AKTIVITAS FRAKSI POLIFENOL BUAH DELIMA (Punica granatum L.) TERHADAP PEROKSIDASI LIPID DARAH TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL
HERYANI
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ABSTRAK HERYANI. Aktivitas Fraksi Polifenol Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Peroksidasi Lipid Darah Tikus yang Diinduksi Parasetamol. Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan EDY DJAUHARI PK. Buah delima (Punica granatum L.) dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan tertinggi daripada tumbuhan obat lain. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas polifenol buah delima terhadap peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol. Sebanyak 22 tikus dibagi ke dalam 7 kelompok. Satu kelompok normal diinduksi akuades dan enam kelompok perlakuan diinduksi parasetamol (500 mg/KgBB) selama 34 hari. Kelompok kontrol positif pada perlakuan diinduksi Cursil®70 (13.3 mg/KgBB), dan kelompok lainnya masingmasing diinduksi fraksi polifenol dosis 13.3 mg/KgBB, 100 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB pada 17 hari terakhir. Polifenol diekstrak dengan pelarut aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5). Lipid peroksida darah direaksikan dengan asam tiobarbiturat (TBA) 1% dan dianalisis dengan spektrofotometer pada λ=532 nm. Rendemen polifenol yang diperoleh adalah 36.2%. Induksi parasetamol selama 34 hari dapat meningkatkan konsentrasi lipid peroksida serum 120.66%. Perlakuan Cursil®70 dan fraksi polifenol 13.3 mg/KgBB menurunkan lipid peroksida 8.14% dan 10.45% dengan tidak signifikan (p=0.548). Sebaliknya, perlakuan fraksi polifenol 100 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB mampu menurunkan konsentrasi lipid peroksida serum berturut-turut sebesar 18.18%, 33.23%, dan 41.84% (p<0.05).
ABSTRACT HERYANI. Polyphenol Fraction Activities of Pomegranate (Punica granatum L.) against Blood Lipid Peroxidation in Rats Induced by Paracetamol. Under the direction of ANNA P. ROSWIEM and EDY DJAUHARI PK. Pomegranate (Punica granatum L.) has been reported to have the higher antioxidant activities than other medicinal plants. The aim of this study was to investigate polyphenol fraction activities from pulp pomegranate against blood lipid peroxidation (TBARS) in rats induced by paracetamol. Twenty two rats were divided into 7 groups. One normal group induced aquades and six treatment groups induced paracetamol (500 mg/KgBW) during 34 days. Positive control group of treatment induced Cursil®70 (13.3 mg/KgBW), and another groups induced polyphenol fraction doses 13.3 mg/KgBW, 100 mg/KgBW, 250 mg/KgBW, and 500 mg/KgBW, respectively. Polyphenol were extracted by acetone:water:acetic acid (90:9.5:0.5). TBARS was reacted by thiobarbituric acid (TBA) 1% and analysed by spectrophotometer in λ=532 nm. Polyphenol yields have got 36.2%. Paracetamol inductions as long as 34th days increased TBARS levels 120.66%. The PC and FD13.3 decreased TBARS 8.14% and 10.45% not significantly (p=0.548). FD100, FD250, and FD500 decreased TBARS 18.18%, 33.23%, and 41.84% (p<0.05), respectively.
AKTIVITAS FRAKSI POLIFENOL BUAH DELIMA (Punica granatum L.) TERHADAP PEROKSIDASI LIPID DARAH TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL
HERYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi : Aktivitas Fraksi Polifenol Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Peroksidasi Lipid Darah Tikus yang Diinduksi Parasetamol Nama : Heryani NIM : G84062248
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Anna P. Roswiem, MS Ketua
Drs. Edy Djauhari PK, MS Anggota
Diketahui
Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc Ketua Departemen Biokimia
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Biokimia. Karya ilmiah ini berjudul Aktivitas Fraksi Polifenol Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Peroksidasi Lipid Darah Tikus yang Diinduksi Parasetamol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2010 hingga Juni 2010 di Laboratorium dan Kandang Hewan Coba Biokimia, Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Anna P. Roswiem, MS dan Drs. Edy Djauhari PK., MS atas bimbingan, waktu, dan perhatiannya kepada penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilimiah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta atas segala doa, dukungan, dan perhatiannya. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dian Apriliana selaku rekan kerja, Sidik STK43, Renna Y. Vernanda, Umul Karimah, Akmal, Marsudi Siburian, Feni T. Asmoro, Donna Fujie RU., Farah Meutia, Bakuh Darminto, S.Si, Sitha A. Ihsan, Reza B. Permana, temanteman Biokimia lain, serta teman-teman satu kontrakan, khususnya Chandra C. Nugroho, Deden Miftahudin, dan Hizry Ramdani atas bantuannya selama penelitian dan penyusunan skripsi. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Agustus 2010
Heryani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 2 Juli 1988 dari ayah Jamarih dan ibu Rumsinah sebagai anak ke-6 dari enam bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Subang dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sebagai mayor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tahun 2006-2007 penulis aktif di Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) sebagai sekretaris umum. Tahun 2007-2008 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA sebagai staf Divisi Infokom. Di tahun yang sama, penulis juga aktif sebagai ketua Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Subang. Tahun 2008-2009 penulis aktif di Himpunan Profesi Community of Research and Education in Biochemistry (CREBs) sebagai staf Divisi Research and Development (RnD). Dilanjut pada tahun 2010 sebagai ketua Badan Pengawas CREBs dan pengurus utama Green Environment Biochemist Community (GENESIST). Selama perkuliahan, penulis pernah menjalani Praktik Lapangan (PL) di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB-BIOGEN) dan menulis laporan ilmiah yang berjudul Identifikasi Gen Ketahanan Penyakit Blas pada Populasi Haploid Ganda Padi Gogo Hasil Persilangan Resiprokal Galur CT dan Bio46. Tahun 2009 penulis mengikuti program kreativitas mahasiswa bidang penelitian (PKMP) dan mendapatkan 5 besar PKMP terbaik tingkat IPB dengan judul Pemanfaatan Limbah Cair Terasi sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif di Kabupaten Cirebon. Selain itu, penulis juga pernah menerima beasiswa Goodwill International tahun 2009-2010. Penulis juga aktif dari tahun 2009-2010 sebagai asisten praktikum Biokimia Umum untuk mahasiswa Departemen Biologi dan Departemen Teknologi Hasil Perairan, serta Biokimia Klinis dan Pengantar Penelitian Biokimia untuk mahasiswa Departemen Biokimia. Selain itu, di tahun 2010 penulis aktif sebagai asisten praktikum Biokimia untuk Keperawatan pada mahasiswa Akademi Keperawatan Bogor cabang DEPKES Bandung. Sebagai pengalaman profesi, penulis pernah mengajar privat Kimia Dasar tahun 2008 serta mengajar kelas dan privat materi pengayaan ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) di SD IT At-Taufiq tahun 2009-2010.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ix
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Fisiologi Hati .............................................................................................. Hepatitis Toksik .......................................................................................... Parasetamol sebagai Stimulan Radikal Bebas .............................................. Oksidasi Lipid dan Analisisnya ................................................................... Buah Delima (Punica granatum L.) ........................................................... Polifenol .....................................................................................................
2 2 3 4 5 7
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat............................................................................................ Metode Penelitian .......................................................................................
8 8
HASIL DAN PEMBAHASAN Fraksi Polifenol Buah Delima ..................................................................... 9 Kondisi Hewan Coba .................................................................................. 10 Konsentrasi Lipid Peroksida Serum............................................................. 11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ..................................................................................................... 15 Saran........................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15 LAMPIRAN ................................................................................................... 19
DAFTAR TABEL Halaman 1 Kondisi fisik buah delima pada berbagai kematangan ................................... 6 2 Kadar abu (%) dan mineral (mg/100 g) pada sari buah dan biji delima ......... 6 3 Komposisi kimia biji buah delima ................................................................ 6 4 Komposisi pakan standar tikus ..................................................................... 11
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Metabolisme parasetamol dosis normal dan dosis tinggi pada hati ............... 4
2
Peroksidasi lipid hati dan pembentukan kompleks TBA-MDA .................... 5
3
Buah delima (Punica granatum L.) ............................................................. 7
4
Struktur kimia punikalin dan punikalagin ..................................................... 7
5
Pengambilan darah dari jantung pada tikus Sprague Dawley ........................ 9
6
Bobot badan tikus masa adaptasi ................................................................. 11
7 Bobot badan tikus hari ke-0 hingga ke-17.................................................... 11 8 Bobot badan tikus hari ke-18 hingga ke-34 .................................................. 11 9 Konsentrasi lipid peroksida ......................................................................... 15
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Gambaran umum penelitian........................................................................ 20
2
Prosedur ekstraksi polifenol ....................................................................... 20
3
Rancangan perlakuan hewan coba .............................................................. 21
4
Pengukuran konsentrasi lipid peroksida ...................................................... 22
5 Bobot badan (BB) tikus masa adaptasi ....................................................... 23 6 Bobot badan (BB) tikus hari ke-0 hingga ke-17 .......................................... 24 7
Bobot badan (BB) tikus hari ke-17 hingga ke-34 ........................................ 25
8
Konsentrasi lipid peroksida serum tikus hari ke-0 ....................................... 26
9
Konsentrasi lipid peroksida serum tikus hari ke-18 ..................................... 27
10 Konsentrasi lipid peroksida serum tikus hari ke-35 ..................................... 28 11 Rekapitulasi data statistik ........................................................................... 29 12 Perhitungan dosis terapetik buah delima pada tikus .................................... 35
1
PENDAHULUAN Organ hati memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia. Hati berfungsi dalam proses metabolisme zat-zat makanan, seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Hati juga berfungsi dalam penyimpanan glikogen, trigliserida, Fe, dan Cu. Peranan hati lainnya adalah sebagai sistem mononuklear fagosit, detoksifikasi toksikan, serta fungsi sintesis dan ekskresi garam-garam empedu (Stockham & Scott 2008). Namun, berubahnya pola hidup yang tidak teratur dapat menyebabkan peningkatan perusakan hati, terutama oleh virus, bahan kimia alami atau sintetik yang merusak hati (hepatotoksik), alkohol, serta konsumsi obat-obatan dosis tinggi. Dalimartha (2005) menyebutkan bahwa hepatitis dapat terjadi akibat berbagai faktor tersebut. Hepatitis akibat obat atau toksin dapat digolongkan menjadi hepatotoksin direct dan indirect, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, serta idiosinkrasi metabolik. Hal ini ditambah dengan pengetahuan masyarakat yang kurang akan konsumsi obat-obatan dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit hepatitis. Konsumsi obat-obatan seperti parasetamol dalam dosis berlebih pada hewan dan manusia dapat mengakibatkan kerusakan hati (Lee 2003). Obat-obat lain yang dapat menyebabkan kerusakan hati adalah obat anastetik, antibiotik, antiinflamasi, antimetabolik dan imunosupresif, antituberkulosa, hormon-hormon, serta obat psikotropik. Kerusakan hati dapat didiagnosa oleh beberapa parameter biokimia, yaitu adanya peningkatan aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST), alkalin fosfatase (ALP), γ-glutamil transferase (GGT), glutation peroksidase (GPx), superoksida dismutase (SOD), katalase, laktat dehidrogenase, 5nukleotidase, bilirubin, dan TBA-reacting substance (TBARS) (Stockham & Scott 2008). Hepatitis secara umum timbul akibat inflamasi hati. Salah satu kondisi yang terjadi adalah oksidasi membran sel oleh radikal bebas, baik dari luar tubuh (eksogen) maupun hasil metabolisme tubuh (endogen). Konsumsi parasetamol dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati secara akut atau nekrosis. Hal ini terjadi karena pengikatan kovalen pada Nasetil-p-benzokuinonimina (NAPKI), senyawa radikal hasil oksidasi parasetamol, dengan gugus –SH pada protein membran yang menghasilkan nekrosis sel dan peroksidasi lipid yang diinduksi oleh penurunan jumlah glutation (Murugesh et al. 2005).
Peroksidasi lipid membran sel sebenarnya dapat ditangkap oleh antioksidan. Tubuh manusia sendiri memiliki berbagai senyawa antioksidan, baik antioksidan enzimatik, seperti superoksida dismutase (SOD), katalase, dan peroksidase; maupun antioksidan non enzimatik seperti glutation tereduksi (GSH) (Stockham & Scott 2008). Namun, jika akumulasi radikal meningkat, tubuh membutuhkan asupan senyawa antioksidan dari luar yang mampu melindungi dan memperbaiki jaringan hati. Senyawa ini disebut sebagai hepatoprotektor (Dalimartha 2005). Berbagai senyawa antioksidan yang berpotensi sebagai hepatoprotektor telah banyak diteliti. Batubara (2003) dan Adji (2004) menyebutkan bahwa saponin dari akar kuning (Archangelisia flava L. Merr) dan kurkumin dari Curcuma xanthorhiza Roxb. dapat menghambat peningkatan konsentrasi lipid peroksida, serta menurunkan aktivitas ALT dan AST pada tikus Sprague Dawley yang diinduksi parasetamol. Antioksidan lain diantaranya adalah Silimarin dari Silybum marinum dan ekstrak metanol Berberis tinctoria L. (Murugesh et al. 2005), antioksidan ekstrak air dan metanol 70% daun sangitan (Rustandi 2006), rebusan daun sirih merah (Windyagiri 2006), ekstrak air rosella (Aryadi 2009), serta alkaloid dan isoflavon bunga Sphaeranthus indicus (Tiwari & Khosa 2010). Antioksidan memainkan peranan penting dalam mengikat radikal bebas dan mencegah amplifikasi senyawa radikal. Hingga saat ini aktivitas senyawa antioksidan tertinggi terdapat pada buah delima (Punica granatum L.), lebih tinggi daripada anggur merah dan teh hijau, dengan komponen tanin hydrolizable yang berperan dalam 92% aktivitas antioksidan dalam buah (Malik et al. 2005). Pengaruh pemberian ekstrak (antiokidan) buah delima terhadap kesehatan telah banyak diteliti, di antaranya adalah dapat memberikan efek antiarterosklerosis (Aviram et al. 2000), mereduksi stres oksidatif (Aviram et al. 2000; de Nigris et al. 2005), antihipertensi (Aviram & Dornfeld 2001), antidiabetes (Das et al. 2001; Huang et al. 2005), antimutagenik (Negi 2003), antikardiak fibrosis (Huang et al. 2005), anti-aging (Kumar et al. 2009), serta antikanker prostat (Malik et al. 2005; Seeram et al. 2005), antikanker kulit (Afaq et al. 2005), antikanker paru-paru (Khan et al. 2007), dan antikanker kolon (Khan 2009). Di sisi lain, Murthy et al. (2002) menyebutkan bahwa ekstrak metanol dari kulit buah delima, mengandung banyak katekin, memberikan efek
2
hepatoprotektor pada tikus galur Wistar. Oleh karena itu, aktivitas hepatoproteksi fraksi polifenol buah delima terhadap peroksidasi lipid darah perlu diteliti. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas polifenol buah delima terhadap peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol dosis 500 mg/KgBB, dengan hipotesis fraksi tersebut dapat menurunkan kadar lipid peroksida darah. Potensi yang diperoleh akan dibandingkan secara langsung dengan Cursil®70 (obat hepatitis) dosis 13.3 mg/KgBB. Metode yang digunakan untuk mengukur konsentrasi lipid peroksida serum tikus adalah metode asam tiobarbiturat (TBA) dengan spektrofotometer pada λ=532 nm (Yagi 1994). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi potensi polifenol buah delima sebagai hepatoprotektor dan dapat dijadikan sebagai obat hepatitis alternatif.
TINJAUAN PUSTAKA Fisiologi Hati Hati merupakan organ tubuh yang besar, kompleks, dan terdapat di dalam rongga perut kanan atas, di bawah diafragma kanan, dan dilindungi tulang iga kanan bawah. Organ ini berwarna coklat tua dan berbobot antara 12001600 g atau sekitar 2.5% dari bobot total orang dewasa. Organ ini terbagi menjadi dua lobus, dengan lobus kanan yang besarnya enam kali dari bagian kirinya. Setiap lobus terdiri atas ribuan lobulus yang merupakan unit fungsional. Setiap lobulus terdiri atas sel-sel hepatosit yang berbentuk kubus dan tersusun melingkar mengelilingi vena sentralis. Di antara lobulus (interlobular) terdapat saluran empedu dan kapiler (sinusoid) yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika (Dalimartha 2005). Sinusoid dibatasi oleh sel Kupffer yang merupakan sistem retikuloendotelial dan mempunyai fungsi serupa dengan sel makrofag (Kaplan & Pesce 2010). Hati memiliki peran penting dalam metabolisme tubuh, yaitu metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid yang dikirim oleh vena porta setelah diabsorbsi dari usus. Hati dapat menyintesis lebih dari 1000 protein plasma, seperti albumin dan globulin secara de novo dari asam amino esensial dan non esensial. Hati juga dapat menyintesis asam lemak, trigliserida, kolesterol, apolipoprotein, lipoprotein, dan kolesterol ester dalam fosfolipid. Beberapa bahan hasil metabolisme ini dapat tersimpan dalam hati, seperti
glikogen, trigliserida, Fe, dan Cu (Stockham & Scott 2008). Fungsi hati lainnya adalah detoksifikasi toksikan dan radikal bebas, yaitu melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa yang dihasilkan di dalam hati, seperti glutation, asam glukuronat, glisin, dan asetat. Hati mempunyai sistem ekskresi, dengan mengubah senyawa toksikan yang liposoluble menjadi hydrosoluble yang diekskresikan melalui urin, cairan empedu, ataupun lewat usus. Hati juga berperan sebagai organ pertahanan tubuh, yaitu dengan adanya sel Kupffer yang mempunyai kemampuan memfagositosis sel-sel tua, partikel atau benda asing, sel tumor, bakteri, virus, dan parasit di dalam hati (Dalimartha 2005; Stockham & Scott 2008). Hati memiliki kapasitas cadangan yang besar, yaitu hanya dengan 10%-20% jaringan hati yang masih berfungsi ternyata sudah cukup untuk mempertahankan hidup pemiliknya. Kemampuan regenerasi jaringan yang mati cukup besar sehingga akan cepat digantikan dengan yang baru (Dalimartha 2005). Sel hati mempunyai bentuk ultrastruktur yang mencerminkan bahwa sel terlibat dalam berbagai fungsi metabolik yang luas. Sel ini mengandung berbagai enzim, beberapa diantaranya penting untuk diagnostik karena dialirkan ke pembuluh darah vena dan aktivitasnya dapat diukur sehingga dapat menunjukkan adanya penyakit hati atau tingkat keparahannya (Ganong 2002). Enzim-enzim tersebut diantaranya adalah aspartat aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT), alkalin fosfatase (ALP), γ-glutamintransferase (GGT), laktat dehidrogenase, dan 5-nukleotidase. Konsentrasi keenam enzim ini meningkat dalam beberapa macam kerusakan hati, seperti hepatitis kronis, sirosis, alkoholik, dan tumor hati (Kaplan & Pesce 2010; Stockham & Scott 2008). Selain itu, produk peroksidasi lipid, TBA-reacting substance (TBARS), juga teralirkan ke pembuluh vena (Stockham & Scott 2008). Hepatitis Toksik Hepatitis merupakan suatu respon hati terhadap perangsangan dari luar yang bersifat merusak, umumnya berupa peradangan yang bisa berlanjut ke nekrosis. Hepatitis menurut etiologinya dibagi menjadi dua, yaitu hepatitis infeksius dan hepatitis non infeksius atau hepatitis toksik. Hepatitis infeksius dapat disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis F. Di sisi lain, hepatitis toksik dapat
3
disebabkan oleh bakteri, parasit, obat-obatan, alkohol, kegemukan, dan lainnya (Dalimartha 2005). Penderita hepatitis yang disebabkan oleh senyawa toksik dan obat-obatan ini memiliki tanda-tanda yang mirip dengan penyakit hepatitis lainnya (Anderson & Cockayne 1993). Hepatitis berdasarkan tingkat keparahannya ada yang bersifat akut dan dapat meningkat menjadi kronis. Keduanya merupakan jenis penyakit dengan pasokan obat yang terbatas. Hal tersebut terjadi karena penyebab, mekanisme, dan perkembangan penyakit hati yang beragam, tingkat respon pasien rendah, efek samping cukup besar, serta biaya terapi yang mahal sehingga sulit mencari obat yang ideal (Anderson & Cockayne 1993). Nabib (1987) menggolongkan penyebab timbulnya penyakit hepatitis toksik menjadi empat, yaitu (1) racun-racun kimia, seperti: tembaga, arsen, merkuri, kloroform, tetrakloroetanol, trinitrotoluena, tetrakloroetilena, dan karbon tetraklorida; (2) racun dari tanaman jenis Sereci, Aminskia, Phyllanthum, dan Leguminosa; (3) eksotoksin dan endotoksin mikroorganisme; serta (4) racun metabolik. Konsumsi obat-obatan seperti parasetamol dalam dosis berlebih pada hewan dan manusia juga dapat mengakibatkan kerusakan hati (Lee 2003). Senyawa yang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan hati akibat efek toksik pada hati dengan dosis berlebih dan/atau dalam jangka waktu yang lama disebut sebagai hepatotoksin. Hepatotoksin dapat menyebabkan hepatitis, tergantung pada dosis pemberian, interval waktu pemberian yang singkat antara pencernaan obat dan reaksi perlawanan, serta kemampuan untuk menimbulkan perubahan yang sama pada jaringan hati (Dalimartha 2005). Berdasarkan mekanismenya terhadap perusakan hati, hepatotoksin dibagi menjadi dua macam, yaitu hepatotoksin intrinsik dan ekstrinsik. Hepatotoksin intrinsik merupakan hepatotoksin yang dapat diprediksi, tergantung pada dosis dan melibatkan mayoritas individu yang menggunakan obat dalam jumlah tertentu. Rentang waktu antara mulainya dan timbulnya kerusakan hati sangat bervariasi, dari beberapa jam sampai beberapa minggu. Salah satu contohnya adalah parasetamol (acetaminophen) yang menyebabkan nekrosis hati yang dapat diprediksi pada pemberian over dosis. Di sisi lain, hepatotoksin ekstrinsik atau idiosinkratik merupakan hepatotoksin yang tidak dapat diprediksi. Hepatotoksin ini terkait dengan hipersensitivitas atau kelainan
metabolisme. Respon dari hepatotoksin ini tidak dapat diprediksi dan tidak tergantung pada dosis pemberian. Tahap inkubasi toksin ini bervariasi, tetapi biasanya bermingguminggu atau berbulan-bulan. Contohnya seperti sulfonamid, isoniazid, halotan, dan klorpromazin (Gibson 1991). Parasetamol sebagai Stimulan Radikal Bebas Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol merupakan obat yang berkhasiat analgetik anatipiretik non narkotik turunan para aminofenol. Parasetamol cepat diserap secara sempurna oleh saluran pencernaan dan tersebar ke seluruh cairan tubuh. Konsentrasi tertinggi berada pada plasma darah setelah 1-3 jam masuk ke dalam tubuh. Sebanyak 25% parasetamol berada terikat dengan protein (Lee 2003). Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati apabila dikonsumsi 7.5 gram sekaligus. Pada pemakaian lebih dari 15 gram sekaligus akan menyebabkan nekrosis atau kematian sel hati (Dalimartha 2005). Dosis parasetamol yang diinduksikan berbeda-beda, tergantung pada spesiesnya. Dosis 500 mg/KgBB pada tikus Sprague Dawley mampu membuat kerusakan membran sel hepatosit selama 14 hari (Hastuti 2008), sedangkan dosis untuk tikus galur Wistar adalah 750 mg/KgBB (Murugesh et al. 2005). Secara keseluruhan, dosis parasetamol 2 g/KgBB 14 hari mampu merusak hati tikus putih Rattus norvegicus (Balamurugan et al. 2008). Pada dosis normal, parasetamol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami biotransformasi di dalam hati dengan mekanisme konjugasi (metabolisme fase II) dengan glukuronat sebanyak 40%-67%, sulfonat 20-46%, serta <5%-nya adalah sistein, beberapa metabolit terhidroksilasi dan terdeasetilasi. Hasil reaksi konjugasi ini menghasilkan senyawa yang larut air (hydrosoluble) dan tidak toksik sehingga dapat disekresikan melalui urin (Lee 2003). Pada keadaan over dosis, sisa parasetamol akan dibiotransformasi oksidatif oleh sitokrom P-450 (metabolisme fase I) sehingga membentuk suatu metabolit elektrofil N-asetilp-benzoikuinonimina (NAPKI) yang bersifat hepatotoksik dan reaktif. NAPKI kemudian akan bereaksi dengan biomolekul penyusun membran sel hati, seperti fosfolipid dan protein bergugus –SH. Detoksifikasi NAPKI diawali oleh konjugasi dengan glutation tereduksi (GSH) menjadi asam merkapturat yang bersifat hydrosoluble non toxic dan dapat diekskresikan oleh ginjal (Gambar 1A).
4
Jika laju pembentukan NAPKI lebih besar dari laju detoksifikasi oleh GSH, maka akan terjadi oksidasi berbagai biomolekul penyusun membran seperti lipid atau gugus SH pada protein (Murugesh et al. 2005). Proses ini menyebabkan kandungan GSH hati <30% dari normalnya, sehingga NAPKI berikatan dengan makromolekul protein sel hati membentuk senyawa semikuinon. Senyawa ini akan mereduksi O2 menjadi O2•, kemudian membentuk senyawa radikal bebas lagi yang sejenis, yaitu radical oxygen species (ROS). ROS akan mengoksidasi fosfolipid secara berantai yang disebut oksidasi lipid. Hal ini mengakibatkan kerusakan sel hati sampai timbul nekrosis hati, yaitu terjadinya gangguan integritas membran plasma, keluarnya isi sel, dan timbulnya respon inflamasi (Gambar 1B). Respon ini menyebabkan banyak sel yang mati (Gibson & Sket 1991) yang ditandai dengan peningkatan ALT dan AST, bilirubin, alkalin fosfatase, gamma glutamil transferase, serta dehidrogenase laktat pada serum selama 24 jam setelah pemberian (Firmansyah 2006).
Oksidasi Lipid dan Analisisnya Reaksi peroksidasi lipid terbagi atas reaksi inisiasi, propagasi, dan terminasi. Peroksidasi lipid dimulai dengan pemisahan sebuah atom hidrogen dari gugus metilena (-CH2-) pada polyunsaturated fatty acids (PUFA) oleh radical oxygen species (ROS). Reaksi ini menghasilkan radikal karbon pada PUFA. Radikal karbon distabilkan melalui suatu pengaturan ulang ikatan rangkap menghasilkan pembentukan diena terkonjugasi. Dalam keadaan aerobik, diena ini bereaksi dengan O2 membentuk radikal peroksi lipid (-CHOO•-). Radikal peroksi lipid ini dapat juga menghilangkan atom hidrogen dari gugus metilena (-CH2-) molekul lipid lain yang berdekatan, khususnya dengan adanya logam Cu atau Fe menyebabkan terjadinya reaksi autokatalitik. Radikal peroksi bergabung dengan atom H dari -CH2- lipid lain menghasilkan hidroperoksida lipid (-CHOOH-) dan radikal karbon lain (-CH•-). Tahap ini disebut propagasi. Selanjutnya radikal peroksi lipid akan membentuk lipid peroksida. Tahap
Fenolsulfotransferase
UDP-glukuronosiltrasferase Glukuronida
Asetaminofen EKSKRESI
EKSKRESI Sitokrom P450
Glutation Glutation S-transferase
N-asetil-pbenzokuinonimina NAPKI
merkaptat
Asetaminofen Sitokrom P450 Jika <30% glutation normal Kematian sel
merkaptat
NAPKI
NAPKI
Gambar 1 Metabolisme parasetamol. (A) dosis normal, (B) dosis tinggi pada hati (Kavalci et al. 2009).
5
terminasi terjadi akibat reaksi peroksi radikal dengan α-tokoferol, senyawa lipofilik pada membran sel (Hall & Bosken 2009). Sebelum tahap terminasi, radikal peroksi lipid (-CHOO•-) dapat mengalami proses transformasi menjadi peroksida siklik lalu siklik endoperoksida dari PUFA jenis arakidonat atau asam eikosapentanoat (Hall & Bosken 2009). Reaksi ini berlanjut hingga membentuk produk sekunder, yaitu malonaldehida (MDA). Oleh karena itu, lipid peroksida dapat dianalisis dengan adanya MDA yang direaksikan dengan asam tiobarbiturat (TBA) (Yagi 1994). Metode asam tiobarbiturat digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidasi suatu senyawa. Metode ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengukuran produk utama atau sekunder dari reaksi oksidasi lipid. Prinsip metode TBA merupakan proses autooksidasi dari asam linoleat yang menghasilkan TBAreacting substances (TBARS), seperti malondialdehida (MDA). TBA bereaksi dengan gugus karboksilat dari MDA melalui penambahan nukleofilik membentuk kompleks MDA-TBA dalam suasana asam. Satu molekul MDA berikatan dengan dua molekul TBA menghasilkan produk yang berwarna sehingga dapat dikuantifikasi melalui spektrofotometri pada λ=532 nm (Gambar 2) (Yagi 1994). Metode TBA mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi pada radikal bebas dan mudah diaplikasikan untuk sampel dalam berbagai macam tahap oksidasi. Senyawa lain pun dapat bereaksi dengan TBA, seperti glukosa, sukrosa, asam amino, dan urea dalam konsentrasi yang sangat rendah. Metode TBA ini prinsip awalnya adalah pemurnian lipid peroksida dari senyawa-senyawa lain, kemudian diikat oleh TBA. Penambahan H2SO4 pada serum sampel berfungsi untuk memutuskan ikatan lipid dengan senyawa lain seperti protein. Penambahan fosfotungstat berfungsi mengendapkan protein serum. Proses sentrifugasi dilakukan untuk mengendapkan lipid bersama dengan protein. Pelet yang diperoleh merupakan kumpulan lipid peroksida. Penambahan TBA 1% ke dalam pelet harus dalam kondisi asam, yaitu untuk merenggangkan padatan pelet sehingga TBA dapat bereaksi dengan lipid peroksida. Proses dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu panas untuk mempercepat reaksi. Penambahan HCl hingga pH 1.7 dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa pengotor pada komponen lipid. Penambahan n-butanol : piridin (15:1) dilakukan untuk mengendapkan pengotor-
pengotor tersebut. Kemudian dilakukan sentrifugasi dan diperoleh supernatan berwarna merah keunguan yang merupakan kompleks lipid peroksida-TBA (Yagi 1994). Inisiasi radikal
Inisiasi:
Hidrogen alil
Alkil radikal Propagasi: Konjugat diena Radikal peroksil Lipid hidroperoksida Fe katalis Radikal peroksil Radikal alkoksil
Peroksida siklik
Endoperoksida siklik
A TBA bereaksi dengan MDA
B
Produk
Gambar 2 Peroksidasi lipid hati. (A) pembentukan MDA, (B) kompleks TBA-MDA (Hall & Bosken 2009). Buah Delima (Punica granatum L.) Pohon delima (Punica granatum L.) adalah perdu atau pohon kecil yang banyak tumbuh dan dipelihara di pekarangan penduduk Indonesia sebagai tanaman hias. Pohon ini memiliki kingdom Plantae, filum Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Rosidae, famili Lythracae, genus Punica, dan spesies Punica granatum Linn (Wiryowidagdo 2008). Buah delima (pulp) memiliki presentase sebesar 57.51% dari berat buah total, meliputi 63.58% sari buah (juice) dan 36.21% biji (seed). Kulit buah (peel) delima memiliki ketebalan yang tinggi dengan berat 29.84% dari berat buah tota (Tabel 1). Sari buah segar mengandung 84.57% air, 14.1% gula total, 1.05% protein, dan 0.33% kadar abu (Tabel 2).
6
Total protein, asam askorbat, lemak, dan komponen fenolik pada biji delima adalah 4.06%, 0.32%, 0.15%, dan 2.92% (Tabel 3) (Al-Maiman & Ahmad 2002). Asam amino yang terkandung diantaranya asam glutamat dan asam aspartat (Aviram et al. 2000). Di sisi lain, Li Y et al. (2006) juga melaporkan bahwa kulit buah delima (peel) memiliki kadar air 8.0±0.8% dan menghasilkan rendemen fenolik yang lebih besar dari pulp, yaitu 31.5±3.0%. Polifenol yang terlarut dalam sari buah sebanyak 0.2%-1.0% yang terdiri atas dua tipe, yaitu flavonoid jenis antosianin (8%-15%) dan
tanin jenis elagitanin (80%-90%). Antosianin (seperti delfinidin-3-glukosida, sianidin-3glukosida, sianidin-3,5-diglukosida, dan pelargonidin) berfungsi dalam memberikan warna merah pada buah. Tanin hydrolizable (seperti punikalin, pedunkulagin, punikalagin, galik, dan ester asam elagik pada glukosa) berperan dalam 92% aktivitas antioksidan dalam buah. Aktivitas antioksidan buah delima ini dilaporkan lebih tinggi daripada anggur merah dan teh hijau. Antioksidan ini juga berpotensi dalam mencegah peroksidasi lipid (Malik et al. 2005).
Tabel 1 Kondisi fisik buah delima pada berbagai kematangan Parameter
Belum matang Panjang (cm) 6.61±0.29 Diameter (cm) 3.54±0.15 Panjang/diameter 1.87±0.12 3 Volume (cm ) 126.74±20.02 Densitas buah 1.29±0.2 Bobot buah (g) 163.52±22.48 Bobot kulit (g) 48.34±12.21 % kulit 29.56 Bobot biji (g) 90.01±34.03 % biji 55.05 Bobot sari buah (g) 59.99±17.01 % sari buah 30.57 Sumber: Al-maiman & Ahmad (2002)
Kematangan Setengah matang Matang 6.67±0.28 6.55±0.28 3.61±0.25 3.67±0.22 1.87±0.13 1.79±1.84 161.02±48.61 156.74±29.86 1.20±0.1 1.38±0.2 193.82±49.44 216.50±42.88 54.43±9.0 69.01±15.33 28.08 31.87 111.95±31.37 129.27±28.21 57.77 59.71 68.76±20.93 81.03±16.72 30.32 32.88
Rata-rata 6.64±0.31 3.61±0.21 1.84±0.11 148.16±36.82 1.29±0.16 191.27±44.16 58.92±17.36 29.84 110.41±34.10 57.51 59.93±19.60 31.21
Tabel 2 Kadar abu (%) dan mineral (mg/100 g) pada sari buah dan biji delima Parameter
Belum matang
Sari buah (juice) Kadar abu 0.46±0.09 Cu 0.03±0.01 Fe 0.84±0.12 Zn 0.20±0.01 Mg 9.87±0.45 P 7.37±2.33 Na 37.8±10.3 Ca 38.2±9.27 K 309±9.27 Biji (seed) Kadar abu 0.29±0.03 Cu 0.06±0.01 Fe 2.37±0.01 Zn 0.22±0.00 Mg 7.39±0.44 P 5.16±0.08 Na 79.2±2.2 Ca 26.9±0.44 K 285±7.53 Sumber: Al-maiman & Ahmad (2002)
Kematangan Setengah matang Matang
Rata-rata
0.43±0.1 0.03±0.01 1.27±0.06 0.30±0.19 10.2±0.95 3.91±0.36 44.5±5.95 31.4±10.2 209±14.5
0.47±0.21 0.04±0.01 1.88±0.14 1.26±0.67 11.9±2.18 7.49±0.29 95.7±2.17 59.3±8.88 243±21.7
0.45±0.02 0.03±0.01 1.33±0.52 0.59±0.50 10.6±1.09 6.26±2.03 59.3±31.6 43.0±14.5 253±51.1
0.38±0.01 0.07±0.04 1.99±0.00 0.24±0.00 6.34±0.03 6.96±0.56 76.9±0.144 23.3±0.27 302±5.44
0.32±0.02 0.07±0.00 2.21±0.01 0.30±0.00 5.13±0.05 6.25±0.04 72.1±0.12 24.5±0.23 333±15.8
0.33±0.01 0.07±0.01 2.19±0.19 0.25±0.04 6.29±1.13 6.12±0.91 76.1±3.59 24.8±18.5 307±24.4
Tabel 3 Komposisi kimia biji buah delima Parameter
Belum matang Kadar air (%) 79.45±0.96 Protein (%) 3.99±0.4 Lemak (%) 0.2±0.0 Jenuh 18.6±3 Tidak jenuh 81.6±4.26 Asam askorbat (mg/100 g) 0.26±0.07 Komponen fenolik (mg/100 g) 3.65±0.17 Sumber: Al-maiman & Ahmad (2002)
Kematangan Setengah matang Matang 80.66±3.39 77.72±3.36 3.74±0.89 4.45±0.68 0.01±0.0 0.25±0.3 17.9±3.6 16.4±2 82.1±2.1 84.6±2.5 0.25±0.14 0.18±0.32 3.22±0.72 1.90±0.57
Rata-rata 79.28±2.89 4.06±0.26 0.15±0.10 17.5±1.02 82.8±17.96 0.23±0.11 2.92±0.19
7
Buah delima (Gambar 3) telah lama diformulasikan sebagai tanaman obat tradisional oleh masyarakat. Pada umumnya adalah sebagai obat antikanker. Semua khasiat sediaan delima ini disebabkan oleh kandungan berbagai senyawa antioksidan yang aktivitasnya sangat tinggi (Wiryowidagdo 2008). Pada akhir dekade ini, penelitian medis tentang komponen ekstrak buah delima seperti antioksidan, antikarsinogenik, dan antiinflamasi telah dipublikasikan dan difokuskan pada pengobatan dan pencegahan kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, infeksi bakteri, resistensi antibiotik, serta kerusakan kulit yang diinduksi radiasi UV. Beberapa potensi lain seperti pengobatan insomnia, infertilitas laki-laki, dan obesitas telah dikembangkan (Jurenka 2008). Namun, potensinya sebagai hepatoprotektor belum banyak diteliti.
mendonasikan atom hidrogen ke senyawa radikal membentuk intermediet radikal fenoksil. Senyawa intermediet radikal fenoksil relatif stabil sehingga tidak mampu lagi menginisiasi reaksi radikal selanjutnya (Nzaramba 2008). Aktivitas biologis yang tinggi pada senyawa fenolik ini terletak pada posisi dan jumlah gugus hidroksil (-OH). Reed et al. (2005) menambahkkan bahwa ester asam galik seperti punikalin (Gambar 4A) dan punikalagin (Gambar 4B) memberi aktivitas antioksidan tertinggi pada polifenol buah delima. Khasiat antioksidan polifenol umumnya berguna dalam pencegahan kanker, misalnya isoflavon pada hormone dependent cancer, mediasi reseptor estrogen pada kanker payudara, serta aktivitas antikanker lain. Polifenol juga berperan dalam proteksi penyakit kardiovaskular, seperti penurun kadar kolesterol dan aktivitas antioksidasinya. Potensi lainnya yang telah diketahui adalah antiosteoporosis, antiperadangan, obesitas, dan lain-lain (Andersen & Markham 2006). Kajian terhadap polifenol tidak hanya ditujukan pada peran biologisnya, tetapi lebih karena potensinya sebagai obat. Kini senyawa polifenol (flavonoid, terpenoid, dan steroid) telah diketahui selain memiliki aktivitas antioksidan, juga memiliki aktivitas hepatoproteksi pada tikus galur Wistar (Murugesh et al. 2005).
Gambar 3 Buah delima (Punica granatum L.). Polifenol Polifenol merupakan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan yang banyak tersebar di alam. Polifenol disintesis di dalam tumbuhan melalui dua lintasan, yaitu lintasan shikimat dan asetat. Lebih dari 8.000 struktur fenolik telah diketahui (Lu & Gökmen 2002). Struktur utama polifenol adalah difenilpropana yang mengandung dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan tiga atom karbon, biasanya membentuk oksigen heterosiklik. Jenis molekul senyawa ini beragam, mulai dari yang paling sederhana seperti asam fenolik hingga bentuk polimer tinggi seperti tanin. Polifenol umumnya berkonjugasi dengan satu atau lebih gula pada gugus hidroksil atau atom karbon aromatik (Reed et al. 2005). Komponen fenolik bertindak sebagai antioksidan, yaitu terminator dari radikal bebas dan sebagai pengkelat ion logam redoks aktif. Ion logam ini memungkinkan peranannya untuk mengatalisis reaksi peroksidasi lipid. Antioksidan fenolik ini menghalangi oksidasi lipid dan molekul lain dengan cara
A
B
Gambar 4 Tanin buah delima. (A) punikalin, (B) punikalagin (Reed et al. 2005).
8
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam peneletian ini adalah tikus putih galur Sprague Dawley jantan (Pusat Studi Biofarmaka-IPB) dengan kondisi sehat berumur 8 minggu dan berat 140-180 g, pakan standar (Indofeed, Indonesia), buah delima (Lampung, Indonesia), parasetamol (Sanmol, Indonesia), dan Cursil®70. Selain itu beberapa pereaksi yang digunakan adalah 1,1,3,3-tetrametoksipropana 6 M, H2SO4 N/12 (Merck, Indonesia), asam fosfotungstat 10% (v/v) (Merck, Indonesia), TBA 1% (b/v) (Merck, Indonesia), aseton (Merck, Indonesia), H2O, asam asetat (Merck, Indonesia), butanol (Merck, Indonesia), piridin (Merck, Indonesia), dan HCl. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah oven, penggiling, shaker orbital, uap putar, penangas air, desikator, neraca, spektrofotometer UV-Vis Genesys type, vortex, sentrifus klinis, mikrosentrifus, pH indikator, dan pH meter. Peralatan lainnya adalah labu ukur, Erlenmeyer, pipet tetes, pipet Mohr, pipet mikro, dan cawan porselin. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu penentuan kadar air, ekstraksi polifenol buah delima, adaptasi hewan coba, perlakuan hewan coba, pengukuran konsentrasi lipid peroksida sebagai parameter kerusakan hati, serta analisis statistika. Sebelumnya dilakukan preparasi sampel, yaitu buah delima (pulp) di oven pada suhu 50°C selama enam hari. Setelah kering, dilakukan penggilingan hingga terbentuk serbuk simplisia. Sampel segar (pulp) dan simplisia kemudian diukur kadar airnya. Penentuan Kadar Air (AOAC 1995) Cawan porselin dikeringkan pada suhu 105ºC selama 30 menit lalu didinginkan pada desikator dan ditimbang. Kadar air ditentukan dengan cara memasukkan 5 g sampel di dalam cawan porselin pada suhu 105ºC. Kemudian dilakukan pendinginan pada desikator sebelum ditimbang. Setelah 2 jam, bobot sampel dalam cawan porselin ditimbang, selanjutnya penimbangan dilakukan setiap 30 menit sekali hingga bobot konstan atau berbeda ≤ 0.0003 g. Penentuan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali. Kadar air dapat dihitung menggunakan rumus:
W
= Bobot sampel (g)
W1 = Bobot (cawan + sampel) setelah dioven W2 = Bobot cawan kosong Ekstraksi Polifenol Buah Delima (Hayouni et al. 2007) Metode ekstraksi yang akan dilakukan adalah modifikasi metode ekstraksi satu tahap (batch mode). Setiap 25 gram serbuk buah delima dimaserasi dengan 250 mL aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5) pada shaker orbital dengan suhu ruang selama 24 jam. Ekstrak tersebut kemudian disaring dengan kertas saring. Metode diulang hingga warna ekstrak sama dengan warna pelarut awal. Filtrat dikumpulkan dan dirotavapor pada suhu 45ºC kondisi vakum hingga kering. Perlakuan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah tikus dengan galur Sprague Dawley. Hewan percobaan berjumlah 22 ekor dikelompokkan menjadi 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor, kecuali kelompok normal (4 ekor). Tikus dikandangkan secara individu beralaskan sekam kayu. Tikus diberi pakan standar 20 g/ekor/hari pada tahap adaptasi dan ditingkatkan mejadi 25 g/ekor/hari pada tahap perlakuan dengan air minum secara ad libitum. Sebelum perlakuan, tikus diadaptasi selama 19 hari untuk menyeragamkan cara hidup dan pola makan dengan pakan standar, serta membiasakan diri dengan lingkungannya. Tikus kelompok I merupakan kelompok normal (N) yang hanya diberi pakan standar selama penelitian dan dicekok akuades pada hari ke-0 hingga ke-34. Kelompok II atau kontrol positif (KP) yang menggunakan Cursil®70 (obat hepatitis) dengan dosis 13.3 mg/KgBB dari hari ke-18 hingga hari ke-34. Kelompok III adalah kelompok negatif (KN) yang dicekok parasetamol dosis 500 mg/KgBB pada hari ke-0 hingga ke-34. Kelompok IV (FD13.3), V (FD100), VI (FD250), dan VII (FD500) merupakan kelompok perlakuan yang dicekok dengan fraksi polifenol buah delima pada konsentrasi 13.3, 100, 250, dan 500 mg/KgBB dari hari ke-18 hingga hari ke-34. Kelompok II-VII secara bersamaan dicekok parasetamol 500 mg/KgBB dari hari ke-0 hingga hari ke-34. Pengukuran Konsentrasi Lipid Peroksida Serum (Yagi 1994) Pengambilan Serum Sampel. Darah tikus diambil dari pembuluh vena ekor (hari ke-0 dan ke-18). Sebelum darah diambil, tikus dipuasakan minimal 12 jam. Gunting dan ujung ekor tikus disterilkan terlebih dahulu dengan
9
alkohol 70%. Pemotongan dilakukan maksimal 5 mm dari ujung ekor dan ekor dibersihkan kembali dengan Betadine. Sampel darah yang diperoleh pada vial didiamkan pada kotak berisi es dan disimpan pada lemari pendingin selama semalam. Serum dipisahkan dengan sentrifugasi 3000 rpm pada suhu selama 15 menit. Pengambilan darah pada hari ke-35 dilakukan dari jantung (Gambar 5). Persiapan Kurva Standar. Larutan stok pereaksi 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) 6 M diencerkan menjadi 0.9, 1.8, 2.7, 3.6, 4.5, dan 6.0 µM. Tiap-tiap larutan dipipet sebanyak 4 mL ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1.0 mL TBA 1% (b/v) dalam pelarut asam asetat 50% (v/v). Tahap selanjutnya tabung diinkubasi pada suhu 95°C selama 60 menit dan didinginkan dalam suhu kamar. Tabung yang telah dingin ditambah 1.0 mL air destilata serta 5 mL n-butanol:piridin 15:1 (v/v). Tabung ini selanjutnya dihomogenkan menggunakan vortex dan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan atas (fasa organik) diambil dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ=532 nm. Pengukuran Sampel. Serum tikus diambil sebanyak 0.3 mL kemudian ditambah 1.2 mL H2SO4 1/12 N. Campuran dibiarkan 10 menit, selanjutnya diberi asam fosfotungstat 10% (v/v) sebanyak 0.15 mL dan diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit. Selanjutnya disentrifugasi pada 3000 rpm selama 20 menit. Supernatan yang telah diperoleh dibuang, sedangkan peletnya ditambah 1.2 mL H2SO4 0.041 N dan 0.15 mL asam fosfotungstat 10% (v/v). Larutan ini disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit. Endapan yang diperoleh disuspensikan dalam 2.0 mL air destilata. Prosedur selanjutnya sama seperti yang dilakukan pada larutan standar (setengah resep). Sebelum penambahan 5 mL n-butanol : piridin pada sampel, dilakukan penambahan HCl sampai pH-nya berkisar 1.6-1.7. Analisis Data (Myers & Milton 1991) Data bobot badan diuji menggunakan uji-T menggunakan perangkat lunak SPSS Statistical Data Analysis seri 17. Data konsentrasi lipid peroksida yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam uji analysis covarian (ANCOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05 menggunakan perangkat lunak statistical analysis system (SAS). Model rancangan tersebut adalah: Yij = µ + τi + βxij + εij Keterangan: yij = Respon pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Pengaruh rataan umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1-7 βxij = Pengaruh kovarian (x) terhadap perlakuan ke-i dan ulangan ke-j εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4 Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan.
Gambar 5 Pengambilan darah dari jantung pada tikus Sprague Dawley.
HASIL DAN PEMBAHASAN Fraksi Polifenol Buah Delima Sampel buah delima yang digunakan adalah delima matang yang berasal dari Lampung, Indonesia. Sebelum diekstrak, bulir buah delima segar (pulp) dan simplisia dilakukan pemeriksaan pendahuluan, yaitu penentuan kadar air total pada sampel basah dan sampel kering. Kadar air pada bulir segar (pulp) yang diperoleh adalah 83.11±0.067%. Nilai ini tidak berbeda dari hasil yang dilaporkan oleh AlMaiman dan Ahmad (2002) bahwa kadar air sari buah (juice) delima matang sebesar 83.65±0.4%, sedangkan kadar air dari biji (seed) delima matang sebesar 77.72±3.36%. Nilai kadar air sampel merupakan nilai yang relatif, bergantung pada ukuran, kematangan buah, tempat tumbuh, dan kondisi lainnya yang dapat mempengaruhi perbedaan kadar air serta komponen lainnya (Al-Maiman & Ahmad 2002). Di sisi lain, kadar air pada sampel kering atau simplisia adalah 12.02±0.37%. Hasil ini dapat dikatakan kurang baik karena kadar air serbuk yang lebih dari 10% tidak memungkinkan penyimpanannya dalam jangka waktu lama (AOAC 1995). Kadar air yang diperoleh pada penelitian ini kurang menguntungkan untuk menyimpannya dalam waktu yang lama karena memungkinkan tumbuhnya jamur. Selain itu, tingginya kadar air disebabkan oleh banyaknya kadar gula total dalam sampel, sekitar 14.1% dari bobot total buah (Al-Maiman & Ahmad 2002), sehingga simplisia mudah mengalami karamelisasi. Kadar gula tersebut makin meningkat seiring
10
dengan kematangan buah. Buah matang memiliki persentase gula lebih tinggi pada glukosa (53.4%) dan fruktosa (46.6%) (AlMaiman & Ahmad 2002). Nilai kadar air simplisia juga berpengaruh pada kadar rendemen polifenol yang terbentuk. Nilai kadar air 12.02±0.37% menunjukkan bahwa jumlah komponen selain air yang terkandung pada sampel sekitar 87.98% yang diantaranya terkandung komponen fenolik. Nilai kadar air ini tidak berbeda jauh dengan yang dilaporkan oleh Li Y et al. (2006) untuk sampel kering buah delima (pulp) sebesar 10.9±1.1%. Fraksi polifenol buah delima diperoleh dari modifikasi metode maserasi satu tahap (batch mode) dengan pelarut aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5) (Hayouni et al. 2007). Modifikasi yang digunakan adalah lama ekstraksi yang ditentukan oleh perubahan warna ekstrak hingga kembali ke warna awal pelarut (± 3 x 24 jam) yang dilakukan pada shaker orbital dengan kecepatan putar 120 rpm. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas titik singgung antara pelarut dan serbuk kering buah delima sehingga proses ekstraksi polifenol berlangsung optimal. Rendemen atau fraksi polifenol diperoleh dari hasil pengonsentrasian semua fraksi organik pada rotary evaporator atau rotavapor pada suhu 45°C kondisi vakum. Dari kadar sampel kering ±87.98% diperoleh rendemen (fraksi) polifenol sebanyak 36.2%. Goli et al. (2004) menyebutkan bahwa banyaknya jumlah rendemen ekstrak bergantung pada pelarut dan metode ekstraksi. Metode ekstraksi batch mode dengan pelarut aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5) dilaporkan mampu menghasilkan total komponen fenolik tertinggi pada Quercus coccifera L. dan Juniperus phoenica L. dibandingkan dengan menggunakan pelarut lain, seperti etanol, metanol, atau etil asetat (Hayouni et al. 2007). Singh et al. (2002) telah mengekstraksi antioksidan buah delima dan kulit buah delima dari beberapa pelarut secara individu. Pelarut-pelarut tersebut meliputi metanol, aseton, atau air. Rendemen antioksidan maksimum diperoleh dari ekstrak metanol, 23.1±1.5%. Rendemen komponen fenolik buah delima yang diperoleh pada penelitian ini tergolong tinggi. Hal ini diduga oleh kemampuan kombinasi berbagai pelarut yang berbeda memberikan solubilitas yang lebih tinggi daripada pelarut individu. Rendemen ini lebih tinggi daripada rendemen antioksidan yang dilaporkan oleh Li Y et al. (2006) yang menggunakan kombinasi pelarut metanol, etanol, aseton, dan lain-lain dengan metode
yang telah dipatenkan pada Chinese Patent. Li Y et al. (2006) menyebutkan bahwa kadar air simplisia buah delima (pulp) sebesar 10.9±1.1%. Dengan kata lain, kandungan komponen non airnya sekitar 89.1% dan menghasilkan rendemen komponen fenolik sebesar 14.5±1.7%. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan sebagai faktor koreksi dalam perbedaan aktivitas fraksi polifenol yang akan ditunjukkan pada uji in vivo. Hasil rendemen yang lebih tinggi pada penelitian ini diduga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi pula dalam menurunkan peroksidasi lipid. Kondisi Hewan Coba Hewan coba sebelumnya dilakukan adaptasi selama 19 hari untuk menghindari resiko timbulnya stres selama proses transportasi serta menyeragamkan pola makan ataupun pola hidup dengan lingkungan baru. Selama tahap adaptasi, tikus hanya diberi pakan standar serta dilakukan penimbangan bobot badan secara berkala setiap hari. Pakan standar yang digunakan diperoleh dari PT. Indofeed dengan komposisi yang tidak berbeda jauh dengan normal laboratory diet (Tabel 4) (Anila & Vijayalakshmi 2003). Secara keseluruhan semua tikus mengalami peningkatan bobot badan sebesar 40.12%. Uji statistika menunjukkan peningkatan secara signifikan (p<0.05). Bobot badan tikus rata-rata pada awal adaptasi sebesar 161.88±8.77 g yang tidak berbeda nyata (Fhit
Fα) (Gambar 6). Kenaikan bobot badan ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan dan umur tikus yang berada dalam masa pertumbuhan (mature point), yaitu kurang dari 6 bulan. Umur tikus yang digunakan pada awal adaptasi adalah ±2 bulan. Kondisi ini menunjukkan tikus dalam keadaan sehat, tidak ada gangguan pertumbuhan, kalorinya tercukupi, serta tidak adanya zat toksikan dalam pakan (Lu 2006). Kondisi ini menjadi faktor yang penting agar dapat memperkecil nilai galat percobaan. Namun, bobot badan tikus pada penelitian ini pada umur yang sama lebih rendah ±70% dari yang dilaporkan oleh lembaga riset Ace Animal (2006). Menurut lembaga riset Ace Animal (2006), bobot badan tikus jenis Sprague Dawley pada usia 59-61 hari adalah 275-299 g, sedangkan bobot badan pada usia 70-77 hari sebesar 350-399 g. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh perbedaan kadar protein dalam pakan, konsumsi pakan, atau pun faktor genetik yang berperan dalam peningkatan bobot badan.
11
Tabel 4 Komposisi pakan standar tikus Komposisi
PT. Indofeed (%) 18 6 6 8 0.8 1.05
Normal laboratory diet (%)* 21 5 4 8 1 0.6
Protein kasar Lemak Serat kasar Kadar abu Kalsium Fosfor Ekstrak 53 nitrogen bebas *Sumber: Anila & Vijayalakshmi (2003)
53
(Fhit
Gambar 6 Bobot badan tikus masa adaptasi. Perlakuan hewan coba dilanjutkan dengan induksi atau cekok parasetamol atau paraasetilaminofenol dosis tinggi (500 mg/KgBB) selama 34 hari kecuali pada kelompok normal. Efek stres akibat pencekokan terlihat jelas dari peningkatan BB tikus yang fluktuatif (Gambar 7). Gan (1980) menyatakan bahwa pemberian parasetamol dalam dosis berlebih dapat menimbulkan gejala-gejala anoreksia, mual, muntah, serta sakit perut yang terjadi dalam 24 jam pertama, dan dapat berlangsung terus menerus selama seminggu atau lebih. Gejalagejala inilah yang menyebabkan nafsu makan hewan coba menurun. Rata-rata BB tikus pada tahap ini meningkat 14.33 % secara nyata (p<0.05) dari 226.82±9.43 g menjadi 259.32±8.62 g dengan nilai BB tiap kelompok tidak berbeda nyata (Fhit
Gambar 7 Bobot badan tikus hari ke-0 hingga ke-17.
Gambar 8 Bobot badan tikus hari ke-18 hingga ke-34. Konsentrasi Lipid Peroksida Serum Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas polifenol buah delima terhadap peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol dosis 500 mg/KgBB. Kondisi fisik hewan coba yang teramati pada tiap kelompok belum bisa menggambarkan kondisi fisiologis yang terjadi. Stockham dan Scott (2008) menyebutkan bahwa profil konsentrasi lipid peroksida atau TBA-reacting substances (TBARS) pada serum dapat menggambarkan kondisi hati akibat peroksidasi lipid oleh radikal yang teralirkan ke pembuluh vena. Hari ke-0 Kondisi kesehatan selama tahap adaptasi ini dapat mempengaruhi konsentrasi lipid
12
peroksida atau TBARS serum. Rataan konsentrasi TBARS pada hari ke-0 untuk semua tikus adalah 0.557±0.156 nmol/mL (p<0.05), dari rentang 0.023 nmol/mL hingga 0.76 nmol/mL dengan populasi 22 tikus. Hasil ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Lavenia (2010) yang menunjukkan bahwa ratarata konsentrasi lipid peroksida serum tikus pada hari ke-0 adalah 0.586±0.177 nmol/mL. Konsentrasi TBARS pada kelompok N, KP, KN, FD13.3, FD100, FD250, dan FD500 berturut-turut adalah 0.451±0.315 nmol/mL, 0.620±0.133 nmol/mL, 0.605±0.135 nmol/mL, 0.547±0.022 nmol/mL, 0.547±0.072 nmol/mL, 0.583±0.098 nmol/mL, dan 0.583±0.149 nmol/mL (Gambar 9). Secara statistik, konsentrasi TBARS tiap kelompok ini tidak berbeda nyata (FhitFα) tidak selalu mempengaruhi konsentrasi TBARS serum. Myers dan Milton (1991) menyebutkan bahwa kondisi fisiologis awal yang bersifat kuantitatif (TBARS) disebut sebagai faktor kovarian yang dapat mempengaruhi keragaman nilai TBARS atau lipid peroksida selanjutnya. Konsentrasi lipid peroksida serum juga berbeda pada berbagai spesies. Misalnya lipid peroksida serum normal pada tikus jenis Rattus novergicus sebesar 2.99±0.11 nmol/mL (Mohamed et al. 2005), 3.41±0.57 nmol/mL pada jenis Wistar (Haidari et al. 2009), sedangkan pada manusia (lakilaki) normal sebesar 3.42±0.94 nmol/mL (Yagi 1994). Hari ke-18 Setelah tahap adaptasi, 17 hari selanjutnya tikus dicekok parasetamol dosis 500 mg/KgBB kecuali kelompok normal (N). Pemberian parasetamol ditujukan untuk meningkatkan radikal bebas yang dapat menginduksi aktivitas peroksidasi lipid (Muriel et al. 1992). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi TBARS
pada hari ke-18 mengalami peningkatan yang signifikan (p<0.05) dengan presentase yang berbeda pada tiap kelompok. Konsentrasi TBARS kelompok KP meningkat 52.58% menjadi 0.946±0.079 nmol/mL, sedangkan pada kelompok KN meningkat 63.14% menjadi 0.987±0.047 nmol/mL. Di sisi lain, konsentrasi TBARS kelompok FD13.3, FD100, FD250, dan FD500 berturut-turut mengalami peningkatan sebesar 81.9%, 72.94%, 71.36%, dan 62.26% dengan konsentrasi TBARS akhir masing-masing sebesar 0.995±0.088 nmol/mL, 0.946±0.068 nmol/mL, 0.999±0.075 nmol/mL, dan 0.946±0.118 nmol/mL. Meningkatnya konsentrasi lipid peroksida (TBARS) yang terukur menggambarkan kondisi perusakan hati yang terus berlangsung dan gagalnya mekanisme pertahanan antioksidan endogen dalam kehadiran radikal bebas yang berlebih (Balamurugan et al. 2008). Murugesh et al. (2005) menjelaskan bahwa parasetamol dalam dosis terapetik dapat dimetabolisasi dan didetoksifikasi oleh hati dengan cara glukuronidisasi dan sulfasi sehingga dapat diekskresi melalui ginjal. Tetapi, ketika parasetamol sudah berada dalam dosis toksik, senyawa ini dikonversi ke dalam bentuk N-asetil-p-benzokuinonimina (NAPKI). NAPKI merupakan bentuk elektrofilik intermediet yang lebih toksik dan reaktif, hasil oksisdasi kompleks enzim sitokrom P450. NAPKI secara cepat bereaksi dengan glutation (GSH) dan mengawali penghabisan 90% total GSH pada sel dan mitokondria, sehingga mengakibatkan kematian hepatoseluler dan disfungsi mitokondria. Interaksi NAPKI dan GSH membetuk konjugat GSHacetaminophen, metabolit dengan kereaktifan yang lebih tinggi (Reszka et al. 2004). Selain itu, Nagy et al. (2007) menjelaskan induksi parasetamol dosis tinggi menyebabkan kematian sel hepatosit secara apoptosis maupun nekrosis.
Gambar 9 Konsentrasi lipid peroksida serum. ( ) hari ke-0, ( ) hari ke-18, dan ( ) hari ke-35.
13
Berbeda dengan kelompok lain, kelompok normal (N) tidak diberi perlakuan pencekokan parasetamol, tetapi dicekok akuades sebagai kontrol. Namun konsentrasi TBARS serum yang terukur mengalami peningkatan 62.75% pada hari ke-18 menjadi 0.734±0.079 nmol/mL. Peningkatan ini diduga disebabkan oleh kondisi stres oksidatif tikus akibat pencekokan akuades, yaitu stres elektron pada fosforilasi oksidatif membran dalam mitokondria menghasilkan jumlah anion peroksida (O2•-) yang tinggi sehingga meningkatkan peroksidasi lipid membran (Balamurugan et al. 2008). Namun jika konsentrasi TBARS keenam kelompok yang diinduksi parasetamol dibandingkan dengan kelompok normal, konsentrasi TBARS dianggap tidak berbeda nyata (Fhit
kontinuitas induksi parasetamol. Konsentrasi ini 86.19% lebih tinggi dari kondisi normal dan 120.66% meningkat selama 34 hari induksi. Konsentrasi TBARS yang terus meningkat ini didukung oleh teramatinya nekrosis sel atau kerusakan organ hepatosit akibat parasetamol secara anatomi dengan adanya bercak-bercak pada hati dan bilur steatosis yang tipis (Ariadini 2007). Hal ini diduga karena pada kelompok ini hanya diberi pakan standar, sehingga kurang cukup untuk mendapat antioksidan ataupun asupan nutrisi lain yang dapat menangkal radikal bebas ataupun regenerasi sel akibat induksi parasetamol. Peningkatan konsentrasi lipid peroksida yang terjadi juga menggambarkan kondisi stres oksidatif pada sel hepatosit. Kondisi ini terjadi akibat aktivitas NAPKI dan konjugat GSHacetaminophen yang dapat meningkatkan pembentukan reactive oxygen species (ROS) seperti anion superoksida (O2•-), radikal hidroksil (•OH), dan hidrogen peroksida (H2O2), serta reactive nitrogen species (RNS) seperti nitrit oksida (•NO) dan peroksi nitrit. Jumlah ROS dan RNS yang meningkat dapat menyerang berbagai molekul biologis, seperti DNA, protein, dan fosfolipid yang mengawali proses peroksidasi lipid, nitrasi tirosin, dan pengurangan berbagai antioksidan enzim (Tiwari & Khosa 2010). Kontradiksi dari kelompok KN adalah kelompok kontrol positif (KP) dan kelompok fraksi. Tikus kelompok KP diinduksi Cursil®70 dosis 13.3 mg/KgBB pada hari ke-18 hingga ke-34. Cursil®70 merupakan salah satu obat komersil yang mengandung ekstrak kurkumin dan silimarin yang berfungsi sebagai hepatoprotektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi TBARS serum menurun sebesar 8.14%, (p>0.05) yaitu 0.869±0.039 nmol/mL. Hasil ini juga dapat menjelaskan pendugaan kondisi hati tikus yang sedang mengalami perbaikan dan regenerasi sel walaupun belum optimal karena masih tinggi 21.03% dari konsentrasi normal. Penurunan 8.14% konsentrasi lipid peroksida ini tidak lepas dari aktivitas kurkumin dan silimarin. Senyawa kurkumin yang terserap sebagian besar termetabolisme menjadi glukuronida-kurkumin, glukuronidadihidrokurkumin, dan glukuronidatetrakurkumin. Pulla dan Lokesh (1994) menyatakan bahwa kurkumin dapat menurunkan peroksidasi lipid pada mikrosom hati tikus, membran eritrosit, dan homogenat otak. Kandungan silimarin yang terdapat pada Cursil®70 merupakan ekstrak terstandardisasi dari biji Silybum marianum L. (Gaertn.).
14
Ekstrak silimarin mengandung campuran flavonolignan dan berbagai fraksi kimia yang belum diketahui dengan jelas. Silibin, komponen terbanyak pada silimarin dapat menstimulasi sintesis fosfatidilkolin dan meningkatkan aktifitas kolinfosfat sitidil transferase pada hati tikus kondisi normal dan kondisi setelah intoksikasi oleh galaktosamina. Fraksi polifenolik pada silimarin juga mampu memodifikasi profil lipoprotein plasma dan menghambat perkembangan perlemakan hati pada tikus. Silimarin dapat meningkatkan biosintesis protein hepatosit dan mempercepat regenerasi sel hati yang rusak. Silimarin juga mampu menurunkan secara nyata aktivitas γglutamil transpeptidase (GGT), alanin aminotransferase (ALT), dan aspartat aminotransferase (AST) serum pada hati yang rusak (Tedesco et al. 2004). Profil konsentrasi TBARS serum kelompok fraksi polifenol menjadi parameter penting yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini. Vidal et al. (2003) menyebutkan bahwa LD50 pada ekstrak hidroalkoholik fenolik buah delima yang dicobakan pada mencit berkisar antara 565-945 mg/KgBB dengan nilai tengah 731 mg/KgBB. Jadi, nilai dosis terapetik yang boleh dipakai adalah <511.7 mg/KgBB pada tikus (Lampiran 12). Dosis yang digunakan per BB tikus adalah 13.3 mg/kg (FD13.3), 100 mg/kg (FD100), 250 mg/kg (FD250), dan 500 mg/kg (FD500). Tikus kelompok fraksi diinduksi fraksi polifenol pada hari ke-18 hingga ke-34. Setelah pemberian fraksi, konsentrasi TBARS kelompok FD13.3, FD100, FD250, dan FD500 berturut-turut menurun sebesar 10.45%, 18.18%, 33.23%, dan 41.84%. Namun berdasarkan uji statistik, penurunan TBARS pada kelompok FD13.3 tidak berbeda nyata (p=0.5482) yang sebanding dengan penurunan yang ditunjukan oleh KP. Konsentrasi TBARS akhir pada FD13.3 adalah 0.54±0.022 nmol/mL. Hanya KP dan FD13.3 yang dikelompokan dalam satu kelompok yang sama pada uji lanjut Duncan. Hal ini menunjukkan bahwa dosis FD13.3 memberikan respon yang sama dengan KP (Cursil®70) yang menggambarkan belum adanya perbaikan kerusakan membran sel hepatosit secara nyata. Hasil pengamatan juga menunjukan penurunan konsentrasi TBARS semakin besar seiring dengan peningkatan dosis. Uji statistik menunjukkan bahwa kelompok FD100, FD250, dan FD500 mampu menurunkan konsentrasi TBARS secara nyata (p<0.05). Respon penurunan TBARS terbaik ditunjukkan oleh dosis FD500 (500 mg/KgBB) (p<0.0001)
sebesar 41.84% dari 0.946±0.118 nmol/mL menjadi 0.55±0.457 nmol/mL. Konsentrasi akhir ini lebih rendah 23.4% dari konsentrasi TBARS kelompok normal. Aktivitas ini diduga disebabkan oleh kemampuan polifenol buah delima dalam menangkal radikal bebas (parasetamol) dalam dosis yang sama (500 mg/KgBB) dan kemampuannya untuk menginduksi regenerasi sel hepatosit (Nzaramba 2008). Jika fraksi polifenol dosis 500 mg/KgBB ini dikonsumsi oleh manusia (70 Kg), maka setiap harinya kira-kira manusia harus mengonsumsi 3.5 g fraksi polifenol buah delima atau 9.67 g simplisia buah delima. Dikarenakan 100 g simplisia pada penelitian ini diperoleh dari 5 buah delima, maka konsumsi setengah buah delima tiap hari untuk masyarakat diduga sebanding dengan dosis 500 mg/KgBB dalam menurunkan peroksidasi lipid hati. Kemampuan fraksi polifenol buah delima dalam menurunkan konsentrasi lipid peroksida menunjukkan bahwa komponen-komponen polifenol buah delima berperan sebagai hepatoprotektor. Beberapa komponen fenolik buah delima seperti isomer punikalagin, turunan asam elagik, dan antosianin (delfinidin, sianidin, serta 3-glukosida dan 3,5-diglukosida pelargonidin) mampu menangkal radikal bebas dan menginhibisi peroksidasi lipid secara in vitro (Gil et al. 2000; Noda et al. 2002). Komponen polifenol terbanyak yang secara signifikan berkontribusi dalam aktivitas antioksidasi adalah α- dan β- punikalagin. Beberapa komponen lain adalah elagitanin, asam elagik, antosianin, dan flavonoid. Reed et al. (2005) menambahkkan bahwa ester asam galik seperti punikalin dan punikalagin member aktivitas antioksidan tertinggi pada polifenol buah delima. Li Y et al. (2006) juga melaporkan bahwa ekstrak buah delima dan ekstrak kulit buah delima mengandung total fenolik, flavonoid, proantosianidin, dan asam askorbat yang teramati sebagai penangkap dan pencegah superoksida anion (O2•-), hidroksil radikal (•OH), dan peroksil radikal. Superoksida anion (O2•-) merupakan spesies radikal bebas yang digenerasikan secara berkala oleh beberapa proses seluler, meliputi sistem transport elektron pada membran dalam mitokondria dan mikrosom. Laju generasi O2•ini diperparah oleh aktivitas NAPKI dan konjugat GSH-acetaminophen yang dapat meningkatkan pembentukan berbagai ROS yang dapat menimbulkan peroksidasi lipid. Dosis FD250 (250 mg/KgBB) juga memberikan respon yang baik (p=0.0002) dengan penurunan konsentrasi lipid peroksida
15
(TBARS) sebesar 33.23% dari 0.999±0.075 nmol/mL menjadi 0.667±0.03 nmol/mL. Penurunan ini dianggap sangat berbeda nyata (p<0.01). Respon lain juga ditunjukkan oleh dosis FD100 (100 mg/KgBB), tetapi tidak lebih baik dari dosis FD250 dan FD500. Dosis FD100 dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida secara nyata (p=0.0250 atau 0.01
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Induksi parasetamol meningkatkan konsentrasi lipid peroksida serum sebesar 35.12%. Fraksi polifenol buah delima dosis 13.3 mg/KgBB memiliki respon yang sama dengan Cursil®70 dalam menurunkan peroksidasi lipid sebesar 10.45% dan 8.14% (p>0.05). Fraksi dosis 100 mg/KgBB, dosis 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB mampu menurunkan konsentrasi lipid peroksida serum berturut-turut 10.45%, 18.18%, dan 33.23% (p<0.05) pada tikus yang diinduksi parasetamol. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji parameter hepatoproteksi lain, seperti aktivitas enzim ALT, AST, ALP, GGT, SOD, katalase, GPx, GSH, dan bilirubin. Ulangan perlakuan perlu diperbanyak untuk memperkecil nilai keragaman. Dosis parasetamol perlu ditingkatkan agar memberi perbedaan yang nyata terhadap kelompok
normal. Lama perlakuan induksi fraksi juga perlu diperpanjang untuk mengetahui waktu optimal dalam memberikan efek hepatoproteksi. Desain percobaan untuk mengetahui potensi pencegahan dan uji aktivitas fraksi polifenol secara in vitro perlu dilakukan sebagai bahan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA Ace
Animal. 2006. Sprague Dawley. [terhubung berkala]. http://www. aceanimal.com/SpragueDawley.htm. [02 Mei 2010].
Adji P. 2004. Daya antioksidasi saponin akar kuning (archangelisia flava L. Merr.) sebagai mekanisme hepatoproteksi pada tikus yang diinduksi parasetamol [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Afaq F, Saleem M, Krueger CG, Reed JD, Mukhtar H. 2005. Anthocyanin and taninrich pomegranate fruit extract modulates MAPK and NfkappaB pathways and inhibits skin tumorigenesis in CD-1 mice. Int J Cancer 113: 423-433. Al-Maiman SA, Ahmad D. 2002. Changes in physical and chemical properties during pomegranate (Punica granatum L.) fruit maturation. Food Chem 76: 437-441. Anila L, Vijayalakshmi NR. 2003. Antioxidant action of flavonoids from Mangifera indica and Emblica officinalis in hypercholesterolemic rats. Food Chem 83: 569-574. Andersen M, Markham KR. 2006. Flavonoids: Chemistry, Biochemistry and Applications. Boca Raton: CRC Pr. Anderson SC, Cockayne S. 2003. Clinical Chemistry Concepts and Aplication Revised Edition. New Castle: Saunders. Ariadini SW. 2007. Aktivitas superoksida dismutase dan patologi anatomi pada hati tikus dengan perlakuan parasetamol dan suplemen kelapa kopyor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
16
[AOAC Association Official Analytical Chemists]. 1995. Official Methods of Analysis. Ed ke-16. Washington DC: Association Official Analytical Chemists. Aryadi Q. 2009. Potensi ekstrak air rosella sebagai hepatoprotektor pada tikus yang diinduksi parasetamol [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Aviram et al. 2000. Pomegranate juice consumption reduces oxidative stress, atherogenic modifications to LDL, and platelet aggregation: studies in human and in atherosclerotic apolipoprotein Edeficient mice. Am J Clin Nutr 71: 10641076. Aviram M, Domfeld L. 2001. Pomegranate juice consumption inhibits serum angiotensin converting enzyme activity and reduces systolic blood pressure. Atherosclerosis 158: 195-198. Balamurugan M, Parthasarathi K, Ranganathan LS, Cooper EL. 2008. Hypothetical mode of action of earthworm extract with hepatoprotective and antioxidant properties. J Zhejiang Univ Sci B 9: 141147. Barnes J, Paget B. 1964. Evaluation of Drugs Activities: Pharmacometrics. New York: Mosby. Batubara I. 2003. Saponin akar kuning (Archaengelisia flava (L.) Merr.) sebagai hepatoprotektor: ekstraksi, pemisahan, dan bioaktivitasnya [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Dalimartha S. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Firmansyah M. 2006. Khasiat hepatoproteksi ekstrak daun sangitan (Sumbucus javanica Reinw.ex Blume.) pada tikus putih galur Sprague Dawley yang diberi parasetamol [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Gan S et al. 1980. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-2. Jakarta: UI Pr. Ganong F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Djauhari HM, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Review of Medical Physiology. Gibson GG, Sket P. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Aisyah BI, penerjemah. Jakarta: UI. Terjemahan dari: Drugs Metabolism. Gil MI, Tomas-Barberan FA, Hess-Pierce B, Holcroft DM, Kadeer AA. 2000. Antioxidant activity of pomegranate juice and its relationship with phhenolic composition and processing. J Agri and Food Chem 48: 4581-4589. Goli AH, Baregar M, Sahari MA. 2004. Antioxidant activity and total phenolic compounds of pistachio (Pistachia vera) hull extract. Food Chem 92: 521-525. Haidari F, Keshavarz SA, Rashidi MR, Shahi MM. 2009. Orange juice and hesperetin supplementation to hyperuricemic rats alter oxidative stres markers and xanthine oxidoreductase activity. J Clin Biochem Nutr 45: 285-291. Hall ED, Bosken JM. 2009. Measurement of oxygen radicals and lipid peroxidation in neural tissues. Neuroscience 10: 17001716.
Das et al. 2001. Studies on the hypoglycaemic activity of Punica granatum seed in streptozotocin induced diabetic rats. Phytother Res 15: 628-629.
Hastuti S. 2008. Aktivitas enzim transaminase dan gambaran histopatologi hati tikus yang diberi kelapa kopyor pascainduksi parasetamol [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
De Nigris et al. 2005. Beneficial effects of pomegranate juice on oxidation-sensitive genes and endothelial nitric oxide synthase activity at sites of perturbed shear stress. Proc Natl Acad Sci 102: 4896-4901.
Hayouni EA, Abedrabba M, Bouix M, Hamdi M. 2007. The effect of solvents and extraction method on the phenolic contents and biological activities in vitro of Tunisian Quercus coccifera L. and
17
Juniperus phoenicea L. fruit extracts. Food Chem 105: 1126-1134. Huang et al. 2005. Anti-diabetic action of Punica granatum flower extract: Activation of PPAR-gamma and identification of an active component. Toxicology Applications in Pharmacology 207: 160-169. Huang et al. 2005. Pomegranate flower extract diminishes cardiac fibrosis in Zucker diabetic fatty rats: modulation of cardiac endothelin-1 and nuclear factor-kappa B pathways. J Cardiovasc Pharmacol 46: 856-862. Jurenka J. 2008. Therapeutic application of pomegranate (Punica granatum L.): a review. Alt Medicine Review 13: 1-17. Kaplan LA, Pesce JA. 2010. Clinical Chemistry: Theory Analysis and Correlation. Ed ke-5. New York: Mosby. Kavalci C, Kavalci G, Sezenler E. 2009. Acetaminophen poisioning: case report. Int J Toxicol 6: 385-392. Khan N, Afaq F, Kweon MH, Kim K, Mukhtar H. 2007. Oral consumption of pomegranate fruit extract inhibits growth and progression of primary lung tumors in mice. Cancer Res 67: 3475-3482.
Li Y et al. 2006. Evaluation of antioxidant properties of pomegranate peel extract in comparison with pomegranate pulp extract. Food Chem 96: 254-260. Lu EP, Gökmen V. 2002. Organic acids and phenolic compounds in pomegranates (Punica granatum L.) grown in Turkey. J Food Comp and Analysis 15: 567-575. Lu F. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ sasaran, dan Penilaian Risiko. Nugroho, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Toxicology, Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment. Malik et al. 2005. Pomegranate fruit juice for chemoprevention and chemotherapy of prostate cancer. Proc Natl Acad Sci USA 102: 14813-14818. Mohamed MA, Marzouk MSA, Moharram FA, El-Sayed MM, Baiuomy AR. 2005 Phytochemical constituents and hepatoprotective activity of Viburnum tinus. Phytochemistry 66: 2780-2786. Muriel P, Garciapina T, Perez-Alvarez V, Murelle M. 1992. Silymarin protect against paracetamol-induced lipid peroxidation and liver damage. Drug Chem Toxicol 1: 163-171.
Khan SA. 2009. The role of pomegranate (Punica granatum L.) in colon cancer. J Pharm Sci 22: 346-348.
Murthy KNC, Jayaprakasha GK, Singh RP. 2002. Studies on antioxidant activity of pomegranate peel extract using in vivo models. J Agri and Food Chem 50: 47914795.
Kumar S, Maheshwari KK, Singh V. 2009. Protective effects of Punica granatum seeds extract against aging and scopolamine induced cognitive impairments in mice. Afr J Trad 1: 49-56.
Murugesh KS, Yeligar VC, Maiti BC, Maiti TK. 2005. Hepato protective and antioxidant role of Berberis tinctoria Lesch leaves on paracetamol induces hepatic damage in rats. IJPT 41: 64-69.
Lavenia A. 2010. Penghambatan peroksidasi lipid oleh ekstrak kulit batang mahoni (Swietenia macrophylla King) pada tikus hiperurisemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Myers RH, Milton J. 1991. A First Course In The Theory of Linear Statistical Models. Boston: PWS-KENT Pub.
Lee WM. 2003. Drug-induced hepatotoxity. Nutr Engl J Med 349: 74-85. Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilflavonoid, dan Alkaloida. Medan: USU.
Nabib R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Bogor: Laboratorium Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner IPB. Nagy G, et al. 2007. Acetaminophen induces ER dependent signaling in mouse liver. Arch Biochem and Biophysics 459: 273279.
18
Negi PS, Jayapraksha GK, Jena BS. 2003. Antioxidant and antimutagenic activities or pomegranate peel extract. Food Chem 80: 393-397. Noda Y, Kaneyuki T, Mori A, Packer L. 2002. Antioxidant activities of pomegranate peel extract using in vivo models. J Agri and Food Chem 50: 166-171. Nzaramba MN. 2008. Relationships among antioxidants, phenolics, and specific gravity in potato cultivars, and evaluation of wild potato species for antioxidants, glycoalkaloids, and anti-cancer activity on human prostate and colon cancer cells in vitro [disertasi]. Texas: Texas A&M University. Pulla RA, Lokesh BR. 1992. Studies on spice principles as antioxidants in the inhibition of lipid peroxidation of rat liver microsomes. Mol Cell Biochem 111: 117124. Reed JD, Krueger CG, Vestling MM. 2005. MALDI-TOF mass spectrometry of oligomeric food polyphenols. Phytochemistry 66: 2248-2263.
punicalagin, ellagic acid, and a total pomegranate tanin extract are enhanced in combination with other polyphenols is found in pomegranate juice. J Nutr Biochem 16: 360-367. Singh RP, Murthy KNC, Jayaprakasha GK. 2002. Studies on yen entioxidant activity of pomegranate peel and seed extract using in vitro models. J Agri and Food Chem 50: 81-86. Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Clinical Veterinary Pathology. Iowa: Iowa State University Pr. Tedesco D et al. 2004. Effects of silymarin, a natural hepatoprotector, in periparturient dairy cows. J Dairy Sci 87: 2239-2247. Tiwari KB, Khosa RL. 2010. Hepatoprotective and antioxidant effect of Sphaeranthus indicus against acetaminophen-induced hepatotoxicity in rats. J Trop Med 6: 1-11. Vidal A et al. 2003. Studies on the toxicity of Punica granatum L. (Punicaceae) whole fruit extract. J Ethnopharm 89: 295-300.
Reszka KJ et al. 2004. Acetaminophen stimulates the peroxidative metabolism of anthracyclines. Arch Biochemistry and Biophysics 427: 16-29.
Windyagiri A. 2006. Potensi hepatoprotektor air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) pada tikus hiperglikemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Rustandi MI. 2006. Potensi antioksidasi ekstrak daun sangitan (Sambucus javanica Reinw. ex Blume) sebagai hepatoprotektor pada tikus [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Wiryowidagdo S. 2008. Delima (Punica granatum L.): Obat Tradisional Indonesia yang Merupakan Sumber Antioksidan. Jakarta: UI Pr.
Seeram et al. 2005. In vitro appropriate, apoptotic and antioxidant activities of
Yagi K. 1994. Free Radical in Diagnostic Medicine. Armstrong D, editor. New York: Plenum Pr.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1 Gambaran umum penelitian Buah delima (pulp)
Analisis kadar air
Preparasi sampel
Serbuk/simplisia (simplisia)
Analisis kadar air
Ekstraksi polifenol Fraksi polifenol
Perlakuan ke hewan coba
Pengukuran lipid peroksida
Analisis data Lampiran 2 Prosedur ekstraksi polifenol (Hayouni et al. 2007) Buah delima (pulp) Oven 50°C selama 5 hari Sampel kering dihaluskan Serbuk/simplisia ekstraksi dengan aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5) Residu dipisahkan dari filtratnya Rotavapor filtrat Fraksi polifenol
21
Lampiran 3 Rancangan perlakuan hewan coba Tujuh kelompok tikus I Normal
II
III
Kontrol negatif
Kontrol positif
19 hari
Hari ke-0
Hari ke-0 s/d 17
Hari ke-17
IV Perlakuan FD13.3
V Perlakuan FD100
VI Perlakuan FD250
VII Perlakuan FD500
Adaptasi
Pengukuran lipid peroksida darah
Kelompok I: Pakan standar + cekok akuades Kelompok II-VII: Pakan standar + cekok parasetamol dosis 500 mg/KgBB
Pengukuran lipid peroksida darah
Kelompok I: Pakan standar + cekok akuades Kelompok II: Pakan standar + cekok parasetamol 500 mg/KgBB Kelompok III: Pakan standar + parasetamol 500 mg/KgBB + Hari ke-18 s/d 34 cekok Cursil 13.3 mg/KgBB Kelompok IV-VII: Pakan standar + parasetamol 500 mg/KgBB + cekok fraksi polifenol masing-masing dosis (13.3 mg/KgBB, 100 mg/KgBB, 250 mg/Kg BB, dan 500 mg/KgBB)
Hari ke-34
Pengukuran lipid peroksida darah
22
Lampiran 4 Pengukuran konsentrasi lipid peroksida (Metode Yagi 1994) Pembuatan kurva standar TMP 6 M pengenceran
Tabung 1 (0.9 µM)
Tabung 2 (1.8 µM)
Tabung 3 (2.7 µM)
Tabung 4 (3.6 µM)
Tabung 5 (4.5 µM)
Tabung 6 (6.0 µM)
Tiap larutan dipipet 4 mL + 1 mL TBA 1% 6 tabung reaksi + TBA 1% Inkubasi T=95⁰C, t=60 menit dinginkan 6 tabung reaksi dingin + 1 mL air destilata dan 5 mL butanol:piridin (15:1), vortex, sentrifugasi 3000 rpm, t=15 menit, didinginkan 6 Supernatan dari 6 tabung diukur pada λ=532 nm Pengukuran konsentrasi lipid peroksida sampel 0.3 mL serum + 1.2 mL asam sulfat 0.041 M, t=10 menit + 0.15 mL asam fosfotungstat 10%, t=5 menit, T=27⁰C, sentrifugasi 3000 rpm, t=20 menit pelet + 1.2 mL asam sulfat 0.041 M, t=10 menit + 0.15 mL asam fosfotungstat 10%, t=5 menit, T=27⁰C, sentrifugasi 3000 rpm, t=20 menit pelet Perlakuan sama dengan standar (1/2 resep), tetapi + HCl sampai pH 1.6-1.7 sebelum penambahan butanol:piridin
23
Lampiran 5 Bobot badan (BB) tikus tahap adaptasi BB (gram) hari keKelompok
N -18
-17
-16
-15
-14
-13
-12
-11
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
163
165
165
169
172
177
182
189
187
193
196
198
200
205
192
190
201
208
209
2
163
169
169
176
183
181
183
189
182
191
200
199
205
204
208
204
203
208
200
3
137
139
140
148
156
162
169
178
177
186
195
192
192
212
214
210
213
219
220
4
159
165
167
175
176
176
183
190
191
191
200
200
205
182
192
181
197
199
206
155.5
159.5
160.25
167
171.75
174
179.25
186.5
200.5
200.75
201.5
196.25
203.5
208.5
208.75
6.1373 12.997
11.24
13.175 6.8069 8.1854 8.3815
Normal
Rataan SD
Kontrol Positif (KP)
12.477 13.796 13.598 13.038 11.4419 8.2865 6.8496 5.6862 6.0759 2.9861 151
154
157
164
165
167
170
180
177
181
186
183
190
193
193
190
194
195
199
150
158
165
171
173
179
183
190
192
194
206
206
214
201
222
221
226
225
230
3
157
163
169
183
188
187
191
198
194
197
208
209
219
221
218
221
225
231
234
205
211
210.67
215
217
221
152.67 158.33 163.67 172.67 175.333 177.67 181.33 189.33 187.67 190.67 3.7859 4.5092 6.1101
9.609 11.6762 10.066 10.599 9.0185 9.2916 8.5049 12.166 14.224 15.503 14.422 15.716 17.898 18.193 19.287 19.157
181
185
193
192
194
201
208
207
207
219
206
226
203
235
222
239
239
235
2
144
138
141
152
154
155
160
168
169
176
184
186
199
200
204
206
215
221
225
3
163
167
172
182
184
188
195
202
203
215
214
217
221
227
226
230
228
235
240
161.67
162
166
203
215.33
210
175.67 176.667
179
185.33 192.67
17.039 21.932 22.605 21.221 20.0333
21
22.143 21.572 20.881 20.599
18.93
221.67 219.33 227.33 231.67 233.33
15.716 14.364 14.799 15.948
12.22
12.014 9.4516 7.6376
163
164
164
167
169
179
180
177
180
187
188
193
195
198
180
195
199
201
2
183
183
188
197
199
198
205
209
210
209
224
224
228
235
216
228
239
244
247
3
159
162
168
175
177
180
185
192
191
193
203
201
210
215
216
211
221
224
228
215
210
166.33 169.33 173.33 178.67
181
182.33 189.67 193.67 192.67
14.468 11.846 12.858 16.803 16.3707 14.64
194
204.67 204.33 210.33
13.614 14.572 16.563 14.526 18.556
18.23
17.502
20
206.33 218.33 222.33 225.33
10.392 24.338 22.121 22.546 23.116
1
151
145
163
163
170
173
166
185
183
185
193
194
199
202
207
205
208
212
217
2
183
184
185
192
194
196
198
208
202
207
218
216
225
233
236
231
233
241
241
165
170
174
184
183
190
195
197
197
199
206
210
219
219
221
225
229
226
236
194
197
3 rataan
166.33 166.33
174
179.67 182.333 186.33 186.33 196.67
SD
16.042 19.757
11
14.978 12.0139 11.93
205.67 206.67 214.33
218
221.33 220.33 223.33 226.33 231.33
17.673 11.504 9.8489 11.136 12.503 11.372 13.614 15.524 14.503 13.614 13.429 14.503 12.662
1
157
150
165
169
173
175
179
187
186
190
196
197
205
210
198
196
216
223
227
2
164
175
180
187
192
192
197
191
203
207
217
214
218
227
230
219
231
237
235
3
140
142
158
172
177
180
185
192
179
193
206
199
214
218
225
221
224
232
235
187
190
rataan
153.67 155.67 167.67
SD
SD
199.33 205.67
157
SD
rataan
193
1
rataan
FD500
199.33 207.67
178
SD
FD250
200
1
rataan
FD100
3.594
2
SD
FD13.3
2.63
1
rataan
Kontrol Negatif (KN)
184.25 190.25 197.75 197.25
12.342 17.214
11.24
176
180.667 182.33
189.33 196.67 206.33 203.33 212.33 218.33 217.67
212
223.67 230.67 232.33
9.6437 10.0167 8.7369 9.1652 2.6458 12.342 9.0738 10.504 9.2916 6.6583 8.5049 17.214 13.892 7.5056 7.0946 4.6188
1
174
180
188
195
193
198
202
205
208
206
216
215
218
226
228
212
226
230
231
2
165
171
178
172
181
184
189
194
196
199
213
209
216
221
224
214
227
231
221
3
192
193
195
201
205
204
200
213
213
221
227
224
238
238
233
241
247
249
255
177
181.33
187
189.33
193
195.33
197
204
216
224
8.544
15.308
12
10.263
7
13.748 11.06
205.67 208.67 218.67
9.5394 8.7369
11.24
228.33 228.33 222.33 233.33 236.67 235.67
7.3711 7.5498 12.166 8.7369 4.5092 16.197 11.846 10.693 17.474
24
Lampiran 6 Bobot badan (BB) tikus hari ke-0 hingga ke-17 BB (gram) hari keKelompok
n 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1
209
207
203
214
218
219
226
239
225
235
233
233
248
249
247
244
252
256
2
200
201
199
205
214
214
214
220
215
222
224
225
200
237
232
233
238
242
3
220
222
213
225
230
233
238
238
243
245
245
253
254
262
260
259
266
273
4
206
208
210
215
217
214
223
227
219
226
230
231
235
239
242
243
244
250
208.75
209.5
220
225.25
231
225.5
232
233
235.5
250
255.25
10.72
12.111
13.15
Normal (N)
rataan SD
Kontrol Positif (KP)
1
199
193
199
196
201
198
201
202
195
203
203
205
197
212
215
208
209
209
2
230
230
231
233
238
238
235
239
231
237
241
243
230
249
250
247
253
258
3
234
236
241
242
244
246
251
251
246
251
240
259
252
266
274
270
276
280
229
230.67
224
230.33
228
246
249
221
SD
231
233
233
244
242
243
255
252
257
250
270
272
271
274
272
2
225
224
233
214
233
237
241
247
236
240
241
249
249
255
256
254
259
249
3
240
239
239
239
244
242
246
249
248
253
255
258
250
265
266
266
267
273
235
228
233.33 231.67
236.67 237.33 243.67
246
242.33 249.33 249.33 254.67 249.67 263.33 264.67 263.67 266.67 264.67
7.6376 7.5056 3.4641 12.767 6.3509 4.5092 2.5166 3.6056 6.0277 8.1445 7.3711 4.9329 0.5774 7.6376 8.0829 8.7369 7.5056 13.577 1
201
200
210
210
211
210
214
213
211
211
213
218
212
228
221
221
225
227
2
247
243
245
246
253
241
256
259
246
253
254
257
257
262
262
262
262
271
3
228
229
231
233
240
241
246
247
245
253
256
258
263
266
268
269
270
269
225.33
224
234
239
241
244.33
244
252
228.67 229.67 234.67 230.67 238.67 239.67
23.116 21.932 17.616
18.23
21.502 17.898 21.939 23.861 19.925 24.249 24.269 22.811 27.875 20.881
1
217
214
217
218
222
222
229
229
225
230
2
241
219
230
235
245
241
251
253
255
257
236
238
244
242
250
252
255
259
255
239
238.33
245
247
245
12.662 12.662 13.503 12.342 14.933 15.177
14
3
231.33 223.67 230.33 231.67
SD
250.33 250.67 252.33 255.67 25.58
25.929 24.007 24.846 206
270
269
257
268
269
264
261
259
260
262
269
270
273
273
275
281
248.67
258.5
265
269
267
267
268.5
241.67
252
6.364
53.463 40.286
15.875 17.321 16.197 2.1213 4.2426
0
4.2426 8.4853
264
180
1
227
228
226
227
233
217
239
239
228
243
214
230
230
237
239
239
249
245
2
235
237
246
243
248
250
252
254
249
257
256
246
249
258
254
257
267
270
3
235
236
242
237
247
250
253
256
251
260
258
262
278
272
276
276
267
282
239
248
261
265.67
rataan
232.33 233.67
SD
SD
31.342 34.044 36.346
233
rataan
rataan
29.67
232
SD
FD500
27.61
235
rataan
FD250
235.67 226.33 242.33 246.33 241.67
1
SD
FD100
219.67 223.67 223.67 227.67 227.33
19.157 23.288 21.939 24.379 23.288 25.716 25.534 25.541 26.211 24.685 21.656 27.737 27.683
rataan
FD13.3
234.25 246.75 245.25 244.75
8.3815 8.8882 6.3966 8.1803 7.0415 8.9815 9.9121 9.1287 12.369 10.231 8.8318 12.152 24.171 11.442 11.644
rataan
Kontrol Negatif (KN)
206.25 214.75 219.75
238
235.67 242.67
249.67 242.67 253.33 242.67
246
252.33 255.67 256.33 257.33
4.6188 4.9329 10.583 8.0829 8.3865 19.053 7.8102 9.2916 12.741 9.0738 24.846
16
24.173 17.616
18.61
18.502 10.392 18.877
1
231
231
231
232
232
231
233
237
229
236
237
241
235
244
244
244
250
255
2
221
231
235
235
242
246
249
253
243
252
255
257
257
264
264
263
268
279
3
255
260
264
268
270
272
275
272
273
274
272
269
260
278
280
273
282
285
245
248
254
248.33
254
262
262.67
260
266.67
273
235.67 240.67 243.33
249.67 252.33
17.474 16.743 18.009 19.975 19.698 20.744 21.197 17.521
22.48
254.67 255.67 250.67
19.079 17.502 14.048
13.65
17.088 18.037 14.731 16.042 15.875
25
Lampiran 7 Bobot badan (BB) tikus hari ke-17 hingga ke-34 BB (gram) hari keKelompok
n 17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
1
256
258
235
241
249
246
250
243
244
250
250
254
258
243
258
268
273
276
2
242
242
252
256
263
251
264
260
254
260
265
269
272
262
273
254
257
261
3
273
276
265
274
285
280
287
279
290
287
288
297
298
281
294
292
300
305
4
250
252
234
240
246
247
251
246
252
247
257
260
261
245
257
255
260
262
rataan
255.25
257
246.5
256
263
257
260
261
265
270
270.5
267.25
272.5
276
SD
13.15
Normal (N)
Kontrol Positif (KP)
14.283 14.844 15.945 17.783 16.145 17.224 16.432 20.461 18.203 16.513 19.026 18.191 17.689 17.292 17.689 19.604 210
207
210
211
212
219
214
223
222
225
226
231
224
227
229
230
240
2
258
257
252
255
260
258
263
260
266
264
264
267
267
262
273
273
278
282
3
280
275
274
281
290
292
295
291
296
296
298
302
301
298
304
305
306
310
254
259
255
268
269
249
247.33 244.33 248.67 253.67
36.346 33.561 34.152 35.921 39.879
40.15
261.67 260.67 262.33
271.33 277.33
38.158 38.743 36.692 37.112 36.529 38.039 35.005 37.005 38.743 38.158 38.436 35.233
271
273
276
287
287
294
293
296
297
303
306
289
309
312
312
310
318
2
249
258
255
256
266
265
268
266
273
274
269
279
249
266
274
276
278
285
3
273
275
276
278
276
279
282
284
285
287
284
289
294
293
294
296
303
302
264.67
268
268
270
276.33
277
281.33
281
284.67
286
297
301.67
285.33 291.33 277.33 289.33 293.33 294.67
13.577 8.8882 11.358 12.166 10.504 11.136 13.013 13.748 11.504 11.533 17.039
13.65
24.664 21.733 19.009 18.037 16.823 16.503
1
227
228
215
219
221
226
220
225
227
225
223
226
215
219
226
226
222
231
2
271
267
262
267
272
272
264
265
276
276
271
283
287
275
282
280
283
298
3
269
278
272
275
285
285
288
280
286
283
284
293
293
280
287
290
287
298
265
258
265
265.33
264
275.67
rataan
255.67 257.67 249.67 253.67 259.33
261
257.33 256.67
SD
24.846 26.274 30.436 30.288 33.828
31
34.487 28.431 31.575
263
261.33 259.33 267.33 31.66
32.13
36.143 43.405 33.867 33.867 34.429 36.428 38.682
1
206
223
235
239
242
239
248
246
248
247
251
251
222
242
250
248
234
248
2
269
268
273
277
250
251
255
249
294
293
279
293
296
289
298
296
293
302
3
281
281
268
267
273
266
276
289
256
260
253
263
265
262
271
269
272
281
261
255
252
266
266.67
261
269
261
264.33
273
271
266.33
277
rataan
252
SD
257.33 258.67
259.67 261.33
40.286 30.436 20.648 19.698 16.093 13.528 14.572 24.007 24.576 23.714
15.62
21.633 37.162 23.587 24.062 24.062 29.905 27.221
1
245
242
241
247
250
251
255
252
260
257
251
253
222
225
235
235
240
240
2
270
268
256
263
273
266
276
270
277
280
273
276
277
269
272
275
279
283
3
282
282
279
275
291
269
286
287
280
287
300
301
306
300
305
307
310
317
265.67
264
rataan SD
FD500
266.33 261.33
272
SD
FD250
265
1
rataan
FD100
20.51
209
SD
FD13.3
272.25 257.75
1
rataan
Kontrol Negatif (KN)
252.75 260.75
18.877 20.298
258.67 261.67 271.33 19.14
262
272.33 269.67 272.33 274.67 274.67 276.67 268.33 264.67 270.67 272.33 276.33
280
14.048 20.551 9.6437 15.822 17.502 10.786 15.695 24.542 24.007 42.665 37.687 35.019 36.074 35.076 38.588
1
255
247
249
249
250
251
254
252
255
252
254
253
249
242
249
250
250
253
2
279
270
269
267
272
277
281
278
281
283
286
285
293
279
288
288
290
292
3
285
283
278
281
282
260
275
272
281
281
270
283
277
267
272
274
278
276
268
262.67
270
272
270
273.67
273
16
17.926 22.271 18.877 19.604 19.218 20.526 19.604
rataan
273
SD
15.875
266.67 265.33 265.67 18.23
267.33 272.33
14.844 16.042 16.371 13.204 14.177 13.614 15.011 17.349
262.67 269.67 270.67 272.67 273.67
26 33
Lanjutan Lampiran 11 Rekapitulasi data statistik Hasil uji ANCOVA lipid peroksida pada tahap adaptasi (x) dengan tahap perusakan hati (y) Dependent Variable: Y Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
7
0.19596358
0.02799480
4.02
0.0129
Error
14
0.09746629
0.00696188
Corrected Total
21
0.29342986
Parameter
Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept
0.7006184925
B
0.07020931
9.98
<.0001
PERL FD13.3
0.2549087841
B
0.06483644
3.93
0.0015
PERL FD100
0.2052665778
B
0.06482877
3.17
0.0069
PERL FD250
0.2555759423
B
0.06582532
3.88
0.0017
PERL FD500
0.2029337359
B
0.06581489
3.08
0.0081
PERL KN
0.2429860213
B
0.06655585
3.65
0.0026
PERL KP
0.2002431004
B
0.06710799
2.98
0.0099
PERL N
0.0000000000
B
.
.
.
X
0.0733809690
0.12507233
0.59
0.5667
Duncan's Multiple Range Test for Y Alpha Error Degrees of Freedom
Means with the same letter are not significantly different.
0.05 14
Error Mean Square
0.006962
Harmonic Mean of Cell Sizes
3.111111
Duncan Grouping
Mean
N
PERL
0.99900
3
FD250
0.99567
3
FD13.3
0.98800
3
KN
0.94633
3
KP
0.94633
3
FD500
A
0.94600
3
FD100
B
0.73375
4
N
A A A A A A A A A A
34 27
Lanjutan Lampiran 11 Rekapitulasi data statistik Hasil uji ANCOVA lipid peroksida pada tahap perusakan hati (x) dengan tahap induksi fraksi (y) Dependent Variable: Y Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
6
1.09848454
0.18308076
91.51
<.0001
Error
11
0.02200707
0.00200064
Corrected Total
17
1.12049161
Parameter
Estimate
Standar Error
t Value
Pr > |t|
Intercept
0.8842139238
B
0.15098194
5.86
0.0001
PERL FD13.3
0.0231264509
B
0.03733497
0.62
0.5482
PERL FD100
-.0946720256
B
0.03652074
-2.59
0.0250
PERL FD250
-.2011532934
B
0.03744731
-5.37
0.0002
PERL FD500
-.3190000000
B
0.03652071
-8.73
<.0001
PERL KN
0.4663365295
B
0.03710338
12.57
<.0001
PERL KP
0.0000000000
B
.
.
.
X
-.0160767071
0.15719309
-0.10
0.9204
Duncan's Multiple Range Test for Y
Alpha Error Degrees of Freedom Error Mean Square
Means with the same letter are not significantly different.
0.05 11 0.002001
Duncan Grouping
Mean
N
PERL
A
1.33467
3
KN
B
0.89133
3
FD13.3
B
0.86900
3
KP
C
0.77433
3
FD100
D
0.66700
3
FD250
E
0.55000
3
FD500
B
28 35
Lanjutan Lampiran 11 Rekapitulasi data statistik ANOVA bobot badan awal adaptasi Sumber
db
Perlakuan 6
JK
KT
Fhit
1425.98 237.66 1.3256
ANOVA bobot badan hari ke-34
F(α,dbp,dbg)
Sumber
2.790465
db
Perlakuan 6
JK
KT
1697.33 282.8883 0.339176
Galat
15 2689.34 179.29
Galat
15 12510.67 834.0447
Total
21 4115.32
Total
21
ANOVA bobot badan hari ke-0 Sumber Perlakuan
db JK
KT
Fhit
6 177859.7 29643.28 4.7365
F(α,dbp,dbg) 2.790465
db
Perlakuan 6
JK
KT
15 0.512986 0.034199
Total
21 271737.1
Total
21 0.445045
ANOVA bobot badan hari ke-17 KT
Fhit
Galat
15 9226.75 615.1167
Total
21 10580.59
F(α,dbp,dbg) 2.790465
ANOVA TBARS serum hari ke-18
F(α,dbp,dbg)
Perlakuan 6 1353.841 225.6402 0.366825 2.790465
Fhit
0.067491 0.011249 0.328912
Galat
JK
2.790465
ANOVA TBARS serum hari ke-0 Sumber
15 93877.43 6258.495
db
F(α,dbp,dbg)
14208
Galat
Sumber
Fhit
Sumber Perlakuan
db JK
KT
F(α,dbp,dbg)
Fhit
6 2.405363 0.400894 2.158048
Galat
15 2.786503 0.185767
Total
21 5.191866
2.790465
Lampiran 12 Perhitungan dosis terapetik buah delima pada tikus 20 g 200 g Mencit Tikus 20 g Mencit 1.0 7.0 200 g Tikus 0.14 1.0 400 g Babi 0.08 0.57 1.5 kg Kelinci 0.04 0.25 2.0 kg Kucing 0.03 0.23 4.0 kg Monyet 0.016 0.11 12.0 kg Anjing 0.008 0.06 70.0 kg Manusia 0.0026 0.018 Sumber: Barnes & Paget (1964)
400 g Babi 12.25 1.74 1.0 0.44 0.41 0.19 0.1 0.031
1.5 kg Kelinci 27.8 3.9 2.25 1.0 0.92 0.42 0.22 0.07
2.0 kg Kucing 29.7 4.2 2.4 1.08 1.0 0.45 0.24 0.076
4.0 kg Monyet 64.1 9.2 5.2 2.4 2.2 1.0 0.52 0.16
12.0 kg Anjing 124.2 17.8 10.2 4.5 4.1 1.9 1.0 0.32
70.0 kg Manusia 387.9 56.0 31.5 14.2 13.0 6.1 3.1 1.0
Contoh perhitungan: LD50 = 731 mg/KgBB untuk mencit (Vidal et al. 2003) Faktor konversi LD50 dari mencit ke tikus = 7 Dosis terapetik = 10% (LD50 x Faktor konversi) = 10% (731 mg/KgBB x 7) = 511.7 mg/KgBB Jadi, dosis maksimum yang boleh dipakai pada tikus adalah 511.7 mg/KgBB