Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA PADA SMP NEGERI 5 BANJARMASIN Amelya Larasati ,Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pend. Fisika FKIP UniversitasLambungMangkuratBanjarmasin
[email protected] Abstrak : Bahan ajar yang biasanya dilakukan oleh guru belum maksimal yang hanya menggunakan bahan ajar yang seadanya dan penugasan individu. Maka dari itu, Siswa menjadi malas belajar fisika serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu dilakukan penelitian bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah pada materi suhu dan perubahannya untuk siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Banjarmasin. Secara khusus peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan ; (1) kevalidan bahan ajar , (2) kepraktisan bahan ajar , (3) keefektifan bahan ajar. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pengajaran langsung. Peneliti ini termasuk penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan perangkat Dick and Carey. Data diperoleh melalui tes hasil belajar, keterlaksanaan RPP dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kevalidanbahan ajarcukup valid, atau dapat digunakan namun perlu direvisi kecil, (2) Kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan keterlaksanaan RPP adalah terlaksana sangat baik. (3) keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar adalah berkategori medium (efektif) .Diperoleh simpulan bahwa bahan ajarpada materi suhu dan perubahannya pada SMP Negeri 5 Banjarmasin layak digunakan. Kata kunci : bahan ajar, pengajaran langsung, pemecahan masalah, suhu dan perubahannya.
DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS BY USING MODEL RESOLUTION ON LIVE ON TEACHING MATERIALS ON TEMPERATURE AND AMENDMENTS AT JUNIOR HIGH SCHOOLS 5 BANJARMASIN Abstract : Teaching materials are usually performed by teachers is not maximized using only a makeshift teaching materials and individual assignments. Therefore, students become lazy to study physics and the low level of student learning outcomes. Therefore the research aims to develop teaching materials with troubleshooting methods on material temperature and amendments to the seventh grade students atjunior high schools 5 banjarmasin.Specifically researchers aim to describe; (1) the validity of teaching materials, (2) the practicality of teaching materials, (3) the effectiveness of teaching materials. The learning method used is the direct teaching method. These researchers including research development refers to the development of the model of Dick and Carey. Data obtained through achievement test, materialized RPP and documentation. Data were analyzed descriptively qualitative and quantitative. The results showed that: (1) the validity of instructional materials is quite valid, or can be used but need to be revised small, (2) Practicality teaching materials developed by accomplished RPP is very well done. (3) the effectiveness of the learning device that was developed based on the
1
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
results of learning are categorized as medium (effective) It can be concluded that the material ajarpada material temperature and changes in Junior High School 5 Banjarmasin fit for use. Keywords: teaching materials, direct instruction, problem solving, Temperature And Amendments memahami informasi yang diingatnya
PENDAHULUAN Dalam
undang-undang
itu untuk menghubungkannya dengan
tentang
kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006 ).
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20,
Bahan ajar yang ada di SMP Negeri
tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa
5 Banjarmasin hanya menggunakan
pendidikan nasional berfungsi untuk
bahan
mengembangkan dan membentuk watak
pemerintah
serta peradaban kehidupan bangsa. IPA menurut
Departemen
tentang
alam
guru
secara
merupakan
suatu
proses
disebabkan
penemuan
terhadap
dalam
proses
pembelajaran, untuk
anak
kemampuan
rangkaian
dan
metode
masalah
aktivitas
merupakan
pembelajaran,
artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem solving
untuk
tidak
menghafal informasi; otak anak dipaksa mengingat
menggunakan
Pemecahan
kurang
Proses
anak
suatu
pemecahan masalah.
mengembangkan
berpikir.
menyelesaikan
permasalahan
pembelajaran di dalam kelas diarahkan
untuk
karena
bagaimana
lemahnya proses pembelajaran. Dalam
kepada
penugasan
pembelajaran siswa kurang diajarkan
dunia pendidikan kita adalah masalah
kemampuan
dan
melakukan
belajar siswa itu tersebut rendah. Hal ini
juga
Salah satu masalah yang dihadapi
didorong
mata
tentang pelajaran fisika sehingga hasil
(Suyidno,2012).
proses
penjelasan
siswa.Banyak siswa yang mengeluh
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau tetapi
berupa
cenderunghanya
penjelasan
penguasaan kumpulan pengetahuan yang
saja,
oleh
Dalam proses pembelajaran di kelas
sistematis, sehingga IPA bukan hanya
prinsip-prinsip
disediakan
susahdipahami oleh siswa itu sendiri.
dalam hal ini berkaitan dengan cara tahu
yang
pelajaran fisika yg terlalu ringkas dan
Pendidikan
Nasional ”Studi mengenai alam sekitar,
mencari
ajar
sekedar
menimbun
mengharapkan
siswa
mendengarkan,
hanya
mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran,
berbagai informasi tanpa dituntut untuk
2
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
akan tetapi melalui problem solving
KAJIAN PUSTAKA
siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari
dan
data,
National
Centre
for
dan
Competency Based Training (Prastowo,
Problem
2013), bahan ajar adalah segala bentuk
solving menempatkan masalah sebagai
bahan yang digunakan untuk membantu
kata kunci dari proses pembelajaran.
guru
Artinya,
melaksanakan proses pembelajaran di
akhirnya
mengolah
Menurut
menyimpulkan.
tanpamasalah
maka
tidak
mungkin ada proses pembelajaran. Agar
siswa
terlatih
atau
instruktur
dalam
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa
melakukan
bahan tertulis maupun tak tertulis.
penyelesaian masalah, maka siswa harus
Bahan ajar merujuk pada segala
dibimbing oleh guru. Oleh sebab itu
sesuatu yang digunakan guru atau siswa
diperlukan model pengajaran langsung
untuk
dengan metode pemecahan masalah.
meningkatkan
Diharapkan dengan kolaborasi antara
wawasan bagi pembacanya. Sedangkan
model dan tujuan tersebut siswa mampu
pengembangan bahan ajar adalah apa
memecahkan persoalan fisika dan dapat
yang dilakukan penulis, guru, atau siswa
meningkatkan hasil belajar siswa.
untuk memberikan sumber masukan
Berdasarkan permasalahan di atas,
memudahkan
belajar,
untuk
pengetahuan
dan
berbagai pengalaman yang dirancang
maka perlu dikembangkan bahan ajar
untuk
menggunakan metode problem solving
(Tomlison dalam Emzir, 2012).
dalam
model
pengajaran
meningkatkan
pembelajaran
langsung.
Menurut The National Science
Adapun rumusan masalah secara umum
Teachers Assoaciation (NSTA) tahun
yaitu “Bagaimanakah kelayakan bahan
1985, pemecahan masalah meupakan
ajar dengan metode pemecahan masalah
kemampuan yang sangat penting yang
yang dikembangkan untuk siswa SMP
harus
Negeri 5 Banjarmasin ditinjau dari
pembelajaran sains. Pemecahan masalah
kevalidan,
dan
adalah hasil aplikasi pengetahuan dan
keefektifan?”. Sedangkan tujuan dalam
prosedur kepada situasi masalah. Ada
penelitian
empat
kepraktisan,
ini
adalah
menghasilkan
dikembangkan
tingkatan
dalam
dalam
pemecahan
bahan ajar dengan metode pemecahan
masalah ,yaitu: (1) definisi masalah, (2)
masalah yang layak digunakan untuk
seleksi
siswa SMP Negeri 5 Banjarmasin.
penggabungan bagian-bagian informasi
informasi
yang
tepat,
(3)
yang terpisah-pisah, dan (4) menilai pemecahan masalah (Suyidno, 2012).
3
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Metode problem solving (metode
METODE PENELITIAN
memecahkan masalah) bukan hanya
Penelitian ini merupakan penelitian
sekedar metode mengajar, tetapi juga
pengembangan karena mengembangkan
merupakan suatu metode berpikir, sebab
perangkat pembelajaran fisika SMP
dalam
kelas VII
problem
solving
dapat
pada materi suhu dan
menggunakan metode-metode lainnya
perubahan.Tempat penelitian ini adalah
yang dimulai dengan mencari data
SMP
sampai kepada menarik kesimpulan.
beralamat di Jalan Belitung Darat
Pengajaran langsung disebut juga
Negeri
Kecamatan
5
Banjarmasin
Banjar
Barat
Kota
pembelajaran berpusat pada guru, karena
Banjarmasin
hampir semua keputusan pembelajaran
Selatan, dengan status sekolah negeri
ditentukan
berstandar nasional. Penelitian dimulai
oleh
guru
dan
tingkat
Provinsi
yang
Kalimantan
otonomi siswa yang rendah. Model
pada bulan september
pengajaran langsung adalah suatu model
berakhir pada bulan januari 2017.
pengajaran yang bersifat teacher center
Produk
2014 dan
pembelajaran
langsung
dimana siswa belajar secara langsung
dengan metode pemecahan masalah
dari demonstrasi guru untuk mencapai
berupa,
hasil belajar pengetahuan deklaratif dan
berdasarkan pada model pembelajaran
keterampilan prosedural. Guru yang
langsung, Materi ajar yang mengacu
menggunakan
pengajaran
pada buku paket pegangan guru dan
langsung memberikan kesempatan dan
siswa serta buku sumber yang lain, yang
waktu belajar yang sama bagi peserta
mengandung materi suhu dan pemuaian,
didik dan peserta didik akan memiliki
LKS yang dikembangkan sendiri dan
kemampuan yang maksimal sehingga
dari buku sumber yang relevan, serta
erat
THB dikembangkan sendiri dan dari
model
hubungannnya
dengan
konsep
ketuntasaan belajar (Refiana dkk, 2016).
yaituRPP
dikembangkan
buku sumber yang mendukung.
Selain itu model pengajaran langsung
Data hasil validasi bahan ajar yang
ditujukan pula untuk membantu siswa
direkam
mempelajari keterampilan dasar dan
bahan ajar berupa RPP, materi ajar,
memeberi
LKS,
informasi
yang
dapat
dengan
dan
THB
instrumen
dianalisis
validasi
secara
diajarkan selangkah demi selangkah
deskriptif dan kuantitati. Penelitian ini
(Trianto, 2009).
passing grade adalah skor rerata dari dua orang validator yaitu akademisi dan praktisi. Kesesuaian kriteria penilaian
4
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
validasi
bahan ajar pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Kriteria validasi bahan ajar No. 1 2 3 4
Rentang Skor 3,25 ≤ x ≤ 4 2,5 ≤ x ≤ 4 1,75 ≤ x ≤ 2,5 1 ≤ x ≤ 1,75
Kriteria Sangat baik Baik Cukup Kurang (Widoyoko, 2013)
Kepraktisan bahan ajar dilihat dari
(Tawil, 2013) yang dinyatakan dengan
keterlaksanaan RPP yang diamati oleh
rumus sebagai berikut:
dua orang pengamat yang sudah dilatih
g=
untuk memberikan penilaian skor yang
Ket : g
berdasarkan kritea penilaian pengamatan
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 −𝑆𝑝𝑟𝑒
(1)
𝑆𝑚𝑎𝑥 −𝑆𝑝𝑟𝑒
= skor nilai uji gain
Spost = skor nilai posttest
dan memberikan saran. Kritea penilaian
𝑆𝑝𝑟𝑒 = skor nilai pretest
kepraktisan bahan ajar dapat dilihat dari
𝑆𝑚𝑎𝑥 = skor nilai maksimal yang 0 dapat diperoleh
keterlaksanaan RPP pada Tabel 1. Test hasil belajar siswa melalui
Hasil uji gain selanjutnya dapat
pretest-posttest dapat dianalisis dengan
dikelompokkan dalam
menggunakan uji gain Meltzer dalam
tiga kategori
pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Kategori skor nilai uji gain No. 1 2 3
Rentang skor uji gain g > 0,7 0,3 ≤ g ≤ 0,7≤ g < 0,3
Kategori High (sangat efektif) Medium ( efektif) Low (kurang efektif) (Tawil, 2013: 5) rencana
HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksanaan
pembelajaran,
Dalam penelitian ini dikembangkan
materi ajar, lembar kegiatan siswa, dan
produk bahan ajar pembelajaran fisika
tes hasil belajar. Berikut ini adalah hasil
(IPA
validasiRPP,LKS,THB dan bahan ajar
Terpadu)
melalui
model
pembelajaran langsung yang terdiri dari
yang telah divalidasi oleh validator.
Tabel 3 . Reliabilitas Perangkat
Reliabilitas
Kategori
Rpp LKS THB Bahan ajar
0,99 0,99 0,96 0,99
Baik Baik Baik Baik
5
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Bahan ajar yang dikembangkan
ujicoba kelas pada tiap pertemuan.
setelah divalidasi, disimulasi selanjutnya
Berikut ini adalah tabel keterlaksanaan
dilaksanakakan ujicoba pada siswa kelas
RPP dari pertemuan pertama sampai
VII SMP Negeri 5 Banjarmasin .
pertemuan ketiga.
Adapun analisis pelaksanaan kegiatan Tabel4. Keterlaksanaan Rpp RPP I II III Hasil
belajar
Reliabilitas Kategori 0,99 Tinggi 0,98 Tinggi 0,99 Tinggi
siswa
Terlaksana baik baik baik
yang
dilakukan pretest dan posttest yang
berhubungan dengan bukuajar suhu dan
dianalisis dengan uji gain pada setiap
perubahannya
siswa disajikan pada tabel sebagai
diukur
menggunakan
THB-Produk. Analisis tes hasil belajar
berikut.
Tabel 5. Uji Gain siswa kelas VII E indeks gain g > 0,7 0,3 ≤ g ≤ 0,7 g < 0,3
Tabel 5
Kategori
Jumlah Siswa
High ( sangat efektif)
1
Medium (efektif)
21
Low (rendah)
10
menunjukkan bahwa 21
masalah.
Pada
pertemuan
pertama
siswa dikategorikan sedang (medium)
membahas materi suhu dan termometer,
dan hanya 1 siswa dikategorikan tinggi
pertemuan
(high) serta 10 siswa dikategorikan
termometer,
rendah (low). Hal ini menunjukkan
membahas
bahwa pada kategori high adalah sangat
(Pemuaian).hasil
efektif dan pada kategori medium adalah
rencana
efektif.
meliputi aspek format RPP, isi RPP, dan
RPP ini mengacu dengan 3 kali pertemuan
pada
materi
suhu
kedua dan
membahas
skala
pertemuan
perubahan
akibat
penilaian
pelaksanaan
ketiga suhu
validasi
pembelajaran
bahasa.
dan
Pertama, aspek penilaian indikator
perubahannya dengan model pengajaran
dan tujuan pembelajaran yang meliputi
langsung melalui metode Pemecahan
menggunakan kurikulum 2013, sistem
6
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
penomoran jelas, jenis dan ukuran huruf
lingkungan
sesuai,kesesuaian ruang tata letak dan
menyenangkan
teks isi RPP seimbang. Pada aspek ini
peembelajaran yang dilakukan di dalam
diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori
kelas. Hal ini dikarenakan RPP yang
baik. Kedua, aspek penilaian kegiatan
dibuat dan dikembangkan disesuaikan
pembelajaran,
yang
dengan komponen Permendiknas No. 41
bahasa yang sesuai dengan
tahun 2007 dan Urutan sistematika RPP
kaidah, sederhana,istilah yang mudah
menurut Permendikbud No. 81A Tahun
dimengerti, tidak menimbulkan tafsiran
2013.Hal ini menunjukkan bahwa RPP
ganda, daftar pustaka. Pada aspek ini
dapat dikatakan valid dan layak setelah
memperoleh
melakukan
meliputi
yaitu
rata-rata
bahasa
3,2
dengan
yang
kondusif
dan
yang sesuai strategi
perbaikan
kategori baik. Ketiga, aspek isi RPP
diujicobakan
yang
digunakan sebagai panduan bahan ajar
meliputi
tujuan,materi
di
ajar,kegiatan pembelajaran, perangkat
bagi
pendukung, dan alokasi waktu. Pada
kurikulum 2013.
aspek ini memperoleh rata-rata 2,93
guru
kelas
untuk
dalam
dan
layak
melaksanakan
LKS ini mengacu dengan 3 kali
dengan kategori baik.
pertemuan
pada
materi
suhu
dan
Hasil analisis diatas menyatakan
perubahannya dengan model pengajaran
RPP pada dalam kategori valid, dapat
langsung melalui metode Pemecahan
digunakan dengan revisi kecil dengan
masalah.
reliabilitas pada validasi RPP adalah
membahas materi suhu dan termometer,
0,99 dengan derajat reliabilitas tinggi.
pertemuan
Hasil analisis diatas menyatakan secara
termometer,
keseluruhan
membahas
sebagai
RPP
layak
perangkat
digunakan
pembelajaran
Pada
pertemuan
kedua dan
pertama
membahas pertemuan
perubahan
skala ketiga
akibat
suhu
validasi
LKS
(Pemuaian).
berorientasi problem based learning
Hasil
penilaian
untuk siswa kelas VII pada materi suhu
meliputi aspek format LKS, bahasa, dan
dan perubahan.
isi LKS. Pertama,
aspek penilaian
Berdasarkan hasil penilaian dari
indikator dan tujuan pembelajaran yang
setiap kategori RPP yang dikembangkan
meliputi rumus tujuan LKS, sistem
dapat dijadikan panduan guru dalam
penomoran jelas, jenis dan ukuran huruf
meningkatkan kemampuan siswa dalam
sesuai,kesesuaian ruang tata letak, teks
kegiatan
untuk
dan ilutrasi,prosedur kegiatan, ringkasan
menciptakan suasana belajar dengan
/ kesimpulan materi, kualitas cetakan.
pembelajaran
7
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Pada aspek ini memperoleh rata-rata
ran,kepraktisan instrumen, serta waktu
2,94 dengan kategori baik.
yang sesuai. Memiliki rata-rata 3,18
Kedua, aspek
bahasa meliputi
dengan kategori baik dan memiliki
bahasa dengan sesuai kaidah,sederhana,
reabilitas yang tinggi 0,96.
sesuai dengan taraf berpikir, dan tidak
Buku ajar ini
digunakan sebagai
menimbulkan tafsiran ganda. Pada aspek
siswa sebagai buku pendamping pada
ini memperoleh rata-rata 3,12 dengan
saat penelitian berlangsung.buku ajar ini
kategori baik.Ketiga, aspek isi LKS
bermateri
yang meliputi sesuai dengan kurikulum
dengan sub pokok suhu dan termometer,
2013, relevan dengan fase DI, konsep
skala termometer, dan perubahan akibat
materi,
prinsip,
suhu (pemuaian). Pada aspek pertama
prosedur/metode LKS, sesuai dengan
yaitu, format buku siswa memiliki rata-
tujuan RPP dan LKS,ilustrasi dengan
rata 3,22 dengan kategori baik. Aspek
konsep,
visual,
kedua yaitu, bahasa memiliki rata-rata
pengalaman belajar, pengalaman belajar
3,12 dengan kategori baik. Aspek ketiga
dalam LKS, mengandung karateristik,
yaitu, isi buku siswa memiliki rata-rata
dan komponen 5M.pada aspek ini
3,11
memperoleh
dengan
keempat yaitu, penyajian memiliki rata-
kategori baik.Dari hasil valid LKS
rata 3,08 dengan kategori baik. Aspek
disimpulkan pada tabel 3 di pertemuan
kelima yaitu, pengintegrasian memiliki
pertama memililiki reabilitas yang tinggi
rata-rata 2,7 dengan kategori baik.
dengan 0,99.
Aspek keenam yaitu, manfaat dan
kebenaran
ransangan
secara
rata-rata
2,92
bahasan yang berbeda.Pada pertemuan pertama
jelas, cetakan baik, jenis ukuran huruf
termometer
yang sesuai, desain dan kesesuaian
hasil
Memiliki
(2x 45) menit dengan sub pokok
Berdasarkan hasil
analisis soal dinyatakan jelas, penskoran
memberikan
baik.
masing-masing dengan alokasi waktu
Masing-masing memiliki ranah kognitif
objek
kategori
RPP memiliki 3 kali pertemuan
berjumlah 7 soal dalam bentuk essay.
letak,
Aspek
reabilitas yang tinggi 0,99.
test-post test). Soal tes hasil belajar ini
tata
perubahannya
dengan kategori baik.
dengan
siswa di awal dan akhir pertemuan (pre
ruang
dan
kegunaan buku memiliki rata-rata 3
Tes hasil belajar ini digunakan pada
C1, C2, dan C3.
suhu
membahas yang
kegiatan pendahuluan
dalam
mempersiapkan
penguku-
suhu
diawali
dan dengan
dengan fase 1 siswa
dan
menyampaikan tujuan memiliki rata-rata
8
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
2,78 dengan kategori baik. Kegiatan inti dengan
fase
2
Pada pertemuan ketiga membahas
mendemonstrasikan
perubahan akibat sushu (pemuaian) yang
pengetahuan dan keterampilan memiliki
diawali dengan
rata-rata 2,5 dengan kategori baik, fase 3
dengan fase 1 menyampaikan tujuan dan
memberikan
terbimbing
memotivasi siswa memiliki rata-rata
memiliki rata-rata 3 dengan kategori
2,87 dengan kategori baik. Kegiatan inti
baik, fase 4 mengecek pemahaman dan
dengan
memberikan umpan balik memiliki rata-
pengetahuan dan keterampilan memiliki
rata 3 dengan kategori baik dan fase 5
rata-rata 3,14 dengan kategori baik, fase
memberikan latihan lanjutan dengan
3
rata-rata
baik.
memiliki rata-rata 3,16 dengan kategori
Kegiatan penutup memiliki rata-rata 3
baik, fase 4 mengecek pemahaman dan
dengan
memberikan umpan balik memiliki rata-
3
latihan
dengan
kategori
kategori
baik.
Memiliki
reabilitas yang tinggi dengan 0,99.
fase
kegiatan pendahuluan
2
memberikan
mendemonstrasikan
latihan
terbimbing
rata 2,75 dengan kategori baik, dan fase
Pada pertemuan kedua membahas
5 memberikan latihan lanjutan memiliki
skala termometer yang diawali dengan
rata-rata
kegiatan pendahuluan
Kegiatan penutup memiliki rata-rata 3
mempersiapkan
dengan fase 1
dengan
kategori
baik
dan
dengan kategori cukup baik, dengan
menyampaikan tujuan memiliki rata-rata
kategori baik. Memiliki reabilitas yang
3,37 dengan kategori baik. Kegiatan inti
tinggi dengan 0,99.
dengan
fase
siswa
3
mendemonstrasikan
Efektivitas perangkat pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan memiliki
dinilai dari tes hasil belajar siswa terbagi
rata-rata 3,3 dengan kategori baik, fase 3
dua yaitu pretest dan
memberikan
terbimbing
kemudian dihitung dengan uji gain pada
memiliki rata-rata 3,5 dengan kategori
saat awal dan akhir pembelajaran. Hasil
baik, fase 4 mengecek pemahaman dan
perhitungan dengan menggunakan uji
memberikan umpan balik memiliki rata-
gain dapat dilihat pada tabel 5 terlihat
rata 2,83 dengan kategori baik, dan fase
ada 10 siswa dalam kategori low atau
5 memberikan latihan lanjutan memiliki
kuang efektif( rendah), 11 siswa dalam
rata-rata 3,16 dengan kategori baik.
kategori medium atau (sedang) cukup
Kegiatan penutup memiliki rata-rata
efektif, dan 1 siswa dalam kategori high
1,75
baik.
atau tinggi (efektif) atau efektif, 4 orang
Memiliki reabilitas yang tinggi dengan
siswa tidak termasuk dalam penilaian
0,98.
yaitu diantaranya 1. Beberapa siswa
dengan
2
latihan
kategori
cukup
9
posttest yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
dalam kategori low, hal ini dikarenakan
digunakan.
memang siswa-siswa tersebut kurang
kevalidan yaitu sebagai berikut :
memperhatikan, tidak paham atau malas
Hal
1) Kevalidan
saat pembelajaran.
ini didukung oleh
bahan
ajar
dengan
metode pemecahan masalah melalui
Suyidno (2012) penilaian adalah
pengajaran
langsung
yang
proses memberikan atau mentukan nilai
dikembangkan pada sub pokok
kepada objek tertentu berdasarkan suatu
suhu dan perubahannya valid dan
kriteria tertentu . penilaian merupakan
dapat
kegiatan
kecil.
menafsirkan
mendeskripsikan Penilaian
atau
digunakan
dengan
revisi
hasil
rangkuman.
2) Kepraktisan bahan ajar dengan
merupakan
serangkaian
metode pemecahan masalah melalui
kegiatan
untuk
memperoleh,
pengajaran
langsung
yang
menganalisis, dan menafsirkan data
dikembangkan
tentang proses dan hasil belajar siswa
keterlaksanaan RPP pada pokok
yang dilakukan secara sistematis dan
pembahasan
berkesinambungan
sehingga
perubahannya
informasi
bermakna
yang
menjadi dalam
berdasarkan
suhu adalah
dan terlaksana
sangat baik.
pengambilan keputusan. Hasil penelitian
3) Keefektifan bahan ajar dengan
Amrita dkk (2016) menyatakan bahwa
metode pemecahan masalah melalui
model
pengajaran
pengajaran
digunakan
langsung
untuk
kemampuam
dapat
dikembangkan berdasarkan hasil
dalam
belajar berkategori medium atau
siswa
pembelajaran
efektif. bahan
ajar
dengan metode pemecahan masalah ini cukup
efektif
untuk
DAFTAR PUSTAKA
mengetahui
Amrita, P. D., Jamal, M. A., & Misbah, M. M. (2016). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Model Pengajaran Langsung Pada Pembelajaran Fisika Di Kelas X MS 4 SMA Negeri 2 Banjarmasin. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,4(3), 304316. Diakses 15 November 2016
efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk siswa SMA kelas VII pada materi suhu dan perubahan.
SIMPULAN Kelayakan dikembangkan
bahan
yang
meningkatkan
menyelesaikan soal. Jadi
langsung
ajar
berkategori
yang layak
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif &
10
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. http://tikatiwiberbagitentangfisikabl ogspot.com. Diakses, 11 Januari 2016.
Suyidno & Jamal, M.A. (2012). Metodologi Penelitian. Banjarmasin : Unlam. Suyidno. (2012). Modul Penilaian Hasil Belajar dan RPP. Banjarmasin : Tidak dipublikasikan.
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Roesdakarya.
Suyidno,. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin : P3AI Unlam.
Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Bahan Ajar Inovatif. Jogyakarta: Diva Press.
Tawil, M & Bunga dara Amin. (2013). Portfolio-Based Physics Learning Model To Improve Critical Thinking Skills. International Journal of Education and Research. 1( 9): 1-8.
Ratumanan, T.G dan Laurens. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa Press.
TIM Pekerti. (2007). Panduan Silabus dan RPP. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Refiana, R., Jamal, M. A., & Hartini, S. (2016). Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa Kelas X MS3 Sman 2 Banjarmasin Pada Materi Gerak Melingkar Melalui Pengajaran Langsung Bermetode Pemecahan Masalah. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,4(1), 84-95. Diakses, 15 November 2016
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : PT.Bumi Askara Trianto. (2010).Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Askara.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Widoyoko, E. P. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakrta: Pustaka Belajar.
11