AGROINDUSTRY BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY TEMPE SOYBEAN BY USING ANALYSIS SWOT ( CASE STUDY FOR 4 VILLAGE IN JEMBER REGENCY) Ratih Rakhmawati 1), Edi Turjono2) 1) Akuntansi, STIE Mandala Jember. email :
[email protected] 2) Akuntansi , STIE Mandala Jember.email :
[email protected] ABSTRACT Tempe is one of the agroindustrial soy soybean processing in order to obtain value added by processingsoy dairy products. This study aims to determine: (1) Inventory soybean, (2) income agroindustrial tempe soybean, (3) efficiency tempe soybean costs agroindustrial production, (4) the value-added agro-industry tempe soybean, and (5) the development prospects of agro-industry tempe soybean , The method used is descriptive and analytical methods. Sampling method is purposive sampling method. The results of this study indicate that (1) agroindustry soybean tempeh has a total raw material costs were greater than the total cost of EOQ. (2) Income from soy milk agro-industry to scale house is $ 7,091,698.84 for small scale; USD 11,405,815.60 and US $ 11,622,766.70 to scale menengahindustri. (3) The cost of agro-industrial production of efficient soy milk. (4) the value-added agro-industry tempe soybean in various scales have been able to provide a positive values. (5) The results of a SWOT analysis of the agro-industry soybean tempeh in 4 villages Jember shows that the industry is in the white area (strengths - opportunities) that shows the industry has a prospect to be developed.. Keywords: Agroindustri soybean tempeh, inventories of raw materials, income, efficiency, value added, SWOT Analysis
BAB 1. PENDAHULUAN
administratif dihapus, sehingga kota
1.1 Latar Belakang
Administratif Jember kembali menjadi
Kabupaten
Jember
adalah bagian
dari
Kabupaten
Jember.
kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Jember merupakan pusat Indonesia yang beribukota di Jember. regional di kawasan timur tapal kuda. Kabupaten
ini
berbatasan
dengan Hari jadi Kabupaten Jember diperingati
Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten setiap Bondowoso
di
utara,
tanggal
1
Januari.
Jember
Kabupaten memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan
Banyuwangi di timur, Samudra Hindia di ketinggian antara 0 - 3.330 mdpl. Iklim selatan, dan Kabupaten Lumajang di Kabupaten Jember adalah tropis dengan barat. Kabupaten Jember terdiri atas 31 kisaran suhu antara 23oC - 32oC. kecamatan.
Kota
Jember
dahulu Kabupaten Jember di Propinsi Jawa
merupakan kota administratif, namun Timur yang berbasis pertanian, karena sejak
tahun
2001
istilah
kota sektor pertanian menjadi basis ekonomi 68
69
rakyat
dan
daerah.
Lahir
Undang- Tetapi sampai saat kini panganan tempe
Undang Nomor 22 tahun 1999 yang masih
tetap
meningkat.
Masyarakat
mengatur tentang Pemerintah Daerah, sebagai konsumen lebih memilih tempe Kabupaten Jember memiliki visi daerah sebagai lauk makan dari pada daging dengan konteks pemberdayaan rakyat mengingat harga jual daging relatif menuju
kepada
sejahtera
masyarakat
berdasarkan
yang masih belum terjangkau oleh sebagian
demokrasi, besar masyarakat Indonesia.
berkeadilan yang berbasis agribisnis dan
Indonesia
merupakan
negara
agroindustri. Sector pertanian kedelai produsen tempe terbesar di dunia dan adalah bahan baku utama pembuatan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. tempe
memang
mengingat
bahwa
harus
diimport Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
kedelai
memiliki Indonesia
dilakukan
dalam
bentuk
kualitas yang lebih baik apabila ditanam tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk di Negara sub tropis. Penggunaan kedelai lain (seperti taoco, kecap,dan lain-lain). local yang kualitasnya lebih rendah dari Tempe berasal dari produk fermentasi pada kedelai impor, dalam pembuatan biji kedelai dengan inokulum Rhizopus tempe akan lebih buruk. Kondisi seperti oligosporus
yang
dilakukan
secara
ini semakin teracam, apabila setelah tradisional, sudah dikenal bergizi tinggi dihapusnya tataniaga kedelai melalui dan berkhasiat sebagai obat. Standar bulog sejak 1 Januari 1998 berdasarkan teknis untuk tempe telah ditetapkan deregulasi
pemerintah
tanggal
3 dalam
Standar
Nasional
Indonesia
Nopember 1997.Hal ini mengakibatkan berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI harga kedelai sepenuhnya diserahkan 3144:2009. pada mekanisme pasar dan kini siapa Tempe kedelai telah diakui dunia bahwa saja boleh mengimpor kedelai. Namun tempe kedelai itu merupakan makanan memang disadari bahwapelaksanaannya asli Indonesia yang kandungan gizinya tidaklah
mudah
mengingat
sangat sangat
tinggi
patut
diperhitungkan
lemahnya nilai rupiah terhadap dollar US tingkat kandungan gizi kedelai sebagai dan para importir sangat enggan untuk bahan
baku
tempe.
Khasiat
dan
mengimpornya. Penghapusan tataniaga kandungan gizi menjadi tempe kedelai kedelai
ini
sangat
mengancam yang
dulu
dikonsumsi
masyarakat
kelangsungan usaha produsen tempe. ekonomi kelas bawah namun sekarang
70
sudah dinikmati oleh semua lapisan yang diterima industri-industri besar. masyarakat, bahkan disajikan dalam Industri rumahtangga mampu bertahan bentuk burger yang ditemui direstoran terhadap
terpaan
krisis,
industri
dan hotel berbintang, hal ini kiranya rumahtangga tidak mati, tetapi terus dapat
mendorong
dan
memacu hidup dan tumbuh berkembang seperti
kesempatan pengusaha tempe kedelai halnya terjadi pada sentra industri besar untuk mengembangkan usahanya lebih usaha tempe kedelai di beberapa kota di luas.
Usaha
tempe
kedelai
cukup Jember.
Pengadaan
prospektif dikembangkan di Kabupaten tersebut
tidak
bahan
dapat
makanan
terlepas
dari
Jember sebagai salah satu sentra kedelai keberadaan industri pengolahan kedelai di Jawa Timur yang menyediakan untuk itu bahan
baku
usaha
Peluang pasar
tempe
tempe
sendiri.
kedelai. pengolahan
kedelai
Selama tempe
ini
industri
dikenal
sebagai
yang industri skala kecil/rumahtangga yang
prospektif kiranya dapat mendorong dan mampu memperkerjakan cukup banyak memacu pengusaha tempe kedelai untuk tenaga kerja dan telah ada sejak lama. lebih
memanfaatkan
menutup
peluang,
kemungkinan
tidak Hal ini yang membuat para pengusaha
kesempatan tempe kedelai, khusus di 4 desa, yaitu :
berusaha tempe kedelai ini mengundang Lingkungan orang
lain
yang
selama
belum Tegalboto,
Pagah, desa
Lingkungan
Tegalbesar,
desa
memahami dunia pertempean yang mana Kaliputih yang berada di Kabupaten usaha
tempe
kedelai
menjanjikan Jember, harus memperhitungkan strategi-
keuntungan. Salah satu penelitian adalah strategi apa yang harus ditempuh agar pengembangan
agribisnis
khususnya keberadaan usahanya tetap berlangsung,
agroindustri pembuatan tempe kedelai bagi 4 desa tersebut diatas di Kabupaten merupakan
industri
rumahtangga. Jember
Sejumlah
pengamat
merupakan
ekonomi penyebaran
menyatakan bahwa industri rumahtangga pengolahan (termasuk
usaha
tempe)
satu
daerah
industri
tempe.
Industri
tempe
pada
umumnya
merupakan diusahakan pada skala kecil. Oleh karena
penyangga ekonomi rakyat Indonesia usaha pengembanganya terus dilakukan yang
tidak
terbukti
boleh
selama
mendapatkan.
dianggap
ini
Fasilitas
tidak
remeh baik pada segi pemasarannya maupun banyak pada pengadaan bahan baku.
sebagaimana
71
produksi yaitu Rp 295.047,22 sehingga
1.2 Tujuan Penelitian 1)
Untuk
mengetahui
bahan
baku
agribisnis
persediaan usaha tempe ini memiliki prospek bisnis..
kedelai
tempe
pada Faktor
kedelai
Untuk
tempe di Kabupaten Klaten adalah
tempe
kedelai
di dan resiko kecil, saprodi mudah didapat,
Kabupaten Jember Untuk
potensi sumber daya alam yang dimiliki,
mengetahui
efesiensi modal kecil, kemampuan pengusaha
penggunaan biaya produksi pada terbatas, agribisnis
tempe
kedelai
kondisi
transportasi
yang
di kurang mendukung, pengelolaan kurang
kabupaten Jember 4)
dapat
mengetahuipendapatan kualitas tempe, kontinuitas, usaha mudah
agribisnis
3)
yang
di mempengaruhi pengembangan industri
Kabupaten Jember 2)
internal
optimal, pengelolaan keuangan kurang
Untuk mengetahui nilai tambah baik. kedelai pada agribisnis tempe Faktor kedelai di Kabupaten Jember.
eksternal
yang
dapat
mempengaruhi pengembangan industri tempe di Kabupaten Klaten adalah
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Telah
banyak
dilakukan
penelitian
terdahulu mengenai masalah strategi usaha agribisnis industri tempe kedelai baik ditinjau dari sisi financial maupun ekonomi, diungkapkan
penelitian oleh
yang
beberapa
telah peneliti
terdahulu antara lain: a.
Nurul Laela Fatmawat (2009)
Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha tempe selama satu kali proses produksi (3 hari) sebesar Rp635.616,67. Biaya total rata-rata yang dikeluarkan pengusaha
sebesar
Rp
340.569,45.
Pendapatan rata-rata yang diterima oleh pengusaha tempe dalam satu kali proses
hubungan
yang
dekat
dengan
stakeholder, kondisi lingkungan yang aman, perhatian pemerintah terhadap pengembangan diversifikasi perkembangan pangan,
usaha
tempe,
produk
tempe,
teknologi
pengolahan
kenaikan
harga
sembako,
implementasi
kebijakan
subsidi,
pembuangan
limbah,
kurangnya
bimbingan teknis dan pengawasan dari dinas terkait, dan adanya tempe dari daerah lain. Alternatif
strategi
diterapkan
dalam
yang
dapat
mengembangkan
industri kecil tempe di Kabupaten Klaten adalah perbaikan sarana dan prasarana
72
produksi, dan sumberdaya manusia serta menjadi penanaman
modal
dukungan
dari
Meningkatkan
dan
kualitas
dan
swasta
penggunaan
prasarana
produksi;
Industri
pembuatan
dengan tempe biasanya masih tergolong industri
pemerintah; rumahtangga yang mempekerjakan 1-4 mempertahankan orang.
kuantitas
efisiensi
tempe.
tempe
serta d. Tri Laksono, 2013. Pendapatan
sarana
dan
(Revenue)
Meningkatkan Pendapatan adalah jumlah uang yang
kualitas sumber daya pengusaha secara diterima oleh perusahaan dari penjualan teknis, moral dan spiritual melalui dan biaya lainnya yang dikeluarkan kegiatan
pembinaan
untuk untuk pelanggan. - Keuntungan (Profit)
memaksimalkan produksi dan daya saing tempe.
Keuntungan secara sederhananya adalah
Prioritas strategi yang dapat diterapkan jumlah uang yang tersisa dari pendapatan dalam mengembangkan
industri kecil perusahaan setelah di kurangi biaya,
tempe di Kabupaten Klaten berdasarkan seperti pasokan produk, pajak, sewa analisis matriks QSP adalah perbaikan tempat, pemasaran dan biaya gaji sarana dan prasarana produksi, dan
e. Joesron dan Fathorrozi (2003).
sumberdaya manusia serta penanaman
Produksi adalah berkaitan dengan cara
modal swasta dengan dukungan dari
bagaimana sumber daya (masukan)
pemerintah.
dipergunakan
b.
produk (keluaran).
(Badan Pusat Statistik 2000).
Industri adalah suatu unit (kesatuan) a. usaha
yang
melakukan
untuk
menghasilkan
Fungsi Produksi , Pyndick (2001)
kegiatan menjelaskan bahwa hubungan antara
ekonomi, bertujuan menghasilkan barang masukan pada proses produksi dan hasil atau jasa, dan terletak pada suatu keluaran dapat digambarkan melalui bangunan atau suatu lokasi tertentu serta fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan mempunyai tersendiri
catatan mengenai
administrasi keluaran Q yang dihasilkan suatu unit produksi
dan usaha untuk setiap kombinasi masukan
struktur biayanya
tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi
c.
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Tohar,2000
Industri tempe adalah suatu kegiatan atau unit
usaha
yang mengolah
Q = f {K, L},
kedelai Dimana
73
Q = jumlah keluaran
kerja. Menurut sifatnya, tenaga kerja
K= Modal
dapat dibagi menjadi dua :
L= Tenaga Kerja
1) Tenaga kerja jasmani (kegiatan kerja
Persamaan ini menghubungkan jumlah
yang lebih banyak menggunakan
keluaran dari jumlah kedua masukan
kekuatan
yakni modal dan tenaga kerja.
pertukangan,
f.
sebagainya.
Nahason Bastin, 2015, Faktor
fisik),
misalnya
buruh,
dan
lain
Faktor produksi digolongkan menjadi 2 2) Tenaga kerja rohani (kegiatan kerja faktor, yaitu faktor Asli dan Faktor
lebih banyak menggunakan kekuatan
turunan. Faktor asli meliputi faktor alam
pikiran). Misalnya profesi guru,
dan faktor tenaga kerja. Sedangkan
direktur, dosen, dan lain sebagainya.
faktor
Faktor Modal
turunan
adalah
faktor
yang c.
meliputi modal dan kewirausahaan / Yang dimaksud dengan modal adalah pengusaha.
barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan
a. Faktor Produksi Alam
Faktor produksi asli yang pertama yaitu produksi.
untuk Modal
Alam, faktor ini merupakan faktor berdasarkan
melakukan
proses
dapat
digolongkan
sumbernya,
bentuknya,
produksi yang telah tersedia di alam, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan misalnya tanah, Kekayaan laut, segala sifatnya. kekayaan hutan, air dan sebagainya.
.Strategi dan analisis SWOT
Sumberdaya alam adalah segala sesuatu Freddy Rangkut,2004 Analisis SWOT yang disediakan oleh alam yang dapat adalah identifikasi berbagai faktor untuk dimanfaatkan manusia untuk memenuhi merumuskan kebutuhannya.
yang
meliputi
strategi
perusahaan.
segala Analisis ini didasarkan pada logika yang
sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti:
dapat
-
Tanah, tumbuhan, hewan,
(strengts) dan peluang (opportunities),
-
Udara, sinar matahari, hujan.
namun
-
Bahan tambang, dan lain sebagainya
meminimalkan
b.
Faktor Produksi Tenaga kerja Merupakan
faktor
dan
memaksimalkan
secara
ancaman
kekuatan
bersamaan
dapat
kelemahan(weakness) (threats).
Keputusan
produksi strategis perusahaan perlu pertimbangan
disediakan oleh manusia berupa tenaga faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal
74
yang mencakup peluang dan ancaman. Ancaman Oleh
karena
itu
perlu
pertimbangan-pertimbangan untuk
analisis
SWOT.
adalah
faktor-faktor
adanya lingkungan yang tidak menguntungkan penting dalam perusahaan jika tidak diatasi maka Beberapa akan menjadi hambatan bagi perusahaan
pertimbangan yang perlu diperhatikan yang bersangkutan baik masa sekarang dalam mengambil keputusan antara lain :
maupun yang akan datang. Ancaman
1.Kekuatan(Strenght),
merupakan
pengganggu
utama
bagi
Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat posisi perusahaan. Masuknya pesaing diunggulkan oleh perusahaan tersebut baru, lambatnya pertumbuhan pasar, seperti halnya keunggulan dalam produk kekuatan tawar-menawar pembeli atau yang
dapat
diandalkan,
memiliki pemasok penting, perubahan tekhnologi,
keterampilan dan berbeda dengan produk serta peraturan baru atau yang direvisi lain. sehingga dapat membuat lebih kuat dapat
menjadi
ancaman
bagi
dari para pesaingnya.
keberhasilan
2.Kelemahan(Weakness)
kekuatan dan kelemahan terdapat dalam
Kelemahan
adalah
kekurangan
merupakan
yang ada pada perusahaan baik itu lingkungan keterampilan atau kemampuan yang perusahaan penghalang
bagi
Faktor
atau suatu perusahaan, sedang peluang dan
keterbatasan dalam hal sumber daya ancaman
menjadi
perusahaan.
yang
faktor-faktor dihadapi
yang bersangkutan.
oleh Jika
kinerja dapat dikatakan bahwa analisis SWOT
organisasi. Keterbatasan atau kekurangan merupakan instrumen yang ampuh dalam dalam sumber daya, keterampilan dan melakukan analisis strategi, keampuhan kapabilitas
yang
secara
serius tersebut terletak pada kemampuan para
menghambat kinerja efektif perusahaan.
penentu
3.Peluang(opportunity)
memaksimalkan peranan faktor kekuatan
Peluang adalah berbagai hal dan situasi dan yang
menguntungkan
perusahaan,
serta
bagi
strategi
perusahaan
pemanfaatan
suatu berperan
sebagai
untuk
peluang
sehingga
alat
untuk
kecenderungan- meminimalisasi kelemahan yang terdapat
kecenderungan yang merupakan salah dalam tubuh perusahaan dan menekan satu sumber peluang.
dampak ancaman yang timbul dan harus
4.Ancaman(Treats)
dihadapi. Matrik SWOT sebagai alat pencocokan
yang
mengembangkan
75
empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST matrik SWOT yang dikembangkan oleh dan WT. Perencanaan usaha yang baik Kearns sebagai berikut: dengan metode SWOT dirangkum dalam Gambar 2.1:Diagram matrik SWOT IFAS Strengths(S) EFAS Tentukan 5-10 Faktor Opprotunities(o) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Weaknesses (w) Tentukan 5-10 faktor βfaktor internal Strategi Wo Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Straategi WT Ciptakan strategi yg meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Strategi SO Ciptakan strategi yg mnggunakan kekuatan utk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Treaths (T) Tentukan 5-10 faktor faktor ancaman eksternal t
IFAS (internal strategic factory analysis matriks SPACE didasarkan pada empat summary) dengan kata lain faktor-faktor bidang analisis yaitu: Internal strategic strategis
internal
suatu
perusahaan dimensions meliputi: financial strength
disusun untuk merumuskan faktor-faktor (FS) dan Competitive advantage (CA). internal dalam kerangka strength and Ke empat faktor ini adalah penentu yang weakness. Sedangkan EFAS (eksternal paling strategic
factory
analysis
penting
dalam
keseluruhan
summary) strategis organisasi. Ada banyak faktor
dengan kata lain faktor-faktor strategis dalam matriks SPACE yang termasuk eksternal suatu perusahaan disusun untuk bagian dari dimensi strategis internal merumuskan dalam
faktor-faktor
kerangka
eksternal perusahaan. Antara lain faktor kekuatan
opportunities
and keuangan
threaths. F.
meliputi pengembalian atas
investasi, likuiditas, modal kerja, arus
Matriks
Evaluasi
dan kas, dan lain-lain.
Posisi
Sedangkan
Tindakan Strategis (SPACE) Matriks
evaluasi
Posisi
pada
Faktor
keunggulan
dan kompetitif misalnya kecepatan inovasi
Tindakan Strategis (Strategic Position oleh perusahaan, posisi pasar niche, and Action Evaluation_SPACE Matrix) loyalitas pelanggan, kualitas produk, adalah
alat
penting
lain
dalam pangsa pasar, siklus hidup produk, dan
pencocokan, alat manajemen strategis ini lain-lain.
Tergantung
berfokus
sejumlah
pada
perumusan
strategi organisasi,
terutama yang terkait dengan posisi menciptakan kompetitif organisasi. Sumbu untuk
pada
tipe
variabel
dapat
masing-masing dimensi
yang diwakili oleh sumbu dari matriks
76
SPACE. Faktor yang dimasukkan sebelumnya dalam matriks IFE dan EFE harus dipertimbangkan dalam mengembangnya. Matrik SPACE. sebagai berikut :
Gambar 2.2 : Diagram Cartecius SPACE FS
Kuadran I Kuandran II Conservative Agresif CA
IS Kuadran III
Kuadran IV
Defensive
Competitive
ES Strategi
(a) Strategi S-O = Kuadran 1
ini
diterapkan
berdasarkan
Ini merupakan situasi yang sangat paling pemanfaatan peluang yang ada dengan menguntungkan.
Perusahaan
tersebut cara meminimalkan kelemahan yang ada.
memiliki peluang dan kekuatan,sehingga Perusahaan menghadapi peluang pasar dapat memanfaatkan peluang sebesar- yang sangat besar, tetapi dilain pihak besarnya. Strategi yang harus diterapkan harus menghadapi beberapa kendala/ dalam kondisi ini adalah mendukung kelemahan internal. Cara yang efektif kebijakan pertumbuhan yang agresif adalah dengan peninjauan
kembali
(Growth Oriented Strategi).
teknologi yang dipergunakan untuk atau
(b)Strategi S-T = Kuadran 2.
dengan
adalah
strategi
dalam
menawarkan
produk-produk
menggunakan baru.
kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk (d) Strategi W-T = Kuadran 4 mengatasi ancaman. Strategi ini dipakai
Strategi ini merupakan situasi
untuk memanfaatkan peluang jangka yang
sangat
panjang dengan cara strategi diversifikasi dimana
tidak
menguntungkan,
perusahaan harus menghadapi
(produk/pasar).
berbagai
ancaman
dan
kelemahan
(c) Strategi W-O = Kuadran 3
internal. Kegiatan ini bersifat defensif
77
dan berusaha meminimalkan kelemahan cara mewawancarai secara langsung yang ada serta menghindari ancaman.
pada agroidustri olahan tempe kedelai berdasarkan pada kuisioner yang telah disiapkan. Data sekunder adalah data
BAB 3. METODE PENELITIAN Penentuan
daerah
pada yang diperoleh dari instansi-instansi
penelitian ini ditentukan dengan sengaja terkait yang ada hubungannya dengan (purposive method), yaitu di Kabupaten penelitian ini. Data diperoleh dari Dinas Jember. Pemilihan daerah penelitian ini Perdagangan
dan
BPS
Kabupaten
berdasarkan pertimbangan bahwa di Jember. Pengujian permasalahan pertama Kabupaten Jember memiliki agroindustri mengenai persediaan bahan baku yaitu : tempe kedelai berdasarkan pada skala (a) tingkat pemesanan bahan baku pada industri rumah tangga , kecil dan sedang. agroindustri tempe kedelai di Kabupaten Agroindustri tersebut memiliki potensi Jember yaitu menggunakan Economical yang
baik
dalam
meningkatkan Order Quntity (EOQ) dengan rumus
pendapatan pada agroindustri tempe sebagi berikut (Gitosudarmo,2002): kedelai di Kabupaten Jember. Metode Penelitian
yang
digunakan
adalah
metode deskriptif dan metode analitis. Metode
pengambilan
sampel
πΈππ = β2π
π/c Dimana: R=
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
O=
dengan
kemudian cara
dipilih
agroindustri
sengaja
(purposive
sampling.) terdapat 4 agroindustri tempe kedelai yang dipilih berdasarkan skala industri yaitu industri rumahtangga. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari respoden, dengan
bahan
baku
Biaya
pembelian
setiap
kali
melakukan pembelian (Rp/bulan) C= Biaya penyimpanan tiap unit bahan
beberapa agroindustri tempe kedelai yang
kebutuhan
(kg/bulan)
agroindustri tempe kedelai di Kabupaten Jember. Kabupaten Jember mempunyai
Jumlah
baku(Rp/bulan) (b)
Titik
pemesanan
Reorder menggunakan
kembali
Point rumus
atau (ROP)
sebagai
berikut (Bestari, 2004) : ROP = (R X L) + SS Dimana : ROP = Titik pembelian kembali (kg) R = Kebutuhan bahan baku per produksi (Kg)
78
L = Waktu tenggang (hari)
Intermediate Cost atau biaya β
IC =
SS = Persediaan pengaman (kg)
biaya yang menunjang dalam
Metode yang digunakan untuk menguji
proses
hipotisa
tenaga kerja (Rp/kg)
kedua
yaitu
mengenai
produksi
selain
biaya
pendapatan pada agroindustri tempe Analisa hipotesis ke lima yaitu mengenai kedelai di Kabupaten Jember, dengs teori pengembangan pendapatan menggunakan analisis teori kedelai di pendapatan (Soekartawi, 1995)
agroindustri
kabupaten
menggunakan
analisis
tempe
Jember teori
yaitu SWOT
(Rangkuti, 2003): melakukan analisis
Pd =TR-TC Dimana :
berdasarkan pada logika yang dapat
Pd = Pendapatan (rp)
memaksimalkan
TR = Total Penerimaan (Rp)
dan
TC= Total Biaya (Rp).
secara bersamaan dapat meminimalkan
peluang
kekuatan
(Strengths)
(opportunties),
namun
Analisa hipotesis ketiga yaitu efesiensi kelemahan (Weakneeses) dan ancaman penggunaan biaya produksi pada hasil (threats). olahan kedelai di Kabupaten Jember, dengan menggunakan analisis efesiensi BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN biaya (Soekartawi, 1995) :
Usaha agroindustri tempe kedelai di 4
A= TR/TC Analisa
hipotesis
Persedian Bahan baku Kedelai pada
keempat
yaitu Desa
mengenai nilai tambah per kilogram kedelai
Kabupaten Jember. Bahan baku yang
digunakan
settiap
bahan baku kedelai pada agroindustri agroindustri tempe kedelai baik dalam tempe kedelai di Kabupaten Jember yaitu skala rumahtangga, kecil maupun sedang menggunakan analisis teori nilai tambah pada penelitian ini yaitu menggunakan (Sudiyono, 2002) VA = NP-IC Dimana :
bahan baku kedelai impor dari Amerika. Agroindustri
tempe
kedelai
menggunakan bahan baku kedelai impor
VA = Value added atau nilai Tambah dibandingkan dengan bahan baku kedelai tempe kedelai (Rp/kg) NP =
lokal karena kedelai impor mempunyai
Nilai Produksi tempe kedelai kualitas yang lebih bagus sehingga tempe (Rp/kg)
kedelai yang dihasilkan lebih enak dan berkualitas. Biaya pemesanan bahan
79
baku kedelai
pada penelitian ini setiap hari yaitu sebesar 4,50 kg/hari, hal
merupakan biaya pembelian bahan baku ini
harus
dilakukan
agar
dapat
kedelai dikarenakan pada agroindustri menghemat biaya sebesar Rp 85,77 /hari tempe kedelai skala rumahtangga, kecil dengan cara mengurangi pengeluaran dan sedang tidak melakukan pemesanan pada biaya produksi lainnya seperti biaya bahan
baku
kedelai
akan
tetapi pengangkutan bahan baku kedelai dan
melakukan pembelian langsung bahan biaya tenaga kerja seminimal mungkin. baku kedelai.
Agroindustri skala kecil juga memiliki
Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya total biaya total saat kebutuhan lebih besar saat kebutuhan pada agroindustri skala dibandingkan dengan biaya total saat rumah tangga lebih besar dibandingkan pemesanan ekonomis dengan selisih dengan biaya total saat pemesanan sebesar Rp 798,01. Agroindustri skala ekonomis dengan selisih sebesar Rp kecil memiliki nilai EOQ sebesar yaitu 85,77. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar
7,48
kg/hari.
Sedangkan
agroindustri skala rumahtangga harus kebutuhan setiap harinya yaitu sebesar membeli bahan baku kedelai sebanyak 10 Kg. 3,37 kg /hari, Sedangkan kebutuhan Tabel 1 Selisih Total Cost pada Agroindustri tempe kede lai di Kabupaten Jember No
Nama Agroindustri
Skala Usaha
1 2 3
Tanpa merek Bermerek Ber merek
Rumah tangga Kecil Sedang
TC pada Q (Rp) 6000 20000 300000
TC pada EOQ (Rp) 5914,23 19201,97 270810,78
Selisih -85,77 -798,01 -29.189,22
Sumber : Data primer diolah,2014 Sebaiknya
agroindustri
skala meminimalisir biaya kehilangan hasil
kecil tetap membeli bahan baku kedelai akibat tercecernya kedelai. sebanyak
10kg/hari
supaya
tidak
Agroindustri
skala
sedang
mengurangi produksi yang selama ini memiliki biaya total saat kebutuhan lebih sudah
berkembang
agroindustri
skala
akan
tetapi besar dibandingkan dengan biaya total
kecil
harus saat pemesanan ekonomis dengan selisih
mengurangi biaya pembelian bahan baku Rp 29.189,22. Agroindustri skala sedang kedelai dengan cara mencari harga juga memiliki nilai EOQ sebesar 72,08 kedelai yang lebih murah lagi dan kg/hari. Sedangkan kebutuhan setiap harinya
yaitu
sebesar
100
kg.
80
Agroindustri skala sedang harus tetap Agroindustri skala rumah tangga, kecil mmbeli bahan baku kedelai sebanyak dan sedang tidak melakukan pemesanan 100 kg/hari supaya tidak mengurangi bahan produksi
yang
selama
ini
baku
kedelai
akan
tetapi
sudah agroindustri skala rumah tangga , kecil
berkembang akan tetapi agroindustri dan sedang melakukan pembelian bahan skala sedang harus meminimalkan biaya baku kedelai pada saat persediaan bahan penyimpanan dengan cara mengurangi baku kedelai mulai habis. Agroindustri biaya pembelian bahan baku kedelai skala rumah tangga, kecil dan sedang dengan mencari harga kedelai yang lebih juga
tidak
murah lagi dan meminimalisir biaya pengaman kehilangan
hasil
akibat
melakukan bahan
persediaan
baku
kedelai
tercecernya dikarenakan ketiga agroindustri tempe
kedelai sehingga tidak perlu mengurani kedelai tersebut selalu membeli bahan jumlah bahan baku. Tingkat pemesanan baku kedelai setiap hari dan bahan baku kembali (Rorder point) bahan baku kedelai selalu tersedia sehingga ketiga kedelai pada agroindustri tempe kedelai agroindustri
tidak
melakukan
safety
di Kabupaten jember. arti pemesanan stock bahan baku kedelai. Selain itu pada
penelitian
pembelian
ini
bahan
yaitu baku
berupa dikarenakan
dari
ketiga
kedelai, agroindustritempe kedelai tersebut juga
dikarenakan pada ketiga agroindustri beralasan bahwa dengan menyimpan tidak melakukan pemesanan akan tetapi atau melakukan safety stock maka bahan melakukan
pembelian
bahan
baku baku
kedelai
yang
dibelinya
akan
kedelai. Pembelian kembali dilakukan mengalami penyusutan sehingga akan apabila jumlah persediaan bahan baku mengurani kualitas dari tempe kedelai kedelai yang ada pada agroindustri tempe itusendiri. Agroindustri rumah tangga, kedelai
berkurang
terus.
Pembelian kecil dan sedang tidak juga memiliki
kembali hars dilakukan agar barang tempat
penyimpanan
gudang
yang
dapat diterima pada saat dibutuhkan yang khusus untuk menyimpan bahan baku disebut
reorder
point.
Sedangkan kedelai sehingga tidak melakukan safety
persediaan bahan baku yang
stock dikarenakan ketiga agroindustri
dicadangkan untuk kebutuhan selama tidak melakukan pemesanan akan tetapi menunggu barang datang disebut safety melakukan stock
(persediaan
pengaman)
pembelian
maka
waktu
81
tenggang dalam pembelian bahan baku produksi kedelai yaitu tidak ada. Pendapatan
setiap
pendapatan
Agroindustri
hari.
yang
Besarnya
diperoleh
oleh
Tempe agroindustri tempe kedelai dalam skala
Kedelai di 4 Desa Kabupaten Jember
rumah tangga, kecil dan sedang dapat
Pendapatan yang dimaksud adalah selisih dicari
dengan
cara
mengurangi
antara penerimaan total dengan biaya penerimaan yang diperoleh dengan biaya total selama proses produksi tempe total yang dikeluarkan selama proses kedelai. Biaya total adalah jumlah dari produksi tempe kedelai. Berdasrkan tabel biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya 2 dapat dilihat bahwa pendapata per tetap merupakan biaya yang dikeluarkan proses produksi yang paling tinggi oleh agroindustri tempe kedelai yang adalah pendapatan pada skala sedang bersifat tetap dalam rangka operasional yaitu
sebesar
Rp11.622.766,70.
agroindustri, sedangkan biaya tidak tetap Pendapatan yang cukup besar berikutnya atau biaya variabel merupakan biaya adalah pada agroindustri tempe kedelai yang dikeluarkan berhubungan dengan skala kecil sebesar Rp.11.405.815,60. banyaknya faktor produksi tempe kedelai Sedangkan pendapatan yang terkecil yang digunakan serta besarnya unit adalah pada agroindustri tempe kedelai proses
produksi
tempe
kedelai. skala rumah tangga. Pendapatan yang
Agroindustri tempe kedelai dalam skala besar ini. rumah
tangga
melakukan
proses
Tabel 2. Pendapatan Agroindustri Tempe kedelai pada berbagai skala di 4 Desa Kabupaten Jember No Uraian Pendapatan (perbulan) Rumah Tangga Kecil Sedang 1 Total Penerimaan (dari 4 desa) 13.335.164,10 21.447.388,90 24.639.127,80 2 Total Biaya (dari 4 Desa) 6.243.465,26 10.041.573,30 13.016.361,10 3 Total Pendapatan (dari 4 Desa) 7.091.698,84 11.405.815,60 11.622.766,70 Sumber : Data Primer diolah ,2014
Disebabkan oleh penerimaan total pada produk 703 bungkus dengan isi terbagi 3 agroindustri tempe kedelai skala sedang ukuran kecil (1/4 kg/bungkus dengan yang lebih besar dibandingkan pada harga skala
lainnya.
Yaitu
sebesar
jualRp3.000),
Rp (2kg/perbungkus
24.639.127,80. Penerimaan sebesar ini Rp12.000,-)
dengan
dan
diperoleh dari total harga jual tempe (5kg/perbungkus
ukuran
sedang
harga
ukuran
dengan
harga
jual besar jual
kedelai gabungan dari 3 ukuran (kecil, Rp20000,-). Sekalipun penerimaan yang sedang, besar) Rp 35.000, dikali jumlah diperoleh besar, biaya dikeluarkan oleh
82
agroindustri skala sedang ini juga yang menggunkakan analisis R/C ratio adalah paling besar dibandingkan skala lainnya. singkatan dari Return Cost Ratio , atau Jumlah biaya total pada skala sedang dikenal sebagai perbandingan antara adalah sebesar Rp13.016,361,10 yang penerimaan dan biaya yang dikeluarkan merupakan penjumlahan dari biaya tetap selama kegiatan produksi. sebesar Rp 2.720.019,10 per produksi Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai R/C dengan biaya variabel Rp10.296342,00 ratio terbesar adalah pada agrondustri per
proses
produksi
sehingga tempe kedelai skala kecil dan rumah
agroindustri skala sedang memperoleh tangga yaitu sama sebesar 2,14 yang keuantungan sebesar Rp11.622.766,70 berarti per proses produksi
bahwa
penggunaan
biaya
produksi pada agroindustri tempe kedelai
Efesiensi Penggunaan biaya pada dalam skala kecil dan rumahtangga Agroindustri Tempe kedelai di 4 Desa sudah efesien karena nilai R/C ratio lebih (Patrang, Jember Lor , Kaliwates, besar dari satu. Nilai ini dapat diartikan Tegal Besar ) Kabupaten Jember. Efesiensi biaya produksi sangat bahwa dengan penggunaan biaya dipengaruhi oleh total penerimaan dan produksi sebesar Rp1.000,- akan total biaya yang dikeluarkan. mmperoleh penerimaan sebesar Perhitungan mengenai biaya yang Rp2.140,- sehingga keuntungan yang dkeluarkan dalam suatu agroindustri diperoleh agroindustri dalam skala kecil tempe kedelai sangat penting dilakukan. maupun rumahtangga sama yaitu sebesar Perhitungan biaya tersebut bertujuan Rp 1.140,- yang berarti bahwa untuk mengetahui kuntungan yang penggunaan biaya produksi pada diperoleh dari kegiatan proses produksi agroindustri tempe kedelai dalam skala tempe kedelai yang nantinya akan kecil sudah efesien karena nila R/C ratio digunakan sebagai peninjauan supaya lebih besar dari satu. Besarnya nilai proses pengolahan tempe kedelai lebih tersebut menunjukkan bahwa baik lagi sehingga dapat memperoleh agroindustri tempe kedelai dalam skala keuntungan yang sebesar-besarnya. kecil mampu mengalokasikan biaya Efesiensi biaya dapat dihitung dengan produksi secara efesien. Tabel 3 : Tingkat Efesiensi Biaya Agroindustri Tempe kedelai pada berbagai skala produksi di 4 Desa (Patrang, Jember Lor, Tegal besar, Kaliwates) Kabupaten Jember
83
no
Uraian 1 Rumah Tangga (di 4 Desa) 2 Kecil 3 Sedang Sumber : Data primer diolah , 2014
Sedangkan
nilai
R/C
ratio
TR
TC 13.335.164,10 21.447.388,90 24.639.127,80
R/C
6.243.465,26 10.041.573,30 13.016.361,10
2,14 2,14 1,89
pada tempe kedelai, seperti dalam penggunaan
agroindustri sedang adalah yang terkecil biaya variabel yaitu kedelai , gas , air , yaitu sebesar 1,89. Namun demikian plastik , ragi, listrik , air penggunaan
biaya
produksi
dan lain-
pada lainnya. Nilai tambah olahan tempe
agroindustri tempe kedelai dalam skala kedelai pada Agroindustri tempe kedelai sedang masih tergolong efesien karena di
4
Desa
nilai R/C ratio lebih besar dari 1. Dengan Kaliwates,
(Patrang, Tegal
Jember
besar)
Lor,
Kabupaten
kata lain bahwa penggunaan biaya Jember Nilai tambah merupakan suatu produksi
sebesar
Rp
1.000,-
akan pengolahan
bahan yang menyebabkan
memperoleh peneriamaan Rp 1.890,- adanya suatu penambahan nilai produk. sehingga keuntungan yang diperoleh Nilai
tambah
merupakan
nilai
agroindustri dalam skala sedang adalah keuntungan dari proses pengolahan yang sebesar Rp 890,-. Besarnya nilai tersebut diperoleh dari pengurangan nilai produk menunjukkan bahwa agroindustri tempe yang dihasilkan dengan biaya penunjang kedelai dalam skala sedang mampu (intermediate cost) tidaktermasuk tenaga mengalokasikan
biaya
produksinya kerja
manusia.
Nilai
tambah
yang
secara efesien. Untuk meningkatkan dimaksud pada penelitian ini yaitu efesiensi penggunaan biaya agroindustri pengolahan tempe
kedelai
meningkatkan
skala
sedang
penerimaan
kedelai
menjadi
tempe
harus kedelai yang akan memberikan nilai yang tambah yang lebih terhadap produk
diperoleh dan menekan atau megurangi kedelai tanpa diolah. biaya yang dikeluarkan dalam produksi Tabel 4 : Nilai tambah per Kg Bahan baku kedelai pada Agroindustri tempe kedelai Skala Rumah Tangga di 4 Desa Kabupaten Jember No
Uraian Rumah Tangga
1 2 3 4 5 6
Faktor Konveksi Intermidiate Cost (Rp/Kg) Nilai Produksi (Rp/Kg) a. Nilai tambah (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) a. Pendapatan TenagaKerja (Rp/Kg) b. Rasio Tenaga Kerja(%) a. Keuntungan (Rp/Kg) b.Rasio Keuntungan (%)
10,4 38.506,03 51.999,99 20. 493,96 30,99 7.500,00 50,85 9,993,97 18,99
Nilai Kecil 8,84 51.225,17 77.999,99 30.774,82 40,23 12.000,00 40,35 21.774,82 24,1
Sedang 17,33 63.050,61 87.183,91 28.133,30 30,33 9.000,00 39,7 20.276,30 20,93
84
Sumber : Data Primer diolah, 2014 Tabel
4
menjelaskan bahwa nilai merupakan perbandingan antara output
tambah pada agroindustri tempe kedelai dengan
penggunaan
bahan
baku.
pada berbagai skala usaha adalah positif Agroindustri tempe kedelai dalam skala (mampu memberikan nilai tambah). Nilai kecil mampu menjual tempe kedelai tambah yang diperoleh dari olahan tempe dengan harga sebesar Rp 3.000/ 0,25kg. kedelai pada skala kecil adalah yang Hal ini akan memberikan penerimaan terbesar yaitu sebesar Rp 30.774,82 per yang lebih tinggi kepada agroindustri kg bahan baku kedelai. Nilai tersebut tempe kedelai tersebut. Akan tetapi pada menunjukkan
bahwa
penerimaan agroindustri
ini
tidak
mampu
agroindustri tempe kedelai dalam skala mengalokasikan tenaga kerja dengan kecil dari setiap kg bahan baku kedelai baik. Terbukti dengan nilai biaya tenaga sebesar Rp 30.774,82 dengan nilai rasio kerja yang diperoleh yaitu sebesar Rp nilai tambah sebesar 40,23%. Besarnya 12.000,- per kg bahan
baku kedelai.
nilai tambah tersebut diperoleh dari Tingginya biaya tenaga
kerja tersebut
pengurangan nilai produksi sebesar Rp akan
mengurangi
keuntungan
yang
77.999,99 per kg dengan Intermediate diperoleh oleh agroindustri susu kedelai cost
sebesar Rp 51.225,17 per kg. dalam skala kecil.
Nilai tambah pada
Keuntungan yang diperoleh per kg bahan agroindustri tempe kedelai berdasarkan baku kedelai yaitu sebesar Rp 21.774,82 skala
sedang
adalah
sebesar
Rp
dengan rasio sebesar 24,10%. Hal ini 28.133,30/kg bahan baku kedelai. Nilai menunjukkan bahwa mengolah kedelai tersebut menunjukkan bahwa penerimaan menjadi tempe kedelai akan memberikan agroindustri tempe kedelai dalam skala tambahan nilai produksi yang besar yaitu sedang dari setiap kg bahan baku kedelai dengan
harga
bahan
baku
sebesar yaitu sebesar Rp 28.133,30 dengan nilai
Rp7.200, per kg akan menghasilkan nilai rasio nilai tambah sebesar 30,33%. produk sebesar Rp
77.999,99 per kg. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh
Pada tabel 3 juga terdapat nilai konversi dari pengurangan nilai produk sebesar yaitu sebesar 8,84. Nilai konversi ini Rp 87.183,91/kg dengan menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 cost
sebesar
Rp
Intermediate 63.050,61/kg.
kg kedelai akan menghasilkan 8,84 liter Keuntungan yang diperoleh per kg bahan tempe
kedelai.
Faktor
konversi baku kedelai yaitu sebesar Rp 20.276,30
85
dengan rasio sebesar 20,93%. Hal ini 3.
Penggunaan biaya produksi pada
menunjukkan bahwa mengolah kedelai
agroindustri tempe kedelai sudah
menjadi tempe kedelai akan memberikan
efisien, dengan nilai R/C ratio pada
tambahan nilai produksi yang besar yaitu
agroindustri
dengan harga bahan baku sebesar Rp
skala rumah tangga, kecil dan
8.200,00/kg akan menghasilkan nilai
sedang berturut-turut sebesar 2,14,
produk sebesar Rp87.183,91/kg.
2,14 dan 1,89. 4.
tempe kedelai dalam
Nilai tambah pada agroindustri
BAB 5. KESIMPULAN
tempe kedelai baik dalam skala
1. Persediaan bahan baku agroindustri
rumah tangga, kecil, dan sedang
tempe di Kabupaten Jember yaitu
sudah mampu memberikan nilai
agroindustri tempe kedelai dalam
tambah yang positif. Nilai tambah
skala rumah tangga, kecil dan sedang
per kg bahan baku kedelai pada
memiliki biaya total saat kebutuhan
agroindustri tempe kedelai dalam
bahan
besar
skala rumah tangga, kecil dan
dibanding dengan biaya total saat
sedang yaitu berturut-turut sebesar
EOQ. agroindustri
Rp20.493,96, Rp 30.774,8 dan Rp
baku
yang
lebih
tempe kedelai
skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak pengaman
melakukan dan
tidak
persediaan melakukan
pemesanan akan tetapi melakukan pembelian bahan baku kedelai. 2. Pendapatan pada agroindustri tempe kedelai dalam skala rumah tangga, kecil,
dan
sedang
adalah
menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh agroindustri tempe kedelai per proses produksi dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang berturut-turut
sebesar
Rp7.091.698,84, Rp 11.405.815,60 dan Rp11.622.766,70
28.133,30 . DAFTAR PUSTAKA Bestari, Mitra. 2004. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi (UPFE-UMY) BPS. 2011. Kabupaten Jember dalam Angka. Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. Cahyadi, Wisnu. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bandung: PT Bumi Aksara. Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Abdi Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
86
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Suprapto, 2005. Karakteristik, Jakarta: Penerbit Universitas Penerapan, dan Pengembangan Indonesia. Agroindustri Hasil Pertanian Di Soetrisno, Loekman. 2002. Indonesia. Pembangunan Pertanian Sebuah http://research.mercubuana.ac.id/pro Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: ceeding/penerapandanpengembanga Kanisius. n_agroindustrial.pdf. [diakses Sudiyono, A. 2002. Pemasaran tanggal 02 November 2013] Pertanian. Malang: Universitas Muhamadiyah.