ANALISA DROP TEGANGAN PADA FEEDER SETAPUK TEGANGAN MENENGAH 20 KV DI GARDU INDUK SEI-WIE PT PLN (PERSERO) CABANG SINGKAWANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Pontianak
Oleh : IKHLAS HAKIKI NIM. 3200803032
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 2011
ANALISA DROP TEGANGAN PADA FEEDER SETAPUK TEGANGAN MENENGAH 20 KV DI GARDU INDUK SEI-WIE PT PLN (PERSERO) CABANG SINGKAWANG TUGAS AKHIR Oleh : IKHLAS HAKIKI NIM. 3200803032 Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Pontianak Disahkan Oleh :
Ketua Jurusan ,
Pembimbing ,
H. Irawan Suharto, ST NIP. 197103111998021001
Ir. Rusman, MT NIP. 196709221998031004 Mengetahui : Direktur
Mahyus, S.Pd, SE, MM NIP. 197002011996031001
Yang bertanda tangan dibawah ini, Tim penguji Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Pontianak, menyatakan bahwa Tugas Akhir ini :
Nama
: Ikhlas Hakiki
NIM
: 3200803032
Judul
: Analisa Drop Tegangan Pada Feeder Setapuk Tegangan Menengah 20 KV Di Gardu Induk Sei-Wie PT PLN (PERSERO) Cabang Singkaawang
Telah diuji dalam sidang pada tanggal : 15 Agustus 2011
Pontianak, Agustus 2011
Tim Penguji Ketua
Ir. Rusman, MT NIP. 196709221998031004
Penguji I
Suparno, ST NIP. 196409131990031002
Penguji II
Fauzi, SST NIP. 196301151991031004
MOTTO : Orang gagal berhenti terlalu cepat,,, Orang sukses bertahan lebih lama,,, Seseorang biSA disebut pemimpin jika ia Mampu menyatukan setiap perbedaan…
Kupersembahkan Kepada :
Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untukku…
Saudara – Saudariku tersayang…
Buat kekasihku yang selalu dihati dan akan selamanya mendampingiku dalam setiap waktu,,, Amin…
Teman – teman seperjuanganku 6 LA dan 6 LB Angkatan 2008
Abstrak Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik. Kerugian tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga, dalam penyaluran daya listrik melalui tranmisi maupun distribusi, akan mengalami drop tegangan ( voltage drop) sepanjang saluran dilalui. Besar drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk sangat dipengarui oleh besar arus dan nilai impedansi jadi drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk dan drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk sebesar 18,539 KV atau 7,88% ini masih dalam standar PLN karena belum melebihi standar yang ditentukan yaitu sebesar -10% dari tegangan nominalnya. Ada beberapa cara untuk memperbaiki drop tegangan dan salah satunya adalah menggunakan metode on load tap changer yang terdapat pada transformator daya. Kenaikan dan penurunan tegangan dapat dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah tap yang terdapat pada transformator daya. Dari analisa diperoleh bahwa besar drop tegangan yang terjadi yang sangat berperan penting karena terjadinya besar drop tegangan adalah arus yang terlalu besar jadi harus dikurangi arus disegmen yang besar drop tegangannya terlalu besar. dengan menaikan tegangan pada gardu induk melalui perubahan tap pada transformator daya dapat meningkatkan tegangan ujung pelayanan hingga ke batas-batas toleransi. Kata Kunci : On load tap charger, transformator, dan drop tegangan.
i
Abstract Power plant system is far away from central load. It creates high losses in transmitting electrical power. These losses is because of long way to be passed to the load. Then, in transmitting and distributing electrical power, there are always drop voltage along the trnsmission line. Large voltage drop that occurs in feeder setapuk greatly be affected by the large currents and impedance values so that the voltage drop occurs in feeder setapuk and voltage drop that occurs in feeder setapuk of 18.539 kV or 7.88% is still in PLN standard because it has not exceeded the standards determined that is equal to -10% of nominal voltage. obtained that a large voltage drop that occurs very important role because of the large voltage drop is too large currents must be reduced so that a large segment currents the voltage drop is too large. There are few ways to minimalize drop voltage and one of it is by using on load tap changer which is located in power transformator. After analyzing, there are good efficiency if we step up voltage at power system by using tap changing in power transformator. Keywords : On load tap charger, power transformator, and drop voltage
ii
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah.SWT. atas rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Drop tegangan Pada Feeder Setapuk Tegangan Menengah 20 KV di Gardu Induk Sei-Wie PT.PLN (persero) Cabang Singkawang”. Tugas akhir ini dalam rangka memenuhi syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III di Politeknik Negeri Pontianak, khususnya Jurusan Teknik Elektro. Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih kurang dari kesempurnaan baik isi maupun susunanya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Dengan selesainya Tugas Akhir ini, kiranya tiada yang patut penulis sampaikan selain ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Kedua Orang Tua dan Saudara yang tercinta, yang telah member kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Politeknik Negeri Pontianak, serta memberikan kasih sayang pada penulis. 2. Bapak Mahyus, S.Pd, SE, MM, selaku direktur Politeknik Negeri Pontianak 3. Bapak H. Irawan Suharto, ST, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Pontianak. 4. Bapak Ir. Rusman. MT, selaku pembimbing Tugas Akhir. 5. Bapak Achmad Ismail, ST, selaku manajer PT.PLN (persero) Cabang Singkawang beserta staf teknisi yang telah banyak membantu dalam pengambilan data yang dilakukan oleh penulis.
iii
6. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Pontianak. 7. Seluruh teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 8. Teman seperjuanganku angkatan 2008 Jurusan Teknik Elektro yang telah banyak membantu penulis. Semoga Tugas Akhir ini sangat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri. Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan kemudahan dalam menuju puncak kesuksesan yang kita inginkan.
Pontianak, 15 Agustus 2011
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
Hal ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1
1.2 Tujuan Tugas Akhir ...................................................................................
2
1.3 Permasalahaan ...........................................................................................
2
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................................
3
1.5 Metedologi .................................................................................................
3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................
4
BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi ......................................................................................................
5
2.2 Saluran Distribusi .......................................................................................
7
2.3 Pembagian dari Sistem Distribusi ...............................................................
8
2.4 Jaringan Distribusi Primer dan Jenisnya .....................................................
9
2.4.1 Hantaran Udara (Over Head Line) ...........................................................
9
2.4.2 Hantaran Bawah Tanah (Under Ground Cable) ........................................
10
2.5 Tipe Jaringan Distribusi Primer ..................................................................
11
2.5.1 Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial ....................................................
12
2.5.2 Jaringan Distribusi Primer Tipe Loop ......................................................
13
2.5.3 Jaringan Distribusi Primer Tipe Ring .......................................................
14
v
2.5.4 Jaringan Distribusi Primer Tipe Grid (Network) ......................................
15
2.5.5 Sistem Jaringan distribusi Primer Tipe Spindel Dan Cluster ....................
16
2.6 Drop Tegangan ..........................................................................................
17
BAB
III
ANALISA
DROP
TEGANGAN
PADA
FEEDER
SETAPUK
TEGANGAN MENENGAH 20 KV DI GARDU INDUK SEI-WIE PT.PLN (PERSERO) CABANG SIGKAWANG 3.1 Saluran Distribusi Primer ...........................................................................
21
3.2 Sambungan Penghantar Pada Saluran primer ..............................................
21
3.3 Data Jaringan Listrik PLN ..........................................................................
21
3.3.1 Diagram Satu Garis Feeder setapuk .........................................................
22
3.3.2 Data Gardu Feeder Setapuk .....................................................................
24
3.3.3 Data Survey Panjang SUTM Pada Feeder Setapuk ..................................
24
3.3.4 Konstanta jaringan ..................................................................................
26
3.4 Perhitungan Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk .............................
27
3.4.1 Perhitungan Drop Tegangan ....................................................................
27
3.4.2 Persentase Pada Feeder Setapuk ..............................................................
29
3.5 Analisa Drop Tegangan ..............................................................................
33
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ................................................................................................
35
4.2 Saran ..........................................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1. Diagram Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ......................
7
Gambar 2.2. Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial .........................................
13
Gambar 2.3. Jaringan Distribusi Primer Tipe Loop ...........................................
14
Gambar 2.4. Jaringan Distribusi Primer Tipe Ring ...........................................
15
Gambar 2.5. Sistem Distribusi Tipe Grid / Network .........................................
16
Gambar 2.6. Jaringan Distribusi Primer Tipe Spindle .......................................
17
Gambar 2.7. Jaringan Distribusi Primer Tipe Cluster ........................................
17
Gamabr 2.8. Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi ........................................
19
Gambar 2.9. Vektor Arus pada Tegangan Saluran Distribusi ............................
19
Gambar 3.1. Diagram Segaris Feeder Setapuk ..................................................
23
Gambar 3.2. Grafik Drop Tegangan Sepanjang feeder Setapuk (Km / ∆V(kV) )
29
Gambar 3.2. Grafik Drop Tegangan Sepanjang feeder Setapuk (arus / ∆V(kV) )
29
Gambar 3.3. Grafik Persentase Drop tegangan Sepanjang Feeder Setapuk (Km / ∆V(%) )..............................................................................
32
Gambar 3.3. Grafik Persentase Drop tegangan Sepanjang Feeder Setapuk (arus / ∆V(%) ) .............................................................................
vii
32
viii
DAFTAR TABEL
Hal Table 3.1. Arus/Beban Puncak (ITM) Per Gardu ................................................
24
Table 3.2. Survey Panjang SUTM dan Jumlah Tiang Feeder Setapuk ...............
25
Tabel 3.3. Data Impedansi Kawat / SPLN 64 Tahun 1985 ................................
26
Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Drop Tegangan Per Gardu ..................................
28
Table 3.5. Hasil Perhitungan Persentase Drop Tegangan ..................................
31
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang PT.PLN (Persero) merupakan BUMN yang menyediakan tenaga listrik bagi seluruh lapisan masyarakat yang semangkin hari semangkin dibutuhkan keberadaanya. Hal ini tidak lepas dari kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik yang semangkin meningkat seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi dan taraf hidup masyarakat pada umumnya. Sistem distribusi tenaga listrik merupakan suatu sistem penyalur energi listrik (power station) pada tingkat tegangan yang diperlukan, pada umumnya terdiri dari beberapa bagian yaitu: gardu induk, jaringan distribusi primer, gardu distribusi, dan jaringan distribusi sekunder. Berdasarkan tegangannya sisitem distribusi tegangan listrik di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua macam tegangan yaitu, distribusi tegangan menengah (distribusi primer) yang bertegangan 20 KV dan distribusi tegangan rendah (distribusi sekunder) yang bertegangan 220/380 Volt. Pada suatu sistem penyaluran sistem tenaga listrik baik memakai sistem tranmisi, sub tranmisi maupun distribusi ada kemungkinan besar akan terjadi drop tegangan. Drop tegangan dapat juga terjadi karena penghantar yang dipakai mempunyai tahanan. Oleh karena itu, penyaluran jarak jauh sangat memungkinkan terjadinya drop tegangan dan memegang peran penting. Akibat dari kerugian tersebut maka akan timbul drop teagangan.
2
Secara umum sistem distribusi dimulai dari penyulang yang keluar dari GI (Gardu Induk) disalurkan melalui penghantar berupa kawat yang terbuat dari almunium pada jaringan listrik. Jaringan tersebut menghantarkan arus listrik dari jarak yang cukup jauh, seingga tegangan dan arus listrik banyak yang hilang. Salah satu persyaratan penting dalam merencanakan suatu jaringan distribusi harus di perhatikan masalah kualiatas saluran, dan kontinuitas pelayanan yang baik terhadap konsumen.
1.2. Tujuan Tugas Akhir Tujuan penulisan tugas akhir ialah : a.
Menghitung seberapa besar drop tegangan pada feeder setapuk tegangan menengah 20 KV yang terjadi dari gardu induk Sei-Wie PT. PLN (Persero) Cabang Singkawang.
b.
Bagaimana mengatasi drop tegangan sehingga drop tegangan pada feeder setapuk tegangan menengah 20 KV tidak terlalu besar dari standar SPLN 1 : 1978, dimana ditentukan bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagian akibat jatuh tegangan, karena adanya perubahan beban, maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan nominalnya.
1.3. Permasalahan Drop tegangan biasanya terjadi karana jauhnya penghantar. Pada gardu distribusi, perbedaan drop tegangan masing-masing feeder (penyulang) yang disebabkan oleh bebrapa hal, antara arus beban puncak, panjang saluran penghantar dan induktansi serta resistansi pada kabel tersebut.
3
1.4. Pembatasan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis hanya membataskan masalah sebagai berikut : Berapa besar drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk tegangan menengah 20 KV.. Besar drop tegangan yang dihitung dari PLTD Sei-Wie s/d LBS Pos Selakau Bagaimana mengatasi drop tegangan yang timbul pada feeder setapuk tegangan menengah 20 KV tersebut
1.5. Metedologi Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengguanakan tiga macam metode yaitu: a) Metode Literlatur Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan judul laporan akhir dari buku-buku yang ada di perpustakaan maupun buku-buku panduan dari PT. PLN (Persero) selama melakuan pengambilan data. b) Metode Interview/wawancara Konsultasi
langsung
dengan
orang-orang
terkait
yang
sudah
berpengalaman di jaringan tegangan menengah. c) Metode Observasi Melakukan pengamatan dilokasi kerja/PT. PLN (Persero) sehingga mengetahui secara langsung situasi maupun keadaan sebenarnya.
4
1.6. Sistematika Penulisan BAB I
Pendahuluan Merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan, permasalahan, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
Teori dasar Berisikan penjelasan teori penjelasan teori-teori pendukung atau kajian secara umum dari berbagai literature yang memberikan penjelasan yang berkaitan erat dengan judul yang akan dibahas.
BAB III
ANALISA DROP TEGANGAN PADA FEEDER SETAPUK TEGANGAN MENENGAH 20 KV DI GARDU INDUK SEI-WIE PT. PLN (PERSERO) CABANG SINGKAWANG. pada bab ini menghitung berapa besar drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk dan bagaimana cara mengatasi mengurangi besar drop yang terjadi pada feeder setapuk.
BAB IV
Merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
5
BAB II TEORI DASAR 2.1. Definisi Jaringan distribusi tenaga listrik merupakan semua bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan sumber daya besar dengan rangkaian pelayanan pada konsumen. Sumber daya besar adalah pusat-pusat pembangkit listrik dengan kapasitas daya yang dihasilkan dalam satuan MW. Pembangkit listrik ini digolongkan atas jenis-jenis tenaga yang digunakan, seperti pembangkit yang menggunakan tenaga air, bahan minyak bumi/batu bara, panas surya, tenaga angin dan lain-lain Fungsi utama dari sistem distribusi adalah untuk menyalurkan energi listrik dari sumber daya ke pemakai atau konsumen. Baik buruknya suatu sistem distribusi dinilai dari bermacam-macam faktor, diantaranya menyangkut hal-hal sebagai berikut : a. Kontinuitas pelayanan b. Efisiensi c. Fleksibilitas d. Regulasi tegangan e. Harga sistem Dari kelima hal diatas, masalah-masalah yang dihadapi dalam suatu sistem jaringan distribusi adalah bagaimana menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya untuk saat tertentu dan juga untuk masa yang akan datang. Pada sistem distribusi, harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
6
a) Gangguan terhadap pelayanan (interruption) tidak boleh terlalu sering b) Gangguan terhadap pelayanan pada suatu daerah tidak boleh terlalu lama c) Regulasi tegangan tidak terlalu besar d) Biaya system operasional harus serendah mungkin e) Harus fleksibel (mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi, seperti pada sistem perubahan beban yang tidak menelan biaya yang tinggi). Jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu sebagai berikut : a) Jaringan Distribusi Primer Yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu induk sub tranmisi ke gardu distribusi. Jaringan ini merupakan jaringan tegangan menengah atau jaringan tegangan primer. b) Jaringan distribusi sekunder Yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Jaringan ini sering disebut jaringan tegangan rendah.
7
Gardu induk tranmisi Interkoneksi 150 kV
Jaringan subtranmisi
Distribusi 20 kV
Gardu distribusi
Jaringan Distribusi sekunder 380 / 220 Volt Konsumen Gambar 2.1 Diagram Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik 2.2
Saluran Distribusi Energi listrik tegangan 20 KV di busbar gardu induk, disalurkan melalui
feeder-feeder (penyulang) distribusi ke gardu hubung atau dapat langsung dihubungkan ke konsumen. Dari gardu hubung, energi disalurkan ke gardu-gardu distribusi. Gardu distribusi adalah gardu tempat mengubah tegangan primer menjadi tegangan sekunder, kemudian membaginya kesaluran pengisi primer dan selanjutnya disalurkan kesetiap titik pelanggan. Gardu distribusi berfungsi melayani konsumen tegangan rendah dimana tegangan 20 KV diturunkan tegangannya menjadi 380/220 volt pada trafo distribusi, untuk kemudian
8
disalurkan pada konsumen melalui jaringan tegangan rendah (jaringan distribusi sekunder). Sistem tegangan distribusi primer di PLN (Persero) cabang singkawang adalah grid yang beroperasi secara radial, yang disuplay dari gardu hubung dengan gardu induk sebagai pusat beban. 2.3
Pembagian dari Sistem Distribusi Secara singkat fungsi dari bagian-bagian sistem distribusi diatas adalah
sebagai berikut : a. Gardu Induk Tranmisi Merupakan gardu yang mensuplai sumber daya listrik besar b. Saluran Sub Tranmisi Saluran subtranmisi adalah saluran yang berfungsi menyalurkan listrik dari sumber daya besar menuju gardu induk pada suatu tegangan subtranmisi yang terletak didaerah beban. c. Gardu Induk Sub Tranmisi Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari saluran subtranmisi dan menurunkan tegangan saluran distribusi primer d. Jaringan Distribusi Primer Saluran primer adalah saluran yang menghubungkan gardu induk dengan beberapa gardu distribusi pada suatu tegangan primer. Saluran ini biasanya tiga fasa, terdiri dari kabel tanah, kabel udara, atau hantaran terbuka. e. Gardu Hubung Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk dan menyalurkan tegangan primernya menuju gardu induk. f. Gardu Distribusi
9
Gardu distribusi berfungsi mengubah tegangan primer menjadi tegangan sekunder, kemudian membaginya ke setiap titik langganan. g. Jaringan Distribusi Sekunder Saluran sekunder adalah saluran diantara gardu distribusi dan langganan, saluran ini berfungsi menyalurkan daya dari gardu distribusi ke rangkaian pemakai. 2.4
Jaringan Distribusi Primer dan Jenisnya Jaringan distribusi primer menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke
beberapa gardu distribusi. Jaringan ini terdiri dari saluran pengisi primer keluar dari rel daya gardu induk menuju daerah beban kesisi primer dari setiap gardu distribusi. Saluran distribus primer dapat berupa hantaran udara terbuka (Over Head Line) atau hantaran bawah tanah (Under Ground Cable), dan secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.4.1 Hantaran Udara (Over Head Line) Hantaran udara dapat berupa kawat terbuka atau kabel udara. Sistem ini baik untuk daerah dengan kerapatan daerah beban rendah, seperti daerah pinggiran kota maupun daerah pedesaan, Hantaran udara murah untuk daerah seperti itu karena harga. Keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai dari hantaran ini antara lain :
Mudah melakukan pencabangan untuk keperluan perkembangan beban. Mudah mengadakan perbaikan gangguan, yang gangguan bersifat sementara. Mudah melakukan pemeriksaan jika terjadi gangguan pada jaringan.
10
Tiang-tiang jarinan distribusi primer dapat pula dipergunakan untuk jaringan distribusi sekunder dan keperluan trafo atau gardu tiang (gardu distribusi) sehingga secara keseluruhan harga instalasinya murah. Jaringan hantaran udara menyalurkan daya listrik melalui kawat
telanjang atau kabel yang digantung pada tiang-tiang dengan peralatan isolator, disamping itu juga mengurangi keindahan sekitarnya karena saluran kabel itu tidak beraturan. Penghantar pada jaringan distribusi primer biasanya digunakan dari jenis kabel atau kawat belitan dengan bahan penghantar dari jenis tembaga atau aluminium. Tiang-tiang jaringan distribusi primer atau sekunder biasanya dapat berupa tiang kayu, besi ataupun beton, tetapi biasanya untuk jaringan distribusi yang paling banyak digunakan adalah tiang dari jenis besi karena memberikan keuntungan antara lain. Tiang tidak mudah terpengaruh oleh keadaan alam sehingga usia pemakaian lebih panjang bila dibandingkan dengan tiang kayu. Tiang besi juga dapat langsung berfungsi sebagai elektroda pentanahan.
2.4.2 Hantaran Bawah Tanah (Under Ground Cable) Hantaran bawah tanah menggunakan kabel tanah. Sistem ini biasanya digunakan pada daerah-daerah dengan kerapatan beban tinggi, seperti daerah pusat kota dan industri. Pada daerah-daerah tersebut, pembangunan hantaran udara terutama yang menggunakan kawat hantaran bawah tanah lebih banyak dipakai walaupun harganya relatife lebih mahal.
11
Keuntungan dari hantaran ini adalah tidak dipengaruhi oleh perubahan cuaca, sambaran petir maupun oleh pepohonan serta gangguan yang disebabkan oleh manusia. Sedangkan hal yang dipandang merugikan dari hantaran bawah tanah ini adalah :
Harga kabel yang relatife mahal.
Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan
Gangguan sering bersifat permanent
Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama dan lebih mahal. Secara umum kabel-kabel yang digunakan pada kedua system penyaluran
daya diatas sesuai dengan konsep sebagai berikut : 1. Inti / Teras (Core)
: Tunggal, ganda, tiga, dan setengah.
2. Bentuk (Shape)
: Bulat, sector
3. Susunan (Arrangment)
: Sabuk, bertasbir, berisi minyak, berisi gas, diperkuat dan tidak diperkuat.
4. Dielektris
: Kertas (PILCTA), polyvinyl chloride (PVC), rantai silang polyethylene (XLPE), berisi gas (Nitrogen atau SF 6).
2.5 Tipe Jaringan Distribusi Primer Dalam pelayananya jaringan distribusi primer ini memiliki beberapa variasi bentuk, dimana masing-masing bentuk jaringan memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan tersendiri. Pada umumnya terdapat empat bentuk dasar dari system jaringan distribusi primer yaitu sebagai berikut : Sistem jaringan distribusi primer radial Sistem jaringan distribusi primer loop / ring
12
Sistem jaringan distribusi primer grid (network) Sistem jaringan distribusi primer spindle dan cluster
2.5.1 Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial Jaringan primer radial ini merupakan bentuk jaringan yang paling banyak dan umum dipakai, terutama digunakan pada daerah beban dengan kerapatan bebannya rendah. Jaringan ini mempunyai satu jalur daya ke beban, maka semua beban pada saluran itu akan kehilangan daya apabila suatu saluran mengalami gangguan. Keuntungan utama dari system radial ini adalah bentuk sederhana dan biaya pertamanya rendah. Salah satu kelemahan system adalah kontinuitas pelayanan kurang baik dan kehandalannya rendah serta jatuh tegangan yang terjadi besar, terutama untuk beban yang terdapat pada ujung saluran. Kerpatan arus yang besar pada tipe radial ini terdapat pada saluran antara sumber daya dan gardu distribusi berikutnya dan terkecil pada ujung saluran. Sesuai dengan tingkat kerpatan arusnya maka besar penampang penghantar tersebut dapat berbeda-beda. Bentuk jaringan distribusi radial dapat dilihat pada gambar 2-2.
13
Gambar 2-2 Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial 2.5.2 Jaringan Distribusi Primer Tipe Loop Jaringan distribusi primer tipe loop biasanya digunakan untuk melaani beban yang membutuhkan kontinuitas pelayanan yang baik seperti : bangunanbangunan komersial atau pabrik-pabrik yang mempunyai beban sedang dan besar. Pada prinsipnya jaringan distribusi primer tipe loop adalah suatu jaringan yang dimulai dari suatu titik atau rel daya keliling ke daerah beban, kemudian kembali ke titik sumber rel atau daya semula.
14
Gambar 2.3 Jaringan Distribusi Primer Tipe Loop
2.5.3 Jaringan Distribusi Primer Tipe Ring Jaringan distribusi primer tipe ring secara garis besar hampir sama dengan jaringan distribusi primer tipe loop, perbedaanya hanya jumlah sumber dayanya lebih dari satu. Dengan kata lain, jaringan distribusi primer tipe ring adalah jaringan tipe loop yang gardu distribusinya dapat menerima daya lebih dari satu titik sumber atau rel daya. Jaringan distribusi primer tipe ring sering berkembang menjadi bentuk grid.
15
Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Primer Tipe Ring
2.5.4 Jaringan Distribusi Primer Tipe Grid (Network) Sistem ini adalah suatu interkoneksi antara beberapa gardu induk sehingga beban akan menerima daya dari berbagai arah. Keandalan dari sistem ini apabila ada gangguan pada satu feeder, maka konsumen akan tetap dapat disupply dari feeder yang lainnya sehingga tidak akan terganggu pelayannnya. Bentuk dari jaringan tipe grid (network) dapat dilihat pada gambar 2-4.
16
Gambar 2-5 Sistem Distribusi Tipe Grid / Network
2.5.5 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Spindle Dan Cluster Pada sistem ini sering dipakai dikota-kota besar, adapun sistem ini merupakan pengembangan dari sistem radial. Daya akan disalurkan dari pusat pembangkit atau gardu melalui beberapa feeder atau gardu-gardu distribusi lalu berakhir pada gardu refleksi atau gardu switching. Keistimewaan dari sistem ini adalah terdapatnya suatu saluran bebas yang tidak dibebani oleh gardu-gardu distribusi yang nantinya merupakan saluran cadangan yang langsung kegardu refleksi dengan jalan yang terpendek. Untuk keadaan yang normal pada sistem ini semua saklar pada refleksi akan dalam keadaan terbuka dan bila suatu system yang tidak memakai gardu refleksi, tetapi keadaan feeder utamanya tetap tersambung pada saluran cadangan maka hal ini dinamakan type cluster.
17
Sedangkan type spindle sistem ini mengguanakan suatu gardu refleksi sebagaimana mestinya. Bentuk jaringan spindle dan cluster dapat dilihat pada gambar 2-6 dan 2-7
Gambar 2-6 Jaringan Distribusi Primer Tipe Spindle
Gambar 2-7 Jaringan Distribusi Primer Tipe Cluster 2.6
Drop Tegangan Panjang sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dapat didesain
dengan mempertimbangkan drop tegangan (Voltage Drop).
18
Drop tegangan adalah perbedaan tegangan antara tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Jatuh tegangan selalu terjadi pada jaringan, baik pada pelanggan maupun pada perusahaan listrik. Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada sisi kirim (sending end ) dan tegangan pada sisi terima (receiving end). Dengan semangkin besar pula perbedaan nilai tegangan yang ada pada sisi kirim dengan yang ada pada sisi terima. Apabila perbedaan nilai tegangan tersebut melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut rendah. Di dalam saluran tranmisi persoalan tegangan sangat penting, baik dalam keadaan operasi maupun dalam perencanaan sehingga harus selalu diperhatikan tegangan pada setiap titik saluran. Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan menengah harus diperhatikan. Berdasarkan dari standar SPLN 1 : 1978, dimana ditentukan bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagian akibat jatuh tegangan, karena adanya perubahan beban, maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan nominalnya. Besarnya rugi tegangan pada saluran tranmisi tersebut, diukur pada titik yang paling jauh (ujung). Sebagai contoh dengan menanggap rangkaian pada gambar 2-8 direpresentasikan sebagai saluran satu fasa, jika variable dimensi yangdigunakan ; itu mewakili saluran tiga fasa seimbang jika variable per unit yang digunakan R+jX mewakili total impedansi dari saluran atau transformator. Factor daya dari beban Cosφ = Cos ( φVR – φ I ) Memberikan factor daya beban yang drop tegangannya maksimum. Drop tegangan pada saluran adalah : ∆V = I ( R cosφ + X sinφ ) ………………………………………….…(2.1)
19
Dengan mengambil turunan parsialnya dan dihubungkan dengan sudut φ dan menyamakan hasilnya ke nol, (∆ )
Atau
Karena
= - I R sin φ + I X cos φ = 0 ……………………………………..(2.2)
=
= tan φ ……………………………………………….(2.3)
φmax = tan-1
………………………...…………………………(2.4)
Gambar 2-8 Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi
Gambar 2-9 Vektor Arus pada Tegangan Saluran Distribusi Dan dari segitiga impedansi yang ditunjukan pada gambar 2-9, factor daya beban untuk drop tegangan maksimum adalah : PF = Cos φmax =
R …………………………………......(2.5) (R 2 + X 2)1/2
20
Juga
Cos φmax = cos (tan −1 ) …………………………………………...(2.6)
Besar persentase drop tegangan pada saluran distribusi primer dapat dihitung dengan :
%∆V =
∆
100% …………………………………………………….(2.7)
Keterangan : VS
= Tegangan sumber (Volt)
VR
= Tegangan pada sisi penerima (Volt)
R
= Resistansi saluran (Ω)
X
= Reaktansi saluran (Ω)
∆V
= Drop tegangan (Volt)
I
= Arus beban (A)
Cos φ = Faktor daya beban Dari persamaan terlihat bahwa nilai drop tegangan ditentukan oleh beberapa factor, yaitu daya aktif (P), resistansi dan reaktansi saluran (R dan X) serta daya reaktif (Q). pengaturan daya aktif erat kaitannya dengan pengaturan frekuensi system. Sedangkan pengaturan daya reaktif akan mempengaruhi nilai tegangan. Oleh karena itu dengan melakukan pengaturan nilai daya reaktif kita dapat mengatur nilai tegangan.
21
BAB III ANALISA DROP TEGANGAN PADA FEEDER SETAPUK TEGANGAN MENENGAH 20 KV DI GARDU INDUK SEI-WIE PT.PLN (PERSERO) CABANG SINGKAWANG
3.1 Saluran Distribusi Primer Saluran distribusi primer pada feeder setapuk yaitu jaringan tegangan menengah berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke gardu distribusi pada tegangan menengah 20 kV. Adapun peralatan utama yang digunakan untuk jaringan distribusi hantar udara 20 kV meliputi : 1) Tiang-tiang pendukung 2) Gardu distribusi (transformator distribusi) 3) Konduktor (penghantar) Saluran distribusi primer 20 kV memakai penghantar yang terbuat dari bahan aluminium. 3.2 Sambungan penghantar pada Saluran Primer Sambungan pada saluran primer berfungsi menghubungkan antara satu tiang ke tiang yang lain. Setiap hantaran sambungan dari satu tiang ke tiang pada feeder setapuk menggunakan penghantar kawat Jenis HIC 150 (mm2). Setiap penghantar kawat saluran udara berupa kawat telanjang atau kabel. 3.3 Data Jaringan Listrik PLN Pada tugas akhir ini di analisa perhitungan jatuh tegangan sepanjang feeder yang melalui beberapa gardu distribusi.
22
Sebelum memulai perhitungan, perlu diketahui dahulu data yang diperlakukan untuk menganalisa Drop Tegangan, sebagai berikut ; 1.
Diagram segaris saluran.
2.
Data gardu.
3.
Panjang saluran.
4.
Impedansi saluran.
3.3.1 Diagram Satu Garis Feeder Setapuk Feeder 20 kV setapuk menyuplai sebanyak 23 gardu distribusi. Di bawah ini merupakan diagram satu garis dari feeder setapuk.
23
Gambar 3.1 Diagram Segaris Feeder Setapuk
24
3.3.2 Data Gardu Feeder Setapuk Adapun data Gardu di feeder setapuk dapat dilihat pada table 3.1. Tabel 3.1 Arus/beban Puncak (ITM) Per Gardu section PER LBS PLTD Sei Wie s/d LBS Sei Bulan
GARDU
Arus/beban pucak (ITM) Per Gardu
GD 161 GD 108 GD 180 GD 173 GD 39 GD 54 GD 210
1.45 0.89 1.09 5.42 1.20 2.59 0.00
Jumlah LBS Sei Bulan s/d LBS Pos Selakau
Jumlah
Arus/beban pucak (ITM) Total
15
13.99 GD 211 GD 183 GD 86 GD 55 GD 82 GD 83 GD 174 GD 24 GD 56 GD 33 GD 122 GD 79 GD 138 GD 141 GD 155 GD 156
0.00 0.05 1.06 0.86 0.79 1.05 0.03 1.02 1.24 0.95 1.07 3.89 0.25 1.08 0.55 0.45
26
18.67
3.3.3 Data Survey Panjang SUTM Pada Feeder Setapuk Luas penampang kabel dan panjang feeder setapuk dapat dilihat table 3.2 dibawah ini :
25 Table 3.2 Survey Panjang SUTM dan Jumlah Tiang Feeder Setapuk Jenis Konduktor No
Saluran Udara AAAC (mm2)
Section 35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
0 -- 1 1 -- 2 2 -- 2a 2a -- 2b 2a -- 2c 2a -- 2d 2d -- 3 3 -- 3a 3 -- 4 4 -- 4a 4 -- 5 5 -- 5a 5 – 6a 6 -- 7a 7 -- 8 9 -- 10 10 -- 11a 11 -- 12 12 -- 12a 12 -- 13 13 -- 13a 13 -- 14 14 -- 14a 14a -- 14b 14b -- 14c 14 -- 15 15 -- 15a 15 – 16a 16 -- 17 17 -- 17a 17 -- 18 18 -- 18a 18a -- 18b 18b -- 18c 18 -- 19 19 -- 19a 19 -- 20 20 -- 22 23 -- 24 24 -- 25 25 -- 25a 27 -- 28 28 -- 28a
50
70
95
150
Jenis Tiang (batang) HIC (mm2) 70
95
150 100 500 200 5 550 250 50 480 100 40 150 15 1,600 40 450 400 350 750 5 750 5 1,150 550 2 1,200 100 340 160 1,050 5 850 10 5 1,650 1,350 40 200 100 50 1,300 5 3,200 5
Beton 9 (m)
Besi 9 (m)
11 (m) 3 10 3 12 5 9 2 9 29 9 8 7 13 13 21 12
30 2 2 21 14
33 26 4 2 24 64
26 44 45 46 47 48 49 50
28 -- 29 29 -- 30 20 -- 21 21 -- 21a 31 -- 31a 21 -- 31 31 -- 32
50 1,800 550 40 40 1,500 650
38 12
30 14
3.3.4 Konstanta Jaringan Data impedansi kawat ini diambil dari SPLN 64 Tahun 1985 impedansi kawat ini bisa dilihat dari table 3.3 di bawah ini : Table 3.3 Data Impedansi Kawat / SPLN 64 Tahun 1985
HIC 150 mm2 1
Z1, Z2 R1 jX1 1 2
Zo Ro 3
jXo 4
NA2XSEFGBY Z1, Z2 Zo R1 jX1 Ro jXo 5 6 7 8
16 35 50 70 95 120
0.153
0.117715
0.153
0.117715 0.253
0.117715 0.253
0.117715
150
0.124
0.113851
0.124
0.113851 0.206
0.113851 0.206
0.113851
185
0.0991
0.110081 0.0991
0.110081 0.164
0.110081 0.164
0.110081
240
0.0754
0.105683 0.0754
0.105683 0.125
0.105683 0.125
0.105683
27
3.4 Perhitungan Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk 3.4.1 Penentuan Drop Tegangan Yang Terjadi Pada Feeder Setapuk Drop tegangan atau biasa di sebut Voltage Drop merupakan selisih antara tegangan sekunder dari trafo (tegangan kirim) dengan tegangan yang diterima. Perhitungan drop tegangan berdasarkan data pengukuran yang dihitung dari titik sumber sampai ke titik yang dihitung (titik beban) sesuai dengan panjang penyulang (feeder) dengan menggunakan persamaan 2.1 sehingga didapat : ∆V
= I (R Cosφ + X Sin φ)
Cos φ = 0,85 Sin φ = 0,5 Maka dari persamaan diatas didapatkan perhitungan hasil drop tegangan yang dimasukan dalam table 3.4 di bawah :
Segmen 1 Gardu 161
∆V
= I (R Cosφ + X Sin φ)
∆V
= 1.45 (0,124.0,6.0,85 + 0,113851.0,6.0,5)
∆V
= 1,45 (0,06324 + 0,03416)
∆V
= 1,45 (0,09739)
∆V
= 0,14 kV
28
Table 3.4 Hasil Perhitungan Drop Tegangan Per Gardu Pada Feeder Setapuk No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Gardu GD 161 GD 180 GD 39 GD 173 GD 108 GD 54 GD 108 GD 156 GD 211 GD 183 GD 86 GD 55 GD 82 GD 174 GD 24 GD 56 GD 33 GD 79 GD 138 GD 141 GD 155
Jarak (Km)
∆V (kV)
0.6 0.9 1.0 1.15 2.75 2.79 3.24 3.34 3.54 3.84 4.19 4.94 5.69 6.44 7.59 8.79 9.29 10.34 11.19 11.49 12.14
0.14 0.15 0.257 0.4 0.508 0.56 0.573 0.608 0.67 0.769 0.843 0.896 1.009 1.127 1.18 1.227 1.288 1.333 1.388 1.408 1.461
Dari hasil perhitungan jatuh tegangan pada feeder setapuk seperti tabel 3.4 dapat dibuat grafik dibawah ini :
29
Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk 14 12
Km
10 8 6 4 2 0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
∆V (KV)
Gambar 3.2. Grafik Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk (kM / ∆V (KV))
Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk 25
Arus
20 15 10 5 0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
∆V (KV)
Gambar 3.3. Grafik Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk (arus / ∆V (KV))
3.4.2 Persentase Drop Tegangan Yang Terjadi Pada Feeder Setapuk Persentase Drop Tegangan di Feeder Setapuk dapat dihitung dengan persamaan 2.7 seperti berikut: ∆V(%) =
∆
x 100 %
30
Maka dari persamaan diatas didapatkan perhitungan persentase drop tegangan yang selanjutnya dimasukan dalam table 3.5 di bawah : Segmen 1 Gardu 161
∆V(%) = ∆V(%) =
∆
x 100 % ,
,
x 100 %
∆V(%) = 0,7049 %
31
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Persentase Drop Tegangan Pada Feeder Setapuk No.
Gardu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
GD 161 GD 180 GD 39 GD 173 GD 210 GD 54 GD 108 GD 156 GD 211 GD 183 GD 86 GD 55 GD 82 GD 174 GD 24 GD 56 GD 33 GD 79 GD 138 GD 141 GD 155
Jarak (Km) 0.6 0.9 1.0 1.15 2.75 2.79 3.24 3.34 3.54 3.84 4.19 4.94 5.69 6.44 7.59 8.79 9.29 10.34 11.19 11.49 12.14
V kirim (kV) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
V terima (kV) 19.859 19.823 19.743 19.600 19.492 19.440 19.427 19.410 19.330 19.231 19.157 19.104 18.991 18.873 18.820 18.773 18.712 18.667 18.612 18.592 18.539
∆V (kV)
∆V (%)
0.14 0.15 0.257 0.4 0.508 0.56 0.573 0.608 0.67 0.769 0.843 0.896 1.009 1.127 1.18 1.227 1.288 1.333 1.388 1.408 1.461
0.7100 0.7567 1.3017 2.0408 2.6062 2.8807 2.9495 3.1324 3.4661 3.9988 4.4005 4.6901 5.3130 5.9715 6.2699 6.5360 6.8833 7.1409 7.4576 7.5731 7.8807
Pada perhitungan persentase jatuh tegangan pada feeder setapuk pada tabel 3.5 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
32
Persentase Drop Tegangan 8 7
∆V (%)
6 5 4 3 2 1 0 0
2
4
6
8
10
12
14
KM
Gambar 3.4. Grafik Persentase Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk (∆V(%) / KM)
Persentase Drop Tegangan 25
∆V (%)
20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5
6
7
arus
Gambar 3.5. Grafik Persentase Drop Tegangan Sepanjang Feeder Setapuk (∆V(%) / arus)
8
33
3.5 Analisa Drop Tegangan Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa terjadinya drop tegangan pada jaringan atau saluran distribusi antara lain adalah dikarenakan pengaruh dari panjang saluran dan arus yang terdapat pada feeder setapuk, maka drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk akan mangkin besar. Selain itu nilai impedansi juga mempengaruhi besarnya drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk, dimana impedansi dipengaruhi resistansi saluran dan reaktansi saluran. Semangkin besar nilai resistansi dan reaktansi dari jaringan maka drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk di gardu induk Sei-Wie akan semangkin besar pula. Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa besar drop tegangan sepanjang feeder setapuk adalah sebesar 18,539 KV atau persentasenya 7,88% ini masih dalam standar PLN karena belum melebihi standar yang ditentukan yaitu -10% dari tegangan nominalnya. Dari grafik diatas bisa dilihat bahwa kita masih bisa menambah panjang saluran karena dengan jarak 12,14 KM drop tegangan yang terjadi baru sebesar 18,539 KV jadi kita masih bisa menambah jaraknya berapa KM lagi tapi arusnya tetap sampai drop tegangannya jangan melebihi 18.000 KV atau -10% dari tegangan nominalnya. Begitu juga dengan arusnya masih bisa ditambah tetapi jaraknya tetap tetapi jangan sampai drop tegangannya melebihi 18.000 KV atau -10% dari tegangan nominalnya. Dari perhitungan diatas besar arusnya dan impedansi saluran sangat mepengaruhi drop tegangan tetapi yang sangat beperan penting terjadinya drop tegangan adalah terjadi pada arusnya karena dapat dilihat arus sangat mempengaruhi besar drop tegangan yang terjadi di feeder setapuk, jadi harus
34
diperhatikan jika PLN ingin menambah arus jangan sampai berlebihan karena drop yang terjadi di feeder setapuk sudah hampir melewati drop tegangan yang diperboleh kan dari standar PLN yaitu -10% dari tegangan nominalnya. Cara mengatasi drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk adalah menggunakan on load tap charger yang terdapat pada transformator daya. Kenaikan tegangan dapat dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah tap yang terdapat pada transformator daya. OLTC (on load tap charger) harus diperhatikan juga cara menaikan tapnya supaya tegangan yang ditambah jangan sampai melebihi karena tegangan yang diperbolehkan PLN hanya sebesar 5% dari teganan nominalnya oleh karena itu harus diperhatikan kapan tapnya harus ditambah dan kapan tapnya harus dikurang tergantung tegangan berapa besar yang dibutuhkan oleh feeder tersebut. Dengan demikian drop tegangan untuk feeder setapuk ini tidak merugkan PLN maupun konsumen, demikian halnya untuk mengurangi drop tegangan menjadi sangat kecil diperlukan usaha-usaha pada jaringan distribusi primer sehingga tegangan terima pada konsumen masih dapat dipergunakan dengan efektif.
35
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan melalui perhitungan drop tegangan pada jaringan tegangan menengah 20 kV di gardu induk Sei-Wie dapat diambil kesimpulan antara lain, yaitu : 1. Penyebab utama terjadinya drop tegangan pada jaringan atau saluran distribusi antara lain karena adanya pengaruh besar arus yang mengalir pada saluran, dan impedansi. 2. Terjadinya drop tegangan itu sangat dipengaruhi oleh tahanan dan panjang saluran. 3. Besar arus yang terlalu berlebihan akan mempengaruhi besar drop tegangan. 4. Dari hasil perhitungan drop tegangan pada feeder setapuk drop tegangan yang terjadi adalah sebesar 18,539 KV dan besar persentase drop teagangnnya adalah 7,88%. 5. Besar drop tegangan yang terjadi pada feeder setapuk masih dalam toleransi yang di berikan PLN yaitu -10% dari tegangan nominalnya. 6. Besar drop yang terjadi di feeder setapuk sangat dipengaruhi oleh besar arus dibandingkan nilai impedansi saluran.
35
4.2 Saran Akibat besarnya drop tegangan yang terjadi pada feeder stapuk maka perlu disarankan kepada PLN agar dapat mengurangi drop tegangan yang terjadi, antara lain : 1. Dengan memperbesar luas penampang penghantar sehingga nilai resistansi saluran tidak terlalu besar. 2. Karena panjang saluran sangat mempengaruhi drop tegangan maka dengan itu harus diperhatikan dan panjang saluran tersebut yang drop tegangannya terlalu besar harus diperpendek supaya besar drop tegangan yang terjadi tidak terlalu besar. 3. Perlu ditambahnya gardu induk di setiap daerah agar panjang saluran dapat di perpendek. 4. Perlu dikurangi arus di setiap segmen yang dropnya terlalu besar karena arus sangat mempengaruhi besar drop tegangan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA Hadi, abdul. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga Hutauruk. 1993. Tranmisi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga Sariadi, Dkk. 1999. Jaringan Distribusi Listrik. Bandung : Angkasa Stevenson, William D. 1993. Analisis Sistem Tenaga Listrik Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Turan, Gonen. 1986. Electric Power Distribution System Enginering. Columbia : McGraw-Hill Zuhal. 1998. Dasar Teknik Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta : Gramedia
Gambar 1 Trafo Distribusi 20 KV Feeder Setapuk
Gambar 2. Gambar Feeder Setapuk
Gambar 3. Panel Feeder Setapuk
Gambar 4. OLTC yang ada di PLTD Sei-Wie Cabang Singkawang
Gambar 5. Tegangan Kirim Feeder Setapuk
Peta LBS
Kantor Cabang Singkawang
sambas Kota
Seluas
PT PLN (Persero) Cabang Singkawang
22
Lubuk Bugis
Balai Gemuruh
18
merasap
S. Ledo
VCB ledo
Koramil
bengkayang
F. Sebedang
13
Kompi
Keramat
20
24
PLTD Sambas
SPBU
kota
9
Sei Nangka
Rumbag
37
F1
PLTD Bky
F2 F3
Sebedang
15
exim
(Brigif)
darit
20
25
Sempalai
24
20
Bukit Batu Dalam
13
Mak Rampai 28
10
Tebas Tarakan
Siaga
F. Kartini
F. Siaga
F. Sudirman
Bukit Tiga
20
13
20
GD 01
Nusantara
18
20 17
EXIM (merdeka)
BKIA
Yos Sudarso
20
MayaSopa
15
20 Simpang Tigo
Hermansyah 20
eo orn F. B
F. Kota 1
Veteran
5
DKT
F. Setapuk F. Pemangkat
PLTD Sudirman
F. GM Sit Sit ut ut 1 2
10
5
PLTD Sei Wie
Poteng
Transad
Bukit Permai
KS Tubun
M
Sei Bulan
3
F. G
Sei Daun
35 Selakau
Samalantan
Perumnas
45 Semparuk
Saman Bujang Tsyafioedin Baru Tsyafioedin
25
20
20
Diponegoro 2 Aneka Sari
5
10 Firdaus
Firdaus 2 DIponegoro
10
Wisma Tanjung
7
45
15 Kridasana
Koramil
5
20 8
SMKK
10 11 A. Yani
9
Kodim
9 1001 Brimob Pratiwi
25
SD
Kaliasin Luar
5
7
Karya Mulia
Kaliasin Dalam
8 25
SPBU
4
35 VCB LBS terbuka LBS tertutup
Sedau Sempalit, (LBS return)
LBS Mototized
Pasir Panjang
Hariadi aji jejey 2010 & Modification by Filbert J
Peta LBS
Kantor Cabang Singkawang
sambas Kota
PT PLN (Persero) Cabang Singkawang
22
Lubuk Bugis 18
Koramil
Kompi
139 / 50 149 / 50 134 / 25 150 / 25 120 / 50 219 / 50 119 / 50
164 / 25 112 / 100 159 / 25 103 / 100 223 / 100 147 / 25
F. Sebedang Keramat
bengkayang
13
PLTD Bky
24
PLTD Sambas
F1 SPBU
9
Sei Nangka
Rumbag
37
F2 F3
Sebedang
157 / 25 31 / 100 25 / 160 53 / 100 75 / 200
exim
Sempalai
13 (Kartini)
138 / 25 141 / 50 155 / 50 156 / 50
28 Tebas
39 / 50 180 / 200 161 / 100 108 / 50 173 / 60 54 / 160
45 Semparuk 35 Selakau
Sei Bulan 10
13 / 200 23 / 200
84 / 160 49 / 160
Tarakan
EXIM (merdeka)
Tsyafioedin Baru Tsyafioedin 214 / 200 14 / 200
20 / 160 222 / 100 73 / 200 102 / 200
Diponegoro 2
Simpang Tigo
Firdaus 2 44 / 100 68 / 160
DIponegoro
Aneka Sari
10 / 200 213 / 100 69 / 160 50 / 160 Bukit Tiga
MayaSopa
1 / 200 189 / 160
126 / 50 127 / 50 140 / 25 128 / 50 129 / 50 135 / 25
KS Tubun
227 / 50 190 / 50 196 / 160 80 / 160 194 / 50
Kridasana SMKK
Koramil
109 / 250 215 / 100 77 / 100 22 / 160
11 A. Yani 9 / 160 2 / 100 71 / 100
Kodim
177 / 100 7 / 200 207 / 100
1001 59 / 160 117 / 160 18 / 200 216 / 100 153 / 50 125 / 100 26 / 160
11 / 100 171 / 100
Pratiwi
105 / 50 167 / 25 158 / 25 162 / 25
Brimob
SD Kaliasin Luar
40 / 100 146 / 100
Karya Mulia Kaliasin Dalam
90 / 25 64 / 50 87 / 50 88 / 50 89 / 50 111 / 100 169 / 100
SPBU
143 / 50 168 / 25 48 / 100
175 / 50 142 / 100 193 / 100 170 / 50 181 / 200
LBS terbuka 181 / 200
Sedau
Pasir Panjang
Kondisi :
29 Oktober 2010 VCB
106 / 50
41 / 160 160 / 100
165 / 100 197 / 50 65 / 100 118 / 50 184 / 50
20
Transad
Poteng Bukit Permai
PLTD Sudirman
185 / 160 8 / 160 61 / 200 179 / 160 27 / 200 66 / 100
Wisma Tanjung
45 45 / 160 15 / 100
Veteran
Samalantan
186 / 200 76 / 160 16 / 200 220 / 100 206 / 100 110 / 160 67 / 160 37 / 200
Saman Bujang
29 / 200 208 / 200 Firdaus
F. Siaga
13
Hermansyah 28 / 250 3 / 315 203 / 160 46 / 200
74 / 200 187 / 200 43 / 200 4 / 160
152 51 / 160 137 / 50 144 / 50 136 / 100 19 / 100 78 / 100 30 / 100
85 / 50
GD 01
Nusantara
BKIA
Yos Sudarso
25
199 / 25 201 / 160 176 / 100 145 / 25 172 / 50 131 / 25 130 / 50 192 / 100
F. Sudirman
70 / 315 188 / 160 62 / 200 132 / 200 204 / 100 35 / 200
5 / 200 34 / 50 235 / 160
6 / 160 99 / 200 47 / 200
20
F. Kartini
DKT
F. Kota 1
107 / 200 198 / 50 202 / 100 21 / 200 178 / 100 12 / 160 72 / 160
52 / 200 209 / 25
20
Perumnas Siaga
42 / 100 63 / 160 212 / 100
36 / 160 17 / 160 217 / 100 81 / 100
PLTD Sei Wie
F. Setapuk F. Pemangkat
211 / 25 183 / 160 86 / 50 55 / 50 82 / 50 83 / 50 174 / 160 24 / 100 56 / 100 33 / 25 122 / 50 79 / 50
Bukit Batu Dalam (Sampah)
F. F. GM GM Sit Sit ut ut 1 2
24 Mak Rampai
221 / 25 218 / 100 154 / 25 38 / 160 205 / 100 57 / 160 58 / 200
Sempalit, (LBS return) CO Pamilang
LBS tertutup
228 / 25 115 / 50 116 / 50 163 / 100 200 / 25
Hariadi aji jejey 2010