ADAB ORANG SAKIT DAN MENGUNJUNGI ORANG SAKIT1 Dirwan Suryo Soularto2
TIU : Setelah mempelajari topik ini mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit, keadaan sakit, orang sakit dan adabnya serta adab mengunjungi orang sakit TIU : Setelah mempelajari topik ini mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan konsep dasar penyakit (disease), keadaan sakit (ilness) dan orang sakit (patient). 2. Menjelaskan hikmah sakit bagi orang beriman 3. Menyebutkan adab orang sakit. 4. Menjelaskan adab dan tata cara mengunjungi orang sakit 5. Menjelaskan adab merawat orang sakit berat dan menghadapi sakaratul maut
I. Pendahuluan Kondisi sehat atau sakit merupakan dua keadaan berlawanan yang selalu dialami setiap manusia sepanjang hayat di dunia. Islam sebagai agama yang sempurna sangat perhatian terhadap kemashlahatan manusia di akhirat maupun dunia. Kemashlahatan yang ingin dituju dan diciptakan dalam syariat Islam tersebut meliputi pemeliharaan lima hal yang paling utama (Al-kulliyyat al-khams), yaitu agama (hifzuddin), jiwa (hifzunnafs), keturunan dan kehormatan (hifzunnasl), harta (hifzulmaal) serta akal (hifzul aql). Tiga diantaranya secara langsung berhubungan dengan kesehatan manusia (kedokteran), yaitu jiwa, keturunan dan akal. Seorang mukallaf akan memperoleh kemashlahatan manakala dapat memelihara kelima aspek pokok tersebut, sebaiknya akan merasakan mafsadat manakala ia tidak dapat memelihara kelima unsur pokok tersebut secara baik. Seorang muslim hendaknya memahami konsep keadaan sehat dan sakit dengan baik, terlebih lagi bagi mahasiswa kedokteran. Adalah menjadi tanggung jawab utama bagi setiap dokter sebagai salah satu tenaga dan profesi kesehatan terhadap kondisi sehat atau sakit atas diri sendiri, pasien bahkan masyarakat luas. Pada kenyataannya, kehadiran seorang dokter lebih sering dibutuhkan ketika seseorang atau sekelompok orang telah jatuh sakit, baik dalam derajat ringan, sedang maupun berat bahkan menjelang ajal atau sakharatul maut. Pada situasi demikian, hendaknya seorang dokter atau mahasiswa calon dokter memahami dengan baik bagaimana adab orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit dari pandangan Islam sehingga perannya pada saat memberikan upaya layanan kesehatan terhadap pasien yang merupakan mahluk biospsikososial dan religius dapat lebih optimal. II. Konsep Penyakit, Keadaan Sakit dan Orang Sakit. Istilah ”penyakit” (disease) berbeda dengan istilah ”keadaan sakit” (ilness) maupun ”orang sakit” (patient). Penyakit dimaksudkan sebagai suatu konsepsi medis menyangkut suatu keadaan tubuh yang tidak normal karena sebab-sebab tertentu yang dapat diketahui dari tanda-tanda dan gejala-gejalanya (sign and symptoms) oleh para ahli. Penyakit adalah gangguan, tetapi bukan semua gangguan 1
Makalah kuliah e-LS dalam Blok-6. Imunitas dan Infeksi, Semester II, Fakultas Kedoteran UMY, pada 23 Mei 2008. 2 Dosen FK UMY di Bagian Anatomi dan Bagian Forensik dan Medikolegal.
1
merupakan penyakit. Sebab kapasitas cadangan dan kemampuan tubuh manusia untuk beradaptasi berbeda-beda. Batasan pemisahan antara bermacam-macam keadaan patologi dan keadaan psikologi sangat baik dalam keadaan normal. Keadaan sakit dimaksudkan sebagai perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu, yang tampak dari keluhan sakit yang dirasakan, seperti tidak enak badan dan sebagainya. Dengan demikian ada kemungkinan seseorang dinyatakan dalam keadaan sakit tanpa mengidap suatu penyakit atau sebaliknya, ia mengidap sesuatu penyakit tanpa merasa dirinya sedang dalam keadaan sakit. Penyakit adalah bentuk keadaan yang berbeda dari keadaan normal. Perbedaan antara penyakit dengan keadaan sakit dapat diketahui dengan melihat cara orang menggunakan istilah tersebut. Istilah penyakit umumnya dimengerti oleh kalangan ilmuwan seperti yang ditunjukkan dalam kamus Oxford, yakni ”suatu kondisi tubuh atau bagian tubuh yanng mengalami kerusakan atau tidak berfungsi, mengakibatkan kondisi tubuh sakit”. Keadaan sakit ditunjukkan terhadap kualitas dari keadaan sait itu sendiri, meliputi : (1) keadaan moral yang buruk; (2) perasaan tidak nyaman, tidak senang, kesukaran, tidak aman, perasaan sakit hati, perasaaan kekurangan; (3) kondisi tubuh yang tidak sehat, sakit atau berpenyakit. Secara keseluruhan penyakit merupakan keadaan tubuh yang tidak seimbang, (khuruuj al-badan’an al-i’tidaal). Perbedaan harus dilakukan antara penyakit sebagai bentuk patologi dan keadaan sakit yang berbentuk rasa subyektif. Simptomatologi mungkin indikasi yang lebih baik dari parahnya penyakit, karena hal itu berhubungan dengan personalitas pasien dan reaksinya. Maka semua pasien yang mengalami patologi yang sama, memiliki simptomatologi yang berbeda. Oleh sebab itu orang memiliki iman yang kuat mungkin sedikit mengeluh terhadap penyakit, dari pada orang lain. Firman Allah SWT.:
Artinya: ”Dan sebagian manusia mengatakan kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir akan tetapi mereka sebenarnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman akan tetapi sesungguhnya mereka tidak akan menipu kecuali diri mereka dan mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit maka Allah menambah penyakit itu dan bagi mereka siksa yang pedih dengan apa yang mereka dustakan” (QS.Al-Baqarah: 8-10) Dalam bahasa arab penyakit ( ) dalam QS. Al Baqarah ayat 8-10 menggunakan bentuk nakirah atau indefinited. Sehingga penyakit di sini menyatakan sesuatu yang umum dalam penyakit, baik itu penyakit jasmani atau penyakit rohani. Allah menyebutkan penyakit sebagai sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan karena dia menjadi ciri dari orang yang tidak sehat secara jasmani dan rohani. Penyakit ialah perubahan yang dapat dirasakan dan keluar dari kondisi normal, baik yang bersifat material maupun spiritual serta mengakibatkan bahaya yang nyata. Tubuh bisa berada dalam tiga kondisi, yakni kondisi normal, tidak normal dan antara normal dan tidak normal. Kondisi tubuh normal adalah saat tubuh sehat; kondisi kedua terjadi ketika sakit; dan kondisi ketiga adalah kondisi antara normal dan tidak normal, atau sebaiknya, tanpa melalui kondisi ketiga. Dari berbagai penjelasan di atas tersebut dapat dikatakan bahwa penyakit menunjukkan suatu yang objektif dan terlihat dari adanya sesuatu yang rusak, sedangkan keadaan sakit lebih bersifat subjektif dan berkaitan dengan akibat dari proses penyakit. Keadaan sakit ditunjukkan terhadap perubahan perasaan yang
2
nyata, yang oleh dokter disebut symptoms, akan tetapi dialami oleh penderita secara nyata, yang seringkali dilebih-lebihkan secara subjektif. Mengalami sakit tidak hanya berarti adanya perubahan biologis, akan tetapi keadaan sosial yang tampak dari adanya penyimpangan yang terjadi dan tidak dikehendaki. Untuk mengatakan bahwa seseorang sakit, terdapat keadaan yang menunjukkan tidak berfungsinya suatu organ tubuh yang mempunyai akibat terhadap fisik dan biologis serta mempengaruhi kehidupan sosialnya. Sudah menjadi hukum alam (sunatullah), bahwa setiap makhluk akan tertimpa penyakit. Hal itu merupakan salah satu ciri kehidupan manusia yang fana ini. Allah akan menimpakan musibah ini kepada manusia dan binatang. Karenanya, penyakit bukanlah merupakan bagian dari siksaan atau kemarahan Allah kepada hamba-Nya, jika menimpa kepada seorang muslim yang taat. Menurut perkiraan WHO, di tahun 2002, hampir seluruh kematian penduduk dunia disebabkan oleh penyakit. Dari 57 juta, hanya 5 juta yang disebabkan oleh takdir yang tidak dapat ditolak seperti kekerasan (trauma), termasuk 1 juta akibat kecelakaan lalu lintas. Bila seorang manusia sakit, maka dialah yang mengalami berbagai penderitaan secara langsung, seperti rasa sakit, pusing, panas, muntah, perdarahan dan sebagainya. Selain itu jiwanya menjadi gelisah dan kadang disertai rasa syak wasangka. Hal ini dapat dimengerti karena manusia merupakan suatu mahluk yang mempunyai kepribadian sendiri (jiwa) yang berkarateristik terdiri atas id, ego dan super ego di mana merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani. Sakit dan tidaknya dia tergantung dari kondisi jasmani dan rohaninya serta dari penyebab sakitnya itu sendiri. Dalam dirinya manusia mempunyai daya pikir dan kecerdasan serta kebutuhan psikologis agar pribadi dapat berkembang. Di sini manusia adalah mahluk individual. Seorang manusia adalah anggota dari suatu keluarga, dia bisa seorang suami atau isteri, bapak atau ibu, nenek, kakek, anak atau cucu tergantung dari kedudukannya dari keluarga tersebut. Manusia adalah juga anggota masyarakat di lingkungannya dan anggota dari suatu bangsa. Bila seseorang sakit, maka penderitaannya akan juga dirasakan keluarganya, baik yang dekat maupun yang jauh. Merekalah yang merawat si sakit, membawa ke dokter atau rumah sakit dan bila di rawat di rumah sakit, maka keluargalah yang paling sering mengunjungi dan menungunggunya. Bila si sakit adalah tokoh masyarakat dan menjadi panutan banyak orang, maka penderitaannya akan juga akan dirasakan oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya. Itu semua menunjukkan bahwa manusia sebagai mahluk sosial. Seorang manusia baik pada keadaan sakit maupun sehat pada dasarnya merupkan pula mahluk spiritual. Di mana setiap manusi memiliki kenyakinan dan atau kepercanyaan. Pada orang sakit, keadaan sakit dan apspek spiritual ini akan saling mempengaruhi. Bahkan dalam Islam ditegaskan bahwa penyakit tidak saja mengenai yang bersifat jasmani (fisik) tetapi juga dapat menimpa secara rohani sebagaimana tersebut dalam QS. Al Baqarah: 8-10 di atas.
III. Hikmah Sakit Bagi Orang Beriman Seorang dokter muslim saat merawat pasien perlu memahami dan menyampaikan adanya pandangan Islam bahwa semua hal yang terjadi di muka bumi ini selalu memiliki hikmah dibalik peristiwa tersebut, termasuk penyakit dan keadaan sakit serta penderitaan yang menimpa pasien, terutama bagi orang yang beriman. Tidak ada orang yang suka tertimpa penyakit. Siapapun pasti menghendaki agar senantiasa dalam keadaan sehat. Karena kegembiraan hati ketika sehat adalah sunatullah. Sebenarnya sehat dan sakit itu sama. Sebagaimana halnya susah dan sedih, gembira dan bahagia, kaya dan miskin, semua merupakan ujian dari Allah
3
SWT bagi orang yang menerimanya (beriman). Karena manusia selalu di uji dalam hal yang ia sukai atau yang tidak disukainya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya :
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan”. (QS. AL-Anbiya’ : 35) Allah menguji manusia dengan kesulitan dan juga kemudahan, kesehatan dan penyakit, kejayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kedurhakaan, kesesatan dan petunjuk. Bahwasanya cobaan-cobaan seperti tersebut baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan bertujuan agar manusia menjadi sadar dan kembali berserah diri kepada Allah, serta bertaubat atas segala dosa yang mereka perbuat. Katrena penyakit itu adalah semacam ujian dari Allah, maka ujian itu juga merupakan sunatullah yang mengandung rahmat dan hikmah. Menurut Ibnu Qayyim, “Apabila seseorang menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan-Nya, maka akan ditemukan beribu-ribu hikmah di dalamnya. Akan tetapi pikiran manusia itu amat terbatas jika dibandingkan dengan ilmu Allah, ibarat sinar lentera dibandingkan sinar matahari”. Beberapa hikmah sakit bagi orang beriman sebagaimana yang disebutkan oleh Abdullah bin Ali Al-Jua’aisin dalam bukunya Kado untuk Orang Sakit antara lain adalah : 1. Sabar menghadapi penderitaan (QS. Al-Baqarah : 155-157 dan 214) 2. Ampunan atas dosa (QS. Asy-Syuara : 30) (HR. Bukhari dan Muslim) 3. Diangkat derajatnya (HR. Muslim, Imam Ahmad, Ibnu hibban dan Al Hakim) 4. Membuka jalan ke surga (HR. Bukhari Muslim) 5. Selamat dari siksa neraka (HR. Ahmad, Ibnu Majjah dan Al Hakim) 6. Selalu ingat kepada Allah (QS. Al-An’am: 42) 7. Selalu mengingat nikmat Allah 8. Pembersih hati dari penyakit (HR. Ibnu Abu Dunya dan At Thabrani)
IV. Adab Orang Sakit Orang yang sedang sakit, sering kali lupa bahwa usaha memulihkan kembali kesehatannya itu, tidak hanya bergantung pada obat saja, tapi juga sangat tergantung pada dokter atau tenaga kesehatan yang mengerti penyakit dan bisa memberikan layanan uapaya kesehatan. Juga pesan, sikap dan perilaku dokter maupuan tenaga kesehatan lain terhadap pasien memberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya penyembuhan. Ini berarti bahwa setiap pasien wajib menegakkan disiplin, dalam bentuk adab atau kewajiban orang sakit. Tanpa disiplin dalam ujud adab atau kewajiban orang sakit untuk berupaya mencari penyembuhan akan mengalami hambatan yang tidak diharapkan semua pihak. 1. Kewajiban Orang Sakit Menurut Islam Seorang muslim dan muslimah yang menderita sesuatu penyakit, wajib memeriksakannya kepada dokter.
4
Dalilnya sebagai berikut : Artitrya : Amar bin Dinar meriwayatkan, dari Hilal bin ]asaf bahwa Rasulullah s.a,w. mengunjingi orang sakit, lalu bersabda : Bawakih ke dokter" maka berkatalah seorang yang hadir "Engkau berkata demikian ya Rasulullah ? Beliau menjawab : "ya, karena Allah Azza Wa ]alla tidak menurunkan sesuatu penyakit melainkan menurnnkan pula penyebabnya". (H.R. Bukhari dan Muslim, dan Hadits Abu Hurairah). Hadits lain yang sehubungan dengan memeriksakan dirinya kepada dokter/jururawat ialah yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwattha. Dari Zaid bin Aslam, bahwa pada masa Rasulullah saw ada seorang laki-laki mendapat luka dan dalam tubuhnya bercucuran darah, dia memanggil dua orang laki-laki dan Bani Anmar, kedua orang itu datang mengobatinya. Maka keduanya berkata, bahwa Rasulullah s.a.w. bertanya kepada mereka" Siapakah diantara kamu berdua yang lebih ahli dalam ilmu kedokteran ?" Kedua orang itu menjawab "Apakah ada baiknya ilmu kedokteran itu.ya Rasulullah?" Maka Zaid berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda : Dia menurunkan obat, Dialah yang menurunkan penyakit". Ibn Qayyim Al Jauziyah menguraikan dalam bukunya (Zaadul Ma'ad sebagai berikut: "Menurut hadits ini, seharusnya orang minta bantuan dalam segala macam ilmu pengetahuan dan tehnik kepada orang yang terahli, kemudian kepada orang yang kurang dari padanya, sebab orang terahli itu pendapatnya lebih dekat kepada tepat (benar). Begitulah wajib atas setiap orang yang memerlukan petunjuk dalam sesuatu hal, supaya bertanya kepada orang yang lebih mengetahuinya, kemudian kepada orang yang kurang dan padanya. Hal ini sesungguhnya sesuai benar dengan hukum Syara', hukum alam dan akal”. Dalam kitab Ghizail Albab (hal. 398) dijelaskan, bahwa Urwah bin Zubair meriwayatkan dari bibinya, bahwa Siti Aisyah mengatakan ketika Rasulullah s.a.w. sakit keras, maka berdatanganlah beberapa orang dokter baik dari kalangan Arab sendiri maupun dari luar Arab. Mereka memberikan resep-resep untuk mengobati beliau. 2. Wajib Berobat Kewajiban kedua bagi pasien, setelah memeriksakan penyakitnya kepada dokter, jururawat atau ahlinya, ialah berobat sesuai dalil berikut: Usamah bin Syarik berkata. "Di waktu saya berada beserta Rasulullah s.a.w, datanglah beberapa orang Badui lalu mereka bertanya : "Ya Rasul Allah, Apakah kita mesti berobat"? Jawab beliau : "Ya wahai hamba Allah, berobatlah kamu, karena Allah tidak mengadakan sesuatu penyakit, melainkan la mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit", Tanya mereka: "Penyakit apakah itu? "jawab beliau 'Tua" (H.R Ahmad). Hadits riwayat Abu Daud yang tercantum dalam kitab Jami' Asshaghir juz I menerangkan : Abu Darda meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya Allah menurunkanpenyakit dan obat, dan Diajadikan bagi tiap-tiap penyakit itu obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan haram ". 3. Mengindahkan Nasihat dan Petunjuk Dokter/Tenaga Nabi saw bersabda : "Perbuatan yang baik ialah bertanya kepada orang yang ahli dan sesudah itu mengerjakan nasihatnya ". (H.R. Abu Daud). 4. S a b a r Sabar dan tidak gelisah dalam menghadapi cobaan/penyakit adalah selaras dengan firman Allah sebagai berikut :
5
” Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah atas segala yang menimpa engkau, dan sesungguhnya demikian itu termasuk pekerti yang utama". (QS Luqman, ayat : 17) Ketika Rasulullah s,a.w. mengunjungi seorang laki-laki Anshar beliau menunjukkan diri kepadanya serta menanyai, maka ia menjawab : ”Ya Nabiyallah, aku sudah tujuh malam tidak memejamkan mata dan tidak seorangpun datang menengok aku". Lalu Rasulullah SAW., bersabda : " Hai saudaraku, sabarlah, niscaya engkau akan keluar dari dosa-dosamu seperti pada saat engkau memasukinya". (H.R. Tbnu Abidduniya, Attarghib wattarhib, juz II, hal. 266). Anas berkata, bahwa dia mendengar Rasu!ullah SAW. bersabda: ”Allah SWT berfirman, Apabila Aku memberi cobaan pada hamba-Ku dengan kedua matanya (menjadi buta) sedang ia tetap bersabar, maka Aku akan membalasnya dengan sorga". (H.R. Bukhari). 5. Ingat kepada Allah Allah berfirman dalam surah Ar-Ra'd, ayat : 28 :
”yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra’d: 28) 6. Menyadari Diri Akan Sebabnya la Sakit Sabda Nabi s.a.w. Tiap-tiap bencana apa saja yang menimpa seseorang muslim sekalipun duri adalah karena salah satu dari dua sebab: Karena Allah hendak mengampuni dosa kesalahannya yang tidak dapat diampuninya melainkan dengan cobaan itu atau karena Allah hendak mcmberi dia sualu kehormatan yang tidak mungkin dapat dicapainya melainkan dengan cobaan itu." (HR. Ibu Abid Dunia) 7. B e r t o b a t Apabila pasien menyadari bahwa cobaan yang diterimanya itu ada kaitannya dengan dosa yang diperbuatnya, maka bertobatlah. Allah berfirman dalam QS. At-Tahrim: 8, yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurnimurninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu " ( Allah be firman pula dalam surat Az-Zumar, ayat 53 :
6
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 8. Tetap Berpengharapan akan Sembuh Dalilnya :
”Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf: 87) Hendaknya diinsafi sepenuhnya, bahwa yang menyembuhkan penyakit bukanlah obat, itu hanya sarana semata-mata. Dalilnya :
”Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku” (QS.Asy Syu'araa: 80) 9. Memperbanyak Mengingat Allah (Zikir) Allah berfirman :
”Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”. (QS. Al Ahzab : 41)
10. B e r w a s i a t Bagi pasien disunnahkan agar berwasiat untuk ahli warisnya, apalagi kalau sakitnya dirasakan berat atau keras. Allah berfirman :
”Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
7
kerabatnya secara ma'ruf, (Ini bertakwa”.(QS.Al-Baqarah : 180)
adalah)
kewajiban
atas
orang-orang
yang
Nabi bersabda: "Barang siapa yang meninggal dunia dengan berwasiat, maka ia meninggal diatas jalan yang benar dan menurut sunnah, meninggal dalam taqwa dan syahadat serta meninggal dengan diampuni Tuhan". (H.R. Ibnu Majah, dari Jabir) 11. Berbaik Sangka kepada Allah Sahabat Jabir r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Janganlah hendaknya mati seorang kamu kecuali hendaklah ia membaikkan sangkaannya terhadap Allah ta'ala". (H.R. Muslim) V. Adab Mengunjungi Orang Sakit Mengunjungi orang sakit dianggap suatu perbuatan terpuji bagi bangsa-bangsa yang telah maju dan beradab. Hal ini merupakan suatu kewajiban bagi mereka. Perbuatan ini menunjukkan suatu tingkat peradaban yang ringgi dan menifestasi solidaritas sesama manusia. Biasanya orang mengunjungi orang sakit dengan cara-cara tradisional, mereka datang ke rumah orang sakit sendiri-sendiri atau bersama-sama termasuk anak kecil yang masih menyusu, yang sangat peka terhadap penderita. Di barat, mengunjungi orang sakit dengan membawa karangan bunga sebagai tanda ikut prihatin terhadap penderita. Bunga bagi mereka merupakan lambang dari perasaan hati. Orang kawin dikirimi karangan bunga sebagai tanda gembira. Orang meninggal dikirimi karangan bunga kepada keluarganya dengan ucapan ikut belasungkawa. Di Indonesia pada umumnya kalau mengunjungi orang sakit baik ke rumah atau ke rumah sakit, datang sendiri atau beramai-ramai sambil membawa makanan yang mereka pilih sendiri, tidak menurut keperluan orang sakit atau nasehat dokter. Kadang-kadang mereka mengobrol dengan suara keras, dengan tertawa terbahak bahak tanpa ingat kepada si sakit. Hal tersebut tidak sesuai dengan maksud mcngunjungi orang sakit. Demikian pula tentang waktu kunjungan (bezoek). Banyak orang yang tidak memperhatikan waktu (jam) berkunjung, padahal si sakit itu sangat memerlukan istirahat yang lebih banyak. Mengunjungi orang sakit punya dua aspek : 1). Orang sakit itu sendiri. 2). Si pengunjung, Apabila orang sakit itu mengidap sesuatu penyakit menular maka si pengunjung dianjurkan supaya memperhatikan anjuran yang sudah ditetapkan oleh dokter. Misalnya kalau si sakit menderita penyakit menular seperti hepatitis (penyakit kuning), infeski saluran nafas berat (flu burung, pneumonia, TBC), infeksi gastrointestinal (kolera), lepra, sampar, cacar air dan sebagainya, maka si pengunjung tidak dapat begitu saja mengunjungi orang sakit, dan harus berkonsultasi lebih dulu dengan dokter atau perawat yang merawat orang sakit tersebut. Sebab dikhawatirkan si pengunjung akan tertular penyakit yang sama. Orang berpenyakit menular biasanya oleh dokter ditempatkan di suatu tempat khusus dan pengunjugnya juga dibatasi dengan syarat si pengunjung harus memperhatikan jam-jam berkunjung yang sudah ditentukan, pada jam-jam lain orang sakit harus istirahat dan sebagainya. Di samping itu si pengunjung harus mengetahui makanan yang dibawa untuk orang sakit. Apakah makanan yang dibawa itu diperlukan/dibolehkan untuk orang sakit atau dipantangkan untuknya. Selama berkunjung atau selama berada di ruangan orang sakit, hendaknya berlaku tenang dan tidak berlama-lama apalagi mengobrol panjang-panjang. Bagi pengunjung jangan membawa serta anak-anak
8
yang di bawah umur 12 tahun karena anak-anak sangat peka terhadap bermacammacam penyakit infeksi. Berkunjung merupakan suatu sikap untuk menghilangkan kegelisahan dan kesepian bagi orang sakit. Dengan kunjungan, si sakit. merasa diperhatikan. Dan dengan nasehat pengunjung, perasaan yang menekannya akan dapat dikurangi atau hilang sama sekali. Dengan itu timbul perasaan percaya kepada diri dan memberi dorongan kepadanya untuk mengatasi gangguan-gangguan jiwanya. Mengunjungi orang sakit merupakan suatu terapi bagi jiwanya. Pada umumnya orang sakit akan bertambah penyakitnya karena tekanan jiwanya. Itulah sebabnya 'berkunjung termasuk pengurangan tekanan bathin bagi orang sakit. Hal itu besar pengaruhnya dalam memberikan ketenangan pada jiwanya, di samping obat-obat yang diberikannya kepadanya.
Mengunjungi Orang Sakit dilihat dari Sudut Agama Islam Mengunjungi orang sakit merupakan anjuran dari Rasullah SAW. dalam rangka mempererat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan) sesama muslim. dianjurkan agar mengunjungi seseorang yang ditimpa sesuatu musibah berupa sakit, kematian, kebakaran, kehilangan, kehilangan, kebanjiran, gempa bumi dan lain-Iain, Perbuatan berkunjung itu termasuk ibadah ammah (muamalah). Mengunjungi orang sakit adalah suatu ibadah dalam rangka bertaqarrub kepada Allah SWT dan memohon kekuatan dan kesabaran bagi si sakit. Dengan saling berkunjung ini terciptalah ummat yang kuat pribadi dan akhlaknya. Timbullah rasa persatuan dan kesatuan yang diikat oleh rasa kasih sayang dengan solidaritas yang mendalam.
Hal-hal yang Dianjurkan dari Sudut Kedokteran/ Kesehatan Bagi Pengunjung 1). Memperhatikan waktu mengunjungi orang sakit dengan seksama. 2). Agar tidak membawa makanan yang di larang oleh dokter yang merawat. 3). Jangan terlalu lama mengunjungi orang sakit. 4). Selama berkunjung peliharalah ketenangan di ruang orang sakit. 5). Jangan membawa anak-anak yang dibawah umur 12 tahun. 6). Hendaknya memperhatikan sakit yang di derita oleh orang sakit, apakah menular atau tidak. 7). Apabila penyakitnya menular seperti penyakit kuning, muntaber, lepara, paruparu dan sebagainya, hendaklah minta nasehat dokter terlebih hulu sebelum berkunjung. Anjuran bagi orang sakit. 1). Patuhilah segala nasehat dokter. 2). Usahakanlah menghilangkan perasaan cemas, takut, panik dan gelisah, karena hal itu akan menambah penderitaan. 3). Hendaklah percaya kcpada dokter yang merawat bahwa akan dapat mengobati penyakit.
Hal-hal yang Dianjurkan dari Sudut Agama Islam. Dalam agama Islam dianjuran mengunjungi orang sakit, sebagaimana Hadist Nabi SAW yang artinya : Dan Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya Allah azza wajalla berfirman pada hari kiamat: ”Hai anak Adam, Aku sakit tetapi engkau tidak mengunjungi Aku. la berkata; Hai Tuhanku, bagaimana aku akan mengunjungiMu, sedang Engkau adalah Tuhan Rabbul Alamin, Tuhan berfirman : Tidak tahukah engkau bahwa hambaku si Anu sakit, tetapi engkau tidak mengunjunginya,
9
Sesungguhnya bila engkau mengunjunginya, engkau akan dapati Aku ada di sampingnya. Hai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberi Aku makan. la berkata : Hai Tuhanku, bagaimana aku akan memberi makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan Rahbul Alamin, ia berfirman: Tidak tahukah engkau, bahwasanya hambaku si Anu minta makan kepadamu tetapi engkau tidak memberinya makan, pasti engkau dapati Aku di sisinya. Hai anak Adam : Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak nenmberikan minum. Hai Tuhanku, bagaimana aku akan memberimu minum sedang engkau adalah Tuhan Rabbul Alamin. Tuhan berfirman: hambaku si Anu minta minum tetapi engkau tidak membennya, sesungguhnya, tahukah engkau apabila engkau memberinya minum, sesunggubnya engkau akan dapati Aku disisinya (H.R. Muslim).
Tatacara mengunjungi orang sakit : 1. Berlaku Tenang Sesuai dengan tata cara perawatan orang sakit, ia memerlukan sekali ketenangan, karenanya hal-hal yang dapat mengganggu harus dijauhi. Disinilah tempatnya kita memperlihatkan rasa kasih sayang kepada orang sakit. Dengan merasakan deritanya sebagai derita kita sendiri. Firman Allah :
Artinya : ”Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (QS. Luqman : 19) Dalam hadis dinyatakan : Artinya : Tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai temannya seperti ia mencntai dirinya sendiri. (HR. Bukhari) 2. Menyedikitkan Bicara. Selama berada di samping orang sakit, usahakanlah berbicara seperlunya, sebagaimana hikmah dari hadis Nabi SAW, yang artinya : ”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah berkata yang baik atau diamlah”. (HR. Bukhari) Berbicara panjang-panjang dengan orang sakit akan melelahkan dan membosankannya. 3. Memendekkan Waktu Berkunjumg. Mengunjungi orang sakit seyogianya tidak usah lama-lama, karena hal itu akan menyusahkannya. Ingatlah hadits Rasulullah yang berarti : ”Sesungguhnya Allah tidak suka hal yang menyusahkan orang beriman”. (HR. Ahmad) Memendekkan waktu berkunjung termasuk sikap yang terpuji dalam memperlihatkan sifat kasih sayang dan solider kepada orang sakit. 4. Menggembirakan Selama berbicara dengan orang sakit usahakanlah dalam pembicaraan itu halhal yang mengandung kegembiraan, menyenangkan hati dan perasaannya agar ia tabah dalam menghadapi musibah berupa penyakit yang dideritanya. Jangan
10
menceritakan hal-hal yang menakutkan hatinya. Dengan demikian kita telah berusaha meringankan tekanan batinnya, semoga ia akan segera sembuh dan kita doakan seperti yang pernah dilakukan Rasulullah SAW. yang artinya : Bahwasanya Nabi saw pada waktu menziarahi sebagian ahlinya yang sakit, mengusapkan tangannya yang kanan dan berkata : Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah sakitnya sembuhkanlah ia, dan Engkau Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhanMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. (HR.Bukhari Muslim) 5. Menasehatinya. Kepada orang sakit hendaknya disampaikan kata-kata nasihat untuk memperkuat jiwanya, supaya ia tidak berputus asa dari rahmat Tuhan. Tanamkanlah rasa optimis yang mendalam, dengan harapan penyakitnya segera sembuh. Dan ia bersangka baik kepada Allah dengan penyakitnya itu, Dia akan rnengampuni scgala dosanya Ingatkan Hadist yang artinya : dari Nabi SAW, apabila seorang hambaku sakit, Allah mengirim dua Malaikat kepadanya, lalu berkata : lihat apa yang diucapkan oleh hambaKu itu. Jika ia mengucapkan Alhamdulillah ucapan itu naik kepada Allah dan Allah Maha Mengetahui, lalu berkata : KewajibanKu jika ia Kumatikan akan Aku masukkan ia ke dalam surga. Jika ia kusembuhkan akan Aku ganti dagingnya dengan daging yang lebih baik dan dengan darah yang lebih baik dari darahnya, dan Aku hapuskan segala kejahatannya. Dan ingatkan juga kepadanya Firman Tuhan :
artinya : Tiada suatu musibah (bencana) yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah terlulis dalam kitab (Lauhul Mahfud) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”. (QS. AlHadid : 22). VI. Adab Merawat Orang Sakit yang Sedang Menghadapi Sakaratul Maut. Pada galibnya, manusia yang sedang sakit atau menderita, jiwanya lebih cenderung untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu segenap sikap tindak tanduk dan tutur kata perawat dan juru rawat hendaknya menunjukkan kearifan dan kasih sayang. Terlebih lagi jika orang sedang sakit keras dan sedang menghadapi sakaratul maut. Detik-detik yang benar-benar teramat mcnentukan yaitu apakah ia akan meninggalkan dunia fana ini dengan "terpaksa" atau dengan hati yang tulus ikhlas, Di atas kritis demikian tidak jarang menimbulkan rasa haru yang berlebihan sampai ketingkat panik, baik disementara keluarga maupun di antara para dokter dan pcrawat yang merawatnya. 1. Sakaratul Maut Dilihat dari Sudut Islam. Sakaratul maut arti harfiahnya adalah mabuk maut, maksudnya adalah bahwa si sakit sedang dalam keadaan naza' yaitu dalam keadaan dicabut nyawanya oleh malaikat maut, sedang dalam proses pemisahan nyawa dengan badannya. Rasulullah SAW. mengunjungi orang sakit (yang sedang menghadapi sakaratul maut) kemudian beliau bersabda yang artinya : ”Aku tahu apa yang dijumpai, tidak ada satu uratpun darinya kecuali mengalami / merasakan sakitnya maut atas ketajamannya”. (HR. Ibn Abi Dunya)
11
Dalam melukiskan cengkeraman dan cekikan maut-maut itu Rasulullah bersabda: ”Dia sekadar tiga ratus pukulan dengan pedang”. (H.R. Ibn Abi Dunya dari Al Hasan). Ketika Rasulullah sendiri menjelang wafat, di sisi beliau ada sebuah mangkok berisi air, kemudian mencelupkan tangan ke dalam air, mengusap wajahnya dan berdo'a yang berarti : “Ya Allah mudahkanlah atas saya sakaratul maut itu”. (H.R. Bukhari Muslim, dari Aisyah) 2. Kewajiban Tenaga Medik/Para Medik yang Merawat Orang Sakit Keras dan Sakaratul Maut. a. Menghadapkan si sakit ke arah qiblat, dengan posisi miring di atas sisi kanan. Dalilnya : Abu Qaladah meriwayatkan bahwa Nahi Muhammad SAW ketika tiba di Madinah menanyakan akan Bara ' bin Marur. Dijawab orang : dia telah meninggal dunia dan mewasiatkan sepertiga hartanya buat engkau, ya Rasulullah dan dia telah mewasiatkan juga agar dia dihadapkan ke qiblat bila di sudah dalam keadaan wafat, Maka Nabi saw bersabda : “Wasiatnya itu sudah sesuai dengan (Islam)”. (HR. Al Hakim). Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menerangkan hahwa Fatimah binti Rasulullah SAW, diwaktu dekat akan wafat menghadapkan dirinya ke qiblat dan berbaring atas sisi kanannya. Hikmah antara lain adalah ; ketenangan bagi si sakit karena qiblat/ka'bah/baitullah adalah arah tawajuh bagi setiap muslim. b. Memperingatkan dan mengajarinya mengucapkan kalimat "Laa Ilahaillallah" Rasulullah s.a.w. bersabda yang artinya : ”Ajarilah orang-orang yang kamu hampir mati : kalimat Laa Ilaaha Illaallah”. (HR. Al-Jama'ah selain Bukhari) Dalam hadits lain Rasulullah bersabda yang artinya : ”Barang siapa akhir perkatannya Laa ilaaha illallah " pasti ia masuk surga”. (H.R. Ahmad dan Abu Daud). c. Menjaga kebersihan Yang dimaksud dengan kebersihan di sini, selain kebersihan badan, juga kebersihan akidahnya dari segala noda syirik. Dalam keadaan seperti ini, dokter perawat patut menasihatnya supaya si sakit berobat dengan berbaik sangka kepada Allah, mengharapkan ampunan dan rahmatnya, sekalipun ia merasa banyak berdosa namun Allah dapat memberiya rahmat. Sahabat Jabir meriwayatkan bahwa dia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : ”Barang siapa diantara kamu yang menghadapi maut, hendaklah ia berbaik sangka bahwa Allah akan memberinya rahmat dan ampun”.(H.R. Muslim). Sahabat Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda : ”Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama ia belum berada dalam keadaan mati” (H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi, hadits Hasan) Dari Anas, bahwa Nabi s.a.w. mengunjungi seorang pemuda yang dekat mati. Beliau bertanya : Bagaimanakah perasaanmu ? Dia menjawab : Saya mengharapkan ampunan dari Allah dan merasa takut karena dosa dosaku. Maka Nabi s.a.w. bersabda yang artinya : ”Bila berkumpul dua perasaan ini dalam hati seseorang di saat yang seperti ini, niscaya Allah akan memberi apa yang diharapkannya dan melindunginya dan apa yang ditakutmya. (H.R. Tirmizi). Khusus supaya menjaga pakaian dan tempat si sakit senantiasa bersih dan suci. Sesuai dengan hadits berikut: (Abi Sa'id Al Khudri ketika dia menghadapi mati meminta pakaian yang baik, bersih dan lalu dipakainya, seraya berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda : orang yang mati akan dibangkitkan ( di Hari Kiamat) dengan pakaian yang dipakainya waktu meninggal) (H.R. Abu Daud )
12
d. Menjaga jangan sampai si sakit terganggu Ubadilillah bin Abdullah meriwayatkan dari Ibn Abbas : Ketika Rasulullah dekat wafat di antara hadirin terdapat Umar bin Kbattab beliau bersabda: Marilah saya tuliskan buat kamu satu surat (wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila kamu mengikutinya, Umar lain berkata: Sesungguhnya Nabi s.a.w. sudah sakit payah sedang kamu sudah mempunyai Qur'an, maka cukuplah Qur'an itu buat kita, Ketika itu timbulah pertikaian di antara hadirin, sebagian mengatakan: Dekatkanlah, supaya supaya Nabi saw dapat menuliskan surat (wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila mengikutinya. Sebagian lagi menyetujui pendapat Umar. Diwaktu pertengkaran dan perselisihan di antara mereka sudah memuncak, maka Nabi s.a.w bersabda : Menjauhlah kamu! Seterusnya Ubadilillah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata : Adalah suatu kerugian besar terhalangnya Rasulullah meuliskan satu surat (wasiat) itu untuk mereka, disebabkan pertengkaran dan perselisihan mereka)( H.R. Bukhari, juz 1/77 hal 135 dan 136.) e. Adab membacakan surat yasin : Bagi mereka yang berpendapat sunat membaca surah Yasin kepada orang sakit yang sedang menghadapi sakaratul maut, dalilnya adalah Rasulullah bersabda : ”Bacakanlah kepada saudaramu yang sedang menghadapi maut Surat Yasin ( H.R. Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Ma'qil bin Jasar). Dalam riwayat Ahmad tertera sebagai berikut : ”Surah Yasin adalah jantung Qur'an. Rarangsiapa yang membacanya karena mencari keridhaan Allah dan kampung akhirat, niscaya Allah akan mengampuninya dan oleh karena itu bacakanlah surat Yasin itu kepada saudaramu yang sedang menghadapi maut”.
VII. Pustaka 1. Abdulullah bin Ali Al Ju’saini, Kado untuk Orang Sakit, 2006, Mitra Pustaka, Yogyakarta, Halaman 1-25. 2. Anonim, 1999, Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, Dep. Agama RI. Halaman 141158. 3. Hamd bin Abdullah Ad Dausiry, Indahnya Sakit dan Nikmatnya Sehat, At-Tibyan, Solo. Halaman 33-48. 4. Omar Hasan Kasule, 2008, Kuliah Kedokteran Islam, Forum Kedokteran Islam Indonesia, Yogyakarta. Halaman 187-191; 242-245; 255-260.
13