.TP,M.Sc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 4. Bapak M.Yamin,S.TP.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan perhatian untuk membimbing dan memberikan motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan Karya Ilmiah ini. 5. Bapak Mujibu Rahman, S. TP., M.si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi dalam menyelesaikan Laporan Karya Ilmiah ini.
7
6. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf dan teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP). 7. Teman-teman yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya sampai terselesaikannya Laporan Karya Ilmiah ini. 8. Erni yang selalu memberikan motivasi sehingga laporan Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan. Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin. Jikadalampenyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, penulismengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnanlaporanini. Semoga laporankarya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.
Penulis
Kampus Sei Keledang, 04 Agustus 2011
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
iii
ABSTRAK .................................................................................................
iv
KATA PENGATAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. LatarBelakang ...........................................................................
1
B. TujuanPenelitian ......................................................................
4
C. Hasil yang Diharapkan..............................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
6
A. PengertiandanKarakteristikLimbahCairRumahTangga ............
6
B. pH, TSS dan BOD ...................................................................
6
C. AspekKesehatanPengololaanLimbahCair ................................
9
D. SistemSaringan Multimedia .....................................................
9
II.
9
III.
IV.
V.
METODE PENELITIAN ...............................................................
14
A. Tempat dan Waktu ...................................................................
14
B. Alat dan Bahan.........................................................................
14
C. Prosedur Penelitian...................................................................
15
D. Analisa Data .............................................................................
20
E. Parameter Yang Diamati ..........................................................
20
F. JadwalPenelitian.......................................................................
22
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
24
A. pH ............................................................................................
24
B. TSS (Total Solid Suspension...................................................
26
C. BOD (Biologycal Oxygen Demand) .......................................
29
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
32
A. Kesimpulan...............................................................................
32
B. Saran .........................................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA
10
DAFTAR TABEL No Uraian
Halaman
1. Jadwal Penelitian..................................................................................
23
2. Data Rata-Rata Analisa pH ..................................................................
24
3. Data pH dengan Perhitungan RAL.......................................................
26
4. Data Rata-Rata Analisa TSS ................................................................
27
5. Data TSS denganPerhitungan RAL......................................................
28
6. Data Rata-Rata Analisa BOD...............................................................
29
7. Data BOD denganPerhitungan RAL ....................................................
31
DAFTAR GAMBAR No
Uraian
Halaman
1.
Urutan Media padasaringan Multimedia 1 .....................................
16
2.
Urutan Media padasaringan Multimedia 2 .....................................
18
3.
Urutan Media padasaringan Multimedia 3 .....................................
19
4.
Diagram HasilPerhitungan pH .......................................................
25
5.
Diagram HasilPerhitungan TSS .....................................................
28
6.
Diagram HasilPerhitungan BOD....................................................
30
11
DAFTAR LAMPIRAN No
Uraian
Halaman
1. Pasir Sebagai Bahan Media Penyaringan.............................................
34
2. Sabut Kelapa Sebagai Bahan Media Penyaringan ...............................
34
3. Arang Tempurung Kelapa Sebagai Media penyaring ..........................
35
4. Pengisian Bahan media kedalam Pipa..................................................
35
5. Proses Penyaringan menggunakan Ember dengan Media Sabut Kelapa...................................................................................................
36
6. Proses Penyaringan Air LimbahRumahTangga.....................................
36
7. Proses Pengujian pH LimbahRumahTangga.........................................
37
8. LimbahRumahTangga yang TelahDisaring ...........................................
37
12
1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Kerusakan lingkungan akibat pembangunan maupun tekanan dan pertambahan penduduk merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian pemerintah kota-kota besar di Indonesia. Salah satu masalah yang berkaitan dengan pertambahan pendud uk adalah masalah permukiman dan pengolahan air buangannya yang merupakan masalah vital yang perlu dipikirkan bersama. Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa limbah cair yang berasal dari hasil kegiatan rumah tangga, yang di buang langsung ke badan air. Pada awalnya pembuangan limbah cair rumah tangga ke lingkungan tidaklah menimbulkan masalah yang berarti. Hal ini disebabkan selain karena volume air limbah masih relatif kecil, juga kemampuan lingkungan untuk memurnikan hasil buangan itu masih cukup besar. Namun dalam perkembangannya keadaan itu berubah. Peningkatan volume air limbah yang dilepaskan ke lingkungan mengalami peningkatan sangat pesat, sementara kemampuan lingkungan untuk menampung semakin menurun. Akibatnya terjadilah kerusakan lingkungan berupa pencemaran yang efeknya semakin dirasakan dari waktu ke waktu. Meningkatnya aktivitas menusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume dan jenis limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 per tahun
13
(Sugiharto, 1999) dengan peningkatan kandungan rata-rata 50 %. Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga semakin berat, termasuk komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan itu sendiri. Salah satu jenis pencemaran yang disebabkan oleh limbah rumah tangga adalah pencemaran organik. timbulnya pencemaran disebabkan oleh kecepatan perombakan yang dilakukan kelompok perombak atau proses daur ulang yang berlangsung tidak secepat terbentuknya limbah sehingga menimbulkan masalah terhadap daratan dan perairan. Sementara di sisi lain limbah rumah tangga sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain volumenya yang semakin meningkat, kandungan zat pencemarnyapun semakin beragam. Hal ini didorong oleh pesatnya pertambahan jumlah penduduk dan aktivitasnya, kemajuan teknologi yang diterapkan di rumah tangga serta berubahnya pola komsumsi masyarakat. Akibat yang dapat ditimbulkan yaitu terjadinya lingkungan
kerusakan
pada tempat-tempat pembuangan limbah rumah tangga seperti
sungai, rawa-rawa dan perairan pantai. Demikian pula pencemaran pada sumur-sumur penduduk beserta sumber air lainnya sebagai akibat rembesan limbah rumah tangga baik dari saluran pembuangan maupun dari badanbadan air yang telah tercemar. Kemungkinan terjadinya perembesan ini menyebabkan air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia
14
mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti
penyakit
kolera,
radang
usus,
hepatitis
infektiosa,
serta
skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit, seperti virus, Vibrio cholera, dsb. (Sugiharto, 1987). Dampak limbah cair terhadap gangguan kesehatan masyarakat telah banyak dirasakan terutama oleh masyarakat di sekitar saluran pembuangan limbah (Saeni, 2004). Pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan teknologi baru pengendalian limbah sebelum dilepas ke lingkungan. Pada dasarnya telah ditemukan beberapa cara atau teknologi untuk pengolahan limbah, namun pada kenyataannya pemanfaatan teknologi tersebut masih jauh dari yang diharapkan. Kendala yang dihadapi antara lain biaya yang diperlukan sangat tinggi, penerapannya sangat sulit apalagi untuk skala Industri dan rumah tangga, serta masih kurangnya kesadaran tentang pentingnya pengolahan limbah sebelum dilepas ke lingkungan (Sugiharto, 2005). Telah diketahui bahwa salah satu teknologi yang biasa digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah penyaringan dengan menggunakan berbagai jenis bahan organik seperti pasir, kerikil, ijuk, sabut kelapa, arang tempurung kelapa, dan Sponge. Teknologi penyaringan seperti ini oleh Saeni (1990) disebut sebagai sistem saringan anorganik dengan urutan bahan pasir, kerikil, sabut kelapa, ijuk, arang tempurung kelapa, sponge.
15
Teknologi ini dianggap cukup baik karena bahan-bahan yang digunakan rata-rata mempunyai tingkat keefektifan yang relatif tinggi dalam menurunkan konsentrasi bahan pencemar yang terkandung dalam limbah cair, melalui proses penyaringan, penyerapan (adsorbsi), pertukaran ion dan katalis. Atas dasar pemikiran ini maka akan dilakukan penelitian mengenai Analisa Model Penyaring Air Sistem Multimedia Terhadap Kandungan Tss, Bod Dan Ph Limbah Rumah Tangga. Penelitian ini untuk mendapatkan suatu model saringan multimedia dengan variasi media yang paling efektif dalam menanggulangi limbah cair rumah tangga, dan diharapkan dapat digunakan sebagai teknologi tepat guna untuk mengolah limbah cair pada skala rumah tangga. B.
Tujuan Penelitian Adapun Tujuan dari pene litian ini adalah: 1. Mengetahui hasil saringan dari limbah RT.34, Gotong Royong Samarinda Seberang Dengan menguji ( pH, TSS, BOD ). 2. Menentukan model saringan dan kerangka yang tepat untuk menangani limbah cair rumah tangga sebelum disalurkan ke badan air.
C.
Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan informasi tentang pengaruh pengunaan penyaring air sistem multimedia terhadap pena nganan limbah cair rumah tangga yang berhubungan dengan nilai TSS, BOD, dan nilai pH.
16
2. Untuk menemukan efektivitas pengunaan sistem saringan multimedia dalam menurunkan kandungan TSS, BOD, dan pH pada pengolahan limbah cair rumah tangga sebelum disalurkan ke badan air.
17
11. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian dan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga Limbah cair merupakan bahan buangan yang timbul karena aktivitas manusia, selain air hujan sebagai salah satu komponen limbah cair yang timbul secara alamiah dari aktivitas alam (Saeni, 1990). Beberapa pengertian lain tentang limbah cair yang
dikemukakan oleh para ahli,
secara garis besarnya memiliki kesamaan. Pengertian lain, bahwa limbah cair adalah kotoran atau air bekas yang tidak bersih yang mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia, hewan dan lainnya, muncul karena hasil perbuatan manusia, dikemukakan oleh (Effendi, 2002). Selanjutnya menurut Sugiharto (1987), limbah cair rumah tangga adalah air yang telah digunakan yang berasal dari rumah tangga atau permukiman, perdaga ngan, daerah kelembagaan dan daerah rekreasi, meliputi air buangan dari kamar mandi, WC., tempat cuci atau tempat masak. B.
pH, TSS dan BOD 1. pH (Derajat Keasaman) pH menunjukkan derajat keasaman
suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai logaritma dari konsentrasi ion hidrogen (H). pH air yang netral adalah 7. Jika nilai pH kurang dari 7, air bersifat asam dan bila pH lebih besar dari 7, air bersifat basa Alamsyah, (2002).
18
Menurut Sugiharto (2005), konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis didalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga menggangu proses penjernihannya. pH yang baik bagi air minum dan air limbah adalah netral (7). Semakin kecil nilai pH- nya, maka akan menyebabkan air tersebut berupa asam. Menurut Alamsyah (2006), tinggi rendahnya pH air dapat mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air dengan pH kurang dari 7 akan terasa asam dilidah dan terasa pahit bila pH melebihi 7. 2. TSS Total Padatan Tersuspensi (Total Solid Suspension/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter < 1 ? m) yang tertahan pada saringan millipore. TSS merupakan salah satu parameter fisik yang penting untuk dianalisis
karena
dapat
mempengaruhi
sifat
fisik
kimia
perairan.
Keberadaannya berkaitan langsung dengan tingginya tingkat kekeruhan. Dimana kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat- zat koloid yaitu zat yang terapung dan terurai secara halus. Hal ini disebabkan pula oleh kehadiran zat organic yang terurai, jasad-jasad renik dan lumpur tersuspensi. Tingginya tingkat kekeruhan akan menghambat penetrasi cahaya matahari. Dengan demikian intensitas cahaya matahari pada kolom air menjadi lebih kecil dari intensitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses
19
kehidupan
akuatik.
Untuk
selanjutnya
hal
ini
dapat
menganggu
kesetimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan (Untung, 1998). 3. BOD (Biologycal Oxygen Demand) Secara tidak langsung, BOD merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Riyadi, 2004). Jika bahan organik yang belum diolah dan dibuang ke badan air, maka bakteri akan menggunakan oksigen untuk proses pembusukannya. Oksigen diambil dari yang terlarut di dalam air dan apabila pemberian oksigen tidak seimbang dengan kebutuhannya maka oksigen yang terlarut akan turun mencapai titik nol, dengan demikian kehidupan dalam air akan mati. Untuk mengukur kebutuhan oksigen yang diperlukan menguraikan benda organik di dalam air limbah dipergunakan satuan BOD (Biochemical Oxygen Demand), yang menggunakan ukuran mg/liter air kotor. Semakin besar angka BOD ini menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah adalah semakin besar (Santika, 1987). Oleh karena pengertian BOD timbul dengan masalah penggunan dan cadangan oksigen dalam system air, sehingga yang disebut dengan BOD adalah sejumlah oksigen dalam system air yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menetralisis/menstabilkan
bahan-bahan organic
dalam air melalui proses oksidasi biologis secara dekomposisi aerobik (Riyadi, 1984).
20
C.
Aspek Kesehatan Pengelolaan Limbah Cair Limbah cair berhubungan erat dengan masalah lingkungan hidup dan masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu limbah cair dari suatu sumber baru boleh dibuang ke badan air setelah melalui proses pengolahan yang dapat menekan kandungan bahan pencemarnya sampai
ke tingkat
yang telah ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan (Untung, 1998). Akibat semakin tingginya kadar buangan domestik (limbah cair rumah tangga) memasuki badan air, maka tidak mengherankan kalau berbagai jenis penyakit secara epidemik maupun endemik berjangkit dan merupakan masalah rutin di mana- mana (Santika, 1993). Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah. Aspek kesehatan masyarakat menghendaki limbah cair yang terolah tidak akan menimbulkan masalah pencemaran air permukaan, pencemaran sumber air minum, kehidupan aquatik, dan gangguan kesehatan manusia. D.
Sistem Saringan Multimedia Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan pada media porous. Kedalaman penyaringan menentukan derajat kebersihan air yang
21
disaringnya. Teknologi penyaringan banyak dijumpai sebagai pengolahan air limbah setelah mengalami proses biologis atau proses fisika kimia (Sugiharto, 1987). Berbagai jenis media dapat digunakan untuk mengolah limbah cair antara lain : kerikil, pasir, ijuk, sabut kelapa, arang tempurung kelapa (karbon aktif), dan batuan zeolit. Pasir, kerikil, ijuk dan sabut kelapa merupakan media penyaring, arang tempurung kelapa sebagai karbon aktif merupakan media penyerap. Penelitian yang dilakukan oleh Suripin, (2002), menyimpulkan bahwa terjadi penurunan TSS hingga 45 % pada penyaringan limbah cair rumah tangga dengan menggunakan kombinasi media pasir, kerikil, arang dan ijuk. 1.
Pasir Saringan pasir bertujuan untuk mengurangi kandungan lumpur dan bahan-bahan padat yang ada pada air limbah serta dapat menyaring benda padat terapung (Riyadi, 2002). Saeni, (1990), menyatakan bahwa saringan pasir mampu menurunkan bahan organic dengan keefektifan penyaringan 8,79 – 11,45 %. Hal ini disebabkan oleh karena pasir merupakan jenis senyawa silica dan oksigen yang dalam air berupa koloid yang mengikat OH pada permukaan membentuk lapisan pertama yang bermuatan negatif. Filtrasi dalah proses pemurnian yang paling mudah dipahami. Partikel-partikel dari zat tersuspensi yang terlalu besar dipisahkan
22
melalui celah- celah diantara butiran pasir (pori). Ini berlangsung di seluruh permukaan saringan pasir dan sama sekali tidak tergantung pada kecepatan penyaringan. Dengan ukuran butiran pasir yang terkecil (0,15 mm), diameter pori terkecil yang dapat terjadi masih sedikit di atas 20 mikron. Ukuran pori yang demikian tidak akan mampu menahan partikel koloid (0,001 – 1 mikron) dan bakteri yang panjangnya 15 mikron. Akan tetapi dengan aliran yang berkelok-kelok melalui pori saringan, gradien kecepatan yang terjadi memberi kesempatan partikel- partikel halus untuk saling berhubungan satu sama lain membentuk gugus yang lebih besar yang kemudian tertahan oleh pori- pori saringan pada kedalaman tertentu (Alamsyah, 2005). 2.
Kerikil Kerikil digunakan bersamaan dengan pasir, dan umumnya diletakkan pada lapisan dasar. Kerikil sangat efektif dalam proses pengendapan partikel-partikel terlarut dalam air limbah. Sela- sela kerikil yang membentuk rongga memungkinkan masuknya bahan atau partikel yang mengendap, sehingga limbah menjadi relatif lebih jernih. Selain itu, sela-sela kerikil juga merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang dalam kehidupannya dapat menguraikan bahanbahan organic yang mengendap pada tempat tersebut. Mekanisme tersebut turut mempengaruhi terjadinya penurunan bahan organik di dalam air limbah (Saeni, 1990).
23
3.
Ijuk Ijuk merupakan
bahan berserat yang lazim digunakan sebagai
media dalam system penyaringan baik pada air bersih maupun air limbah. Umumnya ijuk pada penggunaannnya diletakkan pada lapisan kedua. Menurut Saeni (1990), ijuk dapat meningkatkan kualitas air saringan dari golongan buruk ke golongan baik hingga 61 %. Dalam penggunaannya sebagai media penyaring, sabut kelapa harus dipadatkan hingga didapatkan struktur media sabut yang benar-benar kompak. Kandungan serat yang tinggi menyebabkan sabut kelapa dapat menjadi media penyaringan mekanik yang cukup baik (Sugiharto, 2005). 4.
Arang Tempurung Kelapa (Arang Karbon) Pengolahan air limbah dengan menggunakan karbon aktif biasanya dipergunakan sebagai proses kelanjutan dari pengolahan secara biologis. Karbon pada kejadian ini dipergunakan untuk mengurangi kadar dari benda-benda organic terlarut yang ada (Sugiharto, 1987). Salah satu contoh karbon aktif yang cukup efektif dalam menyaring limbah adalah arang dari hasil pembakaran tempurung kelapa. Tempurung kelapa tersebut dibakar hingga menjadi arang. Selain menyerap bahan-bahan kimia pencemar, arang tempurung kelapa juga berfungis mengurangi warna dan bau air kotor (Untung, 1998). Karbon yang telah diaktifkan mempunyai permukaan yang besar sehingga kontak resapan terhadap zat yang terabsorbsi makin besar. Hal itu disebabkan karena karbon aktif mempunyai pori yang banyak (Alamsyah, 1997).
24
Dalam proses penyaringan dengan arang tempurung kelapa terjadi pertukaran kation Fe2+ dengan Ca2+ dan Mg2+, sehingga berlangsung pengikatan Fe dan terjadi penambahan nilai kesadahan filtrat (Saeni, 1990). Menurut Suripin (2004), bahan penyerap ion logam Krom (Cr) yang paling efektif adalah karbon aktif pada waktu kontak 6 jam dengan tingkat penyerapan 87,93 % serta Nikel (Ni) pada waktu kontak 24 jam dengan tingkat penyerapan 76,60 %.
25
III.
A.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
di
Laboratorium
Program
Studi
Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kesehatan Samarinda. 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 bulan, pada bulan Mei- Agustus 2011. Penelitian ini meliputi persiapan alat dan bahan sampai pada penulisan laporan penelitian. B.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penyaringan limbah cair rumah tangga yaitu: gergaji besi, bor, pisau, meteran, spidol, dan palu. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penyaringan limbah cair rumah tangga yaitu: limbah cair rumah tangga yang diambil dari RT 34, Gotong Royong Samarinda Seberang, Paralon, kran, papan, balok, pasir, lem pipa arang tempurung kelapa, ijuk/sabuk kelapa, sepon dan kerikil. Paralon ¾ inci dan lem pipa.
26
C.
Prsedur Kerja Pada penelitian ini akan menggunakan 3 tipe penyaring yaitu : 1. Alat penyaring multimedia model pertama Sub
unit
saringan
menggunakan 5 jenis media.
multimedia
1
pada
penelitian
ini
Adapun urutan media pada saringan
multimedia 1 adalah sebagai berikut : Cara kerja: a. Sabut kelapa dimasukkan pada alat penyaring di urutan pertama setebal 10 cm. b. arang aktif dimasukkan pada alat penyaring di urutan kedua setebal 15 cm. c. ijuk dimasukkan pada alat penyaring di urutan ketiga setebal 10 cm. d. kerikil dimasukkan pada alat penyaring di urutan keempat setebal 15 cm. e. Setelah bahan-bahan di masukkan ke dalam alat penyaring, kemudian saring limbah cair rumah tangga sebanyak 3 liter. f. Sampel limbah cair rumah tangga yang telah di saring di masukkan ke dalam botol aqua ukuran 1500 ml. g. Kemudian di uji nilai pH, TSS, dan nilai BOD pada sampel.
27
I Sabut Kelapa
II Pasir
20 cm
III 15 cm Arang Aktif
IV 10 cm Ijuk
V 15 cm Kerikil
Hasil Gambar 1. Urutan media pada saringan multimedia 1
2. Alat penyaring multimedia model kedua Sub unit saringan multimedia kedua pada penelitian ini menggunakan 5 jenis media.
Adapun urutan media pada saringan
multimedia 2 adalah sebagai berikut :
28
Cara kerja: a. masukkan sabut kelapa pada alat penyaring di urutan pertama setebal 10 cm b. masukkan pasir pada alat penyaring di urutan pertama setebal 20 cm. c. Masukkan ijuk pada alat penyaring di urutan kedua setebal 10 cm. d. Masukkan arang aktif pada alat penyaring di urutan ketiga setebal 15 cm. e. Masukkan kerikil pada alat penyaring di urutan keempat setebal 15 cm. f. Setelah bahan-bahan di masukkan ke dalam alat penyaring, kemudian saring sampel limbah cair rumah tangga sebanyak 3 liter. g. Sampel limbah cair rumah tangga yang telah di saring di masukkan ke dalam botol aqua yang ukuran 1500 ml. h. Kemudian di uji nilai pH, TSS, dan nilai BOD pada sampel.
29
I Sabut Kelapa
10 cm
II Pasir
20 cm
III 10 cm Ijuk
IV 10 15 cm cm Arang Arang aktif
V 15 cm Kerikil
Hasil
Gambar 2. Urutan media pada saringan multimedia 2 3. Alat penyaring multimedia model ketiga Sub unit saringan multimedia kedua pada penelitian ini menggunakan 5 jenis media.
Adapun urutan media pada saringan
multimedia 3 adalah sebagai berikut :
30
Cara kerja: a. Masukkan pasir pada alat penyaring di urutan pertama setebal 20 cm. b. Masukkan kerikil pada alat penyaring di urutan kedua setebal 15 cm. c. Masukkan arang aktif pada alat penyaring di urutan ketiga setebal 15 d. Masukkan ijuk pada alat penyaring di urutan keempat setebal 10 cm. e. Setelah bahan-bahan di masukkan ke dalam alat penyaring, kemudian saring sampel limbah cair rumah tangga sebanyak 3 liter. f. Sampel limbah cair rumah tangga yang telah di saring di masukkan ke dalam botol aqua ukuran 1500 ml. g. Kemudian di uji nilai pH, TSS, dan nilai BOD pada sampel. I Sabut Kelapa
10 cm
II Pasir
20 cm
III 10 cm Ijuk
IV 10 cm 15 ArangArang aktif
V 15 cm Kerikil
Hasil Gambar 3. Urutan media pada saringan multimedia 3
31
D.
Analisa Data Analisis data menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan menggunakan tiga taraf model perlakuan (P=3), yaitu model pertama (Sabut kelapa , pasir, arang aktif, ijuk dan krikil), model kedua ( Sabut kelapa, pasir, ijuk, arang aktif, kerikil), model ketiga (Sabut kelapa, pasir, kerikil, arang aktif dan ijuk) .Masing- masing taraf ulanga n sebanyak dua kali (r=2). Jumlah unit percobaan = p × r = 3 × 2 = 6 Metode umum dalam Rancang Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut Yij = µ + Ti + ? ij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan karena pengaruh model saringan penggunaan
sistem multimedia.
E.
i
= Perlakuan ( p = p1, p2 dan p3)
j
= Ulangan (r = r1 dan r2)
µ
= Nilai tengah populasi
Ti
= (µi- µ) = Pengaruh perlakuan ke-i
? ij
= Pengaruh alat percobaan diperlukan ke- i dan ulangan ke-j.
Parameter Yang Diamati Pada penelitian ini parameter yang di amati adalah uji pH, uji TSS, dan uji BOD, terhadap limbah cair rumah tangga yang telah melalui proses penyaringan.
32
a.
pH (Tingkat Keasaman) Metode yang digunakan adalah metode Elektrometri. Prosedur kerja: 1.
Kalibrasi alat pH meter dengan larutan buffer pH 4,00; 7,00; dan 10,00.
b.
2.
Kocok sampel padatan tersuspensi.
3.
Masukkan elektroda ke dalam air.
4.
Baca dan catat pHnya.
TSS (Total Suspended Solid) Prosedur kerja : 1.
Panaskan kertas saring pada oven berblower pada suhu 105 0 C selama 2 jam, setelah itu diangkat dan didinginkan dalam eksikator.
2.
Timbang kertas saring tadi, dicatat sebagai berat awal (A).
3.
Sampel air dikocok merata, ambil 50 ml dengan menggunakan pipet, kemudian di simpan pada beaker glass, saring dengan corong dan kertas saring pada botol.
4.
Panaskan kertas dan sedimen ke dalam oven berblower pada suhu 105 0 C selama 2 jam setelah itu angkat dan dinginkan di dalam desikator.
5. c.
Timbang kertas dan sedimen tadi, dicatat sebagai berat akhir (B).
BOD (Biologycal Oxygen Demand) Menurut Effendi (2003), Pelaksanaan pengujian BOD dilakukan
dengan memasukkan contoh kedalam 2 botol BOD. Kadar oksigen terlarut
33
dalam botol I segera ditetapkan. Penetapan ini dapat dilakukan dengan cara Elektrometri (dengan DO meter) atau dengan cara titrasi Winkler. Kadar oksigen sebelum inkubasi ini biasanya disebut DO0. Selanjutnya contoh dalam botol II diinkubasikan (biasanya pada 20OC selama 5 hari). Setelah masa inkubasi kadar oksigen pada contoh dalam botol II tersebut ditetapkan (sebagai DO5). Dengan demikian maka nilai BOD dari contoh adalah selisih DO0 dengan DO5. untuk contoh-contoh yang mempunyai nilai BOD tinggi maka perlu pengenceran, dan faktor pengenceran ini diperhitungkan dalam perhitungan nilai BOD contoh.
34
IV. A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
pH 1.
Hasil Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pH pada perlakuan P1 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm memiliki pH rata-rata yaitu 7,93. Pada perlakuan P2 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm memiliki pH rata-rata yaitu 8,12. Dan pada P3 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm memiliki pH rata-rata yaitu 7,54. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Data Rata-Rata Analisa pH Perlakuan
Ulangan U1 U2
Jumlah
Rata-rata
P1
7,99
7,87
15,86
7,93
P2 P3
8,12 7,65
8,13 7,44
16,25 15,09
8,12 7,54
Keterangan : P1 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm P2 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm P3 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm
35
2.
Pembahasan Rata-rata dari hasil perhitungan pH
diperoleh hasil yang
berbeda-beda dari ketiga perlakuan. Nilai rata-rata pH yang tertinggi yaitu perlakuan P2 8,12 dengan perlakuan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm, dibandingkan dengan perlakuan P1 7,93 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm dan perlakuan P3 7,54 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm. pH yang tertinggi pada perlakuan P2 disebabkan karena susunan penyaringannya tidak maksimal menetralkan pH. . Gambar 4. Diagram Hasil Perhitungan pH
Dari Gambar diatas terlihat nilai tertinggi pada pH adalah perlakuan P2 dengan jumlah 8,12 dengan perlakuan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15
36
cm dan paling rendah yaitu perlakuan P3 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm. Tabel 3. Data pH dengan perhitungan RAL
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
2
0,348
0,174
Acak
3
0,029
0,010
Total
5
0,378
Fhit 17,84
F Tabel 0,05 0,01 9.55
30.81
Keterangan : berpengaruh nyata pada taraf 5 %
B.
a.
Jika Fhitung > Ftabel 1% maka dinyatakan berbeda sangat nyata (** )
b.
Jika Fhitung > Ftabel 5% maka dinyatakan berbeda nyata (* )
c.
Jika Fhitung = Ftabel 5% maka dinyatakan tidak berbeda nyata (tn )
TSS ( Total Solid Sus pension) 1. Hasil Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa TSS pada perlakuan P1 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm memiliki TSS rata-rata yaitu 96,4. Pada perlakuan P2 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm memiliki TSS rata-rata yaitu 78,6. Dan pada P3 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm,
37
arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm memiliki TSS rata-rata yaitu 97,6. Data tersebut dapat dilihat pada table 4 dibawah ini.
Tabel 4. Data Rata-Rata Analisa TSS Perlakuan P1 P2 P3
Ulangan U1 U2 98,4 78 85,6
94,4 79,2 109,6
Jumlah
Rata-rata
192,8 157.2 195,2
96,4 78.6 97,6
Keterangan : P1 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm P2 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm P3 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm 2.
Pembahasan Rata-rata dari hasil perhitungan TSS diperoleh hasil yang berbeda-beda dari ketiga perlakuan. Nilai rata-rata TSS yang tertinggi yaitu perlakuan P3 97,6 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm, dibandingkan dengan perlakuan P1 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm dan dengan perlakuan P2 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm. TSS yang tertinggi pada
38
perlakuan P3 disebabkan karena susunan penyaringannya yang akurat menyerap kotoran. Gambar 5. Diagram Hasil Perhitungan TSS
Dari Gambar diatas terlihat nilai tertinggi pada TSS adalah perlakuan P3 dengan jumlah 97,6 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm, dan paling rendah yaitu perlakuan P2 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm. Tabel 5. Data TSS dengan perhitungan RAL
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
2
452,853
226,427
Acak
3
296,720
98,907
Total
5
749,573
F Tabel
Fhit 2,29
0,05 tn
9.55
0,01 30.81
Keterangan : tidak berbeda nyata a.
Jika Fhitung > Ftabel 1% maka dinyatakan berbeda sangat nyata (** )
b.
Jika Fhitung > Ftabel 5% maka dinyatakan berbeda nyata (* )
39
c.
C.
Jika Fhitung = Ftabel 5% maka dinyatakan tidak berbeda nyata (tn )
BOD ( Biologycal Oxygen Demand ) 1.
Hasil Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa BOD pada perlakuan P1 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm memiliki BOD rata-rata yaitu 77,75. Pada perlakuan P2 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm memiliki BOD rata-rata yaitu 81,7. Dan pada P3 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ij uk 10 cm memiliki BOD rata-rata yaitu 75,95. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Data Rata-Rata Analisa BOD Perlakuan P1 P2 P3
Ulangan U1 U2 81,4 79,8 77,9
74,1 83,6 74,0
Jumlah
Rata-rata
155,5 163,4 151,9
77,75 81,7 75,95
Keterangan : P1 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm P2 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15 cm P3 = sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm
40
3.
Pembahasan Rata-rata dari hasil perhitungan BOD diperoleh hasil yang berbeda-beda dari ketiga perlakuan. Nilai rata-rata BOD yang tertinggi yaitu perlakuan P2 81,7 dengan perlakuan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm, dibandingkan dengan perlakuan P1 77,75 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm dan perlakuan P3 75,95 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm. BOD yang tertinggi pada perlakuan P2 disebabkan karena susuna n penyaringannya tidak maksimal menyerap kotoran pada limbah rumah tangga. Gambar 6 . Diagram Hasil Perhitungan BOD
Dari Gambar diatas terlihat nilai tertinggi pada BOD adalah perlakuan P2 dengan jumlah 81,7 dengan perlakuan urutan bahan sabut kelapa 10 cm,
41
pasir 20 cm, arang aktif 15 cm, ijuk 10 cm dan kerikil 15 cm dan paling rendah yaitu perlakuan P3 dengan jumlah 75,95 dengan urutan bahan sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm. Tabel 7. Data pH dengan perhitungan RAL RAL SK
DB
JK
KT
Perlakuan
2
34,603
17,302
Acak
3
41,470
13,823
Total
5
76,073
Fhit 1,25
F Tabel 0,05 0,01 9.55
30.81
Keterangan : tidak berbeda nyata a.
Jika Fhitung > Ftabel 1% maka dinyatakan berbeda sangat nyata (** )
b.
Jika Fhitung > Ftabel 5% maka dinyatakan berbeda nyata (* )
c.
Jika Fhitung = Ftabel 5% maka dinyatakan tidak berbeda nyata (tn )
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pengujian
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 3.
Konsentrasi setiap parameter setelah penyaringan adalah pH = 7,54, TSS = 97,6 mg/L, BOD = 75,95 mg/L.
4.
Kombinasi media yang paling efektiv untuk menetralkan dan menurunkan pH dan BOD adalah saringan multimedia 3 (sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, kerikil 15 cm, arang aktif 15 cm dan ijuk 10 cm); sedangkan
untuk
menurunkan TSS Coliform
adalah
saringan
Multimedia 2 (sabut kelapa 10 cm, pasir 20 cm, ijuk 10 cm, arang aktif 15 cm dan kerikil 15).
B.
Saran 1.
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan pada beberapa waktu tinggal yang berbeda dengan kombinasi media yang sama
atau dengan
modifikasi kombinasi media lainnya yang lebih efektif dan efisien dan lebih mudah dalam pengaplikasiannya. 2.
Untuk penelitian sejenis, sebaiknya dilakukan pengujian pada parameter lain yang terkandung dalam limbah cair rumah tangga.
43
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, 2006, Merakit Sendiri Alat penjernih air untuk rumah tangga; Kawan Pustaka Jakarta. Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air; Kanisius. Yogyakarta. Riyadi S., 1984, Pencemaran Air ; Seri Lingkungan, Dasar-dasar dan Pokok pokok Penanggulangannya, Karya Anda, Surabaya. Saeni M. S., dkk., 1990, Kemampuan Saringan Pasir, Ijuk, dan Arang dalam Meningkatkan Kualitas Fisik dan Kimia Air , Kumpulan Makalah Teknik Lingkungan ITB, bandung. Santika, 1987. Metoda Penelitian Air; Usaha Nasional. Surabaya. Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UI Press : Jakarta Sugiharto, 2005, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UI Press : Jakarta Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air; Andi. Yogyakarta Untung O., 1998, Menjernihkan Air Kotor, Puspa Swara, Jakarta
44
Lampiran
45
Lampiran 1. Pasir sebagai bahan media penyaringan.
Lampiran 2. Sabut kelapa sebagai bahan media penyaringan
46
Lampiran 3. Arang tempurung kelapa Sebagai media penyaring
Lampiran 4. Pengisian bahan media kedalam pipa
47
Lampiran 5. Proses penyaringan menggunakan ember dengan media sabut kelapa
48
Lampiran 6. Proses penyaringan Air limbah rumah tangga
Lampiran 7. Proses pengujian pH limbah rumah tangga
49
Lampiran 8. Limbah rumah tangga yang telah disaring