AgroEKOSISTEM
Muara Danau
Iwan Kurniawan Community Development Officer Frankfurt Zoological Society
1
Agustus 2012
Daftar Isi
3 4
AgroEkosistem Muara Danau Gambaran Umum Pola Keruangan Desa Pola Usaha Tani Strategi Rumah Tangga Keadaan Hutan Sekitar Desa Kelembagaan Kesimpulan Rekomendasi
7 7 9 11 15 16 17 19 19
Penutup Sumber Bacaan
20 20
2
Pendahuluan Metodelogi
Pendahuluan Latar Belakang Penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin agar sumberdaya alam dapat dilestarikan sehingga dapat lebih memenuhi kebutuhan umat manusia sekarang dan masa mendatang (Mackinnon, dkk., 1990). Pelestarian kerapkali dianggap sebagai suatu perlindungan yang menutup kemungkinan pemanfaatan sumberdaya. Padahal apabila kawasan yang dilindungi dirancang dan dikelola secara tepat, diakui dapat memberi keuntungan yang lestari bagi masyarakat. Pelestarian memegang peranan penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi di lingkungan pedesaan, turut menyumbangkan peningkatan kualitas hidup penghuninya (Wind, dkk., 1992). Interaksi antara masyarakat sekitar dengan kawasan konservasi umumnya berupa gangguan, baik gangguan masyarakat sekitar hutan terhadap kawasan konservasi atau sebaliknya. Gangguan kawasan pemukiman terhadap kawasan konservasi dapat berupa invasi tumbuhan eksotik, penebangan hutan, perburuan, pengambilan hasil hutan, dan lain-lain. Sebaliknya gangguan yang terjadi dari kawasan konservasi terhadap kawasan budidaya dan pemukiman umumnya berupa gangguan binatang liar, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. Daerah penyangga adalah suatu wilayah yang berada di antara kawasan konservasi dengan wilayah budidaya atau wilayah pemukiman, yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu melindungi kawasan konservasi dan sumberdaya yang ada di dalamnya terhadap gangguan dari kawasan di luarnya, serta untuk melindungi kawasan budidaya atau pemukiman terhadap gangguan yang mungkin terjadi dari kawasan konservasi.
TNBT melaporkan bahwa kawasan ini memerlukan pengamanan yang intensif karena selalu mendapat tekanan dari masyarakat disekitarnya. Bentuk tekanan meliputi penyerobotan lahan, pemukiman liar, dan pengambilan hasil hutan. Faktor penyebab antara lain; (1) sempitnya lahan pertanian, (2) sempitnya lapangan pekerjaan, (3) rendahnya pendapatan masyarakat, (4)
3
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh memiliki peran dan fungsi yang besar dalam pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity) dan perlindungan tata air (hidro-orologi). Saat ini TNBBS masih menyimpan beberapa satwa kunci (orangutan, gajah, dan harimau) yang terancam keberadaannya. Bentuk ancaman yang terlihat adalah menyempitnya luasan habitat akibat pengusahaan lahan (kebun dan ladang) oleh masyarakat sekitar.
rendahnya tingkat kesadaran terhadap kelestarian lingkungan, dan (5) rendahnya tingkat pendidikan. Kerusakan ini juga disebabkan antara lain tata batas yang belum dipahami oleh masyarakat sehingga menimbulkan kerawanan. Faktor politis yang turut memicu rusaknya kawasan hutan adalah reformasi total yang disuarakan sejak tahun 1998 yang akhirnya menyulut keberanian masyarakat untuk mengklaim tanah kawasan sebagai lahan yang bisa dikelola oleh masyarakat, keberanian masyarakat ini juga didasari dikeluarkannya surat keputusan menteri kehutanan tentang pengelolaan hutan kemasyarakatan. Otonomi daerah yang mulai diberlakukan awal Januari 2001 mensyaratkan pengelolaan sumberdaya alam dilakukan semaksimal mungkin (eksploitasi) untuk memperoleh pemasukan bagi daerah dalam membiayai operasional rutinnya. Pada wilayah hutan produksi di sekitar TNBT sudah di bagi habis peruntukkannya kepada sektor swasta untuk dialihfungsikan dengan kegiatan perkebunan sawit, pulp and paper, dan penambangan batu bara. Pengelolaan PAD yang dipaksakan terhadap hasil sumberdaya alam, dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan yang permanen terhadap lingkungan baik fisik maupun biodiversity-nya.
Tujuan Studi ini bertujuan untuk :
Memahami pola interaksi masyarakat terhadap sumberdaya alamnya. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan peluang pengembangannya. Merumuskan usulan pengembangan lebih lanjut melalui pendekatan partisipasi. Mengembangkan usulan pembangunan dalam konteks pengembangan masyarakat dan konservasi sumberdaya alam.
Metodologi Studi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai bentuk-bentuk pengelolaan sumberdaya alam oleh masyarakat. Keputusan untuk menentukan pilihan bentuk pengelolaan sumberdaya alam tersebut lebih didasarkan pada pengetahuan masyarakat setempat, permasalahan dan potensi yang ada. Untuk mendapatkan informasi tersebut, digunakan beberapa pendekatan antara lain :
4
Pendekatan Ekosistem Daerah Penyangga Tujuan utama pengembangan daerah perbatasan kawasan konservasi dititikberatkan pada pelestarian keutuhan kawasan konservasi. Sedangkan tujuan lain adalah upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan kawasan konservasi untuk kepentingan wisata alam, penelitian dan ilmu pengetahuan. Pengembangan daerah kawasan konservasi selalu bertitik tolak pada kelengkapan ekosistem , terutama dalam hal kelengkapan jenis dan struktur hutan. Untuk mencapai tujuan tersebut dialkukan upaya untuk mengurangi tekanan dari luar, mengurangi proses gangguan atau bahkan menghapusnya, serta mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan.
Penilaian sifat ekosistem daerah perbatasan kawasan konservasi dibagi menjadi 3(tiga) kelompok yang didasarkan pada (1) kawasan konservasi; sifat keutuhan alam atau keaslian yang berdasarkan pada tolok ukur kelengkapan dan ketiadaan gangguan (Wind, 1992), (2) daerah penyangga; penyangga perluasan dan penyangga sosial (MacKinnon, 1990), dan (3) daerah budidaya; meliputi produktivitas, stabilitas, sustainabilitas, dan ekuitabiitas (Conway, 1985). Pemahaman Pedesaan Dalam Waktu Singkat Secara ringkas didefinisikan sebagai kegiatan yang dirancang dan dilakukan untuk mendapatkan informasi dan hipotesis baru tentang wilayah atau pedesaan secara cepat dan dilaksanakan secara sistematik interdisipliner (Chambers, 1984). Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat pada prinsipnya adalah proses belajar tentang suatu daerah yang dilakukan secara intensif dan sinambung. Dilaksanakan dengan memanfaatkan beberapa metode, alat dan teknik terpilih untuk meningkatkan pemahaman kondisi daerah, dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dengan penggunaan waktu dan dana yang lebih hemat.
Analisa Pola Analisa pola dilakukan untuk menggambarkan keterkaitan antar unsur dalam ekosistem yang dipelajari untuk menganalisis lebih lanjut. Empat analisis pola yang dipergunakan dalam analisis ini adalah pola ruang, waktu, aliran dan keputusan. Pada analisis pola ruang dipakai diagram peta atau transektor, pola waktu digunakan untuk diagram kalender musim, kecenderungan waktu dan profil sejarah, pola aliran digunakan diagram alir, seperti aliran umpan balik (dampak) input dan output, pola keputusan digunakan diagram balok, table ranking dan pohon keputusan rumahtangga petani, serta diagram venn untuk melihat hubungan keterkaitan (terutama) keputusan) berbagai lembaga yang ada di suatu hierarki.
5
Semua analisis tersebut digunakan untuk menjawab seperangkat persoalan, yaitu pola ruang dengan pertanyaan apa, di mana, pola waktu dengan pertanyaan kapan, pola aliran dengan pertanyaan bagaimana, dan pola keputusan dengan pertanyaan mengapa dan siapa.
6
Gambar peta lokasi studi
AgroEkosistem Muara Danau GAMBARAN UMUM Desa Muara Danau didefinitipkan pada 26 Maret 2012 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Lubuk Kambing yang dimekarkan menjadi 4 desa (Muara Danau, Tanah Tumbuh, Bukit Bakar dan Sungai Pauh) dan 1 keluharan(Lubuk Kambing). Termasuk dalam salah satu desa di Kecamatan Renah Mendaluh, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Propinsi Jambi. Secara administratif desa Muara Danau berbatasan sebelah Utara dengan areal kebun PT Bukit Kausar, sebelah Selatan dengan desa Tanah Tumbuh, sebelah Barat dengan Danau Alo dan sebelah Timur dengan kelurahan Lubuk Kambing. Belum ada data resmi mengenai luas wilayah desa ini. Topografinya relatif datar dan sebagian kecil berbukit dengan ketinggian berkisar 0 – 100 mdpl. Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan + 5 km. Data Kependudukan Muara Danau Desa
KK
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Jiwa
Muara Danau
214
423
432
859
Sumber : aparat pemerintahan desa Muara Danau Jumlah penduduk menurut data sementara yang diperoleh dari aparat desa sebanyak 214 KK, 859 jiwa dengan perincian 432 perempuan dan 423 laki-laki yang tersebar di dua dusun. Administrasi pemerintahan desa membagi wilayah ini menjadi dua dusun yaitu dusun Sungai Gelugur dan dusun Sungai Mawan dengan masing-masing dusun berjumlah 3 RT (rukun tetangga). Terdapat sungai Pengabuan yang memisahkan antara kelompok permukiman dan persawahan.
7
Sarana dan prasarana yang ada di desa ini antara lain jalan desa yang menghubungkan desa dengan Lubuk Kambing sudah beraspal. Fasilitas penghubung lainnya adalah jembatan gantung yang menghubungkan dusun induk dengan permukiman dan persawahan sepanjang + 150m.
Sarana pendidikan yang ada hanya satu Sekolah Dasar Negeri yang juga sering digunakan sebagai tempat musyawarah warga desa. Fasilitas kesehatan yang tersedia adalah bangunan Posyandu sebagai tempat pelayanan kesehatan. Gedung Posyandu digunakan juga sebagai Kantor Desa. Belum ada bidan desa, untuk melahirkan biasanya menggunakan jasa dukun beranak. Untuk sarana ibadah hanya ada satu masjid (Nurul Iman) di dusun Induk. Masjid ini digunakan hanya pada hari Jum’at dan kegiatan keagamaan, belum menjadi tempat ibadah sehari-hari karena kondisi dan kesibukan penduduknya mencari nafkah. Semua penduduk beragama Islam. Terdapat Pondok Pesantren (Padepokan) Bumi Tasbih yang baru dibangun sejak tiga bulan lalu oleh seorang pendatang yang berasal dari Pasuruan – Jawa Timur. Keberadaan PonPes ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan agama Islam di desa khususnya bagi anak-anak dan pemuda.Sarana olahraga yang tersedia antara lain 2 lapangan bola volley, 1 lapangan sepak bola dan 1 lapangan bulu tangkis. Kegiatan olah raga menjadi kegiatan utama pemuda di desa baik perempuan maupun laki-laki. Alat transportasi sehari-hari yang biasa digunakan penduduk adalah kendaraan roda dua (motor). Kendaraan roda empat yang ada lebih banyak digunakan sebagai alat angkut hasil kebun dan sawah dari desa menuju ke tempat penjualan. Sudah ada pasar desa yang di buka setiap hari Jum’at siang – malam hari yang dikelola oleh kelompok pemuda desa. Pasar ini hanya ada < 5 pedagang yang berkumpul di sini yang berasal dari Lubuk Kambing yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Di desa induk sudah ada beberapa warung yang menyediakan kebutuhan pokok. Untuk kebutuhan penerangan sudah ada jaringan listrik di dusun Induk yang dikelola oleh swasta yang hidup selama 12 jam (sore-pagi), sebagian kecil lainnya masih menggunakan genset. Sebagian besar warga masih mengandalkan Sungai Pengabuan dan Sungai Bungin untuk keperluan MCK (mandi, cuci, dan kakus). Sumber ekonomi masyarakat berasal dari kebun karet, sawit, buah-buahan, dan hasil sawah (padi dan palawija). Tidak sedikit penduduk yang masih memperoleh hasil tambahan dengan “menggesek” –mencari kayu di hutan sekitar desa dan juga getah jernang. Sebagian besar warga Muara Danau merupakan penduduk Lubuk Kambing, banyak warga Lubuk Kambing yang memiliki lahan kebun dan sawah dan menetap di Muara Danau. Secara historis, warga ke dua desa ini merupakan satu keturunan yang berasal dari Pagaruyung yang bernama Mandaliko yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama kecamatan yaitu Renah Mendaluh. Penduduk asli adalah etnis Melayu yang merupakan kelompok mayoritas dan sebagain kecil adalah pendatang dari Jawa, Lampung, Medan dan Aceh.
8
Nenek moyang penduduk asli Melayu merupakan peladang berpindah. Mereka mulai menetap dan mendiami wilayah ini di sepanjang sungai Pengabuan sejak tahun 1942 dengan menggantungkan hidupnya pada hasil buah-buahan (durian, duku), padi darat dan juga jernang dan jelutung yang di ambil getahnya (kegiatan ini masih berlangsung sampai sekarang). Tanaman
karet mulai diperkenalkan pada tahun 1972 yang kemudian menjadi sumber ekonomi yang paling utama. Profil Sejarah Desa Muara Danau -
< 1942 1942 1972 1974 1984 2005 2007
-
2008
-
2009 2011
-
2012
ladang berpindah mulai bermukim dan menetap di sepanjang sungai Pengabuan mulai menanam tanaman karet alam pembangunan irigasi sawah perbaikan irigasi sawah mulai ada penanaman padi di sawah - tanaman sawit mulai diperkenalkan - pembangunan jalan aspal Muara Danau – Lubuk Kambing - pembangunan jembatan gantung yang menghubungkan dusun induk dengan lokasi persawahan. - pencetakan sawah dan lahan sawah sudah diusahakan kembali - mulai ada penduduk yang menggunakan genset sebagai alat penerangan FZS mulai melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. - Pembangunan BTS Telkomsel, komunikasi melalui handphone sudah bisa dilakukan. - pasar tradisional mulai di buka. - usulan program HTR oleh masyarakat. - Didefinitipkan menjadi desa. - pembangunan PLTD oleh swasta, masyarakat umum mulai menikmati penerangan listrik.
POLA KERUANGAN DESA
Sketsa Desa Muara Danau(di buat oleh masyarakat)
9
Informasi mengenai luas desa belum tersedia. Berdasarkan observasi, penggunaan lahan desa di bagi menjadi kelompok permukiman dan perkebunan sawit berada di dusun Induk, kelompok permukiman dan persawahan berada di lokasi “proyek irigasi” dan perkebunan karet berada di hutan sekitar desa. Berdasarkan peta yang dikeluarkan Dinas Kehutanan Tanjabar, lebih dari 70% wilayah Muara Danau masuk dalam kawasan hutan produksi. Pada wilayah hutan ini sudah beralih fungsi menjadi kebun karet, kebun sawit, dan persawahan.
Transek Umum Desa Muara Danau
Kemiringan Jarak dari TNBT Jenis Tanah Pemilikan tanah Permasalahan
Suplly alternatif: - Rumput - Kayu bakar
Kebun Sawit
Permukiman
Sawah
50 -100 mdpl Sawit
50 – 100 mdpl Durian, Duku
50 – 100 mdpl Padi, palawija
Kebun Karet, Sawit 50 – 200 mdpl Karet, Sawit
0–5 10 -15 km
0–5 10 km
----10 km
0 – 30 5 km
Hutan Produksi 100 – 300 mdpl Meranti, karet, sawit, jernang, jelutung. 0 – 30 1 km
Masyarakat
Masyarakat, pemerintah - Air tidak merata
Pemerintah
Pemerintah
---
Masyarakat, pemerintah - Sanitasi - Fasilitas Umum
- Pengelolaan kebun karet masih tradisional
- Penegakan hukum
- Kurang - Kurang
- Sedang - Sedang
- Baik - Kurang
-
Baik Baik
-
Baik Baik
10
Tata Guna Lahan Ketinggian Tanaman Pokok
POLA USAHA TANI Sumber ekonomi penduduk berasal dari hasil usaha tani baik kebun karet, sawit, buah-buahan, maupun sawah. Beberapa penduduk masih mengandalkan usaha mencari getah jernang dan jelutung sebagai usaha pendapatan tambahan, demikian pula aktivitas pengambilan kayu di hutan.
Kebun Lahan kebun tersebar hampir di semua tempat. Pada lokasi permukiman, terdapat banyak tanaman buah-buahan dengan dominasi duku dan durian. Umumnya tanaman sudah berusia tua > 50 tahun. Tanaman buah-buahan inilah yang menjadi saksi sejarah bagi perkembangan desa. Tanaman buah menjadi salah satu sumber ekonomi penduduk khususnya etnis Melayu. Sumber ekonomi lainnya adalah karet. Karet sudah diusahakan sejak tahun 1972. Semua penduduk etnis Melayu memiliki kebun karet dengan luas masing-masing antara 0.5 ha – 5 ha. Upaya peremajaan dilakukan dengan menanam bibit karet yang berasal dari batang induk. Karet yang diusahakan adalah jenis karet alam. Belum ada jenis karet yang di tanam dari hasil pemuliaan tanaman. Karet diusahakan dengan di ambil getahnya yang dilakukan sebulan dua kali. Dalam satu hektar, masyarakat bisa memanen karet antara 50kg – 100kg setiap bulannya. Sampai saat ini penduduk belum pernah mendapatkan penyuluhan budidaya tanaman karet. Karet masih dikelola secara tradisional. Karet mentah tersebut di jual di desamelalui pedagang pengumpul dengan harga Rp. 5.000,- - Rp. 8.000,- per kilogramnya (berfluktuasi), biasanya pembeli datang ke desa setiap hari Sabtu.
11
Sebagian kecil warga sudah menanam dan memanen kakao. Kakao menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat tetapi masih sedikit yang mengusahakannya. Pada wilayah kebun lainnya adalah sawit. Sawit mulai diperkenalkan sejak tahun 2007. Saat ini, hamparan kebun sawit terlihat cukup mendominasi penggunaan lahan di desa. Sawit sudah dikelola secara modern. Pihak luar yang mengusahakan sawit di desa di kenal nama “kelompok Suhardiman”, lahannya tersebar di desa dan hutan produksi. Tanaman sawit juga sudah diusahakan oleh beberapa penduduk. Sawit merupakan sumber ekonomi penting bagi desa. Seperti halnya karet, panen sawit bisa dilakukan dua kali dalam sebulan yang di jual ke pedagang pengumpul di desa dengan harga Rp. 1.000,-/kg. Buahah-buahan lainnya yang menjadi sumber ekonomi rumah tangga adalah pinang. Pohon pinang masih di tanam sebagai tanaman selingan.
Kalender Musim Muara Danau
Gesek Kayu Jelutung Jernang Duku Durian Kakao Sawit Karet Padi Bulan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Sawah Hamparan sawah terletak di seberang sungai Bungin. Menurut informasi yang diterima, luas lahan sawah diperkirakan 190 ha dan dari luas tersebut hanya sekitar 15 – 20ha yang aktif, sisanya adalah semak belukar dan juga kebun sawit dan karet. Terdapat dua kelompok persawahan yang di kenal dengan proyek irigasi lama yang saat ini di kelola masyarakat dan proyek irigasi baru yang belum di kelola. Sawah mulai diusahakan sejak tahun 2008. Secara historis, tidak ada penduduk Melayu yang memiliki kemampuan bertani sawah. Para pendatanglah yang mengenalkan bagaimana bertanam padi di sawah, khususnya pendatang dari Medan dan Jawa. Keterbatasan pengetahuan inilah salah satu sebab masih banyaknya lahan sawah belum tergarap. Mereka berharap masih ada pendatang dari Jawa yang bersedia mengelola sawah mereka dengan sistem bagi hasil dan “belahan”. Melihat potensi lahan sawah yang ada, pemerintah kabupaten hampir dipastikan memberikan bantuan kepada penduduk setahun sekali seperti perbaikan irigasi, bantuan bibit, pupuk dan obat-obatan sampai kepada bantuan 2 unit mesin pembajak sawah (handtracktor) yang saat ini sudah tidak bisa di pakai lagi (rusak). Demikian pula dengan Frankfurt Zoological Society (FZS) yang telah memberikan bantuan mesin handtracktor dan mesin perontok padi (power threesher).
12
Saat ini dalam satu tahun sudah dilakukan 3 kali penanaman dengan hasil perhektarnya antara 1 – 3 ton. Musim tanam dilakukan antara bulan Januari – Maret, Mei – Juli, dan September – Nopember. Sebagian kecil lahan diusahakan juga untuk tanaman palawija dan sayuran.
Secara umum belum ada pengaturan yang baik dalam pengelolaan sawah. Musim tanam belum dilakukan secara bersamaan. Masih banyak lahan yang belum tergarap dengan alasan belum kebagian air irigasi dan juga para pemilik yang lahan yang belum memiliki penggarap.
Diagram Dampak Muara Danau
Keseimbangan Iklim
Produktivitas
Keseimbangan Iklim
Produktivitas
+
+
Pendapatan
Pendapatan
Ada Aturan Pengelolaan SDA
Pendapatan
+ SAWAH, KEBUN KARET SAWIT, KAYU, HUTAN
+ Konseravasi tanah dan air
Produkstivitas
Keanekaragaman Hayati
Fungsi Penyangga Kawasan TNBT
Kelestarian TNBT
13
-
+
Ternak Hewan ternak yang biasa dipelihara antara lain ayam, itik, kambing dan kerbau. Ayam dan itik dipelihara untuk di ambil telur dan dagingnya untuk konsumsi sendiri dan di jual jika ada kebutuhan keuangan yang mendesak. Ayam dan itik dipelihara dan dikandangkan hanya pada pagi – sore dilepaskan. Kambing dan kerbau tidak dikandangkan sehingga sering menjadi hama bagi petani komoditas sawah.
Kayu “Menggesek kayu” masih dilakukan oleh banyak masyarakat di desa. Kegiatan ini dilakukan tidak mengenal musim dan berhenti jika ada operasi pengamanan dari instansi kehutanan. Diketahui paling tidak ada 5 kelompok kecil penebang kayu yang berasal dari Muara Danau dan Lubuk kambing. Setiap kelompok terdiri antara 3 – 5 orang. Jenis kayu yang di “gesek” adalah kayu kolim. Dalam sebulan paling tidak mereka mampu mendapatkan 3 – 4 m3 kayu kolim. Kayu kolim di bawa ke desa melalui jalur air sampai ke sungai Pengabuan. Di sini sudah ada pembeli yang siap untuk di angkut ke luar desa. Harga 1 m3 kayu kolim di desa Rp. 2.000.000,-.Selain kayu kolim, biasanya mereka juga menggesek kayu jenis meranti yang digunakan sebagai pelampung ketika membawa kayu kolim melalui jalur sungai. Kayu jenis meranti ini dihargai pembeli di desa Rp. 700.000,-. per meter kubik.
Jernang dan Jelutung
14
Pengambilan getah jernang dan jelutung masih sering dilakukan oleh masyarakat setempat. Biasanya ketika mencari jernang atau jelutung, warga menginap di hutan 3 – 7 hari. Jernang di ambil buahnya, kemudian di ambil minyaknya dengan cara di tumbuk. Harga jual yang relatif tinggi untuk 1 liternya antara Rp. 700.000,- – Rp. 800.000,-, menyebabkan banyak warga mengandalkan jernang sebagai sumber ekomomi alternatif.
STRATEGI RUMAH TANGGA
Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, setiap anggota rumah tangga memiliki perannya masing-masing. Kaum laki-laki (orang tua dan anak) biasanya melakukan aktivitas di hutan untuk mencari karet, kayu dan jernang. Untuk di sawah, biasanya dalam setiap tahapan proses, semua anggota keluarga (kecuali anak-anak) dilibatkan mulai dari persiapan lahan sampai pemanenan. Untuk urusan kebun lebih banyak didominasi oleh kaum lakilaki. Kaum ibu rumah tangga umumnya lebih banyak tinggal di rumah. Kegiatan produktif yang dilakukan antara lain membuat tikar dari daun gelagah yang banyak tumbuh di desa. Tikar di buat untuk kebutuhan sendiri dan di jual jika ada pembeli.
Pohon Keputusan Rumah Tangga
Bertani :
+
Tinggi
Sawah Sawit Karet
+ Pemilikan
Ketergantungan terhadap hutan
Ekonomi/materi
Lahan
_
_
Buruh bangunan Buruh angkut Cari jernang Cari jelutung Penggarap sawah Menebang kayu
Tinggi
15
Rumah Tangga
KEADAAN HUTAN DI DESA Secara umum sebagian besar hutan di sekitar desa sudah berubah fungsi menjadi kebun karet, kakao dan sawit, terlihat juga beberapa wilayah yang sudah mulai di buka dengan di tebang dan di bakar. Pada beberapa tempat masih terlihat hutan dengan kondisi yang relatif masih baik. Pada areal ini, juga terlihat banyak sekali bekas tebangan kayu. Jenis kayu di ambil biasanya kayu kolim dan meranti. Kayu meranti digunakan sebagai pelampung bagi kayu kolim ketika di bawa ke desa melalui jalur sungai. Pada wilayah ini, satwa yang masih terlihat adalah rusa dan babi. Sering terlihat jerat rusa yang masih aktif. Belum diketahui secara pasti berapa luas wilayah hutan yang masuk dalam wilayah administrasi desa. Berdasarkan peta yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan juga informasi dari masyarakat, + 70% wilayah desa masuk dalam areal hutan produksi.
16
Wilayah hutan di sekitar desa ditetapkan oleh pemerintah sebagai areal cadangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 1.600 ha. Lokasi ini juga termasuk wilayah permukiman dan persawahan yang ada di desa. Tumpang tindih kebijakan kehutanan juga merupakan masalah tersendiri bagi masyarakat desa. Pada wilayah cadangan HTR, + 100 ha., sudah diusulkan untuk dikelola oleh masyatakat.
KELEMBAGAAN Beberapa lembaga atau kelompok masyarakat yang berhasil diperoleh antara lain; kelompok tani, kelompok pemuda, lembaga desa, dan lembaga adat yang memiliki perannya masing-masing. Kelompok dominan yang berpengaruh terhadap perkembangan desa adalah lembaga desa, kelompok tani dan lembaga adat.
Diagram Venn Hubungan Keterkaitan Lembaga
Perusahaan Sawit Kelompok Ibu-ibu
Kelompok Tani
Lembaga Adat
MASYARAKAT
MASYARAKAT
Pemerintah Kabupaten Pemerintah Desa
Kelompok Pemuda
Lembaga Desa Sebagai sebuah desa yang baru didefinitkan, Muara Danau sudah memiliki alat kelengkapan desa untuk menjalankan roda pemerintahan di desa. Tetapi semua itu sifatnya masih sementara, menunggu sampai terbentuknya Kepala Desa yang dipilih langsung oleh masyarakat. Pemilihan kepala desa baru akan diselenggarakan paling lama satu tahun sejak didefinitifkan.
Beberapa permasalahan yang berhasil dihimpun dari aparat desa antara lain; tidak semua orang yang ditunjuk sebagai aparat desa mengerti dan memahami fungsi dan tugasnya masing-masing. Roda pemerintahan desa masih di atur oleh pejabat dari Kecamatan. Beberapa rencana program dari pemerintah desa antara lain; menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa, membangun Kantor
17
Desa sering kali melakukan musyawarah desa khususnya dalam menginformasikan beberapa program pembangunan yang berasal dari pemerintah kecamatan dan kabupaten.
Pemerintahan Desa, membangun Madrasah Tsanawiyah (setingkat Sekolah Dasar) dan melanjutkan pembangunan masjid desa (Nurul Iman). Kelompok Tani Tercatat ada 3 kelompok tani yang terbagi dalam kelompok tani sawah ada dua kelompok yaitu Kelompok Tani (KT) Talang Makmur dan KT Karya Maju. Ke dua kelompok ini masih di dominasi oleh warga Lubuk Kambing yang memiliki lahan sawah di lokasi proyek. Kelompok lainnya adalah Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Tirta Lestari yang di bentuk atas inisiatif warga dalam mendorong kebijakan dari pemerintah daerah untuk mengelola areal Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Kelompok Perempuan Hampir di setiap Rukun tetangga (RT) terdapat kelompok perempuan. Umumnya mereka membentuk kelompok untuk kegiatan yasinan dan arisan yang dilakukan setiap hari Jum’at baik siang maupun malam. Keberadaan kelompok ini sangat membantu perekonomian keluarga khususnya kegiatan arisan. Kelompok Pemuda Hanya ada satu kelompok pemuda yang ada di desa. Kelompok ini lebih banyak bergiat pada bidang keolahragaan dan kepemudaan khususnya pada peringatan hari-hari besar nasional. Kelompok ini juga dipercaya oleh desa untuk mengelola pasar desa. Lembaga Adat Kegiatan adat masih dilakukan oleh masyarakat khususnya untuk penyelenggaraan acara pernikahan. Adat masih dilibatkan dalam menyelesaikan beberapa persoalan seperti lahan, konflik pemuda dan kegiatan keagamaan. Organisasi adat diputuskan oleh pemerintah desa. Ketua Adat saat ini adalah Damiri yang juga merangkap sebagai koordinator keamanan desa. Pemerintah Lembaga pemerintah yang memiliki hubungan cukup kuat di desa adalah pemerintah kecamatan, Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan Umum. Ke tiga lembaga ini memiliki intervensi dan perannya masing-masing.
18
Pemerintah Kecamatan lebih banyak intervensi terhadap pembinaan administrasi kelembagaan desa dan juga program di bidang kependudukan seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sementara Dinas Kehutanan lebih banyak terlibat dalam kegiatan kehutanan karena sebagian besar wilayah desa merupakan wilayah hutan produksi. Dinas Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum berperan dalam membangun dan memajukan kegiatan pertanian sawah seperti memberikan bantuan pembinaan, bibit dan perbaikan irigasi persawahan.
Perusahaan sawit Lembaga lain yang cukup berperan terhadap pembangunan desa adalah perusahaan perkebunan sawit yang ada di desa yang di kenal dengan “kelompok Suhardiman”. Keberadaan perusahaan ini telah banyak membantu warga terutama dalam bidang keagamaan seperti pembangunan masjid, dan membantu kegiatan kepemudaan khususnya bidang keolahragaan.
Kesimpulan 1. 2. 3. 4. 5.
Desa Muara Danau merupakan desa baru hasil pemekaran dari kelurahan Lubuk Kambing yang didefinitifkan pada Maret 2012. Belum ada data pasti yang menyebutkan luasan wilayah administrasi desa. Sumber ekonomi rumah tangga sangat bergantung pada sumberdaya hutan karena sebagian besar wilayah desa masuk dalam kawasan hutan produksi. Pengetahuan masyarakat untuk budidaya komoditas kebun dan sawah masih terbatas. Kegiatan illegal di kawasan hutan produksi masih sering terjadi antara lain jual beli lahan, perkebunan, dan pengambilan kayu.
Rekomendasi
2.
3. 4.
5.
Untuk menghindari kerusakan hutan produksi lebih lanjut, perlu dilakukan upaya pembinaan masyarakat khususnya mencarikan alternatif sumber ekonomi baru sesuai potensi yang tersedia seperti usaha tikar dan juga mengintesifkan pola budidaya kebun (karet) dan sawah melalui pelatihan dan atau studi banding serta assistensi teknis. Beberapa kelompok masyarakat yang potensial seperti kelompok tani sawah dan kelompok tani hutan perlu diperkuat dalam hal pengorganisasian kelompok. Penguatan bisa dilakukan melalui pelatihan management kelompok. Perlu di dorong usaha budidaya ikan kolam di sekitar persawahan dan ternak kambing dan sapi sebagai sumber pupuk alami untuk sawah dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Penegakan hukum dan penyuluhan dari instansi terkait harus sering dilakukan untuk memberikan informasi kehutanan yang benar kepada masyarakat untuk meminimalkan dampak kerusakan hutan. Program bantuan yang diberikan kepada masyarakat harus dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan dan bermanfaat.
19
1.
Penutup Agroekosistem desa Muara Danau merupakan informasi dasar dari desa yang terus berubah setiap saat. Tidak semua informasi tersedia dalam studi ini, untuk itu beberapa informasi lainnya dapat di tulis dalam bentuk laporan lainnya. Kiranya AgroEkosistem desa Muara Danau dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya. Masukan dan kritik yang konstruktif dan membangun dalam pelaksana studi yang akan datang atau perbaikan dari penulisan ini sangat diharapkan sekali.
Sumber Bacaan
20
MacKinon, Katty, 1990., Wind, 1992., Conway, 1985., dan Chamber 1985., di ambil dari Scholl of Environment Conservation Management (SECM), Pusdiklat Departemen Kehutanan dan Yayasan WWF Indonesia, 1990. Modul Pelatihan Rural Rapid Appraisal (RRA).