2012
Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Oman Rusmana
Univ. Jenderal Soedirman
Dwi Martani
Universitas Indonesia
Warsidi
Univ. Jenderal Soedirman
Nunuy Nur Afiah
Universitas Padjadjaran
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini terdapat beberapa pokok bahasan mengenai gambaran umum akuntansi pemerintahan dan materi yang akan disajikan dalam buku ini, antara lain: 1. Mengapa akuntansi pemerintahan dan bukan akuntansi sektor publik? 2. Identifikasi karakteristik yang membedakan antara pemerintah dan swasta. 3. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar pelaporan keuangan pemerintah. 4. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah Indonesia dan Amerika. 5. Komponen-komponen laporan keuangan untuk pemerintahan. 6. Permasalahan akuntan pemerintah daerah dan solusinya. 7. Masa depan akuntansi pemerintahan. 8. Materi buku, dan sasaran pengguna buku.
2
MENGAPA AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN BUKAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK? Istilah dalam buku ini sengaja dipilih Akuntansi Pemerintahan, dan bukan Akuntansi Sektor Publik, dengan alasan: 1. Mayoritas pembahasan di sektor publik adalah pemerintahan, sisanya sedikit membahas sektor non-profit. 2. Nama standar yang menjadi acuan buku ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Oleh karena itu sangat janggal apabila buku ini mengacu kepada SAP tetapi menggunakan istilah Akuntansi Sektor Publik. 3. Mata kuliah akuntansi pemerintahan telah dipinggirkan dengan beberapa alasan, sehingga digantikan dengan akuntansi sektor publik. Padahal mata kuliah akuntansi sektor publik banyak membahas akuntansi pemerintahan. 4. Akuntansi pemerintahan dan akuntansi sektor publik memiliki bidang garap masing-masing. Masing-masing memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap tujuan pengajarannya.
KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAN ORGANISASI NON-PROFIT
Bagi sebagian besar pembaca mungkin bertanya-tanya, “Mengapa pemerintahan dan organisasi non-profit menggunakan praktek akuntansi yang sangat berbeda dari organisasi swasta atau entitas bisnis yang profit-oriented?”
Sebagaimana kita ketahui bahwa organisasi bisnis/swasta merupakan entitas yang profit oriented, yaitu organisasi yang mempunyai tujuan menyediakan atau menjual barang/jasa dengan maksud untuk memperoleh laba yang akan dinikmati oleh para pemilik atau anggota. Sumber pendanaannya berasal dari investor, kreditur, dan para anggota. Sedangkan pemerintah dan organisasi non-profit memiliki tujuan dan layanan yang berbeda dari entitas bisnis. Tujuan dari pemerintah dan organisasi non-profit adalah menyediakan layanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar sumber dana yang diperoleh pemerintah dan organisasi non-profit berasal dari pajak, donasi/sumbangan, hutang, laba perusahaan negara atau daerah dan sumber lainnya. Seringkali sulit untuk memperkirakan besarnya keuntungan, manfaat atau imbal balik langsung bagi masyarakat secara proporsional. Pemerintah sebagai manajemen yang mengelola keuangan negara memiliki tugas khusus dan dituntut untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber-sumber dana tersebut kepada masyarakat selaku pembayar pajak, donatur, kreditur, dan pihakpihak lain yang berkepentingan.
Pada masing-masing negara, ruang lingkup pemerintahan dan organisasi nonprofit berbeda-beda dan tidak ada definisi yang pasti dan komprehensif bagi semua sistem pemerintahan di setiap negara. Namun yang pasti, pemerintah dan organisasi non-profit di setiap negara memiliki ruang lingkup dan peranan yang besar dalam pelayanan masyarakat umum. Contohnya, di Amerika Serikat pemerintahan dibagi menjadi general purpose governments dan special purpose governments.
3
• Pemerintah pusat (states), provinsi (counties), kotamadya (municipalilies) termasuk juga desa disebut sebagai pemerintahan dengan tujuan umum (general purpose government), yaitu pemerintahan yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan bagi penduduknya (misalnya layanan perlindungan dari kepolisian, pemadam kebakaran, sanitasi, pembangunan dan pemeliharaan jalan raya dan jembatan, serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
• Sekolah, perguruan tinggi dan universitas umum termasuk contoh kategori bidang pemerintahan dengan tujuan khusus (special purpose government), yaitu pemerintah hanya menyediakan atau menangani fungsi yang terbatas (seperti pendidikan, drainase dan pengendalian banjir, irigasi, konservasi tanah dan air, serta pengadaan air). Special purpose government ini memiliki kekuasaan untuk mengenakan dan memungut pajak serta memperoleh pendapatan dari berbagai sumber lainnya yang diijinkan oleh hukum pemerintah untuk mendanai layanan-layanan yang mereka sediakan.
Di Amerika Serikat, organisasi non-profit terdiri dari beberapa bentuk dan melayani berbagai fungsi yang berbeda-beda meliputi perguruan tinggi dan universitas-universitas swasta, berbagai jenis organisasi layanan kesehatan, perpustakaan dan museum, asosiasi profesi dan perdagangan, organisasi sosial, serta organisasi keagamaan.
Sementara itu, pemerintahan di Inggris diklasifikasikan menjadi departemendepartemen pemerintah pusat (seperti pendidikan dan ilmu pengetahuan, transportasi, kesehatan, lingkungan hidup, energi, keamanan sosial, dan lain-lain); pemerintah daerah (seperti counties/kabupaten, regions/provinsi, dan districts/daerah otonom); serta organisasi di bidang industri nasional (seperti kereta api, kantor pos, penerbangan, dan lain-lain).
Di Indonesia sendiri, pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah (termasuk perusahaan negara/daerah). Sedangkan organisasi non-profit terdiri dari bermacam-macam bentuk diantaranya organisasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan organisasi-organisasi massa, berbagai LSM dan lainlain sebagainya.
Pemerintahan dan organisasi non-profit memiliki perbedaan yang penting dari organisasi bisnis (swasta), termasuk perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan keuangannya. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts Nomor 4, Financial Accounting Standards Board (FASB) menyatakan beberapa karakteristik yang membedakan antara pemerintahan dan entitas non-profit dengan organisasi bisnis, antara lain: • Receipts of significant amounts of resources from resource providers who do not expect to receive either repayment or economic benefits proportionate to the resources provided. • Operating purposes that are other than to provide goods or services at a profit or profit equivalent.
4 • Absence of defined ownership interest that can be sold, transferred, or redeemed, or that convey entitlement to a share of a residual distribution of resources in the event of liquidation of the organization. Governmental Accounting Standards Board (GASB) membedakan entitas pemerintah di Amerika Serikat dari entitas non-profit dan dari entitas bisnis dengan memberikan penekanan bahwa keberadaan pemerintah dalam lingkungan dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Selanjutnya, kekuasaan tersebut akan didelegasikan kepada lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Negara bagian yang merupakan tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi akan mengawasi aktivitas-aktivitas tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Pendapatan pada masing-masing tingkatan pemerintah diperoleh terutama dari para pembayar pajak. Masyarakat para pembayar pajak sangat berperan sebagai penyedia sumber dana bagi pemerintah, meskipun kadang mereka tidak memperoleh imbal balik layanan pemerintah yang proporsional dengan pajak yang mereka bayarkan.
Semenjak pemerintah diperbolehkan memonopoli pelayanan yang mereka sediakan untuk masyarakat, sulit untuk mengukur efisiensi atas pelayanan tersebut secara tepat. Selain itu juga sangat sulit untuk mengukur kuantitas atau kualitas yang optimal bagi beberapa pelayanan pemerintah, sebagai contoh, sejauh manakah pelayanan polisi dirasakan cukup oleh masyarakat? GASB juga menyatakan bahwa sulitnya menentukan kuantitas dan kualitas pelayanan pemerintah yang optimal dikarenakan perolehan sumber dana tersebut berasal dari pajak yang dikenakan secara wajib dan dipaksakan (bukan sukarela).
Untuk membedakan, misalnya seorang pelanggan yang membeli sebuah produk komersial dapat memilih antara kualitas yang bagus, lebih bagus, atau paling bagus. Pembeli tersebut secara sukarela dapat membayar dengan jumlah yang sesuai dengan kualitas produk yang diinginkan. Sedangkan dalam pelayanan pemerintah memiliki situasi yang lebih kompleks. Contohnya, dua orang wajib pajak mungkin membayar pajak dengan jumlah yang sama besar, namun dalam menikmati pelayanan pemerintah bisa saja berbeda baik kuantitas maupun kualitasnya. Misalnya jika salah satu dari mereka menyekolahkan anaknya di sekolah umum (negeri) sedangkan yang lain tidak, berarti yang mendapatkan pelayanan pemerintah adalah yang menyekolahkan anaknya pada sekolah yang mendapat fasilitas dan subsidi dari pemerintah sedangkan yang tidak menyekolahkan anaknya tidak menikmati fasilitas dan layanan tersebut.
LEMBAGA PENYUSUN PEMERINTAH
STANDAR
PELAPORAN
KEUANGAN
Gambar berikut menunjukkan sumber-sumber utama dari standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk organisasi bisnis dan organisasi non-profit, serta pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Amerika Serikat. GASB dan FASB merupakan badan yang sejajar/setingkat dibawah pengawasan Financial Accounting Foundation (FAF). FAF khusus, FASB menetapkan standar untuk organisasi bisnis dan organisasi non-profit bukan pemerintahan. GASB
5 menetapakan standar untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk organisasi non-profit pemerintahan. Sedangkan Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) menetapkan standar untuk pemerintah federal serta lembaga-lembaga dan departemen-departemennya. • Comptroller General • Director of the Office of Management and Budget • Secretary of the Treasury
Financial Accounting Foundation Financial Accounting Standards Board (FASB) Business (for-profit) organizations
Nongovernmental not-for-profit organizations
Governmental Accounting Standards Board (GASB) State and local governmental organizations
Governmental not-for-profit organizations
Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) Federal government and its agencies and department
Gambar 1.1 Badan Penyusun Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Amerika Serikat Otoritas untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan bagi organisasi nonprofit dibagi antara FASB dan GASB karena sejumlah organisasi non-profit (khususnya perguruan tinggi, universitas dan rumah sakit) adalah milik pemerintah, tetapi sebagian besar diantaranya merupakan bagian-bagian dari pemerintah yang independen (bukan milik pemerintah). Dengan demikian, GASB memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi organisasi non-profit milik pemerintah. Sedangkan FASB memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi organisasi non-profit bukan pemerintah. Undang-undang Federal menyerahkan tanggung jawab untuk menyusun dan mengembangkan struktur keuangan yang sehat/baik bagi pemerintah federal kepada tiga lembaga, yaitu Comptroller General, Director of the Office Management and Budget, dan Secretary of the Treasury. Pada tahun 1990, ketiga lembaga tersebut membuat Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) atau badan penasehat standar akuntansi bagi pemerintah federal untuk memberikan rekomendasi mengenai prinsip-prinsip dan standar akuntansi bagi pemerintah federal dan lembaga-lembaganya. Maksudnya adalah untuk memaksimalkan kemungkinan bahwa standar akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah federal konsisten atau sesuai dengan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang disusun oleh GASB dan dapat diaplikasikan oleh FASB.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) secara formal menjadikan GASB, FASAB, dan FASB sebagai badan otoritas untuk menyusun
6 Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) bagi pemerintah pusat dan daerah, pemerintah federal, serta organisasi bisnis dan organisasi non-profit bukan pemerintah. Singkatnya, GASB adalah pihak independen yang berwenang untuk merumuskan standar akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat. GASB menetapkan standar pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan daerah termasuk pemerintah kota dan organisasi yang membrikan pelayanan khusus seperti pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Sementara itu, ada empat pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia meliputi: 1. Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan oleh entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan. SAK disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dengan mengadopsi International Financial Reporting Standards (IFRS). 2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. SAK ETAP diadaptasi dari International Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Seperti halnya SAK, penyusunan SAK ETAP merupakan tanggung jawab DSAK IAI. 3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik entitas syariah maupun entitas konvensional. SAK Syariah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah menggunakan model pengembangan SAK konvensional dengan mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia. 4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan oleh entitas pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang hasil kerjanya dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah.
SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah komite independen yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan. Dasar hukum yang memperkuat kedudukan KSAP adalah Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang mengamanatkan tugas penyusunan SAP kepada Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 84 Tahun 2004. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja). Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Selanjutnya KSAP menyampaikan konsep Peraturan Pemerintah
7 tentang Standar Akuntansi Pemerintah kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah. Proses Baku Penyusunan dan Pihak yang terlibat dalam Penyusunan SAP oleh KSAP dapat digambarkan dalam Gambar berikut: Proses Baku Penyusunan (Due Process) SAP Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja Pembahasan Draf oleh Komite Kerja Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft) Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings) Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP Finalisasi Standar
Struktur KSAP Komite Konsultatif SAP Komite Kerja SAP Kelompok Kerja SAP
Pihak Eksternal KSAP yang terlibat Badan Pemeriksa Keuangan Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)
Sosialisasi KSAP Produk KSAP Standar Akuntansi Pemerintahan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) Buletin Teknis.
seminar/diseminasi/diskus i dengan para pengguna, program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT) fasilitasi konsultasi teknis terkait penerapan SAP Berbasis Akrual (help desk).
KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan, termasuk mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut, KSAP mengacu pada praktek-praktek terbaik internasional, diantaranya dengan mengadaptasi International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan oleh International Federation of Accountant (IFAC). Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan materi/referensi yang dikeluarkan oleh: 1. International Federation of Accountants (IFAC). 2. International Accounting Standards Board (IASB)
8 International Monetary Fund (IMF) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) Financial Accounting Standard Board (FASB) – USA Governmental Accounting Standard Board (GASB) – USA Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan negara dan akuntansi pemerintah. 8. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan
3. 4. 5. 6. 7.
Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Dalam Concepts Statement Nomor 1 tentang tujuan dari pelaporan keuangan, GASB menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah. Pemerintah harus menunjukkan akuntabilitasnya dalam mempertanggungjawabkan kepada masyarakat mengenai pengelolaan dan pengalokasian sumber-sumber dana yang diperoleh.
Akuntabilitas pemerintah didasarkan pada kepercayaan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui, hak untuk mendapatkan fakta-fakta secara terbuka dari wakil-wakil rakyat yang telah mereka pilih. Pelaporan keuangan memainkan peran yang penting bagi pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas dan pertanggungjawaban kepada publik dalam suatu lingkungan pemerintahan yang demokratis.
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa cara bagaimana laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta penilaian akuntabilitas di Amerika Serikat. Perbandingan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah dan Organisasi Non-Profit di Amerika Serikat Pemerintah Pusat dan Daerah Pelaporan keuangan digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta penilaian akuntabilitas terutama dengan: • Membandingkan hasil keuangan aktual dengan
Pemerintah Federal Pelaporan keuangan hendaknya dapat membantu mencapai akuntabilitas dan dimaksudkan untuk membantu pengguna laporan dalam mengevaluasi: • Integritas anggaran • Kinerja operasi
Organisasi Non-Profit Laporan keuangan hendaknya menyediakan informasi yang berguna dalam: • Pembuatan keputusan alokasi sumber daya • Penilaian management stewardship dan kinerja
9 anggaran yang telah ditetapkan • Menilai kondisi keuangan dan hasil operasi • Menilai kepatuhan dengan keuangan yang dihubungkan dengan hukum, aturan, dan regulasi • Penilaian dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas Sumber: GASB Concepts Statement No. 1, par. 32
• Stewardship • Kesesuaian antara sistem dan pengendalian
• Penilaian sumber-sumber ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih, dan perubahan-perubahan di dalamnya
Sumber: FASB Statement of Federal Accounting Concepts No. 1 par. 134
Sumber: FASB Concepts Statement No. 4, pp. 19-23
Konsep akuntabilitas sebagai tujuan dari pelaporan keuangan pemerintahan erat hubungannya dengan konsep GASB dengan apa yang disebut sebagai ekuitas antar periode (equity interperiod). Singkatnya, pelaporan keuangan hendaknya dapat membantu para penggunanya dalam menilai apakah pendapatan pada tahun tersebut mencukupi untuk mendanai pelayanan-pelayanan yang disediakan pada tahun tersebut dan apakah para wajib pajak di masa yang akan datang akan menanggung beban untuk pelayanan-pelayanan yang telah disediakan sebelumnya. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) di Indonesia, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan dengan mengacu kepada SAP. Tujuan umum laporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Tujuan pelaporan keuangan menurut regulasi otoritatif di Indonesia, yaitu PP 71 Tahun 2010, menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: (a) menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan; (b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; (c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai; (d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya; (e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; (f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
10 Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Gambar berikut ini menunjukkan ringkasan dan tujuan pelaporan keuangan pemerintah: Tujuan Pelaporan Keuangan Umum: • Akuntabilitas • Pembuatan keputusan ekonomi, sosial, maupun politik
Tujuan Pelaporan Keuangan Khusus, menyediakan informasi mengenai • sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan • kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran • jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai • bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya • posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman • perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Akuntansi Pemerintah, menyediakan laporan • Laporan Realisasi Anggaran • Laporan Saldo Anggaran Lebih • Neraca • Laporan Arus Kas • Laporan Operasional • Laporan Perubahan Ekuitas • Catatan atas Laporan Keuangan
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan menyediakan informasi mengenai: (1) perubahan posisi dan penggunaan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; (2) ketaatan realisasi terhadap anggaran; (3) cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; (4) potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan (5) evaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai (1) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran, dan (2) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang telah ditetapkan.
PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS BISNIS (SWASTA) Tabel di bawah ini merupakan beberapa aspek perbedaan antara laporan keuangan pemerintahan dan laporan keuangan entitas bisnis (swasta) menurut Likierman and Taylor dalam Mahsun dkk. (2006). Perbedaan Laporan Keuangan Pemerintah dan Laporan Keuangan Entitas Bisnis (Swasta)
Aspek Perbedaan Fokus Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintahan Fokus pada masalah finansial dan politik.
Laporan Keuangan Entitas Bisnis (Swasta) Fokus pada aspek finansial.
11 Lingkup Laporan Keuangan
Pada bagian organisasi.
Orientasi Laporan Keuangan
Orientasi pada jangka panjang karena terkait dengan konsep politik dan kenegaraan.
Akuntabilitas
Pertanggungjawaban ditujukan pada pihak legislatif/parlemen dan masyarakat.
Aturan Pelaporan
Ditentukan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pihak Pemeriksa Laporan Keuangan Penggunaan Dasar Akuntansi
Diperiksa oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sebagian masih menggunakan dasar akuntansi kas.
Organisasi secara keseluruhan. Pertanggungjawaban ditujukan kepada para pemegang saham dan kreditur. Orientasi pada jangka panjang tidak dapat dilakukan secara mendetail karena dibatasi oleh adanya ketidakpastian pasar. Ditentukan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK), pasar modal dan praktek akuntansi. Diperiksa oleh pihak auditor independen. Sepenuhnya menggunakan dasar akuntansi akrual.
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Sebagai perbandingan, dapat kita lihat komponen-komponen laporan keuangan di Amerika Serikat. Gambar di bawah ini menunjukkan laporan keuangan minimal yang harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan eksternal untuk tujuan umum bagi pemerintah di Amerika Serikat sesuai GASB Statement Nomor 34. Management’s Discussion and Analysis (MD&A)
Government-wide Fund Financial Financial Statements Statements Notes to the Financial Statements Required Supplementary Information (RSI) [other than MD&A]
Gambar 1.2 Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan menurut GASB Pusat dari model (gambar) diatas adalah Management’s Discussion and Analysis (MD&A). GASB menetapkan laporan keuangan dasar dan informasi tambahan yang dibutuhkan (Required Supplementary Information/RSI) sesuai tujuan umum pemerintahan. MD&A menyediakan analisis tujuan atas aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah juga memperbandingkan arus tahun lalu sebagai dasar informasi pemerintahan yang lebih luas. MD&A digunakan untuk menganalisis posisi laporan keuangan dan hasil operasi serta untuk memperbaiki hasil aktivitas tahun sebelumnya.
12 Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statement) meliputi Government-wide Financial Statement dan (Fund Financial Statement). Government-wide Financial Statement dimaksudkan untuk menyediakan pandangan yang lebih lengkap dan menyeluruh atas aset dan hasil dari aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah. Laporan ini menyajikan secara utuh tentang laporan pemerintahan dan membantu dalam penilaian akuntabilitas operasional apakah pemerintah telah menggunakan sumber-sumber daya secara efisien dan efektif serta kesesuaiannya dengan tujuan. GASB menyimpulkan bahwa dalam pelaporan akuntabilitas operasional, pendekatan terbaik adalah dengan menggunakan basis akuntansi yang secara esensial sama dan fokus pengukurannya sama dengan yang digunakan pada organisasi bisnis, yaitu accrual basis dan fokus pengukuran arus suber daya ekonomi. Fund Financial Statement atau laporan keuangan dana adalah jenis lain dari laporan keuangan dasar. Laporan keuangan dana ini membantu dalam penilaian akuntabilitas fiskal, yaitu apakah pemerintah telah mendapatkan dan membelanjakan sumber daya ekonomi sesuai dengan rencana anggaran serta dalam kepatuhannya dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Dana pemerintah lebih fokus pada arus jangka pendek dari sumber daya ekonomi saat ini daripada arus sumber daya ekonomi.
Bagi sebagian pengguna yang sangat berkepentingan dengan informasi keuangan pemerintahan membutuhkan lebih banyak informasi secara rinci selain yang terdapat pada MD&A, Basic Financial Statement (Government-wide Financial Statement dan Fund Financial Statement) serta RSI. Untuk pemerintah pusat dan daerah, rincian yang lebih lengkap dapat ditemukan pada Comprehensive Annual Financial Reports (CAFR) atau laporan keuangan komprehensif tahunan. Standar untuk isi dari CAFR ditetapkan dalam GASB’s Codification of Governmental Accounting and Financial Reporting Standard. CAFR hendaknya memuat bagianbagian Introductory Section (bagian pendahuluan), Financial Section (bagian keuangan), dan Statistical Section (bagian statistik).
Introductory Section terdiri dari beberapa poin seperti halaman judul, dan halaman isi, letter of transmittal (seperti nama, alamat, tanda tangan pimpinan eksekutif dan nama unit pemerintahannya), dan poin lainnya yang dimiliki/disediakan manajemen. Financial Section sebaiknya meliputi (1) laporan auditor, (2) MD&A, (3) Basic Financial Statement (Government-wide Financial Statement dan Fund Financial Statement), (4) RSI, dan (5)informasi pelengkap lainnya seperti laporan dana kombinasi dan laporan dana individual serta skedulnya. Sebagai tambahannya CAFR juga dapat memuat bagian statistik. Bagian ini secara khusus menyajikan tabel-tabel dan diagram yang menunjukkan data sosial dan ekonomi, tren/kecenderungan keuangan, dan kapasitas/kemampuan fiskal pemerintah secara terinci yang mungkin dibutuhkan oleh para pembaca yang berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas dari unit pemerintahan tersebut.
Di Indonesia (sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara), laporan keuangan pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan
13 (CaLK). Di samping menyajikan keempat laporan keuangan pokok tersebut, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Penjelasan lebih lanjut mengenai laporan keuangan pemerintahan di Indonesia akan dibahas pada bab tersendiri dalam buku ini.
PERMASALAHAN AKUNTAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA DAN SOLUSINYA
Sebelum reformasi keuangan negara di Indonesia, seorang penyelenggara negara hanya diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja yaitu laporan realisasi anggaran ditambah dengan nota perhitungan anggaran. Sementara itu, sejak berlakunya Undang-undang (UU) mengenai Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan melaporkan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 bahkan memberi peluang bagi lembaga penyelenggara negara yang mampu untuk memberikan tambahan laporan, yaitu laporan kinerja keuangan dan laporan perubahan ekuitas dana. Munculnya revisi terhadap Standar Akuntansi Pemerintah menurut PP 71 Tahun 2010 mewajibkan pemerintah untuk membuat 7 jenis laporan keuangan yakni laporan realisasi anggaran, laporan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Tabel 1 Perubahan pelaporan pemerintah
Durasi
2001
• Momentum
• Otonomi Daerah
• Basis Akuntansi • Laporan
• Basis Kas • Pertanggungjawaban Anggaran Negara
2003 • Reformasi Keuangan Daerah • Kewajiban Basis Akrual • LRA, Neraca, LAK, Catatan atas LK.
2005 • Standar Akuntansi Pemerintah • Basis CTA • Mandatory: LRA, Neraca, LAK, Catatan atas LK. Voluntary: Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan Ekuitas
2010 • Revisi SAP • Kewajiban Basis Akrual • Mandatory: LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas LK
2015 • Pelaksanaan Revisi SAP • Pelaksanaan Basis Akrual • Pelaksanaan PP 71 Tahun 2010.
Timbulnya istilah teknis yang baru dalam pengelolaan keuangan, menjadi tambahan kesulitan dalam menghadapi keruwetan dalam akuntansi pemerintahan. Hal ini dikarenakan canggihnya pemikiran yang berada di balik paket UU Keuangan Negara. Bentuk laporan keuangan yang sudah business like, menjadikan pengelolaan dengan menggunakan UU Keuangan Negara yang baru menjadi lebih akuntabel dan adanya self balancing dalam setiap pencatatan transaksi keuangannya.
Perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam peraturan pemerintah, muncul secara beruntun sejak adanya UU Otonomi Daerah (Otda), yang mendahului UU Keuangan Negara. UU Otda (UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999) mensyaratkan adanya sistem baru dalam pengelolaan keuangan daerah, sementara infrastruktur
14 UU Keuangan Negara waktu itu belum diundangkan (baru ada tahun 2003). Sementara itu, tulang punggung yang sangat penting dalam pelaporan keuangan pusat dan daerah sebagai mandat UU Keuangan Negara, yaitu terbentuknya Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) baru menghasilkan PP mengenai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pada tahun 2005. Belum lagi perubahan dalam UU Otda di tahun 2004, juga berimbas terhadap pedoman pengelolaan keuangan daerah.
Aturan teknis dalam pengelolaan keuangan daerah yang menjadi fenomenal bagi pemerintahan daerah setelah adanya UU Otda 1999 adalah Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005. Dengan demikian, maka digantilah Manual Akuntansi Keuangan Daerah (MAKUDA) tahun 1981, dengan aturan tersebut. Tetapi dengan adanya UU Otda yang baru, Pemerintah Daerah (Pemda) belajar mengimplementasikan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005 dengan biaya yang tentu saja tidak sedikit. Pada tahun 2006, timbul lagi aturan baru berupa Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Hingga sekarang Permendagri tersebut telah mengalami beberapa perubahan.
Perubahan akan terus terjadi, dan hingga tahap sekarang ini aturan teknis pengelolaan keuangan negara belum final, akan selalu terdapat perubahan. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP menganut asas kas menunju akrual (cash towards accruals). Sementara itu dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 12 dan 13 dinyatakan bahwa APBN dan APBD menggunakan dasar akrual. Penggunaan dasar akrual ini menurut UU, sudah harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 (UU Nomor 1 Tahun 2004 pasal 70). Pemerintah belum bisa melaksanakan basis akrual tahun 2008, maka tahun 2010 dilaksanakan revisi terhadap SAP dengan ditetapkannya PP 71 Tahun 2010.
Dalam implementasinya, akuntansi pemerintahan mengalami kendala. Hal ini dikarenakan prasyarat adanya akuntan yang terlatih yang mengerjakan semua itu. Kendala sumber daya manusia menjadi permasalahan yang serius di dalam implementasi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) di pemerintahan daerah. Berbeda dengan pemerintah pusat, yang memiliki Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang fokus pada penyediaan tenaga akuntan tingkat pelaksana di pemerintah pusat, pemerintah daerah otomatis harus menyediakan tenaga akuntannya sendiri. Masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah daerah adalah: 1. Tenaga akuntan didapat dari pendidikan tinggi yang tidak spesifik mempelajari akuntansi. 2. Rekruitmen dari tenaga akuntan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) memerlukan waktu perencanaan dan strategi yang matang. 3. Karakteristik pemerintah daerah yang belum menempatkan pegawainya dengan prinsip the right man in the right place, terutama untuk akuntan. Sering dilaksanakan rotasi jabatan. 4. Tuntutan UU terhadap bagian keuangan yang memahami secara utuh akuntansi dan peraturan perundang-undangannya. Memahami UU Keuangan Negara saja belum cukup untuk menjadi akuntan di pemerintah daerah. Diperlukan pemahaman yang lengkap terhadap akuntansi dan peraturan perundang-undangannya.
15
Strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka menutup kebutuhan tenaga akuntan adalah: 1. Mengangkat lulusan jurusan akuntansi dan menempatkannya di Badan Pengawas Keuangan Daerah (BPKD), dinas, atau bagian keuangan untuk mengerjakan proses akuntansi. Sementara itu untuk mendidik akuntan, perlu sumber daya yang memadai. Mahasiswa akuntansi harus menempuh pendidikan 144 SKS (kira-kira 4 tahun) sebagai sarjana akuntansi. Fokus sarjana akuntansi adalah akuntan bisnis, bukan akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan hanyalah mata kuliah minor dan pilihan, bukan mata kuliah utama. Akibatnya ketertarikan mahasiswa sedikit karena bukan kajian utama.
2.
3.
4.
Mengangkat banyak akuntan menjadi PNS sementara kapasitas pengangkatan PNS oleh Pemda terbatas. Strategi pertama nampaknya sulit untuk dilakukan karena keterbatasan formasi pegawai untuk pengangkatan akuntan. Seringkali berpindahnya lulusan akuntan ke bagian yang bukan bidang akuntansi menjadi permasalahan juga. Disamping itu, kebutuhan Pemda bukan hanya akuntan, tetapi lulusan perguruan tinggi dari multi disiplin.
Strategi lainnya adalah mendidik PNS yang ada di pemerintah daerah dengan serangkaian pendidikan akuntansi pemerintahan. Pendidikan akuntansi pemerintahan harus berlandaskan logika akuntansi ilmiah, dan bukan berfokus pada aturan. Aturan seringkali berubah, sebagai contoh, Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang empat tahun kemudian diganti dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, tentu pemerintah daerah harus memiliki tenaga yang cukup andal dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). Apalagi urusan sistem akuntansi pemerintahan sekarang bukan lagi monopoli pemerintah pusat, namun telah menjadi kewenangan dari pimpinan pemerintah daerah. Rasionalnya aturan selalu berubah, namun logika akuntansi akan tetap. Oleh karena itu dibutuhkan perumusan mengenai konsep akuntansi yang sedang terbangun dan akan digunakan sebagai basis perubahan. Pendidikan akuntansi (dan bukan sosialisasi aturan akuntansi) di pemerintah daerah terutama untuk para pengelola keuangan daerah, akan sangat bermanfaat. Hal ini dikarenakan: • Aturan dalam akuntansi yang cepat sekali berubah. • Pemerintah daerah adalah pihak yang menetapkan sistem akuntansi. • Tingginya turnover pegawai akuntansi di pemerintah daerah, mengakibatkan perlunya pendidikan yang lengkap bagi pegawai yang baru.
MASA DEPAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN Permasalahan yang perlu dikaji saat ini adalah:
16 ”Apakah pendidikan akuntansi bagi pemerintah daerah telah telah berbasiskan pada suatu kerangka pendidikan akuntansi yang mampu mengantisipasi perubahan peraturan dalam keuangan dan akuntansi pemerintahan daerah atau hanya sekedar memahami peraturan yang ada dan mematuhinya, yang kemudian akan berubah di masa depan?” Jawaban sementara tentunya adalah tahap sekarang pendidikan akuntansi di pemerintah daerah baru pada tahap memahami peraturan yang ada dan berusaha mematuhinya. Jika di masa depan ada perubahan aturan maka aturan akuntansi yang lama dianggap berubah sama sekali dan sulit untuk mengantisipasi perubahan aturan.
Pendidikan akuntansi pemerintahan dapat disusun dengan menggunakan kerangka pendidikan akuntansi yang telah digunakan dalam pendidikan tinggi akuntansi. Di dunia pendidikan akuntansi, seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana akuntansi wajib menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan yang terdiri dari: 1. Pengantar Akuntansi I 2. Pengantar Akuntansi II 3. Akuntansi Keuangan Menengah I 4. Akuntansi Keuangan Menengah II 5. Akuntansi Keuangan Lanjutan I 6. Akuntansi Keuangan Lanjutan II
Referensi utama akuntansi keuangan di Indonesia adalah Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia, terutama Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Mata kuliah relevan lainnya adalah mata kuliah Akuntansi Manajemen, Auditing, dan Sistem Informasi. Sarjana akuntansi lulusan perguruan tinggi negeri di Indonesia, sebenarnya difokuskan untuk mempersiapkan mereka menjadi lulusan yang siap bekerja di dunia swasta.
Salah satu sebab tidak menariknya mata kuliah akuntansi pemerintahan barangkali karena mata kuliah akuntansi pemerintahan sebelum munculnya Standar Akuntansi Pemerintahan, hanya membahas anggaran pemerintah pusat dan akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat yang gagal diterapkan di Pemerintahan Indonesia. Materi akuntansi pemerintahan yang demikian tentu saja mendekati pepatah ’Jauh panggang dari api’. Terlalu jauh antara praktek di pemerintahan dengan apa yang diajarkan di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya dunia pendidikan mereformasi pendidikan akuntansi pemerintahan dengan materi-materi baru yang membahas teori serta praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia. Sebagai ilustrasi, pada Program Pendidikan Profesi Akuntansi dan Magister akuntansi, telah terdapat pembahasn Akuntansi Pemerintahan secara Khusus dan Program Kekhususan Keuangan dan Akuntansi Pemerintahan, dengan fokus pada akuntansi keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Konsentrasi ini didesain untuk memberikan bekal teknis bagi para mahasiswa untuk memahami akuntansi yang diterapkan pada pemerintahan.
17 Apabila dilihat dari perkembangan akuntansi pemerintahan, maka model pengembangan mata kuliah akuntansi pemerintahan dapat dirumuskan dalam materi-materi sebagai berikut: 1. Akuntansi Keuangan Pemerintah 2. Akuntansi Manajemen dan Anggaran Pemerintah 3. Auditing Laporan Keuangan Pemerintah
Materi buku ini akan difokuskan pada akuntansi keuangan pemerintahan dengan menjelaskan konsep-konsep dasar akuntansi pemerintahan. Pembahasan dihindarkan sebisa mungkin membahas konsep dasar dan bukan aturan/regulasi akuntansi pemerintahan. Konsep dasar akan berguna bagi mahasiswa untuk menyikapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di aturan keuangan dan akuntansi pemerintahan. Alasan fokus pada akuntansi keuangan: 1. Akuntansi keuangan adalah state of the art dari akuntansi itu sendiri, dimana kecanggihan dan reformasi akuntansi ditunjukkan dalam akuntansi pemerintahan. 2. Materi akuntansi keuangan merupakan materi dasar. 3. Audit laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan.
MATERI BUKU
Materi buku ini merupakan materi buku tingkat pengantar dan intermediate. Para pembaca diasumsikan telah memiliki pengetahuan mengenai dasar-dasar akuntansi swasta. Pengetahuan dasar ini perlu untuk mengantarkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi akuntansi pemerintahan. Materi buku ini diupayakan sebisa mungkin menghindari aturan perundang-undangan, yang bagi beberapa orang aturan perundang-undangan ini menjadi hal yang menyulitkan.
Materi pembahasan Akuntansi Pemerintah, dapat dirinci sebagai berikut: 1. PENDAHULUAN 2. KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN 3. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN 4. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA, ANGGARAN DAN AKUNTANSI 5. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN 6. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKTI TRANSAKSI DAN JURNAL 7. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKU BESAR DAN NERACA SALDO 8. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR 9. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYELESAIAN DAN KOREKSI 10. SOAL KOMPREHENSIF SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Secara skematis, sistematika pembahasan dalam buku ini dapat digambarkan seperti berikut ini:
18
Pendahuluan (Bab 1) Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan (Bab2) Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan (Bab 3)
Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran dan Akuntansi (Bab 4)
Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan (Bab 5)
Bab 5 Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan Bab 6 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Bukti Transaksi dan Jurnal Bab 7 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Buku Besar dan Neraca Saldo Bab 8 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Penyesuaian dan Neraca Lajur Bab 9 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Penyelesaian dan Koreksi.
Bab 10 Soal Komprehensif Siklus Akuntansi Pemerintahan
Gambar 1.3 Sistematika Pembahasan Setiap bab dari buku ini dilengkapi dengan: 1) pertanyaan, 2) soal, dan 3) tugas. Disamping itu, disediakan pula buku tanya jawab akuntansi pemerintahan, berupa manual penyelesaian soal-soal yang ada di buku ini.
UNTUK SIAPA BUKU INI DITULIS?
Buku ini ditulis dengan tujuan untuk membantu pemahaman akuntansi yang selama ini acapkali dikacaukan dengan anggaran. Anggaran bukanlah akuntansi, dan akuntansi tidak sama dengan anggaran. Namun akuntansi dan anggaran di pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman akuntansi yang benar akan menuntun kita untuk tidak terpaku dan berfokus pada aturan, namun akan mendapatkan pemahaman akuntansi yang lebih rasional. Buku ini ditujukan kepada: 1. Para manajer di level Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang berkaitan dengan anggaran dan pelaporan Akuntansi Pemerintah. 2. Anggota DPRD, sebagai wakil rakyat yang akan menganalisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 3. Auditor dan pembuat kebijakan akuntansi pemerintah. 4. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
19 5. 6.
Dosen Akuntansi Pemerintahan Peminat Akuntansi Pemerintahan
Buku ini diharapkan akan memberikan wawasan sebagai pengantar memahami aturan-aturan yang berlaku dalam bidang akuntansi pemerintahan daerah. Perlu diingat bahwa aturan (seperti UU dan aturan lainnya) akan selalu berubah, maka penulis menghimbau agar para pembaca membekali diri dengan ilmu akuntansi sehingga dapat mengatasi hambatan untuk bekerja dengan lebih baik.
PERTANYAAN 1. Mengapa bidang akuntansi sektor publik sebagian besar merupakan pemerintahan 2. Jelaskan level pemerintahan di Indonesia, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Siapakah penguasa di setiap level tersebut? 3. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pendapatan pemerintah tersebut 4. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pengeluaran/belanja pemerintah tersebut 5. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pembiayaan pembangunan pemerintah tersebut. 6. Jelaskan perbedaan laporan keuangan pemerintah dengan laporan keuangan swasta 7. Jelaskan keidentikan laporan keuangan pemerintah berbasis akrual dengan laporan keuangan swasta. 8. Identifikasi permasalahan dalam akuntansi pemerintah Indonesia. 9. Jelaskan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia beserta proses penyusunan dan standard setter masing-masing standar akuntansi. 10. Bagaimana posisi standar akuntansi pemerintah dibandingkan dengan standar akuntansi yang lainnya yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku secara internasional.
SOAL-SOAL
1. Diskusikan teori old public administration, new public management dan new public service pengaruhnya terhadap akuntansi pemerintah. 2. Diskusikan pengaruh regulasi keuangan negara dan akutansi yang berpengaruh terhadap pengakuan, pengukuran dan pengungkapan pelaporan keuangan pemerintah. 3. Diskusikan evolusi format laporan keuangan pemerintah sejak tahun sebelum tahun 2001 hingga sekarang. Apakah pengaruh adanya good governance terhadap akuntansi pemerintah?
20
TUGAS Mahasiswa diminta untuk mendapatkan satu laporan keuangan pemerintah lengkap untuk tahun-tahun terakhir, dan satu laporan keuangan swasta untuk tahun-tahun terakhir. Mahasiswa diminta untuk membandingkan: 1. Format laporan keuangan pemerintah dan swasta 2. Mendeskripsikan perbedaan laporan keuangan dengan menulis laporan mini riset berdasarkan studi kasus. 3. Studi kasus ditulis dengan metodologi ilmiah.
Setelah membaca bab 2, diharapkan mahasiswa dapat menganalisis perubahan paradigma dalam pengelolaan keuangan Negara terutama yang berkaitan dengan akuntansi pemerintahan, perubahan basis akuntansi yang dianut pemerintah Indonesia dan mampu membandingkan dengan basis akuntansi yang berlaku secara internasional. Mahasiswa diharapkan mampu memahami esensi perubahan dalam regulasi keuangan dan akuntansi pemerintahan dan mampu mengantisipasi perubahan di masa depan.
Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan latar belakang reformasi keuangan negara. 2. Mengetahui bentuk reformasi keuangan negara. 3. Mengetahui landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan dengan reformasi keuangan negara. 4. Mengetahui lingkup pengelolaan keuangan negara. 5. Mengetahui lingkup pengelolaan keuangan daerah. 6. Menjelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara. 7. Menjelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan negara. 8. Menjelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan daerah. 9. Menjelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta aspek-aspeknya. 10. Menjelaskan pengertian akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual basis), dan dasar akrual (accrual basis). 11. Menjelaskan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual basis), dan dasar akrual (accrual basis). 12. Menjelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan pembukuan berpasangan (double entry). 13. Menjelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan akuntansi.
2
LATAR BELAKANG REFORMASI KEUANGAN NEGARA Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu mengacu pada penerapan prinsip good governance, pemerintah Republik Indonesia telah melakukan reformasi di bidang pengelolaan/manajemen keuangan negara. Reformasi manajemen keuangan negara merupakan salah satu agenda yang terus dilaksanakan Pemerintah Indonesia, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi reformasi pengelolaan keuangan negara ini adalah perubahan sistem pemerintahan.
Otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 berdampak pada perubahan hubungan keuangan antara pusat dan daerah dimana sebagian besar urusan fungsi pemerintahan yang menyangkut pelayanan dasar diserahkan penanganannya kepada pemerintah daerah, termasuk pengelolaan anggaran yang digunakan untuk belanja atas pelayanan-pelayanan dasar wajib tersebut. Hal ini mutlak memerlukan suatu metode pengawasan yang memadai. Salah satu bentuknya adalah keterlibatan masyarakat (stakeholder).
Bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara ini antara lain dilakukan dengan cara: • Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum. • Penataan kelembagaan. • Penataan sistem pengelolaan keuangan negara. • Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.
Untuk melaksanakan reformasi manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diperlukan landasan hukum yang memadai dan andal. Pada tahun 2004 telah ditetapkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999. Setelah perubahan dimaksud, produk hukum yang mendasari pengelolaan keuangan negara/daerah selengkapnya sebagai berikut: a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. d. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. e. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. f. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. g. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan PP 71 Tahun 2010. h. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. i. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
3 Tiga undang-undang pertama dikenal sebagai paket undang-undang di bidang keuangan negara.
LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA
Manajemen/pengelolaan keuangan negara meliputi penerimaan dan pengeluaran uang melalui Kas Umum Negara baik secara objek, subjek, proses dan tujuan. Fokus pengelolaan keuangan negara/daerah tidak hanya pada arus kas, tetapi juga utang, piutang, dan aset jangka panjang. Dalam melakukan pengelolaan keuangan tidak hanya memperhatikan kepentingan satu tahun anggaran tetapi menggunakan perspektif waktu jangka panjang.
Pasal 1 butir (5) PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) mengartikan Keuangan Daerah sebagai ”semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”. Selanjutnya Pasal (2) menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan daerah mencakup: a. Hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman. b. Kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan. c. Penerimaan daerah. d. Pengeluaran daerah. e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain. f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.
AZAS-AZAS DALAM KEUANGAN NEGARA Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dikenal adanya beberapa azas yang sudah lazim digunakan selama ini yaitu: 1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu. 2. Azas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan utuh dalam dokumen anggaran. 3. Azas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya. 4. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.
Selanjutnya pengelolaan keuangan negara/daerah juga mengadopsi azas-azas baru yang berasal dari best practises yang telah diterapkan di berbagai negara untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan keuangan negara/daerah secara akuntabel dan transparan. Azas-azas dimaksud terdiri dari: 1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
4
2. 3. 4. 5.
Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara, baik pertanggungjawaban keuangan (financial accountability) maupun pertanggungjawaban kinerja (performance accountability). Profesionalitas Keuangan negara harus dikelola secara profesional. Oleh karena itu sumber daya manusia di bidang keuangan harus profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan Pengguna Anggaran/Barang. Proporsionalitas Sumber daya yang tersedia dialokasikan secara proporsional terhadap hasil yang akan dicapai. Hal ini diakomodasi dengan diterapkannya prinsip penganggaran berbasis kinerja. Keterbukaan Pengelolaan keuangan dilaksanakan secara transparan, baik dalam perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, maupun hasil pemeriksaan. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri Pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan sesuai dengan amanat undang-undang dan hasil pemeriksaan disampaikan langsung kepada parlemen. Kedudukan BPK terhadap pemerintah adalah independen, dengan kata lain BPK merupakan external auditor pemerintah.
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden selaku kepala pemerintahan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Untuk membantu Presiden dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut maka sebagian wewenang: a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnya. c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operasional Officer (COO) untuk suatu fungsi pemerintah tertentu.
Secara singkat, proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan negara adalah: Keuangan negara disahkan oleh DPR atau DPRD menjadi UU atau Peraturan Daerah (Perda) → Presiden dan Kepala Daerah adalah pelaksana UU atau Perda →
5 Presiden mendelegasikan wewenangnya kepada Menteri Keuangan sedangkan Kepala Daerah mendelegasikan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Gambar di bawah ini merupakan skema pembagian kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah (PKD). CHIEF EXECUTIVE OFFICER GUBERNUR/BUPATI/ WALIKOTA SEKRETARIS DAERAH
CHIEF OPERATING OFFICER SKPD PENGGUNA ANGGARAN
CHIEF FINANCIAL OFFICER SKPKD/PPKD/BUD
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
KUASA BUD
Ket: SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah PPKD = Pejabat Pengelola Keuangan Daerah SKPKD= Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah BUD = Bendahara Umum Daerah
Gambar 2.1 Pengelolaan Keuangan Daerah
Pada pemerintah daerah, kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah yang diterima oleh gubernur/bupati/walikota dilaksanakan oleh: a. Sekretaris Daerah sebagai koordinator dalam pengelolaan keuangan daerah (PP Nomor 58 tahun 2005). Sekretaris Daerah bertugas dalam mengkoordinasikan pengelolaan keuangan daerah. Disamping itu Sekretaris Daerah adalah sebagai pimpinan tim anggaran pemerintah daerah dan memberikan persetujuan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD). b. Satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD sebagai CFO, dan c. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah sebagai COO.
6
PERUBAHAN PARADIGMA AKUNTANSI PEMERINTAHAN Reformasi dalam keuangan negara di Indonesia erat kaitannya dengan akuntansi pemerintahan karena aspek akuntansi yang paling terpengaruh oleh reformasi keuangan negara tersebut adalah akuntansi pemerintahan. Sedangkan aturan yang paling berpengaruh adalah UU mengenai Keuangan Negara dan Perbendaharan Negara. Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) maka lengkap sudah infrastruktur akuntansi dalam pemerintahan, dan tumbuhlah suatu cabang baru yang membentuk paradigma menjadi suatu bidang kajian yang penulis sebut dengan akuntansi pemerintahan. Paradigma merupakan cara pandang terhadap suatu realitas. Seperti halnya reformasi keuangan negara di Indonesia, paradigma dalam akuntansi pemerintahan pun telah berubah, dari mekanistik dan birokratik menjadi lebih fleksibel, dinamis dan lebih bersifat bisnis. Perubahan yang signifikan ini dapat dielaborasi dalam beberapa aspek. Aspek akuntansi pemerintah yang mengalami perubahan yang signifikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan dan Pengukuran Dasar Kas menuju Dasar Akrual Aspek pertama perubahan akuntansi pemerintahan adalah perubahan dari dasar kas menjadi dasar akrual. Untuk menuju dasar akrual, maka diperlukan masa transisi atau penyesuaian dengan kondisi masing-masing entitas dimana akuntansi pemerintahan diaplikasikan. Studi International Federation of Accountant (IFAC) dan Public Sector Committee (PSC) mengidentifikasi bahwa antara dasar kas dan dasar akrual terdapat 2 modifikasi yang dipakai, yaitu 1) dasar modifikasi kas (modified cash basis) dan 2) dasar modifikasi akrual (modified accrual basis). Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut: Cash
Modified Cash
Modified Accrual
Accrual
Gambar 2.2 Skema Dasar Akuntansi Transisi antara masing-masing dasar akuntansi berbeda dari satu negara ke negara lain. Hal ini tergantung dari: a. Kondisi sosial dan politik negara yang bersangkutan. b. Dasar akuntansi yang digunakan sekarang. c. Kualitas dan jangkauan informasi yang tersedia. d. Sumber daya yang dialokasikan untuk transisi tersebut. e. Periode waktu yang disediakan untuk transisi menuju dasar akrual.
Secara teoritis, manfaat dari dasar akrual jauh lebih besar daripada dasar kas. Oleh karena itu, mengaplikasikan dasar akrual merupakan tujuan dari
7 akuntansi pemerintahan. Namun demikian perlu dipertimbangkan apakah tujuan akuntansi pemerintahan itu sesuai dengan tujuan nasional dari masingmasing negara. Jika manfaat yang dihasilkan oleh penerapan dasar akrual lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan untuk penerapan dasar akrual tersebut, maka dasar modifikasi kas atau modifikasi akrual lebih tepat digunakan di negara tersebut.
Dasar Kas (Cash Basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya ada pada saldo kas dan perubahan saldo kas, yaitu mengukur hasil-hasil keuangan untuk satu periode dengan membedakan antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Dasar ini meliputi pembahasan mengenai saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Keterbatasan dasar kas, antara lain adalah: • Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang lebih kompleks yang tidak dapat disediakan oleh akuntansi dasar kas. • Informasi dasar kas kurang relevan bagi para pengambil keputusan, karena dasar kas hanya berfokus pada aliran kas dan mengabaikan aliran sumber daya lainnya. • Akuntansi dasar kas tidak dapat memberikan informasi modal (aktiva) secara akurat. • Publik mempunyai keterbatasan untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan sumber daya. Informasi dasar kas berarti pemerintah mempertanggungjawabkan kas yang digunakan, tetapi tidak disebutkan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban.
Dasar Kas Modifikasian (Modified Cash Basis) pada dasarnya mirip dengan dasar kas dalam mengakui transaksi dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan, hanya saja diantara keduanya terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain karena pada dasar kas modifikasian: • Pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu jangka waktu tertentu setelah tahun buku. • Penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode perpanjangan tersebut, namun berasal dari transaksi periode sebelumnya, diakui sebagai pendapatan dan pengeluaran dari tahun fiskal sebelumnya. • Arus kas pada awal periode pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan pada periode sebelumnya, dikurangkan dari aliran kas periode saat ini. Terdapat persamaan antara dasar kas dan dasar kas modifikasian, yaitu dalam hal pengakuan dan pelaporan saldo kas. Hanya saja, dalam dasar kas modifikasian masih dibuka pembukuan untuk mengakui suatu jumlah yang diterima dan dibayar selama periode perpanjangan tertentu. Pospos dasar kas modifikasian dan dasar kas adalah pos-pos dasar kas modifikasian termasuk saldo neto jumlah diterima dan dibayar selama periode tertentu yang terjadi di periode sebelumnya.
8
Dasar Akrual Modifikasian (Modified Accrual Basis) mengakui transaksi dan peristiwa pada saat transaksi atau peristiwa terjadi, dan bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Perbedaan utama dasar akrual modifikasian dari dasar akrual adalah: • Aset fisik dibiayakan (expensed) pada waktu pembelian. • Seluruh aset dan kewajiban lainnya diakui seperti dasar akrual. Elemen-elemen yang diakui dalam dasar akrual modifikasian, adalah: • Aset-aset Keuangan • Kewajiban • Kewajiban Bersih/ Aset-aset Keuangan Bersih • Pendapatan dan Biaya Modifikasi Akrual Dasar akrual modifikasian menyediakan informasi mengenai sumber daya, alokasi sumber daya dan penggunaan sumber-sumber keuangan bagi para pemakai laporan keuangan.
Dasar Akrual (Accrual Basis) mengakui transaksi dan peristiwa pada saat transaksi atau peristiwa terjadi, dan bukan saat kas diterima atau dibayarkan. Elemen dasar akrual adalah aset, kewajiban, laba bersih, pendapatan dan biaya. Pengukuran akuntansi akrual berfokus pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya tersebut pada suatu entitas. Model pelaporan pada dasar akrual yaitu Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Arus Kas.
Secara skematis elemen adopsi dasar kas menuju dasar akrual dapat digambarkan sebagai berikut: Elemen Adopsi Dasar Kas menuju Dasar Akrual
Keterangan Perbedaan pengukuran
Jangkauan elemen laporan keuangan: • Definisi elemen • Rincian definisi elemen
Pentingnya pertimbangan (judgements) dalam akuntansi Biaya untuk pengembangan dan monitoring sistem akuntansi (dapat ditentukan secara tepat).
Dasar Kas
Dasar Modifikasi Kas
Banyak perbedaan Sederhana Tidak penting Murah
Dasar Modifikasi Akrual
Dasar Akrual Seragam Lebih kompleks Sangat penting Mahal
Biaya dan manfaat dari masing-masing dasar akuntansi berbeda tergantung kepada:
9 • • • •
karakteristik dan hakikat suatu entitas tipe dan tujuan laporan nilai informasi bagi pemakai biaya (cost) pengembangan dan pemeliharaan system
Manfaat-manfaat adopsi dasar kas menjadi akrual, dapat digambarkan sebagai berikut: Manfaat Adopsi Dasar Kas menjadi Dasar Akrual
Keterangan Incremental Benefits Improved Decision Making Obligation to be Accountable Opportunity Cost
Dasar Kas
Dasar Modifikasi Kas
less benefits less quality of f.i.? less obligation not having info
Dasar Modifikasi Akrual
Dasar Akrual
more benefits more quality of f.i.? more obligation having info
Cash toward accruals adalah suatu basis yang menyatakan bahwa mengakui pendapatan dan belanja pada saat dikeluarkan kas; serta mengakui aset, kewajiban dan ekuitas dana dengan dasar akrual (pada saat terjadinya peristiwa atau transaksi). Pengertian dari berbagai variasi transisi antara cash dan accrual adalah relatif, tergantung pihak yang mengeluarkan definisinya. Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, maka pembahasan cash toward accruals akan menjadi lebih relevan. Hal ini dikarenakan di Indonesia menggunakan istilah ini sebagai transisi menuju penerapan akrual di tahun 2009. Jika pengertian dasar kas dan dasar akrual tidak diperdebatkan lagi oleh para ahli akuntansi, lain halnya dengan modifikasi kas dan modifikasi akrual. Beberapa penulis dan referensi menunjukkan penggunaan istilah modifikasi kas dan modifikasi akrual dengan pengertian yang sangat bervariasi antara satu dengan yang lain, tergantung penerapannya masing-masing.
2. Teknik Pembukuan Tunggal (Single Entry) menjadi Pembukuan Berpasangan (Double Entry) Pembukuan Tunggal (Single Entry) adalah tata cara pembukuan dengan mencatat pada suatu pos laporan keuangan yang terpisah antara satu sama lainnya. Pos-pos laporan keuangan dalam model pembukuan tunggal hanya dicatat pada suatu pos saja dalam laporan keuangan, dan tidak ada kaitannya antara satu pos dengan pos yang lain. Teknik pembukuan single entry tidak mengkaitkan satu pos dengan pos yang lain, masing-masing pos dalam laporan keuangan tidak memiliki hubungan secara matematis dengan pos yang lainnya. Pada umumnya teknik pembukuan tunggal diterapkan bersama dengan basis kas. Hal ini dikarenakan, basis kas merupakan basis yang paling sederhana.
10 Sebagai contoh, sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua pencatatan di pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Buku tunggal yang dimaksud biasanya disebut buku kas umum.
Pembukuan Berpasangan (Double Entry). Pada tahun 1419 Luca Pacioli, ahli matematika Italia, menerbitkan buku pertama akuntansi tentang sistem pembukuan berpasangan. Sistem tata buku berpasangan ini merupakan dasar yang kokoh bagi perkembangan akuntansi karena dalam sistem ini setiap transaksi yang terjadi dicatat dengan memperlihatkan kedua aspeknya (akun-akun dicatat dengan pasangannya) sehingga menghasilkan keseimbangan.
Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi pemerintahan, setiap pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih dahulu. Analisa dilakukan dengan menghubungkan transaksi dengan persamaan akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan mempengaruhi persamaan akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku berpasangan akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila setiap transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih buku yang berbeda maka tentu saja tidak praktis dan akan merepotkan. Untuk meringkas kegiatan tersebut, maka transaksi dianalisis dan hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal, debet dan kredit. 3. Laporan Anggaran dan Laporan Akuntansi Laporan Anggaran. Sebelum reformasi keuangan negara, penyelenggara negara hanya diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja yaitu laporan realisasi anggaran ditambah dengan nota perhitungan anggaran. Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang dihasilkan dari proses atau siklus anggaran (siklus anggaran akan dijelaskan lebih lanjut pada bab 4).
Sementara itu, sejak berlakunya Undang-undang (UU) mengenai Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan melaporkan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Adanya perubahan ini diharapkan akan menunjukkan model peningkatan akuntabilitas dalam akuntansi pemerintahan.
Laporan Akuntansi merupakan laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi (proses dan siklus akuntansi akan dijelaskan lebih lanjut pada bab 4). Berdasarkan praktik akuntansi pemerintahan yang berkembang di Indonesia, laporan akuntansi dapat dihasilkan dari proses akuntansi dan tanpa proses akuntansi. •
Laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi. Laporan ini dihasilkan dari proses akuntansi dimulai dari pengidentifikasian bukti
11
•
transaksi, jurnal, buku besar, daftar saldo buku besar, dan tersusunnya laporan. Laporan jenis pertama inilah yang dapat diaudit, dan kemungkinan akan menghasilkan audit dengan opini wajar tanpa syarat. Laporan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi. Laporan ini dihasilkan dengan menggunakan informasi penerimaan dan pengeluaran kas, serta inventarisasi aset pada akhir tahun. Informasi aset, kewajiban dan ekuitas dana dihasilkan dari informasi yang tidak tersistem.
Laporan keuangan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi, dapat dipastikan banyak informasi yang tidak lengkap dan tidak akurat. Oleh karena itu maka UU Perbendaharan Negara mewajibkan agar laporan keuangan pemerintahan dihasilkan dari proses akuntansi. Selanjutnya, untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, maka laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah harus disusun menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Teknik pembukuan dan dasar akuntansi berhubungan dalam hal keduanya saling mendukung. Single entry mendukung basis kas. Double entry mendukung basis akrual. Hubungan ini dapat digambarkan:
Basis Kas
Basis Akrual
Single Entry
Double Entry
Gambar 2.3 Hubungan Basis Kas, Basis Akrual, Single Entry, dan Double Entry Menurut basis cash toward accrual yang dianut oleh Standar Akuntansi Pemerintah Indonesia aset kewajiban dan ekuitas diakui berbasis akrual, sementara pendapatan dan belanja diakui berbasis kas. Basis akrual di pemerintah Indonesia mengakui transaksi pada saat terjadinya.
PERTANYAAN
1. Jelaskan latar belakang reformasi keuangan negara dan bentuknya
12 2. Sebutkan landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan dengan reformasi keuangan negara. 3. Sebutkan lingkup pengelolaan keuangan negara dan daerah 4. Jelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara. 5. Jelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan Negara dan daerah. 6. Jelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta aspekaspeknya. 7. Jelaskan pengertian dan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual basis), dan dasar akrual (accrual basis). 8. Jelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan pembukuan berpasangan (double entry). 9. Bagaimana hubungan antara teknik pembukuan dan dasar akuntansi. Analisa dan ambil kesimpulan dari hubungan tersebut. 10. Jelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan akuntansi.
SOAL-SOAL
1. Diskusikan metode implementasi yang mungkin dilaksanakan untuk penerapan basis akrual dalam akuntansi pemerintah Indonesia pada tahun 2015. 2. Diskusikan arah perubahan standar akuntansi pemerintah Indonesia setelah implementasi basis akrual pada tahun 2015. 3. Diskusikan lembaga apa yang mungkin akan menjadi referensi acuan pengembangan akuntansi pemerintah Indonesia setalah tahun 2015
TUGAS
Suatu pemerintah daerah memiliki realisasi pendapatan sebesar 100 juta dan belanja sebesar 80 juta. Dari belanja tersebut, 60 juta sebagai belanja operasional dan 20 juta sebagai belanja modal. Berikan contoh yang jelas, bagaimana pengakuan dan pengukuran transaksi tersebut apabila menggunakan: 1. Basis Kas 2. Basis Modifikasi Kas 3. Basis Modifikasi Akrual 4. Basis Akrual 5. Basis Cash Toward Accrual yang berlaku di Indonesia.
BAB 3 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN Tujuan bab 3, adalah memahamkan pembaca mengenai prinsip, kerangka konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Pembaca diharapkan dapat menganalisis dan sintesa terhadap posisi prinsip, kerangka konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia dengan perkembangan referensi internasional dan penerapan praktis dalam kebijakan akuntansi pemerintahan di dalam laporan keuangan pemerintah Indonesia.
Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian kerangka konseptual akuntansi pemerintahan. 2. Menjelaskan aspek-aspek penting dalam lingkungan akuntansi pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah. 3. Mengetahui entitas pelaporan keuangan pemerintah. 4. Mengetahui pengguna laporan keuangan pemerintah. 5. Menjelaskan tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah. 6. Menjelaskan peranan laporan keuangan pemerintah. 7. Menjelaskan asumsi-asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah. 8. Menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah. 9. Menjelaskan kendala informasi yan relevan dan andal dalam laporan keuangan pemerintah. 10. Menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan. 11. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan. 12. Menjelaskan esensi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis cash toward accrual dan akrual.
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN, KERANGKA KONSEPTUAL, STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI.
Prinsip-prinsip akuntansi pemerintah adalah keseluruhan konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, teknik yang tersedia baik di Indonesia maupun di dunia Internasional baik secara teoretis maupun praktis untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan pemerintah. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah merupakan konsep dasar dalam penyusunan standar akuntansi pemerintah, yang bersumberkan dari prinsip akuntansi yang berterima umum. Kerangka konseptual ditetapkan bersama standar Akuntansi Pemerintah dan menjadi pedoman penyusunan standar akuntansi. Kaitan antara Kebijakan Akuntansi, Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi, dan PABU
Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles): semua konsep, ketentuan, prosedur, metoda, teknik, yang tersedia secara teoretis atau praktis .
Standar akuntansi (accounting standards)
Ketentuan/praktik yang tidak diatur dalam standar akuntansi termasuk: peraturan pemerintah atau badan lain, kebiasaan, dan konvensi.
Praktik-praktik sehat (sound practices)
Prinsip Akuntansi Berterima Umum Kerangka Konseptual dan Standar Akuntansi Entitas Akuntansi Pemerintah mempertimbangkan PABU dan memilih Kebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansi (accounting policy): konsep, ketentuan, prosedur, metoda, teknik, yang secara praktis digunakan oleh entitas akuntansi untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan suatu entitas akuntansi pemerintah.
Standar akuntansi pemerintah adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, teknik yang tersedia baik di Indonesia maupun di dunia Internasional baik secara teoretis maupun praktis untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan pemerintah, yang telah dipilih oleh Badan yang berwenang untuk menyusun standar dan dikodifikasi menjadi Standar.
Meskipun dinyatakan bahwa kerangka konseptual merupakan basis untuk penyusunan standar akuntansi, namun dimungkinkan standar akuntansi menyimpang dari kerangka konseptual. Kerangka konseptual akuntansi pemerintah Indonesia menyatakan apabila ada pertentangan antara kerangka konseptual akuntansi maka yang dipakai adalah standar akuntansi. Sebagai ilustrasi, dalam Kerangka konseptual dinyatakan bahwa aset diakui berdasarkan nilai historis, namun pengakuan persediaan dalam neraca pemerintah menggunakan nilai pembelian terakhir. Ketidak sesuaian ini menunjukkan bahwa yang didahulukan dalam praktik akuntansi pemerintah adalah standar akuntansi diatas kerangka konseptual. Kebijakan akuntansi adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, teknik yang dipilih dari PABU, Kerangka Konseptual, Standar, atau praktik sehat yang digunakan dan dipilih oleh suatu entitas, kemudian ditetapkan sebagai kerangka penyusunan laporan keuangan untuk periode tertentu. Prinsip Akuntansi yang berterima Umum
Kerangka Konseptual
Kebijakan Akuntansi
Standar Akuntansi
Praktik-praktik sehat (sound practices)
Pemerintah sebagai lembaga yang khas memiliki sejarah tersendiri dalam pengembangan prinsip-prinsip pemerintahannya. Di Amerika, pengembangan prinsip-prinsip akuntansi pemerintahan sejajar dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam bidang akuntansi swasta. Namun walaupun di Amerika perkembangan akuntansi berkembang pesat, di Indonesia pengembangan akuntansi terlihat stagnan. Hal ini disebabkan adanya UU yang menghambat perkembangan akuntansi yaitu menurut ICW 1927 yang mewajibkan Negara menerapkan stelsel kas dalam pengelolaan keuangan Negara. Akuntansi pemerintah di Indonesia baru berkembang setelah ditetapkannya UU Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 tentang kewajiban menggunakan basis akrual dalam pelaporan keuangan Negara.
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Kerangka konseptual merupakan acuan dan rujukan penting bagi penyusun standar yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan para pengguna laporan keuangan dalam mencari solusi atas permasalahan akuntansi yang mungkin belum dinyatakan dalam SAP.
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Berikut ini merupakan beberapa aspek penting dari lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. 1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan Pihak eksekutif menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada pihak legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, pihak eksekutif melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi dan ketentuan perundang-undangan yang berhubungan dengan apropriasi tersebut. Pihak eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.
b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah Tiga lingkup pemerintahan di Indonesia yaitu pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang menghasilkan pendapatan (baik pajak maupun bukan pajak) yang lebih besar akan digunakan sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antar entitas pemerintahan.
c. Adanya pengaruh proses politik Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dan keseimbangan fiskal adalah berlangsungnya proses politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.
d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah Seringkali efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan pungutan yang digunakan untuk pelayanan tersebut sulit diukur sehubungan dengan monopoli pelayanan oleh pemerintah. Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan pemerintah adalah relatif sulit.
2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat pengendalian
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena: • Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik. • Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan. • Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum. • Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah. • Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
b. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan Fungsi aset bagi pemerintah berbeda dengan fungsi bagi organisasi komersial. Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi pemerintah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya di masa mendatang.
c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan kelompok dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing merupakan entitas akuntansi yang mampu menunjukkan keseimbangan antara belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima. Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana selain kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.
ENTITAS PELAPORAN DAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari: • Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.
Kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah antara lain: • Masyarakat • Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa • Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
• Pemerintah
TUJUAN DAN PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan yang dituangkan dalam empat laporan keuangan pokok yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pelaporan keuangan oleh entitas pelaporan memiliki beberapa peran diantaranya untuk kepentingan:
• Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Manajemen Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah. • Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat (stakeholders).
• Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity) Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah generasi yang akan datang akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
ASUMSI DASAR PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari: • Asumsi kemandirian entitas Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. • Asumsi kesinambungan entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
• Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement) Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
• Relevan Relevan artinya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan maksud/kepentingan para penggunanya serta berguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan apabila: (1) memiliki manfaat umpan balik (feedback value), (2) memiliki manfaat prediktif (predictive value), (3) tepat waktu, dan (4) disajikan selengkap mungkin. • Andal Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang terdapat di dalamnya tidak menyesatkan dan bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi (diuji). Informasi yang andal memenuhi karakteristik: (1) penyajian jujur, (2) dapat diverifikasi (verifiability), dan (3) netralitas.
• Dapat dibandingkan Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. • Dapat dipahami Sedapat mungkin penyajian informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh para pengguna. Informasi tersebut dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL
Untuk mencapai kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal seringkali menemui beberapa kendala akibat adanya keterbatasan (limitation) ataupun karena alasan kepraktisan. Berikut ini merupakan hal-hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:
• Materialitas Laporan keuangan pemerintah harus memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Suatu informasi dikatakan material apabila kelalaian atau kesalahan dalam penyajian informasi tersebut akan berpengaruh pada keputusan ekonomi yang diambil para penggunanya.
• Pertimbangan biaya dan manfaat Biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan/penyajian informasi dalam laporan keuangan harus lebih kecil dari manfaat yang bisa diperoleh atas informasi tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. • Keseimbangan antar karakteristik kualitatif Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dari laporan keuangan pemerintah.
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN Para pembuat standar akuntansi, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan, serta para pengguna laporan keuangan hendaknya dapat memahami dan mentaati ketentuan atau prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah: • Basis akuntansi Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas (cash basis) untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual (accrual basis) untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas diterima dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah). Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwaperistiwa lain diakui pada saat terjadinya transaksi/peristiwa tersebut, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Kinerja Keuangan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual (fully accrual basis), baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008.
• Prinsip nilai historis (historical cost) Dalam laporan keuangan, pencatatan aset dan kewajiban berdasarkan nilai historisnya. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban tersebut di masa yang akan datang.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar.
• Prinsip realisasi (realization) Dalam akuntansi komersial digunakan prinsip yang disebut penandingan antara biaya dengan pendapatan (matching-cost against revenue principle) pada suatu periode akuntansi. Berbeda dengan akuntansi komersial, akuntansi pemerintahan menggunakan prinsip realisasi. Artinya, pendapatan yang tersedia dan telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah pada suatu tahun fiskal akan digunakan (direalisasikan) untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. • Prinsip substansi mengungguli bentuk formal (substance over form) Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• Prinsip periodisitas (periodicity) Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan. • Prinsip konsistensi (consistency) Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• Prinsip pengungkapan lengkap (full disclosure) Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
• Prinsip penyajian wajar (fair presentation) Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur dalam laporan keuangan (aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan). Kriteria yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu: • Kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi. • Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal. • Perlu mempertimbangkan aspek materialitas.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Suatu standar akuntansi diturunkan dari kerangka konseptual. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah komite independen yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP ini dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang menyajikan secara terperinci elemen-elemen standar akuntansi dalam pemerintahan.
Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut: 1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran. 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas. 4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan. 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan. 6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi. 7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap. 8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan. 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban. 10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa. 11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
Dalam rangka memudahkan pemahaman dan penerapannya, diterbitkan pula Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Sedangkan Buletin Teknis adalah informasi yang memberikan arahan dan pedoman dalam mengatasi masalah-masalah akuntansi dan pelaporan keuangan yang timbul. Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan). SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.
Update dengan pp 71 tahun 2010
Sistem Akuntansi dan Pengukuran Kinerja
Sistem akuntansi berbeda dengan prinsip dan standar. Sistem akuntansi adalah metode, prosedur, teknik, atau cara untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, melaporkan dan memberi masukan analisis informasi keuangan yang disediakan bagi suatu entitas. Pertimbangan utama dalam sebuah sistem
akuntansi adalah adanya pengendalian intern. Sistem akuntansi harus memperhatikan lingkungan pengendalian, analisis risiko, aktivitas pengendalian, komunikasi dan informasi, dan pemantauan (COSO, 2009).
Monitoring dalam Sistem Akuntansi Menurut Coso (2009) Gambar 1
Namun sistem akuntansi tidak bisa dilepaskan dari Standar Akuntansi. Sistem akuntansi pemerintahan pasti harus diatur dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah dengan memperhatikan standar akuntansi. Sistem terdiri dari komponen input, proses dan output. Komponen lainnya berupa outcome. Untuk menghitung kinerja pemerintah daerah, maka diperlukan konsep efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dengan memperhatikan input, proses, output dan outcome. Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pada tingkat pemerintah daerah diatur dengan peraturan Gubernur/bupati/walikota, dengan mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah.
Didalam literatur sektor publik, maka kinerja keuangan dapat dilihat dari efisiensi, efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi terjadi apabila rasionalitas nilai anggaran dibandingkan dengan nilai hasil kerja. Efektivitas terjadi apabila rasionalitas kerja anggaran dengan pencapaian hasil. Ekonomi terjadi apabila terdapat penghematan nilai anggaran dalam pencapaian hasil. Dalam penilaian akuntabilitas penganggaran daerah, biasanya disertakan Equity yang merupakan ketepatan sasaran pemanfaat. Mardiasmo (2002) dan Pendlebury (1996) dan DFid menggambarkan konsep efisien, efektif dan ekonomi serta equity sebagai berikut
Economy
Input
Efficiency
Process
Output
Outcome
Impact
Terciptanya lapangan kerja
Pengurangan kemiskinan
e s Cost Effectiveness s
Equity Bahan dan Alat untuk Pelatihan Las
Effectiveness
Masyarakat yang terlatih
E q Pelatihan dan praktik las
Sebagai illustrasi, misalkan suatu kegiatan pelatihan las karbit untuk meningkatkan jumlah entrepreneur las di perdesaan. Pelatihan tersebut diidentifikasi Input Proses Output Outcome
Bahan Las Karbit, Peralatan Las Karbit, Pelatih Las Karbit dan Peserta Pelatihan peserta agar mahir dalam las karbit. Jumlah tenaga terlatih las karbit Meningkatnya jumlah entrepreneur di perdesaan.
Analisalah efisiensi, efektivitas, dan ekonomi pelatihan las karbit dengan mempertimbangkan informasi berikut ini: Input Las karbit Input Peralatan Las Karbit Input Pelatih Las Karbit
PERTANYAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Siapakah yang bisa memanfaatkan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan Sebutkan ciri utama struktur pemerintahan di Indonesia Sebutkan ciri keuangan pemerintah Indonesia Jelaskan asumsi dasar pelaporan keuangan pemerintah Jelaskan dan berikan contoh karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah Jelaskan kendala informasi yang relevan dan andal, berikan contoh factor lain untuk mengatasi kendala tersebut. 7. Jelaskan persyaratan pengakuan dan pengukuran standar akuntansi pemerintah Indonesia. Berikan contoh untuk masing-masing komponen 8. Jelaskan persyaratan pengungkapan di dalam standar akuntansi pemerintah Indonesia. 9. Jelaskan mekanisme pencatatan basis cash toward accrual dan outputnya. 10. Jelaskan mekanisme pencatatan basis accrual dalam pemerintahan di Indonesia, dan output yang dihasilkan dari basis akrual.
SOAL-SOAL
1. Diskusikan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk konteks Negara Indonesia. 2. Diskusikan alasan mengapa di Indonesia penyusun standar akuntansi pemerintah hanya KSAP. Hal ini berbeda dengan penyusun standar akuntansi Amerika yang terdiri dari GASB dan FASAB. 3. Basis cash toward accrual di Indonesia hanya berumur 10 tahun dari tahun 2005 sampai 2015. Jelaskan mengapa hal itu terjadi.
TUGAS
15
Dapatkan 1 kebijakan akuntansi untuk suatu entitas pemerintah di Indonesia. Hubungkan butir-butir kebijakan akuntansi untuk entitas tersebut dengan standar akuntansi yang relevan. Berikan referensi berupa nomor standard dan paragraph dalam standar.
Bahan Bacaan DFID, Department of International Development. (2011, July). DFID’s Approach to Value for Money (VfM). Retrieved from http://www.dfid.gov.uk/: http://www.dfid.gov.uk/Documents/publications1/mar/multilateral_aid_review.pdf Mardiasmo. (2001). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
BAB 4 SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA , ANGGARAN DAN AKUNTANSI Secara umum dalam bab ini pembaca diharapkan untuk memahami siklus anggaran dan siklus akuntansi dalam pemerintahan di Indonesia. Pembaca diharapkan mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisa serta mensitesakan model ringkas pelaporan pemerintah baik laporan anggaran maupun akuntansi dalam memahami kompleksitas yang ditemui dalam laporan anggaran dan akuntansi pemerintah Indonesia.
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk: 1. Menjelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara. 2. Menjelaskan pelaksanaan anggaran/perbendaharaan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam siklus pengelolaan keuangan negara. 3. Menjelaskan sistem penerimaan dan sistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran di satuan kerja pada siklus pengelolaan keuangan negara. 4. Menjelaskan sistem dan prosedur akuntansi dalam pelaksanaan anggaran pada siklus pengelolaan negara. 5. Menjelaskan sistem akuntansi bagi pengguna anggaran dan bendahara umum pada pengelolaan keuangan negara. 6. Mengetahui macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintahan yang diberikan oleh pemeriksa. 7. Mengetahui kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini atas laporan keuangan pemerintahan. 8. Menjelaskan tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah. 9. Menjelaskan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah. 10. Menjelaskan tahapan dalam siklus akuntansi. 11. Menjelaskan perbedaan siklus anggaran dengan siklus akuntansi.
2
SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Siklus pengelolaan keuangan negara merupakan rangkaian dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan dalam sistem pengelolaan keuangan Negara. Pengelolaan keuangan Negara adalah pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja Negara. Anggaran dalam sektor pemerintahan adalah segalanya. Tidak ada satu transaksipun yang berbasiskan kepada anggaran. Pada pengelolaan keuangan negara, siklus terdiri dari perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran/perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan, dan pertanggungjawaban.
1. Perencanaan dan Penganggaran Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penyempurnaan penganggaran dilakukan melalui pendekatan berikut ini: • Pengintegrasian antara Rencana Kerja dan Anggaran Rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan dan disusun secara terintegrasi. • Penyatuan Anggaran (unified budget) Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki satu dokumen anggaran. Tidak ada lagi pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan. Dengan pendekatan ini diharapkan tidak terjadi duplikasi anggaran. • Penganggaran Berbasis Kinerja Alokasi anggaran sesuai dengan hasil yang akan dicapai, terutama berfokus pada output atau keluaran dari kegiatan yang dilaksanakan. • Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) Dalam rangka menjaga kesinambungan program/kegiatannya, pemerintah daerah dituntut menyusun anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah. Selain menyajikan anggaran yang dibutuhkan selama tahun berjalan, pemerintah daerah juga dituntut memperhitungkan implikasi biaya yang akan menjadi beban APBD Pemerintah daerah pada tahun anggaran berikutnya sehubungan dengan adanya program/kegiatan tersebut. • Klasifikasi Anggaran Pemerintah menggunakan klasifikasi anggaran yang dikembangkan mengacu pada Government Finance Statistic (GFS). Klasifikasi anggaran tersebut terdiri dari klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis belanja. Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedang pada pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap penganggaran pada pemerintah pusat dipimpin oleh Kementerian Keuangan sedangkan pada pemerintah daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Penyusunan rencana kerja dimulai pada bulan Januari dengan menyiapkan rancangan kebijakan umum, program indikatif, dan pagu indikatif, yang diperlukan oleh Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun Rencana Kerja
3 dan Anggaran-KL/Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja perangkat Daerah (RKA-KL/SKPD). Rancangan RKP/RKPD ini selesai bulan Juni untuk selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum, program prioritas, dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun RKA. RKA ini selanjutnya digunakan untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (RAPBN/D) yang wajib disampaikan ke legislatif untuk dibahas dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD. Proses pengesahan RAPBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, pada RAPBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Mendagri untuk RAPBD provinsi.
2. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada kementrian/lembaga. Pada pemerintah daerah, setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pada pemerintah daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD) yaitu suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem pembayaran. •
•
Sistem Penerimaan Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang melakukan pemungutan (azas bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Sistem Pembayaran Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan sistem LS (pembayaran langsung). Pembayaran dengan sistem LS
4 dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.
3. Akuntansi Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran, tujuannya adalah: • Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka. • Terselenggaranya pengendalian intern untuk menghindari terjadinya penyelewengan. • Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas pelaporan dalam pengelolaan keuangan. Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian entitas akuntansi, yaitu sebagai pengguna anggaran bendahara umum.
• Pengguna Anggaran Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai dengan perannya sebagai pengguna anggaran, bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi yang menjadi kewenangannya, diantaranya adalah pendapatan (pendapatan bukan pajak atau retribusi daerah, umumnya terkait dengan jasa yang dikelola instansi tersebut), belanja (dilakukan dengan menggunakan uang persediaan maupun dengan sistem langsung) dan aset yang dikelola dan digunakan. Dari kegiatan akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna anggaran, pada akhir periode akan menghasilkan tiga laporan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
• Bendahara Umum Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang tidak diserahkan pengelolaannya kepada satuan kerja pengguna anggaran (pendapatan bunga dan hasil investasi), belanja (belanja bunga, hibah dan dana perimbangan), pembiayaan (investasi dalam bentuk penyertaan modal, obligasi dan pemberian pinjaman jangka kepada pihak lain). Dari pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara umum ini, ada 4 jenis laporan yang dihasilkan, yaitu LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK. Hubungan dua bagian sistem tersebut dapat digambarkan dalam gambar berikut ini.
5
Level
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)/Bendahara Umum Daerah (BUD)
Input
Bukti Transaksi, Realisasi Anggaran Bukti Transaksi, Realisasi Anggaran
Proses
Output
Sistem Akuntansi SKPKD/BUD
LRA Neraca LAK CaLK
Sistem Akuntansi SKPD
LRA Neraca CaLK
Konsolidasi Dikonsolida si di SKPKD/BUD , diaudit BPK RI
Pengguna
Kepala Daerah menyampaik an kepada DPRD dan masyarakat
Gambar 4.1 Sistem Akuntansi SKPD dan BUD
4. Pemeriksaan Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun lembaga perwakilan tersebut tidak mempunyai informasi secara penuh mengenai laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah dari eksekutif. Oleh karena itu diperlukan pihak yang kompeten dan independen untuk menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan pernyataan pendapat (opini) tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Ada empat macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu: a. Wajar tanpa pengecualian. b. Wajar dengan pengecualian. c. Tidak wajar. d. Menolak memberikan opini. Sedangkan kriteria yang digunakan dalam menentukan opini antara lain: a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. b. Kecukupan pengungkapan. c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. d. Efektivitas sistem pengendalian intern.
Hasil setiap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP dimaksud disampaikan kepada DPR/DPRD/DPD sesuai dengan kewenangannya (kecuali yang memuat rahasia negara) dan kepada pemerintah. LHP atas laporan keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada legislatif 2 (dua) bulan setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah. Dalam rangka transparansi dan partisipasi publik, LHP yang telah disampaikan kepada legislatif dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Pertanggungjawaban
6 Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan yang telah diaudit ini disampaikan kepada lembaga legislatif selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selain laporan keuangan tersebut, juga dilampirkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah dan satuan kerja lainnya yang pengelolaanya diatur secara khusus seperti misalnya Badan Layanan Umum (BLU).
SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu entitas dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Pada umumnya siklus anggaran terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut: 1. Penyusunan/Persiapan Anggaran 2. Ratifikasi Anggaran 3. Pelaksanaan Anggaran 4. Pelaporan dan Evaluasi
Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan tujuannya. Menurut buku panduan tentang ”Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di Indonesia”, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (The Asia Foundation) dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) proses/siklus anggaran dapat dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu: 1. Penyusunan Anggaran Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat melalui forum pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah (dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan APBD diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama. Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program namun pada akhirnya proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2. Penetapan Anggaran Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada
7 kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasardasar kebijakan eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.
3. Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai. Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun anggaran baru pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah yang bersangkutan.
4. Tahapan Auditing (Pemeriksaan) Tahapan auditing mencakup antara lain penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dan BPKP, serta pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
1.
PENYUSUNAN ANGGARAN
2.
Dilakukan oleh eksekutif (Dinas/Instansi) dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang dirumuskan melalui proses Musrenbang.
4.
AUDITING ANGGARAN
Auditing dilakukan oleh beberapa pihak antara lain adalah Bawasda, BPKP, dan BPK.
PENETAPAN ANGGARAN Anggaran ditetapkan oleh DPRD. Prosesnya dilakukan melalui serangkaian pembahasan dengan pihak eksekutif.
3.
PELAKSANAAN ANGGARAN
Eksekutif merupakan pengguna anggaran yang telah ditetapkan. Kepala Daerah bertanggung jawab terhadap penggunaan anggaran.
Gambar 4.2 Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
8
Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang berbeda. Tahap 1 dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran) memerlukan waktu 12 bulan, Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12 bulan, dan Tahap 4 (Auditing Anggaran) memerlukan waktu 6 bulan. Dengan demikian proses anggaran di Indonesia memerlukan waktu 30 bulan (dua setengah tahun). Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005 dan PP Nomor 58 Tahun 2005, diberikan alokasi penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2 (Penyusunan dan Penetapan Anggaran) yang mempunyai siklus waktu 12 bulan, meskipun pada kenyataannya setiap pemerintahan kabupaten/kota mempunyai variasi tersendiri dalam pengatuaran waktunya. Berikut ini disajikan contoh jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah: Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah
Waktu
Kegiatan
Januari
• •
Februari
• •
Maret April Mei
• – •
Juni – • Agustus • • •
September • Oktober
• • •
Tahun Anggaran dimulai. BAPPEDA merumuskan 1 dokumen yang disebut Kerangka Ekonomi Daerah, yaitu proyeksi dari penerimaan dan pengeluaran yang didasarkan pada anggaran tahun sebelumnya. Kerangka ini memuat daftar aktivitas daerah yang mengacu pada RPJMD (Rencana Pengeluaran Jangka Menengah Daerah) dan Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Semua kegiatan yang terkait dengan pelayanan publik akan didiskusikan dalam suatu pertemuan yang disebut forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musrenbang pertama untuk tingkat desa sebaiknya dapat dimulai pada bulan Januari. Musrenbang tingkat kecamatan diselenggarakan bulan Februari. Dilanjutkan forum musyawarah tingkat SKPD. Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota.
Semua aktivitas/program kerja yang berasal dari masing-masing SKPD dikoordinasikan dan dicantumkan dalam bentuk dokumen yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) , yaitu kebijakan umum tentang APBD yang disusun berdasarkan pada RKPD. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) bagi setiap satuan kerja. Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD). Setiap Unit Kerja mempersiapkan estimasi anggaran yang terkait dengan RKSKPD dan menyampaikan kepada pemerintah daerah. Kompilasi anggaran yang diajukan oleh setiap SKPD.
Finalisasi Anggaran yang dipersiapkan oleh Panitia Anggaran Eksekutif dikoordinasdikan oleh Sekretaris Daerah. Penyiapan rancangan Perda APBD untuk disetujui DPRD. Pembahasan oleh Unsur Legislatif dan Eksekutif.
9 November Desember
• •
Pembahasan dan pengesahan anggaran oleh DPRD. Penyusunan Dokumen Bupati/Walikota.
Pelaksanaan
Anggaran
yang
ditetapkan
oleh
Secara singkat, siklus dan mekanisme APBD dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring, dan evaluasi dan audit. Semua tahap atau proses tersebut dapat dibagi menjadi input proses dan output. Siklus ini dapat dilihat di bawah ini:
SIKLUS AKUNTANSI Dari sudut pemakai, akuntansi merupakan suatu fungsi yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sementara dari sudut proses kegiatannya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, penganalisaan, dan penafsiran data keuangan suatu unit ekonomi tertentu dengan cara tertentu. Dengan demikian, akuntansi harus mencakup: identifikasi data yang relevan, proses atau analisis data, dan pengubahan dari data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang tertuang dalam laporan keuangan.
10 Prosedur pencatatan transaksi sampai menjadi laporan keuangan disebut proses akuntansi atau siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dari analisa transaksi keuangan dan diakhiri dengan analisa laporan keuangan. Hasil akhir yang paling penting dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi: 1. Menganalisis transaksi keuangan unit usaha (entitas) 10. Menganalisis laporan keuangan
9. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan
Siklus sebelumnya
3. Memposting ke rekening buku besar
8. Menjurnal dan memposting penutupan
7. Menyiapkan laporan keuangan
Siklus Selanjutnya
2. Menjurnal transaksi
4. Menyiapkan neraca saldo
6. Menyiapkan neraca saldo setelah penyesuaian
5. Menjurnal dan memposting penyesuaian
Gambar 4.3 Siklus Akuntansi Siklus akuntansi dimulai dengan adanya suatu transaksi yang harus didukung dengan bukti. Setiap transaksi yang terjadi harus dibuktikan dengan dokumendokumen sumber. Atas dasar dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisa dan dicatat secara kronologis (berdasarkan urutan waktu) dalam jurnal. Setiap transaksi yang telah dianalisa, diklasifikasikan dan dicatat dalam jurnal kemudian dipindahkan ke perkiraan/rekening/akun dalam buku besar dan buku besar pembantu. Proses pemindahan ini disebut pembukuan (posting).
Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo-saldo dari setiap akun buku besar. Penyesuaian diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Setelah menjurnal dan memposting penyesuaian yang diperlukan, dibuatlah neraca saldo
11 setelah penyesuaian. Dengan dasar penyesuaian tersebut maka dapat disusun laporan keuangan. Dalam akuntansi pemerintahan, laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Kinerja Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan. Selain keempat laporan keuangan pokok tersebut, dapat juga menyelenggarakan laporan keuangan tambahan seperti Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana.
Pada akhir periode akuntansi, akun-akun nominal harus ditutup dengan membuat ayat-ayat penutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting ke buku besar. Setelah semua ayat penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dan akun nominal sudah ditutup, maka dihitung saldo dari setiap akun buku besar untuk menyusun neraca saldo setelah penutupan. Setelah tahap penutupan dan dibuat daftar saldo setelah penutupan serta pembalikan, maka Neraca Awal dapat disusun.
PERBEDAAN AKUNTANSI
ANTARA
SIKLUS
ANGGARAN
DAN
SIKLUS
Terdapat perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Penekanan siklus anggaran adalah ketaatan terhadap aturan dan pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu penekanan siklus akuntansi adalah pencatatan realisasi transaksi tanpa terlewat satu transaksi pun.
Anggaran ditetapkan di masa lalu, maka dapat dipastikan dalam siklus akuntansi akan terdapat transaksi yang tidak dapat dianggarkan sebelumnya. Hal ini adalah suatu hal yang wajar, dikarenakan anggaran merupakan prediksi di masa yang akan datang. Jarang terjadi prediksi yang pasti tepat seratus persen, oleh karena itu pasti akan terdapat perbedaan antara pencatatan anggaran dan akuntansi. Pencatatan transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya disebut dengan transaksi non-anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan akan terjadi dalam siklus akuntansi. Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus akuntansi adalah terletak pada tahap pelaksanaan anggaran. Ringkasan perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Perbedaan Antara Siklus Anggaran dengan Siklus Akuntansi
Perbedaan
Siklus Anggaran
Siklus Akuntansi
12 Fungsi
Tujuan pencatatan Sistem Pembukuan
Output Laporan Informasi yang dihasilkan
Rentang waktu
Transaksi yang dicatat
Alat perencanaan, pengendalian, kebijakan fiskal, politik, koordinasi dan komunikasi, penilaian, kinerja, pemotivasi, menciptakan ruang publik.
Mencatat, mengklasifikasi, menggolongkan, menganalisis, mengikhtisarkan, melaporkan, dan menginterpretasi transaksi.
Tata buku tunggal (single entry).
Tata buku berpasangan (double entry).
Informasi terbatas (penerimaan dan pengeluaran kas).
Informasi yang lebih luas.
Kepatuhan. Membandingkan antara anggaran dan realisasi.
Laporan Perbandingan antara Anggaran dan Realisasi Anggaran.
Lebih dari satu periode fiskal.
Hanya transaksi yang dianggarkan.
Pencatatan transaksi.
Neraca, Laporan Kinerja Keuangan, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas. Satu periode fiskal (satu tahun).
Mencatat semua transaksi, baik yang dianggarkan maupun tidak dianggarkan.
PERTANYAAN 1. Jelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara. 2. Sebutkan macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintahan yang diberikan oleh pemeriksa, dan kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini atas laporan keuangan pemerintahan. 3. Berikan ilustrasi tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah dan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah. 4. Jelaskan tahapan dalam siklus akuntansi pemerintah, apakah tepat gambaran siklus akuntansi yang statis. 5. Jelaskan perbedaan siklus anggaran dengan siklus akuntansi. 6. Jelaskan format anggaran Indonesia sebelum reformasi yang menggunakan anggaran berimbang dan dinamis. Berikan ilustrasi berupa model sederhana dalam bentuk T account. 7. Jelaskan format anggaran Indonesia setelah reformasi yang menggunakan anggaran deficit. Berikan ilustrasi dalam bentuk I Account, dengan menampilkan surplus/deficit dan surplus/deficit neto. 8. Bandingkan dan analisislah perbedaan antara anggaran berimbang dan dinamis dengan anggaran deficit. 9. Jelaskan laporan akuntansi yang berbasiskan pada PP 24 Tahun 2005 yang menganut basis akuntansi cash toward accruals. 10. Jelaskan laporan akutnansi yang berbasiskan pada PP 71 Tahun 2010 yang menganut basis akuntansi accruals.
13
SOAL-SOAL 1. Diskusikan siklus pengelolaan keuangan negara sebelum diundangkannya UU No. 17 Tahun 2003. 2. Diskusikan irisan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Benarkah siklus tersebut statis? 3. Diskusikan pernyataan berikut ”anggaran adalah segalanya dalam anggaran” dan ”jurnal adalah segalanya dalam akuntansi.”
TUGAS
Dapatkan time table penyusunan anggaran pemerintah pusat tahun 2013. Analisislah time table tersebut dengan sudut pandang siklus anggaran dan siklus akuntansi.
Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana. 2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan. 3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana. 4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus penghitungannya. 5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus penghitungannya. 6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus penghitungannya. 7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan. 8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan. 9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis transaksi sederhana di pemerintahan. 10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi. 11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi pemerintahan. 12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi dan neraca.
2
DANA UMUM DAN EKUITAS DANA Untuk memahami akuntansi pemerintahan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka kita perlu mengetahui mengenai mekanisme akuntansi dana umum yang dianut oleh SAP. Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia menganut konsep dana umum, sebagaimana dinyatakan secara implisit dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 15, sebagai berikut: “Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masingmasing kelompok dana selain kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.”
Pernyataan ini dapat diinterpretasikan bahwa akuntansi pemerintahan di Indonesia menganut konsep dana umum. Hanya saja, dalam standar selanjutnya tidak ditemukan penjelasan lebih lanjut mengenai dana umum ini. Dana umum ini dalam praktiknya terdapat pada sisi ekuitas di neraca pemerintah.
Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu (spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
Pengertian dana menurut General Accounting Standard Board (GASB) Codification (Wilson and Katellus, 2004:34):
“A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing set of accounts recording cash and other financial resources, together with all related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or limitations.”
Konsep dana sangat fundamental bagi akuntansi pemerintah. Sebagaimana dinyatakan di dalam definisi tersebut, suatu dana adalah merupakan entitas fiskal yang terpisah yang memiliki sumber daya sendiri dan melaporkan kewajibannya sendiri dan hasil operasi untuk periode fiskal. Lebih jauh, suatu dana secara konseptual memiliki catatan akuntansi tersendiri (misalnya jurnal, buku besar) dan dapat menyiapkan laporan keuangan sendiri secara terpisah. Dengan demikian suatu dana merupakan entitas akuntansi tersendiri. Konsep ini memandang bahwa kegiatan, program, proyek atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan disebut
3 dengan dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui kegiatan tersebut sebagai dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Dengan demikian diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban kesatuan dana tersebut.
Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan: ”Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam format neraca berdasarkan SAP, dilakukan dengan pendekatan self balancing.”
Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan: 1. kelompok dana umum 2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban
Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.
PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam pemerintahan menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban pemerintah terhadap keuangan rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa aset pemerintah harus ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah sendiri (ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan. Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi disebut dengan persamaan akuntansi.
Persamaan akuntansi adalah hubungan fungsional antar akun (tempat mencatat transaksi) dalam suatu sistem akuntansi, akibat dimintanya pertanggungjawaban atas dasar konsep entitas pelaporan dan kemandirian entitas yang menghendaki agar kekayaan yang dikelola oleh pemerintah dapat ditunjukkan sumber atau
4 asalnya. Secara sederhana, persamaan akuntansi pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut: Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Dengan menggunakan notasi, maka persamaan tersebut dapat ditulis: A = K + ED
Di dalam sistem akuntansi pemerintahan yang berlaku di Indonesia berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Ekuitas Dana pemerintah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Ekuitas Dana Lancar 2. Ekuitas Dana Investasi 3. Ekuitas Dana Cadangan Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang dimaksudkan. Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain Ekuitas Dana Lancar sama dengan aset lancar dikurangi kewajiban jangka pendek. Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Lancar
Akun Sub Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA (Selisih Lebih/Kurang Perhitungan Anggaran) Pendapatan yang Ditangguhkan Cadangan Piutang Cadangan Persediaan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Akun Lawan Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Investasi Jangka Pendek Kas di Bendahara Penerimaan Piutang Persediaan Hutang Jangka Pendek
2. Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam kekayaan berjangka panjang. Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca dapat diperoleh dengan menjumlahkan: • Investasi Jangka Panjang • Aset Tetap • Aset Lainnya
5 Dikurangi: • Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Investasi
Akun Sub Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Tetap Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Akun Lawan Investasi Jangka Panjang Aset Tetap Aset Lainnya Hutang Jangka Panjang
3. Ekuitas Dana Cadangan Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam Dana Cadangan. Dengan demikian jumlah yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah Dana Cadangan. Dana cadangan ini tersimpan di dalam rekening di bank yang diatur dengan peraturan daerah. Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Cadangan
Akun Sub Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Akun Lawan Dana Cadangan
Adanya 3 jenis Ekuitas Dana di dalam akuntansi pemerintahan Indonesia, akan mengubah struktur persamaan akuntansi, menjadi sebagai berikut: A = K + EDL + EDI + EDC
Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana Cadangan. Untuk mengecek ketepatan dalam penjumlahan angka-angka di dalam setiap kelompok ekuitas dana, dapat menggunakan rumus berikut ini: EDL = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek
EDI = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya – Kewajiban Jangka Panjang EDC = Dana Cadangan
6 Pemerintah melaksanakan operasional kegiatan pelayanannya kepada masyarakat dengan berdasarkan pada anggaran. Jika dilihat dari segi transaksi, terdapat 3 tahap anggaran yaitu pada saat disahkan, diotorisasi, dan direalisasi. Anggaran pemerintah akan berpengaruh terhadap persamaan akuntansi pemerintah pada saat direalisasi atau saat terjadinya transaksi (dasar akrual) dan pada saat peneriman atau pengeluaran kas (dasar kas).
Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan akuntansi sebagai berikut. Posisi keuangan awal: A = K + EDL + EDI + EDC Posisi keuangan akhir:
A’ = K’ + EDL’ + EDI’ + EDC’
Tanda ’ dalam persamaan di atas menunjukkan bahwa komposisi dan jumlah rupiah aset, kewajiban, dan ekuitas dana berubah setelah adanya transaksi tetapi jumlah rupiah aset total akan selalu sama dengan jumlah rupiah kewajiban dan ekuitas dana. Apabila elemen penyebab perubahan ekuitas dipisahkan maka selama periode fiskal terjadinya transaksi, ekuitas awal tidak akan berubah dan sebagai gantinya timbul elemen-elemen Pendapatan (P), Belanja Operasi (BO), Belanja Modal (BM), Pendapatan Pembiayaan (PF), dan Belanja Pembiayaan (BF) dalam persamaan di atas. Pada akhir periode, persamaan akuntansi pemerintah akan menjadi sebagai berikut: A = K + (EDL + P – BO) + (EDI + BM) + EDC + PB - BB
ILUSTRASI TRANSAKSI Untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam pemerintahan daerah yang disederhanakan, maka untuk memudahkan akan diilustrasikan sebagai berikut: Contoh 1 Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah): Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Persediaan 2.000 Aset Tetap 3.000 Dana Cadangan 1.000 Hutang Jangka Pendek 1.500 Hutang Jangka Panjang 2.500
7 Buatlah persamaan akuntansi pemerintah atas inventarisasi yang dilakukan oleh Kabupaten Makmur! Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut: Kas di Kas Daerah
Persediaan
5.000
Aset Tetap
DEBET (Rp) 2.000 3.000
Dana Cadangan
Hutang Jangka Pendek
1.000
Hutang Jangka Panjang
1.500
2.500
Ekuitas Dana Lancar
(dalam jutaan rupiah)
KREDIT (Rp) 5.500
Ekuitas Dana Investasi
500
Ekuitas Dana Cad.
1.000
Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut: Kabupaten Makmur Neraca Awal Per 31 Desember 2005
Aset Aset Lancar Kas di Kas Daerah Persediaan Total Aset Lancar Aset Tetap dan Lainnya Aset Tetap Dana Cadangan Total Aset Tetap dan Lainnya Jumlah Aset
Rp
5.000 2.000 7.000 3.000 1.000 4.000
Rp 11.000
(dalam jutaan rupiah) Kewajiban Hutang Jangka Pendek Rp 1.500 Hutang Jangka Panjang 2.500 Total Kewajiban 4.000 Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar 5.500 Ekuitas Dana Investasi 500 Ekuitas Dana Cadangan 1.000 Total Ekuitas Dana 7.000 Jumlah Kewajiban dan Rp 11.000 Ekuitas
Untuk mengecek ketepatan angka-angka dalam ekuitas dana, maka digunakan persamaan sebagai berikut (dalam jutaan rupiah): Ekuitas Dana Lancar (EDL) = Aset Lancar – Kewajiban Jangka Pendek = Rp 7.000 – Rp 1.500 = Rp 5.500 Ekuitas Dana Investasi (EDI) = Aset Tetap – Kewajiban Jangka Panjang = Rp 3.000 – Rp 2.500 = Rp 500 Ekuitas Dana Cadangan (EDC) = Dana Cadangan = Rp 1.000
Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas dana.
8 Kabupaten Makmur Neraca Awal Per 31 Desember 2005 Aset Aset Lancar Kas di Kas Daerah Persediaan Total Aset Lancar Aset Tetap dan Lainnya Aset Tetap Dana Cadangan
Rp
3.000 1.000
Total Aset Tetap dan Lainnya
Total Aset
5.000 2.000 7.000
4.000
Rp 11.000
(dalam jutaan rupiah)
Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Total Kewajiban Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Total Ekuitas Dana Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Rp
1.500 2.500 4.000 5.000 2.000
(1.500) 3.000
(2.500) 1.000 7.000
Rp 11.000
Ket: YHD= Yang Harus Disediakan
Contoh 2 Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan sebagai berikut: Pos APBD
Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal /Aset Tetap Surplus/(Defisit) Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan) SiLPA /(SiKPA)
APBD Rp 19.000 16.000 10.000 (7.000) 8.000 (7.000) 1.000 (6.000)
(dalam jutaan rupiah) Realisasi APBD Rp 20.000 15.000 10.000 (5.000) 7.000 (5.000) 2.000 (3.000)
Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten Makmur dalam tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dalam jutaan rupiah): A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000 B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 20.000 C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000 D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000
9 E. Korolari: pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000 F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000 G. Korolari: pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000 H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan pemerintah daerah untuk pembuatan bandara di Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 5.000 I. Korolari: pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000
Bagaimanakah pengaruh dari realisasi APBD Kabupaten Makmur terhadap persamaan akuntansi pemerintah Kabupaten Makmur?
Penjelasan Transaksi A Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.
Penjelasan Transaksi B Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 20.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 20.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 20.000. Transaksi realisasi pendapatan pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset lainnya.
Penjelasan Transaksi C Transaksi B adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut: Transaksi
A B C
D E F G H I
Kas di Kas Daerah
5.000 20.000 25.000 (15.000) 10.000 (10.000) 0
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Hutang Jangka Pendek
DEBET (Rp) 2.000 3.000
1.000
1.500
2.000
1.000
1.500
2.000
3.000
2.000
3.000
0
2.000
7.000
3.000 10.000
1.000 1.000
Hutang Jangka Panjang
1.500
KREDIT (Rp) 5.500 20.000 2.500 25.500 (15.000) 2.500 10.500 (10.000) 2.500 500
1.500
2.500
13.000
1.000
1.500
2.500
2.000
13.000
1.000
1.500
2.500
7.000
2.000
13.000
1.000
1.500
9.500
2.000
2.000
13.000
1.000
1.500
9.500
2.000
2.000
13.000
6.000
1.500
9.500
7.000
(5.000)
5.000
Ekuitas Dana Lancar
7.000
500
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Cadangan
500
1.000
500
1.000
500 500
10.000
1.000 1.000
10.500
1.000
10.500
1.000
3.500
1.000
2.500
3.500
1.000
2.500
3.500
6.000
7.000 7.500 7.500
(5.000)
(7.000)
5.000
(dalam jutaan rupiah) Keterangan Transaksi
Neraca Awal Pendapatan
Belanja Operasi Belanja Modal
Belanja Modal: Pengakuan Aset Tetap Penerimaan Pembiayaan dari Hutang Jangka Panjang
Pengakuan Hutang Jangka Panjang Pengeluaran Pembiayaan
Pencatatan Penambahan Dana Cadangan
Penjelasan Transaksi D Transaksi D adalah realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 10.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 10.000. Transaksi realisasi belanja operasi pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi juga akan mengubah komposisi aset lainnya, yaitu bertambahnya aset tetap sebagai akibat belanja modal. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja modal pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) Rp 10.000.
Penjelasan Transaksi E Transaksi pengakuan aset tetap dan pengakuan hutang jangka panjang merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor swasta. Transaksi belanja modal sebesar Rp 10.000 akan mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya belanja modal sebesar Rp 10.000. Bertambahnya belanja secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya aset terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai aset. Pengakuan atas aset sebagai penambahan aset tetap sebesar Rp 10.000, dan diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana investasi untuk pos Ekuitas Dana InvestasiDiinvestasikan Dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Oleh karena itu, untuk mencatat transaksi ini dilakukan 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja modal sebesar Rp 10.000, dan 2) mengakui penambahan aset tetap Rp 10.000 dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Langkah yang kedua di dalam akuntansi pemerintahan dikenal dengan jurnal korolari.
Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi tidak langsung mengurangi kas dan menambah aset tetap sebesar Rp 10.000?” Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja modal, 2) tidak tercatatnya penambahan didalam Ekuitas dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model sektor swasta, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat pengeluaran kas dan penambahan belanja modal atau realisasi belanja modal, dan tahap kedua mengakui penambahan aset tetap dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
12 Penjelasan Transaksi F Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu dibayar di masa yang akan datang.
Penjelasan Transaksi G Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000. Muncul pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi tersebut tidak langsung menambah kas dan hutang jangka panjang masing-masing sebesar Rp 7.000, seperti halnya di persamaan akuntansi sektor swasta?” Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya penerimaan pembiayaan, 2) tidak tercatatnya penambahan didalam Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model sektor swasta tersebut, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat penerimaan kas dan penambahan penerimaan pembiayaan atau realisasi penerimaan pembiyaan dari hutang jangka panjang, dan tahap kedua adalah mengakui penambahan kewajiban jangka panjang dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang.
13 Penjelasan Transaksi H Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun 2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000.
Penjelasan Transaksi I Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000. Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp 5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000. Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.
Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi tidak langsung mengurangi kas dan menambah dana cadangan sebesar Rp 5.000?” Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja pembiayaan, 2) tidak tercatatnya penambahan didalam ekuitas dana cadangan. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model sektor swasta, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat pengeluaran kas dan penambahan belanja pembiayaan atau realisasi belanja pembiayaan, dan tahap kedua mengakui penambahan dana cadangan dan penambahan ekuitas dana cadangan.
14
CONTOH PENYESUAIAN DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI Setiap akhir tahun, di dalam akuntansi pemerintahan perlu diperhatikan pos-pos yang memerlukan penyesuaian. Penyesuaian diperlukan karena tidak setiap akun dalam neraca menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Sebagai misal, adalah akun Persediaan di dalam neraca Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 adalah sama dengan jumlah persediaan pada awal tahun 2006 (neraca awal). Untuk memastikan bahwa akun tersebut angkanya telah tepat, maka diperlukan pengecekan nilai jumlah persediaan (stock opname). Kasus lainnya misalnya, pemerintah Kabupaten Makmur menyusutkan asetnya untuk mendapatkan nilai wajar dalam aset tetap di neraca.
Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.
Contoh 3 Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp 3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp 500 juta per tahun. Bagaimana pengaruh adanya penyesuaian ini terhadap persamaan akuntansi dan neraca?
Pengaruh terhadap persamaan akuntansi Kabupaten Makmur sampai dengan penyesuaian dapat digambarkan dalam tabel berikut (dalam jutaan rupiah):
Transaksi
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
DEBET (Rp) A B C
D E F G
H I J K Ket:
2.000
3.000
1.000
1.500
2.500
2.000
3.000
1.000
1.500
2.500
0
2.000
7.000
2.000
3.000 3.000
10.000
1.000 1.000
1.500 1.500
2.500
5.500 20.000 25.500 (15.000) 10.500 (10.000) 500 500
2.500
13.000
1.000
1.500
2.500
2.000
13.000
1.000
1.500
2.500
7.000 (5.000) 2.000
2.000
13.000
1.000
1.500
9.500
2.000
2.000
13.000
2.000
3.000 3.000
7.000
2.000
2.000
1.000
* Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian ** Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Cadangan
Keterangan Transaksi
KREDIT (Rp)
5.000 20.000 25.000 (15.000) 10.000 (10.000) 0
2.000
Ekuitas Dana Lancar
13.000
1.000 5.000
1.500
7.000
7.000 7.500
9.500
7.500 (5.000) 2.500
500
1.000
500
1.000
500 500
10.000
1.000 1.000
10.500
1.000
10.500
1.000
3.500
1.000
(7.000) 3.500
1.000 5.000
6.000
1.500
9.500
2.500
3.500
13.000
6.000
1.500
9.500
3.500
3.500
6.000
12.500
6.000
1.500
9.500
3.500
3.000
6.000
(500)
1.000
(500)
6.000
Neraca Awal Pendapatan
Belanja Operasi Belanja Modal
Belanja Modal: Pengakuan Aset Tetap Penerimaan Pembiayaan dari Hutang Jk. Panjang
Pengakuan Hutang Jangka Panjang Pengeluaran Pembiayaan Pencatatan Penambahan Dana Cadangan * Penyesuaian nilai persediaan menjadi Rp3.000 Penystn. Aset Tetap (Terbentuk Pos Akumulasi Penystn.) **
16 Penjelasan Transaksi J Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan (ekuitas dana lancar).
Penjelasan Transaksi K Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual). Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada transaksi yang harus dibuat pada saat mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan hanya penurunan nilai aset.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Jumlah penyusutan pada tahun 2006 di pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 500. Penyusutan ini akan mengurangi aset tetap sebesar Rp 500 (dengan terbentuknya akun/pos baru berupa Akumulasi Penyusutan yang merupakan akun lawan dari aset tetap) dan mengurangi Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap. Atau dengan kata lain Akumulasi Penyusutan bertambah (kredit) dan Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap berkurang (Debet). Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengurangi penyusutan langsung terhadap aset tetap dan Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap sesuai dengan nilai wajarnya. Dengan adanya penyesuaian tersebut, maka neraca setelah dilakukannya penyesuaian adalah sebagai berikut:
17 Kabupaten Makmur Neraca Per 31 Desember 2006 Aset Aset Lancar Kas di Kas Daerah Persediaan Total Aset Lancar
Rp
Aset Tetap dan Lainnya Aset Tetap Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Aset Tetap Dana Cadangan Total Aset Tetap dan Lainnya
Jumlah Aset
2.000 3.000 5.000 13.000 (500) 12.500 6.000 18.500
Rp 23.500
Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Total Kewajiban Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA Cadangan Persediaan
(dalam jutaan rupiah)
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Total Ekuitas Dana Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana
Rp
1.500 9.500 11.000 2.000 3.000
(1.500) 12.500
(9.500) 6.000 12.500
Rp 23.500
Ket: YHD=Yang Harus Disediakan
KOROLARI DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN Bagian ini disarikan dari Sinaga (2005). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005, menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas. Aset, kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur Neraca sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran. Dengan kata lain, Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas. Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
18 anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar. Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar. Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas menuju akrual ini dapat diuraikan sebagai berikut: Pada saat penerimaan pendapatan dicatat dalam persamaan: Kas =
Ekuitas Dana Lancar
Pendapatan
Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang disebut juga akun nominal (nominal account).
Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dicatat dalam persamaan: (Kas) =
(Ekuitas Dana Lancar)
Belanja merupakan nominal account.
Belanja
Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung misalnya akan dijurnal: (Kas) =
(Ekuitas Dana Lancar)
Belanja Modal
Pertanyaannya, ”Mengapa tidak langsung dijurnal ke aset tetap yang bersangkutan?” Seharusnya, seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran
19 untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut: (Kas) =
Gedung & Bangunan
Belanja Modal
Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu. Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang. Pembayaran pokok hutang akan dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut: (Kas) =
Pengeluaran Pembiayaan Pokok Hutang
Bayar pokok hutang
Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.
Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap pengeluaran pemerintah atau penerimaan pemerintah harus melalui Laporan Realisasi Anggaran. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam Laporan Realisasi Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di Neraca hanya akun kas. Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak hanya mempengaruhi kas di Neraca. Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh lainnya, penerimaan uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang disebut dengan jurnal korolari. Melalui mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset tetap seperti pembelian gedung dicatat sebagai pengeluaran belanja modal.
20 Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat jurnal pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut: (Kas) = (100) =
EDL - SiLPA (100)
Belanja Modal
Persamaan ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berupa gedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan persamaan korolari: Gedung dan Bangunan = 100 =
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 100
Korolari Belanja Modal
Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca (selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang sama. Pertanyaannya adalah ”Apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat memungkinkan dapat disajikannya unsur neraca selain kas?” Jawabnya adalah ”Ada”. Akun-akun yang dimaksud bisa saja dicatat pada akhir tahun dengan menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk akun-akun terkait dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan begitu rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada akhir tahun dengan mekanisme ini.
21
PERTANYAAN 1.
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9.
10. 11.
12.
13.
14.
15.
Konsep dana apakah yang dianut oleh akuntansi pemerintah di Indonesia? Jelaskan! Tuliskan Persamaan Akuntansi Pemerintah! Apakah perbedaan antara persamaan akuntansi pemerintah dengan persamaan akuntansi bisnis? Apakah perbedaan antara pos ekuitas (modal) di laporan keuangan swasta dengan pos ekuitas dana di dalam akuntansi pemerintahan? Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana lancar? Tuliskan rumusnya! Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana investasi? Tuliskan rumusnya! Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana cadangan? Tuliskan rumusnya! Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana lancar! Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana investasi! Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana cadangan! Jika pemerintah daerah menerima pendapatan pajak, akun apakah yang terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan? Jika pemerintah daerah membeli aset tetap dengan anggarannya, akun apakah yang terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan? Apakah perlu ada penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan? Jelaskan dan berikan contohnya! Berikut ini adalah kasus untuk penganggaran pemerintah daerah dan pencatatan persamaan akuntansi. Sebagai ilustrasi, di Pemda Gemah Ripah proses anggaran untuk tahun 2004 dimulai pada bulan Maret 2003. Dengan menggunakan anggaran kinerja dan partisipasi dari masyarakat, anggaran disetujui akhir Desember 2003 dan segera dilaksanakan mulai 1 Januari 2004. Pelaksanaan berlangsung mulai tanggal 1 Januari 2004 hingga 31 Desember 2004. Kapankah transaksi yang mempengaruhi persamaan akuntansi berlangsung? Apakah persamaan akuntansi terpengaruh dalam penyusunan anggaran? Data yang dikutip dari laporan Pemda Balda tahun anggaran 2000 dianggarkan Rp 95.000 untuk pendapatan dan Rp 100.000 untuk belanja. Sedangkan pada tahap realisasi, Pendapatan Rp 90.000 dan Belanja Rp 75.000. Diasumsikan bahwa belanja hanya satu jenis dan pendapatan hanya pendapatan pajak. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun lalu adalah sebesar Rp 20.000. Sumber penerimaan pembiayaan Pemda hanya berasal dari saldo tahun lalu tetapi masih menganggarkan penyertaan pada PDAM sebesar Rp 15.000 dan terealisasi sebesar Rp 12.000. Seluruh pembiayaan diotorisasi dengan jumlah yang sama dengan anggarannya. Aset Pemda di samping kas hanya aktiva tetap senilai Rp 2.000.000 dan selama
22
16.
17.
18. 19. 20. 21.
22. 23.
tahun 2000 belanja untuk penambahan aktiva tetap tidak ada. Buatlah persamaan akuntansinya dan susunlah neraca dari persamaan tersebut! Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa: Kas Daerah Rp 50 juta Persediaan 45 juta Piutang Pajak 60 juta Investasi Jangka Panjang 100 juta Aset Tetap 200 juta Aset Lainnya 85 juta Dana Cadangan 300 juta Hutang Jangka Pendek 30 juta (termasuk Perhitungan Fihak Ketiga/PFK Rp 5 juta) Hutang Jangka Panjang 150 juta Berapakah Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan yang disajikan dalam neraca Pemda B per 31 Desember 2005? Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2005 adalah Rp 1.000 juta. Setelah ditelusuri ternyata terdapat kas sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006. Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran status SKPD ditemukan adanya sisa uang persediaan sebesar Rp 50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal 5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk Tahun Anggaran (TA) 2005 baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006. Bagaimana penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005? Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah! Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan? Mengapa harus ada pencatatan korolari? Apakah selain pencatatan korolari tidak ada teknik akuntansi yang lain yang dapat digunakan? Adakah istilah lain untuk pencatatan korolari? Jelaskan! Jelaskan pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan! Transaksi apa sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?
23
SOAL-SOAL Soal 1 Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400 miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004: Pos APBD
Pendapatan Pajak Daerah Retribusi Daerah PAD lainnya DAU Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Belanja Belanja Operasi Belanja Pemilihan Umum Belanja Bupati dan Wakil Bupati Belanja DPRD Belanja Pelayanan Umum Total Belanja Operasi Belanja Modal /Aset Tetap Belanja Gedung Belanja Kendaraan Belanja Tanah Total Belanja Aktiva Tetap Total Belanja Surplus/(Defisit) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan_Dari Hutang Jk Panjang Pengeluaran Pembiayaan_Membuat Dana Cadangan Total Pembiayaan Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan
APBD
Rp 10 5 2 400
(dalam milyaran rupiah) Realisasi APBD
417
Rp 10 5 5 400
10 15 10 200 235
10 15 10 190 225
100 50 35 185
100 50 35 185
15 10
Rp
420 (3)
5 2
15 10
Rp
420
410 10
5 15
Diminta: 1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C? 2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah: a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut b. laporan neraca 3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk penyesuaian:
24
4.
a. jumlah persediaan pada akhir tahun adalah Rp 5 miliar b. penyusutan aktiva tetap per tahun adalah 5% Setelah disesuaikan, buatlah laporan keuangan neraca!
Soal 2 a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut. Pos APBD
Pendapatan Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas Penerimaan pajak hiburan Penggunaan SiLPA Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM
Belanja Pembayaran bunga pinjaman Pembelian Persediaan Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat
APBD
Rp
62.500 162.500 400.000 250.000
Realisasi APBD
Rp
75.000 50.000 250.000 500.000
62.500 175.000 250.000 75.000 40.000 250.000 500.000
Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai berikut : Jenis Hutang Hutang kepada Luar Negeri Hutang kepada Pemerintah Pusat
Pokok Pinjaman Rp 250.000 500.000
Biaya Bunga Rp 25.000 50.000
Jenis Hutang Hutang kepada Luar Negeri Hutang kepada Pemerintah Pusat
Pokok Pinjaman Rp 250.000 500.000
Biaya Bunga Rp 20.000 40.000
Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002 adalah sebagai berikut :
Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar Rp 62.500. Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember 2001 adalah sebesar Rp 10.000.
b. Pos-pos Neraca akhir tahun 2000 adalah sebagai berikut : Aset Aset Lancar Kas Persediaan Piutang Pajak Bagian Lancar Penjualan Angsuran Aset Tetap Tagihan Penjualan Angsuran Dana Cadangan Total Aset
Rp
Rp
400.000 100.000 155.000 62.500 3.000.000 187.500 5.000 3.910.000
25 Hutang Hutang Jangka Pendek Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Hutang Biaya Pinjaman Total Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Hutang Luar Negeri Hutang kepada Pemerintah Pusat Total Hutang Jangka Panjang Ekuitas Ekuitas Dana Lancar Akumulasi SiLPA Cadangan untuk persediaan Cadangan untuk piutang Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Total Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Diinvestasikan Diinvestasikan dalam aset tetap Diinvestasikan dalam aset lainnya Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Total Ekuitas Dana Diinvestasikan Ekuitas Dana Cadangan Total Hutang dan Ekuitas
Rp
750.000 75.000 825.000 1.000.000 2.000.000 3.000.000 400.000 100.000 217.500 (825.000) (107.500)
Rp
3.000.000 187.500 (3.000.000) 187.500 5.000 3.910.000
Diminta: 1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja. 2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari tahun 2001!
Soal 3 Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai berikut: Tahap/jenis
Pengesahan Realisasi
Pendapatan Rp
10.000 9.000
Belanja
Rp
13.000 10.000
Penerimaan Pembiayaan Rp 1.500 1.500
Diasumsikan bahwa pendapatan hanya diperoleh dari pendapatan yang berasal dari pajak-pajak daerah. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun lalu adalah Rp 1.500. Sedangkan sumber penerimaan pembiayaan Pemda selain berasal dari saldo tahun lalu juga berasal dari Pinjaman Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.500. Tidak dilakukan pengeluaran pembiayaan untuk tahun 2001. Belanja dilakukan hanya untuk belanja pegawai Rp 10.000 dan pembangunan gedung sekolah senilai Rp 3.000 dan realisasinya belanja pegawai Rp 7.500, belanja
26 pembangunan gedung Rp 2.500. Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31 Desember 2000 adalah sebagai berikut: Kas Aset Tetap Dana Cadangan Total Aset Ekuitas Ekuitas Dana Lancar Akumulasi SiLPA Ekuitas Dana Diinvestasikan Diinvestasikan dalam aset tetap Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana cadangan Total Ekuitas
Rp
1.500 3.000 500 Rp 5.000
Rp
1.500 3.000
500 Rp 5.000
Diminta: 1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya! 2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!
TUGAS Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah. Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam laporan keuangan pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini: 1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan! 2. Berikan komentar Anda tentang hubungan laporan keuangan neraca pemerintahan dan persamaan akuntansi!
27 Lampiran Perubahan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Pembagian ekuitas dana tidak bermakna apa-apa dan membingungkan secara konseptual. Pembagian ekuitas dana tidak berguna. Tidak mendapat dukungan teoritis rasional.
BAB 6 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKTI TRANSAKSI DAN JURNAL Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk: 1. Menjelaskan bukti transaksi. 2. Menjelaskan bukti transaksi utama? 3. Menjelaskan bukti transaksi pendukung? 4. Menjelaskan pengertian jurnal. 5. Menjelaskan syarat-syarat penjurnalan. 6. Mengetahui aturan debet dan kredit serta aturan kontra akun dalam akun ekuitas dana. 7. Menjelaskan dan membuat kode akun sederhana dalam akuntansi pemerintahan daerah. 8. Menjelaskan bukti/formulir jurnal dalam akuntansi pemerintahan. 9. Mengetahui format jurnal umum. 10. Menjelaskan prosedur menjurnal. 11. Membuat jurnal umum atas transaksi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja, dan pembiayaan manual dalam akuntansi pemerintahan. 12. Membuat jurnal korolari dalam akuntansi pemerintahan.
2
ANALISIS BUKTI TRANSAKSI Secara singkat aktivitas akuntansi adalah suatu proses identifikasi (penentuan), pengukuran dan komunikasi (penyampaian) informasi ekonomis. Informasi ekonomis yang dihasilkan tersebut terdiri dari data keuangan mengenai suatu transaksi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Transaksi-transaksi tersebut harus mengalami proses identifikasi dan pengukuran terlebih dahulu sebelum dicatat ke dalam jurnal.
Transaksi merupakan suatu kejadian/peristiwa/kegiatan yang dapat mengubah posisi keuangan suatu entitas. Berdasarkan jenisnya, transaksi terbagi menjadi: a. Transaksi kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan kas. Contoh: Pencairan SPMU (…), Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll. b. Transaksi non-kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset, Hutang, pendapatan, dan belanja tetapi tidak mempengaruhi kas. Contoh: Penerimaan Aktiva Tetap dari Donatur, Pembebasan Hutang. Seperti telah dibahas pada bab 4 tentang siklus akuntansi, proses awal dalam siklus akuntansi adalah menganalisis transaksi keuangan unit usaha (entitas). Dalam proses analisis transaksi tersebut, keberadaan bukti transaksi sangat penting. Bukti transaksi adalah semua media pendokumentasian dari transaksi atau kejadian ekonomi.
Dalam akuntansi sektor swasta, bukti transaksi dibedakan menjadi bukti intern dan bukti ekstern. Bukti-bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan disebut bukti intern, sedangkan bukti yang diterima dari luar perusahaan disebut bukti ekstern. Contoh dari bukti transaksi dalam sektor swasta umumnya berupa kuitansi, faktur, cek, tagihan pembayaran dan nota pembelian atau penjualan. Bukti tersebut memberikan keterangan rinci mengenai sifat, pihak-pihak yang terlibat, serta jenis barang atau jasa yang tercakup dalam transaksi tersebut. Dalam akuntansi pemerintahan, bukti transaksi pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: • BKM (bukti transaksi kas masuk) • BKK (bukti transaksi kas keluar) • BM (bukti transaksi memorial/non-kas)
Contoh dari bukti transaksi dalam akuntansi pemerintahan yaitu: Kas : Surat Tanda Setoran (STS), Surat Perintah Membayar (SPM) Piutang : Daftar Piutang Persediaan : BA (Berita Acara?) Penerimaan Barang, Daftar Persediaan Aktiva Tetap : BA (.....) Penerimaan Inventaris, Daftar Aktiva
3 Hutang : Surat Perjanjian (Akad Kredit), Dokumen Penarikan Pinjaman Pendapatan : Surat Tanda Setoran (STS), Daftar Pembukuan Administratif (DPA) Belanja : Surat Perintah Membayar (SPM), Daftar Pembukuan Administratif (DPA) Bendahara Penerimaan STS
Bendahara Pengeluaran SPD
SPP
SPM
SP2D
SSP
Kas Negara
Gambar 6.1 ? Bukti transaksi utama?
Bukti transaksi pendukung?
Proses dan sistem penerimaan?
Proses dan sistem pengeluaran?
4
JURNAL Dokumen pembukuan merupakan bukti tertulis yang mendasari pencatatan suatu transaksi. Transaksi-transaksi dicatat berdasarkan informasi yang diberikan oleh dokumen pembukuan. Bukti dokumen tersebut dicatat pertama kali dalam sebuah daftar yang disebut jurnal. Karena itu jurnal sering disebut dengan the book of original entries atau buku ayat asli.
Mencatat transaksi ke dalam buku jurnal disebut dengan menjurnal. Jurnal (journal) adalah buku catatan transaksi secara kronologis sesuai dengan urutan tanggal terjadinya. Jurnal mencatat akun-akun yang akan terpengaruh oleh transaksi beserta jumlah dan keterangan ringkas tentang transaksi.
Setiap transaksi yang akan dicatat, terlebih dahulu harus dianalisa. Tahap-tahap dalam menganalisa suatu transaksi adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan perkiraan/rekening/akun yang dipengaruhi transaksi tersebut. 2. Menetapkan akun-akun yang terpengaruh tersebut bertambah atau berkurang. 3. Menetapkan penambahan atau pengurangan tersebut mengakibatkan perkiraan yang bersangkutan harus didebet atau harus dikredit dalam jurnal.
Oleh karena itu terdapat beberapa persyaratan yang harus diketahui oleh seorang akuntan dalam membuat jurnal dalam akuntansi pemerintahan, antara lain sebagai berikut: 1. Pemahaman bahwa jurnal merupakan implikasi dari sistem tata buku berpasangan (double entry system) Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua pencatatan di pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Sistem tata buku tunggal merupakan sistem yang mencatat transaksi ekonomi dalam satu buku. Buku tunggal yang dimaksud biasanya buku kas umum. Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi pemerintahan, setiap pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih dahulu. Analisa dilakukan dengan menghubungkan transaksi dengan persamaan akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan mempengaruhi persamaan akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku berpasangan akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila setiap transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih buku yang berbeda maka tentu saja tidak praktis dan akan merepotkan. Untuk meringkas kegiatan tersebut, maka transaksi dianalisis dan hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal, debet dan kredit.
5 2. Mengetahui aturan debet, kredit, saldo normal, dan aturan kontra akun Istilah debet dan kredit dalam akuntansi menunjukkan sisi sebelah kiri dan kanan. Debet dan kredit bukan berarti debet sama dengan tambah dan kredit sama dengan kurang, tetapi menunjukkan kolom kiri atau kanan. Saldo normal klasifikasi kode akun ditunjukkan melalui tabel berikut ini: Nama Akun
Aset Kewajiban/ Hutang Ekuitas Dana Pendapatan Belanja Pendapatan Pembiayaan Belanja Pembiayaan
Saldo Normal Debet Kredit Kredit Kredit Debet Kredit Debet
Penambahan Debet Kredit Kredit Kredit Debet Kredit Debet
Pengurangan Kredit Debet Debet Debet Kredit Debet Kredit
Secara khusus, aturan debet dan kredit untuk akun ekuitas dana menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut: a. Ekuitas Dana Lancar
b.
c.
Akun Sub Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA (Selisih Lebih/Kurang Perhitungan Anggaran) Pendapatan yang Ditangguhkan Cadangan Piutang Cadangan Persediaan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Akun Sub Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Tetap Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Akun Sub Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Saldo Normal
Penambahan
Pengurangan
Kredit
Kredit
Debet
Debet
Debet
Kredit
Saldo Normal
Penambahan
Pengurangan
Kredit
Kredit
Debet
Kredit
Kredit
Debet
Kredit Kredit Kredit
Kredit Debet
Kredit Kredit Kredit
Kredit
Debet Debet Debet
Debet
Debet
Kredit
Saldo Normal
Penambahan
Pengurangan
Kredit
Kredit
Debet
6 3. Memiliki kode akun Untuk memudahkan dalam mengklasifikasi tiap transaksi ke dalam akun tetentu yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut, biasanya dirancang suatu daftar akun. Begitu juga dalam akuntansi pemerintahan, dalam melaksanakan analisis transaksi diperlukan daftar akun yang harus dibuat secara kompatibel dengan akun anggaran. Daftar akun biasanya disertai dengan penjelasan dan petunjuk tentang tata cara pencatatan di dalamnya serta tentang jenis-jenis transaksi yang dapat dicatat dalam tiap akun. Dalam akuntansi bisnis sekalipun, seorang pegawai pembukuan tidak boleh mengarang sendiri nama akun untuk mencatat transaksi, apalagi di dalam akuntansi pemerintahan. Daftar akun ini sudah ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan untuk daftar akun instansi pemerintah pusat dan keputusan menteri dalam negeri untuk daftar akun pemerintah daerah. Setiap nama akun ditetapkan dan diberi kode untuk memudahkan penjurnalan dan cek silang (cross check) apabila ada kesalahan. Kode akun dalam akuntansi, dapat disusun menggunakan metode pengkodean angka, huruf atau gabungan angka dan huruf. Metode manapun yang dipilih, kode akun harus dibuat secara sistematis. Pada umumnya kode awal diberikan untuk akun neraca dan kemudian untuk akun anggaran (pendapatan dan belanja). Suatu kode akun harus menjadi alat identifikasi yang bersifat unik dan tepat. Pada umumnya digunakan 3 cara sistem penyusunan kode akun: • Block account codes • Group account codes • Decimal account codes
Pada pemerintahan daerah misalnya, urusan kode akun ini menjadi hal yang kompleks, karena banyaknya informasi yang harus diolah dan struktur organisasi yang kompleks juga. Sebagai contoh, menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, diperlukan kode akun untuk: a. kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi b. susunan kode akun keuangan daerah c. kode rekening pendapatan propinsi d. kode rekening pendapatan kabupaten/kota e. kode dan klasifikasi fungsi f. klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara g. kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah h. kode rekening belanja daerah i. kode rekening pembiayaan daerah
7 Permendagri ini hanya memberikan gambaran umum semata dan tidak mengatur secara spesifik kode akun yang diperlukan dalam akuntansi pemerintahan daerah. Oleh karena itu pemerintahan daerah harus mengembangkan sendiri kode akunnya. Kode akun secara umum yang digunakan dalam pemerintahan daerah adalah Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan, dan Belanja termasuk juga Pembiayaan.
4. Memiliki bukti transaksi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan bukti transaksi sangat penting sebagai media pendokumentasian dari transaksi atau peristiwa ekonomi.
5. Memiliki bukti jurnal Bukti jurnal adalah pendokumentasian bukti transaksi ke dalam alat/media untuk melakukan pencatatan akuntansi. Bukti jurnal memuat kode serta sisi debet dan kredit perkiraan Buku Besar dari masing-masing transaksi, nama dan tanda tangan/paraf dari petugas/pejabat pembuat bukti, petugas/pejabat validasi bukti, dan petugas pembuku bukti. Bukti jurnal ini adalah sebagai dasar melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal.
Bukti Jurnal berdasarkan jenis transaksi, digolongkan menjadi: a. Bukti jurnal Kas Masuk (BKM), yaitu dokumen yang mendukung jurnal penerimaan kas. Pemegang Kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) membuat BKM berdasarkan dokumen dasar berupa Surat Tanda Setoran (STS) atau bukti pemotongan/pemungutan Pajak-pajak Pusat/Negara. Bendaharawan Umum Daerah/Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM berdasarkan STS ke Kas daerah. b. Bukti jurnal Kas Keluar (BKK), yaitu dokumen yang mendukung jurnal pengeluaran kas oleh Bendaharawan atau Kas Daerah. Pemegang kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) membuat BKK berdasarkan dokumen dasar berupa bukti-bukti pengeluaran anggaran (misalnya: kuitansi pembelian, BA (berita acara?) serah terima barang/pekerjaan). Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM mendasarkan SPM (Surat Perintah Membayar). c. Bukti jurnal non-kas/Bukti jurnal Memorial (BM), yaitu dokumen yang mendukung penambahan dan atau pengurangan terhadap pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, Hutang, dan ekuitas dari transaksi non-kas.
8 Contoh Bukti Jurnal:
Pemerintah Kabupaten XXX Unit Kerja: ……………………….
BUKTI JURNAL KAS MASUK
ABC 0000000000 (Nomor Seri Tercetak)
Nomor: 00xx/JKM/201x Kode Rek Uraian 4,xx,xxx,1,01 Kas di Kas Daerah 4,xx,xxx,1,04 Piutang - Pajak Hotel Keterangan: Penerimaan Piutang Pajak Hotel bulan Januari 201x sesuai STS No:… Tgl: … Dibuat oleh:
Nama :……………... Paraf :……………... Tanggal:……………...
Tanggal: ………..201x Debet Kredit Rp xxx Rp xxx
Diverifikasi & disahkan oleh:
Dibukukan oleh:
Nama :……………… Paraf :……………… Tanggal:………………
Nama :……………… Paraf :……………… Tanggal:………………
PENJURNALAN TRANSAKSI Rancangan buku jurnal berkembang dari yang mula-mula naratif sifatnya, kemudian menjadi jurnal standar. Berdasarkan jenisnya, jurnal terdiri dari jurnal transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan, jurnal reklasifikasi, dan jurnal koreksi. Sedangkan berdasarkan format sajiannya, jurnal terbagi menjadi format jurnal umum (memorial dua kolom) dan jurnal khusus (multi kolom). Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan mengenai jurnal transaksi dengan format jurnal umum. Berikut ini adalah contoh format jurnal umum: Tanggal 20XX Jan
01
Uraian Transaksi
Kas
Pendapatan (Pencatatan realisasi PAD)
Ref.
Halaman: 01 Jumlah (Rp)
Debet xxx
Kredit
xxx
Proses pencatatan suatu transaksi dalam sebuah buku jurnal disebut menjurnal/penjurnalan (journalizing). Prosedur menjurnal pada jurnal umum adalah sebagai berikut: 1. Pada kolom tanggal diisi dengan tahun dan bulan (cukup dicatat satu kali pada setiap halaman, kecuali jika tahun dan bulan tersebut berganti) serta tanggal (dicatat setiap tanggal terjadinya transaksi). 2. Menuliskan ayat jurnal pada kolom uraian transaksi. • Nama akun yang akan didebet ditulis di sebelah kiri sekali dalam kolom uraian dan jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom debet.
9 • Nama akun yang akan dikredit ditulis di bawah akun yang didebet dan agak masuk ke kanan, lalu jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom kredit. 3. Penjelasan singkat mengenai transaksi dapat ditulis di bawah setiap ayat jurnal.
Nama-nama akun yang digunakan dalam jurnal harus sesuai dengan nama-nama akun yang ada dalam buku besar. Lajur referensi baru digunakan setelah ayat-ayat jurnal dipindahkan ke akun-akun yang bersangkutan dalam buku besar. Sebagai contoh, beberapa transaksi Kabupaten Makmur akan digunakan untuk menunjukkan penjurnalan transaksi. Contoh: Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah): Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Persediaan 2.000 Aset Tetap 3.000 Dana Cadangan 1.000 Hutang Jangka Pendek 1.500 Hutang Jangka Panjang 2.500
Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan sebagai berikut: Pos APBD
Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal (Aset Tetap) Surplus/Defisit Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jangka Panjang) Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Surplus/Defisit Neto
APBD
Rp 19.000 16.000 10.000 (7.000) 8.000 (7.000) 1.000 (6.000)
Realisasi APBD Rp 20.000 15.000 10.000 (5.000) 7.000 (5.000) 2.000 (3.000)
Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten Makmur, dalam tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut: A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000. B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 20.000. C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000. D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000. E. Korolari: Pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000. F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000.
10 G. Korolari: Pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000. H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan Pemda untuk pembuatan Bandara di Pemkab Makmur Rp 5.000. I. Korolari: Pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000
Diminta untuk membuat: 1. Kode akun untuk menampung transaksi yang berlaku untuk semua transaksi tersebut, menggunakan metode penyusunan kode akun angka dan sistem blok. 2. Jurnal untuk transaksi inventarisasi. 3. Jurnal untuk transaksi realisasi anggaran tahun 2006. Jawaban:
1.
Kode Akun
Kode Akun 1 100 110 150 190 2 200 250 3
4
30 300 301 302 32 320 321 35 350
Nama Akun Aset Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Dana Cadangan Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Pendapatan Pendapatan 5 Belanja 500 Belanja Operasi 501 Belanja Modal (Aset Tetap) 6 Pembiayaan 600 Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang) 601 Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan) Ket: YHD= yang Harus Disediakan 400
11 2. Jurnal Inventarisasi Pada contoh ini, kolom tanggal diisi dengan urutan terjadinya transaksi sesuai abjad. Tanggal A
3.
Uraian Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Dana Cadangan Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang SiLPA/SiKPA Cadangan Persediaan Diinvestasikan dalam Aset Tetap Diinvestasikan dalam Dana Cadang. DYHD u. Pembayaran Hutang J. Pendek DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang (Pencatatan Inventarisasi Aset Pemerintah Daerah)
Jurnal Transaksi Tanggal
Uraian
Ref. 100 110 150 190 200 250 300 301 320 350 302 321
Ref.
(dalam jutaan rupiah) Jumlah (Rp) Debet Kredit 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.000 2.000 3.000 1.000 -1.500 -2.500
(dalam jutaan rupiah) Jumlah (Rp) Debet Kredit 20.000 20.000
B
Kas
Pendapatan (Pencatatan realisasi Pendapatan Asli Daerah/PAD)
100 400
C
Belanja Operasi Kas (Pencatatan belanja operasi)
500 100
15.000
D
Belanja Modal Kas (Pencatatan belanja modal)
501 100
10.000
E
Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Tetap (Pencatatan jurnal korolari atas aset tetap yang dibeli dari belanja modal)
150 320
10.000
F
Kas
Penerimaan Pembiayaan (Pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan hutang jangka panjang)
100 600
7.000
G
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang Hutang Jangka Panjang (Jurnal korolari untuk pengakuan hutang jangka panjang)
321 250
7.000
15.000 10.000 10.000 7.000 7.000
12 H
Pengeluaran Pembiayaan Kas (Pengeluaran pembiayaan untuk pembentukan dana cadangan)
601 100
5.000
I
Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan (Jurnal korolari penambahan dana cadangan)
190 350
5.000
5.000 5.000
JURNAL KOROLARI Selain jurnal transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan, dan jurnal koreksi, dalam akuntansi pemerintah juga diselenggarakan suatu pencatatan yang disebut dengan jurnal korolari. Jurnal korolari dibuat ketika ada transaksi yang mempengaruhi neraca pemerintah. Sebelumnya, korolari dalam persamaan akuntansi pemerintahan juga dibahas dalam bab 5 (Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan). Jurnal korolari dibuat untuk memasukkan pos-pos neraca terhadap sistem pencatatan akuntansi pencatatan akuntansi pemerintahan. Pos-pos yang terpengaruh dengan jurnal korolari adalah:
1. Pencatatan belanja modal. Pencatatan belanja modal memerlukan jurnal korolari, dikarenakan belanja modal memerlukan pencatatan belanja modal di laporan realisasi anggaran dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan pada nilai aset tetap di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pengakuan belanja modal tersebut. Pencatatan belanja modal Belanja Modal Kas di Kas Negara
Aset tetap Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
2. Pencatatan pelepasan aset tetap. Pencatatan pelepasan aset tetap memerlukan jurnal korolari karena pelepasan aset tetap memerlukan pencatatan penerimaan pelepasan aset tetap di laporan realisasi anggaran dan penerimaan kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan pengurangan nilai aset tetap di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pelepasan aset tersebut.
13
Pelepasan aset tetap Kas di Kas Negara/Daerah Penerimaan Pelepasan Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Aset Tetap
Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
3. Pencatatan dana cadangan. Dana cadangan pada umumnya dipisahkan dari kas daerah atau kas negara. Dana cadangan baru bisa dipergunakan oleh eksekutif apabila ada persetujuan dari DPR/DPRD. Pencatatan dana cadangan memerlukan jurnal korolari, dikarenakan pencatatan dana cadangan memerlukan pencatatan pengeluaran kas atau dana pemerintah di laporan realisasi anggaran dalam bentuk belanja pembiayaan dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan penambangan dana cadangan di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pembentukan dana cadangan tersebut. Pencatatan dana cadangan Belanja Pembiayaan Kas
Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
Pencairan dana cadangan Kas Rp xxx Penerimaan Pembiayaan Penggunaan Dana Cadangan Rp xxx
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Dana Cadangan
Rp xxx
Rp xxx
4. Pencatatan penerimaan hutang. Penerimaan hutang dalam pemerintahan digunakan untuk membiayai pengeluaran operasi dan belanja modal. Dana cadangan baru bisa dipergunakan oleh eksekutif apabila ada persetujuan dari DPR/DPRD. Pencatatan dana cadangan memerlukan jurnal korolari, dikarenakan pencatatan dana cadangan memerlukan pencatatan pengeluaran kas atau dana pemerintah di laporan realisasi anggaran dalam bentuk belanja pembiayaan dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan penambangan dana cadangan di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pembentukan dana cadangan tersebut.
14
Pencatatan penerimaan hutang Kas Penerimaan Pembiayaan
Rp xxx
Pencatatan Pembayaran hutang Belanja Pembiayaan Kas
Rp xxx
Rp xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Rp xxx Hutang Rp xxx
Hutang Dana yang Harus Disediakan untuk Pemb. Hutang
Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
15
SOAL PILIHAN BERGANDA
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 7 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKU BESAR DAN NERACA SALDO Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi buku besar. 2. Mengetahui macam-macam format buku besar. 3. Menjelaskan pengertian posting. 4. Menjelaskan prosedur posting. 5. Melakukan posting dalam buku besar menggunakan T-account. 6. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu. 7. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu kas. 8. Mengetahui format buku besar pembantu kas. 9. Menjelaskan pengertian dan fungsi neraca saldo. 10. Menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun neraca saldo. 11. Membuat neraca saldo. 12. Menjelaskan beberapa penyebab tidak seimbangnya neraca saldo dan cara mendeteksi letak kesalahan yang mungkin terjadi.
2
BUKU BESAR Buku Besar (ledger) merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau akun dalam kategori yang sama yang dicatat dalam jurnal dan digunakan dalam keseluruhan aktivitas akuntasi suatu entitas. Akun dalam buku besar berfungsi sebagai media atau wadah dalam meringkas transaksi yang klasifikasinya sejenis. Berdasarkan hubungannya dengan neraca dan laporan laba rugi (sektor swasta) atau laporan realisasi anggaran (sektor pemerintahan), akun dalam buku besar dapat digolongkan menjadi: • Akun riil (permanent/real account), yaitu akun-akun yang saldonya akan terlihat dalam neraca seperti aset, kewajiban dan ekuitas. • Akun nominal (temporary/nominal account), yaitu akun-akun yang saldonya akan terlihat dalam laporan realisasi anggaran seperti pendapatan dan belanja. Jumlah buku besar akan berkembang, dan jumlahnya akan mengikuti atau sesuai dengan jumlah rekening yang ada di pedoman rekening atau chart of accounts. Jika seandainya pemerintah daerah memiliki jumlah akun sebanyak 1.000 akun, maka jumlah buku besar yang harus disediakan adalah juga 1.000.
Bentuk buku besar yang paling sederhana disebut dengan T-account. Dinamakan akun T, karena bentuknya seperti huruf T dan digunakan dalam diskusi mengenai akuntansi. Akun T ini merupakan bahasa kedua bagi akun. Dan merupakan implikasi atau keharusan karena penggunaan sistem double entry. Berbeda dengan sistem single entry, yang tidak memiliki buku besar dalam pencatatannya. Format Buku Besar Bentuk T
Diisi dengan nama rekening/akun Diisi dengan tanggal dan jumlah transaksi
Kode Rekening: ...............
Diisi dengan tanggal dan jumlah transaksi
Format Buku Besar Bentuk 2 Kolom (Skontro) Nama Rekening: .................... Tgl. Uraian
Ref.
Debet
Tgl.
Uraian
Kode Rekening: ............... Ref. Kredit
3 Format Buku Besar Bentuk 3 Kolom Nama Rekening: .............. Tgl. Uraian
Ref.
Kode Rekening: ................ Kredit Saldo
Debet
Format Buku Besar Bentuk 4 Kolom Nama Rekening: .............. Tgl.
Uraian
Ref.
Debet
Kredit
Kode Rekening: ................ Saldo Debet Kredit
Proses pemindahan ayat jurnal ke buku besar disebut pembukuan atau posting. Pemindahan dari jurnal ke buku besar format T-account relatif lebih mudah. Oleh karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan contoh prosedur pemindahan suatu ayat jurnal ke buku besar dengan format yang lebih kompleks yaitu bentuk dua kolom (skontro): 1. Mencatat tanggal dalam rekening/akun yang bersangkutan. 2. Memindahkan jumlah uang dari jurnal ke rekening/akun yang bersangkutan. • Apabila akun tersebut didebet dalam jurnal, maka jumlah uangnya dipindahkan ke kolom debet dalam akun yang bersangkutan. • Apabila akun tersebut dikredit dalam jurnal, maka jumlah uangnya dipindahkan ke kolom kredit dalam akun yang bersangkutan. 3. Mencantumkan nomor halaman buku jurnal dalam kolom referensi pemindahan dari akun tersebut. 4. Mencantumkan nomor (kode) akun buku besar dalam kolom referensi pemindahan pada buku jurnal. Tanggal 20XX Jan
1
01
Uraian Transaksi
Ref.
Kas
100 400
Pendapatan (Pencatatan realisasi PAD)
Nama Rekening: Kas Tgl Uraian 20XX Jan 01
Ref.
Debet
1
20.000
Halaman: 1 Jumlah (Rp)
Tgl.
Debet
20.000
2
4 Uraian
3
Kredit
20.000
Kode Rekening: 100 Ref. Kredit
4 Contoh: Berikut ini merupakan jurnal inventarisasi dan jurnal transaksi yang terjadi di Kabupaten Makmur pada tahun 2006.
1.
Jurnal Inventarisasi Tanggal A
2.
Uraian
Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Dana Cadangan Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang SiLPA/SiKPA Cadangan Persediaan Diinvestasikan dalam Aset Tetap Diinvestasikan dalam Dana Cadang. DYHD u. Pembayaran Hutang J. Pendek DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang (Pencatatan Inventarisasi Aset Pemda)
Jurnal Transaksi Tanggal
Uraian
Ref. 100 110 150 190 200 250 300 301 320 350 302 321
Ref.
(dalam jutaan rupiah) Jumlah (Rp) Debet Kredit 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.000 2.000 3.000 1.000 -1.500 -2.500
(dalam jutaan rupiah) Jumlah (Rp) Debet Kredit 20.000 20.000
B
Kas
Pendapatan (Pencatatan realisasi Pendapatan Asli Daerah/PAD)
100 400
C
Belanja Operasi Kas (Pencatatan belanja operasi)
500 100
15.000
D
Belanja Modal Kas (Pencatatan belanja modal)
501 100
10.000
E
Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Tetap (Pencatatan jurnal korolari atas aset tetap yang dibeli dari belanja modal)
150 320
10.000
F
Kas
Penerimaan Pembiayaan (Pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan hutang jangka panjang)
100 600
7.000
G
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang Hutang Jangka Panjang (Jurnal korolari untuk pengakuan hutang jangka panjang)
321 250
7.000
15.000 10.000 10.000 7.000 7.000
5 H
Pengeluaran Pembiayaan Kas (Pengeluaran pembiayaan untuk pembentukan dana cadangan)
601 100
5.000
I
Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan (Jurnal korolari penambahan dana cadangan)
190 350
5.000
5.000 5.000
Postinglah jurnal Kabupaten Makmur di atas ke dalam buku besar bentuk T!
Jawab:
100
Kas 5.000 20.000 7.000 2.000
15.000 10.000 5.000
Dana Cadangan 1.000 5.000 SiLPA/SiKPA 5.000
Persediaan 2.000 190
300
301
Hutang Jangka Panjang 2.500
302
400
Pendapatan
Penerimaan Pembiayaan 7.000
3.000 10.000 Hutang Jangka Pendek 1.500
350 Diinvestasikan dalam Dana Cad. 1.000 5.000
20.000
150
Aset Tetap
Cadangan Persediaan 2.000
DYHD u. Pembyr UJ. Pendek 1.500
110
600
200
250
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 3.000 10.000
321 Dana YHD utk Pmbyrn. H.J. Panjang 2.500 7.000 Belanja Operasi 15.000 Belanja Modal 10.000 Pengeluaran Pembiayaan 5.000
500
501
601
6
BUKU BESAR PEMBANTU Buku Besar Pembantu (sub-ledger) digunakan untuk mencatat rincian rekening/akun tertentu yang ada di buku besar. Rekening-rekening buku besar yang biasanya membutuhkan buku besar pembantu ialah Piutang, Persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap dan Hutang. Beberapa rekening objek Pendapatan dan objek Belanja/Biaya, umumnya juga memerlukan Buku Besar Pembantu.
Format Buku Besar Pembantu kurang lebih sama dengan Format Buku Besar, hanya merupakan sub dari buku besar. Konsep buku besar pembantu adalah sebagai berikut: Piutang Pendapatan Pajak Hotel 25.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000
Hotel A
Hotel B
Hotel C
Hotel D
Hotel E
BUKU BESAR PEMBANTU KAS Adanya perubahan dalam dalam dasar pencatatan dari basis kas (cash basis) ke basis akrual (accrual basis), dibutuhkan adanya buku besar pembantu kas. Buku besar pembantu kas ini berisi rincian pendapatan-pendapatan, misalnya pendapatan pajak reklame dan pendapatan retribusi parkir yang telah diterima pembayarannya atau telah diterima kasnya. Terdapat dua macam buku pembantu kas, yaitu buku besar pembantu penerimaan kas dan buku besar pembantu pengeluaran kas.
7 Format Buku Besar Pembantu Penerimaan Kas Nama Rekening: ............................... Tgl. Ref. Nomor STS
Uraian
Debet
Kode Rekening:........................... Kredit Saldo
Format Buku Besar Pembantu Pengeluaran Kas Nama Rekening: ............................... Tgl. Ref. No. SKO No. SPM
No. Cek
Uraian
Kode Rekening:........................... Debet Kredit Saldo
NERACA SALDO Untuk mengikhtisarkan saldo-saldo dalam buku besar, disusunlah neraca saldo. Neraca Saldo atau Daftar Saldo merupakan daftar rekening/akun-akun beserta saldo yang menyertainya dalam suatu periode tertentu, sebagai ringkasan dari buku besar. Neraca saldo juga berguna untuk memeriksa kebenaran pencatatan dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet sama besar dengan jumlah kredit.
Data-data untuk menyusun neraca saldo diperoleh dari buku besar. Proses penyusunan neraca saldo adalah sebagai berikut: 1. Jumlahkan lajur debet dan lajur kredit setiap rekening/akun dalam buku besar. 2. Hitung saldo setiap akun, yaitu selisih jumlah debet dengan jumlah kredit. 3. Apabila jumlah debet lebih besar, maka saldonya adalah saldo debet. Cantumkan dalam lajur debet pada neraca saldo. 4. Apabila jumlah kredit lebih besar, maka saldonya adalah saldo kredit. Cantumkan dalam lajur kredit pada neraca saldo. Berdasarkan ilustrasi transaksi pada Kabupaten Makmur sebelumnya, dari buku besar dapat dibuat neraca saldo sebagai berikut:
8 KABUPATEN MAKMUR NERACA SALDO Per 31 Desember 2006 Kode Akun 1 100 110 150 190 2 200 250 3 30 300 301 302 32 320 321 35 350 4 400 5 500 501 6 600 601
Nama Akun Aset Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Dana Cadangan Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan) Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Pendapatan Pendapatan Belanja Belanja Operasi Belanja Modal (Aset Tetap) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
Debet (Rp)
2.000 2.000 13.000 6.000
Kredit (Rp)
1.500 9.500 5.000 2.000 -1.500
13.000 -9.500 6.000
15.000 10.000 5.000 Rp 53.000
20.000
7.000
Rp 53.000
KESALAHAN PADA NERACA SALDO Fungsi neraca saldo salah satunya adalah untuk memeriksa kebenaran pencatatan dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet dan jumlah kredit sama besar. Namun, apabila jumlah debet dan kredit ternyata tidak sama besar, mungkin saja telah terjadi beberapa kesalahan teknis dalam membuat neraca saldo. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab tidak seimbangnya antara sisi debet dan kredit pada neraca saldo dan formula dalam mencari kemungkinan letak kesalahan tersebut:
9 1. Jumlah sisi debet dan kredit tidak sama besar. Misalkan jumlah sisi debet adalah Rp 10.900 sedangkan jumlah sisi kredit adalah Rp 11.100, maka kita dapat menggunakan formula sebagai berikut: (Rp 11.100 – Rp 10.900): 2 = Rp 100 Hal ini berarti kemungkinan telah terjadi kesalahan penempatan pada akun yang bersaldo Rp 100.
2. Transposisi angka. Transposisi angka adalah kesalahan penempatan dalam penulisan angka, misalnya seharusnya Rp 150 tetapi ditulis Rp 105. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya habis dibagi dengan 9 maka kemungkinan telah terjadi transposisi angka lalu telusurlah. Contoh: jumlah debet Rp 125.300 dan jumlah kredit Rp 117.200, perhitungannya adalah Rp 125.300 – Rp 117.200 = Rp 8.100 (hasilnya habis dibagi dengan 9), maka ada kemungkinan telah terjadi transposisi angka sehingga jumlah sisi debet dan kredit tidak seimbang.
3. Kesalahan dalam meletakkan tanda pisah ribuan. Cara mendeteksi kemungkinan salah dalam meletakkan tanda pisah ribuan adalah dengan menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya habis dibagi dengan 9 maka carilah angka-angka yang mirip dengan hasil baginya. Dari contoh nomor dua di atas, Rp 8.100 habis dibagi dengan 9. Carilah angka-angka yang mirip dengan Rp 8.100.
10
SOAL PILIHAN BERGANDA
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 8 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian penyesuaian didalam akuntansi pemerintahan. 2. Menjelaskan perbedaan jurnal penyesuaian antara akuntansi pemerintahan dengan swasta. 3. Menjelaskan implikasi basis cash toward accruals dalam akuntansi pemerintahan terhadap jurnal penyesuaian. 4. Menjelaskan jenis-jenis (objek) penyesuaian di akuntansi pemerintahan. 5. Membuat jurnal penyesuaian untuk setiap transaksi yang mungkin dalam akuntansi pemerintahan. 6. Memposting jurnal penyesuaian ke buku besar. 7. Membuat Neraca Saldo Disesuaikan. 8. Menjelaskan pengertian neraca lajur atau kertas kerja. 9. Menjelaskan fungsi neraca lajur dalam pembuatan laporan keuangan pemerintahan. 10. Menjelaskan fungsi kolom-kolom dalam neraca lajur. 11. Membuat neraca lajur. 12. Meneliti kesalahan dalam neraca lajur.
2
JURNAL PENYESUAIAN Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry) merupakan jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menyesuaikan saldo-saldo buku besar, sehingga mencerminkan angka yang benar dan wajar. Penyesuaian berarti pencatatan atau pengakuan (penjurnalan dan posting) data-data transaksi tertentu pada akhir periode sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap akun sesuai dengan kenyataan pada akhir periode tersebut dan statement keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada tanggal statement (neraca).
Penyesuaian diperlukan dengan pertimbangan berikut ini: • Kepraktisan • Alokasi periodik • Asas akrual
Penyesuaian dicatat dalam jurnal umum 2 kolom dan di posting ke akun buku besar yang bersangkutan. Segera setelah setiap kali melakukan posting dari tiap ayat jurnal penyesuaian ke dalam buku besar yang bersangkutan, seluruh akun ditentukan saldonya, dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo disesuaikan.
PENYESUAIAN PADA SEKTOR SWASTA Sebagaimana diketahui bahwa umur suatu organisasi atau perusahaan dibagi dalam satuan waktu yang disebut periode akuntansi dimana lamanya satu periode akuntansi umumnya adalah satu tahun (12 bulan). Pada akhir akuntansi akan disusun laporan keuangan berdasarkan data yang ada pada neraca saldo. Untuk menyusun laporan keuangan, terlebih dahulu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa akun pada neraca saldo karena akun-akun tetentu tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Berikut ini merupakan akun-akun yang umumnya mengalami penyesuaian (objek penyesuaian) pada perusahaan sektor swasta: 1. Penyusutan aktiva/aset tetap 2. Beban/biaya yang dibayar di muka 3. Beban/biaya yang masih harus dibayar 4. Penghasilan/pendapatan yang diterima di muka 5. Penghasilan/pendapatan yang masih harus diterima 6. Pemakaian perlengkapan/persediaan 7. Kerugian piutang
3
PENYESUAIAN PADA SEKTOR PEMERINTAHAN Objek penyesuaian yang terjadi pada sektor pemerintahan pada umumnya adalah: 1. Penyusutan 2. Penyesuaian nilai persediaan 3. Pendapatan yang ditangguhkan 4. Reklasifikasi hutang jangka panjang ke jangka pendek 5. Pembentukan dana cadangan 6. Taksiran piutang pajak (cadangan piutang) 7. Perhitungan fihak ketiga
Berikut ini adalah penjelasan masing-masing objek penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan di atas:
1. Penyusutan Penyusutan bisa dilaksanakan dengan 3 tujuan: a. Penentuan nilai aset yang wajar (Standar Akuntansi Pemerintah) Penyusutan di sektor pemerintahan bukan ditujukan untuk alokasi dana, tetapi ditujukan untuk menyajikan secara wajar nilai aset pemerintah. Untuk mencatat penyusutan, maka dijurnal sebagai berikut: Diinvestasikan pada Aset tetap Akumulasi Penyusutan
Rp xxx
Rp xxx
Diinvestasikan pada aset tetap termasuk Ekuitas Dana Investasi (EDI). Pada saat akuntan mencatat suatu transaksi pengadaaan aset tetap, akuntan pemerintah akan mencatat dengan 2 jurnal: • Jurnal anggaran/jurnal kas Misalnya pada APBD dianggarkan pengadaan gedung sebesar Rp 2 miliar. Pada waktu realisasi pengadaan gedung, akan dicatat sebagai berikut: Belanja Modal – Pengadaan Gedung Rp 2 M Kas Rp 2 M
• Jurnal korolari/jurnal neraca Gedung Diinvestasi pada aset tetap
Rp 2 M
Rp 2 M
b. Alokasi biaya (Sektor Komersial) Penyusutan di sektor pemerintahan ditujukan untuk alokasi biaya. Untuk mencatat penyusutan, maka dijurnal sebagai berikut:
4 Belanja Penyusutan – Non Kas Akumulasi Penyusutan
c.
Rp xxx
Rp xxx
Akun belanja penyusutan ini akan muncul dalam Laporan Kinerja Keuangan (LKK).
Pembentukan dana cadangan penggantian aset tetap (Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002) Untuk tujuan ini, maka diperlukan jurnal pembentukan dana cadangan aset tetap, namun jurnal ini tidak akan mengurangi nilai aset. Belanja Penyusutan Kas
Cadangan Penggantian Aset Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
2. Penyesuaian Nilai Persediaan Kebijakan nilai persediaan di dalam akuntansi pemerintahan menganut metode fisik dan bukan perpetual, dengan alasan kepraktisan, dan pada umumnya instansi pemerintahan menyimpan persediaan dengan jumlah yang tidak material. Kecuali untuk instansi tertentu yang persediannya material, maka dibuat dengan metode perpetual.
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai persediaan awal: Persediaan Cadangan Persediaan
Rp xxx
Cadangan Persediaan Persediaan
Rp xxx
Rp xxx
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih kecil daripada nilai persediaan awal: Rp xxx
Contoh: • Nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai persediaan awal. Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp 100.000.000. Pada akhir periode dilaksanakan stock opname terhadap persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten Makmur. Hasil dari stock opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan
5 yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 120.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini! Jurnal persediaan di neraca awal: Persediaan Cadangan Persediaan
Rp 100.000.000
Persediaan Cadangan Persediaan
Rp 20.000.000
Persediaan Cadangan Persediaan
Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Persediaan
Rp 20.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan Ditangguhkan
Rp xxx
Rp 100.000.000
Agar persediaan menunjukkan nilai yang sebenarnya pada akhir periode, maka dibuat jurnal penyesuaian persediaan, dengan jurnal: Rp 20.000.000
• Nilai persediaan akhir lebih kecil daripada nilai persediaan awal. Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp 100.000.000. Pada akhir periode dilaksanakan stock opname terhadap persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten Makmur. Hasil dari stock opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 80.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini! Jurnal persediaan di neraca awal: Rp 100.000.000
Agar persediaan menunjukkan nilai yang sebenarnya pada akhir periode, maka dibuat jurnal penyesuaian persediaan, dengan jurnal: Rp 20.000.000
3. Pendapatan yang Ditangguhkan Pendapatan yang ditangguhkan timbul karena penggunaan metode cash toward accrual (CTA). Dalam metode CTA pendapatan baru diakui pada saat kas diterima di Kas Daerah atau Kas Negara. Dengan demikian, konsekuensinya adalah kas di bendahara penerimaan belum dapat diakui sebagai pendapatan. Rp xxx
6 Contoh: Misalnya di bendahara penerimaan pada tanggal 31 Desember terdapat kas dari hasil pembayaran pajak sebesar Rp 150.000.000. Kas akan disetor pada tanggal 2 Januari tahun berikutnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, maka pada tanggal 31 Desember akan dibuat jurnal penyesuian dengan jurnal sebagai berikut; Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan Ditangguhkan
Rp 150.000.000
Rp150.000.000
4. Reklasifikasi Hutang Jangka Panjang ke Jangka Pendek Penyesuaian pada akhir tahun diperlukan untuk mereklasifikasi hutang jangka panjang ke dalam jangka pendek. Jurnal penyesuaian yang diperlukan ini memerlukan 2 langkah, yaitu 1) mengurangi hutang jangka panjang, dan 2) menambah hutang jangka pendek. Hutang Jangka Panjang Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk. Panjang Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk. Pendek Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo
Rasional: • Jurnal untuk mencatat timbulnya hutang Kas Pendapatan Pembiayaan
Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek/Panjang Hutang
• Jurnal untuk mencatat pembayaran hutang Belanja Pembiyaaan- Pembayaran Hutang Kas di Kas Negara
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Hutang Jangka Pendek/Panjang Rp xxx Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek/Panjang
Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Ilustrasi: Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2004, pada tahun 2004 memiliki hutang jangka panjang yang jatuh tempo sebesar Rp 82 triliun. Buatlah jurnal untuk mencatat penyesuaian reklasifikasi hutang jangka panjang terhadap hutang jangka pendek untuk tahun 2004!
7 Hutang Jangka Panjang Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Panjang
Rp 82 T
Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo
Rp 82 T
Belanja Pembiayaan – Dana Cadangan Kas di Kas Daerah
Rp xxx
Rp 82 T Rp 82 T
5. Pembentukan Dana Cadangan Dana cadangan dibentuk dengan persetujuan legislatif untuk tujuan tertentu, yang tidak dapat didanai dengan dana dalam 1 tahun anggaran. Jadi merupakan tabungan bagi pemerintah daerah. Bahkan sekarang ini, APBN dan APBD menurut UU Keuangan Negara menganut paradigma Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF). MTEF merupakan kerangka penyusunan anggaran dengan mendasarkan pada kebijakan, yang mana kebijakan tersebut tidak didasarkan pada 1 tahun anggaran, namun direncanakan dalam jangka waktu menengah (lebih dari 1 tahun, biasanya 3-5 tahun), dengan dinyatakan pada perkiraan maju (forward estimate). Lawan dari MTEF adalah Single Year Expenditure Framework (SYEF) yang dianut oleh negara kita sebelumnya. Pembentukan dana cadangan ini merupakan bagian dari implementasi terhadap KPJM.
Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
Contoh: Untuk membuat lapangan terbang Wirasaba menjadi lapangan terbang komersial di daerah Barlingmascakeb, diperlukan dana sebesar Rp 10 miliar. Untuk mengumpulkan dana tersebut kemampuan APBD Purbalingga adalah Rp 5 miliar per tahun. Akuntan pemerintah daerah Purbalingga akan mencatat penyesuaian pembentukan dana cadangan pada tahun pertama dengan jurnal sebagai berikut: Belanja Pembiayaan – Dana Cadangan Kas di Kas Daerah
Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Rp 5 M
Rp 5 M
Rp 5 M Rp 5 M
8 6. Taksiran Piutang Pajak (Cadangan Piutang) Pemerintah (Dinas atau Badan pemungut pajak) mengidentifikasi sejumlah pajak yang seharusnya sudah diterima di Kas Negara, namun belum disetor oleh para wajib pajak. Untuk itu diperlukan adanya pengakuan terhadap piutang pajak ini. Jurnal yang dibuat untuk penyesuaian pajak pada akhir tahun fiskal adalah: Piutang Pajak Cadangan Piutang
Rp xxx
Piutang Pajak Cadangan Piutang
Rp 50.000.000
Rp xxx
Ilustrasi: Pemerintah Kabupaten Makmur menugaskan Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) untuk mengelola segala jenis pajak kabupaten. Pada akhir tahun, Dipenda mengindentifikasi terdapat pajak yang seharusnya dibayar oleh wajib pajak, namun belum diterima di Kas Daerah sebesar Rp 50.000.000. Untuk mencatat pengakuan piutang pajak ini, maka Pemerintah Kabupaten Makmur akan mencatat transaksi ini dengan jurnal penyeseuaian: Rp 50.000.000
7. Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Disesuaikan untuk mengakui adanya kewajiban di masa yang akan datang terhadap pihak ketiga. Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk transaksi ini adalah: Hutang PFK Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek
Rp xxx
Rp xxx
Ilustrasi: Pemerintah Daerah memotong gaji PNS 2,5% untuk disetorkan kepada dana pensiun. Pada akhir periode, dana yang belum disetor kepada dana pensiun untuk Kabupaten Makmur adalah Rp 50.000.000. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk pengakuan transaksi ini adalah: Hutang FPK Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek
Rp 50.000.000
Rp 50.000.000
9
NERACA LAJUR Pada akhir periode akuntansi, laporan keuangan sudah dapat disusun berdasarkan catatan pada neraca saldo, ayat-ayat penyesuaian serta neraca saldo disesuaikan. Namun sebagai langkah alternatif sebelum laporan keuangan disusun, dapat digunakan neraca lajur atau kertas kerja (working sheet). Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan.
Neraca lajur merupakan kolom-kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Neraca lajur dibuat pada akhir periode dalam format lembar kerja (spreadsheet). Format ini biasanya akan ditampilkan dengan kolom untuk menyajikan jumlah saldo tiap akun dalam bentuk 8 kolom, 10 kolom, atau 12 kolom.
Apabila pada akhir periode akuntansi digunakan neraca lajur untuk membantu penyusunan laporan keuangan, maka ayat penyesuaian dicatat dalam neraca lajur pada kolom Penyesuaian. Dalam neraca lajur juga sekaligus tersedia kolom Neraca Saldo Disesuaikan untuk mengetahui jumlah atau saldo rekening/akun setelah mengalami penyesuaian. Setelah dicatat dalam neraca lajur dan jurnal, maka ayat penyesuaian tersebut juga dipindahkan (posting) ke buku besar. Berikut ini adalah contoh format neraca lajur dalam akuntansi pemerintahan. Kabupaten Makmur Neraca Lajur per Desember 20XX
Kode Akun
Nama Akun
NS
D
P
K
D
NSD
K
D
K
LRA
D
K
NRC
D
K
LAK
D
K
Selain Kode Akun dan Nama Akun, neraca lajur terdiri dari beberapa kolom (lajur) utama yaitu kolom untuk Neraca Saldo (NS), Penyesuaian (P), Neraca Saldo Disesuaikan (NSD), Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca (NRC), dan Laporan Arus Kas (LAK). Apabila standar akuntansi pemerintahan yang diterapkan adalah full accrual maka akan disediakan tambahan kolom untuk Laporan Operasional (LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana (LPED).
10 Contoh: Berikut ini merupakan neraca saldo Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. KABUPATEN MAKMUR NERACA SALDO Per 31 Desember 2006
Kode Akun 1 100 110 150 190 2 200 250 3 30 300 301 302 32 320 321 35 350 4 400 5 500 501 6 600 601
Nama Akun Aset Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Dana Cadangan Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan) Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Pendapatan Pendapatan Belanja Belanja Operasi Belanja Modal (Aset Tetap) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
Debet (Rp)
2.000 2.000 13.000 6.000
Kredit (Rp)
1.500 9.500 5.000 2.000 -1.500
13.000 -9.500 6.000
15.000 10.000 5.000 Rp 53.000
20.000
7.000
Rp 53.000
Selanjutnya, penyesuaian yang dilakukan Kabupaten Makmur adalah sebagai berikut: • Untuk memastikan keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp 3.000 juta. • Pada awal tahun anggaran, DPRD Kabupaten Makmur memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp 500 juta per tahun. Dari data neraca saldo dan penyesuaian tersebut, buatlah neraca lajur hingga kolom neraca untuk Kabupaten Makmur!
11 Kabupaten Makmur Neraca Lajur per Desember 2006 Kode Akun 1 100 110 150 190 2 200 250 3 30 300 301 302 32 320 321 35 350 4 400 5 500 501 6 600 601
Nama Akun Aset Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Dana Cadangan Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Pendapatan Pendapatan Belanja Belanja Operasi Belanja Modal (Aset Tetap) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) Akumulasi Penyusutan SiKPA
D
NS
2.000 2.000 13.000 6.000
K
D
-
1.000 -
-
1.500 9.500
-
5.000 2.000 (1.500)
-
-
6.000
-
-
15.000 10.000
5.000 53.000
13.000 (9.500) 20.000 -
7.000 53.000
-
500 -
1.500
P
K 1.000 -
500 1.500
D
NSD
2.000 3.000 13.000 6.000
D
-
-
-
-
1.500 9.500
-
5.000 3.000 (1.500)
-
-
6.000
-
-
15.000 10.000
5.000
54.000
LRA
K
12.500 (9.500) 20.000 -
7.000 -
500 54.000
-
-
15.000 10.000
5.000
30.000 30.000
K
-
(dalam jutaan rupiah) NRC
D
2.000 3.000 13.000 6.000
K
-
-
1.500 9.500
-
-
5.000 3.000 (1.500)
-
-
6.000
20.000 -
7.000 -
27.000 3.000 30.000
-
24.000 3.000 27.000
12.500 (9.500) -
500 27.000 27.000
12
SOAL PILIHAN BERGANDA
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 9 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYELESAIAN DAN KOREKSI Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jurnal penutup dalam akuntansi pemerintahan. 2. Membandingkan jurnal penutup akuntansi pemerintahan dengan akuntansi sektor swasta. 3. Membuat jurnal penutup. 4. Memposting jurnal penutup ke buku besar. 5. Membuat neraca saldo setelah penutupan. 6. Menjelaskan pengertian jurnal pembalik dalam akuntansi pemerintahan. 7. Menjelaskan kegunaan jurnal pembalik dan akibat jurnal pembalik jika tidak dibuat. 8. Membandingkan jurnal pembalik akuntansi pemerintahan dengan akuntansi sektor swasta. 9. Membuat jurnal pembalik. 10. Menjelaskan koreksi dan kesalahan laporan keuangan. 11. Menjelaskan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan. 12. Menjelakan kegunaan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
2
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah hasil akhir yang terpenting dari siklus atau proses akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak pengguna. Dalam siklus akuntansi apabila telah sampai pada tahap penyesuaian, sebenarnya laporan keuangan sudah dapat disusun. Hanya saja, untuk lebih mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan secara manual, diberikan alternatif untuk menyusun neraca saldo disesuaikan dan neraca lajur terlebih dahulu. Pada akuntansi sektor swasta, laporan keuangan utama terdiri dari laporan laba rugi, neraca, dan laporan perubahan modal ditambah dengan laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada akuntansi pemerintahan terdiri dari empat laporan keuangan pokok, yaitu laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya dapat juga memberikan informasi tambahan berupa laporan kinerja keuangan (laporan operasional) dan laporan perubahan ekuitas dana.
Pembahasan mengenai laporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan selanjutnya akan dijelaskan secara lebih rinci pada bab 10 (Laporan Keuangan Pemerintah).
JURNAL PENUTUP Setelah laporan keuangan dibuat, tahap penyelesaian dalam siklus akuntansi meliputi tahap menyiapkan jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan, dan terakhir adalah menyiapkan jurnal pembalik.
Pada saat akhir periode pembukuan dibuat ayat jurnal penutupan (closing journal entry). Jurnal penutup ini merupakan prosedur penutupan akun-akun temporer (nominal) pada akhir periode akuntansi. Tujuannya adalah untuk membuat akunakun nominal tersebut menjadi bersaldo nol pada awal tahun pembukuan periode akuntansi selanjutnya.
Ayat-ayat penutupan yang akan dibuat merujuk pada saldo rekening/akun yang terdapat pada neraca saldo disesuaikan. Ayat-ayat penutupan dicatat dalam jurnal umum dua kolom lalu diposting ke dalam akun buku besar yang bersangkutan. Dalam akuntansi sektor swasta, akun-akun penghasilan dan biaya ditutup ke akun ikhtisar laba rugi, lalu akun ikhtisar laba rugi tersebut akan ditutup ke akun modal pemilik (perseorangan) atau laba ditahan (perseroan), kemudian menutup akun prive ke akun modal pemilik (perseorangan) atau akun laba ditahan ke akun dividen (perseroan).
3 Penutupan pembukuan dalam akuntansi pemerintahan pada dasarnya sama seperti dalam akuntansi sektor swasta, hanya saja nama akun yang digunakan berbeda. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penutupan pembukuan dan penjurnalannya dalam akuntansi pemerintahan: 1. Tutup seluruh akun pendapatan dan penerimaan ke akun ikhtisar surplus/defisit. Pendapatan Rp xxx Penerimaan Pembiayaan Rp xxx Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
2. Tutup seluruh akun belanja dan pengeluaran ke akun ikhtisar surplus/defisit. Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx Belanja Operasi Rp xxx Belanja Modal Rp xxx Pengeluaran Pembiayaan Rp xxx
3. Tentukan saldo yang merupakan selisih antara jumlah sisi debit dengan kredit akun ikhtisar surplus/defisit, lalu tutup ke akun ke akun SiLPA/SiKPA. • Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih kecil dari sisi debit (langkah 2). SiLPA/SiKPA Rp xxx Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx • Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih besar dari sisi debit (langkah 2). Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx SiLPA/SiKPA Rp xxx
4. Pindahkan (posting) akun-akun tersebut ke buku besar.
Contoh: Berikut ini adalah neraca saldo disesuaikan Kabupaten Makmur akhir tahun 2006. Kode Akun 1 100 110 150 160 190 2 200 250 3
Nama Akun
Aset Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Akumulasi Penyusutan Dana Cadangan Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana
(dalam jutaan rupiah) NSD D K 2.000 3.000 13.000
-
-
6.000
-
-
500 1.500 9.500
4 30 300 301 302 32 320 321 35 350 4 400 5 500 501 6 600 601
Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Pendapatan Pendapatan Belanja Belanja Operasi Belanja Modal (Aset Tetap) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan)
-
5.000 3.000 (1.500)
-
6.000
-
12.500 (9.500)
-
20.000
-
7.000
15.000 10.000 5.000 54.000
-
-
54.000
Buatlah jurnal penutup Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 lalu postinglah ke buku besar! Jawab: • Jurnal penutup Tgl.
2006 Des
Uraian
31 31
31
Pendapatan Penerimaan Pembiayaan Ikhtisar Surplus/Defisit
Ikhtisar Surplus/Defisit Belanja Operasi Belanja Modal Pengeluaran Pembiayaan SiLPA/SiKPA Ikhtisar Surplus/Defisit
Ref. 100 400 500 501 601 300 700
(dalam jutaan rupiah) Jumlah Debit (Rp) Kredit (Rp) 20.000 7.000 27.000 30.000
3.000
Jurnal di atas dapat pula dicatat dalam satu jurnal sebagai berikut: Tgl.
2006 Des
Uraian
31
• Buku Besar
Pendapatan Penerimaan Pembiayaan SiLPA/SiKPA Belanja Operasi Belanja Modal Pengeluaran Pembiayaan
Ref. 100 400 300 500 501 601
15.000 10.000 5.000 3.000
(dalam jutaan rupiah) Jumlah Debit (Rp) Kredit (Rp) 20.000 7.000 3.000 15.000 10.000 5.000
5
Nama Rekening: Ikhtisar Surplus/Defisit Kode Rekening: 700 Tgl Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit ‘06 31 Menutup akun 15.000 ‘06 31 Menutup akun 20.000 Des belanja operasi Des pendapatan 31 Menutup akun belanja modal
31 Menutup akun pengeluaran pemby.
10.000 5.000
31 Menutup akun penerimaan pembiy. 31 Ditutup ke SiLPA/SiKPA
7.000 3.000
Nama Rekening: SiLPA/SiKPA Kode Rekening: 300 Tgl Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit ‘06 31 Dari ikhtisar 3.000 ‘06 31 Saldo sebelum 5.000 Des surplus/defisit Des penutupan 31 Saldo setelah penutupan
2.000
Dengan demikian saldo rekening pendapatan, belanja operasi, belanja modal, penerimaan pembiayaan, dan pengeluaran pembiayaan bersaldo nol. Sedangkan saldo rekening SiLPA/SiKPA setelah penutupan adalah sebesar Rp 2.000. Saldo inilah yang akan muncul dalam neraca Kabupaten Makmur per 31 Desember 2006.
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN Segera setelah setiap kali melakukan posting dari ayat jurnal penutupan ke dalam akun yang bersangkutan, seluruh akun kembali ditentukan saldonya yang dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Berikut ini dibuat Neraca Saldo Setelah Penutupan (NSSP) yang berasal dari Neraca Saldo Disesuaikan (NSD) dan Jurnal Penutupan (JP).
Kode Akun 1 100 110 150 160 190 2 200 250 3 30 300 301 302 32 320 321 35 350 4 400 5 500 501 6 600 601
Nama Akun Aset Kas di Kas Daerah Persediaan Aset Tetap Penyusutan Dana Cadangan Kewajiban Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar SiLPA/SiKPA Cadangan Persediaan Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Pendapatan Pendapatan Belanja Belanja Operasi Belanja Modal (Aset Tetap) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang) Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
D
NSD
2.000 3.000 13.000 6.000 -
K
D
-
-
-
500 1.500 9.500
-
-
5.000 3.000 (1.500)
-
-
6.000
-
-
12.500 (9.500)
3.000
-
20.000
20.000
-
7.000 54.000
7.000 30.000
5.000 54.000
-
-
K
(dalam jutaan rupiah) NSSP D K
-
2.000 3.000 13.000 6.000
-
-
2.000 3.000 (1.500)
-
-
6.000
-
-
15.000 10.000
JP
-
15.000 10.000 -
5.000 30.000
-
-
24.000
-
500 1.500 9.500
12.500 (9.500) -
24.000
JURNAL PEMBALIK Jurnal pembalik (reversing entries) adalah jurnal yang digunakan untuk memindahkan akun riil (permanen) ke rekening nominal (temporer) pada awal periode akuntansi selanjutnya. Jurnal pembalik disebut juga jurnal penyesuaian kembali karena merupakan kebalikan dari jurnal penyesuaian. Membuat jurnal pembalik sifatnya adalah optional, yaitu merupakan pilihan alternatif yang tidak harus dilakukan.
Pada akuntansi sektor swasta, jurnal penyesuaian yang boleh dan perlu dibalik adalah jurnal penyesuaian untuk pos-pos transitoris dan pos-pos antisipasi. Pospos transitoris meliputi biaya dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka. Sedangkan pos-pos antisipasi meliputi biaya yang belum dibayar dan pendapatan yang belum diterima. Pada akuntansi pemerintahan, jurnal penyesuaian yang perlu dibalik adalah untuk reklasifikasi Utang jangka panjang yang jatuh tempo, dari klasifikasi sebagai utang jangka panjang kepada jangka pendek. Pada awal periode berikutnya utang tersebut perlu diklasifikasi lagi sebagai utang jangka panjang
Contoh, Pemda D memiliki Utang jangka Pendek sebesar Rp2.000 dan Utang Jangka Panjang Rp30.000. Dari hutang jangka panjang tersebut sebesar Rp3.000 merupakan utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Penyesuaian atas Reklasifikasi hutang jangka panjang menjadi hutang jangka pendek: Hutang Jangka Panjang Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo
3.000
Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo Hutang Jangka Panjang
3.000
Pada awal periode maka direklasifikasi:
3.000
3.000
Menjurnal reklasifikasi utang jangka panjang ke dalam utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Artinya konversi dari utang jangka panjang ke jangka pendek. Mengapa harus direklasifikasi? Bukankah sama-sama hutang, sama-sama harus dibayar.
8 Prosedur pencatatan jurnal pembalik adalah sebagai berikut: ...........................................
Contoh: ..........................................................................................................................................................
KOREKSI KESALAHAN Jurnal koreksi diperlukan apabila suatu tansaksi dijurnal pada rekening/akun yang salah atau memasukkan jumlah rupiah yang salah dan diketahui sudah diposting ke buku besar. Fungsi dari jurnal koreksi ini adalah untuk menetralkan kesalahan dan mencatat transaksi sebagaimana yang seharusnya.
Contoh: pembayaran hutang jangka panjang Rp 500 telah dijurnal dan diposting dengan mendebet hutang jangka pendek. Buku besar: Rekening yang salah Hutang Jangka Pendek Rp 500
Hutang Jangka Panjang Rp 500
Kas
Seharusnya
Kas
Rp 500
Rp 500
Jurnal Koreksi: Hutang Jangka Panjang Hutang Jangka Pendek
Posting jurnal koreksi:
Hutang Jangka Panjang Koreksi Rp 500
Rp 500
Rp 500
Hutang Jangka Pendek Rp 500 Koreksi Rp 500
9
SOAL PILIHAN BERGANDA
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
10
SOAL 1-6 DIKERJAKAN DALAM KERTAS SECARA MANUAL GUNAKAN NOTEBOOK, KALKULATOR SEBAGAI ALAT BANTU SOAL 1 PERSAMAAN AKUNTANSI Waktu: 30 Menit Pemerintah Daerah Mekar adalah sebuah Kota yang merupakan hasil pemekaran dari Kota Asal. Berikut ini adalah Neraca Awal sesaat setelah pemekaran yang terjadi pada tanggal 31 Desember 2010. Aset Lancar Kas Piutang Pajak Daerah Persediaan Aset Tetap Tanah Bangunan Jalan, Irigasi dan Jembatan Kendaraan Investasi di Perusahaan Daerah Dana Cadangan Jumlah Aset Utang Utang Jangka Pendek Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Utang Jangka Panjang 1 2 3 4 5
200,000 12,000 100,000 200,000 140,000 50,000 70,000 100,000 50,000 922,000 100,000 50,000 600,000
Buatlah persamaan akuntansi Berapakah jumlah total Ekuitas Dana Lancar Berapakah jumlah total Ekuitas Dana Investasi Berapakah jumlah total Ekuitas Dana Cadangan Tunjukkan persamaan akuntansi dengan basis akrual.
Halaman
1
4. NERACA LAJUR, JURNAL PENUTUP DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Data yang dihimpun untuk penyesuaian akhir tahun 2005: 1. Laporan Keadaan Kas Bendahara Penerima di Dinas Kehutanan menunjukkan bahwa penerimaan yang belum disetor ke Kas Daerah sebesar Rp6.500.000,00. 2. Surat Ketetapan Pajak yang belum dilunasi menurut Dispenda sebesar Rp25.600.000,00 3. Rekapitulasi hasil inventarisasi barang persediaan di seluruh unit menunjukkan jumlah persediaan sebesar Rp60.375.000,00 4. Penyusutan peralatan dan mesin dihitung dan ditetapkan sebesar Rp6.450.000.000,00 5. Penyusutan gedung dan bangunan dihitung dan ditetapkan sebesar Rp2.245.000.000,00 6. Penyusutan Jalan, jaringan dan irigasi dihitung dan ditetapkan sebesar Rp1.145.000.000,00 7. Hutang yang kepada Pemerintah Pusat yang jatuh tempo tahun 2006 sebesar Rp23.400.000,00
INSTRUKSI 1 Berdasarkan data di atas buatlah jurnal, buku besar, dan neraca saldo per 31 Desember 2005 2 Buatlah Kertas Kerja Penyusunan Laporan Keuangan dalam bentuk 10 atau 12 Kolom. 3 Buatlah Laporan Keuangan berupa Neraca, LRA, LAK, LPE, SAL, LO, dan CALK. Dalam pengerjaan boleh dengan bantuan komputer EXCEL, dikumpulkan harus dalam bentuk print out dan softcopy.
Page 1
Soal Lengkap soal akuntansi pemerintahan