PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier dan Napier 1985). Gerak perpindahan hewan ini tidak terlepas dari peranan skeletnya. Skelet tungkai MEP memiliki struktur yang kokoh dan kompak. Meskipun memiliki ukuran yang kecil namun skelet pada hewan ini panjang, hal ini didukung oleh bentuk dari otot-otot yang melekat pada skelet tungkai hewan ini memiliki bentuk yang langsing dan panjang sehingga dengan kedua faktor tersebut memudahkan monyet dalam melakukan berbagai macam gerak, seperti menggaruk, memanjat, bergelantungan, berenang, menggenggam (Napier dan Napier 1985) dan sebagainya, mengingat monyet ini adalah hewan yang aktif dalam melakukan gerak. Os scapula MEP memiliki bentuk menyerupai segitiga dan meluas pada angulus caudalis dengan ukuran yang kecil. Ukuran os scapula yang kecil ini diduga pergerakan bahu hewan ini menjadi lebih bebas. Tulang ini menjadi origo dari
beberapa
otot
diantaranya
m.
supraspinatus,
m.
infraspinatus,
m. subscapularis dan m. teres minor yang berfungsi sebagai fiksator persendian bahu. cavitas
Bagian
distal
glenoidalis
os
yang
scapula akan
memiliki
bersendi
bidang
dengan
persendian
caput
os
yaitu
humerus.
Cavitas glenoidalis memiliki permukaan yang dangkal dan sempit dan bersendi dengan caput humeri yang berukuran besar, luas, berbentuk konveks dan menghadap ke caudal. Untuk menahan caput humeri agar tetap bersendi pada cavitas
glenoidalis
yang
kecil
maka
persendian
ini
difiksasi
oleh
m. subscapularis, m. supraspinatus, m. infraspinatus dan m. teres minor (Stone dan Stone 2008). Os scapula dan os humerus membentuk persendian gelang bahu bersama-sama dengan os clavicula sehingga memungkinkan gerakan fleksio, ekstensio, abduksio dan aduksio yang lebih luas dibandingkan dengan mamalia lain yang tidak memiliki os clavicula. Os clavicula juga turut berfungsi dalam membentuk dada dan sebagai penyangga dari os scapula (Palastanga et al. 2002). Pada bagian sepertiga distal spina scapulae juga ditemui penjuluran berupa 46
acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar akibat adanya kontraksi dari m. deltoideus yang berorigo pada penjularan ini. Kemampuan os humerus melakukan gerakan perputaran pada cavitas glenoidalis (Simons 2007) sangat penting bagi hewan ini saat berenang untuk menghindari serangan dari mangsanya. Selain itu, MEP sering melakukan aktivitas brachiation, aktivitas ini diduga terkait dengan adanya persendian antara os radius dan os ulna di bagian proximal dan distal, membentuk lekah antar tulang (spatium interosseum) yang cukup lebar. Bentuk persendian memungkinkan pergerakan supinasio dan pronasio daerah lengan bawah saat bergelantungan (Dyce et al. 1996). Olecranon pada os ulna berupa penjuluran yang berukuran panjang dan besar, penjuluran ini berfungsi sebagai tuas untuk memperbesar sudut siku, disamping tenaga yang dihasilkan lebih besar sebagai akibat dari berkontraksinya otot-otot ekstensor persendian siku terutama m. triceps brachii yang berinsertio pada bungkul tersebut (Stone dan Stone 2008). MEP pada waktu istirahat sering melakukan aktivitas grooming menggunakan tungkai depannya. Hal ini menunjukkan bahwa tungkai depan hewan ini memiliki fungsi lebih dari sekedar alat lokomosi tapi juga mampu melakukan gerakan manipulasi seperti menggaruk dan bergelantungan (Napier dan Napier 1985). Aktivitas grooming pada monyet ini, dilakukan baik secara individual maupun secara berpasangan. Saat melakukan grooming secara individual hewan ini menggunakan lidahnya untuk menjilat, atau menggunakan kuku jarinya untuk menggaruk bagian punggung dan kepala. Aktivitas ini melibatkan kontraksi dari m. pronator teres, m. flexor carpi ulnaris yang akan memperkecil sudut persendian siku (Stone dan Stone 2008) dan di ikuti kuku jarijari dari tangannya untuk menggaruk. Aktivitas grooming bertujuan untuk membersihkan rambut dari debu atau kotoran, membersihkan sisa makanan pada tangan dan menggaruk bagian yang gatal. Pada saat melakukan grooming secara berpasangan biasanya monyet ini akan menggunakan kemampuan precision grip nya untuk mengambil kutu atau benda-benda kecil lainnya karena kemampuan
47
oposisi ibu jari terhadap ujung jari lainnya. M. abductor digit I longus diduga berperan dalam melakukan gerakan ini. Fungsi utama otot ini adalah menarik os metacarpal I ke daerah palmar sehingga lekuk telapak menjadi lebih dalam. Otot ini memiliki perbedaan origo dengan manusia sehingga kemampuan precision grip pada monyet ini tidak sekuat pada manusia. Pada tulang-tulang jari keempat dan kelima kaki depan MEP memiliki ukuran yang relatif panjang dibanding manusia, sehingga hewan ini memiliki kemampuan menggenggam yang baik saat bergelantungan dengan waktu yang relatif lama. Kemampuan bergelantungan dengan waktu yang lama ini diduga karena susunan ossa metacarpalia yang rapat serta bagian palmar dari tulang ini yang berbentuk cekung. Pada saat bergelantungan, hewan ini akan memfleksor persendian carpal dan phalanges untuk memperkecil sudut agar mampu menggenggam akibat kontraksi dari m. flexor digitorum profundus. Sedangkan ibu jari akan membantu menggenggam dari arah yang berlawan dari jari lainnya. Hal ini dikarenakan kemampuan ibu jari dalam melakukan gerakan ke daerah palmar untuk melakukan gerakan power grip (Napier dan Napier 1985) yang membuat hewan ini mampu menggenggam dahan dengan baik. Kemampuan bergelantungan ini tidak hanya dimiliki oleh tungkai depan, tetapi juga oleh tungkai belakang. Secara keseluruhan, tulang penyusun tungkai belakang MEP memiliki struktur yang kokoh, kompak dan silindris sehingga dapat menunjang pergerakan tungkai belakang sebagai tenaga pendorong. Tulang-tulang tungkai belakang disusun oleh beberapa tulang yaitu os coxae, os femoris, os patella, ossa tibia-fibula dan skeleton pedis (Gambar 1B). Os coxae merupakan tulang gelang panggul yang besar dan terdiri dari os coxae kiri dan kanan yang menyatu pada symphysis pubis. Os coxae dibentuk oleh tiga tulang, yaitu, os ilium, os ischii dan os pubis. Tulang ini membentuk persendian sacroilliaca dengan os sacrum. Pada saat akan makan, MEP ini biasanya mencari dan mengumpulkan makanan kemudian mencari tempat untuk memakannya. Posisi pada saat aktivitas makan adalah posisi duduk di atas dahan dengan menjulurkan kakinya, sedangkan tangannya menggenggam pakan dengan posisi tangan mendekati tubuh agar bobot
48
tubuh berada pada os ischii. Aktivitas ini didukung dengan tuber ischiadicum yang berkembang dan ditutupi oleh ligamenta yang disebut callosities ischiadica yang berfungsi sebagai bantalan duduk. Selain itu monyet ini juga menggunakan ekornya untuk menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh (Crockett dan Wilson 1978). Pada tungkai belakang, penjuluran tuber calcanei dari os calcaneus berukuran besar dan panjang, sehingga penjuluran ini berfungsi sebagai sistem tuas kaki belakang yang disalurkan melalui persendian sacroilliaca yang kaku untuk mendorong tubuh ke depan sehingga dapat melompat dengan cepat dan dalam jarak yang jauh. Hal ini akibat dari kontraksi otot-otot yang bertaut pada tuber calcanei terutama m. gastrocnemius. Selain itu, pada tungkai belakang juga ditemukan bungkul berupa trochanter major dan trochanter minor yang besar. Bungkul ini diduga ikut berperan sebagai tuas tungkai belakang. MEP sering melompat dari satu dahan ke dahan yang lainnya untuk mencari makanan, hewan ini mampu meloncat sejauh lima meter dan mampu menempuh perjalanan sejauh 50-100 ha untuk satu kelompok. Luas daerah jajahan ini sangat erat kaitannya dengan ketersediaan sumber pakan hewan ini. Aktivitas melompat ini, dimulai dengan memindahkan bobot badannya pada tungkai belakang terutama pada tuber calcanei, kemudian persendian tarsus, lutut dan panggul akan ditekuk sehingga akan menghasilkan tenaga dorong yang besar untuk melompat. Pada saat melakukan aktivitas urinasi, primata akan merendahkan bagian belakang tubuhnya mendekati dasar tempat yang dipijaknya atau kadang dalam posisi setengah jongkok, kadang-kadang sambil berlokomosi primata akan mengoleskan urinnya ke segala tempat yang dilaluinya untuk menunjukkan daerah teritorial (Asnawi 1991). Pada saat melakukan aktivitas ini, kekuatan kaki belakang monyet diduga dibebankan pada persendian lutut. Hal ini sesuai dengan otot-otot persendian lutut yang berkembang baik, ditunjukkan dengan adanya os patella dengan permukaan yang kasar sebagai insersio dari m. rectus femoris, dan m. quadriceps femoris.
49
MEP banyak menghabiskan waktu keseharian di atas pohon, karena monyet ini merupakan hewan yang tergolong arboreal. Pada saat di atas dahan pohon, MEP akan menggenggam dahan secara kuat dengan menggunakan seluruh tapak tungkainya serta mampu mempertahankan kestabilannya. Menurut Berringer et al (1974) adanya os navicular dan os sesamoideum pada MEP membantu kestabilan hewan ini ketika berjalan. Kedua tulang ini mampu menjaga keseimbangan di dahan pohon diduga karena posisinya yang langsung bersentuhan dengan bidang pijakan berbeda dengan pada hewan lainnya. MEP ini juga tergolong hewan plantigradi baik saat berjalan quadrupedalism maupun saat bipedalism karena hewan ini menapakkan seluruh tapak kakinya saat berjalan, berbeda dengan gorila yang menggunakan bagian dorsal jari 3 dan 4 pada kaki depan sedangkan pada tungkai belakang tetap menumpu secara plantigradi.
50