Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
ANALISA DAN PERENCANAAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PADA SURVEY HOMEPASS STO SOLO DI AREA KLATEN SELATAN Alfin Hikmaturokhman1, Defitri2 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1
[email protected] ,
[email protected] 1,2
ABSTRACT This research discusses about the FTTH network planning in Solo area. Fiber to the Home (FTTH) is a format for optical signal transmission from the central provider (provider) to the user area by using an optical fiber as a transmission medium. The development of fiber optic technology can replace the use of copper wires. Fiber optics has become a very easy method for data transmission that is free from interference and fast, fiber optics is not problematic on electromagnetic interference and temperature changes. This study aims to select and place devices for Fiber To The Home Network as well as analyzing the transmission power link budget parameters corresponding technical requirements to meet the standards in the area of Solo. Results FTTH design planning can be seen that in scenario 1: 2 1:16 fewer require equipment such as cable distribution and use of the ODP of 2.94 km total of 39 pieces, that means that fewer expenses to be incurred by the company. Link power budget analysis results indicate that the design of the 3 scenarios 1:32, 1: 4 1: 8, and 1: 2 1:16 meets the standards of good quality. Average damping obtained in this plan is 20-21 dB means FTTH network planning made good on this design because the damping value is not more than 28 dB.. Keywords: Fiber to the Home, fiber optics, Link Budget, ODP PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan komunikasi yang menyebabkan Teknologi Informasi dan Komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat, khususnya pada teknologi telekomunikasi bergerak. Dengan teknologi tersebut, maka mudah untuk dapat saling bertukar informasi antara yang satu dengan yang lain meskipun berada pada jarak yang sangat jauh dengan biaya yang terjangkau dan tanpa adanya keterbatasan. Pada perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi sangat pesat di Indonesia maka untuk meningkatkan kualitas layanan agar lebih baik dengan cara modernisasi transmisi kabel, dimana ada penggantian dari kabel tembaga beralih ke kabel serat optik. Teknologi serat optik mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan kabel tembaga atau teknologi wireless seperti laju data yang bebas dari interferensi dan cepat. Kantor Telkom Akses Solo yang selama ini mendominasi sistem telekomunikasi berupaya memenuhi kebutuhan pelanggannya pada sambungan telepon dengan menggunakan Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT) yaitu dengan menggunakan media transmisi fisik berupa kabel tembaga. Dengan menggunakan media kabel transmisi ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kuantitas yaitu permintaan pelanggan, kualitas yaitu redaman yang cukup besar dan kecepatan data yang tinggi. Setelah muncul permasalah seperti itu maka dapat diatasi dengan mencoba mengaplikasikan sistem Jaringan Akses Fiber (JARLOKAF) yang merupakan jaringan telepon lokal yang menggunakan media transmisi fisik berupa kabel serat optik. Satu diantara aplikasi Jarlokaf yang ditempatkan di Titik Konversi Optik (TKO) tepat dirumah pelanggan (end user) yaitu konfigurasi jaringan Fiber To The Home (FTTH). Keunggulan dari penggunaan kabel serat optik adalah karena cahaya tidak bermasalah dengan interferensi electromagnet, perubahan suhu dan kecepatan agin tidak seperti kabel tembaga. PT Telkom Akses Solo sudah menggunakan kabel fiber optik karena sebagian kabel tembaga sudah digantikan dengan kabel fiber optik. Untuk saat ini, PT Telkom Akses Solo sedang melakukan perencanaan pengembangan pelayanan seperti FTTx. Di dalam FTTx terdapat FTTH (fiber to the home), FTTZ (fiber to the zone), FTTB (fiber to the building) dan FTTC (fiber to the curb). Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan Penelitian ini adalah Pertama. Menganalisis faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya modernisasi. Kedua, mengetahui desain Fiber To The C-63
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Home. Ketiga, dapat melakukan pembuatan tabel Bill Of Quantity (BOQ)dan keempat, mengetahui parameter transmisi link power budget. Pada Penelitian ini didapat perumusan masalah yang perlu dikaji lebih lanjut yaitu bagaimana perubahan pada tembaga ke kabel optik. Selanjutnya, bagaimana membuat perencanaan FTTH serta menghitung parameter link budget dan BOQ. METODE Metodologi yang digunakan dalam penelitian digunakan dengan berbagai cara, agar didapatkan hasil yang lebih memadai yaitu sebagai berikut : Pertama dilakukan dengan metode Studi Literatur untuk melengkapi data yang diperlukan dalam pembuatan penelitian, penulis mencari bahan-bahan dari berbagai informasi dari beberapa buku-buku, jurnal, dan referensi lainnya yang dapat membantu memperoleh pengetahuan dan pokok masalah yang berhubungan dengan konsep media transmisi khusunya pada pembahasan tentang fiber optik, FTTH, dan semua perangkatnya. Kedua dengan cara Pengambilan Data di Lapangan: dalam hal ini penulis melakukan penelitian berdasarkan fakta dan data yang ada dilapangan dengan cara melakukan survey micro demand yang mendukung penelitian ini. Dan yang ketiga dilakukan dengan cara Metode Diskusi, dalam metode diskusi tersebut dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan dosen pembimbing dari sumber-sumber lain yang kompeten. Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik, Sistem komunikasi serat optik adalah suatu sistem komunikasi yang dalam pengiriman dan penerimaan sinyal menggunakan sumber optik dan detektor optik dengan panjang gelombang sinar inframerah antara 850nm – 1550nm (frekuensi 0,035 THz – 0,019 THz) yang dilakukan pada media transmisi serat optik.[1]. Desain Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) dengan Teknologi Passive Optical Network (PON) Konfigurasi Jaringan Fiber to The Home (FTTH). Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf) adalah jaringan yang menggunakan kabel serat optic untuk menghubungkan antara sentral lokal dengan terminal pelanggan. Dalam sebuah OLT bisa terdiri atas beberapa ODN yang berfungsi untuk transport dan distribusi data dari OLT ke ONU. Komponen pendukung lainnya adalah Passive atau Active Splitter (PS/AS) yang berfungsi untuk mendistribusikan daya optik ke semua cabang. Sedangkan komponen utama ONU berfungsi untuk: Interfacing dengan ODN, Multiplexing/Demultiplexing dan Interfacing dengan terminal pelanggan. Lokasi perangkat opto elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). Jarlokaf dengan Konfigurasi FTTH adalah menempatkan TKO di rumah pelanggan atau dapat dianalogikan sebagai pengganti Terminal Blok (TB) pada JARLOKAT. Berikut ini adalah salah satu contoh desain Jarlokaf dengan Arsitektur FTTH jika menggunakan teknologi PON (Passive Optical Network).
Gambar 1 Modus Aplikasi FTTH [1] Pada perencanaan jaringan yang besar maka harus menggunakan perencanaan jaringan yang baik dan juga agar biaya yang dikeluarkan lebih sedikit. Keuntungan lain dari sebuah perencanaan jaringan adalah untuk meminimalkan investasi dan meningkatkan keutungan untuk pengguna yang saling terhubung serta dapat menguntungkan bagi perusahaan yang menggunakan perencanaan jaringan dengan baik. Perencanaan jaringan berdasakan pada proses untuk mempersiapkan sebuah jaringan FTTH yaitu ada tiga macam tahap, yaitu sebagai berikut : C-64
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Pertama. Perencanaan jaringan strategis yang memiliki dua fungsi diantaranya adalah untuk melihat sejauh mana FTTH harus harus digunakan kemudian pada keputusan yang strategis contohnya arsitektur, kabel, dan teknologi apa yang akan digunakan. Kedua. Perencanaan jaringan tingkat tinggi adalah proses membuat keputusan untuk menentukan wilayah mana yang akan ditempatkan jaringan distribusi. Serta untuk menentukan lokasi sebagai sentral pelanggan dan dapat menentukan panjang instalasi kabel dan saluran berbagai jenis hardware yang bertujuan untuk menghasilkan jaringan dengan biaya rendah karena sudah melakukan perencanaan jaringan sebelumnya. Dan Ketiga dilakukan pembangunan rencana jaringan yaitu proses pembuatan rencana bahan konstruksi jaringan, juga mencakup informasi koneksi rinci seperti rencana splicing, skema pelabelan atau pada koneksi micro-duct. Agar perencanaan jaringan akurat maka diperlukan perencanaan dapat ditingkatkan dengan data tambahan, seperti : Pertama, jenis permukaan jalan yang dapat membantu memberikan perkiraan untuk biaya penggalian, informasi ini juga dapat digunakan untuk menentukan pada saat penggalian harus digunakan untuk segmen jalan tertentu. Kedua, ketersediaan infrastruktur yang ada dan dapat digunakan kembali sepeti tiang sangat membantu untuk mengurangi biaya. Ketiga, informasi tentang gas yang ada, listrik, infrastruktur tembaga dijalan dapat digunakan untuk menentukan rute potensial dimana ada kemungkinan didapatkan izin untuk menggali. Dan Keempat, lokasi yang cocok untuk point of presence (POP). Perangkat OLT ini biasanya menyadiakan interface antara sistem PON dengan penyedia layanan (sevice provider) data, video, dan jaringan telepon. Perangkat ini akan membuat link ke sistem operasi penyedia layanan melalui Network Management System (NMS). Istilah OLT sering dikenal dengan perangkat yang berperan sebagai titik akhir dari sebuah perangkat layanan PON. Dan sebuah jaringan OLT ini memiliki beberapa peranan penting yaitu : Digunakan untuk melakukan konversi dari sinyal listrik yang digunakan oleh peralatan provider dengan sinyal fiber optic yang digunakan oleh jaringan PON, Berfungsi sebagai proses multiplexing dengan perangkat pada akhir jaringan. Di dalam OLT juga mencakup beberapa fitur, yaitu : a. Fitur pemproses freme downstream yaitu digunakan untuk menerima dan akan melakukan proses sebuah sel untuk menghasilkan frame downstream dan akan mengubah data serial tersebut, b. Fitur WDM yaitu digunakan untuk melakukan konversi elektrik atau optik dari data serial frame downstream c. Fitur pemroses frame upstream yaitu digunakan untuk mengekstraksi data dari proses WDM yang akan mencari overhead field yang akan menggambarkan batas slot dan akan membagi slot secara d. terpisah, e. Fitur kontrol yaitu digunakan untuk mengendalikan antara frame downstream dengan frame upstream dengan menggunakan sinyal waktu ODC atau sering disebut dengan Optical Distribution Cabinet merupakan suatu ruang yang berbentuk kotak yang terbuat dari material khusus yang berfungsi sebagai tempat instalasi sambungan jaringan optik single-mode yang dapat berisi connector, splicing, ataupun splitter dan dilengkapi ruang managemen fiber dengan kapasitas tertentu pada jaringan akses optic pasif (PON) yang berfungsi untuk hubungan telekomunikasi. Biasanya penempatan ODC adalah berada dirumah kabel. Penempatan ODC juga harus memperhatikan lokasi, berikut adalah factor-faktor yang harus dipertimbangkan[8]: Pertama, faktor keamanan. Kedua, faktor bencana alam (banjir). Ketiga, jumlah lokasi demand. Keempat, letak geografis. Kelima, ODC dipasang dititik center suatu area. Kapasitas ODC ada beberapa macam, dan berikut adalah beberapa tipe nya antara lain [3]: Dari tipe 96 dengan kapasitas maksimal 200 rumah. Tipe 144 dengan kapasitas 400-800 rumah. Tipe 288 dengan kapasitas 801-1000 rumah dan Tipe 576 dengan kapasitas 1001-2000 rumah Analisa link budget dilakukan dengan tujuan agar perencanaan jaringan transmisi dapat memenuhi kondisi sistem komunikasi yang bekerja secara optimal dalam melakukan performasi komunikasi. Dan agar dapat bekerja dengan maksimal, perencanaan link budget pada perencanaan jaringan harus mempertimbangkan hal-hal yang diperlukan dalam perhitungan diantaranya besaran sinyal optik dan noise. Hitungan link budget ini sangat diperlukan dalam perencanaan jaringan FTTH. C-65
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Untuk menghitung link budget maka yang harus diketahui terlebih dahulu adalah nila-nilai loss maksimum per elemen. Tabel 1 Nilai loss maksimum[3] Network Elemen
Batasan Ukuran
Kabel
Max
0.35 dB/km
Splicing
Max
0.1 dB
Connector Loss
Max
0.25 dB
Splitter 1:2
Max
3.70 dB
Splitter 1:4
Max
7.25 dB
Spliter 1:8
Max
10.38 dB
Splitter 1:16
Max
14.10 dB
Splitter 1:32
Max
17.45 dB
Pembuatan BOQ (Bill Of Quantity)[8], Tabel BOQ merupakan tabel yang menjelaskan tentang anggaran biaya yang digunakan untuk membuat sebuah jaringan FTTH pada suatu daerah dan dapat menjelaskan perangkat yang digunakan untuk membangun sebuah jaringan FTTH tersebut. Perangkat yang dihitung volume materialnya diantaranya adalah jaringan feeder, jaringan distribusi, dan jaringan drop cable. Dan untuk memudahkan dalam perhitungan maka dapat menggunakan diagram batang tabel dan tabel jumlah demand, jenis layanan dan volume material yang dipakai. Flowchart Sub Sistem, merupakan tahapan dalam penelitian sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Flowchart Sub Sistem Pemodelan Sistem Waktu Dan Tempat Pengambilan Data Pada saat mengerjakan Penelitian ini penulis mengambil data di titik lokasi Klaten area STO Solo. Penulis membutuhkan waktu selama 1 minggu untuk melakukan survey pada satu daerah tersebut. Pengamatan dilakukan berdasarkan C-66
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
dengan form tabel yang diberikan oleh pihak on desk survey. Setelah dilakukan pengamatan maka dapat diketahui data-data pelanggan pada suatu wilayah tersebut. Tahap Persiapan, tahap ini merupakan tahap persiapan bagi penulis karena pada tahap ini penulis melakukan penyusunah proposal penelitian sekaligus melakukan pengumpulan literatur – literatur yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini. Tahap Pengumpulan Data, dalam penelitian ini, penulis mengambil materi penelitian mengenai data keadaan rumah pelanggan pada daerah Klaten. Tahap Pengolahan Data, pada tahapan ini, semua data yang sudah dikumpulkan akan diolah dengan rincian sebagai berikut: Melakukan input data dengan menggunakan google earth, Melakukan desain jaringan FTTH pada google earth, Membuat tabel BOQ (Bill Of Quantity), Menghitung nilai Link Budget , Tahap Desain FTTH Pada tahap ini, data hasil survey pelanggan yang sudah di dapatkan maka akan di lakukan input ke Microsoft Excel dan Google Earth yang kemudian dibuat desain FTTH untuk dapat mengetahui letak STO, ODC, ODP, kabel distribusi, kabel feeder. Dan setelah desain selesai dibuat maka dapat dilakukan perhitungan parameter Link Budget dan pembuatan tabel BOQ. Tahap Analisis Data, pada tahap ini data yang sudah diolah dan dilakukan desain akan dilakukan analisa dengan cara melakukan perhitungan dan perincian alat yang digunakan pada tabel Bill Of Quantity dan perhitungan nilai-nilai redaman pada tabel Link Budget. Dan pada Tahap Akhir Merupakan tahap akhir dari penyusunan Penelitian yaitu penulisan Laporan PEMBAHASAN Survey dan Design, survey dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi untuk perencanaan jaringan Fiber To The Home (FTTH). Pada tahapan survey ini dibagi menjadi dua bagian berdasarkan lokasi, yaitu on desk survey dan on site survey. Berikut adalah peralatan yang digunakan untuk survey FTTH : 1. Peta Lokasi, 2. GPS. 3. Alat Tulis. 4. Kendaraan Dokumentasi tipe rumah ada 3 macam yaitu R1, R2, R3. Pada tipe R1 dengan luas tanah lebih dari 200 meter dengan kategori rumah mewah, pada tipe rumah R2 dengan luas tanah lebih dari 100 meter tetapi kurang dari 200 meter dengan kategori rumah biasa, sedangkan untuk rumah dengan tipe R3 dengan luas bangunan kurang dari 100 meter, dengan kategori bagunan sederhana.
Gambar 3 Design 1:32 Design one stage Gambar 3 desain 1:32, dapat dilihat peralatan yang digunakan untuk perencanaan jaringan FTTH yaitu menggunakan 1 kabel feeder untuk menyambungkan dari STO ke ODC dengan ketentuan maksimal 2 km jarak dari STO ke ODC, 19 kabel distribusi untuk menyambungkan dari ODP ke ODP lain, dan pada desain 1:32 1 kabel distribusi digunakan untuk mencakup 2 ODP. 39 ODP untuk menyambungkan dari ODC ke pelanggan dengan ketentuan 1 ODP untuk mencakup maksimal 16 pelanggan, 591 drop kabel untuk menyambungkan ODP ke pelanggan, jarak maksimal dari ODP ke pelanggan adalah 0.1 km atau 100 m. Setelah dilakukan desain maka didapatkan 3 sampel ODP untuk menghitung parameter link budget dan membuat tabel BOQ. Untuk menghitung parameter link budget maka diambil asumsi 3 ODP terjauh, menengah dan terdekat. Dan pada posisi terjauh pada ODP 21 dengan jarak 0.95 km. Posisi terdekat pada ODP 1 dengan jarak 0.04 km dan posisi menengah pada ODP 32 dengan jarak 0.39 km. Untuk parameter link budget yang diambil dari 3 sampel ODP, dan pada ODP terdekat C-67
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
didapatkan nilai redaman rata-rata 20,63 dB. Nilai rata-rata redaman pada posisi ODP menengah adalah 20,75 dB. Dan nilai redaman pada posisi ODP terjauh adalah 20,95 dB.
Gambar 4 Design 1:4 1:8 Two Stage sistem 1:4 1:8, dari gambar desain 4 dapat dilihat peralatan yang digunakan untuk perencanaan jaringan FTTH yaitu menggunakan 1 kabel feeder untuk menyambungkan dari STO ke ODC dengan ketentuan maksimal 2 km jarak dari STO ke ODC, 3 kabel distribusi untuk menyambungkan dari ODP ke ODP lain, dan pada desain 1:4 1:8 74 ODP untuk menyambungkan dari ODC ke pelanggan dengan ketentuan 1 ODP untuk mencakup maksimal 8 pelanggan, 591 drop kabel untuk menyambungkan ODP ke pelanggan, jarak maksimal dari ODP ke pelanggan adalah 0.1 km atau 100 m. Setelah dilakukan desain maka didapatkan 3 sampel ODP untuk menghitung parameter link budget dan membuat tabel BOQ. Untuk menghitung parameter link budget maka diambil asumsi 3 ODP terjauh, menengah dan terdekat. Dan pada posisi terjauh pada ODP 36 dengan jarak 0.9 km. Posisi terdekat pada ODP 1 dengan jarak 0.01 km dan posisi menengah pada ODP 48 dan ODP 22 dengan jarak masing-masing sama yaitu 0.3 km. Untuk parameter link budget yang diambil dari 3 sampel ODP, dan pada ODP terdekat didapatkan nilai redaman rata-rata 20,8 dB. Nilai rata-rata redaman pada posisi ODP menengah-1 adalah 20,94 dB pada posisi ODP menengah-2 nilai redamannya adalah 21,24 dB. Dan nilai redaman pada posisi ODP terjauh adalah 21,11 dB.
Gambar 5 Design 1:2 1:16 Two Stage sistem 1:2 1:16, dari Gambar 5 desain dapat dilihat peralatan yang digunakan untuk perencanaan jaringan FTTH yaitu menggunakan 1 kabel feeder untuk menyambungkan dari STO ke ODC dengan ketentuan maksimal 2 km jarak dari STO ke ODC, 3 kabel distribusi untuk menyambungkan dari ODP ke ODP lain, dan pada desain 1:2 1:16 39 ODP untuk menyambungkan dari ODC ke pelanggan dengan ketentuan 1 ODP untuk mencakup maksimal 8 pelanggan, 591 drop kabel untuk menyambungkan ODP ke pelanggan, jarak maksimal dari ODP ke pelanggan adalah 0.1 km atau 100 m. Setelah dilakukan desain maka didapatkan 3 sampel ODP untuk menghitung parameter link budget dan membuat tabel BOQ. Untuk menghitung parameter link budget maka diambil asumsi 3 ODP terjauh, menengah dan terdekat. Dan pada posisi terjauh pada ODP 21 dengan jarak 0.95 km. Posisi terdekat pada ODP 1 dengan jarak 0.04 km dan posisi menengah pada ODP 32 dengan jarak 0.39 km. Untuk parameter link budget yang diambil dari 3 sampel ODP, dan pada ODP terdekat C-68
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
didapatkan nilai redaman rata-rata 20,98 dB. Nilai rata-rata redaman pada posisi ODP menengah adalah 21,11 dB. Dan nilai redaman pada posisi ODP terjauh adalah 21,4 dB. Bill Of Quantity Boundary 9, pada Tabel 2 dijelaskan perangkat apa saja yang dibutuhkan untuk membuat perencanaan jaringan FTTH pada boundary 9 dengan menggunakan sistem two stage 1:4 1:18. Penggunaan kabel feeder yaitu kabel yang menghubungkan antara STO ke ODC adalah 1,48 km. Pada penggunaan kabel distribusi, yaitu kabel yang menghubungkan antara ODC ke ODP yaitu 10,92 km. Penggunaan drop kabel, yaitu kabel yang menghubungkan antara ODP ke pelanggan sebanyak 114,4 km. Pada desain ini menggunakan 1 passive splitter dengan tipe 1:2 pada ODC dan 185 passive splitter dengan tipe 1:16 pada ODP, menggunakan 1 STO. Dan pada penggunaan ODP yang berfungsi untuk menghubungkan ODC ke pelanggan sebanyak 185 buah dengan kapasitas 1 ODP maksimal untuk mencakup 8 rumah. Penggunaan tiang kosong sebanyak 115 berfungsi untuk penghubung dari ODP ke ODP lain apabila jaraknya lebih dari 45 meter. Dan pada penggunaan konektor SC/UPC karena redamannya kecil yaitu 0,25 dB sebanyak 15730 buah karena per pelanggannya menggunakan 11 konektor dan jumlah pelanggan pada boundary 2 sebanyak 1430 pelanggan.
Bill Of Quantity Boundary 10, pada Tabel 3 dijelaskan perangkat apa saja yang dibutuhkan untuk membuat perenanaan jaringan FTTH pada boundary 10 dengan menggunakan sistem two stage 1:4 1:18. Penggunaan kabel feeder yaitu kabel yang menghubungkan antara STO ke ODC adalah 2,16 km. Pada penggunaan kabel distribusi, yaitu kabel yang menghubungkan antara ODC ke ODP yaitu 9,3 km. Penggunaan drop kabel, yaitu kabel yang menghubungkan antara ODP ke pelanggan sebanyak 56,56 km. Pada desain ini menggunakan 1 passive splitter dengan tipe 1:2 pada ODC dan 110 passive splitter dengan tipe 1:16 pada ODP, menggunakan 1 STO. Dan pada penggunaan ODP yang berfungsi untuk menghubungkan ODC ke pelanggan sebanyak 110 buah dengan kapasitas 1 ODP maksimal untuk mencakup 8 rumah. Penggunaan tiang kosong sebanyak 41 berfungsi untuk penghubung dari ODP ke ODP lain apabila jaraknya lebih dari 45 meter. Dan pada penggunaan konektor SC/UPC karena redamannya kecil yaitu 0,25 dB sebanyak 7777 buah karena per pelanggannya menggunakan 11 konektor dan jumlah pelanggan pada boundary 10 sebanyak 707 pelanggan. KESIMPULAN 1. Link budget adalah sebuah cara yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar redaman sebuah jaringan. Semakin jauh letak pelanggan maka semakin besar redaman nya. Sebuah perencanaan jaringan yang baik apabila nilai redamannya tidak lebih dari 28 dB. Apabila nilai redamannya lebih dari 28 dB maka perencanaan tersebut tidak bagus. Redaman rata-rata yang didapatkan pada desain ini adalah 20-21 dB yang artinya perencanaan jaringan FTTH yang dibuat pada desain ini bagus karena nilai redamannya tidak lebih dari 28 dB. C-69
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
2. Dari ke-3 skenario yaitu 1:32, 1:2 1:16, serta 1:4 1:8 didapatkan kesimpulan bahwa pada skenario 1:32 dapat dipakai apabila jumlah rumah pada suatu boundary banyak dan mengumpul tetapi pemakaian kabel distribusi lebih banyak. Sama hal nya dengan skenario 1:2 1:16 dapat dipakai apabila jumlah rumah pada sebuah daerah banyak dan menggumpul pemakaian kabel distribusi lebih sedikit. Perbedaan dua skenario tersebut adalah pada penggunaan kabel distribusi. Sedangkan skenario 1:4 1:8 digunakan pada daerah yang letak rumahnya banyak dan menyebar. 3. Bill Of Quantity (BOQ) merupakan sebuah cara yang berfungsi untuk mengetahui berapa jumlah perangkat yang digunakan untuk sebuah perencanaan jaringan. Dan dari desain 3 skenario, pada skenario 1:32 penggunaan perangkat utama seperti kabel distribusi sebanyak 8,82 km, kabel drop 23,05 serta ODP sebanyak 39 buah. Pada skenario 1:2 1:16 penggunaan perangkat utama seperti kabel distribusi sebanyak 2,94 km, kabel drop 23,05 km, serta ODP sebanyak 39 buah. Pada skenario 1:4 1:8 penggunaan perangkat utama seperti kabel distribusi sebanyak 3,72 km, kabel drop 18,36, serta ODP sebanyak 74 buah, dapat diketahui bahwa pada skenario 1:2 1:16 lebih sedikit memerlukan peralatan seperti kabel distribusi 2,94 km dan penggunaan ODP sebanyak 39 buah. Yang dapat diartikan bahwa lebih sedikit pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Angga Julian Maulana. Perencanaan Desain Jaringan Metro FTTH. Depok: Universitas Indonesia Depok 2012. Divlat PT. Telkom,Tbk. Sistem Jaringan Lokal Akses Fiber Optik. Bandung : PT.Telkom,Tbk, 2000 Divlat PT. Telkom Akses,Tbk. Design FTTx. Jakarta : PT.Telkom Akses,Tbk, 2014 Divlat PT. Telkom Akses,Tbk. Overview FTTx. Jakarta : PT.Telkom Akses,Tbk, 2014 John Crisp dan Barry Elliott. (2005). Serat Optik Sebuah Pengantar . Credo Ut intelligam : Erlangga Lita Berliati. Perhitungan Parameter Kualitas Jaringan Pada Pelanggan Speedy Menggunakan Teknologi Gigabit Passive Optical Network (Gpon). Purwokerto: Akademi Teknik Telkom Sandy Putra Purwokerto,2013. Modul Praktikum SKSO Akatel Sandhy Putra Purwokerto Wettelijk Depot. FTTH Handbook.Europe 2011 Zulfadjri Basri dkk. Jurnal Aplikasi Perencanaan JARLOKAF. Kupang : Universitas Nusa Cendana Kupang
C-70