ANALISA LAPISAN BAWAH PERMUKAAN METODE RES2DINV DAN PERKUATAN LERENG MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL (STUDI KASUS PERUMAHAN ROYAL SIGURA-GURA MALANG) Ayu Aprilia Sulistyowati1, Runi Asmaranto2, Andre Primantyo Hendrawan2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pembangunan tempat tinggal yang tidak tepat menimbulkan beberapa masalah khususnya permasalahan yang dapat menyebabkan kelongsoran pada lereng. Berdasarkan hasil survei, Perumahan Royal Sigura-gura Malang didapat dari hasil survei terletak di tepi sungai yang dapat meningkatkan potensi terjadinya kelongsoran. Pada penelitian ini perangkat lunak Res2Dinv digunakan untuk menganalisa lapisan bawah permukaan yang dihasilkan dari metode geolistrik resistivitas survei dengan konfigurasi Wennerschlumberger. Jika nilai resistivitas sebenarnya telah ditentukan, maka stratifikasi tanah di lokasi dapat diamati. Kemudian perangkat lunak geostudio SLOPE/W 2007 digunakan untuk menganalisis stabilitas lereng tanggul dengan berbagai macam kondisi iklim dan beberapa alternatif perbaikan lereng menggunakan bore pile dan geotextiles. Sebagai hasil penelitian, dari penyelidikan pada lintasan pertama ditemukan bahwa jenis tanah yang dominan di lokasi ini adalah tanah lempung dengan nilai resistivitas 5, 86-13, 4 ohm.m. Jenis tanah yang dominan pada lintasan dua ialah tanah pasir-lempungan dan lempung-pasiran dengan nilai resistivitas 22, 6-53, dan 3 ohm.m. Jenis tanah yang dominan pada survei lintasan tiga adalah kombinasi dari lintasan satu dan dua. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa alternatif terbaik untuk meningkatkan faktor keamanan dari lereng ialah dengan menggunakan perkuatan bore pile. Dari analisis biaya, ditemukan bahwa penggunaan aplikasi geotekstil menghabiskan biaya sekitar Rp 892.911.650 dan untuk penerapan aplikasi bore pile menghabiskan biaya sekitar Rp 417.365.642 Kata kunci: Geolistrik, Res2Dinv, Stabilitas Lereng, Geotekstil, Bore Pile, Geostudio SLOPE/ W
ABSTRACT The inappropriate construction of residency resulting some problems especially problems that caused landslides on the slopes. According to the result of survey, royal sigura-gura real estate malang was located on river bank that can increase its potential to suffer landslides In this research Res2Dinv software was used to analyze subsurface layers that resulted from geolectric resistivity survey with Wenner-schlumberger configuration. If the real resistivity result has been determined, then the soil stratification at location can be observed.Then geostudio SLOPE/W 2007 software was used to analyze the stability of slopes of embankment with various of climate condition and some alternative of slope improvements using bore piles and geotextiles. As a result, from the first line of investigation is found that the dominant soil type on this location is clay with resistivity value of 5, 86 – 13, 4 ohm.m. The dominant soil type based on second line is sandy – clay and clayey – sand with resistivity value 22, 6 – 53, and 3 ohm.m. The dominant soil type based on third line of survey is a combination from first and second line. It is shawn that the best alternative to improve the safety factor from the slopes is by using bore pile reinforcement. From the cost analysis,it is found that for application of geotextile, the cost is about Rp 892.911.650 and for application of bore pile is about Rp 417.365.642 Keyword: Geoelectric, Res2Dinv, Slope Stability, Geotextiles, Bore Pile, Geostudio SLOPE/ W
1. PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu pertambahan penduduk semakin meningkat sehingga mengakibatkan bertambahnya kebutuhan lain untuk dipenuhi seperti pemanfaatan lahan sebagai tempat tinggal. Pembangunan tempat tinggal yang tidak sesuai dengan pedomanan terkadang menimbulkan beberapa masalah khususnya permasalahan pada lereng yang menyebabkan kelongsoran. Kondisi Perumahan Royal Sigura-gura Malang didapat dari hasil survei terletak pada lereng yang curam. Hal ini menyebabkan beban pada lereng terlalu berlebihan sehingga menyebabkan kelongsoran. Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan struktur geologi yang ada di lokasi penelitian dan mendapatkan bangunan pengaman untuk perbaikan lereng yang sesuai dengan kondisi di lokasi penelitian. Manfaat dari studi ini adalah untuk mengetahui kondisi susunan lapisan geologi bawah permukaan berdasarkan hasil interpretasi dari besarnya hambatan jenis suatu lapisan batuan serta dapat memberi masukan untuk perbaikan lereng dengan menggunakan beberapa alternatif perkuatan lereng yang sesuai dengan kondisi di lokasi penilitian. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Metode Geolistrik Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Tahanan jenis atau resistivitas, dapat ditentukan menggunakkan hukum Ohm:
A x V I xL
(1)
dimana: ρ = Tahanan Jenis (Ohm-m) V = Tegangan (Volt) I = Arus listrik yang melewati bahan berbentuk silinder (Ampere) A = Luas Penampang (m2) L = Panjang (m Pada studi ini akan digunakan model konfigurasi Wenner-Schlumberger, dengan tujuan agar memperoleh informasi lebih rinci tentang variasi resistivitas secara vertikal dan lateral serta memperoleh penetrasi tentang kedalaman cukup besar. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger adalah (Telford, 1990): Kw-s
= πr (r+1)a
(2)
dimana : a : jarak antara elektroda P1 dan P2 r : perbandingan jarak antara elektroda C1 dan P1 dengan P2 dan C2 Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan - lapisan dengan ρ yang berbedabeda, sehingga potensial yang terukur seolah - olah merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja (terutama untuk spasi yang lebar). Resistivitas semu ini dirumuskan dengan: (Sumber: Bisri, 1988:10)
a K
V I
(3)
dimana: ρa : resistivitas semu (Ohm-m) K : faktor geometri ΔV : beda potensial (Volt) I : kuat arus (Ampere) Oleh karena itu resistivitas yang diperoleh dari persamaan (2-2) bukan merupakan resistivitas yang sebenarnya, melainkan resistivitas semu atau apparent resistivity (ρa). Untuk jarak antar elektroda arus kecil, akan memberikan nilai ρa yang harganya mendekati ρ batuan di dekat permukaan.
Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi yang berbeda akan berbeda nilainya walaupun jarak antar elektrodanya sama. Untuk medium yang berlapis, harga resistivitas semu merupakan fungsi jarak antara elektroda arus. 2.2. Program Res2Dinv Res2Dinv adalah program komputer yang secara otomatis menentukan model resistivitas 2 dimensi (2-D) untuk menentukan lapisan bawah permukaan dari hasil geolistrik. Model 2D menggunakan program inversi yang terdiri dari sejumlah kotak persegi. Susunan dari kotak-kotak ini terkait oleh distribusi dari titik datum dalam pseudosection. Distribusi dan ukuran dari kotak secara otomatis dihasilkan dari program, maka jumlah kotak tidak akan melebihi jumlah datum point. 2.3. Analisa Stabilitas Lereng Analisa stabilitas lereng merupakan suatu perhitungan analisis yang dilakukan pada daerah lereng atau pada kondisi tanah asli untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kestabilan lereng yang sering kali dinyatakan dalam suatau koefisien dengan membandingkan jumlah gaya atau momen yang mendorong dan jumlah gaya atau momen yang menahan. Koefisien tersebut adalah angka keamanan lereng. a. Analisa Stabilitas Lereng Tanpa Tulangan Metode Bishop sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan terkritis. Metode ini juga memperhitungkan komponen gayagaya (horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing potongan, dimana dapat juga digunakan dalam menganalisa tegangan efektif. Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor
dengan tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan. [
)
)
] (4)
dengan : Fk c φ b
= faktor aman = kohesi tanah (kN/m2) = sudut gesek dalam tanah (derajat) = ai cos θi = lebar irisan ke-i arah horizontal (m) W = berat irisan tanah ke-i (kN/ m) θi = sudut antara bidang horisontal dengan garis kerja kohesi b. Analisa Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Analisis stabilitas lereng dengan perkuatan terdiri dari analisis stabilitas internal, stabilitas eksternal, dan stabilitas terhadap kelongsoran lereng. 1. Stabilitas internal Angka keamanan (SF) terhadap putus tulangan (5) Keterangan : SFr = angka keamanan terhadap putus tulangan Sv = jarak tulangan arah vertikal (m) Ta = kuat tarik ijin tulangan (kN/m) σh = tekanan horizontal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m2) Angka keamanan (SF) terhadap cabut tulangan (6) Keterangan : SFp = angka keamanan terhadap cabut tulangan = koefisien gesek antara tanah dan tulangan, dapat diambil μ = tg (2ϕ/3) σv = tekanan vertikal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m2) Le = panjang perkuatan yang berada di belakang garis longsor (m) σh = tekanan horizontal tanah pada
kedalaman yang ditinjau (kN/m2) Sv = jarak tulangan arah vertikal (m) 2. Stabilitas eksternal Angka keamanan terhadap geser (7) ∑ Keterangan : F = gaya yang melawan (kN) ∑E = jumlah gaya geser (kN) Angka keamanan terhadap guling ∑
∑
(8)
Keterangan : ∑MP = jumlah momen pasif (kNm) ∑ MA = jumlah momen aktif (kNm) 3. Stabilitas terhadap kelongsoran lereng Dalam tinjauan ini digunakan teori stabilitas tanpa perkuatan yang telah dibahas sebelumnya. Apabila kuat tarik bahan geotekstil untuk perkuatan satu lapis sebesar T (kN/m), maka besarnya angka keamanan lereng dengan perkuatan geotekstil ditentukan dengan menambahkan faktor aman lereng tanpa perkuatan dengan pengaruh tahanan momen oleh geotekstil: ∑ (9) ) Keterangan : Fk = angka keamanan Fku = angka keamanan lereng tanpa perkuatan R = jari-jari lingkaran longsor (m) Wi = berat irisan tanah ke-i (kN/m) θi = sudut tengah pias ke-i (0) Ti = jumlah gaya tarik per meter lebar geotekstil yang tersedian untuk setiap lapisan tulangan (kN/m) yi = R cos θi = lengan momen geotekstil terhadap O (m) 2.4. Bore Pile Analisis kapasitas daya dukung tiang tunggal. Kapasitas daya dukung tiang merupakan jumlah dari kapasitas titik akhir atau perlawanan ujung dengan perlawanan selimut tiang. Pu = Ppu + Pps (10) Dimana
Pu Ppu
= Kapasitas daya dukung tiang = Kapasitas dukung pada ujung tiang Pps = Kapasitas daya dukung karena tahanan kulit Menurut Mayerhof (1956, 1976 ) kapasitas titik akhir atau perlawanan ujung dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Ppu = Ap ( 40 N ) Lb/B (11) Dimana Ppu = Kapasitas daya dukung pada ujung tiang Ap = Luas penampang tiang N = Nilai SPT B = Diameter tiang pancang Lb = Daerah pengaruh, diambil sebesar 3B di bawah titik tiang Sedangkan untuk menghitung tahanan kulit, Joseph E. Bowles, menyatakan dalam bukunya bahwa tahanan selimut dapat diperoleh dari persamaan : Ps = As .fs (12) Dimana Ps = Kapasitas tahanan kulit As = Luas selimut tiang Untuk nilai fs, untuk data SPT, Mayerhof (1956, 1976 ) menyatakan dengan persamaan: Ps = As .fs = ( π. D. L ) . ( Xm . N ) (13) fs = Xm . N (14) Dimana : Xm = 2,0 untuk tiang pancang volume besar = 1,0 untuk tiang pancang volume kecil N = nilai SPT 2.5.Program GeoStudio SLOPE/W 2007 Program Geoslope adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-lingkungan. Software ini meliputi SLOPE/ W, SEEP/ W, SIGMA/ W, QUAKE/ W, TEMP/ W, dan CTRAN/ W yang sifatnya terintegrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke dala produk yang lain. Fitur ini sangat kuat memperluas jenis masalah yang
dapat dianalisis dan memberikan fleksibilitas untuk memperoleh modul seperti yang dibutuhkan untuk proyek yang berbeda. Selain itu juga fitur ini sangat unik. SLOPE/ W merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan lereng dan kemiringan batuan. Dengan menggunakan SLOPE/ W ini, kita dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah, dan beban terkonsentrasi. Kita juga dapat menggunakan tekanan pori-air yang terbatas, tegangan statis, atau tekanan dinamik pada analisis stabilitas lereng dan analisis probabilistik. 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengolahan Data dengan Software Res2Dinv Hasil pengolahan data menggunakan program Res2Dinv dari pendugaan geolistrik konfigurasi WennerSchlumberger Lintasan 1 berkisar antara 5,86 – 106 ohm.m dengan kedalaman maksimal yang diperoleh yaitu 6,37 m. Pada jarak 4 - 16 m dari titik awal pengukuran, didominasi oleh tanah lempung pada kedalaman 0,5 - 5 m. Sedangkan pada jarak 18 m dari titik awal pengukuran, tanah masih didominasi dengan tanah lempung hanya saja pada kedalaman yang berbeda. Jika pada jarak 4 – 16 m sebelumnya tanah lempung sudah terlihat tepat dibawah topsoil, maka pada jarak 18 m tanah lempung terlihat lebih dalam yaitu pada kedalaman 3,5 – 6 m
Hasil pengolahan data menggunakan program Res2Dinv dari pendugaan geolistrik konfigurasi WennerSchlumberger Lintasan 2 berkisar antara 4,08 – 81,7 ohm.m dengan kedalaman maksimal yang diperoleh yaitu 6,37 m. Pada jarak 6 – 12 m dari titik awal pengukuran, didominasi oleh tanah lempung pada kedalaman 4 – 6,37 m. Sedangkan pada jarak 14 -20 m dari titik awal pengukuran, tanah didominasi oleh tanah lempung-pasiran dan pasirlempungan pada kedalaman 0,5 – 6,37 m.
Gambar 2. Hasil Pengolahan Lintasan 2 Hasil pengolahan data menggunakan program Res2Dinv dari pendugaan geolistrik konfigurasi WennerSchlumberger Lintasan 3 berkisar antara 2,03 – 129 ohm.m dengan kedalaman maksimal yang diperoleh yaitu 9,60 m. Pada gambar hasil pengolahan data di atas, perbedaan jenis lapisan tanah lebih beragam dengan dominasi tanah pasir lempungan pada jarak 22 – 32 m dari titik awal pengukuran dengan kedalaman 2 – 9,60 m.
Gambar 3. Hasil Pengoahan Lintasan 3 Untuk hasil interpretasi lapisan tanah hasil pengolahan data menggunakan Res2Dinv dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1. Hasil Pengolahan Lintasan 1
Topsoil Lempung
3.00m
Pasir-lempungan (Clayey-sand)
16.00m
Lempung
7.60m
2.50m
14.00m
50.00m
6.00m
Gambar 4. Lapisan jenis tanah hasil dari interpretasi Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya (Pratama, 2015), jenis tanah dari pendugaan geolistrik dengan hasil uji laboratorium memiliki jenis tanah yang sama yaitu memiliki jenis tanah lempung dan pasir-lempungan. 3.2. Pengolahan Data dengan Software Geostudio SLOPE/ W 2007 Tabel 1. Data material tanah untuk diinput pada software Geostudio SLOPE/ W 2007 : Tanah Atas
Tanah Bawah 3
10,69 kN/ m3
γdry
10,31 kN/ m
γwet
14,78 kN/ m3
14,37 kN/ m3
γair
10 kN/ m3
10 kN/ m3
γsat C (kohesi)
16,388 kN/ m3 0,158 kPa
16,291 kN/ m3 0,12 kPa
ϕ (sudut geser) e Gs
6o 1,55 2,629
7o 1,27 2,428
Pada penginputan data material tanah di atas tidak menggunakan tanah C (ladang) dikarenakan kelongsoran hanya terjadi pada tanah atas dan tanah bawah. Geotekstil yang digunakan yaitu geotekstil teranyam (woven) dengan jenis Hate Renfox R Kuat tarik geotekstil = 60 kN/m Perpanjangan = 40% Berat perluas = 325 gr/m2 Perhitungan kapasitas bore pile yang digunakan : Diameter = 0,3 m A = 0,071 m2 NSPT =8 L = 0,9 m Ltiang =5m Ppu = Ap (40N) Lb/ B = 0,071 (40 x 8) 0,9/ 0,3
= 68,16 ton Pps = As x Fk = (π . D. L) (Xm . N) = (3,14 x 0,3 x 10) ( 1 x 8) = 75,36 ton Pu = Ppu + Pps = 68,16 + 75,36 = 143,52 ton = 1407,93 kN Hasil analisa stabilitas berbagai kondisi dengan bantuan Geostudio SLOPE/W 2007 dapat dilihat pada tabel 2. dibawah ini : Tabel 2. Hasil Analisa Stabilitas Lereng dengan Geostudio SLOPE/W 2007 Kondisi Tanah Kondisi tanah kering
Tanpa perkuatan
Geotekstil
Bore Pile 10,87 > 1,25
0,78 < 1,25
3,852 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Kondisi tanah kering ada beban
0,66 < 1,25
1,667 > 1,25
2,30 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Kondisi tanah jenuh
0,599 < 1,25
1,979 > 1,25
2,772 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Kondisi tanah jenuh ada beban
0,485 < 1,25
1,288 > 1,25
1,421 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Berikut merupakan beberapa contoh gambar hasil running menggunakan software Geostudio SLOPE/W 2007 :
Gambar 5. Hasil running simulasi tanah pada kondisi kering tanpa perkuatan
Gambar 6. Hasil running simulasi tanah pada kondisi tanah jenuh tanpa perkuatan
Gambar 9. Hasil running simulasi tanah pada kondisi tanah kering ada beban merata dengan menggunakan perkuatan bore pile
Gambar 7. Hasil running simulasi tanah pada kondisi tanah jenuh tanpa beban merata dengan menggunakan perkuatan geotekstil
Gambar 10. Hasil running simulasi tanah pada kondisi tanah jenuh ada beban merata dengan tanpa menggunakan perkuatan
Gambar 8. Hasil running simulasi tanah pada kondisi tanah kering ada beban merata dengan menggunakan perkuatan geotekstil
Gambar 11. Hasil running simulasi tanah pada kondisi tanah jenuh ada beban merata dengan menggunakan perkuatan geotekstil
3.3. Analisa Rencana Anggaran Biaya Hasil perhitungan anggaran biaya untuk setiap perkuatan, yaitu geotekstil dan bore pile mempunyai anggaran biaya yang berbeda-beda karena jenis material yang digunakan juga berbeda. Untuk perkuatan geotekstil, rencana anggaran biaya yang diperlukan sebesar Rp 892.911.650,- dan untuk perkuatan bore pile, rencana anggaran biaya yang diperlukan sebesar Rp 417.365.642,Dilihat dari hasil rencana anggaran biaya diatas, harga untuk pemasangan geotekstil lebih mahal dikarenakan kebutuhan untuk pemasangan geotekstil di lokasi penelitian dibutuhkan tulangan sebanyak 25 lembar dengan luasan ratarata sebesar 681,48 m2. Sedangkan pada pemasangan tulangan bore pile hanya dibutuhkan sebanyak 20 tulangan dengan volume setiap tulangan sebesar 0,7065 m3 . 4. KESIMPULAN 1. Dari hasil pendugaan susunan lapisan bawah permukaan menggunakan metode geolistrik konfigurasi wennerschlumberger dengan menggunakan perhitungan melalui software Res2Dinv diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3. Rekapitulasi Pendugaan Geolistrik dan Resistivitas Lintasan
Kedalaman (m)
Resistivitas (ohm.m) Deskripsi Lapisan
Lintasan 1
0,5 – 5
5,86 – 13,4
Lempung
Lintasan 2
0,5 – 6,37
22,6 – 81,7
Pasir - lempungan
Lintasan 3
0,5 – 9,6
2,03 – 129
Lempung dan Pasir Lempungan
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil interpretasi jenis lapisan bawah permukaan yang diperoleh dari hasil pendugaan geolistrik konfigurasi wenner-shclumberger menunjukkan jenis tanah yang ada di lokasi penelitian didominasi oleh tanah lempung dan pasir – lempungan. 2. Dari hasil analisa stabilitas berbagai kondisi dengan bantuan Geostudio
SLOPE/W 2007, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4. Rekapitulasi Analisa Stabilitas Lereng dengan Geostudio SLOPE/W2007 Kondisi Tanah Kondisi tanah kering
Kondisi tanah kering ada beban
Tanpa perkuatan
Geotekstil
Bore Pile
0,78 < 1,25
3,852 > 1,25
10,87 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman 2,30 > 1,25
0,66 < 1,25
1,667 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Kondisi tanah jenuh
0,599 < 1,25
1,979 > 1,25
2,772 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Kondisi tanah jenuh ada beban
0,485 < 1,25
1,288 > 1,25
1,421 > 1,25
Tidak Aman
Aman
Aman
Dilihat dari nilai faktor keamanan yang telah dianalisis dengan menggunakan Geostudio SLOPE/W 2007, nilai faktor kemanan terbesar adalah kondisi tanah dengan perkuatan bore pile. Hal ini disebabkan bore pile dapat memadatkan tanah pasir sehingga kapasitas dukung tanah bertambah. Seperti yang sudah diketahui bahwa jenis tanah di lokasi merupakan tanah pasir-lempungan. Selain itu juga bore pile dapat meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu sehingga bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah yang ada disekitar. 3. Dari hasil perhitungan analisa stabilitas lereng tersebut, maka bisa didapatkan hasil perhitungan anggaran biaya untuk setiap perkuatan, yaitu geotekstil dan bore pile. Dari kedua perkuatan tersebut anggaran biaya yang dibutuhkan berbedabeda karena jenis material yang digunakan juga berbeda. Untuk perkuatan geotekstil, rencana anggaran biaya yang diperlukan sebesar Rp 892.911.650,- dan untuk perkuatan bore pile, rencana anggaran biaya yang diperlukan sebesar Rp 417.365.642,DAFTAR PUSTAKA Azizah, F. N. 2014. Penggunaan Geotekstil Pada Lereng Sungai Gajah Putih Surakarta. hlm. 2-5.
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Hardiyatmo, H. C. 2013. Geosintetik Untuk Rekayasa Jalan Raya Perancangan Dan Aplikasi Edisi II. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Das, BM. 1994. Mekanika Tanah (Jilid 2). Surabaya: Erlangga. Nurfitrianty, H. P. 2015. Aplikasi Software Geostudio Slope/W 2007 Untuk Analisis Penyebab Kelongsoran Di Perumahan Royal Sigura-Gura Malang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Pratama, A. W. 2015. Aplikasi Software Plaxis untuk Analisa Penyebab Kelongsoran di Perumahan Royal Sigura-gura Malang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. PU. 2009. Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan Tanah dengan Geosintetik. Malang: Departemen Pekerjaan Umum. Sulaksana, N. 2013. Survey Geofisika Metode Resistivitas 2-D untuk Mitigasi Bencana Longsor di Lintasan Kereta Api Purwakarta – Padalarang. hlm. 4 Priambodo, I. C, dkk. 2011. Aplikasi Metoda Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger Pada Survey Gerakan Tanah di Bajawa, NTT. hlm. 2-4 Hidayat, N. 2006. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas 2D di DAS Pekalen Kabupaten Probolinggo untuk Menentukan Letak Akuifer dan Pendugaan Lapisan Geologi Bawah Permukaan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.
Chasanah, U. 2012. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Program Geoslope. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Waluyo. 1984. Metode Resistivitas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Girsang, P. 2009. Analisa Daya Dukung Pondasi Bored Pile Tunggal Pada Proyek Pembangunan Gedung Crystal Square Jl. Imam Bonjol No. 6 Medan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara.