Volume 9 No.2 Mei 2017
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
Aktivitas Biolarvasida Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap Larva Nyamuk Anopheles sp. Sefrinus M.D Kolo1, Finsensius Oetpah2 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Timor, 1) email:
[email protected]
1,2)
Abstrak Penelitian tentang aktivitas biolarvasida penyulingan minyak sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap larva nyamuk Anopheles sp telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles sp dan menentukan konsentrasi efektif larvasida minyak sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji toksisitas larvasida untuk mengamati mortalitas larva nyamuk Anopheles sp yang dinyatakan dalam LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf memiliki aktivitas larvasida yang ditunjukkan dengan semakin tinggi mortalitas larva seiring meningkatnya konsentrasi minyak sereh wangi. Konsentrasi efektif dari minyak sereh wangi dinyatakan dalam nilai LC50 yaitu pada konsentrasi 7,32% pada waktu kontak 5 menit, konsentrasi 4,52% pada waktu kontak 10 menit, konsentrasi 2,75% pada waktu kontak 15 menit, dan konsesntrasi 0,74% pada waktu kontak 20 menit. Hasil transformasi analisis probit terhadap konsentrasi didapatkan konsentrasi efektif pada 2000ppm pada waktu kontak 5 menit. Kata kunci: Minyak Sereh Wangi, Anopheles sp., Larvasida, Mortalitas Larva.
Abstract Biolarvacidal activity of essential oil (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) on Anopheles sp had been investigated. The aim of this research is to assess their larvacide activity against Anopheles sp and to measure the effectiveness of concentration of the essential oil (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) The essential oil of (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) was obtained using hidrodistillation and larvacidal activity test to measure the mortality of Anopheles sp. The result is that the essential oil of (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) have larvacidal activity that is showed by the higher the mortality of larvae, the concentration of essential oil of (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) also increased. The effective concentration of citronella oil expressed in LC50 value is at a concentration of 7.32% on a 5 minute contact time, the concentration of 4.52% at the 10 minute contact time, the concentration of 2.75% in the 15 minute contact time, and the concentration of 0.74 % at 20 minute contact time. Results transformation probit analysis of the concentration of effective concentrations obtained at 2000ppm in 5 minute contact time. Keyword: Cymbopogon citratus (DC) Stapf., Anopheles sp., Larvacidal, Mortality Larvae
76
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
Volume 9 No.2 Mei 2017
1. PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara tropis yang paling besar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria, demam berdarah, filaria, kaki gajah, dan chikungunya sering berjangkit di masyarakat, bahkan menimbulkan epidemik yang berlangsung dalam spektrum yang luas dan cepat. Penyebab utama munculnya epidemik berbagai penyakit tropis tersebut adalah perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali (Lailatul dkk, 2010). Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan ditemukan hampir diseluruh dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika. Malaria ditemukan hampir di semua wilayah di Indonesia dengan jenis yang berbeda-beda dan jenis yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium Vivax, sedangkan Plasmodium malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua (Pratama, 2015). Penggunaan insektisida sintetik dalam memberantas organisme hidup penyebab penyakit malaria, diketahui dapat menimbulkan resistensi organisme hidup terhadap insektisida sintetik yang digunakan dalam konsentrasi yang tak terkontrol dan secara terus menerus (WHO, 1992). Beberapa contoh diantaranya adalah resistensi nyamuk terhadap dikloro difenil trikloroetana (DDT) dan turunannya, rhotane (TDE; 1,1 dikloro-2,2-bis (p-chlorophenil) ethane), dimite (DMC; 4,4-dichloro-α-methilhyldrol). Begitu juga decametrin dan permethrin dari golongan pyrothroid di beberapa endemis, seperti di Afrika dan Amerika, telah menyebabkan resistensi terhadap nyamuk Aedes sp. dan Anopheles sp. (Brogdon dan Mcallister, 1998). Penggunaan bahan kimia sintetik sebagai insektisida untuk membunuh organisme hidup baik sebagai obat semprot, obat bakar dan obat elektrik, juga telah diketahui banyak menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, seperti sakit kepala, muntah-muntah, gangguan penglihatan, diare, kejang-kejang, kejang perut dan gangguan kerja sistem syaraf pusat, kehilangan keseimbangan dan kesadaran, gangguan reproduksi, gagal ginjal dan kanker hati. Itu semua terjadi karena bahan-bahan kimia sintetik yang digunakan sebagai zat aktif dalam beberapa obat anti serangga dan hama tersebut tidak terurai di lingkungan sehingga menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif seperti pengembangan insektisida alami yang cukup efektif untuk meminimalkan resistensi dan ramah lingkungan serta aman bagi kesehatan manusia. Insektisida alami mudah terdegradasi di alam sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Insektisida seperti ini banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan khususnya yang mengandung minyak atsiri (golongan terpenoid) (WHO, 1992; Tvedten, 2003). Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang telah diketahui memiliki sifat larvasida adalah sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) . Sifat larvasida minyak atsiri dari sereh wangi disebabkan karena adanya kandungan senyawa sitronelal dan geraniol. Sitronelal dan geraniol merupakan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan larva nyamuk. Produksi minyak sereh Indonesia terutama dilakukan di pulau Jawa (Sastrohamidjojo, 2004). Hasil penelitian Klau Muty dkk (2007) telah menganalisis kandungan minyak sereh wangi asal desa Oenenu, Kefamenanu dengan senyawa sitronelal dan geraniol yang mana dapat menghambat pertumbuhan larva nyamuk. Hasil pengujian sebelumnya disimpulkan bahwa minyak sereh wangi asal Oenenu Kefamenanu memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan larva nyamuk namun konsentrasi yang digunakan masih tinggi sehingga perlu dilanjutkan pengujian dengan menggunakan konsentrasi minyak yang lebih rendah. Akhir-akhir ini, masalah penyakit yang menyerang sebagian besar warga terutama anakanak di Kabupaten Timor Tengah Utara ialah penyakit malaria akibat gigitan nyamuk Anopheles sp. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai larvasida dan repellent
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
77
Volume 9 No.2 Mei 2017
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
nyamuk untk menghambat pertumbuhan nyamuk tersebut ialah minyak hasil penyulingan daun dan batang sereh wangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvasida dari minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap larva nyamuk Anopheles sp dan konsentrasi efektif larvasida dari minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) yang membunuh larva nyamuk Anopheles sp. 2. METODE a. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-November 2016 di Laboratorium Biologi FIP Universitas Timor dan UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten TTU. Pengambilan sampel daun dan batang sereh wangi di desa Oenenu, kecamatan Bikomi Tengah. Pengambilan larva nyamuk untuk pengujian aktivitas larvasida diambil dari areal persawahan Naen Kefamenanu. b. Prosedur Penelitian Uji Aktivitas Minyak Sereh Wangi sebagai Larvasida terhadap Larva Nyamuk Uji aktivitas minyak sereh sebagai larvasida terhadap larva nyamuk dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Bream dkk (2010). Disiapkan 6 buah gelas beaker masing-masing berisi 100 mL aquades dan air yang digunakan dalam perkembangan larva. Ke dalam 5 gelas beaker ditambahkan masing-masing 1 mL minyak sereh hasil destilasi yang telah diencerkan dengan alkohol 70% sehingga konsentrasinya menjadi 2000; 1500; 1000; 750; dan 500 ppm. Gelas beaker ke-6 dijadikan kontrol (0 ppm), diisi dengan 100 mL campuran aquades dan air yang digunakan dalam perkembangbiakkan larva. Ke dalam setiap gelas beaker kemudian dimasukkan 10 ekor larva nyamuk anopheles sp, kemudian ditutup dengan kain kasa nyamuk dan dilakukan pengamatan pada 5, 10, 15, dan 20 menit. Setiap waktu pengamatan, dihitung jumlah larva yang mati dari masing-masing gelas beaker tersebut. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali. Persen kematian larva dihitung dengan rumus: M= x 100% dengan: M : persen mortalitas (kematian larva) Lp : jumlah larva yang mati pada kelompok perlakuan Lk : jumlah larva yang mati pada kelompok kontrol JL : Jumlah larva dalam masing-masing gelas beaker (Alouani dkk, 2009). c. Teknik Analisa Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan variasi konsentrasi minyak sereh yaitu 0 ppm; 500 ppm; 750 ppm; 1000 ppm; 1500 ppm dan 2000 ppm sebagai perlakuan dan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Untuk mengetahui beda nyata taraf perlakuan digunakan Uji BNJ (Beda Nyata Jujur) cara Tukey pada taraf uji 5%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Larvasida Minyak Sereh Wangi Uji aktivitas larvasida minyak sereh wangi dilakukan terhadap larva nyamuk Anopheles sp. yang diambil dari tempat penampung air kotor di kali maslete. Pengujian dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten TTU dengan media campuran air kotor (yang diambil dari tempat hidup larva) dan aquades dipersiapkan untuk meniru kondisi tempat hidup aslinya,
78
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
Volume 9 No.2 Mei 2017
Mortalitas Larva (%)
dengan tujuan untuk meminimalisasi kemungkinan kematian larva akibat perubahan media dan kondisi tempat hidupnya. Sebelum dilakukan pengujian maka peneliti mengukur kondisi fisik media dan ruangan tempat pengujian yaitu dengan mengukur suhu ruangan rata-rata 28 0C dan suhu air berkisar 2328 0C dengan pH air rata-rata 7,1. Kondisi ini memungkinkan larva dapat hidup dan berkembang dengan baik, karena larva maupun nyamuk dewasa dapat hidup bertahan hidup pada suhu udara 8-37 0C atau pada kondisi ruangan yang bersuhu hangat dan lembab sehingga tidak berpengaruh saat pengujian (Lailatul dkk, 2010). Kondisi faktor lingkungan tersebut dapat dibuktikan melalui hasil pengamatan pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian minyak sereh wangi yang menunjukkan bahwa sampai menit ke-20 tidak ada larva yang mengalami kematian pada media kontrol air dan etanol. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak sereh wangi terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles sp dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi pada setiap waktu kontak, seperti tampak pada gambar 1, 2, 3, 4 berikut.
Pengaruh Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva
100 80 60
y = 0,0298x + 32,334 R² = 0,9708
40 20 0 0
500 1000 1500 2000 Konsentrasi Minyak Sereh (ppm)
2500
Gambar 1. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 5 menit)
Gambar 2. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 10 menit)
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
79
Volume 9 No.2 Mei 2017
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
Gambar 3. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 20 menit)
Gambar 4. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 15 menit) Dari gambar 1, 2, 3, dan 4 tampak jelas bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi dan semakin lama waktu kontak maka semakin meningkat pula persen kematian larva. Aktivitas larvasida minyak sereh wangi ditandai dengan adanya mortalitas larva nyamuk Anopheles. Penggunaan beberapa variasi konsentrasi minyak sereh wangi ini menunjukkan adanya tingkat mortalitas larva nyamuk anopheles yang berbeda-beda. Mortalitas larva uji disebabkan adanya kandungan senyawa kimia tumbuhan yang berupa sitronellal, sitronellol, dan geraniol yang terkandung pada minyak sereh wangi. Senyawasenyawa tersebut merupakan senyawa kimia pertahanan tumbuhan yang termasuk ke dalam metabolit sekunder atau aleokimia yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat toksik serta dapat juga berfungsi sebagai racun perut dan pernapasan (Lailatul, 2010).
80
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
Volume 9 No.2 Mei 2017
Tabel 1. Purata Mortalitas Larva Nyamuk anopheles (%±SE) Lama Purata Konsentrasi (ppm) Kontak BNJ 5% 0 500 750 1000 1500 2000 (Menit) W = 6,24 2,5±0,0 38,8±1,6 52,5±1,7 64,2±1,8 78,5±0,9 96,8±0,0 5 (a) (b) (bc) (cd) (d) (e) W = 8,46 2,5±0,0 57,8±2,4 64,7±2,1 71,5±0,0 82,5±1,6 96,8±0,0 10 (a) (b) (bc) (c) (d) (e) W = 7,28 2,5±0,0 76,4±1,2 75,4±1,3 86,3±1,2 96,8±0,0 96,8±0,0 15 (a) (b) (bc) (cd) (e) (e) W = 7,72 2,5±0,0 84,8±1,6 85,8±1,1 92,5±2,4 96,8±0,0 96,8±0,0 20 (a) (b) (bc) (cd) (d) (d) Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata, sedangkan angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata. Berdasarkan uji BNJ pada tabel 1, dapat dilihat bahwa purata mortalitas larva nyamuk anopheles dengan 6 variasi konsentrasi minyak sereh wangi pada pengamatan 5, 10, 15, dan 20 menit berkisar antara 2,5±0,0% sampai 96,8±0,0%. Hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi minyak sereh wangi dari 0 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm dan 2000 ppm diiringi dengan meningkat pula mortalitas larva nyamuk anopheles. Peningkatan mortalitas larva nyamuk anopheles yang paling tinggi dicapai pada konsentrasi minyak sereh wangi 2000 ppm dengan waktu pengujian 5 menit, yang mana mortalitas larva nyamuk anopheles pada tingkat konsentrasi ini sebesar 96,8±0,0%. Hasil uji BNJ 5% pada waktu pengamatan 5, 10, 15 dan 20 menit menunjukkan pula bahwa antara perlakuan (variasi konsentrasi minyak sereh wangi) ada yang tidak berbeda secara bermakna (seperti antara perlakuan 500 dan 750 ppm minyak sereh wangi). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mortalitas larva nyamuk anopheles yang nyata. Semakin lama waktu kontak menyebabkan antara perlakuan tidak menunjukkan beda secara bermakna karena tingkat mortalitas larva semakin meningkat dari konsentrasi yang lebih kecil. Adanya peningkatan konsentrasi minyak sereh wangi sejalan dengan peningkatan mortalitas. Penyebab kematian larva nyamuk anopheles disebabkan karena kontak langsung antara larva nyamuk anopheles dengan senyawa aktif yang terdapat dalam minyak sereh wangi yaitu sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Senyawa aktif yang terkandung dalam minyak sereh wangi dengan konsentrasi 2000 ppm pada waktu kontak 5 menit menyebabkan mortalitas larva nyamuk anopheles sampai 96,8±0,0%. Tetapi dengan diperpanjangnya waktu kontak menjadi 20 menit maka waktu kontak senyawa aktif dengan larva nyamuk anopheles semakin lama sehingga pada konsentrasi yang relatif rendah yaitu 500 ppm telah dicapai tingkat mortalitas yang hampir sama tinggi. Dengan demikian, aktivitas larvasida dari minyak sereh wangi yang maksimal dicapai pada kontak selama 20 menit yang ditandai dengan persen kematian (mortalitas) larva nyamuk anopheles yang semakin tinggi dibandingkan dengan lama waktu kontak 5, 10, 15 menit. Untuk dapat membunuh larva nyamuk anopheles dalam waktu yang lebih pendek (5 menit) diperlukan minyak sereh dengan konsentrasi yang lebih besar, sedangkan untuk konsentrasi-konsentrasi yang lebih rendah diperlukan waktu yang lebih lama. Berdasarkan hasil perhitungan mortalitas larva menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi dan semakin lama waktu kontak maka aktivitas larvasida minyak sereh wangi semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan bertambahnya waktu kontak dari 5 menit menjadi 20 menit maka kontak antara larva nyamuk Anopheles dengan minyak sereh wangi yang bersifat racun semakin lama.
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
81
Volume 9 No.2 Mei 2017
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
b. Efektivitas Larvasida Minyak Sereh Wangi Pendugaan nilai toksisitas minyak sereh wangi yang efektif terhadap larva nyamuk Anopheles sp. ditentukan berdasarkan nilai LC50 (Lethal Concentration), yaitu konsentrasi atau dosis bahan toksis yang dapat membunuh 50% organisme yang diuji dalam waktu tertentu. Tabel 2. Nilai LC50 Minyak Sereh Wangi terhadap Larva Anopheles sp. Lama kontak (menit) LC50 (%) 5 7,32 10 4,52 15 2,75 20 0,74 Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi dan semakin lama waktu kontak maka aktivitas larvasida minyak sereh wangi semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan bertambahnya waktu kontak dari 5 menit menjadi 20 menit maka nilai LC50 dari minyak sereh wangi terhadap larva anopheles sp menurun atau semakin kecil. Hal ini disebabkan karena waktu kontak antara larva nyamuk anopheles sp dengan minyak sereh wangi yang bersifat racun semakin lama. Konsentrasi efektif dari minyak sereh wangi dinyatakan dalam nilai LC50 yaitu pada konsentrasi 7,32% pada waktu kontak 5 menit, konsentrasi 4,52% pada waktu kontak 10 menit, konsentrasi 2,75% pada waktu kontak 15 menit, dan konsesntrasi 0,74% pada waktu kontak 20 menit. Hasil transformasi analisis probit terhadap konsentrasi didapatkan konsentrasi efektif pada 2000ppm pada waktu kontak 5 menit. Menurut Nursal (2005), apabila larva memakan makanan yang mengandung senyawa aleokimia toksik, maka larva tersebut tidak mencapai berat kritis menjadi pupa. Hal ini disebabkan larva menurunkan laju metabolisme dan sekresi enzim pencernaan, sehingga energi untuk pertumbuhan berkurang. Hasil di atas dapat dapat dijadikan sebagai acuan bahwa minyak sereh wangi dapat dimanfaatkan sebagai biolarvasida terutama larva nyamuk Anopheles sp. sebagai vektor penyakit malaria dan filaria. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yakni: Minyak sereh wangi asal desa Oenenu Kefamenanu memiliki aktivitas larvasida yang sangat efektif terhadap larva nyamuk Anopheles sp yang mana semakin tinggi konsentrasi minyak dan lamanya pengujian maka mortalitas larva meningkat pula. Konsentrasi efektif minyak sereh wangi yang membunuh yaitu Konsentrasi 2000 ppm pada waktu 5 menit dengan persen kematian mencapai 96,8%. 5. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka ada beberapa saran untuk pengembangan penenlitian ini di masa mendatang, antara lain: Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan konsentrasi minyak yang lebih kecil, jenis nyamuk lainnya atau menggunakan jenis ekstrak atau minyak tumbuhan lain sebagai biolarvasida.
82
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi
Volume 9 No.2 Mei 2017
DAFTAR PUSTAKA Alouani, A., Rehimi, N., Soltani.,N. 2009. Larvicidal Activity of a Neem Tree Extract (Azadirachtin) Against Mosquito Larvae in the Republic of Algeria. Jordan Journal of Biological Sciences. 2(1). Pp 15-22. ISSN 1995-6673. Barodji, D.T.B., Suwasono, H. 1992. Fauna Anopheles di daerah Endemis Malaria Kabupaten Jepara Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan 20:3. Bream, A.S., El-Sheikh, T.M., Fouda, M.A., and Hassan, M.I. 2010. Larvacidal and repellent activity of extracts derived from aquatic plant Echinochloa stagninum against Culex pipiens. Tunisian Journal of Plant Protection 5: 107-123. Brogdon, W.G., Mcallister, J.C. 1998. Insecticide Resistance and Vector Control. Emeging Inf. Dis Journal. 4(4): 1-12. Djoar, D.W., Sahari, P., Sugiyono. 2011. Studi Morfologi dan Analisis Korelasi antar Karakter Komponen Hasil Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon sp.) Dalam Upaya Perbaikan Produksi Minyak. Fakultas Pertanian. UNS. Klau Muty, S. 2007. Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) Asal Pulau Timor dan Uji Aktivitas Larvasida terhadap Nyamuk Anopheles sp. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Sains dn Teknik. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Lailatul, L.K., Kadarohman, A., Eko, R., 2010. Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp., dan Anopheles sundaicus. Jurnal Sains dan Tek. Kimia. 1(1). 59-65. ISSN 2087-7412. Pratama., Y.G. 2015. Nyamuk Anopheles sp dan Faktor yang Mempengaruhi di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Journal Majority. 4 (1). 20. Rumengan, A. P. 2010. Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) dari Ascidian (Didemnum molle). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. VI-2. Sastrohamidjojo. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Soedarto. 1992. Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika. Jakarta. Sumiartha, K., Kohdrata, N., Antara, N.S. 2012. Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Sereh (Cymbopogon citratus (dc.) Stapf.). Tropical Plant Curriculum Project. Pusat Studi Ketahanan Pangan. Universitas Udayana. Tvedten, S. 2003. The Best Control for Mosquito. Mosq. Cont. Assoc Journal. 3(4). Pp 1-12. WHO. 1992. Entimologi Field Techniques for Malaria Control. Tutor’s guide. Part II. Guenbeva: Pp 11-48. www.infonet.biovision.org/humanhealth/malaria. Diakses 20 November 2016.
ISSN Print : 1979-7141 ISSN Online : 2541-1942
83