AKTIVITAS MANUSIA DI PASAR TRADISIONAL SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
SKRIPSI
ARIFIN K. 3202020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
ABSTRAK Arifin. AKTIVITAS MANUSIA DI PASAR TRADISIONAL SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS. Laporan Tugas Akhir, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2008. Penciptaan karya tugas akhir ini dilakukan dengan tujuan: memvisualisasikan Aktivitas Manusia Di Pasar Tradisional melalui karya lukis dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang yang terjadi pada pasar tradisional. Penciptaan karya tugas akhir ini dilaksanakan dari bulan Februari 2007 sampai dengan Desember 2008. Metode Penciptaan yang dilakukan menggunakan pendekatan empiris. Bahan yang digunakan untuk pembuatan karya adalah kertas, cat minyak Maries, oil painting Greco, cat tembok, pigmen, minyak tanah, kanvas siap pakai dan pigura. Alat yang digunakan adalah pensil 2B untuk membuat sketsa, dot untuk membuat motif batik, kuas, kain lap, dan palet,. Kuas yang digunakan yaitu kuas Eterna berukuran 2, 4, 6, 8, 10, dsn 12. Kuas yang digunakan untuk pengerjaan bagian yang sangat detail yaitu kuas V-Tec berukuran 0 dan kuas V-Tel berukuran 00. Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas di atas kanvas. Ada empat fase dalam proses penciptaan karya, yaitu fase persiapan, fase pengeraman, fase inspirasi, dan fase pengolahan penyelesaian. Ada lima tahap pada fase pengolahan dan penyelesaian karya lukis tugas akhir ini, yaitu pembuatan sketsa alternatif, pembuatan sketsa di atas kanvas, empat tahap pewarnaan, dan penyajian karya. Karya yang diciptakan berupa karya seni lukis dua dimensi dari bahan dasar cat minyak dan kanvas sebagai medianya. Ukurannya antara lain 80 cm x 120 cm (2 karya), 70 cm x 90 cm, 60 cm x 90 cm, 140 cm x 160 cm, 93 cm x 127 cm, 120 cm x 140 cm, dan 95 cm x 165 cm. Judul karya yaitu Untuk Pembangunan dan Piring - Piring yang Selalu Kosong, Semakin Kontras, Siap Berurban, Indah Bersama Pemerintah, Tetap Statis Hingga Uzur, Untuk Satu Kelapa, Tak Cukup Menarik, dan Mbah Samidi Tetap Narima Ing Pandum. Karya-karya tersebut secara keseluruhan menceritakan kehidupan masyarakat pedesaan dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar tradisional merupakan aset daerah. Pasar tradisional bukan sekedar ruang, akan tetapi sebuah lembaga sosial yang berbentuk karena proses interaksi kebutuhan. Pasar tradisional memiliki arti yang penting bagi masyarakat yang berfungsi sebagai pusat pertemuan, pusat informasi pusat rekreasi, pusat kegiatan sosial budaya, pusat jual beli, dan sebagainya. Pasar merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang dan jasa yang dijadikan obyek jual beli. Pasar juga diartikan, suatu tempat tertentu yang terorganisir, dengan sekelompok bangunan dengan batasan-batasan yang ditentukan dimana sekelompok pembeli dan penjual bertemu, sehingga memungkinkan terjadinya transaksi jual beli barang dan jasa (Murtolo, 1995 : 21-22). Fungsi pasar secara ekonomis dan secara sosial, sangat penting bagi masyarakat, dengan tersedianya pasar masyarakat dapat membeli kebutuhan yang mereka inginkan. Keberadaan pasar-pasar tradisional memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat dan berfungsi sebagai pusat standar ekonomi rakyat, selain itu pasar tradisional berfungsi sosial sebagai pusat pertemuan, pusat informasi, pusat rekreasi dan pusat sosial budaya. Pasar tradisional sendiri sebenarnya sangatlah beragam jenisnya (Dewar dan Watson dalam Ratna, 2000 : 11). Dalam pertumbuhannya yang telah berlangsung lama, masing-masing pasar menetapkan peran, fungsi serta bentuknya sendiri-sendiri, misalnya beberapa pasar ada yang mengkhususkan komuditi tertentu, seperti ternak atau hewan, kain atau tekstil, beras, bunga, buah, dan lain-lain. Kesemua itu membuat setiap pasar menjadi unik dan berbeda satu dengan yang lain. Dalam adat jawa dikenal adanya pasar harian dan periodik, baik pasaran menurut putaran lima hari kalender jawa maupun mingguan (Ratna, 2000 : 11).
Berbagai aktivitas manusia di lingkup pasar tradisional sangat bermacam-macam, seperti pedagang yang menjual sayur-sayuran, buah-buahan, seorang kakek yang memikul karung yang berisi beras, ada juga para pembeli yang sedang membeli kebutuhannya masing-masing, aktivitas lainnya seperti tukang parkir, buruh gendong, pedagang oprokan, dan pedagang kaki lima. Kenyataannya saat ini pasar tradisional itu semakin terabaikan. Perkembangan dan perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat memunculkan fenomena baru yakni berkembangnya pasar modern, seperti mall, swalayan, supermarket. Tak lagi hanya terbatas di kota-kota besar akan tetapi telah merambah ke kota-kota kecil yang sedang berkembang. Pembangunan pasar modern yang begitu banyak akhir-akhir ini dikhawatirkan akan menggeser eksistensi pasar tradisional (Adi dan Agung, 2004 : 115). Hal ini tentu bukan sekedar sebuah upaya untuk ekonomi semata akan tetapi telah memunculkan pola baru menyangkut pola relasi sosial. Secara ekonomis maka keberadaan pasar modern tentu menjadi masalah paling nyata bagi pasar tradisional. Sampai di sini dapat dilihat bahwa sistem ekonomi tradisional sifat yang bertentangan dengan sistem ekonomi modern (Belshair dalam Murtolo, 1995 : 2). Masyarakat yang selama ini masih melakukan aktivitas di pasar secara tradisional terpaksa berhadapan dengan perlengkapan yang semakin canggih di pasar modern. Sekarang ini sebagian masyarakat tersebut boleh dikatakan tidak siap menghadapinya. Sementara pembangunan terus berlangsung sehingga jika hal itu tidak dibiasakan dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan sosial. Berbagai macam aktivitas manusia di pasar tradisional dan kejadian-kejadian sehari-hari di pasar tradisional merupakan endapan yang terus menerus memenuhi perasaan pribadi, dan penulis akan mempertahankan kebudayaan pasar tradisional melalui curahan ke dalam bentuk-bentuk tertentu yang diwujudkan secara realis ke dalam karya seni lukis. Karya lukis merupakan salah satu karya seni rupa yang tidak lepas dari komponen-komponen pendukungnya, salah satu komponen tersebut adalah tema. Berhubungan dengan tema, diangkat satu permasalahan yaitu aktivitas manusia di pasar tradisional yang di rasa penulis menarik dan merupakan salah satu kebudayaan Indonesia.
Seni bukan sekedar benar yang diciptakan seniman agar dapat ditangkap oleh panca indera, tetapi kreasi seniman yang mengandung pengalaman yang mengesankan atau unik tentang aktivitas manusia di pasar tradisional. Dalam kesibukan aktivitas di pasar tradisional menjadi hal yang menarik bagi penulis dan menjadikan sumber ide, karena di dalamnya banyak sekali yang bisa penulis ambil manfaatnya. Dalam proses penciptaan karya seni ada hubungan antara faktor yang datang dari luar. Henry Matisse berpendapat, “… Penciptaan dalam seni dimulai dengan pengalaman. Pengalaman kreatif bisa diawali dengan melihat sesuatu yang ada di sekelilingnya (Henry Matisse dalam Edy Tri Sulistyo, 2005 : 93). Beraneka ragam kesibukan dan kejadian di dalam aktivitas manusia di pasar tradisional, sejalan dengan berkembangnya pemikiran dan pengalaman penulis selama ini, semakin terbuka wawasan pengetahuan tentang realita di pasar tradisional yang semakin erat. Pada saat ini penulis melihat berbagai macam kegiatan aktivitas manusia di pasar tradisional dan transaksi jual beli antara pedagang dengan pembeli serta kegiatan lainnya. Berbekal dengan pengamatan tersebut, penulis membayangkan dalam dunia nyata atau dunia imajinasi, sehingga mampu menggiring penulis untuk mengekspresikannya dalam karya lukis realisme. Realisme adalah aliran seni yang berupa melukiskan dan menceritakan sesutu kedalam karya dengan sebagaimana kenyataannya. Teknik pewarnaan dengan menggunakan media cat minyak di atas kanvas dan sudut pandang pengambilan objek ke arah foto realisme menjadi pilihan.
B. Rumusan Masalah Bagaimana proses penciptaan dan cara memvisualisasikan karya yang bersumber dari aktivitas manusia di pasar tradisional berkaitan dengan ide, konsep, bentuk, media dan teknik.
C.Tujuan dan Manfaat
Tujuan Tugas Akhir (TA) ini adalah : 1. Mendeskripsikan hal –hal yang berkaitan dengan aktifitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide penciptaan karya seni lukis. 2. Berusaha untuk memvisualisasikan aktivitas manusia di pasar tradisional
melalui
karya lukis. 3. Menambah wacana apresiasi karya seni lukis realis bagi dunia pendidikan seni rupa.
Manfaat Tugas Akhir (TA) ini adalah : 1. Menambah wawasan dalam proses penciptaan karya seni lukis sehingga dapat berkembang pada proses penciptaan karya seni lukis selanjutnya. 2. Diharapkan dapat membawa kesadaran bagi masyarakat dan pemerintah bahwa pasar tradisional hampir tersingkirkan dengan adanya mall, swalayan. 3. Diharapkan mampu memenuhi selera masyarakat sebagai penikmat karya seni terhadap karya lukis yang penulis sajikan.
BAB II KONSEP PENCIPTAAN A. Sumber Penciptaan
Seorang perupa menciptakan sesuatu yang baru, unik, dan indah tidaklah dibuat sesuatu lantaran tehnis saja, tetapi adanya ide atau imajinasi. Suatu proses penciptaan karya seni adalah suatu usaha untuk mewujudkan idea atau imajinasi yang diperoleh dari suatu pengindraan ke dalam suatu bentuk ( mulyadi, 1997 : 18) Ide dapat diartikan dengan konsep atau gagasan yang digunakan oleh seorang seniman dalam berkarya, pengertian ini sesuai dengan pendapat berikut, ”…suatu gagasan/konsepsi pemikiran yang melandasi terciptanya suatu karya seni“ (Narsen Afatara, 2000: 80). Sumber ide biasanya berasal dari pengalaman dalam dunia nyata maupun pengalaman batin. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagai berikut, ”Pengalaman yang diperoleh seseorang dari lingkungan terdiri dari pengalaman visual dan pengalaman non visual” (Arfial Arsad Hakim, 1994: 16). Sumber ide penciptaan karya tugas akhir ini berasal dari pengamatan di lingkungan sekitar sehingga memunculkan gagasan untuk melestarikan pasar tradisional sebagai objek dalam karya seni lukis. Sumber ide penciptaan karya tugas akhir ini berasal dari pengamatan lingkungan sekitar, pasar tradisional semakin terabaikan, perkembangan dan perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat memunculkan fenomena baru yakni berkembangnya pasar modern, seperti mall, swalayan, supermarket. memunculkan gagasan untuk menampilkan aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai objek dalam karya seni lukis. Berbagai aktivitas manusia di pasar tradisional yang begitu menarik sehingga penulis berusaha memvisualisasikannya ke dalam sebuah karya. Misalnya : kesibukan para pedagang yang tengah tawar menawar kepada para pembeli, seorang nenek yang sedang menggendong keranjang berisi barang dagangan, kegiatan tawar menawar antara pedagang dan penbeli, Selain itu masih banyak lagi aktivitas lainnya di pasar tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide. Pasar tradisional bagi masyarakat, baik secara sosial, budaya ataupun secara ekonomi di jaman sekarang ini telah bergeser karena pembangunan pasar-pasar modern
yang tidak memperhatikan perekonomian rakyat. Kehidupan para pelaku pasar tradisional mulai terancam oleh mekanisme pasar baru atau pasar modern. Pasar modern menawarkan berbagai kemudahan dalam beraktivitas seperti kenyamanan dalam berbelanja yang menyebabkan pasar tradisional kurang diminati oleh konsumen. Pasar tradisional yang identik dengan perekonomian kerakyatan semakin tidak berdaya ketika pasar modern dalam mendapatkan produk dengan kemudahan dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga yang dijual di pasar tradisional. Akibat dari pembangunan mall dan swalayan sangat berpengaruh pada pasar tradisional. Pengaruh dari pembangunan mall dan swalayan tersebut maka penurunan dari berbagai aktivitas di pasar tradisional yang dulunya ramai dipadati para pembeli dan pedagang sekarang menjadi berkurang, karena para pembeli kelas atas cenderung berpindah ke pasar modern. Sudah waktunya bagi masyarakat dan pemerintah sebagai penentu berdirinya pasar tradisional dan melestarikan kebudayaan dari berbagai aktivitas di pasar tradisional. Proses berfikir, perenungan dan pengamatan berbagai keterkaitan terhadap keunikan, keselarasan, dan kesibukan yang tergambar dalam aktivitas di pasar tradisional menjadi sumber ide bagi penulis, sehingga mampu berkarya dalam karya lukis dengan mengangkat tema-tema aktivitas pasar tradisional.
B. Landasan Teori
1. Kajian Seni Mendefinisikan arti seni dalam satu pengertian tanpa mengkaji berbagai pendapat adalah sangat mustahil. Seni pada umumnya sangat kompleks dan memiliki banyak variasi. Arti seni memang tidak dapat didefinisikan secara pasti, karena seni mencakup pengertian yang sangat luas. Untuk memahami arti seni dapat kita simak beberapa pendapat berikut ini. Menurut Ki Hajar Dewantara, “Seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan hidupnya yang bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia” (dalam Edy Tri Sulistyo, 2005 : 2). Penjelasan lain menurut Erwino Christensen, “Seni merupakan suatu rangkaian atau kesinambungan dengan adanya kepercayaan terhadap kekuatan magis” (dalam Mulyadi, 2000 : 1). Dari
dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seniman menciptakan sebuah karya seni untuk mengungkapkan pengalaman batinnya dan beberapa rangkaian terhadap kekuatan magis. Menurut Everyman Encyclopedia menyebutkan bahwa seni adalah “ … segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena spiritual (dalam Mulyadi, 2000 : 5). Karya seni diciptakan oleh seorang seniman adalah untuk menuangkan ekspresi dan imajinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagai berikut, “Seni merupakan konvensi unik dari imajinasi “ (Bennedetto Croce dalam Mikke Susanto, 2003: 18) Seni sering diberikan pengertian yang berbeda-beda, baik dalam kurun waktu yang sama ataupun kemampuan serta imajinasi penciptaan benda, suasana atau karya yang menimbulkan rasa indah. Dari pendapat-pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa karya seni adalah hasil karya seniman dalam proses kreatif untuk menciptakan karya. Dalam proses kreatif ini seorang seniman akan mengarahkan seluruh ketajaman pengamatan, fungsi jiwanya, kemauan, akal, dan perasaannya.
2. Kajian Seni Lukis Seni rupa merupakan cabang seni yang secara umum disebut seni visual. Hal ini disebabkan penggambaran seni rupa berwujud bentuk-bentuk yang dinikmati oleh indera penglihatan. Seni rupa memiliki beberapa cabang, salah satunya seni lukis. Seni lukis adalah bentuk lukisan pada bidang dua dimensi berupa hasil pencampuran warna yang mengandung maksud, menurut sejarah kelahiranannya antara lain meliputi aliran-aliran, naturalis, impresionalisme, ekspresionalisme dan kubisme adalh aliran modern. Aliran modern lainnya antara lain futurisme, suralisme dan neoimpresionisme (Pringgodigdo, 1977 : 977). Seni lukis merupakan penuangan ekspresi melalui unsur-unsur seni rupa dalam bidang dua dimensional yang dapat berupa kertas, tembok, kanvas maupun bidang yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat berikut, “Seni lukis adalah suatu pengucapan
pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna” (Sudarso SP, 1976: 7).
a. Komponen Seni Karya seni lukis merupakan suatu kesatuan dari berbagai komponen seni pendukungnya. Komponen-komponen seni yang dimaksud terdiri atas “…subject matter ( pokok isi tema), bentuk, dan isi. Sedang untuk lebih menekankan pada permasalahan tentang seni, perlu ditekankan berbagai hal yang mendukung terwujudnya suatu karya seni, yaitu bagian dari suatu bentuk yang meliputi awal terjadinya karya hingga hasil yang dicapai dalam kaitannya dengan penghayatan dari penikmat seni. Hal yang menunjang terwujudnya karya seni adalah komponen seni. Di bawah ini adalah penjelasan masing-masing komponen tersebut. Tema (subject matter) dalam karya seni adalah suatu persoalan yang dapat juga disebut pokok suatu karya. Tema merupakan proses awal dalam memotivasi penciptaan karya yang akan muncul setelah seniman melakukan pengamatan, perenungan, dan pemahaman terhadap objek yang telah ditemukannya. Suatu komponen yang paling penting dalam seni lukis, dan merupakan hal pokok yang dapat memungkinkan untuk menentukan identitas pelukis dalam berkarya. Tema adalah ide-ide yang mendasari atau yang dijadikan komponen pokok dalam penciptaan karya lukis selain waktu dan kondisi lingkungan beserta situasi psikis seniman sangat menentukan terbentuknya subject matter dalam diri seniman. Hal ini dapat terjadi karena kondisi psikologis seniman yang dapat juga berubah. Bentuk dalam suatu karya seni adalah karya seni itu sendiri yang merupakan satu kesatuan unsur-unsur rupa atau totalitas karya. Unsur-unsur pendukung yang dimaksud disini meliputi garis, shape, gelap terang, tekstur, dan warna. Bentuk suatu karya seni terjadi karena kesatuan hubungan timbal balik antara unsur-unsur dasar satu dengan yang lain. Yang berarti bentuk adalah sesuatu yang ditangkap dengan panca indra, yaitu bias dilihat, diraba, dan didengar ( Mulyadi, 1991: 19). Isi adalah suatu penghayatan dalam mengadakan pengamatan terhadap suatu karya seni yang dipengaruhi oleh indera penglihatan, disamping dipengaruhi kondisi jiwa pula. Isi merupakan ksatuan hubungan nilai-nilai hakiki objek yang telah diberi makna
penghayat (Suryo Suradjijo, 1989 : 50). Seseorang penghayat dapat menangkap isi karya setelah mengamati, kemudian menghayati secara langsung dan hasil dari pengamatan terhadap suatu karya akan berbeda antara penghayat satu dengan yang lain.
b. Unsur-Unsur Seni Rupa. Penciptaan karya-karya seni lukis tidak terlepas dari penggunaan unsur-unsur seni rupa. Unsur-unsur dalam seni rupa adalah garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur (Edy Tri Sulistyo, 2005: 16). Sesuai dengan penjelasan Dharsono Sony Kartika (2004: 36). Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra) dengan menggunakan medium rupa, yaitu: garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Di bawah ini adalah penjelasan setiap unsure seni rupa tersebut. Dalam seni rupa pengertian garis adalah titik-titik yang berkelanjutan, pertemuan atau persilangan dari dua buah bidang atau warna, atau sesuatu yang membatasi ruang/ bidang, atau sesuatu yang berdimensi memanjang. Secara umum ada dua jenis garis, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Dari setiap jenis garis dapat dibuat variasi yang bermacam-macam, dan mempunyai karakter yang berbeda-beda. Kehadiran garis pada seni rupa menentukan kualitas suatu karya, baik dalam seni lukis, seni patung, atau seni rupa lainnya (Edy Tri Sulistyo, 2005: 117). Pengertian bidang adalah hasil perpotongan dari beberapa garis atau garis lengkung yang bertemu ujung pangkalnya sehingga merupakan siluet dari sesuatu. (Edy Tri Sulistyo, 2005: 117) Dalam seni lukis bidang dapat terjadi pada sekelompok warna, misalnya warna yang dihasilkan oleh sentuhan kuas yang sudah tercampur warna pada bidang datar atau kertas. Seniman menggunakan bidang terutama untuk mendapatkan kesan ruang dan menegaskan batas-batas objek. Timbulnya ruang pada seni lukis karena pengolahan gelap terang atau penerapan ilmu perspektif. Untuk membuat kesan perspektif dapat dilakukan dengan jalan menyusun gradasi warna yakni kesan jauh dibuat warna samar-samar atau mendekati warna kebiruan. Bila menggunakan media garis maka garis-garis yang dekat dengan pandangan kita digambarkan dengan garis yang tebal atau besar, sedang yang jauh wujudnya kecil atau tipis sampai kelihatan menghilang. Dari dua
contoh tersebut tidak hanya menimbulkan kesan perspektif saja melainkan sekaligus menunjukkan keruangan. Hanya saja ruang yang dimaksud adalah ruang semu. Tekstur adalah permukaan dari suatu objek (benda) atau menggambarkan dari sifat permukaan. Tekstur terbagi menjadi dua yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah rasa suatu permukaan yang diraba bersifat nyata, sedangkan tekstur semu adalah sifat atau kesan permukaan suatu bidang hanya merupakan tipuan mata. Warna dapat merangsang indera mata dan juga besar pengaruhnya terhadap jiwa atau pribadi seseorang. Warna pada sebuah lukisan disamping memberikan nilai estetis juga memberikan pengaruh jiwa pelukisnya. Pada umumnya penggunaan warna dibagi menjadi tiga macam fungsi. Yaitu fungsi semacam perjanjian, fungsi mewakili kenyataan optis, dan warna itu mewakili dirinya sendiri. c. Prinsip-Prinsip Penyusunan Unsur-Unsur Seni Rupa. Sulistyo (2005: 98) menjelaskan bahwa penyusunan unsur-unsur seni rupa sangat berpengaruh pada hasil penciptaan karya. Prinsip-prinsip dalam penyusunan unsur seni rupa antara lain proporsi, keseimbangan, harmoni, irama, kontras, pusat perhatian dan keutuhan. Di bawah ini adalah penjelasan setiap prinsip penyusunan tersebut. 1). Proporsi. Proporsi adalah perbandingan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam karya seni rupa. 2). Keseimbangan. Keseimbangan adalah rasa seimbang yang dapat dirasakan dari hasil pengamatan suatu karya. Keseimbangan simetris adalah keseimbangan yang dihasilkan dari persamaan bentuk antar bagian kiri dengan kanan atau bagian atas dengan bawah. Keseimbangan asimetris adalah keseimbangan yang dapat dirasakan meskipun tidak ada persamaan bentuk antara bagian kiri dengan kanan atau bagian atas dengan bawah. 3). Harmoni. Harmoni adalah keserasian dan proporsi yang cocok dari hasil pengamatan terhadap suatu karya. 4). Irama. Irama adalah suatu keteraturan penyusunan yang dilakukan secara berkelanjutan baik secara berulang-ulang atau berbeda-beda.
5). Kontras. Kontras adalah perbedaan yang jelas antara unsur yang satu dengan yang lain. 6). Pusat perhatian. Pusat perhatian (centre of interest) adalah dominasi atau suatu unsur yang paling menonjol pada sebuah karya. 7). Keutuhan. Keutuhan adalah keserasian dan hubungan yang erat antara unsur yang satu dengan yang lain secara keseluruhan. 3. Pembahasan Realisme a. Pengertian Realisme Realisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990: 733) diartikan sebagai suatu aliran kesenian yang berupa melukiskan dan menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataanya Realisme oleh Muharam ( 1991: 11) juga diartikan adalah gaya seni rupa yang ingin mengungkapkan “kenyataan”. Realisme mempunyai tema yang nyata terdapat dalam kehidupan sehari-hari misalnya pasar, pekerja di sawah, upacara keagamaan, dan sebagainya. Sesuai dengan penjelasan Suryo Suradjijo ( 1996: 68) bahwa realisme di dalam seni rupa merupakan suatu usaha seniman untuk menggambarkan dunia sekitar seperti apa adanya, seperti yang ditanggkap oleh alat optiknya. Maka realisme dalam seni rupa ialah suatu usaha untuk menggambarkan eksistensi objek seperti eksistensi objek secara apa adanya objek itu. Realisme juga dapat dilihat pada karya-karya Romawi terutama pada patung-patung potret. Potret-potret masa Romawi ini disebut pula karya realisme individual, karena realisme yang menggambar watak individu objek. Apabila dicermati bentuk karya seni dalam sutu kriteria maka akan mendapatkan dua kutub yang saling berjauhan, ialah realisme dan abstrak. Istilah lain yang banyak didapat dalam kehidupan seni sampai sekarang ini , misalnya di kutub yang satu naturalisme dikutub yang lain geometrik, organik dan konvensional, vitalistik dan formalistik. Adapun yang dimaksud dengan realisme ialah kecermatan penggambaran kenyataan alam, sedang abstrak ialah bentuk yang murni atau essensi yang diabstraksikan dari detail-detail yang diambil atau tidak ada kaitannya sama sekali dengan alam. Dengan demikisn maka realisme itu bukan saja suatu usaha untuk mereproduksi alam secara cermat imaji-imaji yang ada hubungannya pengamatan yang cermat.
Pada tahun 1846 Realisme telah diproklamirkan oleh Coubert, seorang pelukis Perancis terkenal, yang selanjutnya terkenal pula sebagai Proklamator Realisme dan disebut sebagai Bapak Realisme (Soetjipto, 1989 : 93). Beberapa karyanya pada saat itu adalah Habis Makan di Ornans, Pemakaman di Ornans, Pemecah Batu, Studio Pelukis, dan lain-lain. Pada saat itu karya-karya Coubert menarik perhatian para perupa lainnya, diantaranya Max Buchon, Champfleury, Duranty, Baudelaire, Proudnon, dan lain-lain. Dalam perkembangannya realisme adalah akar beberapa aliran sesudahnya. Macammacam realisme antara lain realisme selektif, realisme dunia mimpi, realisme sosial, realisme tepi, realisme fokus dan tepi, realisme jendela, realisme cahaya dan bayangan, realisme dinamis, realisme radikal, realisme baru dan super realis. Di Indonesia sendiri para pelukis yang menganut aliran realisme adalah Raden Saleh, Dullah, Basuki Abdullah, dan lain-lain.
b. Macam –macam Realisme
1). Realis Jendela Realisme jendela adalah konsepsi tentang seni lukis dengan suatu hal yang umum bagi manusia. Idenya ditampilkan dalam sebuah gambar dimana objek-objeknya harus nyata oleh penglihatan seseorang, yang ada di depannya menjadi jelas ( Narsen Afatara, 1997: 4). Penglihatan itu dibatasinya dalam suatu gambar, dimaksudkan dalam kanvas bujur sangkar atau lembaran kertas. Batasan ini sepertinya merupakan lukisan yang terlihat pada jendela atau pintu.
2). Realisme Selektif Realis selektif dibedakan dengan realisme biasa . Perbedaan ini mengenai mengenai obyek yang terlihat serta persepsi yang jelas dari pandangan yang tunggal. Apa yang dilihat di luar persepsi yang tunggal bisa saja merupakan komposisi (misalkan ada 4 obyek). Pelukisan obyek dikerjakan tanpa lama-lama. Hanya dengan demikian lukisan mewakili kebenaran yang penuh dari penangkapan sesuatu yang bisa dimengerti. Sebagai contoh lukisan Cina yang menggambarkan objek seekor kuda, seseorang lelaki, dan sebatang pohon. Kuda digambarkan agak dekat. Keseluruhan gambar itu banyak bidang
kosong. Suatu kehebatan dari persepsinya hanya obyek-obyek ini yang ditampilkan, serta tidak dibebani dengan masalah yang terorganisir dan yang dipentingkan adalah kejelasan perhatian yang dapat dimengerti tentang apa yang dilukiskannya.
3). Realisme Cahaya dan Bayangan. Obyek-obyek yang dapat ditangkap oleh mata dapat dilukiskan dengan baik, menggunakan cahaya dan bayangan. Melukiskan jatuhnya pada obyek kemudian dipantulkan kemata. Realisme cahaya dan bayangan tidak pernah mengadakan pengulangan dalam penampilan atraksi estetisnya seperti dalam realisme yang lain.
4). Realisme Fokus dan Tepi. Realisme fokus dan tepi adalah pencapaian obyek dengan seleksi yang dikehendaki. Maksud yang dikehendaki disini adalah ketertarikkan pada suatu bidang. Misalnya, Kepala wanita digambarkan dengan detail, tetapi pakaian dan latang belakangnya dikerjakan dengan tidak mutlak pada detailnya.
5). Realisme Tepi atau Impressionisme. Impressionisme adalah lukisan yang kabur tanpa fokus. Hanya melukiskan cahaya yang dipantulkan kemata. Suatu obyek yang harus dilukiskan adalah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan obyek.
6). Realisme Dinamis. Realisme dinamis semuanya merupakan bentuk-bentuk linier, ketegangan dan masa dari benda merupakan gambaran yang utama, bukan angan-angan dari jiwanya dalam
batas tipe natural. Misalnya
seorang seniman melukiskan sesuatu yang
menyeluruh dari protret seorang lelaki, ia melukiskannya bentuk yang dinamis dari suatu benda dengan pendalaman yang penuh.
7). Realisme Dunia Mimpi.
Realisme dunia mimpi adalah melukiskan dunia mimpi serta menciptakan pemandangan yang samasekali berbeda dengan dunia nyata. Orang-orang realis mengambil tempat yang sengaja dan melukiskannya apa yang ia lihat di sana. Masa kini aliran realisme bertambah banyak diantaranya, lukisan photo, super realisme, photografis realisme, dan lain sebagainya. Super-realisme pada dasarnya berusaha menghasilkan representasi realita yang memiliki kualitas baik dari segi bentuk, warna maupun efek cahaya. Dijelaskan oleh Dharsono Sony Kartika (2004: 134) bahwa, pelukis super realisme dalam mewujudkan karyanya tidak melalui pendekatan dengan pengamatan terhadap realitas secara langsung, tetapi memanfaatkan gambaran realitas hasil kerja kamera. Penulis memilih realisme sebagai aliran dalam berkarya dengan tema aktivitas manusia di pasar tradisional. Dengan harapan melalui realisme ini akan realisme didapatkan kepuasan batin dalam penciptaan karya secara maksimal. Sehingga lebih mudah untuk dinikmati audience, baik awam maupaun akademis.
4.Pengertian Aktivitas Manusia
Aktivitas adalah kesibukan, kegiatan (Kamus Besar Bahas Indonesia, 1990: 17). Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam peristiwa. Manusia adalah makhluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah (jiwa), segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah. ( Soerjono, 2005: 116). Makhluk yang berakal budi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 558). Aktivitas manusia adalah kegiatan yang dilakukan makhluk yang berakal budi dalam tiap bagian di dalam peristiwa.
5. Pengertian Pasar Tradisional
Definisi pengertian pasar telah banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut:1) Geertz dalam Ratna ( 2000: 5), pasar adalah suatu pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari suatu kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek dari masyarakat dan suatu dunia sosial budaya yang hampir lengkap dalam dirinya; 2) Fandy Tjiptono ( 1995: 300), pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan; 3) Stanson ( 1984: 92), pasar didefinisikan sebagai tempat di mana pembeli bertemu dengan penjual, barang-barang atau jasa-jsaa ditawarkan untuk dijual, dan kemudian terjadi pemindahan hak milik; 4) Drajat Tri Kartono ( 2004 : 1) pasar tidak saja dilihat sebagai suatu variable ekonomi yang dinamikanya mempengaruhi tingkat kinerja ekonomi tetapi ia juga dilihat sebagai suatu kompleks kehidupan social yang didalamnya terdapat berbagai peran, interaksi, dan konflik yang keseluruhan dinamikanya menentukan bentuk dan stuktur dari suatu pasar; 5) Indriyo Gitosudarmo ( 2001 : 160), pasar merupakan sekumpulan orang yang mempunyai keinginan dan kebutuhan serta mempunyai kemampuan untuk memenuhinya.Sehingga dari definisi di ats dapat disimpulkan bahwa pasar adalah tempat terjadinya penawaran dan permintaan terhadap suatu barang atau jasa dan menjadi tempat terbentuknya harga barang atau jasa setelah terjadi kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli. Jenis pasar salah satunya adalah pasar tradisional. Dijelaskan oleh Soemardi (1977: 53) Ciri pasar tradisional harga barang tidak pasti sehingga orang dapat melakukan tawar menawar, barang beralih dari pedagang satu ke pedagang lain berkali-kali sebelum jatuh ke tangan konsumen, barang dagangan sedikit, dan adanya hubungan utang piutang yang komplek antara pedagang tersebut Oleh Ratna (2000: 11) disebutkan bahwa, pasar tradisional secara langsung melibatkan lebih banyak pedagang yang saling berkompetisi satu sama lain di tempat tersebut. Berbagai hal yang paling menarik dari aktivitas di pasar tradisional adalah tawar menawar antara pembeli dan pedagang. Hal ini juga diperkuat oleh aspek ruang dan waktu pasar serta aspek tawar-menawar yang terjadi di pasar. Pasar Tradisional sebagai sarana bertemunya penjual dan pembeli dengan semua peran, status yang disandangnya serta kepentingan menciptakan relasi antara individu yang komplek (Adi dan Agung, 2004 : 111).
Dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional tidak saja dilihat sebagai kegiatan ekonomi dimana di dalamnya terdapat proses transaksi untuk menghasilan nilai keberuntungan bagi masing-masing pihak yang terlibat, tetapi ia lebih dilihat sebagai kegiatan sosial ekonomi untuk mendukung kelangsungan kehidupan masyarakat.
6. Karya Sejenis sebagai Referensi Dalam proses penciptaan tugas akhir ini tidak lepas dari beberapa pengaruh karya-karya para seniman. Pengaruh atau referensi tersebut didapatkan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dengan melihat karya saat karya ditampilkan dalam sebuah pameran. Secara tidak langsung dengan melihat karya-karya tersebut dari majalah, koran, katalog dan internet. Diantara banyaknya lukisan, beberapa karya yang dihasilkan oleh pelukis bisa menambah ide dalam proses karya tugas akhir ini, tetapi hanya sedikit lukisan untuk menambah ide dari cara penempatan atau komposisi bendabenda lainnya dalam pembuatan lukisan tugas akhir ini. Beberapa seniman hampir semua dikenal oleh masyarakat seperti, Dullah, W.Turun, Ries Mulder, W. Dooyuward, Regig. Kelima seniman tersebut bisa menambah ide kreativitas dalam pembuatan suatu karya. Kesabaran para seniman di atas mempunyai keunggulan sendiri-sendiri dalam pembuatan karya lukisnya, apalagi cara pengaturan cahaya pada lukisan sangat tepat dan pembuatan anatomi pada tubuh manusia sangat detail sehingga lukisan tersebut terlihat mantap dan kelihatan nyata.
Gambar 1. Dullah,Tebesaja, (119cm x 190cm)
(Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik indonesia).
Gambar 2. Lukisan W.Turun,”Tebesaja, (119cm x 190cm)
(Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik indonesia).
Gambar 3. lukisan Ries mulder (Nederland), Pendjual ayam. (169cm x 110cm)
(Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik Indonesia)
Gambar 4. Lukisan Regig, Djualan. (52cm x 55cm).
(Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik Indonesia)
Gambar 5. Lukisan W.Dooyuward (Nederland), Pendjual buah. (55cm x 75cm). Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik Indonesia)
BAB III PROSES PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan
Dalam penciptaan karya digunakan beberapa metode antara lain : a. Pendekatan Historis yaitu kajian terhadap referensi-referensi yang telah ada. Metode ini memanfaatkan studi pustaka untuk mendapatkan informasi dan wawasan yang berasal dari buku seni, katalok hasil karya seniman, dan media pustaka lainnya b. Pendekatan Empiris yaitu melalui kedekatan interaksi dengan lingkungan, sehingga membuat sedikit banyak memahami tentang aktivitas manusia di pasar tradisional. c. Pendekatan Estetis yaitu kajian tentang perkembangan wacana kesenirupaan pada umumnya dan seni lukis pada khususnya, sehingga dapat menjadi dasar teori-teori estetika pada penciptaan karya. d. Pendekatan kontemplatif yaitu aktivitas perenungan diri dalam penafsiran data-data yang diperoleh, berupa visual maupun tekstual. e. Perancangan dilaksanakan untuk mempersiapkan proses perwujudan karya. Langkahlanglah yang dilakukan adalah pembuatan sketsa, pemilihan sketsa terbaik, dan perencanaan jadwal kerja. f.
Pembuatan karya dilakukan memindahan sketsa gambar dari kertas ke media kanvas, penggarapan objek, dan finishing.
B. Proses Perwujudan
1. Konsep Bentuk Dengan pemahaman bahwa bentuk adalah totalitas sebuah karya maka dalam pembuatan karya seni lukis ini dengan mengeksplorasi berbagai unsur rupa seperti: garis, shape, warna, gelap terang dan tekstur, kemudian menghubungkannya dengan objek Aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai tema, sehingga terbayang bentuk-bentuk objek yang nampak dan bentuk-bentuk tersebut kemudian dituangkan dalam karya seni
lukis. Dari objek aktivitas manusia di pasar tradisional, segala macam aktivitas mansia di pasar tradisional tidak ditampilkan secara utuh, hanya mengambil sebagian figure manusia untuk diwujudkan dalam penggabungan benda lain sebagian meniru contoh hasil benda yang di foto dan sebagian contoh gambar dari katalok pameran lukisan, dan majalah. Objek utama kebanyakan adalah orang wanita yang berjualan di pasar tradisional seperti, yang berjudul “ Pedagang Sawi”, “ Sambil Bercanda”, “Pasar Kembang”, dan “Sabar menunggu”. Hal itu untuk menyampaikan, bahwa penjual yang bermodal kecil masih bisa mencari nafkah di pasar tradisional sebaliknya tidak seperti di mall (swalayan) yang menuntut modal besar untuk bisa berjualan didalamnya. Bentuk kanvas dibuat persegi panjang, hal itu dilakukan karena bentuk lain kurang fleksibel untuk menampilkan ide-ide tentang aktivitas manusia
di pasar
tradisional bentuk persegi panjang dapat digunakan untuk pembuatan landscape, susunan secara vertikal maupun horisontal. Bentuk-bentuk persegi panjang juga banyak muncul pada visualisasi karya, hal itu dimaksudkan untuk menyesuaikan bentuk kanvas.
2. Bahan Bahan yang digunakan adalah kertas, cat minyak Marie’s, painting oil Greco, cat tembok putih, pigmen, minyak tanah, kanvas siap pakai dan pigura. Kertas digunakan untuk membuat sketsa sebelum pembuatan lukisan di atas kanvas. Bahan yang digunakan untuk melukis adalah cat minyak Marie’s, painting oil Greco, cat tembok putih dan pigmen untuk memberi motif batik pada lukisan, minyak tanah untuk mencuci kuas, kain untuk membersihkan kuas, kanvas siap pakai dan pigura.
3. Alat Alat yang digunakan adalah pensil 2B untuk membuat sketsa, kuas, dot, kain lap, dan palet. Kuas yang digunakan yaitu kuas Eterna berukuran 2, 4, 6, 8, 10, dan 12.
Gambar 6. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan karya lukis tugas akhir (Foto: Arifin). 4. Teknik Ada empat fase dalam proses penciptaan karya seni, yaitu fase persiapan, fase pengeraman (incubation phase), fase inspirasi, dan fase pengolahan penyelesaian. Keterampilan seorang seniman harus ada sejak fase persiapan. Pada fase ini seniman harus mampu memasang sikap lahir dan batin secara optimal untuk menumbuhkan ide dan citra. Berikutnya merupakan pengumpulan ide dan citra pada fase pengeraman (incubation phase) yaitu keterbukaan jiwa untuk menerima ilham tanpa pembiusan diri dengan cara yang dibuat-buat. Terakhir, seorang seniman harus cekatan dan memiliki keterampilan untuk meneruskan karyanya pada fase pengolahan dan penyelesaian sampai akhir proses kreativitas (Ahmad Sadali dalam Biranul Anas, 2000: 19). Ada empst tahap pada fase pengolahan dan penyelesaian karya lukis tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut. a. Pembuatan sketsa alternatif. Proses ini meliputi pembuatan sketsa-sketsa alternatif, dengan cara menggambar menggunakan pensil 2B di atas kertas. Kemudian ditentukan beberapa sketsa terpilih untuk diwujudkan, sketsa tersebut selanjutnya disempurnakan dalam bentuk lukisan. b. Penentuan sketsa terpilih. Pada tahap ini dilakukan pemilihan delapan sketsa terbaik dari beberapa sketsa alternatif. Pemilihan berdasarkan konsep, bentuk, dan komposisi secara visual (sketsa terpilih terlampir).
c. Pembuatan sketsa di atas kanvas Penuangan ide di atas kanvas diawali dengan pemindahan sketsa menggunakan kuas berukuran 2. Pada tahap ini sketsa difokuskan pada ketepatan proporsi dan komposisi, karena akan menjadi dasar pewarnaan selanjutnya.
Gambar 7. Contoh proses pembuatan sketsa di atas kanvas (Foto: Yosef). d. Pewarnaan Proses pewarnaan dilakukan secara bertahap, yaitu dari pewarnaan dasar sampai pada finishing. Ada tiga tahapan pewarnaan, yaitu: Tahap pertama, proses pewarnaan dilakukan dengan pewarnaan dasar secara umum dan tidak detail mengikuti sketsa. Warna-warna tersebut sebagai dasar untuk pewarnaan selanjutnya, seperti warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, antara lain: cadmium orange, burn umber, yellow ,cadmium yellow, titanium white, dan scarlet. Tahap kedua, pewarnaan pada tahap ini merupakan proses pengendalian warna, sehingga secara 80% gambar hampir selesai kemudian pembuatan motif batik dengan alat dot, bahan cat pigmen, dan cat tembok selesai membatik dibuat lekukan kain di tumpuk dengan cat minyakBiasanya terjadi perubahan, pengurangan maupun penambahan visual akibat perkembangan kreativitas.
Pada karya tertentu motif kain menggunakan teknik membatik dengan alat dot dan bahan cat tembok dan pigmen sesuai warna yang diinginkan; Tahap ketiga merupakan tahap finishing. Karya yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing, selanjutnya diperbaiki agar lebih maksimal. Setelah dilakukan perbaikan dan kering, karya dilapisi dengan painting oil.
Gambar 8. Contoh Pewarnaan Tahap I (Foto: Yosef).
Gambar 9. Contoh Pewarnaan Tahap II (Foto: Yosef).
Gambar 10. Contoh Memberi Motif Batik pada kanvas (Foto: Yosef).
C. Penyajian Karya.
Selesai pembuatan dari satu sampai delapan karya dikonsultasikan terlebih dahulu sampai benar lalu karya tugas akhir ini disajikan dengan pengemasan menggunakan pigura yang warna serta lebarnya disesuaikan dengan lukisan. Pigura yang
digunakan adalah jenis pigura berpanel. Pigura bagian luar menggunakan bahan fiber, sedang bagian dalam atau yang berdekatan dengan kanvas juga terdapat pigura berwarna putih. Sehingga lukisan terlihat lebih rapi dan indah. Lukisan digantungkan setinggi ratarata manusia yang berdiri, sehingga audience nyaman saat melihatnya pada ruang pameran yang telah disiapkan.
D. Hambatan Penciptaan
Ada beberapa hambatan dalam penciptaan karya tugas akhir ini antara lain: 1) Hambatan dari luar yaitu adanya kegiatan lain di luar kuliah seperti kegiatan pameran yang harus diikuti sehingga banyak waktu yang tersita mengerjakan tugas akhir. 2) Hambatan dari dalam yaitu rasa jenuh yang muncul serta keterbatasan penulis dalam teknik penulisan tugas akhir.
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA
A. Deskripsi Karya Pasar tradisional bagi masyarakat, baik secara sosial, budaya ataupun secara ekonomi di jaman sekarang ini telah tergeser karena pembangunan pasar-pasar modern yang kurang memperhatikan perekonomian rakyat. Kehidupan para pelaku pasar tradisional mulai terancam oleh mekanisme pasar baru atau pasar modern. Padahal fungsi pasar tradisional jauh lebih komplek, jika dipahami lebih dalam, yaitu sebagai sebuah pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antar penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli, pertukaran benda, dan jasa, dan sebagai kegiatan sosial ekonomi untuk mendukung kelangsungan kehidupan masyarakat. Aktivitas manusia di pasar tradisional merupakan kehidupan sosial yang di dalamnya terdapat berbagai peran, interaksi, dan konflik. Pedagang yang saling berkompetisi satu sama lain, pembeli yang sibuk memilih barang yang diinginkan, kegiatan tawar menawar barang antara penjual dan pembeli, para petani yang mengumpulkan hasil taninya untuk dijual dan sebagaimya. Keadaan seperti ini sangat menarik hati penulis untuk mengangkatnya sebagai tema dalam berkarya.
Dimana
interaksi sosial yang erat dan merupakan ciri adat ketimuran yang kini pudar, dapat ditemukan dan dirasakan di pasar tradisional. Kedelapan karya tugas akhir bertema aktivitas manusia di pasar tradisional dan semuanya
beraliran
realis.
Penulis
ingin
menyajikan
karya
dengan
maksud
menggambarkan situasi di pasar tradisional ke dalam media kanvas dan memaksimalkan aliran lukisnya dibidang realis. Disamping itu penulis ingin melestarikan budaya pasar tradisional yang tergeser karena pasar-pasar modern. Visualisasi kedelapan karya tugas akhir ini mengambil obyek-obyek di pasar tradisional seperti situasi aslinya, dari kegiatan-kegiatan manusia sampai barang dagangan dibuat seperti aslinya. Dari karya pertama hingga ke delapan terdapat perbedaan-perbedaan jika ditinjau dari beberapa
aspek, misalnya ukuran, kekompleksan objek, dan tentu saja kualitas masing-masing karya. Hal itu akibat perjalanan kreativitas selama proses berkarya. Pada karya-karya awal visualisasi karya cenderung agak rumit dengan warnawarna yang beragam, seperti; baju yang diberi motif batik dengan menggunakan alat dot dan bahan cat tembok putih, pigmen, dan air secukupnya. Membutuhkan ketelatenan penulis dalam mengerjakannya untuk menampilkan batik yang menarik sebagai salah satu ciri khas budaya Indonesia. Obyek pada background dibuat dengan detail untuk memvisualisasikan ruang, penataan barang yang tidak teratur rapi, gedung yang tidak semewah seperti di pasar modern. Kedalaman makna juga dapat ditampilkan dengan objek dan warna cerah, sehingga makna akan lebih tersirat dengan visualisasi tersebut. Visualisasi kedelapan karya tugas akhir ini adalah dominasi objek-objek aktivitas manusia dengan berbagai dagangannya yang bervariasi dari mulai makanan sampai penjual hewan ternak dan kebutuhan lainnya. Selain obyek-obyek tersebut suasana pasar dan tata ruang pasar juga ditampilkan untuk memberi nuansa pasar tradisional.
B. Analisis Karya
Terdapat beberapa tahapan sebelum sebuah karya lukis tervisualisasi dan siap untuk dipamerkan. Berikut ini adalah visualisasi, konsep, teknik bahan dan alat, serta proses perwujudan kedelapan karya yang akan tersaji dalam pameran tugas akhir.
1. Karya Pertama
Gambar 11. Pedagang Sawi (Foto Arifin.). Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 145 cm x 96,5 cm
a. Konsep Karya Ide lukisan ini adalah kegiatan seorang nenek yang sedang menggendong dagangan sawinya. Nenek tersebut bekerja setiap hari berjalan walaupun membawa beban yang berat, nenek itu berfikir dengan cara inilah bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Obyek utama melakukan aktivitas berjualan tidak mengendarai kendaraan bermesin. Untuk menambah konsep yang lebih kuat pada
background belakang diberi lukisan gerobak yang berisi buah semangka. Gambar gerobak tersebut membuktikan, bahwa masyarakat menengah kebawah tidak mampu membeli kendaraan bermesin untuk mengangkut barang dagangannya sehingga dengan memakai gerobak. Karena di zaman sekarang ini bagi masyarakat kecil seperti mereka sangatlah sulit mencari uang untuk hidup. Kondisi nenek yang berjualan sangat memprihatinkan, dan terpaksa melepas sandal jepitnya dikarenakan jalan becek. Hal itu disebabkan kurangnya perhatian pemerintah untuk memberi rasa nyaman di lingkup pasar tradisional. Gambar buah berfungsi sebagai pelengkap dan keseimbangan diantara gambar buah semangka. Background belakang dibuat warna hitam, untuk menonjolkan gambar nenek sebagai centre of interst.
b. Teknik, Bahan dan Alat Pada lukisan ini teknik yang dipilih adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain: kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting, Greco, minyak tanah, cat tembok putih, pigmen, air secukupnya, kanvas siap pakai berukuran 96,5 cm x 145 cm, dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, dot, kain lap, dan palet terbuat dari piring bahan melamin.
c. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan, sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Kuas nomer 2 untuk membuat sket wajah dan kuas nomer 4 untuk pembuatan anatomi leher ke bawah beserta baju, jarik, dan background lainnya. Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia adalah percampuran antara yellow dengan titanium white, scarlet, burnt umber , black, cadmium yellow, dan cadmium orange. Warna bibir menggunakan warna scarlet, cadmium orange, untuk menambah ligthting diberi warna cadmium yellow deep dan diberi warna titanium white. Warna baju menggunakan warna dasaran pertama putih, setelah kering dibatik
memakai alat dot kecil dan jenis warna memakai warna pigmen yaitu red, yellow, dan blue gll serta sapuan warna peacock blue, burn umber dan black. Warna jarik dengan dasaran yellow yang dicampur orange. Setelah kering dibatik menggunakan alat dot dan bahan cat tembok dan air secukupnya, pigmen warna blue gll, yellow dan titanim white viridian. Warna daun sawi menggunakan warna dasar
titanium white untuk bagian
warna yang kena sinar.untuk warna gerobak, tanah yang becek, papan kayu, keranjang, genting, dan bambu menggunakan warna yellow, orange, cadmium orange, dan burnt umber. Untuk menimbulkan suasana siang diberi sentuan warna peacock blue dibagian yang terkena sinar matahari. Warna buah semangka dan pepaya diberi warna viridian green, black, yellow, pemberian warna cahaya diberi warna titanium white dicampur warna yellow dan viridian green. Untuk warna background dibuat warna hitam, hal ini dimaksudkan untuk lebih menonjol gambar yang didepan sehingga lebih terfokus. . Proses selanjutnya adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta warna dan bentuk yang diinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Setelah semua selesai dikeringkan, selanjutnya diolesi minyak lukis agar warna-warna yang tenggelam bisa nampak jelas dan menghasilkan warna lukisan kelihatan mantap. Langkah terakhir.adalah finishing dan pengemasan karya dengan figura.
2. Karya Kedua
Gambar 12. Jagongan (Foto Yosep). Media : Cat minyak dan aclilic di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 119,5 cm x 80 cm
a. Konsep Karya Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dagang. Selain itu, fungsi pasar yang lain untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu. Karena pengunjung pasar bervariasi dari berbagai lapisan masyarakat dan pertemuan para pengunjung ini mengandung dampak positif, yaitu sebagai pertukaran informasi. Pertukaran informasi biasanya melalui sebuah percakapan atau dalam bahasa jawa disebut jagongan. Oleh karena itu pasar tradisional dipandang sebagai tempat pertemuan sosial serta media untuk menyampaikan berbagai macam informasi. Aktivitas yang telah diuraikan ini mendasari ide dalam penciptaan lukisan kedua ini. Lukisan ini merupakan perwujudan visualisasi pedagang dan pembeli yang saling tukar menukar informasi, saat bercengkrama, dan tawar menawar barang. Penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa pada karya kedua ini. Penggunaan garis lurus terdapat pada tiang payung, pintu kayu, tembok bata, kotak tempat buah pada background. Garis lengkung pada bentuk manusia, buah jeruk, pepaya, pisang, semangka, rambutan, keranjang buah, batu dan bentuk-bentuk lain pada background. Perbedaan penggunaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya: kulit manusia terlihat lebih lunak dan berbeda dengan tekstur batu, buah
rambutan. Permukaan kayu, tembok bata, plastik, buah jeruk, buah semangka dan batu juga berbeda-beda. Penggunaan unsur gelap terlihat pada bentuk manusia, batu, dan bentuk lain pada background yang tidak terkena cahaya langsung, yaitu pada bagian sebelah kanan dan kiri. Sedangkan unsur terang terlihat pada bagian atas dan kanan. Pewarnaan nuansa gelap diberikan pada bagian yang berkesan menjorok ke dalam dan pada bagian bayangan terkena sinar. Unsur terang terdapat pada bagian objek utama, buah semangka, pintu dan bebatuan yang terkena sinar. Unsur ruang terlihat pada beberapa bagian, misalnya bentuk-bentuk buah-buahan yang seakan-akan secara perspektif berada di depan manusia dan sebagian berada di belakang manusia. Pada lukisan karya kedua ini centre of interest adalah interaksi antara penjual dan pembeli yang saling bertukar informasi. Obyek-obyek pada background dibuat tidak tertata dengan baik dan indah, dilakukan untuk membuat nuansa pasar tradisional pada lukisan.
b. Teknik, Bahan dan Alat Pada lukisan ini teknik yang dipilih adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting Greco, cat tembok putih, pigmen, air secukupnya, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 119,5 cm x 80 cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan adalah dot, kuas, kain lap, dan palet. c. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan, sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia adalah percampuran antara yellow ,orange, cadmium orange dengan titanium white, scarlet, burnt umber, black sesuai dengan gelap terang yang diinginkan. Untuk warna rambut didasari warna black, lalu ditumpuk warna- warna blue dicampur cadmium orange dan sedikit warna titanium white bagi yang terkena sinar. Untuk warna buah pepaya dan
buah semangka tahap pertama dasaran memakai warna viridian green, setelah kering ditumpuk warna yellow dicampur warna titanium white sedikit.untuk warna terang yang terkena sinar diberi warna titanium white, khusus warna buah semangka diberi kesan warna orange dicampur warna cadmium yellow deep untuk menambah kesan buah itu sudah matang. Selanjutnya proses pembuatan warna buah pisang dan rambutan warna yang digunakan adalah warna scarlet, red, cadmium orange, dan diberi warna titanium white dicampur warna cadmium yellow deep untuk warna yang terkena sinar matahari khusus warna buah jeruk tidak memakai warna red. Proses pembuatan keranjang untuk tempat buah, tembok yang masih berbentuk batu bata, pintu, tanah, jarik adalah warna burnt unber, orange, yellow, dan warna titanium white untuk warna yang terkena sinar matahari. Untuk gambar fokus depannya, nenek yang sedang tertawa warna baju menggunakan dasaran warna hitam, setelah kering ditumpuk warna blue dicampur warna red dan ditambah warna titanium white untuk yang terkena sinar matahari. Warna neneknenek yang sedang membeli menggunakan warna viridian green, orange, red, cadmium yellow deep peacock blue, titanium white, red dan black untuk pembuatan warna yang gelap yang tidak terkena sinar, untuk mendapatkan warna gelap terangnya. Warna kantong plastik menggunakan warna dasaran burn umber ditumpuk warna titanium white. warna selendang, sandal, dan batu menggunakan blue, red, burn umber, dan titanium white. Sedang warna putihnya dan warna garis hitamnya menggunakan black. Selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering langkah selanjutnya pendetailan setiap warna dasar tersebut. Sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.
3. Karya Ketiga
Gambar 13. Hasil Taniku (Foto Arifin.). Media : Cat minyak di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 80 cm x 123 cm
a. Konsep Karya Karya yang berjudul “Hasil taniku” menggambarkan seorang laki-laki tua yang membawa hasil taninya berupa jagung, ubi, dan ketela pohon dengan menggunakan sepeda ke pasar untuk dijual. Bagi orang-orang desa dan masyarakat kecil pasar tradisional adalah lahan mereka mencari kehidupan. Seorang petani dengan mudahnya menyetorkan hasil taninya yang masih segar kepegadang pasar. Pasar tradisional sangat berpengaruh pada kehidupan petani dimana petani, secara langsung bisa menjual hasil taninya di pasar, tanpa susah-susah dibawa ke kota dengan menggunakan mobil, cukup dengan sepeda yang sudah tua petani ini bisa menjual hasil taninya. Penjelasan penggunaan unsur-unsur seni rupa dalam lukisan karya ketiga ini adalah sebagai berikut. Garis lurus terdapat pada batang bambu, jeruji roda sepeda. Garis lengkung terdapat semua bagian manusia, sepeda, bebatuan, jagung, ubi, ketela pohon, keranjang, dan daun bambu. Pewarnaan dalam lukisan ini bernuansa kuning, hijau. dan coklat. Permainan cahaya diberikan pada objek utama, pohon bamboo, dan bebatuan.
Pewarnaan bagian tengah banyak menggunakan coklat muda dan putih dengan tujuan objek utama sebagai pusat perhatian. Pewarnaan tepi kanan bebatuan dibuat pewarnaan dari terang ke gelap sehingga memunculkan sinar matahari pagi. Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya kulit manusia terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur jagung, keranjang dan ubi kayu. Unsur gelap digunakan pada bagian kiri dan bawah objek manusia dan ubi, sedangkan unsur terang sangat terlihat pada bagian atas sebelah kanan objek-objek tersebut. Dalam lukisan ini centre of interest adalah seorang petani yang mengangkut hasil taninya dengan sepeda tua. Keseimbangan yang digunakan adalah keseimbangan asimetris. Warna-warna pada objek manusia digunakan pula saat pewarnaan bentuk-bentuk lainnya, hal itu dilakukan untuk memunculkan harmonisasi lukisan.
b. Teknik, Bahan dan Alat Teknik yang dipilih adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting Greco, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 90 cm x 123 cm, dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan adalah pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, kain lap, dan palet.
c. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, keranjang, kayu, dan batu, mengunakan warna dasar burn umber dan cadmium orange, scarlet. Setelah kering ditumpuk warna cadmium yellow,cadmium orange, dan warna titanim white, sedang bagian yang terkena sinar matahari. Pewarnaan daun, pohon bambu, dan tanaman lainnya menggunakan warna dasaran viridian green setelah kering ditumpuk warna cadmium yellow dengan titanium white. Untuk pnebalan warna dan bagian yang
terkena sinar matahari lebih di perbanyak warna titanium white.warna jagung menggunakan dasaran warna orange ditumpuk warna yellow dan bagian yang terkena sinar diberi titanium white, penggunaan wana belakang manusia dibuat warna yang gelap maka ketela pohon di beri warna black, burn umber, ornge, dan yellow. Pada warnawarna di background belakang di buat warna yang redup agar gambar mausianya lebih terfokus. Dalam pemberian warna agar terkesan redup mengguakan warna viridian green dicampur warna black.. Proses selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura
4. Karya Keempat
Gambar 14. Gerobak kuda (Foto Arifin.). Media : Cat minyak di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 138cm x 88 cm
a. Konsep Karya Berbagai macam aktivitas manusia di pasar tradisional sangat beragam jenisnya seperti karya tergambar padake empat ini. Demi kelancaran hidup meskipun sudah tua baik laki-laki maupun perempuan melakukan pekerjaan yang begitu, namun mereka sangat bersemangat di dalam menghadapi kegiatan kerjanya tanpa rasa lelah. Seperti tukang becak yang setia menunggu penumpang, buruh angkat barang, dan pak kusir yang menjalankan andongnya dengan membawa barang dagangannya yang jumlahnya tidak sedikit. Aktivitas tersebut menjadi ide penciptaan karya ke empat ini. Berikut penjelasan aktivitas orang-orang di pasar tersebut secara visual. Tukang becak tak henti-hentinya setiap pagi sampai sore menunggu para penumpang, menawarkan jasa dengan becaknya kesetiap orang yang lalu lalang di hadapnya, setiap hari buruh gendong mengangkat berat yang dipikul atau digendong tidak memandang baik perempuan maupun laki-laki, buruh gendong menawarkan jasanya dengan imbalan upah dari tenaga yang ditawarkannya, pak kusir mengendalikan kudanya dengan beban berat di andongnya yang berisi bermacam-macam sayuran maupan buah-buahan .Penulis mengambil ide tentang hewan kuda karena kuda begitu kuat sama seperti para pekerja di
pasar tak henti-hentinya mereka bekerja. Pekerja buruh yang mengangkat, dan mengantar barang kemana saja sesuai perintah majikannya. Hal inilah yang menjadi centre of interest dalam karya ke empat yaitu pak kusir yang mengendalikan kudanya dengan barang dagangannya yang bermacam-macam. Penjelasan tentang unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa .pada karya keempat adalah sebagai berikut. Garis lurus terdapat pada papan di gerobak andong, pada jeruji ban andong, jeruji di pelek becak, tiang kecil untuk penyangga terpal di gerobak, di gapura, tiang listrik dan bentuk lainnya. Sedang di garis lengkung pada lukisan ini, misalnya: Pada roda andong, roda becak, ornamen pada andong, ornamen pada tembok gapura, dan bentuk lainnya. Banyak warna di dalam karya yang membuat unsur gelap terang pada semua gambar, seperti: gambar, andong dibuat gelap dengan warna burn umber dicampur black sedikit agar gambar andong tersebut kelihatan menonjol. Karena andong adalah centre of interest..Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya kulit manusia terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur tanah. Unsur gelap digunakan pada bagian kanan dan bawah objek manusia, tanah, becak, kuda, keranjang dan gambar lainnya. Sedangkan unsur terang terlihat pada bagian atas dan kiri objek-objek tersebut. Pembuatan gelap terang tersebut untuk membuat volume sehingga kelihatan nyata pada gambar. Unsur ruang terlihat pada pewarnaan gambar dibelakang atau background belakang yang dibuat samar, terlihat hanya kesan, dan tidak terlalu detail dalam pengerjaannya. Gambar andong menjadi centre of interest karena gambar yang lain dibuat hanya kesan. Hal itu juga disebabkan oleh perbedaan ukuran yang dibuat semakin ke belakang semakin kecil. b. Teknik, Bahan dan Alat Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting, Greco, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 138cm x 88 cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, kain lap, dan palet.
c. Proses Perwujudan Karya
Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia termasuk kuda, tanah, gapura, gerobak andong, jeruji roda andong, keranjang, papan, batang pohon, genting, dan warna dasar jarik adalah warna orange, scarlet, dan burn umber. Setelah kering ditambah warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang terkena sinar matahari. Mata meggunakan warna black dan cadmium orange. Warna bibir menggunakan warna scarlet, cadmium orange, dan cadmium yellow. Rambut, roda becak, roda andong, hiasan di badan kuda, asesoris pada gerobak andong, tiang listrik, gunung, dan langit menggunakan warna, black, ultramarine blue, orange, dan titanium white. Warna daun buah yang belum matang menggunakan warna viridian green yellow, dan cadmium yellow. Asesoris pada bagian gerobak andong di bagian depan dan samping serta warna becak menggunakan warna scarlet, cadmium orange cadmium yellow dan titanium white. Pewarnaan background merupakan percampuran dari warna burn umber dan ultramarine blue agar terjadi harmonisasi dan kesatuan warna pada lukisan. Proses selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta warna dan bentuk yang dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.
5. Karya kelima
Gambar 15. Pasar sapi (Foto Arifin.). Media : Cat minyak di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 143,5 cm x 84 cm
a. Konsep Karya Pasar sapi merupakan salah satu bentuk pasar tradisional yang jarang sekali ditemukan di kota-kota pada masa sekarang. Keberadaan pasar sapi bagi masyarakat pedesaan sangatlah penting, karena sebagian besar masyarakat desa bekerja memelihara hewan ternak untuk mencukupi kebutuhan mereka. Aktivitas para penjual sapi dengan suasana yang masih sederhana adalah ide pada penciptaan karya kelima ini. Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa pada karya kelima ini. Garis lurus terdapat pada bambu dan besi pada pagar sapi, sedang garis lengkung banyak terdapat pada bentuk-bentuk non geometris pada lukisan ini, misalnya: manusia, sapi, ranting pohon, ember, daun di bagian bawah sebelah kiri dan kanan dan lain-lain. Pewarnaan background pada lukisan ini dibuat pepohonan yang rindang, hal itu menyiratkan kesegaran kehidupan pedesaan. Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya kulit manusia dan sapi terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur tanah. Unsur gelap digunakan pada bagian pepohonan di background objek sapi, bayangan sapi dan manusia, sedangkan unsur terang terlihat pada bagian tengah dan sebelah kanan. Gelap terang juga digunakan untuk membuat kesan manusia dan sapi yang terkena sinar matahari pada gambar-gambar tersebut. Unsur
perspektif pada obyek sapi terlihat pada perbedaan ukuran yang dibuat semakin ke belakang semakin kecil. Centre of interest lukisan pada karya kelima adalah kegiatan para penjual sapi saat menuntun sapi yang akan dijual dan diikat pada sepotong bambu, Centre of interest dibuat dengan pewarnaan yang lebih real. Keseimbangan yang digunakan yaitu keseimbangan asimetris. Salah satu cara untuk membuat harmonisasi, adalah dengan penggunaan beberapa warna yang sama pada bentuk yang satu dengan yang lain, sehingga warna secara keseluruhan menjadi lebih serasi seperti pada warna sapi dan tanah.
b. Teknik, Bahan, dan Alat Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting, Greco, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 84 cm x 143,5 cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, kain lap, dan palet.
c. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, batang pohon, jerami, bambu, dan tanah dasar menggunakan warna burn umber, cadmium orange, scarlet, dan black. Setelah kering diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang terkena sinar. Topi, celana, dan sapi menggunakan warna dasar burn umber, cadmium orange, yellow, dan ultramarine blue. Untuk memunculkan kesan keharmonisan warna yang dipadukan dengan situasi siang menggunakan warna ultramarine blue dengan memakai kuas ukuran 14 diratakan dengan minyak supaya encer, selanjutnya dikuaskan di bagian masing-masing sapi serta
background belakang agar kelihatan samar-samar. Warna titanium white paling banyak digunakan pada sapi untuk menonjolkan kesan warna putih, sesuai dengan gelap terang yang diinginkan. Pewarnaan berbagai macam daun menggunakan warna viridian green, yellow, cadmium yellow, orange, dan titanium white, warna tiang, baju menggunakan warna black, titanium white. Untuk tali sapi menggunakan warna peacock blue, titanium white. Proses selanjutnya, setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah pendetailan setiap warna dasar, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas ditambah dengan warna lain, dengan menggunakan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura
6. Karya keenam
Gambar 16. Ngitung Bathi (Foto Arifin.). Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 147 cm x 96 cm
a. Konsep Karya Ide karya ke enam ini adalah kesederhanaan dan tekad untuk bekerja. Pekerjaan semua ada resikonya, seperti dalam karya ke enam ini. Berbagai aktivitas para pembeli dan penjual di pasar ayam tak bosan-bosannya mereka memegangi ayam dan mencium bau yang tak sedap, semua itu semata-mata mencari nafkah untuk hidup. Mereka tidak takut akan bahaya flu burung, bahkan dengan asyiknya mereka bercanda tawa dan setiap hari berdekatan dengan ayam. Aktivitas mereka setiap hari seperti: saling tawar menawar melakukan transaksi jual beli, berbincang-bincang, menghitung hasil dagangannya, dan sering kali mereka duduk di atas kotoran ayam. Aktivitas semacam itulah yang melestarikan budaya pasar tradisional Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur seni rupa dalam karya keenam. Garis lurus terdapat pada batang bambu, kandang ayam, kranji, batu bata, dan uang seribu. Sedangkan garis lengkung terdapat semua bagian manusia, kaca mata, semua bagian ayam, keranji, sandal, bebatuan, dan keranjang. Pewarnaan dalam lukisan ini bernuansa keputih-putihan untuk menampilkan kesan siang. Sehingga muncul kekontrasan dan keserasian di dalam menjalankan pekerjaannya.
. Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya: kulit manusia yang terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur kandang ayam, dan keranji yang menonjolkan karakter kayu yang begitu keras dan kokoh sehingga ayam tak mungkin lepas dari kandangnya. Begitu juga unsur gelap digunakan pada bagian kiri dan bawah objek manusia sehingga gambar manusia kelihatan fokus. Sedangkan unsur terang sangat terlihat pada bagian atas sebelah kanan objek-objek, hal ini untuk menunjukkan bahwa ligthing mengarah dari bagian kanan. Unsur ruang di dalam karya ke enam sedikit digunakan karena semua barang dagangannya seperti: ayam dan keranji, berdekatan dengan penjual dan pembelinya. Sehingga nuansa dalam lukisan tersebut kelihatan berdesak-desakan.. Dalam karya lukisan keenam centre of interest adalah seorang nenek yang sedang menghitung uang. Centre of interst dibuat sangat detail hal ini bisa dilihat dari wajahnya yang begitu serius dalam menghitung uang dari penjualan hasil laku dagangannya, diperkuat dari sebelah kanannya nenek yang berkaca mata menengok uang yang dihitung, dan serta penempatan ruang pas ditengah diantara para penjual dan pembeli lainnya. Keseimbangan bisa dilihat dari penjual dan pembeli lainnya yang sedang melakukan transaksi jual beli,dan keranji di belakang mereka. Irama dilihat dari tawa, senyum, dan keseriusan mereka, sehingga muncul suatu keharmonisan dalam isi lukisan tersebut. .
b.Teknik, Bahan, dan Alat Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting Greco, cat tembok putih, pigmen, air secukupnya, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 147cm x 96 cm dan pigura ukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, kain lap, dan palet.
c. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah
dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, keranji, papan, ayam, pada kaki, dan sebagian bulu, bambu, topi yang di pakai dan tanah menggunakan warna burn umber, cadmium orange, dan scarlet black. Setelah kering diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang terkena sinar. Warna mata, rambut, warna ayam menggunakan warna black, orange, ultramarine blue, cadmium orange, cadmium yellow, scarlet dan titanium white. Warna tembok menggunakan warna titanium white, burn umber, dan blue. Warna baju yang dipakai masing-masing penjual dan pembeli menggunakan warna scarlet, peacock blue, yellow, titanium white, dan viridian green. Untuk pembuatan batik pada baju langkah pertama: mendasari baju setelah kering di gambar dengan kuas no 2 dan gradasi sesuai lekukkan tubuh manusia. Pewarnaan gelap diberi warna antara black dengan burn umber yang dicampurkan, sehingga menghasilkan warna yang harmonis dan kesatuan warna pada lukisan tersebut. Untuk warna manusia banyak menggunakan burn umber sehingga berwarna kecoklatan yang dapat menambah kesan warna menjadi matang . Proses selanjutnya, setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang diinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas ditambah warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura. 7. Karya ketujuh
Gambar 17. Pasar Kembang (Foto Arifin.). Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2008 Ukuran : 120 cm x 80 cm
a. Konsep Karya Beragam jenis pasar tradisional, seperti: pasar hewan ternak yang memperjual belikan sapi, ayam, kambing, burung, dan sebagainya: pasar kembang yaitu pasar tradisional yang khusus menjual berbagai macam bunga mawar, melati, kanthil, dan sebagainya yang masih segar. Pasar kembang merupakan sumber ide penciptaan pada karya ke tujuh. Aktivitas seorang nenek yang sedang mempersiapkan bunga melati yang masih segar dari kantung plastik dan dibantu seorang pembeli yang sudah menunggu nenek penjual bunga tersebut, hal ini memvisualisasikan keakraban seorang penjual dan pembeli. Sementara pembeli lain dengan sabar menunggu penjual menata dagangannya. Mereka sambil bercerita, bercanda, dan saling membantu. Keadaan seperti ini jarang sekali ditemukan di pasar-pasar modern. Interaksi penjual dan pembeli ini yang menjadikan pasar tradisional terlihat ramai, akrab dan menyatu. Sehingga interaksi yang bersifat kekeluargaan tercipta dalam pasar tradisional. Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa pada karya ketujuh ini. Garis lurus terdapat pada bambu-bambu pada background,
meja kayu, dan serat pada daun pisang. Sedang garis lengkung banyak terdapat pada tampah tempat bunga, manusia, bunga mawar, dan kantong plastik. Perbedaan penggunaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bentuk bambu terlihat lebih kasar daripada tekstur pada kantong plastik atau kulit yang cenderung lebih halus dan licin. Penggunaan unsur gelap terlihat pada bentuk manusia, yang tidak terkena sinar matahari, serta meja pada bagian bawah dan sebelah kanan. Gelap terang juga digunakan untuk membuat lekukan atau draferi pada baju dan selendang. Pada lukisan karya ketujuh ini centre of interest adalah seorang nenek penjual bunga yang menuangkan kuncup bunga melati dari kantong plastik.. Keseimbangan yang digunakan yaitu keseimbangan asimetris Warna-warna pada objek manusia digunakan juga untuk pewarnaan bentuk-bentuk lainnya, hal itu dilakukan untuk memunculkan harmonisasi lukisan.
b. Teknik, Bahan, dan Alat Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain: kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting, Greco, cat tembok putih, pigmen, air bersih secukupnya, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 147cm x 96 cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain: pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, dot, kain lap, dan palet piring dari melamin.
a. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4 Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, termasuk, batang pohon, meja untuk berjualan, tampah, bambu, dan topi yang di pakai menggunakan warna burn umber, cadmium orange, scarlet, black, dan yellow. Setelah
kering diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang terkena sinar. Warna mata, dan rambut, menggunakan warna black, orange, ultramarine blue, cadmium orange cadmium yellow, scarlet dan titanium white. Warna tembok menggunakan warna titanium white, dan burn umber. Setelah kering warna tembok diberi warna burn umber diberi minyak lukis agak banyak untuk menghasilkan warna transparan, sehingga terjadi kesan harmonis dan kesatuan warna pada lukisan tersebut. Warna pada manusia banyak menggunakan burn umber yang berwarna kecoklatan sehingga menambah warna terkesan matang. Warna dasar baju yang di pakai para penjual dan pembeli di pasar bunga adalah viridian green, ultramarin blue, yellow, black, orange, dan burn umber. Setelah itu, masing-masing diberi gambar motif batik menggunakan pensil, diwarna memakai dot kecil yang berisi cat embok dan pigmen, kemudian kering di buat lekukan-lekukan (draferi) dan gradasi memakai cat minyak sesuai gerakan obyek (penjual dan pembeli) lukisan. Proses selanjutnya, setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah pendetailan setiap warna dasar, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang di inginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas dan ditambah warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.
8. Karya kedelapan
Gambar 18. Sabar Menunggu (Foto Arifin.). Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2008 Ukuran : 147 cm x 96 cm
a. Konsep Karya Karya kedelapan tugas akhir ini berjudul “Sabar menunggu”. Penjual bubur yang biasanya berjualan di pagi hari sering dijumpai di kampung-kampung, dan terdapat pula di pasar tradisional. Berbagai kegiatan atau aktivitas manusia di pasar tradisional sangat beragam, seperti sumber ide penciptaan pada karya kedelapan ini. Seorang nenek yang sedang melayani pembelinya, seorang ibu yang menunggu makanan yang dipesan sambil menggendong anaknya, anak yang sedang makan bubur. Sambil menunggu mereka (penjual dan pembeli) berbincang-bincang. Berbagai macam sayuran, lauk, dan bubur dihidangkan di atas kayu yang sederhana. Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa pada karya kedelapan ini. Garis lurus terdapat pada tiang yang terbuat dari batang bambu, daun pisang, tempat lauk pauk, garis pada tempe, dan serat pada kayu. Sedang garis lengkung banyak terdapat pada bentuk-bentuk nongeometris pada lukisan ini, seperti: manusia, panci tempat bubur, tutup panci, telur, uang logam dan lain-lain. Pewarnaan background pada lukisan ini dibuat cerah dan nampak kekuning kehijauan untuk
menampilkan suasana di pagi hari Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya kulit manusia yang terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur kayu. Unsur gelap digunakan pada bagian kanan, sedangkan unsur terang terlihat pada bagian atas dan kiri objek-objek tersebut.
b. Teknik, Bahan dan Alat Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting, Greco, cat tembok putih, pigmen, air bersih secukupnya, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 147cm x 96cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, dot untuk membatik, kain lap, dan palet.
c. Proses Perwujudan Karya Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4 Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, batang pohon, meja untuk berjualan, tempe, bambu, dan baju yang dipakai penjual bubur menggunakan warna burn umber, cadmium orange, scarlet ,black, dan yellow. Setelah kering diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang terkena sinar. Warna mata, dan rambut menggunakan warna black, orange, ultramarine blue, cadmium orange cadmium yellow, scarle, dan titanium white. Warna manusia banyak menggunakan burn umber yang berwarna kecoklatan sehinga menambah warna terkesan begitu matang. Pewarnaan baju yang di pakai para penjual dan pembeli cara pembuatannya melalui tahapan, tahap pertama adalah memberi warna dasar pada, baju, dan jarik dan rok dengan cat minyak. Warna macam-macam seperti burn umber, peacock blue, yellow, scarlet, dan titanium white. Setelah didasari masing-masing diberi pola (motif) batik dengan pensil, hasil batikan diberi pakai warna pigmen seperti: red,
blue gll, yellow, dan cat tembok yang dicampur air putih bersih. Selanjutnya dimasukkan ke dalam dot kecil. Tunggu hingga kering, kemudian sesudah kering di buat lekukanlekukan (draferi) pada kain sesuai gerakan tubuh manusia dengan gradasi memakai cat minyak. Background belakang yang bernuansa pagi menggunakan warna titanium white, dan yellow. Penggunaan warna lebih banyak warna virdian green sehingga terkesan kehijauan yang menghasilkan suasana segar di waktu pagi dan menghasilkan warna yang harmonis dalam lukisan. Proses selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah pendetailan setiap warna dasar, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang diinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang. Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.
BAB V PENUTUP
Simpulan Pasar tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, sehingga terjadi permintaan dan penawaran terhadap suatu barang atau jasa. Tempat berinteraksi sosial yang erat sebagai ciri adat ketimuran, juga sebagai tempat untuk bertukar informasi ataupun pembentukan sifat kekeluargaan Pembangunan pasar modern yang begitu banyak akhir- akhir ini menggeser eksistensi pasar tradisional. Hal ini, tentu bukan sekedar sebuah upaya untuk perbaikan ekonomi semata, tetapi telah memunculkan pola baru menyangkut pola hubungan (relasi) sosial. Secara ekonomis maka keberadaan pasar modern tentu menjadi masalah paling nyata bagi pasar tradisional. Aktivitas manusia di pasar tradisional merupakan kehidupan sosial yang di dalamnya terdapat berbagai peran, interaksi, dan konflik. Proses interaksi tersebut, tercipta interaksi sosial yang erat dan merupakan ciri adat ketimuran yang kini pudar. Sehingga tercipta inspirasi dan sumber penciptaan untuk memvisualkan aktivitas manusia di pasar tradisional kedalam lukisan dengan aliran realis. Teknik yang digunakan adalah teknik sapuan kuas ke atas kanvas dengan cat minyak dan teknik membatik dengan alat dot dengan bahan cat tembok putih, pigmen dan air secukupnya, teknik ini digunakan untuk lukisan yang menggunakan motif batik Bahan dan alat yang digunakan dalam perwujudan karya adalah cat minyak Marie’s dan Greco, oil painting Greco, cat tembok putih, pigmen, air bersih secukupnya, minyak tanah, kanvas siap pakai, kuas, dot, dan palet. Sumber ide setiap karya diambil dari aktivitas manusia di pasar tradisional. Karya pertama menggambarkan seorang penjual yang sedang memikul sawi, karya kedua tentang penjual yang sedang bercengkrama dengan penjual lainnya, karya ketiga tentang pedagang yang melayani pembeli, penjual dan pembeli yang saling bertukar informasi dan lain-lain, karya keempat menggambarkan pak kusir yang mengendalikan kuda dengan membawa muatan sayur dan buah-buahan yang diperjual belikan di pasar tradisional, karya kelima tentang pasar sapi, karya keenam menggambarkan seorang penjual yang menghitung laba penjualan ayam, karya ketujuh
menggambarkan seorang penjual bunga yang menyiapkan bunga yang akan dijual, karya kedelapan menggambarkan seorang penjual tang melayani pembeli yang ramai. Penciptaan kedelapan karya ini menggunakan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa. Unsur-unsur bentuk dihadirkan bentuk realis. Dari karya pertama hingga karya kedelapan terjadi penyempurnaan visual karya, sehingga ada penambahan dan pengurangan bentuk antara sketsa yang dibuat dengan visual karya pada lukisan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Hirmawan dan Agung Wibowo, 2004. ”Eksistensi Pasar Tradisional (Studi Terhadap Eksistensi Pasar Tradisional Pasca Pembangunan Mall di Surakarta)”. Jurnal Sosiologi. Vol. 17 No. 1. Arfial Arsad Hakim. 1994. Studio Lukis. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Sebelas Maret. Biranul Anas. et al (ed). 2000. Seni Rupa Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta: PT Balai Pustaka Darsono Sony Kartika. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains. Drajat Tri Kartono. 2004. “ Pasar Modal Tradisional (Analisis Sosiologi Ekonomi Terhadap Renternir)”. Jurnal Sosiologi. Vol.17 No. 1 Edy Tri Sulistyo. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. _________ 2005. Tinjauan Seni Lukis Indonesia. Surakarta: Universitas Maret.
Sebelas
Fandy Tjiptono, 1995. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : BPFE http:// www. Bentara budaya. com Indriyo Gitosudarmo.2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta: BPFE Lee Man Fong. Lukisan-Lukisan Dan Patung-Patung Kolleksi Presiden Sukarno Dari Republik Indonesia Jilid 1V. Tokio Jepang: PT Percetakan Toppan. Mikke Susanto. 2001. Diksi Rupa. Yogyakarta : Kanisius Multolo. 1995. ”Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Pertanian Salak Pondoh Desa Bangunkerto)”. Dalam Laporan Penelitian. Yogyakarta.: UNY. Narsen Afatara. 1999. Tinjauan Seni Lukis Modern (Buku Pegangan Kuliah). Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Universitas Sebelas Maret. P. Mulyadi, 2000. Pengetahuan Seni (Buku Pegangan Kuliah). Surakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Pringgodigdo A.G.1997. Ensiklopedia Umum. Pemasaran. Yogyakarta : Yayasan Kanisius 56 Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia (diolah kembali oleh Pembinaan dan Pengembangan Bahasa). Jakarta: PN Balai Pustaka.
Pusat
Ratna. Devi.S, (ed). 2000. Pasar Tradisional, Tinjauan Sosiologis (Kasus Pasar Gede). Surakarta.: UNS. Soerjono Soekamto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.. Stanson. J. William (ed). 1994. Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Soerjono Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soemardi, Sulaiman.1977. Kumpulan Istilah-istilah Sosiologi. Jakarta:Fakultas Ilmuilmu Sosial Universitas Indonesia Press. Sudarso SP. 1976. Tinjauan Seni. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Akademi Seni Rupa Indonesia. Suryo Suradjijo. 1989. Filsafat Seni II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
-