ANALISA DAERAH RAWAN KEMACETAN DI RUAS JALAN NASIONAL DAN PROVINSI JAWA TIMUR Dadang Supriyatno, Anita Susanti Dosen Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak - Perkembangan kondisi perekonomian masyarakat semakin meningkat. Melihat kondisi seperti itu, maka diperlukan suatu perancangan lalu lintas jalan utama antar kota guna menunjang kegiatan ekonomi regional dan nasional. Banyaknya ketidaktahuan masyarakat terhadap titik-titik rawan kemacetan khususnya di ruas jalan nasional dan provinsi Jawa Timur, sehingga diperlukan suatu studi analisa terhadap daerah rawan yang teridentifikasi sebagai daerah rawan kemacetan. Metode penelitian yang dilakukan adalah daerah-daerah yang ditengarai sebagai daerah rawan kemacetan. Hasil penelitian dibagi menjadi empat ruas jalur utama yaitu pada jalur utara, jalur barat, jalur seurabayalatan, jalur timur Provinsi Jawa Timur. Pada jalur utara kemacetan terjadi di ruas jalan Duduk Sampean arah Surabaya-Gresik-Lamongan; pada jalur barat kemacetan terjadi pada ruas jalan Mojoagung – ruas jalan Nganjuk Caruban – ruas jalan Madiun Maospati; pada jalur selatan terjadi kemacetan pada ruas jalan depan Pabrik Paku - Terminal Bungurasih – ruas jalan Purwosari Purwodadi – ruas jalan Pasuruan Karanglo; pada jalur Timur terjadi kemacetan pada ruas jalan Gondanglegi – Beji – Bangil – Pasuruan – Probolinggo.
lewat, pengukuran fisik jalan dan pengamatan aktivitas pada sisi ruas jalan, yang selanjutnya dilakukan analisa, akan didapat hasil nilai kemacetan (nilai kejenuhan) dan rekomendasi cara penanganannya. Derajat kejenuhan (DS), untuk menentukan nilai kemacetan didapat dari rumus : DS = Q / C dimana : DS = derajat kejenuhan (tingkat kemacetan) Q = volume arus lalu lintas (smp/jam) No. Urut 1.
Ruas
Nama Ruas
Status
006.2
Provinsi
2.
009.2
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
013 014 017 018.2 019.1 027 028 029.2
11.
043.11K
Bts. Kab. NganjukCaruban Bts. Kab. MojokertoJombang Taman-Krian Waru-Taman Sidoarjo-Gempol Bangil-Pasuruan Pasuruan-Probolinggo Pandaan-Purwosari Purwosari-Purwodadi Bts. Kab. PasuruanKaranglo Jl. Raya Gresik
Kata Kunci: identifikasi, kemacetan, nasional, provinsi
I. PENDAHULUAN Pergerakan lalu lintas yang aman, nyaman, dan lancar merupakan impian masyarakat dalam melintas sepanjang ruas jalan. Oleh sebab itu diperlukan suatu dukungan unsur keselamatan, keamanan, ketertiban bagi pemakai jalan merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu perlu adanya suatu studi analisa yang membahas daerah rawan kemacetan di ruas jalan nasional, provinsi Jawa Timur. Tujuan dari studi ini adalah melakukan identifikasi pada ruas-ruas jalan utama nasional dan provinsi Jawa Timur, yang yang mempunyai indikasi sebagai daerah-daerah rawan banjir, longsor dan kemacetan lalu lintas. Daerah Rawan Kemacetan adalah suatu daerah yang memiliki volume kendaraan melebihi dari kapasitas yang ada. Adanya kemacetan di jalan akan sangat menganggu lancarnya lalu lintas kendaraan, yang akan menganggu kelancaran pergerakan ekonomi, manusia dan barang. Dengan pengamatan langsung di lapangan berupa perhitungan setiap kendaraan yang
C
Nasional Provinsi Provinsi Provinsi Nasional Nasional Nasional Nasional Nasional Nasional
= kapasitas ruas jalan (smp/jam) Tabel 1 : Daftar Identifikasi Daerah Rawan Kemacetan
Sistem jaringan lalu lintas kendaraan di jalan raya sebagai pelaksana transportasi meskipun telah direncanakan dengan baik dan diadakan perhitungan yang optimal akan ada kemungkinan disuatu saat terjadi kemacetan dan menjadi daerah / ruas jalan rawan kemacetan. Arus lalu lintas kendaraan di jalan raya yang bergerak pada kondisi aliran normal haruslah dijaga terhadap hal-hal yang menyebabkan rawan kemacetan. Sehingga dengan adanya kemacetan yang terjadi akan sangat menggangu lancarnya lalu lintas kendaraan, yang pada akhirnya akan mengganggu kelancaran pergerakan ekonomi manusia dan barang.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 A-21
Berikut akan diperlihatkan sistem jaringan jalan di Provisi Jawa Timur di gambar 1.
Kapolres yang dihubungi pada wilayah Jawa Timur, adalah : Tabel 2 : Nama Polres Di Jawa Timur
Gambar 1 : Jaringan Jalan Di Provinsi Jawa Timur II. METODE Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai dengan melakukan segala identifikasi permasalahan yang ada di lapangan. Pelaksanaan survai lapangan dilakukan pada daerah-daerah yang ditengarai rawan kemacetan, seperti pada tabel 1, dimana kemacetan terjadi berulang kali dan hampir terjadi setiap hari pada daerah yang sama terutama pada pusat-pusat kegiatan aktivitas masyarakat, seperti pasar, perlintasan kereta api dan pusat-pusat hiburan yang berada disepanjang jalan nasional dan propinsi. Pelaksanaan survai pada daerah rawan kemacetan dilakukan setelah persiapan dikantor telah lengkap, baik sistem kerja, jadwal, peralatan survai, kendaraan maupun personil berdasarkan uji coba survai lapangan yang telah dievaluasi dengan baik. Untuk pelaksanaan survai lapangan, anggota telah dibekali pedoman pelaksanaan dan format kerja standar yang akan dipakai survai sampai pelaksanaan analisa data. Langkah awal dalam mendapatkan data sekunder dari pihak Kepolisian Direktorat lalu lintas mengenai daerah rawan kemacetan. Kemudian mencari data yang relevan dan sesuai dengan penelusuran awal ini, kemudian ditetapkan untuk diadakan survey dilapangan.
A-22
Nama Polres Polres Sidoarjno Polres Mojokerto Polres Jombang Polres Situbondo Polres Jember Polres Banyuwangi Polres Sampang Polres Pamekasawin Polres Sumenep Polres Gresik Polres Lamongan Polres Tuban Polres Magetan Polres Ngawi
Nama Polres Polres Nganjuk Polres Kediri Polres Malang Polres Lumajang Polres Probolinggo Polres Pasuruan Polres Bojonegoro Polres Pacitan Polres Ponorogo Polres Madiun Polres Tulungagung Polres Trenggalek Polres Trenggalek Polres Blitar
Langkah selanjutnya adalah mencari informasi ke lapangan mengenai hari-hari dan waktu-waktu (jam), kepadatan lalu lintas kendaraan tertinggi maupun yang macet. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah dalam mencari informasi maupun mengetahui suatu lokasi rawan kemacetan terutama pada hari dan jam kepadatan lalu lintas kendaraan tertinggi, adalah dengan melakukan counting pada jam-jam tersibuk. Analisa kerawanan pada lokasi ruas jalan dimaksud akan menghasilkan nilai kejenuhan terhadap kapasitas ruas jalan yang disurvey, yang berarti terjadi timukemacetan, terakhir adalah usulan dan rekomendasi penanganannya, apabila sudah lewat jenuh, berikut analisa kemacetan pada beberapa ruas jalan nasional dan provinsi dibawah ini :
ISBN : 978-979-18342-3-0
Tabel 3 : Lintas Daerah Rawan Kemacetan No 1 2 3
Daftar Daerah Rawan Kemacetan Waru Taman Sidoarjo Bts. Kab. Mojokerto – Jombang Bts. Kab. Nganjuk – Caruban
Lintas Surabaya – Mojokerto 55 Km Mojokerto – Jombang 25 Km Nganjuk – Caruban 29 Km Kepanjen – Blitar 59 Km Sidoarjo – Gempol 37 km Pasuruan – Bangil 14 Km Pasuruan – Probolinggo 38 Km Ketapang – Banyuwangi 12 Km B.Wangi–Rogo jampi 8 Km Surabaya–Gresik 15 km
4
Kepanjen-Bts Kab.Blitar
5
Sidoarjo – Gempol
6
Pasuruan–Bangil
7
Pasuruan–Probolinggo
8
Ketapang–Banyuwangi
9
B.Wangi – Rogo jampi
10
Surabaya - Bts. Gresik
11
Bts. Surabaya - Gresik
Surabaya–Gresik 15 km
12
Gresik – Bts. Lamongan
Gresik-Lamongan 28 km
13
Bts. Gresik –Lamongan
Gresik-Lamongan 28 km
14
Lamongan – Babat Bts. Tuban – Lamongan (Pantura)
Lamongan– Babat 28 km Tuban–Paciran 44 km
15
Pada jalur Timur terjadi kemacetan pada ruas jalan Gondanglegi, Beji, jalur Surabaya-BangilPasuruan dengn nilai derajat kejenuhan sebesar 1,15. Pada ruas jalan Pasuruan-Probolinggo memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,76. Berdasarkan hasil analisa data lapangan diatas, maka dapat diketahui bahwa pergerakan lalu lintas khususnya pada ruas jalan nasional dan provinsi Jawa Timur memiliki derajat kejenuhan diatas nilai “1”, yang berarti arus sudah tidak stabil, tundaan, dan panjang antrian yang cukup panjang. Ruas jalan nasional dan provinsi yang teridentifikasi sebagai daerah rawan kemacetan disebabkan karena sebagian besar pemanfaatan tata guna lahan merupakan daerah strategis dan komersial. Berikut akan dijelaskan lebih detail lagi penjelasan mengenai tat guna lahan di tiap-tiap jalur penelitian pada tabel 4. Tabel 4 : Tata Guna Lahan Di Jalur Utara Ruas / Lintas Titik lokasi Gresik Pasar Duduk Lamongan Sampean
Anatomi Lokasi 1. pemukiman padat 2. daerah lingkungan pasar 3. simpang empat tidak simetris 4. tidak ada traffic light 5. tidak ada Zebra Cros
Identifikasi permasalahan di lapangan dalam menganalisa daerah rawan kemacetan di Jawa Timur terbagi menjadi 4 jalur utama penelitian, yaitu: jalur Utara, jalur Selatan, jalur Barat, jalur Timur. Pada jalur Utara kemacetan terjadi pada ruas jalan Duduk Sampean, arah Surabaya Gresik dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,3052 yang berarti “lewat jenuh” Pada jalur Barat di depan Pabrik kertas Tjiwi Kimia km 42 dari Surabaya memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,52. Ruas jalan Mojoagung memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,160. Pada ruas jalan Taman-Krian memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,38. Ruas jalan Nganjuk-Caruban memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 0,57 9belum jenuh). Pada jalur Selatan terjadi kemacetan di ruas jalandepan Pabrik Paku memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,55 dan pintu gerbang II Terminal Bungurasih memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,44. Kemacetan juga terjadi pada ruas jalan Purwosari-Purwodadi memiliki nilai derajat kejenuhan dari Surabaya sebesar 1,29 dan 1,13 nilai derajat kejenuhan ke arah Surabaya. Ruas Selain itu kemacetan juga terjadi pada batas Pasuruan-Karanglo dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,32 dari Surabaya dan 1,59 nilai derajat kejenuhan ke arah Surabaya.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 A-23
Ruas / Lintas Titik lokasi Waru - • Jl. Raya Taman Bundaran (014) Waru
Taman – Krian (013)
Anatomi Lokasi 1. Merupakan pintu masuk utama jalur barat dan selatan menuju pusat kota Surabaya. 2. Terdapat perkantoran dan pusat pertokoan 3. Arus lalu lintas padat
• Pertigaan Medaeng
1. Lebar jalan utama 9.50 m Lebar jalan cabang/ kampung 5.50 m 2. Terdapat pemberhentian angkutan (terminal Siluman) 3. Terdapat PKL pada sisi arah krian 4. Permukiman padat
• Pertigaan Ispatindo • Pertigaan Taman Sepanjang
1. Tidak ada Zebra Cross 2. Keluar - masuk kendaraan pabrik dan gudang 3. Rambu rusak berat 4. Ada Traffic - Light tetapi tidak berfungsi 5. Pemukiman padat, Gudang dan Pabrik
• Pertigaan Kletek
1. Tidak ada Zebra Cross 2. Banyak penyebrang jalan 3. Tidak ada Traffic - Light 4. Rambu rusak berat
• Depan Pasar Krian Km. Sby. 30 + 000
Krian – • Depan Mojokerto Pabrik Kertas (012) Tjiwi Kimia Km. Sby. 42+000
1. Aktifitas karyawan pabrik (keluar - masuk) jam kerja 2. Banyak kendaraan umum menunggu dan menaik turunkan penumpang
• Jl. Raya By Pass Mojokerto Km. Sby. 54+000
1. Jalan arteri utama Surabaya – madiun 2. Dekat terminal Bus / MPU. 3. Simpang empat dan bahu jalan sempit 4. Jalur utama/ terdekat menuju Jombang Gempol – Pasuruan 5. Banyak penjual asongan pada Trafic light
Mojokerto • Jl. Raya – Trowulan Jombang Km. Sby. 61+250 (0092)
1. Jalan Utama Lintas kota Surabaya - Mojokerto (tidak melelui By pass) 2. Lokasi pasar dan pertokoan 3. Terdapat Pemberhentian Bus/ MPU 4. Terdapat pangkalan Becak dpn Pasar dan persimpangan jalan 5. Banyak pejalan kaki dan penyeberang jalan
NganjukCaruban (0062)
1. Sumber kemacetan pada Mojoagung 2. Lebar jalan utama 7.3 m, Lebar jalan cabang 4.40 m. 3. Arus lalu lintas padat dan banyak aktifitas penyeberang jalan. 4. Tidak ada Marka, Rambu, zebra cros 5. Lampu penerangan Kurang
• Jl. Raya Mojoagung (Jl. Veteran Ds Mojo Trisno) Jombang Km. Sby. 65+200
1. Terdapat terminal MPU sisi utara jalan utama 2. Terdapat shelter bus dua sisi tepi jalan 3. Lingkungan pasar dan terminal MPU 4. Tidak ada marka, rambu, dan zebra cross 5. Penyempitan jembatan arah barat
• Jl. Raya Peterongan
1. Kondisi jalan yang menyempit dan kurang baik terutama pada perlintasan Kereta Api 2. Banyak penyeberang jalan
• Tanjakan Nampu Km. Sby. 132 • Tanjakan Widas Km. Sby. 134 • Tanjakan Pugruk Km. Sby. 141
1. Jalan nasional Surabaya – Madiun 2. Tanjakan dan tikungan tajam 3. Terdapat perlintasan KA 4. Bahu jalan sempit 5. Rawan kemacetan & kecelakaan
Tabel. 5 : Tata Guna Lahan Di Jalur Selatan Tabel 5 : Tata Guna Lahan Di Jalur Barat
A-24
ISBN : 978-979-18342-3-0
Ruas / Lintas
Titik lokasi
Waru – • Depan pabrik Paku Sidoarjo (016)
• Aloha
• Simpang empat Gedangan
Sidoarjo • Jl. Gajah Mada (pusat – Gempol kota Sidoarjo) (017) Km. Sby. 20+000
• Exit tol porong Jembatan Pusdik Porong – lepas Jembatan
Porong 1+100 km
Anatomi Lokasi
4. Aktifitas simpang tiga keluar-masuk jalur Gempol-Pasuruan menuju Gempol-Malang 5. tidak ada Trafic light
1. Jalur lintas penghubung ke pusat 2. Terdapat Simpang tiga menuju pabrik Paku Waru dan Perum Rewin yang padat lalulintas menyilang sebidang dengan Jalur KA. 3. Antrian MPU tepi jalan menaik turunkan penumpang
1. Jalur lintas penghubung Surabaya-Sidoarjo dan ke Bandara Juanda 2. Aktivitas penyeberang padat oleh karyawan pabrik Maspion. 3. Daerah industri
1. Aktivitas penyeberang padat oleh karyawan komplek industri 2. Terdapat persilangan sebidang dengan rel KA Surabaya-Malang di perempatan Jl. Ry Gedangan. 3. Terdapat Stasiun dan terminal MPU 4. Komplek pertokoan dan pemukiman padat penduduk 5. Terdapat trafic light namun untuk belok menuju kiri - kanan dari Sby - Sda tidak ikut diatur Trafic light.
• Simpang tiga Japanan
Bts Kab • Depan pasar lawang Km. Pasuruan Sby. – 70+000 Karanglo (029)
1. Kemacetan antrian kendaraan berat akibat bencana Lumpur lapindo 2. Jalur alternatif dari Malang dan pasuruan menuju Mojokerto lewat simpang tiga Japanan. 3. Arus lalu lintas padat antar kota dan lokal 1. Daerah pasar & perbelanjaan 2. MPU / Bis menaik turunkan penumpang depan pasar 3. Merupakan daerah tanjakan
Tabel 6 : Tata Guna Lahan Di Jalur Timur Ruas / Lintas Bangil – Pasuruan (018.1)
1. Arus lalu lintas padat antar kota dan lokal 2. Daerah pertokoan & perbelanjaan 3. PKL menggunakan badan jalan 4. Sisi timur untuk parkir kendaraan sehingga lebar efektif jalan kurang 5. Penyeberang jalan disembarang tempat 6. Tidak ada trafic light
1. Antrian kendaraan keluar masuk Tol Porong 2. Bencana lumpur Lapindo Porong 3. Kawasan pasar dan terminal
Titik lokasi
Anatomi Lokasi
• Jl. Raya Beji Ds. Gondang legi Km. Sby 37+000 38+000
1. Lingkungan pasar, puskesmas, Sekolahan, dan Pabrik 2. jalan keluar - masuk Trailer 3. Terdapat jembatan menyempit
• Depan pasar Bangil Km. Sby 47+000 50+000
1. Lingkungan pasar, Ruko, Sekolah dan perkantoran 2. Jalan persimpangan dan trafic light mati 3. Aktifitas penyebrang jalan 4. jalan Gelombang dan menyempit
• Batas kota Bangil km. Sby 53+000
1. Perlintasan KA, dan tanjakan, tikungan 2. sering terjadi pelanggaran lalu lintas terutama pada kendaraan Umum/ Bus menerobos palang pintu perlintasan.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 A-25
Pasuruan – probolinggo (019.1)
• Simpang tiga Kraton Km. Sby. 64+000 • Depan Pasar Ngopak
Ketapang – • Jl.Ry. Ketapang Banyuwangi Km. Sby (025) 280 + 000 - 280 + 700 Banyuwangi • Km. Sby 287+100 – Rogojampi 287+500 (134)
A-26
1. Trafic light mati, marka, rambu kurang 2. Aktifitas pasar kerajinan kraton 3. Tidak terdapat Shelter Bus/MPU. 1. Aktifitas pasar Tradisional 2. Simpang tiga kedawung 3. jalan menyempit, pangkalan becak dan parkir pinggir jalan 4. Tidak ada Zebra Cross dan Trafic light. 1. Aktifitas penyeberangan lalu lintas KetapangGilimanuk 2. lalu lintas padat saat Liburan 1. Daerah pusat kota Banyuwangi 2. Lokasi pasar dan pertokoan 3. Aktifitas lalu lintas padat 4. Terdapat pangkalan Becak dan parkir
IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil survai lapangan dan analisa data di daerah rawan kemacetan dapat disimpulkan dalam 3 (tiga) kategori,yaitu: 1.) pendapat pengguna jalan tentang keberadaan simpang empat bersinyal Juanda yag terintegrasi dengan by pass Juanda dan keberadaan tol tengah Waru-Juanda; 2).nilai derajat kejenuhan dari masing-masing jalur utama penelitian; 3). identifikasi secara detail tentang tata guna lahan pada tiap-tiap jalur rawan kemacetan. Pendapat dari pengguna jalan tentang keberadaan simpang dan tol tengah,banyak mengatakan bahwa pembukaan alternatif tersebut sangat membantu pergerakan lalu lintas masyarakat dalam menuju Bandara Juanda. Nilai derajat kejenuhan sebagian besar di masingmasing ruas jalan memiliki nilai lebih dari 1 (satu),dimana kemacetan yang terjadi memiliki tundaan waktu dan panjang antrian yang sangat panjang dan lama. Identifikasi daerah rawan kemacetan jika dilihat dari pemanfaatan tata guna lahan/ anatomi lokasi dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar titik rawan kemacetan memiliki tingkat aktifitas lalu lintas yang cukup tinggi didukung dengan adanya lokasi rawan kemacetan yang sangat strategis dan komersial. SARAN Pada titik-titik rawan kemacetan, sebaiknya dilakukan perencanaan pembukaan jalur alternatif di tiap-tiap jalur utama. DAFTAR PUSTAKA [1] Stoer, J and Bulirsch. 1980. Introduction to Numerical Analysis. New York: Springer Verlag. [2] Kirkpatrick, S. 1984. Optimazion Simulated Annealing. Journal of Statistical Physics Vol. 34. [3] Morlok, Edward K (1985), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta [4] Abubakar, Iskandar dkk. 1996. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta: Dephubdat. [5] Mahoney, John H. 2000. Intermodal Freight Transportation. New Jersey: Prentice Hall. [6] Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
ISBN : 978-979-18342-3-0