Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
PENGARUH PENGGUNAAN KAPAS DALAM PROSES PENYARINGAN PADA PENETAPAN SERAT . DETERGEN NETRAL DAN SERAT DETERGEN ASAM SAULINA SITOMPUL DAN MARTINI Balai Penelitian Ternak Ciawi, PO Box 221 . Bogor 16002 RINGKASAN Ukuran kehalusan contoh yang digunakan untuk penetapan serat detergen netral (SDN) dan serat detergen asam (SDA) yaitu 1 mm, akan tetapi sering ditemukan contoh yang ukurannya sangat halus yaitu < 1 mm . Hal ini sangat mempengaruhi jalannya proses penetapan terutama dalam proses penyaringan yang pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan hasil . Untuk itu dilakukan percobaan penggunaan kapas dalam proses penyaringan dengan perkiraan contoh yang sangat halus tidak langsung menutupi pori cawan masir, akan tetapi terlebih dahulu menyangkut pada permukaan kapas, sehingga proses penyaringan dapat berjalan lancar . Untuk itu dilakukan percobaan penentuan SDN dan SDA dari 7 contoh pakan ternak menggunakan metode Van Soest yang dibedakan dalam proses penyaringannya tanpa kapas (cara A) serta menggunakan kapas (cara B) . Dalam hal ini dilakukan 4 ulangan untuk setiap contoh dan cara, serta dilakukan juga penetapan blanko baik pada penyaringan menggunakan kapas dan tanpa kapas . Hasil penetapan dengan cara A dan B untuk komposisi SDN dan SDA dari masing-masing contoh menunjukan nilai yang mendekati sama . Penggunaan kapas dalam penyaringan penetapan SDN dan SDA dapat memperlancar jalannya penyaringan . PENDAHULUAN Serat termasuk golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan fungsi utamanya untuk mengatur kerja usus . Bagi ternak ruminansia fraksi serat dalam makanannya merupakan sumber energi utama, dimana sebagian besar selulosa dan hemiselulosa dari serat dapat dicerna oleh mikroba yang terdapat pada sistem pencernaannya . Komponen utama dari serat adalah selulosa, terdapat sebagian besar pada dinding sel kayu . Salah satu contoh selulosa murni adalah kapas . Senyawa-senyawa yang masuk dalam golongan serat mempunyai sifat yang tidak larut dalam asam atau basa meskipun dengan pemanasan atau hidrolisa (KANTASUBRATA dan SUMARTINI, 1989) . Serat Detergen Netral (SDN) merupakan bahan yang tidak larut atau tersisa setelah ekstraksi dengan larutan detergen netral, yang yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin (GOERING dan VAN SoEST, 1970) . Serat detergen asam (SDA)
29
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
adalah fraksi yang tidak larut atau tersisa setelah ekstraksi dengan larutan detergen asam, yaitu selulosa dan lignin (VAN SOEST, 1963) . Umumnya ukuran contoh untuk penetapan serat adalah 1 mm, (SUTEDJA, 1989) akan tetapi sering ditemukan contoh yang sangat halus dengan ukuran 0,5 mm . Untuk contoh yang kehalusannya < 1 mm dan mengandung serat rendah, sering kali ditemukan kesulitan pada proses penetapannya terutama dalam proses penyaringan . Kesulitan ini sering menimbulkan dampak yang tidak baik pada proses analisis . Contoh yang sangat halus akan menutupi pori cawan masir dalam proses penyaringan sehingga menggangu penyaringan . Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka dilakukan percobaan penetapan SDN dan SDA dari 7 contoh pakan ternak menggunakan metode Van Soest, dimana dilakukan perbandingan dalam penyaringan yang menggunakan kapas dan tanpa kapas . Kapas mengandung selulosa yang mempunyai sifat tidak larut dalam asam atau basa walaupun dilakukan pemanasan atau hidrolisa . Kapas yang digunakan terlebih dahulu dikeringkan dan didinginkan serta ditimbang dengan bobot sekitar 0,5 gram, diletakkan pada permukaan kaca masir untuk menutupi pori . Contoh yang sangat halus akan melekat pada kapas sehingga menghindari penyumbatan pada pori kaca masir dapat dihindari dan proses penyaringan berjalan lancar .
BAHAN DAN CARA KERJA Pereaksi untuk Serat Detergen Netral Campuran dari 120 gram sodium Laurie sulfat ; 74,44 g EDTA ; 27,24 g sodium boraks dekahidrat ; 18,24 g sodium hidrogen phospat anhidrat dan 40 ml etylen glycol yang dilarutkan menjadi 4 .000 ml dengan air suling dan pH dibuat 7,00 bahan pembilas aseton . Pereaksi untuk Serat Detergen Asam Campuran dari 80 gr CTAB (Acetyl Trimethyl Ammonium Bromide) dan 111,27 ml H2 SO4 , dilarutkan dengan air suling hingga volume 4 .000 ml . Bahan pembilas, aseton dan heksan . Bahan yang dianalisis Tujuh jenis contoh pakan ternak . Alat Beker 600 ml, gelas ukur 100 ml, alat reflux, penangas, pemanas listrik oven dan kapas .
30
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Skema Penetapan SDN dan SDA Cara B Contoh
Cara A Contoh
L + Pereaksi SDN
+ Pereaksi SDA
+ Pereaksi SDN
+ Pereaksi SDA
4, 4,
Ekstraksi
4, Disaring dengan cawan masir
Disaring dengan cawan masir
1 Ikstraksi
I
4, Disaring dengan cawan masir dan kapas
Ekstraksi
y Disaring dengan cawan masir dan kapas
4,
4, 4, Dikeringkan
Dikeringkan
1
Dikering kan
Dikeringka n
4, 4,
Ditimbang = SDN
Ditimbang = SDN
Ditimbang = SDN
Ditimban g= SDN
CARA KERJA Serat Detergen Netral (Cara A) Contoh kering halus seberat 0,5 gram dimasukan kedalam labu reflux, dan ditambahkan 60 ml pereaksi SDN, didihkan selama 10 menit, direflux selama 1 jam, disaring dengan vakum menggunakan cawan masir, dicuci secara berulang-ulang dengan air panas hingga tidak berbusah, dibilas dengan aseton, dikeringkan dalam oven 105° C selama semalam, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (GOERING dan VAN SOEST, 1970) . Cara analisis yang sama juga dilakukan terhadap contoh blanko . Serat Detergen Netral (Cara B) Contoh dan pereaksi yang digunakan sama seperti pada cara A, akan tetapi pada proses penyaringan digunakan kapas yang sudah terlebih dahulu dikeringkan dalam oven 105° C (sebanyak 0,15 gram), diletakkan rata menutupi permukaan kaca masir . Contoh blamko juga dianalisis dengan cara yang sama .
31
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999 Perhitungan Cara A W2-WI %SDN =
x 100% - % blanko bobot contoh
=bobot contoh dan cawan, sesudah diproses dan dikeringkan . W2 =bobot cawan W, =dalam gram Bobot contoh =(W, - W,) x 100% blanko _ W, _ W2 W,
=bobot cawan setelah diproses dan dikeringkan =bobot awal cawan
Cara B %SDN = W2 - Wl
x 100
- % blanko
Bobot W2 = bobot cawan, kapas, contoh setelah diproses dan dikeringkan . =bobot cawan dan kapas . W, =dalam gram Bobot contoh =(W,- W'_) x 100% % blanko W, = W2 bobot cawan dan kapas setelah diproses dan dikeringkan = W, bobot awal cawan dan kapas . Serat Detergen Asam Cara A Contoh kering dan halus seberat 1 (satu) gram dimasukkan ke dalam labu reflux, ditambahkan 100 ml pereaksi SDA, didihkan selama 10 menit, direflux selama 1 jam, disaring dengan vakum, dicuci dengan air panas secara berulang-ulang hingga busahnya hilang, dibilas dengan aseton dan heksan, dikeringkan dalam oven 105° C selama satu malam, didinginkan, ditimbang (VAN SOEST, 1963) . Blanko juga dianalisis dengan cara yang sama . Cara B Contoh dan pereaksi yang digunakan sama seperti pada cara A, akan tetapi pada proses penyaringannya digunakan kapas untuk menutupi pori kaca masir . Cara analisis yang sama juga dilakukan terhadap contoh blanko .
32
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Perhitungan Cara A % SDA =
W2 - WI
x 100
- % blanko
bobot contoh
=bobot cawan dan contoh, sesudah diproses dan dikeringkan . W, =bobot awal cawan =dalam gram Bobot contoh blanko =(W,-W,) _ x 100% W, _ =bobot cawan setelah diproses dan dikeringkan W2 W, =bobot awal cawan W2
Cara B % SDA = / W2-W1
x 100%
- % blanko
bobot contoh
=bobot cawan, kapas, contoh setelah diproses dan dikeringkan . W2 W, =bobot cawan dan kapas . =dalam gram Bobot contoh =(W,_ - W,) blanko _ x 100% W, =bobot cawan dan kapas setelah diproses dan dikeringkan W2 =bobot awal cawan dan kapas . W,
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penetapan Serat Detergen Netral (SDN) dan Serat Detergen Asam (SDA) dengan membedakan proses penyaringan, menggunakan kapas serta tanpa kapas dapat dilihat pada Tabel I . (Contoh bungkil kedelai I digunakan sebagai kontrol, diperoleh dari uji silang (cross checking) dengan nilai SDN = 14,12 ± 1,15 dan SDA = 9,25 ± 0,23 . Hasil analisis untuk contoh ini didapatkan data SDN = 13,92 ± 0,22 (Cara A) dan 13,94 ± 0,17 untuk Cara B, sedangkan SDA = 9,83 ± 0,40 (cara A) dan 9,61 ± 0,35 (cara B) . Nilai yang didapat menggunakan Cara A dan B sesuai dengan data yang didapat dari uji silang, hal ini menunjukan bahwa analisis SDN dan SDA yang dilakukan sudah baik dalam metode dan pengerjaannya . Kadar SDN untuk contoh yang mengandung serat rendah seperti bungkil kedelai, suplemen untuk kuda dan pakan ayam secara umum penyaringan dengan Cara A ataupun Cara B menunjukan hasil yang relatif sama (label 1 .) . Hal ini menunjukan bahwa cara penyaringan dengan kapas tidak memberikan perbedaan nyata pada hasil akhir . Penetapan SDA untuk contoh yang berserat rendah ini sama halnya dengan SDN, dimana penggunaan kapas juga tidak mempengaruhi hasil . Dalam pengamatan sewaktu melakukan proses penyaringan baik untuk SDN dan SDA dengan cara B (menggunakan
33
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
kapas) lebih cepat dari cara A (tanpa kapas) . Hal ini menunjukan penggunaan kapas dalam penyaringan contoh berserat rendah dapat memperlancar proses kerja . Tabel 1 . Hasil analisis SDN dan SDA dengan cara penyaringan yang berbeda . Jenis contoh Bungkil kedelai (I) Bungkil kedelai (II) Makanan kelinci (Rabbit grow) Campuran tepung ikan Suplemen untuk kuda (Horse supplement) Pakan ayam Pakan sapi
Nilai SDN (%) Nilai SDA (%) Cara A Cara B Cara A Cara B ± 13,94 ± 0,17 9,83 ± 0,40 9,61 ± 0,35 13,92 0,22 ± 10,80 ± 0,08 5,10 ± 0,60 4,91 ± 0,16 10,69 0,23 ± 40,44 +0,80 24,05 ± 0,60 23,66 ± 1,20 40,17 0,67 33,90 ± 0,25 33,34 ± 0,57 10,61 ± 0,23 10,38 ± 0,42 15,07 ± 0,10 15,24 ± 0,27 6,82 ± 0,30 6,63 ± 0,27 15,02 ± 0,21 14,87 ± 0,18 7,13 ± 0,31 7,24 ± 0,27 36,37 ± 0,31 36,26 ± 0,41 21,04 ± 0,47 21,53 ± 0,31
Cara A = Penyaringan dengan cawan masir Cara B = Penyaringan dengan cawan masir dan kapas .
Komposisi SDN dan SDA untuk contoh yang berserat tinggi seperti makanan kelinci, makanan sapi dan campuran tepung ikan yang dilakukan dengan cara A dan cara B memberikan nilai yang relatif sama . Hal ini membuktikan bahwa penggunaan kapas dalam proses penyaringan tidak mempunyai pengaruh terhadap hasil akhir . Pengamatan ketika melakukan proses penyaringan ditinjau dari segi waktu, cara A dan cara B untuk contoh yang berserat tinggi relatif lebih cepat dibandingkan dengan yang berserat rendah . Hal ini disebabkan contoh yang berserat tinggi relatif lebih mudah disaring dari yang berserat rendah .
KESIMPULAN Penggunaan kapas untuk penetapan SDN dan SDA tidak mempunyai pengaruh dalam proses penyaringan, meskipun contoh yang diperiksa sangat halus (< 1 mm) dan berserat rendah .
DAFTAR BACAAN Goering, H .K ., and P .J . Van S oest . 1970 . U .S .D .A . Handboo k No . 379 . Kantasubrata, J . dan Sumartini, S . 1984 . Analisis serat . Diktat Kursus Latihan Teknik Analisa dan Perawatan Peralatan Laboratorium . Puslitbang Kimia Terapan LIPI-Bandung . Hal . 8-12 . Sutedja, L . 1989 . Kursus Dasar Pengenalan Peralatan dan Penggunaan Data Analisa . Diktat Kursus Latihan Teknik Analisa dan Perawatan Peralatan Laboratorium. Puslitbang Kimia Terapan LIPI-Bandung . Hal . 9 . Van Soest, P .J . 1963 . J .A .O .A .C . 46 : 825-835 .
34