Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta mereka. Yesus meninggikan kasih Allah yang menyelamatkan itu dengan berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16
Allah Berinisiatif - Dengan duka maha dalam, Allah menjelaskan akibat pendurhakaan mereka—rasa sakit, kesukaran akan mereka hadapi. Namun demikian, dalam keadaan mereka yang lama sekali tidak ada pengharapan itu, Ia menunjukkan sebuah rencana yang ajaib yang menjanjikan kemenangan atas dosa dan maut (Kej. 3:15).
Tabiat Allah menyatakan sebuah paduan anugerah dan keadilan secara unik, dari hal kesudian mengampuni dan ketidaksudian melepaskan kesalahan. Hanya di dalam pribadi Kristus kita dapat memahami bagaimana kualitas tabiat ini dapat diperdamaikan satu dengan yang lain
Pengampunan atau Keadilan Walaupun Allah penuh dengan kemurahan, Ia tidak dapat mengampuni orang yang berpaut kepada dosa (Yer. 5:7). Pengampunan mempunyai tujuan. Allah ingin mengubah orang-orang berdosa menjadi orang yang saleh: “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya” (Yes. 55:7).
Murka Allah terhadap dosa - Murka Ilahi yang dikatakan Kitab Suci ialah reaksi Allah terhadap dosa dan ketidakbenaran (Rm. 1:18). Penolakan dengan sengaja terhadap pernyataan kehendak Allah — hukum-Nya, menimbulkan murka -Nya (2 Raj. 17:16-18; 2 Taw. 36:16).
Bahkan sambutan manusia terhadap uluran keselamatan yang diberikan Allah itu pun tidaklah berasal dari makhluk manusia, melainkan dari Allah. Iman kita adalah karunia Allah (Rm. 12:3); seperti halnya pertobatan kita (Kis. 5:31).
Kabar yang menggembirakan ialah bahwa “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus” (2 Kor. 5:19). Pendamaian-Nya memulihkan hubungan antara Allah dengan umat manusia. Rencana Allah mengenai pendamaian adalah sesuatu yang sangat menakjubkan dari sikap merendahkan diri Ilahi. Ia mempunyai hak untuk membiarkan kebinasaan manusia.
Banyak orang Kristen yang membatasi istilah Pendamaian hanyalah pada efek penebusan dari penjelmaan Kristus, penderitaan dan kematian. Bagaimanapun, dalam pelayanan di kaabah, ini bukanlah hanya menyangkut penyembelihan domba yang dikorbankan itu, tetapi juga menyangkut pelayanan keimamatan dengan pemercikan darah dalam kaabah itu sendiri (bandingkan Im. 4:20, 26, 35; 16:15-18, 32, 33).
Korban pendamaian Kristus di bukit Golgota menandai titik balik dalam hubungan antara Allah dan manusia. Walaupun ada catatan dosa-dosa manusia, sebagai basil pendamaian, Allah tidak menghitungkan dosa-dosa mereka (2 Kor. 5:19).
Kematian Kristus sebagai suatu keperluan Bagi Allah yang penuh kasih itu, untuk mempertahankan keadilan dan kebenaran-Nya, pendamaian dengan kematian Yesus Kristus merupakan “sebuah moral dan tindak hukum yang perlu.” Menurut keadilan Tuhan, “keadilan mengharuskan dosa dihakimkan. Allah harus menghakimkan dosa atas orang yang berdosa. Dalam pelaksanaan ini Anak Allah mengambil tempat kita, tempat orang yang berdosa, sesuai dengan kehendak Allah.
“Pengorbanan diri Kristus sendirilah yang dapat berkenan kepada Allah karena korban persembahan ini menghilangkan tirai pemisah antara Allah dengan orang yang berdosa, yang membuat Kristus menanggung sepenuhnya murka Allah atas dosa manusia. Melalui Kristus, murka Allah bukannya diubah menjadi cinta kasih melainkan menjauhkan murka itu dari manusia dan menanggungnya Sendiri.”
Konsep yang penting dalam rencana keselamatan: Dosa-dosa dan kesalahan yang telah menodai kita dapat dipindahkan kepada Penanggung dosa kita sehingga membuat kita bersih (Mzm. 51:11)
Darah memegang peranan sentral di dalam persembahan korban pendamaian dalam pelayanan kaabah.
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa upacaraupacara Perjanjian Lama diadakan untuk memperoleh keampunan, penyucian dan pendamaian melalui darah pengganti yang digenapi dalam darah pendamaian Kristus yang menjadi korban di bukit Golgota.
Melalui Yesus, yang bersaksi bahwa Ia “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28; lihat juga 1 Tim. 2:6), jemaat Allah “diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kis. 20:28).
Apakah yang telah dilengkapkan penebusan itu? Kematian Kristus mengesahkan tanda kepemilikan Allah atas manusia. Rasul Paulus berkata, “Bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” (1 Kor. 6:19, 20; baca juga 1 Kor. 7:23).
Adam membawa dosa, hukuman, dan maut kepada semua. Kristus sebaliknya membalikkan kecenderungan itu. Di dalam kasih-Nya yang agung, Ia menaklukkan diri-Nya kepada pengadilan Ilahi mengenai dosa dan menjadi wakil bagi manusia. Kematian-Nya sebagai pengganti, menyediakan kelepasan dari hukuman dosa dan memberikan karunia hidup kekal bagi orang berdosa yang telah bertobat (2 Kor. 5:21; Rm. 6:23; 1 Ptr. 3:18).
Dengan hidup Kristus, sebagaimana juga dengan kematian-Nya, menjembatani jurang yang diakibatkan dosa. Kedua-duanya perlu dan berperan bagi keselamatan kita.
Apakah yang Dapat Diperbuat Hidup Kristus yang Sempurna bagi Kita? Yesus menghayati hidup yang murni, kudus, dan penuh kasih sayang, dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Hidup yang mulia ini dibagikan-Nya kepada orang berdosa yang bertobat sebagai kasih karunia. Tabiat-Nya yang sempurna dilukiskan sebagai pakaian Perjamuan Kawin (Mat. 22:11) atau sebagai jubah kebenaran (Yes. 61:10) yang diberikan-Nya untuk menutupi pakaian manusia yang sudah kumal dan kotor agar memperoleh kebenaran (Yes. 64:6).
Inspirasi dari Kehidupan Kristus Kehidupan Kristus di atas dunia ini juga memberikan sebuah contoh kepada manusia bagaimana cara hidup. Petrus, sebagai contoh, memberikan sebuah contoh kepada kita cara bagaimana is menyambut penghinaan (1 Ptr. 2:21-23).
Pekerjaan Kristus kini berakar pada kematian dan kebangkitan. Sementara korban atau persembahan pendamaian di Golgota sudah cukup dan lengkap, maka tanpa kebangkitan kita tidak mempunyai jaminan bahwa Kristus telah selesai dengan sukses melakukan tugas keilahian-Nya di atas dunia ini. Bahwa Kristus telah bangkit itu mengukuhkan realitas hidup di balik kubur serta menunjukkan kebenaran janji Allah tentang hidup kekal di dalam Dia.
Pekerjaan pendamaian Kristus tidak saja mempengaruhi umat manusia tetapi juga semesta alam. Rasul Paulus menyatakan kebesaran keselamatan dari Kristus di dalam dan melalui jemaat: “Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga” (Ef. 3:10).
Mempertahankan Hukum Tuhan. Korban pendamaian yang sempurna dari Kristus meninggikan keadilan dan kebajikan atau kebenaran hukum Allah yang kudus sebagaimana halnya tabiatNya yang penuh kemurahan.
Pembenaran. Pendamaian dapat menjadi efektif hanyalah apabila pengampunan diterima. Anak yang hilang itu diperdamaikan dengan ayahnya apabila ia menerima kasih ayahnya dan keampunan.
Sia-sia Keselamatan melalui Perbuatan. Pelayanan yang dilakukan Allah sehubungan dengan pendamaian menunjukkan betapa sia-sianya usaha manusia untuk memperoleh keselamatan melalui perbuatan menurut hukum.
Sebuah hubungan baru antara Allah dan orang berdosa yang telah bertobat berlangsung. Persekutuan yang demikian didasarkan atas kasih dan pujaan, bukannya karena takut atau karena paksaan (Yoh. 15:1-10).
Motivasi Tugas itu. Kasih yang menakjubkan itu diperlihatkan dalam pelayanan Allah dalam pendamaian melalui Yesus Kristus yang menggerakkan kita untuk membagibagikan Injil kepada orang lain.