AMOKSISILIN AMOXICILLIN
1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan Penisilin; aminopenisilin (4) 1.2. Sinonim/Nama Dagang (1,4,6,7,9) Alpha-Amino-p-hydroxybenzylpenicillin;
Amolin;
Amopenixin;
Amosine;
Amoxa; Amoxapen; Amoxi; Amoxibiotic; Amoxicillin; Amoxil; Amoxipen; Amoxisol; Amoxycillin; Amoxycilline; Amoxypen; AMPC; Anemolin; Ardine; Biomox; BLP 1410; Bristamox; BRL 2333; Clamoxyl; D(-)-α-Amino-phydroxybenzylpenicillin; Delacillin; Efpenix; Helvamox; Hiconcil; Histocillin; Ibiamox; Moxal; p-Hydroxyampicillin; Pasetocin; Penimox; Piramox; Sumox; Zamocilline; 6-[D-(-)-alpha-amino-para-hydroxy phenyl acetamido] penicilic acid; 6-(D-(-)-alpha-Amino-p-hydroxyphenylacetamido)penicillanic acid; 6-(pHydroxy-alpha-aminophenylacetamido) penicillanic acid. 1.3. Nomor Identifikasi 1.3.1. Nomor CAS
: 26787-78-0 (1,5,6,7,9,10)
1.3.2. Nomor EC (EINECS)
: 248-003-8 (6,8,9,10)
1.3.3. Nomor RTECS
: XH8300000 (7,8,9)
1.3.4. Nomor UN
:-
2. PENGGUNAAN (11) Merupakan penisilin generasi kedua yang digunakan sebagai antibakteri Gramnegatif. 2.1. Indikasi dan Dosis Secara umum diindikasikan untuk pengobatan sinusitis, faringitis, epiglotis, bronkitis, pneumonia, infeksi gonokokal yang tidak rumit, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi kulit, penyakit akibat Salmonella, otitis media akut (infeksi telinga tengah), antraks kulit, demam tifoid, gonorrhea
(4)
. 1
A. Dosis untuk anak Pada hampir semua keadaan, untuk anak-anak yang memiliki berat badan lebih dari 20 kg dapat diberikan amoksisilin dengan dosis seperti untuk orang dewasa. 1) Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, saluran genitourinaria, kulit, dan jaringan lunak. Oral: 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam. Intravena/ intramuskular: 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam. 2) Uretritis, persentase isolat yang resisten penisilin <0,3% Oral: 50 mg/kg perhari sebagai dosis tunggal. Maksimum 3000 mg sehari. Intravena/ intramuskular: 25 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam. 3) Pencegahan endokarditis Oral: a. Dosis untuk pasien
usia <5 tahun yang tidak mendapatkan
anestesi umum adalah 750 mg pada 1 jam sebelum tindakan; dapat diberikan dosis kedua setelah 6 jam kemudian jika diperlukan. b. Dosis untuk pasien usia 5-10 tahun yang tidak mendapatkan anestesi umum adalah 1500 mg pada 1 jam sebelum tindakan; dapat diberikan dosis kedua setelah 6 jam kemudian jika diperlukan. c. Dosis untuk pasien usia <5 tahun yang mendapatkan anestesi umum adalah 750 mg pada 4 jam sebelum anestesi; 750 mg yang diberikan 6 jam setelah dosis awal. d. Dosis untuk pasien usia 5-10 tahun yang mendapatkan anestesi umum adalah 1500 mg pada 4 jam sebelum anestesi; 1500 mg yang diberikan 6 jam setelah dosis awal.
2
Intramuskular: a. Dosis untuk pasien usia <10 tahun yang tidak mendapatkan anestesi umum adalah 500 mg IM dengan 2 mg/kg gentamisin IM pada saat 15 menit sebelum tindakan. b. Dosis untuk pasien usia <10 tahun yang mendapatkan anestesi umum adalah 500 mg IM segera sebelum anestesi; juga diberikan gentamisin pada penanganan gigi; diberikan 250 mg secara oral pada saat 6 jam sebelum dosis pertama. B. Dosis untuk orang dewasa 1) Infeksi saluran pernapasan bagian atas, saluran genitouritari, kulit, dan jaringan lunak Oral: 250 mg setiap 8 jam. Jika terjadi infeksi parah atau strain bakteri kurang rentan, maka diberikan dosis 500 mg setiap 8 jam. Intravena/ intramuskular: 250 mg setiap 8 jam. 2) Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, otitis media akut (infeksi telinga tengah) Oral: 500 mg setiap 8 jam. Jika terjadi infeksi yang parah atau infeksi purulen berulang pada saluran napas, maka diberikan dosis 3000 mg sebanyak 2 kali sehari. Intravena/ intramuskular: 500 mg setiap 8 jam 3) Infeksi saluran kemih bagian bawah akut tetapi tidak rumit Oral: 3000 mg perhari sebagai dosis tunggal. Intravena/ intramuskular: 250 mg setiap 8 jam. 4) Pencegahan endokarditis Oral: a. Dosis untuk pasien yang tidak mendapatkan anestesi umum adalah 3000 mg pada saat 1 jam sebelum tindakan; dapat diberikan dosis kedua setelah 6 jam kemudian jika diperlukan. b. Dosis untuk pasien yang mendapatkan anestesi umum adalah 3000 mg pada saat 4 jam sebelum tindakan; 3000 mg pada saat 6 jam setelah pemberian dosis pertama. 3
Intramuskular: a. Dosis untuk pasien yang tidak mendapatkan anestesi secara umum adalah 1000 mg IM dengan 120 mg gentamisin pada saat 15 menit sebelum tindakan. b. Dosis untuk pasien yang mendapatkan anestesi umum adalah 1000 mg IM segera sebelum anestesi; juga diberikan gentamisin dengan dosis 120 mg pada penanganan gigi; diberikan 500 mg secara oral pada saat 6 jam setelah dosis pertama.
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran (10) Tidak tersedia informasi. 3.2. Rute Paparan 3.2.1. Paparan Jangka Pendek 3.2.1.1. Terhirup (7,8) Berbahaya jika terhirup. Bahan ini dapat menimbulkan iritasi pada membran mukosa dan saluran napas bagian atas. 3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (5,7,8) Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit, iritasi kulit, berbahaya jika terserap melalui kulit. Jika masuk ke dalam peredaran darah melalui kulit yang terluka (misal luka terpotong
atau
lesi)
dapat
menimbulkan
gangguan
peredaran darah dengan efek yang berbahaya. 3.2.1.3. Kontak dengan Mata (5,7,8) Kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan iritasi, rasa tidak nyaman sementara pada mata seperti mata berair dan kemerahan pada konjungtiva. 3.2.1.4. Tertelan (5) Penisilin dapat menyebabkan diare sementara, mual, heartburn, dan rasa gatal pada anus. Penisilin aman digunakan pada individu yang tidak alergi. Pada pasien yang hipersensitif biasanya dapat menimbulkan pembengkakan ginjal akut serta syok anafilaktik, yang dapat menimbulkan 4
kematian dalam hitungan menit. Pada umumnya, reaksi sensitivitas dapat timbul dalam 1 hingga 3 minggu, meliputi rasa gatal, pembengkakan (terutama pada wajah, bibir, dan jaringan di sekitar mulut), kemerahan pada kulit, kram perut, demam, nyeri persendian, penyempitan jalan napas, asma yang parah, nyeri dada, tekanan darah rendah, sianosis, kolaps peredaran darah, dan pembengkakan paru-paru. Selain itu dapat menyebabkan serum sickness type syndromes
meliputi
pembengkakan
limpa,
nyeri
dan
pembengkakan persendian, nyeri otot, rasa tidak sehat secara umum, gangguan limfe, dan perubahan status mental. Kemungkinan terdapat sensitivitas silang antara penisilin dengan senyawa lain yang segolongan, seperti sefalosporin dan sefamisin. 3.2.2. Paparan Jangka Panjang 3.2.2.1. Terhirup (5) Paparan berulang atau jangka panjang di tempat kerja dapat menyebabkan
bahan
terakumulasi
di
dalam
tubuh.
Sensitisasi pernapasan dapat menimbulkan alergi atau respons yang menyerupai asma. 3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (5) Pada individu tertentu, kontak kulit jangka panjang dapat menyebabkan reaksi sensitisasi. 3.2.2.3. Kontak dengan Mata 3.2.2.4. Tertelan (5,9) Menelan penisilin secara berulang dapat menyebabkan mual dan/atau muntah, gangguan lambung, diare, nyeri atau rasa kering pada kerongkongan, nyeri lidah atau black hairy tongue (suatu kondisi sementara pada lidah yang terlihat gelap dan seperti berambut). Paparan
dalam
jumlah
kecil
dapat
memicu
reaksi
hipersensitivitas yang ditandai dengan bronkospasme akut, 5
gatal (urtikaria), bentol pada kulit (edema angioneurotik), hidung berair (rhinitis), dan pandangan buram. Dapat pula menimbulkan syok anafilaktik dan ruam kulit (purpura nontrombositopenik).
4. TOKSIKOLOGI 4.1. Toksisitas 4.1.1. Data pada Hewan (4,5,6,7) LD50 oral-tikus 15 g/kg; LD50 oral-mencit 25 g/kg; LD50 intraperitonealtikus 2,87 g/kg; LD50 intraperitoneal-mencit 3,59 g/kg; LD50 subkutantikus
>8000
mg/kg;
LD50
subkutan-mencit
>20
mg/kg;
LD50
intraserebral-mencit >500 mg/kg. 4.1.2. Data pada Manusia (4) Amoksisilin dengan dosis kurang dari 250 mg/kg tidak menyebabkan gejala dan tanda keracunan. Secara umum, keracunan dapat terjadi jika dosis melebihi 250 mg/kg. 4.2. Data Karsinogenik (8) IARC: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat ≥ 0,1% yang teridentifikasi diduga (probable), mungkin (possible), atau terkonfirmasi (confirmed) karsinogen pada manusia. ACGIH: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat ≥0,1% yang teridentifikasi sebagai karsinogen atau berpotensi sebagai karsinogen. NTP: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat ≥ 0,1% yang teridentifikasi sebagai karsinogen atau diantisipasi sebagai karsinogen. OSHA: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat ≥ 0,1% yang teridentifikasi sebagai karsinogen atau berpotensi karsinogen. 4.3. Data Teratogenik (12) Pada pengujian reproduktif terhadap mencit dan tikus dengan dosis hingga 2000 mg/kg (3 dan 6 kali dosis manusia, yaitu 3 gram, berdasarkan luas permukaan tubuh), diketahui bahwa amoksisilin tidak menimbulkan efek membahayakan terhadap fetus. Namun demikian, belum ada data atau pengujian yang memadai terhadap perempuan hamil. Oleh karena pengujian 6
reproduktif terhadap hewan uji tidak selalu dapat memprediksi kemungkinan responsnya
terhadap
manusia,
maka
selama
kehamilan
sebaiknya
penggunaan amoksisilin hanya bila benar-benar diperlukan. 4.4. Data Mutagenik (12) Pengujian untuk mengetahui potensi mutagenik amoksisilin tunggal belum pernah dilakukan, namun pada pengujian Ames bacterial mutation assay dan yeast gene conversion assay terhadap campuran amoksisilin dan kalium klavulanat (4:1) diketahui bahwa amoksisilin dan kalium klavulanat tidak bersifat mutagenik.
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN 5.1. Terhirup (5,7,8,9) Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami kesulitan bernapas. 5.2. Kontak dengan Kulit (5,7,8,9) Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Jika timbul iritasi, segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 5.3. Kontak dengan Mata (5,7,8,9) Segera cuci mata dengan air hangat yang banyak, sekurangnya selama 1520 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Jika timbul iritasi, segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 5.4. Tertelan (5,7,8,9) Jangan lakukan induksi muntah jika tidak disarankan oleh tenaga medis. Cuci mulut menggunakan air. Jika dalam kondisi sadar, dapat diberikan air minum. Jangan berikan apapun melalui mulut jika korban dalam kondisi tidak sadarkan diri. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
7
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN 6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (2) 6.1.1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. 6.1.2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. 6.1.3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. 6.1.4. Obati koma, kejang, hipotensi, anafilaksis, dan hemolisis jika ada. 6.1.5. Gantikan cairan tubuh yang hilang akibat gastroenteritis dengan pemberian kristaloid intravena. 6.1.6. Pertahankan stabilitas aliran urin dengan memberikan cairan untuk meringankan kristaluria akibat overdosis amoksisilin. 6.1.7. Penisilin dapat tersebar luas pada cairan dan jaringan tubuh
(5)
. Pada
keracunan amoksisilin yang bersifat ringan hingga sedang diberikan pengobatan yang sesuai gejala dan pengobatan penunjang. Muntah dan diare dapat diberikan cairan intravena, jika diperlukan dapat diberikan antiemetik. Jika timbul reaksi hipersensitivitas dapat diberikan antihistamin, dengan atau tanpa beta agonis yang dihirup, kortikosteroid atau epinefrin (4). 6.1.8. Anafilaksis akut umumnya terjadi setelah paparan parenteral, namun dapat
pula
timbul
setelah
rute
paparan
lainnya.
Untuk
penanganannya dapat diberikan oksigen, pengelolaan jalan napas secara agresif, pemberian antihistamin, dan epinefrin (dosis untuk dewasa 0,3 hingga 0,5 mL larutan 1:1000 secara subkutan; dosis untuk anak 0,01 mL/kg, maksimum 0,5 mL; dapat diulangi dalam jangka waktu 20 hingga 30 menit), kortikosteroid, pemantauan EKG, dan pemberian cairan intravena. Jika timbul disritmia dapat diobati dengan obat antiaritmia, jika diperlukan. Jika timbul kejang, maka dapat diobati dengan pemberian benzodiazepin secara intravena
(4)
. 8
6.2. Dekontaminasi 6.2.1.
Dekontaminasi Saluran Napas -
6.2.2.
Dekontaminasi Mata -
6.2.3.
Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) -
6.2.4.
Dekontaminasi Gastrointestinal (4) Tidak disarankan dilakukannya dekontaminasi saluran cerna karena golongan penisilin mempunyai tingkat toksisitas yang rendah serta pertimbangan bahwa risiko yang ditimbulkan akibat dekontaminasi lebih besar daripada keuntungannya. Tidak disarankan diberikannya arang aktif karena tidak dapat mengikat penisilin dalam jumlah besar. Tidak disarankan dilakukannya aspirasi nasogastrik setelah menelan bahan
yang
berbentuk
cairan
karena
risiko
yang
dapat
ditimbulkannya lebih besar daripada keuntungannya. 6.3. Antidotum (4,11) Tidak terdapat antidotum spesifik untuk keracunan amoksisilin. Pengobatan yang dilakukan adalah sesuai gejala dan perawatan penunjang.
7. SIFAT FISIKA KIMIA 7.1. Nama Bahan Amoksisilin 7.2. Deskripsi (1,3,4,6,7,8,9,10,11) Berbentuk padat berupa serbuk berwarna putih, beraroma khas penisilin, dan berasa pahit; Rumus molekul C16H19N3O5S; Berat molekul 365,4; Titik lebur 209-210oC; 1 gram bahan dapat larut dalam 370 mL air, 2000 mL alkohol, 290 mL buffer fosfat (1%, pH 7), dan 330 mL metanol. 7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat National Fire Protection Association/NFPA (Skala 0-4) (7) 9
Kesehatan 3
= Tingkat keparahan sangat tinggi
Kebakaran 0
= Tidak dapat terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi European Commission/EC (Frasa Risiko dan Frasa Keamanan) (7,10) Xn
= Berbahaya
R42/43
= Dapat menyebabkan sensitisasi bila terhirup dan kontak dengan kulit
S22
= Jangan menghirup debu
S36/37
= Kenakan pakaian dan sarung tangan pelindung yang cocok
7.3.3. Klasifikasi Globally Harmonized System/GHS (8,10) Tanda
= Berbahaya
Pernyataan bahaya H317
= Dapat menyebabkan reaksi alergi kulit
H334
= Dapat menyebabkan alergi atau gejala asma atau kesulitan bernapas jika terhirup
Pernyataan kehati-hatian P261
= Hindarkan menghirup debu/ asap/ gas/ kabut/ uap/ semprotan
P280
= Kenakan sarung tangan pelindung
P342+P311
= Jika
mengalami
Hubungi
Sentra
gejala
pada
Informasi
pernapasan:
Keracunan
atau
dokter
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS 8.1.
Reaktivitas (5,6,7,8,9) Stabil pada kondisi suhu dan tekanan normal atau sesuai rekomendasi.
8.2.
Kondisi yang Harus Dihindari (7,9) Hindarkan kontak dengan bahan pengoksidasi atau paparan terhadap udara/ kelembaban dalam jangka waktu lama.
8.3.
Bahan Tak Tercampurkan (5,6,7,8,9)
10
Hindarkan kontaminasi dengan bahan pengoksidasi seperti nitrat, asam pengoksidasi, klorin untuk pemutih, dan klorin untuk kolam renang karena dapat menimbulkan nyala. 8.4.
Dekomposisi (5,7,8,9) Dekomposisi dapat menghasilkan uap toksik berupa karbon monoksida, karbon dioksida (CO2), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), serta produk pirolisis yang khas dari pembakaran bahan organik. Selain itu dapat pula menghasilkan uap yang bersifat korosif.
8.5.
Polimerisasi (5,7) Tidak akan terjadi polimerisasi.
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI 9.1.
Ventilasi (5) Ventilasi harus memadai untuk kondisi penggunaan normal. Dapat pula digunakan sistem ventilasi penghisap udara setempat jika kondisi kerja menyebabkan konsentrasi uap bahan di udara cukup tinggi.
9.2.
Perlindungan Mata (5,9) Kenakan kacamata pengaman dengan penutup pada bagian sisi untuk menghindari terpercik bahan kimia.
9.3.
Pakaian (8) Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia serta disesuaikan dengan kondisi potensi paparan.
9.4.
Sarung Tangan (5,9) Kenakan sarung tangan yang tahan bahan kimia, misalnya yang terbuat dari PVC.
9.5.
Respirator (5,8) Pada kondisi penggunaan yang normal tidak diperlukan pelindung pernapasan. Jika timbul tumpahan dalam jumlah banyak, perlu digunakan perlengkapan pernapasan yang memadai. Gunakan respirator dan komponennya yang sesuai standard, seperti yang disetujui NIOSH (US) atau CEN (EU). Jika diperlukan dapat digunakan respirator pemurni udara yang dilengkapi masker debu tipe N95 (US) atau P1 (EN 143). 11
10. DAFTAR PUSTAKA 1.
Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, Third Edition.chm
2.
Woo, O.F. Antibacterial Agents in Poisoning & Drug Overdose Fifth Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.). McGraw-Hill Companies, Inc./Lange Medical Books. New York. 2007.
3.
https://www.rsc.org/Merck-Index/monograph/mono1500000574/
(diunduh
April 2014) 4.
http://www.toxinz.com/Spec/2323143/116780 (diunduh April 2014)
5.
http://farmadvisor.com.au/sites/default/files/file-attachments/Bayer
Bomox
LA MSDS A18256.01 Mar11.pdf (diunduh April 2014) 6.
http://www.drugbank.ca/system/msds/DB01060.pdf? (diunduh April 2014)
7.
http://faculty.uscupstate.edu/labmanager/MSDS files/377 - Amoxicillin.pdf (diunduh April 2014)
8.
http://www.chemblink.com/MSDS/MSDSFiles/26787-78-0_SigmaAldrich.pdf (diunduh April 2014)
9.
http://images.mpbio.com/docs/msds/ansi/en/190145-EN-ANSI.pdf (diunduh April 2014)
10. http://img1.guidechem.com/msdspdf/26787-78-0.pdf (diunduh April 2014) 11. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/ (diunduh April 2014) 12. http://www.drugs.com/pro/amoxicillin.html (diunduh April 2014)
12