JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SEBAGAI PREDIKTOR KEBERHASILAN MAHASISWA DALAM PERKULIAHAN KIMIA DASAR (Diterima 18 Mei 2016; direvisi 30 Juni 2016; disetujui 30 Juni 2016) Aditya Rakhmawan1 dan Mudmainah Vitasari2 1,2
Jurusan Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Email:
[email protected]
Abstract This study aims to determine the relationship between the ability to think logically with basic chemistry student ability. The research sample as many as 33 students majoring in science education, University of Sultan Ageng Tirtayasa. Sampling using purposive sampling method. The design study is correlational research design with survey as a research method. The instrument used in this study is the Test of Logical Thinking (TOLT). The results showed a correlation between the score TOLT with a score of Basic Chemistry 1 at 0.359. Then, the correlation between TOLT score with Basic Chemistry 2 at 0.415. Keywords: Logical Thinking, TOLT, Basic Chemistry, Correlation Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara kemampuan berpikir logis dengan kemampuan kimia dasar mahasiswa. Sampel penelitian sebanyak 33 orang mahasiswa jurusan pendidikan IPA, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Desain penelitian yang digunakan desain penelitian korelasional dengan metode survey. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen Test of Logical Thinking (TOLT). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara skor TOLT dengan skor Kimia Dasar 1 sebesar 0,359. Kemudian, korelasi skor TOLT dengan skor Kimia Dasar 2 sebesar 0,415. Kata kunci: Kemampuan berpikir logis, TOLT, Kimia Dasar, Korelasi
99
memahami
PENDAHULUAN Menurut Undang-undang No. 20
berbagai
persoalan
dan
memecahkan persoalan tersebut dengan
Tahun 2003 pasal 1 ayat 1, pendidikan
solusi yang jitu.
adalah usaha sadar dan terencana untuk
Piaget dan Inhelder (1969; dalam
mewujudkan suasana belajar dan proses
Cantu & Herron, 1978) menyatakan
pembelajaran agar peserta didik secara
bahwa kesulitan siswa dalam memahami
aktif mengembangkan potensi dirinya
konsep
untuk
spiritual
perkembangan intelektual siswa. Dalam
diri,
teori perkembangan kognitif Piaget,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
perkembangan kognitif terbagi menjadi
serta
diperlukan
empat jenjang, yaitu: (1) Sensori-motor
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
stage (0-2 tahun). Di jenjang ini seorang
Pemerintah menyadari bahwa setiap
anak tidak terlalu berpikiran konseptual;
manusia
perbedaan
(2) preoperational thought stage (2-7
kemampuan dalam proses belajarnya.
tahun). Pada jenjang ini ditandai dengan
Oleh karena itu pendidikan menjadi
perkembangan keterampilan berbahasa;
usaha
memiliki
keagamaan,
kekuatan
pengendalian
keterampilan
yang
memiliki
sadar
ini
terkait
dengan
terencana
untuk
(3) Concrete operation stage (7-11
proses
belajar
yang
tahun). Pada jenjang ini seorang anak
setiap
peserta
didik.
mulai belajar memecahkan masalah
Pendidikan yang baik akan mampu
dengan logika namun hanya untuk
melihat berbagai perbedaan kemampuan
permasalahan yang konkrit; dan (4)
dari peserta didik, khususnya dari
Formal operation stage (11-15 tahun).
perkembangan
Pada jenjang ini seorang anak mulai
mewujudkan optimal
bagi
berpikirnya.
dan
abstrak
kemampuan Berdasarkan
proses pendapat
belajar
memecahkan
setiap
Cohen (1980) “the higher the ability of a
permasalahan baik yang konkrit maupun
person to think in an abstract way, the
abstrak
menggunakan
higher the ability of the person will
Seorang
anak
function effectively in the society”.
kognitif nya telah mencapai jenjang
Dengan kata lain, semakin seseorang
operasi formal (formal operation) akan
mampu berpikir secara abstrak, maka
lebih
seseorang itu semakin mampu untuk
permasalahan-permasalahan
memfungsikan dirinya dengan baik di
proses
masyarakatnya.
disebabkan
Semakin
tinggi
menggunakan
semakin
memecahkan
orang
itu
untuk
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
memecahkan
pembelajarannya. ia
nya.
perkembangan
mudah
kemampuan berpikir seseorang, maka mudah
yang
logika
dalam Hal
ini
telah
mampu
pikirnya
untuk
berbagai
permasalahan
Rakhmawan dan Vitasari
100
konkrit maupun abstrak secara logis dan
dapat mengukur kemampuan penalaran
sistematis. Dipercaya bahwa penalaran
formal siswa. Instrumen yang mampu
formal (formal reasoning) yang menjadi
mengukur penalaran formal siswa yang
karakteristik pada jenjang operasi formal
mencakup semua penalaran (reasoning)
merupakan hal yang sangat penting bagi
tersebut disusun oleh Tobin dan Capie
seorang anak untuk sukses di bidang
(1981) dalam bentuk Test of Logical
sains dan kejuruan . Beberapa peneliti
Thinking (TOLT) (Yenilmez, dkk, 2005;
lain menyatakan bahwa kemampuan
Tobin dan Capie, 1981). Kemampuan
penalaran
berpikir logis digunakan sebagai ciri
formal
indikator
siswa
keberhasilan
menjadi dalam
seseorang
yang
matematika dan sains-nya (Cantu &
penalaran
formal
Herron, 1978 dalam Trifone, 1987).
penalaran logis (logical reasoning).
Kemampuan berpikir formal ini sangat
Soal-soal TOLT dikemas dalam bahasa
siswa
berbagai
yang sangat sederhana sehingga cocok
pembelajaran yang menuntut keaktifan
untuk anak-anak sekolah menengah.
siswa dalam berpikir khususnya dalam
TOLT sebenarnya lebih menekankan
memecahkan
pada
butuhkan
siswa
dalam
permasalahan
yang
mencapai
jenjang
dalam
bentuk
kemampuan
solving
diberikan. Oleh karena itu, peningkatan
seseorang,
kemampuan berpikir formal siswa dalam
bagaimana prior knowledge-nya atau
bentuk penalaran formalnya itu sangat
pun pengetahuan konsep yang ia miliki.
penting untuk bisa memahami berbagai
Dengan
konsep-konsep abstrak kimia dengan
digunakan dalam berbagai tingkat di
baik.
sekolah menengah. Pengetahuan tentang penalaran
tidak
problem
mempertimbangkan
demikian
Kemampuan
TOLT
TOLT
dapat
dalam
formal mahasiswa dalam pembelajaran
mengukur penalaran formal
menjadikannya sangat penting untuk
didik ini maka diperkirakan TOLT akan
dapat melihat kemampuan mahasiswa
mampu memprediksi tingkat kesuksesan
dalam
seorang mahasiswa dalam mengikuti
belajar.
Dengan
demikian,
pengetahuan tentang penalaran formal
perkuliahannya
ini
demikian, dosen akan lebih mampu
seharusnya
sebelum
memulai
di
kelas.
peserta
pembelajaran menjadi sangat penting
untuk
untuk
bentuk
pembelajaran yang lebih efektif dan
yang
akan
efisien dalam mengatasi kemungkinan
ini
maka
buruk
strategi
mempertimbangkan pembelajaran
diterapkan.
Terkait
dikembangkan suatu instrumen yang
mempersiapkan
Dengan
yang
telah
strategi
diprediksi
menggunakan TOLT ini.
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
101
Berdasarkan
latar
belakang
digunakan untuk mendapatkan data di
tersebut maka permasalahan yang perlu
tempat
dijawab adalah “Bagaimana kemampuan
diambil merupakan data yang alami
berpikir logis mahasiswa dapat menjadi
tanpa ada perlakuan seperti halnya
prediktor bagi kesuksesan mahasiswa
eksperimen (Sugiyono, 2015).
keguruan rumpun sains?” Agar dapat
tertentu
Data
dimana
yang
data
diperoleh
yang
dalam
menjawab pertanyaan penelitian tersebut
penelitian ini berupa data kemampuan
maka dirancang beberapa pertanyaan
berpikir logis, data nilai kimia dasar 1
yang lebih khusus untuk mengarahkan
dan data nilai kimia dasar 2. Data
penelitian, yaitu:
kemampuan berpikir logis diperoleh
Bagaimana tingkat kemampuan berpikir
logis
menggunakan instrumen Test of Logical
mahasiswa
Thinking (TOLT) dari Tobin dan Capie
keguruan pada rumpun sains?
(1981). Data nilai kimia dasar 1
Bagaimana sebaran nilai kimia
merupakan nilai akhir yang diperoleh
dasar 1 dan kimia dasar 2
dari perkuliahan kimia dasar 1 di
mahasiswa pendidikan IPA?
semester 1 yang pernah mereka jalani.
Bagaimana
korelasi
antara
Begitu pula dengan data nilai kimia
logis
dasar 2 merupakan nilai akhir yang
mahasiswa dengan kimia dasar 1
diperoleh dari perkuliahan kimia dasar 2
dan kimia dasar 2 mahasiswa
di semester 2 yang pernah mereka jalani.
kemampuan
berpikir
pendidikan IPA?
Hubungan yang akan dicari dari 3
Berdasarkan permasalahan yang
variabel ini adalah seperti Gambar 1
diangkat maka penelitian ini bertujuan
berikut.
untuk menjadikan Test of Logical Thinking menjadi dasar pertimbangan yang meyakinkan untuk mengantisipasi kegagalan
mahasiswa
di
dalam Gambar 1. Hubungan Tiga Variabel
perkuliahan.
dalam Penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
penelitian
korelasional
menggunakan
pendekatan
dengan
desain
eksperimental
yaitu
merupakan
Dalam penelitian ini, terdapat
yang
beberapa penalaran yang perlu diukur untuk
kuantitatif
penelitian berupa
penalaran
non
mengetahui formal
kemampuan
mahasiswa
yang
relevan dengan pembelajaran sains.
survei
Dalam
(Creswell, 2009). Metode survei ini JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
hal
ini,
Lawson
(1978)
Rakhmawan dan Vitasari
102
mengidentifikasi
terdapat
lima
beralasan
akan
dinilai
benar
jika
kemampuan penalaran yang relevan
jawaban beserta alasannya juga benar.
dengan
Namun jika salah satu diantara jawaban
pembelajaran
penalaran
sains
proporsional,
probabilistik,
yaitu
penalaran
pengontrolan
dan
alasannya
salah,
maka
tidak
variabel,
mendapat nilai. Sedangkan untuk soal
penalaran korelasional, dan penalaran
untuk penalaran kombinatorial, yaitu
kombinatorial. Tobin dan Capie (1981)
soal 9 dan 10, peserta tes diharuskan
kemudian menyusun suatu instrumen
memberikan semua kombinasi yang
yang
mungkin agar mendapatkan skor 1 poin
mencakup
semua
penalaran
tersebut dalam bentuk Test of Logical Thinking
(TOLT).
TOLT
(Etzler & Madden, 2014).
yang
Pertanyaan-pertanyaan
dikembangkan oleh Tobin dan Capie
TOLT
(1981) digunakan untuk menentukan
sehingga
kemampuan
formal
untuk
2005).
Pertanyaan dalam TOLT terbebas dari
Kemampuan berpikir logis digunakan
pemahaman suatu bidang studi tertentu,
sebagai
telah
sehingga dapat digunakan untuk jurusan
formal
apapun yang ingin diuji kemampuan
mahasiswa
penalaran (Yenilmez,
ciri
mencapai
dkk,
seseorang
jenjang
yang
penalaran
dirancang
dalam
minimal anak
dalam bentuk penalaran logis. Soal-soal
berpikir logisnya.
TOLT dikemas dalam bahasa yang
Mata
sangat
sederhana
dapat
digunakan
sekolah
kuliah
kimia
menengah.
dasar
di
sangat sederhana sehingga cocok untuk
jurusan pendidikan IPA terbagi menjadi
anak-anak sekolah menengah. Dalam
dua, yaitu kimia dasar 1 di semester 1,
penelitian ini sendiri, soal TOLT yang
dan kimia dasar 2 di semester 2. Kimia
digunakan sebagai
dasar 1 memuat materi seperti materi
atas
sepuluh
soal
instrumen terdiri pilihan
ganda
dan perubahannya, struktur atom, sistem
beralasan (two tier multiple choice) yang
periodik unsur, ikatan kimia dan kimia
mengukur lima bentuk penalaran yang
unsur. Sedangkan kimia dasar 2 memuat
dipaparkan
Setiap
materi seperti stoikiometri kimia, kimia
penalaran ini diwakili oleh masing-
larutan, kesetimbangan larutan, asam
masing dua soal dalam TOLT, dimana
basa, laju reaksi, elektrokimia, kimia
empat penalaran dalam bentuk pilihan
organik, dan makromolekul. Data nilai
ganda beralasan terkecuali penalaran
kimia dasar 1 dan 2 diperoleh dari nilai
kombinatorial dimana peserta harus
tugas, UTS dan UAS masing-masing
memaparkan
dengan komposisi 30%, 35%, dan 35%.
sebelumnya.
setiap
kemungkinan
jawaban yang ada. Soal pilihan ganda JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
103
Data TOLT, kimia dasar 1 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kimia dasar 2 kemudian diorganisir
Berdasarkan hasil penelitian ini
dalam satu kelompok data. Kemudian
diperoleh
data TOLT dilihat korelasinya dengan
berpikir logis mahasiswa, nilai akhir
kimia dasar 1 dan kimia dasar 2 secara
kimia dasar 1, dan nilai akhir kimia
statistik menggunakan Pearson Product
dasar 2. Data kemampuan berpikir logis
Moment.
menggunakan
diorganisir dalam suatu tabel yang
Pearson Product Moment ini seringkali
memuat kelima ciri berpikir logis, yaitu
disebut juga korelasi Pearson. Seberapa
penalaran
tinggi hubungan antara dua variabel ini
probabilistik,
dinyatakan
koefisien
penalaran korelasional, dan penalaran
korelasi (r). Sugiyono (2015) mengutip
kombinatorial. Data dalam Tabel 1
rumusnya sebagai berikut:
berikut
Analisis
menggunakan
data
terkait
kemampuan
proporsional,
penalaran
pengontrolan
merupakan
rekap
variabel,
hasil
pengumpulan data terkait kemampuan √
berpikir logis mahasiswa pendidikan
Nilai koefisien korelasi ini disebut
IPA, UNTIRTA tahun ajaran 2014
juga nilai korelasi Pearson yang nilainya
berdasarkan instrumen TOLT.
berada di antara -1 < r < 1. Bila nilai r =
Menurut
Trifone
(1987)
0, berarti tidak ada korelasi atau tidak
kemampuan
ada hubungan antara kedua variabel.
penting saat siswa dihadapkan dengan
Nilai r = +1 berarti terdapat hubungan
praktikum yang dilakukan berulang-
yang positif antara kedua variabel. Nilai
ulang
r = -1 berarti terdapat hubungan yang
memperkirakan
negatif antara kedua variabel. Dengan
kemungkinan yang akan terjadi dengan
kata
“-“
percobaan yang dilakukan berulang kali.
menunjukkan arah hubungan di antara
Siswa nampak lemah dari sisi ini, hal ini
variabel yang sedang diolah.
kemungkinan disebabkan karena siswa
lain,
tanda
“+”
dan
Sampel dalam penelitian ini yaitu
tidak
penalaran
kali.
Siswa
pernah
probabilistik
harus
mampu
kemungkinan-
dibiasakan
untuk
mahasiswa jurusan pendidikan IPA,
melakukan kegiatan laboratorium yang
UNTIRTA.
dilakukan secara berulang kali. Kegiatan
Mahasiswa-mahasiswa
tersebut telah melalui ujian kimia dasar
laboratorium semacam ini
1 dan kimia dasar 2. Sehingga nilai-nilai
seringkali dilakukan oleh para laboran-
yang diperoleh merupakan nilai alami
laboran atau kimiawan yang berupaya
kemampuan
untuk melihat keteraturan pola data dan
mereka
tanpa
ada
perlakuan.
memang
juga menyimpulkan data yang diambil
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
104
dari sekian kali percobaan. Kegiatan
melihat keterkaitan satu variabel dengan
laboratorium
seharusnya
variabel lainnya. Dalam kimia siswa
merupakan aktivitas yang biasa dalam
seringkali diberi contoh tentang laju
pembelajaran
reaksi yang dihubungkan dengan proses
seperti
ini
kimia,
karena
kimia
dikembangkan melalui aktivitas inkuiri
melarutkan
atau discovery. Namun kenyataannya,
dengan
siswa
jarang
minuman dari granule (gula pasir).
dibiasakan melakukan aktivitas inkuiri
Contoh ini sangat kontekstual dalam
ini sehingga mereka memiliki penalaran
kehidupan keseharian siswa. Hal ini
probabilistik yang rendah.
memungkinkan siswa untuk belajar
kemungkinan
sangat
Penalaran
kombinatorial,
melihat
antara
minuman
membuat
pengaruh
serbuk
minuman
dari
perbedaan
satu
penalaran proporsional, dan pengontroal
variabel terhadap variabel lainnya, disaat
variabel dari siswa memiliki skor yang
variabel yang lainnya tetap. Hal ini yang
tidak terlalu jauh berbeda. Dalam kimia,
memungkinkan
penalaran
paham
kombinatorial
salah
satu
penalaran yang diperlukan siswa dalam mengakomodir isomer
yang
semua
masih
walaupun
tetap konteks
permasalahannya berbeda.
kemungkinan
Data skor kimia dasar 1 dan kimia
dari
suatu
dasar 2 kemudian diorganisir bersama
Terkadang
kimia
dengan data skor TOLT dalam Tabel 2.
organik bagi siswa menjadi salah satu
Data TOLT dan kimia dasar 1 kemudian
mata
dikorelasikan
senyawa
mungkin
siswa
organik.
pelajaran
yang
tidak
terlalu
menggunakan
analisis
menjemukan karena tidak terlalu banyak
statistik korelasi Pearson. Demikian pula
perhitungan-perhitungan.
dengan data TOLT dengan kimia dasar 2
Penalaran
proporsional merupakan penalaran yang
dikorelasikan
menggunakan
digunakan
statistik
korelasi
untuk
memahami
aspek
analisis Pearson.
kuantitatif dari suatu permasalahan. Penalaran penalaran
ini
menjadi
yang
salah
cukup
satu tinggi
dibandingkan penalaran lain, hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan perhitunganperhitungan yang mereka alami selama di sekolah formal. Pengontrolan variabel sangat
penting
bagi
siswa
dalam
merancang suatu eksperimen
untuk
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
105
Tabel 1. Tabel Skor TOLT Mahasiswa Pendidikan IPA Angkatan 2014 Nama
Proportional Reasoning
Controlling Variables
Probabilistic Reasoning
Skor 1 - 2
Skor 3 - 4
Skor 5 - 6
Correlational Reasoning Skor 7 – 8
Kombinatorial Reasoning
Skor TOLT Total
Skor 9 - 10
Subjek 1
1
0
0
0
0
1,0
Subjek 2
0
0
0
1
0
1,0
Subjek 3
1
2
0
1
0
4,0
Subjek 4
1
0
2
0
0
3,0
Subjek 5
0
0
0
2
1
3,0
Subjek 6
2
2
0
1
2
7,0
Subjek 7
2
2
1
0
1
6,0
Subjek 8
2
0
1
0
1
4,0
Subjek 9
1
2
0
1
1
5,0
Subjek 10
0
0
0
0
0
0,0
Subjek 11
2
2
2
1
1
8,0
Subjek 12
1
0
0
1
1
3,0
Subjek 13
0
0
0
0
1
1,0
Subjek 14
1
1
2
1
0
5,0
Subjek 15
1
2
0
0
2
5,0
Subjek 16
1
2
0
0
1
4,0
Subjek 17
0
2
0
2
2
6,0
Subjek 18
2
2
0
0
2
6,0
Subjek 19
0
0
0
1
2
3,0
Subjek 20
1
2
0
0
0
3,0
Subjek 21
2
0
0
0
1
3,0
Subjek 22
2
1
1
1
1
6,0
Subjek 23
1
0
0
0
1
2,0
Subjek 24
0
2
0
0
2
4,0
Subjek 25
2
2
0
0
2
6,0
Subjek 26
0
2
0
2
1
5,0
Subjek 27
2
2
1
2
2
9,0
Subjek 28
2
0
0
1
1
4,0
Subjek 29
2
2
0
1
1
6,0
Subjek 30
0
0
0
0
2
2,0
Subjek 31
2
0
2
2
1
7,0
Subjek 32
0
1
0
0
0
1,0
Jumlah
34
33
Ratarata
1,1
1,0
12
21
33
133
0,4
0,7
1,0
4,2
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
106
Tabel 2. Korelasi antara Skor TOLT dengan Skor Kimia Dasar 1 dan Kimia Dasar 2 Skor TOLT Skor Kimdas Skor Nama Total 1 Kimdas 2 1 57,8 68,8 Subjek 1 1 52,8 69,4 Subjek 2 4 75,3 81,2 Subjek 3 3 70,4 82,0 Subjek 4 3 67,0 82,0 Subjek 5 7 60,5 61,1 Subjek 6 6 71,4 91,2 Subjek 7 4 80,0 86,0 Subjek 8 5 72,9 73,3 Subjek 9 0 54,5 58,7 Subjek 10 8 73,0 85,5 Subjek 11 3 54,4 70,8 Subjek 12 1 48,7 61,0 Subjek 13 5 50,5 70,9 Subjek 14 5 74,0 84,7 Subjek 15 4 69,5 83,1 Subjek 16 6 58,0 73,4 Subjek 17 6 70,8 80,7 Subjek 18 3 70,5 80,9 Subjek 19 3 41,8 70,1 Subjek 20 3 67,1 82,2 Subjek 21 6 63,8 81,6 Subjek 22 2 50,7 68,2 Subjek 23 4 53,3 59,7 Subjek 24 6 59,2 56,6 Subjek 25 5 55,9 69,415 Subjek 26 9 63,3 83,6 Subjek 27 4 60,9 81,196 Subjek 28 6 59,1 84,3 Subjek 29 2 48,8 69,604 Subjek 30 7 51,6 81,5 Subjek 31 1 50,3 67,8615 Subjek 32 0,359642601 Korelasi TOLT dan Kimdas 1 0,415560291 Korelasi TOLT dan Kimdas 2
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
107
Berdasarkan data Tabel 2, terlihat
kognitif
formal
operational.
bahwa
dalam
Piaget
bahwa skor TOLT memiliki korelasi
menyatakan
berpikir
positif baik dengan capaian kimia dasar
formal operational seseorang harus
1 maupun capaian kimia dasar 2.
memiliki kemampuan penalaran formal
Korelasi antara skor TOLT dengan
yang memadai.
capaian kimia dasar 1 adalah sebesar
Hal ini yang menyebabkan bahwa
0,359, sedangkan korelasi antara skor
kemampuan berpikir logis yang diukur
TOLT dengan capaian kimia dasar 2
menggunakan TOLT dari Tobie dan
adalah
Capie (1981) dapat digunakan sebagai
sebesar
0,415.
Hal
ini
menunjukkan bahwa melalui nilai TOLT
prediktor
kita bisa mengetahui sampai sejauh
mahasiswa/ peserta didik dalam mata
mana mahasiswa memiliki kemampuan
kuliah kimia dasar. Dengan kata lain,
dalam
dasar.
hasil penelitian ini sesuai dengan apa
Berdasarkan Tabel 2 tersebut, nampak
yang disimpulkan oleh Etzler dan
bahwa kedua korelasi tersebut bernilai
Madden (2014) bahwa skor TOLT dapat
positif, hal ini mengartikan bahwa skor
digunakan sebagai prediktor kesuksesan
TOLT
mahasiswa dalam mata kuliah tertentu,
perkuliahan
kimia
semakin
besar
akan
terhadap
kesuksesan
menghasilkan capaian nilai kimia dasar
dalam hal ini perkuliahan kimia dasar.
nya pun akan semakin tinggi. Dengan
KESIMPULAN
demikian, dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian maka
melalui skor TOLT, dapat diprediksi
dapat disimpulkan bahwa skor TOLT
seberapa jauh siswa dapat mengikuti
atau capaian kemampuan berpikir logis
perkuliahan kimia dasar dan mencapai
mahasiswa/
kesuksesan dalam ujian tengah semester
digunakan
(UTS) dan ujian akhir semester (UAS)
dalam kesuksesan capaian mahasiswa
nya.
dalam perkuliahan kimia dasar. Hal ini Hasil penelitian ini sejalan sebab
kemampuan
menjadi
dapat prediktor
dikarenakan bahwa antara skor TOLT dan skor kimia dasar 1 dan kimia dasar
indikator seseorang dapat berpikir secara
2, memiliki nilai korelasi yang positif
abstrak. Kimia dasar sendiri merupakan
melalui
mata kuliah yang sangat menuntut
Pearson Product Moment.
ntuk
logis
untuk
didik
menjadi
mahasiswa
berpikir
peserta
mampu
berpikir
perhitungan
Penelitian
menggunakan
ini
masih
abstrak. Hal ini dikarenakan konsep-
membutuhkan pengkajian lebih jauh
konsep kimia banyak memuat konsep-
lagi,
konsep
penelitian
yang
membutuhkan
level
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
khususnya
dari
yang
sisi
diambil
sampel sehingga
Rakhmawan dan Vitasari
108
penelitian berikutnya akan lebih layak
Trifone, J. D. 1987. The test of logical thinking. The American Biology Teacher. 49(8), 411-416.
untuk digeneralisasikan pada lingkup yang lebih luas.
Yenilmez, A., S. Sungur, and C. Tekkaya. 2005. Investigating students’ logical thinking abilities: The effects of gender and grade level. Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi. 28, 219-225.
DAFTAR PUSTAKA Cantu, L. L., and J. D. Herron, 1978. Concrete and formal piagetian stages and science concept attainment. Journal of Research in Science Teaching. 15(2), 135143. Cohen, H. G. 1980. Dilemma of the objective paper-and-pencil assessment within the piagetian framework. Science Education. 64(5), 741-745. Creswell, J. W. 2009. Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Unites States of America. SAGE Publications, Inc. Etzler, F. M., and M. Madden. 2014. The test of logical thinking as a predictor of first-year pharmacy students’ performance in required first-year courses. American Journal of Pharmaceutical Education. 78(6), 1-4. Lawson, A. E. 1978. The development and validation of a classroom test of formal reasoning. Journal of Research in Science Teaching. 15(1), 11-24. Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta. Tobin, K. G., & W. Capie. 1981. The development and validation of a group test of logical thinking. educational and psychological measurement. 41 (2), 413-423.
JPPI, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 99-109 e-ISSN 2477-2038
Rakhmawan dan Vitasari
109