i
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT LAUT Caulerpa sp. SEGAR DAN REBUS
BAGJA ADHITIA PUTERA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Caulerpa sp. Segar dan Rebus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Bagja Adhitia Putera NIM C34110076
iv
v
ABSTRAK BAGJA ADHITIA PUTERA Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Caulerpa sp. Segar dan Rebus. Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES M. JACOEB. Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil, dapat mengakibatkan kerusakan protein, Deoxyribose Nucleic Acid (DNA), dan membran sel, serta dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat dicegah dengan senyawa antioksidan alami maupun sintetik. Caulerpa sp. merupakan rumput laut hijau yang berpotensi sebagai sumber antioksidan alami. Caulerpa sp. umum diolah menjadi urap rumput laut dalam keadaan segar dan rebus. Proses perebusan dikhawatirkan dapat mengubah aktivitas antioksidannya, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada Caulerpa sp. segar dan rebus. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi tunggal menggunakan pelarut metanol selama 1×24 jam. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH. Caulerpa sp. segar dan rebus memiliki rendemen ekstrak sebesar 8,88% dan 6,44%. Nilai IC50 Caulerpa sp. segar sebesar 452,37±8,29 ppm dan rebus sebesar 484,59±5,69 ppm. Kategori nilai IC50 ini tergolong sangat lemah berdasarkan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), sehingga perlu dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode lainnya dan pemurnian ekstrak kasar Caulerpa sp.. Kata kunci: Antioksidan, Caulerpa sp., DPPH, ekstraksi, radikal bebas.
ABSTRACT BAGJA ADHITIA PUTERA Antioxidant Activity of Seaweed Caulerpa sp. Fresh and Boiled. Supervised by NURJANAH and AGOES M. JACOEB. Free radical is a molecule that is highly reactive and unstable, can cause damage to proteins, Deoxyribose Nucleic Acid (DNA), and cell membranes, and can trigger a degenerative diseases. The damages can be prevented by natural or synthetic antioxidant compounds. Caulerpa sp. a green seaweed as a potential source of natural antioxidants. Caulerpa sp. commonly processed into “urap” seaweed in fresh and boiled condition. The boiling process may change the antioxidant activity, so it is necessary to research on the antioxidant activity in Caulerpa sp. fresh and boiled. Extraction method used was a single extraction using methanol p.a for 1×24 hours. Testing of antioxidant activity using DPPH method. Caulerpa sp. fresh and boiled extract has a yield of 8.88% and 6.44%. IC50 values Caulerpa sp. fresh amounted to 452.37±8.29 ppm and boiled amounted to 484.59±5.69 ppm. IC50 value category is classified as very weak by 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method, so it needs to do another antioxidant activity assay methods and purification of crude extract of Caulerpa sp.. Keywords: Antioxidant, Caulerpa sp., DPPH, extraction, free radical.
vi
vii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
viii
ix
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT LAUT Caulerpa sp. SEGAR DAN REBUS
BAGJA ADHITIA PUTERA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
x
xii
xiii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Caulerpa sp. Segar dan Rebus”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, terutama kepada: 1 Orang tua penulis, Bapak Udin dan Ibu Emi Haryati serta kakak Anisa Rahmi Utami dan seluruh keluarga atas segala kasih sayang, doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini. 2 Prof Dr Ir Nurjanah MS sebagai dosen pembimbing I, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. 3 Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb Dipl-Biol sebagai dosen pembimbing II, atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis. 4 Safrina Dyah Hardiningtyas SPi MSi dan Dr Desniar SPi MSi sebagai dosen penguji dan komisi pendidikan Departemen Teknologi Hasil Perairan atas masukan dan nasihat untuk kesempurnaan skripsi ini. 5 Ibu Ninik, Ibu Susan, dan teman-teman Politeknik Tual yang telah membantu dalam pengambilan sampel dari perairan Tual, Maluku Tenggara. 6 Teman-teman satu tim penelitian, Afifatunisa Luthfiyah, Rudy Chrystiawan, dan Diah Asih Asmara yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian. 7 Teman-teman Keluarga Cemara, Aulia Izdihar, Siti Restiani, Fianita Nur Utami, M Baiquni Brammantyo, Eki Fikri, Intan Nabilla Sari, Gesti Rizka Aninda, Aziza Nova Aulia, Adila Sabiliilaika, Anisa Ulfa Safitri, Aisyah Fatriani, dan Navisa Qurrotu Aini yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. 8 Teman-teman THP 48 yang telah memberikan dukungan, saran, dan semangat kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca dan membutuhkan.
Bogor, Agustus 2015
Bagja Adhitia Putera
xiv
xv
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 2 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 2 METODE PENELITIAN .................................................................................... 3 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 3 Bahan .............................................................................................................. 3 Alat ................................................................................................................. 3 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 3 Penelitian Pendahuluan ........................................................................... 4 Preparasi dan Perebusan Caulerpa sp. .................................................... 4 Penelitian Utama ..................................................................................... 5 Ekstraksi Senyawa Aktif ......................................................................... 5 Prosedur Analisis ............................................................................................ 5 Uji Organoleptik ...................................................................................... 5 Analisis Kadar Air ................................................................................... 5 Analisis Kadar Abu ................................................................................. 6 Analisis Kadar Protein ............................................................................ 6 Analisis Kadar Lemak ............................................................................. 6 Analisis Karbohidrat (by difference) ....................................................... 7 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ............................................... 7 Analisis Data .................................................................................................. 8 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 9 Morfologi Caulerpa sp. .................................................................................. 9 Organoleptik Caulerpa sp. Rebus .................................................................. 9 Komposisi Kimia Caulerpa sp. Segar dan Rebus .......................................... 12 Ekstrak dan Aktivitas Antioksidan Caulerpa sp. ........................................... 13 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 17 Kesimpulan ..................................................................................................... 17 Saran ............................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18 LAMPIRAN ........................................................................................................ 23 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 45
xvi
DAFTAR TABEL 1 Nilai rata-rata organoleptik Caulerpa sp. rebus ............................................ 10 2 Komposisi kimia Caulerpa sp. segar dan rebus (basis basah) ..................... 12 3 Aktivitas antioksidan ekstrak Caulerpa sp. dan vitamin C ........................... 15
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir penelitian .................................................................................. 4 2 Caulerpa sp. .................................................................................................. 9 3 Struktur DPPH bentuk radikal dan tereduksi ................................................ 14 4 Hasil perubahan warna pengujian DPPH ...................................................... 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 Dokumentasi penelitian ................................................................................. 2 Score sheet uji kesukaan panelis Caulerpa sp. rebus .................................... 3 Data uji organoleptik Caulerpa sp. rebus ...................................................... 4 Uji Kruskal Wallis terhadap Caulerpa sp. rebus ........................................... 5 Uji lanjut Dunn terhadap Caulerpa sp. rebus ................................................ 6 Kenampakan dan warna Caulerpa sp. pada suhu 90°C dan 95 °C ............... 7 Analisis proksimat Caulerpa sp. segar .......................................................... 8 Analisis proksimat Caulerpa sp. rebus .......................................................... 9 Rendemen ektrak Caulerpa sp. segar ............................................................ 10 Rendemen ektrak Caulerpa sp. rebus ............................................................ 11 Nilai aktivitas antioksidan Caulerpa sp. segar .............................................. 12 Nilai aktivitas antioksidan Caulerpa sp. rebus .............................................. 13 Nilai aktivitas antioksidan vitamin C ............................................................
25 27 28 33 35 37 38 39 40 41 42 43 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Molekul ini merupakan hasil samping dari proses oksidasi atau proses metabolisme organisme aerobik. Radikal bebas berperan sebagai sistem pertahanan tubuh untuk melawan virus dan bakteri yang masuk, namun jika jumlah yang dihasilkan berlebih, maka dapat mengakibatkan kerusakan protein, DNA, dan membran sel. Kerusakankerusakan tersebut dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif antara lain kanker, penyakit katarak, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Radikal bebas bereaksi dengan cara mengambil elektron molekul lain, reaksi ini akan terus berulang dan membentuk sebuah rantai yang mengakibatkan rusaknya membran sel dan komponen sel lainnya yaitu protein dan DNA (Deepa et al. 2007). Udayaprakash et al. (2015) menyatakan bahwa kerusakan-kerusakan yang dihasilkan oleh radikal bebas dapat dicegah dengan senyawa antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh yaitu enzim katalase, superoksida dismutase (SOD), dan glutation perokside, maupun senyawa antioksidan yang berasal dari asupan makanan. Senyawa antioksidan yang berasal dari asupan makanan dapat berupa senyawa alami yaitu vitamin A, C, E, dan senyawa fenol, serta senyawa sintetik yaitu Butylated Hydroxyanisol (BHA), Butylated Hydroxytoluene (BHT), dan Propylgallate (PG). Antioksidan memiliki banyak kegunaan, salah satunya sebagai pangan fungsional untuk mencegah penyakit kanker dan jantung koroner, serta mencegah terjadinya peroksida lipid pada makanan. Senyawa ini sering digunakan sebagai pengawet makanan serta dapat mencegah degradasi karet dan bensin (Jebakumar et al. 2012). Antioksidan berdasarkan sumbernya dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Penggunaan senyawa antioksidan sintetik sudah sangat diawasi karena pada penggunaan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan serta meningkatkan terjadinya karsinogenesis (Winarno 2008). Batas maksimum penggunaan BHT dan vitamin C pada makanan adalah 200 ppm atau 0,02% dan 500 mg/kg (BSN 1995). Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh secara alami dari hewan dan tumbuh-tumbuhan, dapat dijadikan sebagai bahan alternatif yang potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti antioksidan sintetik. Antioksidan alami mengandung senyawa bioaktif dan dinilai lebih aman untuk dijadikan bahan pangan (Winarsi 2007). Aktivitas antioksidan dari beberapa tumbuhan air telah banyak dilaporkan, antara lain Sudirman et al. (2014) melaporkan bahwa IC50 pada buah bakau sebesar 13,46 ppm, Nurjanah et al. (2015) menyatakan bahwa IC50 pada kulit batang buah lindur sebesar 56,93 ppm. Santoso et al. (2012) menyatakan bahwa IC50 pada lamun Thalassia hermprichii sebesar 214,68 ppm. Nurjanah et al. (2014) menyatakan bahwa IC50 pada tanaman genjer segar dan rebus selama lima menit masing-masing sebesar 131 ppm dan 3409 ppm. Rumput laut merupakan bahan alami yang mengandung berbagai zat organik dan anorganik yang berguna bagi kesehatan manusia, memiliki
2
kandungan vitamin dan mineral yang sangat tinggi yang telah digunakan dalam bidang pertanian, industri farmaseutika, biomedika, dan nutraseutika (Marcia et al. 2004). Burtin (2003) menyatakan, umumnya rumput laut mengandung sejumlah besar lipid dengan tingkat serat yang normal, dan memiliki komposisi protein yang rendah yaitu sebesar 5-15%. Kelompok rumput laut hijau dan merah mengandung protein yang lebih tinggi, yaitu 10-30% berat kering (Matanjun et al. 2009). Caulerpa sp. merupakan rumput laut hijau yang tumbuh di laut dangkal dengan aliran air yang tenang. Caulerpa sp. memiliki spektrum kimia dan biologi yang cukup luas termasuk aktivitas antioksidan dalam menangkal radikal bebas (Sultana et al. 2011). Kebiasaan masyarakat Tual, pesisir Jawa, dan Sulawesi mengkonsumsi Caulerpa sp. dalam bentuk urap rumput laut segar, sedangkan masyarakat Bali mengolahnya menjadi urap melalui proses perebusan terlebih dahulu. Penelitian terdahulu mengenai aktivitas antioksidan Caulerpa lentillifera telah dilaporkan oleh Maulida (2007) dengan nilai IC50 sebesar 356,13 ppm (segar) dan 5090,39 ppm (kering), namun data mengenai aktivitas antioksidan Caulerpa sp. rebus belum dilaporkan. Proses perebusan yang terjadi dapat menginaktifkan enzim dan mikroba namun dikhawatirkan mengurangi aktivitas antioksidan yang ada dalam rumput laut hijau tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada Caulerpa sp. segar dan rebus.
Rumusan Masalah Informasi mengenai aktivitas antioksidan rumput laut Caulerpa sp. rebus belum dilaporkan. Pengujian lebih lanjut mengenai komposisi kimia yang ada dalam Caulerpa sp. khususnya aktivitas antioksidan perlu dilakukan, sehingga dapat menjadi acuan informasi yang berguna.
Tujuan Penelitian Menentukan suhu dan waktu perebusan terpilih, komposisi kimia, dan aktivitas antioksidan di dalam rumput laut Caulerpa sp. segar dan setelah proses perebusan.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai aktivitas antioksidan dari rumput laut Caulerpa sp. segar dan setelah proses perebusan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup penulisan usulan penelitian, penentuan metode uji, pengambilan sampel, preparasi sampel, uji organoleptik, analisis proksimat,
3
ekstraksi senyawa aktif, pengujian aktivitas antioksidan, pengolahan data, dan penulisan laporan.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan bulan April 2015. Sampel berasal dari Perairan Tual, Maluku Tenggara, pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 22 Desember 2014, 19 Januari 2015, dan 22 Maret 2015. Preparasi dan ekstraksi sampel dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nawa Agna, Cilendek Timur, Bogor. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, LPPM – Institut Pertanian Bogor, Jl. Taman Kencana No. 03 Bogor.
Bahan Bahan utama yang digunakan adalah rumput laut hijau Caulerpa sp.. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis adalah metanol p.a. (Merck), etanol p.a (Merck), n-heksana p.a (Merck), H2SO4, NaOH 40%, H3BO3, HCl, kristal DPPH (Aldrich), vitamin C (IPI), dan aquades.
Alat Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital (Quattro), botol vial, gelas ukur 100 mL (Pyrex), gelas piala 1 L (Herma), termometer, labu erlenmeyer 500 mL (Herma), desikator, tanur (Memmert), oven (Memmert), tabung soxhlet, selongsong lemak, labu Kjeldahl, corong, kertas saring, orbital shaker (WiseShake), rotary vacuum evaporator (Eyela), kompor listrik (Maspion), pipet mikro (Eppendorf), microplate, dan spektrofotometer Elisa Reader (Biotek).
Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi dua bagian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan suhu dan waktu perebusan. Penentuan suhu dan waktu perebusan dilakukan dengan merebus sampel Caulerpa sp. dalam suhu 90°C dan 95°C dengan waktu perebusan selama 1, 3, 5, dan 7 menit. Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia dan aktivitas antioksidan dari Caulerpa sp.
4
segar dan rebus. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1, dokumentasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Caulerpa sp.
Preparasi sampel
Perebusan suhu 90°C dan 95°C masingmasing selama 1, 3, 5, 7 menit Uji organoleptik
Analisis proksimat
Caulerpa sp. segar
Caulerpa sp. rebus terpilih
Analisis proksimat
Ekstraksi senyawa aktif (metanol) Ekstrak kasar Caulerpa sp.
Uji aktivitas antioksidan
Gambar 1 Diagram alir penelitian. Penelitian Pendahuluan Sampel Caulerpa sp. segar ditransportasikan dengan pesawat dari Tual sampai Jakarta, disimpan dalam plastik dan dimasukkan ke dalam toples plastik. Sampel ditransportasikan menggunakan mobil dari Jakarta sampai Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, kemudian sampel disimpan dalam suhu ruang tanpa tertutup dan terhindar dari air tawar. Caulerpa sp. segar berdasarkan pengalaman empiris memiliki daya awet selama satu minggu jika dibiarkan dalam suhu ruang tanpa tertutup dan tidak terkena air tawar. Pengamatan morfologi sampel dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri sampel Caulerpa sp.. Preparasi dan Perebusan Caulerpa sp. Caulerpa sp. dibersihkan dari kotoran yang masih menempel, kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot awal sampel. Air sebanyak 800 mL dituang ke dalam gelas piala 1 L kemudian dipanaskan menggunakan kompor listrik. Sampel sebanyak 200 gram dimasukkan ke dalam gelas piala tersebut setelah suhu perebusan mencapai suhu 90°C dan 95°C. Proses perebusan dilakukan selama 1, 3, 5, dan 7 menit, kemudian diuji organoleptik untuk menetapkan suhu dan waktu perebusan terpilih.
5
Penelitian Utama Sampel Caulerpa sp. segar dan rebus dengan suhu dan waktu perebusan terpilih dianalisis komposisi kimianya dengan analisis proksimat. Masing-masing sampel diekstrak untuk mendapatkan ekstrak kasar. Ekstraksi Senyawa Aktif Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi tunggal modifikasi Pramesti (2013) dengan menggunakan palarut metanol p.a. (polar) dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Sampel Caulerpa sp. segar dan rebus dipotong kecil dan dihaluskan dengan mortar, kemudian ditimbang masing-masing sebanyak 100 gram, lalu dimaserasi menggunakan pelarut metanol p.a. sebanyak 200 mL. Proses maserasi dilakukan selama 1×24 jam menggunakan orbital shaker 180 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan residu. Filtrat tersebut kemudian dievaporasi hingga pelarut terpisah dengan ekstrak menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40°C sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar tersebut diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH.
Prosedur Analisis Sampel Caulerpa sp. dibagi menjadi sampel segar dan sampel rebus. Sampel tersebut kemudian dianalisis proksimat sebanyak tiga kali ulangan. Analisis proksimat yang dilakukan adalah analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat (by difference). Ekstrak kasar hasil ekstraksi dianalisis aktivitas antioksidannya sebanyak tiga kali ulangan. Analisis aktivitas antioksidan Caulerpa sp. dilakukan menggunakan Metode DPPH. Uji Organoleptik Uji organoleptik merupakan salah satu cara untuk menilai mutu suatu bahan pangan dengan menggunakan indera dan kemampuan sensorik manusia (Abbas 2014). Pengujian organoleptik yang dilakukan menggunakan uji hedonik mengacu kepada Setyaningsih et al. (2010). Uji hedonik lebih spesifik untuk mengetahui respon kesukaan panelis terhadap parameter kenampakan, warna, aroma, rasa, dan tekstur. Caulerpa sp. direbus dengan suhu 90°C dan 95°C selama 1, 3, 5, dan 7 menit, kemudian diuji secara organoleptik oleh 30 orang panelis. Score sheet uji kesukaan panelis dan hasil uji organoleptik Caulerpa sp. rebus dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Analisis Kadar Air (AOAC 2005) Uji kadar air dilakukan dengan mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105°C selama 20 menit. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel seberat 5 gram dimasukkan ke dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 5 jam. Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang kembali. Kadar air ditentukan dengan persamaan: adar air ( )
1 2 1 0
100
6
Keterangan: B0 = Berat cawan kosong (gram) B1 = Berat cawan dengan sampel (gram) B2 = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram) Analisis Kadar Abu (AOAC 2005) Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam menggunakan suhu 105°C, kemudian disimpan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan hingga tidak berasap lagi. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600°C selama 6 jam dan ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan persamaan: adar a u ( )
2 0 1
100
Keterangan: B0 = Berat cawan kosong (gram) B1 = Berat sampel awal (gram) B2 = Berat cawan dengan sampel setelah ditanur (gram) Analisis Kadar Protein (AOAC 2005) Tujuan analisis protein, yaitu untuk mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) pada suatu bahan. Tahapan yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Destruksi Sampel sebanyak 0,4 gram dimasukkan ke dalam tabung Kjeldahl, kemudian ditambahkan 0,4 gram selenium dan 10 mL H2SO4 pekat. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat destruksi selama 1 jam pada suhu 400ºC. Proses destruksi dilakukan sampai larutan berwarna hijau jernih. Destilasi Larutan hasil destruksi dilarutkan dengan aquades dalam labu takar 10 mL lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 10 mL NaOH 40%. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam erlenmeyer 50 mL berisi larutan H3BO3 dan 2 tetes indikator (cairan methyl red dan bromo cresol green) yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh larutan berwarna hijau kebiruan. Titrasi Titrasi dilakukan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan dalam erlenmeyer berubah menjadi merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Kadar protein ditentukan dengan persamaan: rotein ( )
(mL
l sampel mL
l lanko) N mg sampel
l
14 007 6 25
100
Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005) Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut n-heksana, kemudian dipanaskan pada suhu 40°C
7
menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. N-heksana yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut menguap. Pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor pada saat destilasi. Pelarut tersebut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C, kemudian labu lemak disimpan dalam desikator sampai beratnya konstan. Kadar lemak ditentukan dengan persamaan: adar lemak ( )
3
2 1
100
Keterangan: W1 = Berat sampel (gram) W2 = Berat labu lemak kosong (gram) W3 = Berat labu lemak dengan sampel (gram) Analisis Karbohidrat (by difference) Tujuan analisis karbohidrat, yaitu untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu bahan. Kadar karbohidrat (by difference) dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus: Kadar karbohidrat = 100% - (A+B+C+D) Keterangan: A = Kadar air B = Kadar lemak C = Kadar protein D = Kadar abu Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Salazar-Aranda et al. 2011) Ekstrak Caulerpa sp. segar dan rebus dari hasil ekstraksi tunggal dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm. Vitamin C (asam askorbat) digunakan sebagai kontrol positif dan pembanding dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi 0,5; 1; 2,5; 5; 7,5; dan 10 ppm. Larutan DPPH yang digunakan dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut metanol 1 mM. Larutan DPPH dipindahkan ke dalam microplate sebanyak 50 μL menggunakan pipet mikro, kemudian ditam ahkan 150 μL sampel dan 150 μL kontrol standar. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan elisa reader pada panjang gelombang 517 nm. Aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel dinyatakan dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: nhi isi ( )
a sor ansi lanko a sor ansi sampel a sor ansi lanko
100
Nilai konsentrasi dan hambatan ekstrak diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linier. Persamaan garis yang diperoleh dalam bentuk y = b(x) + a digunakan untuk mencari nilai IC (inhibitor concentration), dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x sebagai IC50. Nilai IC50 menyatakan konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50%.
8
Analisis Data Rancangan percobaan yang dilakukan adalah uji rating hedonik dengan variasi suhu dan waktu perebusan Caulerpa sp. dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 = Proses peresbusan tidak memberikan pengaruh terhadap parameter organoleptik Caulerpa sp. rebus. H1 = Proses peresbusan memberikan pengaruh terhadap parameter organoleptik Caulerpa sp. rebus. Uji tersebut dilakukan untuk mendapatkan suhu dan waktu perebusan terpilih yang digunakan untuk proses analisis selanjutnya. Data organoleptik yang diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Exel 2007 dan XLStat Version 2014 kemudian dilakukan uji Kruskal Wallis (Lampiran 4) menggunakan rumus (Steel dan Torrie 1993) dan hipotesis sebagai berikut : H=
12
Ri
n n 1
ni
FK = H' =
– 3(n+1)
T n-1 n n 1
F
Keterangan : ni = Banyaknya pengamatan setiap perlakuan ke-i n = Banyaknya data Ri = Jumlah rata-rata tiap perlakuan ke-i T = Banyaknya pengamatan yang seri dalam tiap ulangan H = Kriteria yang akan diuji FK = Faktor terkoreksi ’ = H terkoreksi Apabila hasil uji Kruskal Wallis menunjukan pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji lanjut multiple comparison (uji Dunn) (Lampiran 5), dengan rumus sebagai berikut (Daniel 1990): [Ri-Rj] ≤ Z {1-α/k k-1)}√k N 1 /6 Keterangan : Ri = Rata-rata nilai ranking perlakuan ke-i Rj = Rata-rata nilai ranking perlakuan ke-j Z = Perlakuan N = Banyaknya data A = Selang kepercayaan Rancangan percobaan hasil analisis proksimat dan uji aktivitas antioksidan disajikan secara deskriptif dengan nilai standar deviasi untuk mengetahui pengaruh perebusan yang dilakukan terhadap sampel Caulerpa sp..
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Caulerpa sp. Sampel rumput laut Caulerpa sp. pada penelitian ini berasal dari Perairan Tual, Maluku Tenggara. Sampel ini memiliki warna hijau tua, thallus berukuran 2 mm, ramuli berbentuk bulatan-bulatan kecil yang rapat setiap percabangan sepanjang 1-5 cm. Sampel tersebut memiliki kemiripan ciri dengan sampel Atmadja (1996) Caulerpa lentillifera, memiliki ciri-ciri thallus membentuk akar berukuran ± 1-2 mm, ramuli membentuk bulatan-bulatan kecil merapat teratur menutupi setiap percabangan sepanjang ± 3-5 cm, dan berwarna hijau tua. Rumput laut ini tumbuh di perairan dangkal dengan akar menamcap pada substrat pasir atau menempel pada batu dengan kedalaman 1-3 meter. Sampel Caulerpa sp. dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Caulerpa sp.. Caulerpa sp. merupakan salah satu jenis rumput laut hijau yang cukup potensial untuk dibudidayakan karena telah dikenal dan digemari oleh sebagian masyarakat. Caulerpa sp. dikenal di Indonesia dengan sebutan Latoh (Jawa), Bulung Boni (Bali), dan Lawi-lawi (Sulawesi), sedangkan di Jepang Caulerpa sp. disebut Umi Budo. Caulerpa sp. memiliki rasa dan bentuk seperti telur ikan caviar, menyerupai buah anggur, sehingga dikenal dengan sebutan anggur laut (Kadi 2004).
Organoleptik Caulerpa sp. Rebus Caulerpa sp. oleh masyarakat pesisir umumnya dikonsumsi sebagai urap dalam kondisi mentah maupun direbus terlebih dahulu. Suhu dan waktu perebusan Caulerpa sp. yang baik secara organoleptik belum dilaporkan sehingga perlu dilakukan pengujian organoleptik dengan parameter kenampakan, warna, aroma, rasa, dan tekstur Caulerpa sp. dengan suhu dan waktu perebusan yang bervariasi. Suhu perebusan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90°C dan 95ºC dengan waktu perebusan masing-masing selama 1, 3, 5, dan 7 menit. Nilai ratarata organoleptik Caulerpa sp. rebus dapat dilihat pada Tabel 1.
10
Tabel 1 Nilai rata-rata organoleptik Caulerpa sp. rebus Perlakuan (suhu dan waktu) Parameter A901 A903 A905 A907 A951 A953 Kenampakan 3,57a 4,63cd 6,23f 4,73dc 4,07ab 5,47ed Warna 3,67a 5,03cd 6,47e 5,53dc 3,57ac 5,23cd Aroma 3,67a 4,97cd 5,27d 4,37cc 3,93ab 5,07cd Rasa 3,53a 4,23bd 5,37d 4,17bc 3,93ab 5,23dc Tekstur 3,47a 4,93cd 6,17d 4,53bc 4,53bc 5,47dc
A955 4,87d 4,87bc 4,83cc 4,67cc 4,97cc
A957 4,13bc 4,47bc 4,03ab 3,93ab 4,27bc
Keterangan: A901 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C selama 1 menit A903 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C selama 3 menit A905 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C selama 5 menit A907 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C selama 7 menit A951 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C selama 1 menit A953 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C selama 3 menit A955 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C selama 5 menit A957 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C selama 7 menit Angka-angka pada tabel yang diikuti huruf berbeda (a, b, c, d, e, f) menunjukkan berbeda nyata (p < 0,05)
Hasil uji organoleptik pada Tabel 1 menunjukkan perlakuan suhu dan waktu perebusan Caulerpa sp. memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kesukaan panelis pada setiap parameter organoleptik. Parameter kenampakan Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan A901 memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis terendah. Perlakuan A901 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A951, namun berbeda nyata dengan enam perlakuan lainnya. Perlakuan A957 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A951 dan A903, namun berbeda nyata dengan lima perlakuan lainnya. Perlakuan A907 dan A955 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A903, namun berbeda nyata dengan lima perlakuan lainnya. Perlakuan A951 berbeda nyata dengan tujuh perlakuan lainnya. Caulerpa sp. rebus A905 memiliki kenampakan yang baik (agak disukai oleh penelis) dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan tersebut merupakan perlakuan yang berbeda nyata dengan tujuh perlakuan lainnya. Suhu dan waktu perebusan pada perlakuan tersebut tidak merusak thallus dan ramuli Caulerpa sp. sehingga masih berbentuk bulatan-bulatan kecil (Lampiran 6). Wicaksono dan Zubaidah (2015) menyatakan bahwa perebusan selama tiga sampai sepuluh menit tidak merusak thallus rumput laut yang akan diolah menjadi bahan pangan. Parameter warna Caulerpa sp. rebus memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis terendah pada perlakuan A951, perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan A901, namun berbeda nyata dengan enam perlakuan lainnya. Perlakuan A955 memiliki warna yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A957, A903, dan A953, namun berbeda nyata dengan empat perlakuan lainnya. Perlakuan A907 memiliki warna yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A953, namun berbeda nyata dengan enam perlakuan lainnya. Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan A905 memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis tertinggi, dan berbeda nyata dengan tujuh perlakuan lainnya. Warna Caulerpa sp. rebus dengan suhu perebusan 90°C selama lima menit memiliki warna hijau tua yang masih agak disukai oleh panelis (Lampiran 6). Kasim (2013) menyatakan bahwa perebusan rumput laut yang dilakukan selama kurang dari sepuluh menit tidak menyebabkan perubahan warna yang nyata terhadap rumput laut tersebut.
11
Parameter aroma Caulerpa sp. rebus memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis terendah pada perlakuan A901. Perlakuan tersebut tidak memiliki aroma yang berbeda nyata dengan perlakuan A951 dan A957, namun berbeda nyata dengan lima perlakuan lainnya. Perlakuan A955 memiliki aroma yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A953, A907, dan A903, namun berbeda nyata dengan empat perlakuan lainnya. Perlakuan A905 memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis tertinggi. Perlakuan tersebut memiliki aroma yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A903 dan A953, namun berbeda nyata dengan lima perlakuan lainnya. Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan A905 memiliki bau spesifik rumput laut dengan aroma sedikit amis. Semua perlakuan perebusan Caulerpa sp. yang dilakukan berdasarkan parameter aroma telah sesuai dengan pustaka. Rumput laut yang direbus akan memiliki aroma dan rasa yang mirip dengan rumput laut segar (Kibbe 2000). Parameter rasa Caulerpa sp. rebus memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis terendah pada perlakuan A901. Perlakuan tersebut memiliki rasa yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A951 dan A957, namun berbeda nyata dengan lima perlakuan lainnya. Perlakuan A951 dan A957 memiliki rasa yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A901, A903, dan A907, namun berbeda nyata dengan tiga perlakuan lainnya. Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan A955 memiliki rasa yang berbeda nyata dengan tujuh perlakuan lainnya. Perlakuan A905 memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis tertinggi. Perlakuan tersebut memiliki rasa yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A953, namun berbeda nyata dengan enam perlakuan lainnya. Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan tersebut memiliki rasa asin seperti air laut. Parameter tekstur Caulerpa sp. rebus memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis terendah pada perlakuan A901. Perlakuan tersebut berbeda nyata dengan tujuh perlakuan lainnya. Perlakuan A907 memiliki tekstur yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A903, A955, A951, dan A957, namun berbeda nyata dengan tiga perlakuan lainnya. Perlakuan A905 memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis tertinggi. Perlakuan tersebut memiliki tekstur yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A953, namun berbeda nyata dengan enam perlakuan lainnya. Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan A905 memiliki tekstur yang kenyal dan tidak lembek yang masih agak disukai oleh panelis. Suter et al. (2011) menyatakan bahwa perebusan yang dilakukan pada rumput laut selama lima menit tidak mengakibatkan perubahan pada tekstur rumput laut rebus tersebut. Caulerpa sp. rebus dengan perlakuan A905 pada parameter kenampakan dan warna berbeda nyata dengan tujuh perlakuan lainnya, namun pada parameter aroma tidak berbeda nyata dengan perlakuan A903 dan A953, parameter rasa dan tekstur tidak berbeda nyata dengan perlakuan A953. Perlakuan A905 memiliki nilai rata-rata uji organoleptik tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, dan merupakan perlakuan yang agak disukai oleh panelis sehingga dijadikan sebagai suhu dan waktu terpilih untuk menganalisis Caulerpa sp. rebus.
12
Komposisi Kimia Caulerpa sp. Segar dan Rebus Komposisi kimia suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan analisis proksimat. Hasil analisis proksimat Caulerpa sp. segar dan rebus (basis basah) dapat dilihat pada Tabel 2, dan hasil perhitungan analisis proksimat Caulerpa sp. segar dan rebus dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Tabel 2 Komposisi kimia Caulerpa sp. segar dan rebus (basis basah) Komposisi Kimia (%) Caulerpa sp. Segar Caulerpa sp. Rebus Air 76,47±0,09 79,43±0,19 Abu 1,33±0,12 1,03±0,06 Protein 3,58±0,14 3,37±0,1 Lemak 0,35±0,04 0,4±0,03 Karbohidrat (by difference) 18,27±0,08 15,76±0,19 Caulerpa sp. segar memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu 76,47±0,09% dan menjadi 79,43±0,19% setelah dilakukan perebusan. Hasil tersebut lebih rendah jika dibandingkan penelitian Nguyen et al. (2011) dengan komposisi kadar air Caulerpa lentillifera yang berasal dari perairan Taiwan sebesar 94,28±0,24% (basis basah), dan kadar air basis basah Caulerpa racemosa dari perairan Jepara se esar 92 37 Ma’ruf et al. 2013). Perbedaan persentase kadar air yang dihasilkan dapat disebabkan karena adanya proses transportasi pada sampel. Transportasi dapat menyebabkan pecahnya ramuli-ramuli Caulerpa sp. yang berisi air dan dapat memicu proses respirasi dan transpirasi sehingga mempercepat penguapan air pada sampel yang menyebabkan rendahnya kadar air Caulerpa sp. (Widjanarko 2012). Perubahan persentase kadar air Caulerpa sp. rebus dapat disebabkan karena terserapnya air perebusan oleh matrik jaringan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Aisyah et al. (2014) bahwa perebusan dan pengukusan dapat menyebabkan matrik jaringan sayuran cenderung menyerap air sehingga kandungan airnya relatif lebih tinggi daripada sayuran segar. Usmiati dan Nurdjannah (2007) menyatakan, kadar air suatu bahan berhubungan dengan daya simpan bahan, karena air yang terkandung dalam bahan dapat menjadi media tumbuh bagi mikroba yang menyebabkan kerusakan. Hasil penelitian menunjukkan Caulerpa sp. segar memiliki persentase kadar abu sebesar 1,33±0,12% dan 1,03±0,06% setelah proses perebusan. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Nguyen et al. (2011) dengan kadar abu basis basah sebesar 1,27±0,02%. Proses perebusan yang dilakukan menyebabkan perubahan persentase kadar abu sampel Caulerpa sp. sebesar 0,3%. Sipayung et al. (2015) menyatakan bahwa komponen abu suatu bahan mudah mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu yang tinggi, sehingga proses perebusan yang dilakukan dapat menurunkan persentase kadar abu yang dihasilkan. Purwaningsih (2012) menjelaskan bahwa kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat dalam bahan pangan. Kadar abu dapat dijadikan sebagai petunjuk akan keberadaan mineral suatu bahan. Bahan makanan sendiri terdiri atas 96% zat organik dan air, sedangkan sisanya terdiri atas unsur mineral atau zat anorganik (Winarno 2008). Kadar protein Caulerpa sp. segar sebesar 3,58±0,14% dan 3,37±0,1% setelah proses perebusan. Proses perebusan ini tidak menyebabkan perubahan kadar protein Caulerpa sp. karena perebusan yang dilakukan hanya lima menit.
13
Susilawati (2007) menyatakan bahwa perubahan kadar protein suatu bahan pangan yang dipanaskan dipengaruhi oleh lama pemanasan bahan pangan tersebut. Bahan pangan yang diolahan dengan menggunakan panas dalam waktu lebih dari 15 menit dapat menyebabkan perubahan kadar protein dan lemaknya. Kadar protein Caulerpa sp. segar yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan penelitian Kumar et al. (2011) dengan kadar protein Caulerpa racemosa basis basah sebesar 7,77±0,59%. Ratana dan Chirapart (2006) menyatakan bahwa kandungan protein yang berbeda dalam rumput laut disebabkan oleh perbedaan spesies, musim, dan kondisi geografis, serta kandungan asam amino didalamnya. Megayana et al. (2012) menyatakan bahwa kondisi nutrisi yang terkandung di habitat memberikan pengaruh terhadap komposisi kimia pada organisme yang hidup di wilayah tersebut. Caulerpa sp. segar mengandung kadar lemak yang rendah, yaitu sebesar 0,35±0,04% dan 0,4±0,03% setelah proses perebusan. Proses perebusan yang dilakukan tidak menyebabkan perubahan persentase kadar lemak Caulerpa sp. karena perebusan hanya dilakukan selama lima menit. Indriastuti et al. (2012) menyatakan bahwa komposisi kimia suatu bahan pangan yang diproses dengan metode pemanasan dan pemasakan pada suhu tertentu akan menyebabkan perubahan kandungan protein dan lemak, namun tetap pada komposisi kimia yang proporsional dimana nilai kandungan lemak lebih tinggi akan direfleksikan dengan kandungan protein yang lebih rendah begitu pula sebaliknya. Persentase kadar lemak Caulerpa sp. segar tidak berbeda dengan hasil penelitian Matanjun et al. (2009) yaitu Caulerpa lentillifera dari perairan Semporna, Malaysia sebesar 1,01±0,05% (basis basah). Kadar lemak yang rendah dapat disebabkan oleh kandungan kadar air yang cukup tinggi sehingga kadar lemak secara proporsional menurun. Kadar air umumnya berbanding terbalik dengan kadar lemak. Hubungan tersebut mengakibatkan semakin rendahnya kadar lemak jika kadar air yang terkandung dalam bahan memiliki jumlah yang tinggi (Yunizal et al. 1998). Kadar karbohidrat (by difference) Caulerpa sp. segar sebesar 18,27±0,08% dan mengalami penurunan menjadi 15,76±0,19% setelah proses perebusan. Hasil perhitungan karbohidrat dengan metode by difference ini merupakan metode penentuan kadar karbohidrat dalam bahan secara kasar, serat kasar juga dihitung sebagai karbohidrat (Winarno 2008). Hasil karbohidrat tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Matanjun et al. (2009), yaitu sebesar 38,66±0,96% (basis basah). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi hampir seluruh penduduk dunia dan sumber kalori yang murah dibandingkan dengan protein dan lemak, serta berperan dalam metabolisme tumbuhan dan hewan (Ketaren 1986).
Ekstrak dan Aktivitas Antioksidan Caulerpa sp. Hasil ekstraksi tunggal dengan pelarut metanol p.a. berbentuk pasta dengan sedikit cairan. Caulerpa sp. segar memiliki rendemen sebesar 8,88% dan Caulerpa sp. rebus memiliki rendemen sebesar 6,44%. Nugroho (2012) menyatakan bahwa perbedaan rendemen ekstrak sampel segar dan sampel rebus disebabkan karena hilangnya senyawa-senyawa aktif pada saat proses perebusan.
14
Tingginya rendemen yang dihasilkan diduga karena masih adanya air dalam hasil ekstrasi tunggal. Perhitungan rendemen ekstrak Caulerpa sp. segar dan rebus dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Hasil rendemen tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Maulida (2007) bahwa Caulerpa lentillifera segar dari Teluk Betung, Lampung yang diekstrak dengan pelarut metanol memiliki rendemen sebesar 3,06%. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan karena peredaan metode ekstraksi yang digunakan, yaitu ekstraksi bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Kumar et al. (2012) menyatakan, rendemen ekstrak yang dihasilkan suatu bahan dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan, pelarut, dan umur panen. Selain perbedaan metode ekstraksi, perbedaan habitat sampel Caulerpa sp. yang digunakan juga mempengaruhi kandungan senyawa aktif dari suatu bahan. Sudhakar et al. (2013) menyatakan kandungan senyawa aktif yang berbeda dalam rumput laut disebabkan oleh perbedaan spesies, umur panen, musim, dan kondisi geografis dari rumput laut tersebut. Radikal bebas DPPH bersifat peka terhadap cahaya, oksigen dan pH, tetapi bersifat stabil dalam bentuk radikal sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran antioksidan (Molyneux 2004). DPPH dapat menangkap atom hidrogen dari komponen aktif ekstrak yang dicampurkan kemudian bereaksi menjadi bentuk tereduksinya yaitu yang terlihat pada Gambar 3.
DPPH bentuk radikal
DPPH bentuk tereduksi
Gambar 3 Struktur DPPH bentuk radikal dan tereduksi. sumber: Molyneux 2004
Berdasarkan reaksi pada Gambar 3, senyawa antioksidan (AH) melepas atom hidrogen menjadi radikal senyawa antioksidan (A*). DPPH merupakan radikal bebas yang direaksikan dengan senyawa antioksidan dan menjadi DPPH bentuk tereduksi. Mekanisme penangkapan radikal DPPH, yaitu melalui donor atom H dari senyawa antioksidan yang menyebabkan peredaman warna radikal pikrilhidrazil yang berwarna ungu menjadi pikrilhidrazil berwarna kuning yang nonradikal (Molyneux 2004). Hasil perubahan warna pengujian DPPH dari ungu menjadi kuning pucat dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Hasil perubahan warna pengujian DPPH (kanan-kiri: blanko, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, Vit C).
15
Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa antioksidan alami yang digunakan sebagai kontrol positif dan pembanding. Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak Caulerpa sp. (segar dan rebus) dan vitamin C disajikan pada Tabel 3 dan grafik persamaan garis linier dapat dilihat pada Lampiran 11, Lampiran 12, dan Lampiran 13. Tabel 3 Aktivitas antioksidan ekstrak Caulerpa sp. dan vitamin C Ekstrak Nilai IC50 (ppm) Caulerpa sp. segar Caulerpa sp. rebus Vitamin C(a) Caulerpa lentillifera(b)
452,37±8,29 484,59±5,69 3,71±0,27 356,12
(a) Kontrol positif; (b) Maulida (2007)
Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan Caulerpa sp. segar memiliki nilai IC50 sebesar 452,37±8,29 ppm dan setelah proses perebusan menjadi 484,59±5,69 ppm. Proses perebusan yang dilakukan mengakibatkan menurunnya aktivitas antioksidan dari Caulerpa sp. tersebut. Penurunan aktivitas antioksidan Caulerpa sp. rebus dapat terlihat dengan adanya kenaikan nilai IC50 setelah proses perebusan sebesar 32,22 ppm. Penurunan aktivitas antioksidan ini diakibatkan karena adanya proses pemanasan dengan suhu 90°C. Farasat et al. (2014) menjelaskan bahwa proses pemanasan dapat menyebabkan hilangnya sebagian senyawa bioaktif dan kerusakan struktur senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan, sehingga menyebabkan bahan tersebut kehilangan kemampuannya sebagai antioksidan. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak kasar Caulerpa sp. segar dan rebus tidak dilakukan identifikasi, sehingga tidak diketahui senyawa bioaktif apa saja yang terdapat pada masing-masing ekstrak. Maulida (2007) menjelaskan bahwa Caulerpa lentillifera yang diekstrak dengan metanol memiliki kandungan fenol yang kecil namun cukup aktif dalam menghambat radikal bebas DPPH. Santoso et al. (2002) menjelaskan bahwa ekstrak rumput laut Caulerpa sertularoides memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan mengandung galokatekin, epikatekin, dan katekin yang merupakan senyawasenyawa turunan fenol. Komponen aktif ini diduga memiliki efek sinergi yang berperan sebagai antioksidan. Tawoha dan Balitteri (2013) menyatakan bahwa katekin merupakan senyawa metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh Caulerpa racemosa, berperan sebagai antioksidan karena memiliki dua gugus fenol (cincin A dan B) dan satu gugus hidroksil (cincin C). Tamat et al. (2007) menyatakan bahwa senyawa fenol dengan gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik merupakan senyawa yang efektif sebagai antioksidan karena senyawa tersebut mampu meredam radikal bebas dengan cara memberikan atom hidrogen (donor elektron) dari gugus hidroksil kepada radikal bebas, namun rentan terhadap perubahan suhu. Pelealu et al. (2011) menjelaskan bahwa kelompok senyawa fenol dalam suatu bahan apabila menerima energi yang besar dapat mengakibatkan perubahan elektron dari keadaan dasar menjadi tereksitasi sehingga pada saat elektron akan melepaskan panas atau energi untuk kembali pada keadaan dasar mengalami tekanan dengan adanya panas yang diberikan pada
16
saat inkubasi, sehingga menyebabkan rusaknya kelompok senyawa fenol dalam bahan tersebut yang berperan sebagai donor elektron. Salazar-Aranda et al. (2011) menjelaskan bahwa kemampuan suatu bahan dalam menghambat radikal bebas yang berhubungan dengan konsentrasi bahan yang diuji disebut persen inhibisi. IC50 merupakan parameter yang sering digunakan dalam menyatakan hasil dari pengujian DPPH. Nilai IC50 dapat didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas sebanyak 50%. Molyneux (2004) menjelaskan bahwa ekstrak kasar suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/mL atau 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/mL atau 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50 antara 0,10-0,15 mg/mL atau 100-150 ppm, lemah apabila memiliki nilai IC50 antara 0,15-0,20 mg/mL atau 150-200 ppm, dan sangat lemah apabila memiliki nilai IC50 lebih dari 0,20 mg/mL atau 200 ppm. Suratmo (2009) menyatakan bahwa jika nilai IC50 suatu zat semakin kecil menandakan bahwa sampel yang digunakan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan penggunaan ekstrak dalam menghambat 50% aktivitas radikal bebas semakin sedikit. Nilai IC50 Caulerpa sp. segar dan rebus masing-masing sebesar 452,37±8,29 ppm dan 484,59±5,69 ppm, berdasarkan nilai tersebut aktivitas antioksidan Caulerpa sp. segar dan rebus termasuk ke dalam kategori antioksidan sangat lemah karena memiliki nilai IC50 lebih dari 200 ppm. Vitamin C sebagai kontrol positif dan standar yang digunakan termasuk antioksidan dengan kategori sangat kuat karena memiliki nilai IC50 kurang dari 50 ppm, yaitu 3,71 ppm. Aktivitas antioksidan Caulerpa sp. segar yang dihasilkan lebih kuat bila dibandingkan dengan penelitian Nurjanah et al. (2012) yang menyatakan bahwa IC50 pada semanggi air segar sebesar 634,73 ppm, dan penelitian Aryudhani (2007) yang menyatakan bahwa IC50 pada Caulerpa racemosa segar sebesar 41625,76 ppm. Aktivitas antioksidan Caulerpa sp. rebus yang dihasilkan lebih kuat bila dibandingkan dengan penelitian Nurjanah et al. (2014) yang menyatakan bahwa IC50 genjer rebus selama tiga menit dan lima menit masingmasing sebesar 1350 ppm dan 3409 ppm. Faktor yang mempengaruhi beda hasil tersebut dapat disebabkan perbedaan jenis tanaman dan perbedaan metode ekstraksi yang digunakan. Chew et al. (2011) menyatakan bahwa nilai IC50 suatu bahan alami berhubungan erat dengan senyawa bioaktif yang dikandungnya, sehingga pemilihan metode ekstraksi yang digunakan sangat mempengaruhi nilai IC50 yang dihasilkan. Aktivitas antioksidan pada Caulerpa sp. segar dan rebus belum tergali secara umum, karena pada penelitian ini hanya menggunakan metode uji antioksidan DPPH. Molyneux (2004) menjelaskan, prinsip dasar metode ini adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari zat antioksidan dengan reaksi seperti pada Gambar 3. Mekanisme penangkapan hidrogen ini yang diduga menyebabkan aktivitas antioksidan Caulerpa sp. segar dan rebus termasuk kategori sangat lemah. Lemahnya aktivitas ini dapat disebabkan pula karena ekstrak Caulerpa sp. masih berupa ekstrak kasar, sehingga perlu dilakukan pemurnian terhadap ekstrak kasar tersebut. Pemurnian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas antioksidan pada ekstrak Caulerpa sp. ketika dilakukan pengujian aktivitas antioksidan.
17
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sampel Caulerpa sp. yang berasal dari perairan Tual, Maluku Tenggara memiliki warna hijau tua, thallus berukuran 2 mm, ramuli berbentuk bulatanbulatan kecil yang rapat setiap percabangan sepanjang 1-5 cm. Perlakuan terpilih perebusan Caulerpa sp. berdasarkan uji organoleptik yaitu dengan suhu 90°C selama lima menit. Caulerpa sp. dalam bentuk segar mengandung kadar air 76,47±0,09%, kadar abu 1,33±0,12%, kadar protein 3,58±0,14%, kadar lemak 0,35±0,04%, dan karbohidrat (by difference) sebesar 18,27±0,08%. Caulerpa sp. dalam bentuk rebus mengandung kadar air 79,43±0,19%, kadar abu 1,03±0,06%, kadar protein 3,37±0,1%, kadar lemak 0,4±0,03%, dan karbohidrat (by difference) sebesar 15,76±0,18%. Aktivitas antioksidan ekstrak kasar Caulerpa sp. segar (452,37±8,29 ppm) dan rebus (484,59±5,69 ppm) tergolong sangat lemah berdasarkan metode pengujian DPPH. Perebusan pada suhu 90°C selama lima menit menyebabkan turunnya aktivitas antioksidan Caulerpa sp. sebesar 32,22 ppm. Rumput laut Caulerpa sp. dapat dikonsumsi sebagai makanan tambahan yang mengandung aktivitas antioksidan, dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan baku alternatif antioksidan alami.
Saran Perlu dilakukan metode pengujian aktivitas antioksidan lainnya yakni metode ABTS, FRAP, TRAP, dan CUPRAC. Perlu dilakukan pengujian fitokimia dan purifikasi untuk mendapatkan senyawa bioaktif dalam Caulerpa sp. yang berperan sebagai antioksidan. Perlu dilakukan pula penelitian lanjutan dengan rumput laut yang berbeda spesies, habitat dan waktu pengambilan, terutama untuk rumput laut yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia.
18
DAFTAR PUSTAKA Abbas NF. 2014. Analisis sensorik daging landak jawa (Hystrix javanica). [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Aisyah Y, Rasdiansyah, Muhaimin. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap aktivitas antioksidan pada beberapa jenis sayuran. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia 6(2): 1-6. [AOAC] Association of Official Analitycal Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US): Association of Official Analytical Chemist, Inc. Aryudhani N. 2007. Kandungan senyawa fenol rumput laut Caulerpa racemosa dan aktivitas antioksidannya. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta (ID): Puslitbang Oseanologi-LIPI. [BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-0222-95 Bahan Tambahan Makanan. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional. Burtin P. 2003. Nutritional value of seaweeds. Electron Journal of Environmental Agriculture and Food Chemistry 2(1): 498-503. Chew KK, Ng SY, Thoo YY, Khoo MZ, Wan Aida WM, Ho CW. 2011. Effect of ethanol concentration, extraction time and extraction temperature on the recovery of phenolic compounds andantioxidant capacity of Centella asiatica extracts. International Food Research Journal 18: 566-573. Daniel W. 1990. Applied Nonparametric Statistics, 2nd edition. Boston (US): PWS Kent. Deepa N, Kaur C, George B, Singh B, Kapoor HC. 2007. Antioxidant constituents in some sweet pepper (Capsicum annuum L.) genotypes during maturity. LWT - Food Science and Technology 40(1): 121-129. Farasat M, Khavari-Nejad RA, Nabavi SMB, Namjooyan F. 2014. Antioxidant activity, total phenolics and flavonoid contents of some edible green seaweeds from northern coasts of the persian gulf. Iranian Journal of Pharmaceutical Research 13(1): 163-170. Fennema OR. 1996. Food Chemistry, Third Edition. New York (US): Marcel Dekker. Indriastuti ATD, Setiyono, Erwanto Y. 2012. Pengaruh jus daun sirih sebagai bahan pracuring dan lama penyimpanan terhadap komposisi kimia dan angka peroksida dendeng ayam petelur. Agrinimal 2(1): 1-5. Jebakumar AZ, Hassan SN, Siju KG, Manoj G. 2012. Natural anti-oxidants and in-vitro metohds for anti-oxidant activity. International Journal of Pharmacology Research 2(1): 46-55.
19
Kadi A. 2004. Potensi rumput laut dibeberapa perairan pantai Indonesia. Oseana 29(4): 25-36. Kasim S. 2013. Pengaruh konsentrasi natrium hidroksida terhadap rendemen karaginan yang diperoleh dari rumput laut jenis Eucheuma spinosum asal kota bau-bau. Jurnal Farmasi dan Farmakologi 17(1): 1-8. Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Press. Kibbe HA. 2000. Hanbook of Pharmaceutical Excipients 3rd edition. Washington (US): American Pharmaceutical Association. Kumar A, Kumari SN, Bhargavan D. 2012. Evaluation of in vitro antioxidant potential of ethanolic extract from the leaves of Achyranthes aspera. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 5(3): 146-148 Kumar M, Vishal G, Puja K, Reddy CRK, Jha B. 2011. Assessment of nutrient composition and antioxidant potential of Caulerpaceae seaweeds. Journal of Food Composition and Analysis 24(1): 270-278. Ma’ruf F Ratna Eko ND Eko S Ulfah A. 2013. rofil rumput laut Caulerpa racemosa dan Gracilaria verrucosa sebagai edible food. Jurnal Saintek Perikanan 9(1): 68-74. Marcia PP, Fontoura SG, Mathias AL. 2004. Chemical composition of Ulvaria oxysperma (Kützing), Ulva lactuca (Linnaeus) and Ulva fascita (Delile). Brazilian Archives of Biology and Technology 47(1): 49-55. Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Muhammad K. 2009. Nutrient content of tropical edible seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera, and Sargassum polycystum. Journal of Applied Phycology 21(1): 75–80. Maulida R. 2007. Aktivitas antioksidan rumput laut Caulerpa lentillifera. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Megayana Y, Subekti S, Alamsjah MA. 2012. Studi kandungan alginate dan klorofil rumput laut Sargassum sp. pada umur panen yang berbeda. Journal of Aquaculture and Fish Health 1(1): 120-127. Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal Science of Technology 26(2): 211-219. Nguyen VT. Ueng J, Tsai G. 2011. Proximate composition, total phenolic content, and antioxidant activity of seagrape (Caulerpa lentillifera). Journal of Food Science 76(7): 950-958. Nugroho M. 2012. Pengaruh suhu dan lama ekstraksi secara pengukusan terhadap rendemen dan kadar albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal Teknologi Pangan 3(1): 64-75. Nurjanah, Azka A, Abdullah A. 2012. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif semanggi air (Marsilea crenata). Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan 1(3): 152-158.
20
Nurjanah, Jacoeb AM, Hidayat T, Shylina A. 2015. Bioactive compounds and antioxidant activity of lindur stem bark (Bruguiera gymnorrhiza). International Journal of Plant Science and Ecology 1(5):182-189. Nurjanah, Jacoeb AM, Nugraha R, Permatasari M, Sejati TKA. 2014. Perubahan komposisi kimia, aktivitas antioksidan, vitamin c dan mineral tanaman genjer (Limnocharis flava) akibat pengukusan. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan 3(3): 185-195. Pelealu K, Pontoh J, Suryanto E. 2011. Pengaruh pemanasan terhadap aktivitas antioksidan dalam pembuatan gula aren. Chemistry Progress 4(2): 60-65. Pramesti R. 2013. Aktivias antioksidan ekstrak rumput laut Caulerpa serrulata dengan metode DPPH (1,1 definil 2 pikrilhidrazil). Buletin Oseanografi Marina 2(2): 7-15. Purwaningsih S. 2012. Aktivitas antioksidan dan komposisi kimia keong matah merah (Cerithidea obtusa). Jurnal Ilmu Kelautan 17(1):39-48. Ratana P, Chirapart A. 2006. Nutritional evaluation of tropical green seaweeds Caulerpa lentillifera and Ulva reticulata. Kasetsart Journal (National Science) 40(1): 75-83. Salazar-Aranda R, Perez-Lopes LA, Lopez-Arroyo J, Alanis-Garza BA, Waksman de Torres N. 2011. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast of Mexico. Evidence-Based Complementary and Altenative Medicine 1(1): 1-6. Santoso J, Anwariyah S, Rumiantin RO, Putri AP, Ukhty N, Yoshie Y. 2012 Phenol content, antioxidant activity and fibers profile of four tropical seagrasses from Indonesia. Journal of Coastal Development 15(2): 189-196. Santoso J, Yoshie Y, Suzuki T. 2002. The distribution and profile of nutrients and catechins of some Indonesian seaweeds. Fisheries Science 68(2): 1647-1648. Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press. Sipayung MY, Suparmi, Dahlia. 2015. Pengaruh suhu pengukusan terhadap sifat fisika kimia tepung ikan rucah. Jurnal Pengolahan Unri 2(1): 1-13. Steel RG, Torie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Pendekatan Biometrik. Diterjemahkan oleh: Sumantri B. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Sudhakar MP, Ananthalakshmi JS, Nair BB. 2013. Extraction, purification and study on antioxidant properties of fucoxanthin from brown seaweeds. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 5(7): 169-175. Sudirman S, Nurjanah, Jacoeb AM. 2014. Proximate compositions, bioactive compounds and antioxidant activity from large-leafed mangrove (Bruguiera gymnorrhiza) fruit. International Food Research Journal 21(6): 2387-2391.
21
Sultana V, Baloch GN, Ambreen AJ, Tariq MR, Ehteshamul-Haque S. 2011. Comparative efficacy of a red alga Solieria robusta, chemical fertilizers and ZZ pesticides in managing the root diseases and growth of soybean. Pakistan Journal of Botany 43(1): 1-6. Suratmo. 2009. Potensi ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai antioksidan. Jurnal Penelitian 205(1):1-5. Susilawati I. 2007. Kajian metode pengasapan dalam pengolahan dendeng batokok produk khas sumatera barat. [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Teknologi Pasca Panen, Institut Pertanian Bogor. Suter IK, Wijaya IMAS, Yusa NM. 2011. Formulasi ledok instan yang ditambahkan ikan tongkol dan rumput laut. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 22(2): 190-196. Tamat SR, Wikanta T, Maulina LS. 2007. Aktivitas antioksidan dan toksisitas senyawa bioaktif dari ekstrak rumput laut hijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 5(1): 31-36. Tawoha J, Balitteri. 2013. Kandungan senyawa kimia pada Caulerpa racemosa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 19(3): 21-14. Udayaprakash NK, Ranjithkumar M, Deepa S, Sripriya N, Al-Arfaj AA, Bhuvaneswari S. 2015. Antioxidant, free radical scavenging and GC-MS composition of Cinnamomum iners. Industrial Crops and Products 69(3): 175-178. Usmiati S, Nurdjannah N. 2007. Pengaruh lama perendaman dan cara pengeringan terhadap mutu lada putih. Jurnal Pertanian Indonesia 16(3): 91-98. Wicaksono GS, Zubaidah E. 2015. Pengaruh karagenan dan lama perebusan daun sirsak terhadap mutu dan karakteristik jelly drink daun sirsak. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(1): 281-291. Widjanarko SB. 2012. Fisiologi dan Teknologi Pascapanen. Malang (ID): UB Press. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Press. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius. Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998. Prosedur Analisis Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
22
23
LAMPIRAN
24
25
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian
Caulerpa sp. segar
Caulerpa sp. rebus
Preparasi sampel
Preparasi sampel
Perebusan 90°C (5 menit)
Penyaringan
Uji antioksidan
DPPH
26
Metanol p.a.
Orbital shaker
Timbangan digital
Rotary Vacuum Eevaporator
Elisa Reader
Desikator
Oven
Tanur
27
Lampiran 2 Score sheet uji kesukaan panelis Caulerpa sp. rebus Nama Panelis : ........................................................... Tanggal Pengujian : ........................................................... Anda diminta untuk memberikan penilaian terhadap sampel rumput laut Caulerpa sp. rebus yang sesuai dengan penilaian anda. Sampel Penilaian A901 A903 A905 A907 A951 A953 A955 A957 Kenampakan Warna Aroma Rasa Tekstur Keterangan : 9 = Amat sangat suka 8 = Sangat suka 7 = Suka 6 = Agak suka 5 = Netral 4 = Agak tidak suka 3 = Tidak suka 2 = Sangat tidak suka 1 = Amat sangat tidak suka
28
Lampiran 3 Data uji organoleptik Caulerpa sp. rebus Parameter kenampakan Caulerpa sp. rebus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
A901 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 107 3,566
A903 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 6 4 4 4 6 5 4 5 5 5 5 6 4 4 139 4,633
A905 6 6 5 5 6 7 6 7 7 7 6 6 6 6 5 6 7 6 5 6 7 7 6 7 7 7 6 7 6 6 187 6,233
A907 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 6 5 4 5 6 6 5 6 5 4 142 4,733
A951 5 5 4 3 3 4 4 4 5 3 5 4 3 4 3 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 122 4,066
A953 5 6 5 5 5 6 6 6 6 5 6 5 5 6 5 7 5 5 5 5 6 5 6 5 6 5 6 5 6 5 164 5,466
A955 4 4 5 5 5 6 5 6 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 6 5 5 5 6 5 146 4,866
A957 4 4 4 3 5 4 3 5 5 4 5 4 4 3 5 3 5 5 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 4 124 4,133
29
Parameter warna Caulerpa sp. rebus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
A901 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 110 3,666
A903 5 5 5 5 5 6 5 5 6 5 6 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 6 151 5,033
A905 7 7 6 6 6 6 7 7 7 6 7 7 6 6 7 7 7 5 6 6 6 7 6 6 7 7 7 5 7 7 194 6,466
A907 5 6 6 6 6 6 5 6 5 6 6 5 6 4 5 6 6 5 6 6 6 6 4 5 6 6 5 4 6 6 166 5,533
A951 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 5 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 5 4 107 3,566
A953 6 5 6 5 6 5 5 5 6 6 5 6 6 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 6 5 157 5,233
A955 5 5 5 5 6 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 146 4,866
A957 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 134 4,466
30
Parameter aroma Caulerpa sp. rebus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
A901 4 5 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 110 3,666
A903 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 6 5 5 5 5 6 5 6 5 5 5 5 5 5 4 149 4,966
A905 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 5 5 6 5 5 7 5 6 5 6 5 5 6 5 6 5 5 158 5,266
A907 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 6 5 5 4 5 5 5 4 131 4,366
A951 5 4 3 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 3 5 5 4 3 3 4 4 4 5 3 3 3 5 4 3 118 3,933
A953 5 5 4 5 5 4 5 6 5 6 5 6 4 5 5 5 5 6 4 5 4 5 6 6 5 5 5 5 6 5 152 5,066
A955 5 5 5 6 5 5 4 6 5 5 5 4 4 5 6 4 5 4 4 5 5 6 5 4 4 5 5 5 5 4 145 4,833
A957 3 5 5 5 5 4 3 5 5 4 5 3 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 3 3 4 3 3 3 121 4,033
31
Parameter rasa Caulerpa sp. rebus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
A901 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 106 3,533
A903 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 127 4,233
A905 5 5 6 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 5 5 6 6 6 5 5 6 6 5 6 5 5 5 6 6 5 161 5,367
A907 4 3 4 4 5 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 4 5 5 4 5 4 5 5 3 125 4,167
A951 4 3 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 5 3 3 4 3 4 4 5 5 4 118 3,933
A953 5 5 6 5 5 6 6 4 5 5 5 4 5 4 5 6 5 5 5 6 6 5 5 6 5 6 5 6 5 6 157 5,233
A955 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 6 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 6 5 6 140 4,667
A957 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 4 3 5 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5 118 3,933
32
Parameter tekstur Caulerpa sp. rebus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
A901 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 104 3,466
A903 5 5 5 4 6 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 5 5 5 5 5 4 5 5 5 6 5 5 5 5 5 148 4,933
A905 7 7 5 5 6 5 6 7 6 6 6 5 7 7 6 5 6 5 7 7 6 6 7 7 7 7 7 5 6 6 185 6,166
A907 5 5 3 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 6 5 3 4 4 5 5 4 5 5 6 6 5 4 4 5 4 136 4,533
Keterangan: A901 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C A903 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C A905 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C A907 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 90°C A951 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C A953 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C A955 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C A957 sampel Caulerpa sp. rebus dengan suhu 95°C
A951 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 6 6 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 136 4,533
A953 5 5 5 6 5 6 6 5 5 6 6 5 5 6 6 5 6 7 5 6 6 5 5 5 5 5 6 5 6 5 164 5,466
selama 1 menit selama 3 menit selama 5 menit selama 7 menit selama 1 menit selama 3 menit selama 5 menit selama 7 menit
A955 5 5 5 6 5 5 5 5 5 6 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 6 5 4 5 4 5 5 4 5 5 149 4,966
A957 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 4 5 128 4,266
33
Lampiran 4 Uji Kruskal Wallis terhadap Caulerpa sp. rebus Parameter kenampakan Caulerpa sp. rebus Kruskal-Wallis test: K (Observed value) K (Critical value) DF p-value (Two-tailed) alpha
139,0650 14,0671 7 < 0,0001 0,05
Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap kenampakan H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap kenampakan Kesimpulan Hasil menunjukkan bahwa nilai p-value 0.0001 < 0.05. tolak H0. Artinya ada pengaruh perlakuan terhadap kenampakan dan dapat dilakukan uji lanjut. Parameter warna Caulerpa sp. rebus Kruskal-Wallis test: K (Observed value) K (Critical value) DF p-value (Two-tailed) Alpha
171,2042 14,0671 7 < 0,0001 0,05
Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap warna H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap warna Kesimpulan Hasil menunjukkan bahwa nilai p-value 0.0001 < 0.05. tolak H0. Artinya ada pengaruh perlakuan terhadap warna dan dapat dilakukan uji lanjut. Parameter aroma Caulerpa sp. rebus Kruskal-Wallis test: K (Observed value) K (Critical value) DF p-value (Two-tailed) Alpha
106,8581 14,0671 7 < 0,0001 0,05
34
Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap Aroma H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap Aroma Kesimpulan Hasil menunjukkan bahwa nilai p-value 0.0001 < 0.05. tolak H0. Artinya ada pengaruh perlakuan terhadap Aroma dan dapat dilakukan uji lanjut. Parameter rasa Caulerpa sp. rebus Kruskal-Wallis test: K (Observed value) K (Critical value) DF p-value (Two-tailed) Alpha
120,3762 14,0671 7 < 0,0001 0,05
Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap Rasa H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap Rasa Kesimpulan Hasil menunjukkan bahwa nilai p-value 0.0001 < 0.05. tolak H0. Artinya ada pengaruh perlakuan terhadap Rasa dan dapat dilakukan uji lanjut. Parameter tekstur Caulerpa sp. rebus Kruskal-Wallis test: K (Observed value) K (Critical value) DF p-value (Two-tailed) Alpha
139,3913 14,0671 7 < 0,0001 0,05
Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap Tekstur H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap Tekstur Kesimpulan Hasil menunjukkan bahwa nilai p-value 0.0001 < 0.05. tolak H0. Artinya ada pengaruh perlakuan terhadap Tekstur dan dapat dilakukan uji lanjut.
35
Lampiran 5 Uji lanjut Dunn terhadap Caulerpa sp. rebus Parameter kenampakan Caulerpa sp. rebus Multiple pairwise comparisons using Dunn's procedure / Two-tailed test: Sample
Frequency
kenampakan | A901 kenampakan | A951 kenampakan | A957 kenampakan | A903 kenampakan | A907 kenampakan | A955 kenampakan | A953 kenampakan | A905
30 30 30 30 30 30 30 30
Sum of ranks 1327,0000 2321,0000 2485,0000 3476,5000 3702,0000 4030,0000 5264,5000 6314,0000
Mean of ranks 44,2333 77,3667 82,8333 115,8833 123,4000 134,3333 175,4833 210,4667
Groups A A
B B
C C
D D D E F
Parameter warna Caulerpa sp. rebus Multiple pairwise comparisons using Dunn's procedure / Two-tailed test: Sample warna | A951 warna | A901 warna | A957 warna | A955 warna | A903 warna | A953 warna | A907 warna | A905
Frequency Sum of ranks Mean of ranks 30 1203,0000 40,1000 30 1329,0000 44,3000 30 2751,0000 91,7000 30 3662,5000 122,0833 30 4025,5000 134,1833 30 4458,5000 148,6167 30 5075,5000 169,1833 30 6415,0000 213,8333
Groups A A B B
C C C
D D E
Parameter aroma Caulerpa sp. rebus Multiple pairwise comparisons using Dunn's procedure / Two-tailed test: Sample aroma | A901 aroma | A951 aroma | A957 aroma | A907 aroma | A955 aroma | A903 aroma | A953 aroma | A905
Frequency 30 30 30 30 30 30 30 30
Sum of ranks 1644,0000 2269,5000 2548,5000 3175,0000 4317,0000 4716,0000 4887,0000 5363,0000
Mean of ranks 54,8000 75,6500 84,9500 105,8333 143,9000 157,2000 162,9000 178,7667
Groups A A B A B B C C D C D D
36
Parameter rasa Caulerpa sp. rebus Multiple pairwise comparisons using Dunn's procedure / Two-tailed test: Sample rasa | A901 rasa | A957 rasa | A951 rasa | A907 rasa | A903 rasa | A955 rasa | A953 rasa | A905
Frequency 30 30 30 30 30 30 30 30
Sum of ranks 1650,0000 2570,0000 2592,0000 3174,5000 3265,5000 4274,0000 5536,5000 5857,5000
Mean of ranks 55,0000 85,6667 86,4000 105,8167 108,8500 142,4667 184,5500 195,2500
Groups A A B A B B B C D D
Parameter tekstur Caulerpa sp. rebus Multiple pairwise comparisons using Dunn's procedure / Two-tailed test: Sample Tekstur | A901 Tekstur | A957 Tekstur | A951 Tekstur | A907 Tekstur | A903 Tekstur | A955 Tekstur | A953 Tekstur | A905
Frequency 30 30 30 30 30 30 30 30
Sum of ranks 961,0000 2473,5000 3001,0000 3109,5000 4011,0000 4096,5000 5157,0000 6110,5000
Mean of ranks 32,0333 82,4500 100,0333 103,6500 133,7000 136,5500 171,9000 203,6833
Groups A B B B
C C C D D
37
Lampiran 6 Kenampakan dan warna Caulerpa sp. pada suhu 90°C dan 95°C
38
Lampiran 7 Analisis proksimat Caulerpa sp. segar Parameter Air
Lemak
Abu
n 1 2 3 1 2 3 1 2 3
A 5,005 5,004 5,007 5,005 5,006 5,008 5,006 5,008 5,007
B 23,5619 23,3257 23,4338 105,8421 106,4539 106,3695 22,1263 22,8438 22,6385
C 24,8044 24,5754 24,6807 105,8575 106,4729 106,3878 22,1793 22,8988 22,6935
Rataan
Stdev
3,58
0,14
D 28,7872 28,5539 28,6619
% 76,57 76,41 76,43 0,31 0,38 0,37 1,25 1,46 1,27
27,1323 27,8429 27,4213
A = Bobot sampel B = Bobot cawan pengabuan kosong C = Bobot cawan dan contoh kering D = Bobot cawan dan contoh basah n = Ulangan Parameter Protein
n 1 2 3
Segar (%) 3,69 3,42 3,63
Perhitungan protein Protein (%) = n1 => Protein (%) = n2 => Protein (%) = n3 => Protein (%) = Parameter Karbohidrat (by difference)
N 1 2 3
(
)
(
)
(
)
(
Segar (%) 18,19 18,33 18,31
)
x 100% x 100% = 3,69% x 100% = 3,42% x 100% = 3,63%
Rataan
Stdev
18,27
0,08
Perhitungan karbohidrat (by difference) Karbohidrat = 100 – (air+lemak+abu+protein) × 100% n1 => Karbohidrat = 100 – (76,57+0,31+1,25+3,69) × 100% = 18,19% n2 => Karbohidrat = 100 – (76,41+0,38+1,46+3,42) × 100% = 18,33% n3 => Karbohidrat = 100 – (76,43+0,37+1,27+3,63) × 100% = 18,31%
Rataan
Stdev
76,47
0,09
0,35
0,04
1,33
0,12
39
Lampiran 8 Analisis proksimat Caulerpa sp. rebus Parameter Air
Lemak
Abu
N 1 2 3 1 2 3 1 2 3
A 5,006 5,003 5,004 5,003 5,008 5,004 5,008 5,002 5,001
B 23,9842 23,6588 24,3669 106,1089 105,9982 106,5289 25,1159 24,8763 23,9295
C 25,1599 24,7171 25,3495 106,1294 106,0198 106,5473 25,1585 24,9273 23,9829
D 28,9912 28,5519 29,2599
29,0037 29,8873 28,9295
% 79,56 79,51 79,21 0,41 0,43 0,37 0,97 1,04 1,09
A = Bobot sampel B = Bobot cawan pengabuan kosong C = Bobot cawan dan contoh kering D = Bobot cawan dan contoh basah n = Ulangan Parameter Protein
N 1 2 3
Rebus (%) 3,48 3,28 3,37
Rataan
Stdev
3,37
0,10
Perhitungan protein Protein (%) = Ulangan 1 => Protein (%) = Ulangan 2 => Protein (%) = Ulangan 3 => Protein (%) = Parameter Karbohidrat (by difference)
n 1 2 3
(
)
(
)
(
)
(
)
Rebus (%) 15,58 15,74 15,96
x 100% x 100% = 3,87% x 100% = 3,6% x 100% = 3,8%
Rataan
Stdev
15,76
0,19
Perhitungan karbohidrat (by difference) Karbohidrat = 100 – (air+lemak+abu+protein) × 100% n1 => Karbohidrat = 100 – (79,56+0,41+0,97+3,48) × 100% = 15,58% n2 => Karbohidrat = 100 – (79,51+0,43+1,04+3,28) × 100% = 15,74% n3 => Karbohidrat = 100 – (79,21+0,37+1,09+3,37) × 100% = 15,96%
Rataan
Stdev
79,43
0,19
0,40
0,03
1,03
0,06
40
Lampiran 9 Rendemen ektrak Caulerpa sp. segar n1 => Rendemen
= berat botol dan ekstrak – berat botol = 125,5061 gram – 116,6545 gram = 8,8516 gram
% Rendemen = = = 8,8516 %
n2 => Rendemen
= berat botol dan ekstrak – berat botol = 125,5517 gram – 116,6545 gram = 8,8972 gram
% Rendemen = = = 8,8972%
n3 => Rendemen
= berat botol dan ekstrak – berat botol = 125,5327 gram – 116,6545 gram = 8,8782 gram
% Rendemen = = = 8,8782%
41
Lampiran 10 Rendemen ektrak Caulerpa sp. rebus n1 => Rendemen
= berat botol dan ekstrak – berat botol = 122,9915 gram – 116,6545 gram = 6,3370 gram
% Rendemen = = = 6,3370%
n2 => Rendemen
= berat botol dan ekstrak – berat botol = 123,1447 gram – 116,6545 gram = 6,4902 gram
% Rendemen = = = 6,4902%
n3 => Rendemen
= berat botol dan ekstrak – berat botol = 123,1391 gram – 116,6545 gram = 6,4846 gram
% Rendemen = = = 6,4846%
42
Lampiran 11 Nilai aktivitas antioksidan Caulerpa sp. segar Caulerpa sp. segar Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
% Inhibisi
U1
U2
U3
U1
U2
U3
500
0,175
0,180
0,182
55,919
54,660
54,156
400
0,228
0,215
0,224
42,569
45,844
43,577
300
0,265
0,252
0,261
33,249
36,524
34,257
200
0,320
0,332
0,334
19,395
16,373
15,869
100
0,365
0,378
0,375
8,060
4,786
5,542
IC50 (ppm)
456,170
442,853
458,073
Blanko
0,397
Rata-rata IC50 (ppm)
452,365
Caulerpa sp. Segar U1 % Inhibisi
60
y = 0.1189x - 3.8287 R² = 0.9974
40 20 0 0
100
200
300 [ppm]
400
500
600
Caulerpa sp. Segar U2 % Inhibisi
60
y = 0.1292x - 7.1285 R² = 0.9766
40 20 0 0
100
200
300 [ppm]
400
500
600
500
600
Caulerpa sp. Segar U3 % Inhibisi
60
y = 0.1249x - 6.801 R² = 0.987
40 20 0 0
100
200
300 [ppm]
400
43
Lampiran 12 Nilai aktivitas antioksidan Caulerpa sp. rebus Caulerpa sp. rebus Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
% Inhibisi
U1
U2
U3
U1
U2
U3
500
0,179
0,186
0,178
53,385
51,563
53,646
400
0,228
0,229
0,237
40,625
40,365
38,281
300
0,276
0,279
0,272
28,125
27,344
29,167
200
0,318
0,321
0,331
17,188
16,406
13,802
100
0,359
0,364
0,361
6,510
5,208
5,990
IC50 (ppm)
478,539
489,845
485,378
Blanko
0,384
Rata-rata IC50 (ppm)
484,587
Caulerpa sp. Rebus U1 % Inhibisi
60
y = 0.1172x - 5.9896 R² = 0.9982
40 20 0 0
100
200
300 [ppm]
400
500
600
Caulerpa sp. Rebus U2 % Inhibisi
60
y = 0.1167x - 6.8229 R² = 0.9992
40 20 0 0
100
200
300 [ppm]
400
500
600
Caulerpa sp. Rebus U3 % Inhibisi
60
y = 0.1198x - 7.7604 R² = 0.9892
40 20 0 0
100
200
300 [ppm]
400
500
600
44
Lampiran 13 Nilai aktivitas antioksidan vitamin C Vitamin C Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
% Inhibisi
U1
U2
U3
U1
U2
U3
10
0,027
0,029
0,034
93,317
92,822
91,584
7,5
0,051
0,087
0,107
87,376
78,465
73,515
5
0,197
0,161
0,168
51,238
60,149
58,416
2,5
0,223
0,240
0,250
44,802
40,594
38,119
1
0,263
0,254
0,297
34,901
37,129
26,485
0,5
0,293
0,307
0,287
27,475
24,010
28,960
IC50 (ppm)
3,497
3,619
4,005
Blanko Vitamin C
0,404
Rata-rata IC50 (ppm)
3,707
y = 7,078x + 25,25 R² = 0,95
Vitamin C U1 % Inhibisi
100 50 0 0
2
4
6 [ppm]
8
10
12
y = 6.9249x + 24.943 R² = 0.9844
Vitamin C U2 % Inhibisi
100 50 0 0
2
4
6 [ppm]
8
10
12
y = 6.9045x + 22.352 R² = 0.9934
Vitamin C U3 % Inhibisi
100 50 0 0
2
4
6 [ppm]
8
10
12
45
RIWAYAT HIDUP Bagja Adhitia Putera. Lahir di Bogor, 5 Oktober 1993 dari ayah Udin dan ibu Emi Haryati, sebagai putra kedua dari dua bersaudara. Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Bantarkemang 2 Kota Bogor pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke SMPN 15 Kota Bogor sampai tahun 2008 dan SMAN 7 Kota Bogor sampai tahun 2011. Tahun 2011 penulis melanjutkan studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tulis Mandiri IPB (UTM IPB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN) periode 2012-2013. Penulis berkesempatan menjadi koordinator asisten praktikum Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan pada tahun 2014, dan asisten praktikum Fisiologi Formasi dan Degradasi Metabolit Hasil Perairan pada tahun 2015. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo IPB. Tahun 2014 penulis melaksanakan praktik lapangan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Sidiq Rizal, ulonprogo dengan judul “Perencanaan Sistem HACCP Pada Proses Pembuatan Keripik Ikan Wader Di Usaha Kecil Menengah (UKM) Sidiq Rizal, Kulonprogo, Yogyakarta”. Tahun 2015 penulis menyelesaikan pendidikan S1 dengan judul skripsi “Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Caulerpa sp. Segar dan Re us”.