ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B 0-7 HARI DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKONGAN TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013 Wahyu Sifa1, Ritawati2 Latar belakang : Hepatitis B merupakan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350 juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana (75%) berada di Asia dan Pasifik Barat. Tujuan penelitian : Untuk Mengetahui “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”. Metode penelitian : jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectiona. Waktu penelitian dari tanggal 12-24 agustus 2013. Sampel yang diambil berjumlah 30 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-2 hari yang berada diwilayah kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Teknik pengambilan sampel dengan mengunakan metode total populasi. Sumber data primer diperoleh dengan mengunakan kuisioner sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisa data : dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan CI 95 % dan signifikasi ditentukan apabila (p value < 0.05). pengolahan data dilakukan dengan SPSS. Hasil penelitian : persentase ibu yang memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu yang berpengetahuan baik 60 %. Hal ini menunjukan adanya hubungan (p value < 0.05) yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Persentase ibu yang memberikan imunisasi lebih besar pada ibu yang bersikap positif 63.3 %. Hal ini menunjukkan ada hubungan p value < 0.05 yang signifikan sikap dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Kesimpulan : pengetahuan ( p value = 0.04) hal ini menunjukkan adanya hubungan ( p value < 0.05 ) yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Sikap ( p value = 0.02) hal ini menunjukkan adanya hubungan ( p value < 0,05 ) yang signifikasi antara sikap dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Kata Kunci
: Hubungan, Pengetahuan, Sikap, Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari
Sumber
: 14 buku + 4 situs internet ( 2005-2013)
1. 2.
Mahasiswa jurusan prodi D IV kebidanan Dosen pembimbing jurusan D IV kebidanan
1
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan bidang preventif merupakan prioritas utama dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya, karena adanya pemberian imunisasi secara umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat (Ranuh, 2008). Hepatitis B merupakan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350 juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana (75%) berada di Asia dan Pasifik Barat. Vaksinasi Hepatitis B yang efektif telah tersedia selama lebih dari 20 tahun, tetapi transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada awal kehidupan merupakan sumber penularan utama. Asia Tenggara merupakan daerah endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih merupakan karier Hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi.
3
Transmisi vertikal merupakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar 70 persen terdapat diagnose kasus virus hepatitis B. Akibatnya, penyakit itu berisiko menjadi penyakit hati menahun dan tidak mendapatkan pengobatan. Virus Hepatitis B yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat menjadi penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang mengakibatkan transplantasi hati dan kematian ( Growupclinic,2012). Hepatitis B menjadi ancaman bagi bayi-bayi Indonesia mengingat tingginya infeksi virus tersebut di masyarakat. Bayi yang terinfeksi virus Hepatitis B berisiko mengalami penyakit hati kronis. Namun, penularan virus dapat dicegah dengan imunisasi vaksin segera maksimal 12 jam atau 1-7 hari setelah dilahirkan.
Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC.
Vaksin yang mengalami pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin Hepatitis B termasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah imunogenisitas dan reaktivitas vaksin (Permanasari, 2012) . Bayi umumnya menerima imunisasi untuk memberikan kekebalan tubuhnya dari berbagai penyakit terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B baik pada bayi, balita maupun pada orang dewasa. Memberikan vaksin hepatitis B dalam waktu cepat setelah dilahirkan dapat membantu melindungi bayi dari virus yang sampai saat ini sulit disembuhkan. Virus hepatitis B ini biasanya menyebar melalui kontak darah atau cairan tubuh lainnya. Virus ini sangat mudah menular dan dapat bertahan hidup selama I minggu hingga berbulan-bulan didalam tubuh. Salah satunya penyebab
4
penularan melalui ibu penderita hepatitis B kepada bayinya saat dalam kandungan atau dilahirkan ( Vera F, 2011). World Health Organization (WHO) mengatakan infeksi virus hepatitis B (HBV) merupakan masalah kesehatan yang serius dibelahan dunia. Virus hepatitis B menginfeksi lebih dari 350 juta orang diseluruh dunia. Sekitar (5 %) dari populasi dunia mempunyai infeksi virus hepatitis B
kronis dan
merupakan penyebab utama hepatitis kronis, serosis dan karsinoma hepatoseluler diseluruh dunia. Diperkirakan 500.000 -1.000.000 orang meninggal setiap tahun dengan penyakit hati yang terkait virus hepatitis B. Daerah-daerah dengan prevalensi hepatitis tinggi, separti Asia Tenggara, China, dan Afrika , lebih dari setengah populasi terenfeksi pada suatu saat dalam kehidupan mereka, sekitar (10 %) adalah virus pembawa yang merupakan hasil dari transmisi neonatal atau penularan satu orang ke orang lain. Daerah dengan tingkat endemisitas rendah termasuk Amerika Utara, Eropa Barat dan Australia dimana hanya sebagaian kecil mengalami kontak dengan virus (Muttaqin dan sari, 2011). Di Indonesia
masalah kesehatan masih tinggi karena 460 bayi
meninggal setiap harinya disebab oleh penyakit yang sebagian besar dapat di cegah melalui vaksinasi. Prevalensi kejadian penyakit Hepatitis B di Indonesia mencapai tingkat menengah sampai tertinggi. Prevalensi dalam populasi umum adalah (5-20%), prevalensi dikalangan donor darah adalah (2.5-36.1%), prevalensi peningkatan HbsAg 45.7% mempunyai potensi penularan tinggi. Pada penyakit infeksi hepatitis B terutama dalam bentuknya yang kronik
5
belum ada pengobatan yang memuaskan. Oleh karena itu perhatian difokuskan kepada pencengahan sedini mungkin dengan pemberian imunisasi hepatitis B. Resiko menjadi karier bila terkena infeksi hepatitis B adalah pada bayi baru lahir sekitar (90%), bayi usia 1-6 bulan sekitar (80%), bayi usia 7-12 bulan sekitar 60 %, balita usia 1-4 tahun (35%) dan dewasa (10%) karena besarnya mamfaatan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir maka pemerintah merecanakan program hepatitis B pada bayi baru lahir dengan mengunakan uniject di D.I Yoyakarta oleh menteri kesehatan pada bulan November tahun 2000 (AMI, 2012). Prevalensi Hepatitis B di Indonesia masih tinggi disebabkan karena keterlambatan dalam pemberian imunisasi. Masih banyaknya kasus penularan hepatitis B dari ibu melahirkan ke bayi menjadi penyebab utama Indonesia masih dikelompokan sebagai negara dengan prevalensi hepatitis B tinggi. Tingginya trasmisi penularan pretikal dari ibu kebayi ini di akibatkan oleh keterlambatan waktu pemberian vaksinasi Hepatitis B pada bayi mereka. Berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan Irsan hasan di Jakarta, ibu hamil yang mengidap hepatitis B sebanyak 50% akan beresiko tinggi menularkan penyakit tersebut pada bayi mereka. Mayoritas transmisi virus pada bayi terjadi pada proses persalinan. Manusia yang sudah telah tertular
virus
hepatitis B sejak bayi, mayoritas 90% akan menjadi hepatitis kronis. Sehingga penyakit tersebut bakal ada ditubuh mereka sepanjang hidupnya dan hanya sekitar (10%) dari kelompok ini yang bisa disembuhkan (Corneleus,2012).
6
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Yuhanadh (2012) di wilayah Puskesmas Panteraja dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari dan besar sampel yang di ambil sebanyak 50 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu terhadap Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dengan kategori baik (80 %) dan katagori kurang (50%), hal ini lebih besar mempengaruhi tindakan ibu dalam membawa anaknya untuk di Imunisasi. Bagi ibu yang pengetahuannya kurang tidak memberikan imunisasi pada anaknya dengan alasan yaitu anak sering rewel, anak dengan BBLR dan anak yang sering sakit. Sementara hasil penelitian menunjutkan persentase yang memberikan imunisasi Hepatitis B 07 hari didapatkan pada ibu yang bersikap positif sebanyak (48 %) dan ibu yang bersikap negatif sebanyak (52%). Laporan dinas kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 bahwa pencapaian imunisasi hepatitis B 0-7 hari adalah (69,3%), sedangkan target yang diharapkan oleh Dinkes Provinsi (90%) ( Profil dinkes NAD, 2012). Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan pada tahun yang sama bahwa pencapaian imunisasi hepatitis B 0-7 hari adalah (7,1 %) (Profil Dinkes Kabupaten Aceh Selatan). Sedangkan pada laporan Tahunan
Puskesmas
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan periode Januari s/d Desember Tahun 2012 dengan jumlah sasaran 106 orang bayi pencapaian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari adalah 96 orang (Data pencatatan dan pelaporan Tahun 2012 Puskesmas Bakongan Timur).
7
Survey awal yang penulis lakukan diwilayah kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Maret tahun 2013 tentang pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada 8 orang ibu bayi, terdapat 4 orang ibu mengatakan tidak tahu tentang manfaat pemberian imunisasi tersebut, karena ibu tidak memperdulikan apa yang dilakukan oleh bidan penolong karena ibu sedang menghadapi post partum. Jadi pada ibu-ibu yang bayinya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dari bidan penolong, sebanyak 2 orang pada saat bidan desa melakukan kunjungan neonatal pertama, ibu bayi bersikap bahwa bayinya tidak perlu lagi diberikan imunisasi karena anaknya masih kecil serta sering menanggis dan juga suaminya tidak memberi izin. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu “Apakah ada hubungan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013 ? “
8
C. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengidenfikasi hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”. b) Untuk mengidenfikasi hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013” c) Untuk mengidenfikasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”
C. Manfaat penulisan 1. Peneliti Kesempatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang masalah imunisasi Hepatitis B 0-7 hari serta mengaplikasikan teori yang didapatkan kedalam praktek lapangan yang sesungguhnya sehingga dapat menambah wawasan penulis khususnya dalam bidang ilmu kebidanan dan metode penelitian.
9
2. Tempat penelitian Sebagai sumber pikiran dan masukan bagi semua tenaga medis khususnya bidan, agar dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat dan memberikan masukan kepada puskesmas tentang manfaat pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada bayi sedini mungkin sehingga dapat dicegah dengan imunisasi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai salah satu karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
untuk
meningkatkan
pengetahuan
mahasiswa
dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dipendidikan dan menambah literatur atau bacaan dipustakaan, sabagai bahan kajian dan menambah informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi Hepatitis B 0-7 hari.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkat kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak dia terpajan pada antigen yang kekebalan serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008). Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan kuman atau produk kuman yang
10
sudah dilemahkan atau dimatikan. Memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Marimbi, 2010 hal 108).
B. Manfaat imunisasi 1. Untuk anak Mencegah
penderitaan
kemungkinan
yang
disebabkan
oleh
penyakit
dan
cacat atau kematian
2. Untuk keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara Memperbaiki tingkah kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Merimbi, 2010 hal 112).
C. Tujuan imunisasi Mencegah
terjadinya
penyakit
tertentu
pada
seseorang.
Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi. Untuk memberikan
11
kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan mengurangi kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kematian bayi yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup tinggi yaitu (67%) dalam upaya mencegah tetanus neonatorum maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu (Marimbi, 2010 hal 111) . Jenis-jenis imunisasi sesuai dengan jenis vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia, jenis-jenis imunisasi tesebut adalah : imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine), indikasinya untuk pemberian kekebalan aktif untuk Tuberkulosis. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) indikasi untuk pemberian secara simultan terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus. Imunisasi polio dan campak (Wahab,2002 hal 50). Vaksin yang akan digunakan harus betul-betul efektif. Efektivitas semua vaksin ditinjau kembali secara terus menerus. Vaksin yang efektif harus memiliki hal-hal seperti berikut : a. Merangsang timbulnya imunitas yang tepat b. Stabil dalam penyimpanan c. Mempunyai imunogenesitas yang cukup
12
Keamanan vaksin sangat penting untuk diperhatikan karena vaksin diberikan kepada orang yang tidak sakit. Beberapa komplikasi yang serius dapat berasal dari vaksin atau dari pasien (Wahab, 2002 hal 43-50).
D. Penyakit hepatitis B Hepatitis adalan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh ”virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati atau menahun yang sebagai kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati. Sebagian besar virus hepatitis B pada anak-anak didapat dalam usia perinatal. Bayi baru lahir menghadapi resiko terkena hepatitis jika ibunya terinfeksi virus hepatitis B atau merupakan karier virus hepatitis B selama kehamilannya. Kemungkinan jalur penularan maternal-fetal meliputi : a. Kebocoran virus lewat plasenta yang terjadi pada akhir kehamilan atau pada saat persalinan. b. Terminumnya cairan ketuban atau darah ibu. c. Pemberian ASI, khususnya jika ibu memiliki puting susu yang pecahpecah atau lecet (Wong, 2009). Proses terjadinya hepatitis B pertama kali pada umumnya disebabkan karena virus. Setelah virus masuk ke dalam tubuh maka terjadi respon imun tubuh terhadap virus yang merusak pada daerah hati sehingga terjadi perubahan fungsi seluler yang dapat menimbulkan inflamasi, nekrosis, atau autolisis hati yang pada akhirnya dapat menimbulkan regenerasi sel. Pada pengkajian ditemukan adanya ikterus, mual, muntah,
13
nyeri perut, masa subklinik gejala sangat ringan, apabila tandanya sangat hebat yang disertai adanya ganguan kesadaran dan adanya gejala serosis. Diagnosis yang terjadi pada anak penyakit hepatitis B yaitu kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), kurang volume cairan dan elektrolit, intoleransi aktivitas dan risiko infeksi (Hidayat, 2006).
E. Imunisasi Hepatitis B Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi Virus Hepatitis B ( VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati (Marimbi,2010 hal 151). Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kenak virus hepatitis B (VHB), biasanya dilakukan sceening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apapun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B (VHB) (Marimbi, 2010 hal 152).
1. Jadwal pemberian imunisasi
14
Umur : saat lahir Vaksin : Hepatitis B 0-7 hari Keterangan : Hepatitis B 0-7 hari harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status surface antigen hepatitis B (HBsAg) ibu positif dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status surface antigen hepatitis B (HBsAg) ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu surface antigen hepatitis B (HbsAg) positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari (Marimbi, 2010 hal 115). 2. Usia pemberian : Bayi harus menerima vaksin virus hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan dan usia antara 3 sampai 6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap virus hepatitis B (VHB) selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan Imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam (Tietjen, 2004 hal k-6). 3. Lokasi penyuntikan : Pada anak dilengan dengan cara inframuskuler. Sedangkan pada bayi dipaha lewat anterolateral ( antero = otot-otot di bagian depan, lateral = otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektifitas vaksin (Marimbi,2010 hal 152).
15
4. Efeksamping : Umumnya tak terjadi, jika pun ada (kasusnya sangat jarang) berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. 5. Tanda keberhasilan : Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasialan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar Hepatitis B nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas 1000 berarti daya tahan nya 8 tahun, diatas 500 tahan 5 tahun, diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma seratus maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti sibayi harus disuntik ulang 3 kali lagi (Marimbi, 2010 hal 153). 6. Efektivitas : a) Merangsang timbulnya imunitas yang tepat yaitu antibodi untuk toksin dan organisme ekstraseluler seperti streptococcus pneumoniae, imunitas
seluler
untuk
organisme
intraseluler
seperti
basil
tuberkulosis. b) Stabil dalam penyimpan yaitu hal ini saat penting untuk vaksin hidup yang biasanya perlu disimpan ditempat dingin atau memerlukan rantai pendingin (cold chain) yang sempurna dari pabrik ke klinik. c) Mempunyai imunogenesitas yang cukup yaitu imunogenesitas vaksin bahan mati sering perlu dinaikkan dengan ajuvan (Wahab, 2002 hal 43)
16
F. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan tindakan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh memlalui mata dan tenlingga ( Notoatmodjo ,2003 hal 17-128 ). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelum nya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang telah di pelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat meginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya dapat menjelas kan mengapa harus makan makanan bergizi.
17
3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya) misalnya dapat megunakan prinsi-prinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan umtuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau mehubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya. 6. Evalusi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilainpenilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003 hal 128-130).
18
G. Sikap 1. Pengertian sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap sauatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup sikap secara nyata menujukkan konotasi adanya kesesuaian reasi terhadap stimulasi tertenntu. Dalam kehidupan seharihari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi sosial (Notoatmodjo 2003). Newcom salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktifitas akan tetapi adalah merupakan” Per-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo 2003). 2. Komponen pokok sikap Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok : a. Kepercayaan atau keyakian, ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave ).
19
Ketiga komponen ini secara bersama -sama membentuk sikap yang utuh (total attitude ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.
3. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan antara lain : a. Menerima ( receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan simulasi yang berikan. b. Merespon (responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberika adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa oarng menerima ide tersebut.
c. Menghargai (value) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat 3. d. Tanggung jawab (responsible), Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi ( Notoatmodjo,2003 hal 130-132).
H. Kerangka Teori
20
Menurut Notoatmojdo (2003), Perilaku pada kesehatan dasarnya adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif ( pengetahuan, persepsi dan sikap ) maupun bersipat aktif ( tindakan yang nyata atau practive). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup : 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif ( mengetahui, bersikap dan menpersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif ( tindakan ) yang di lakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Ada pun tingkat pencegahannya adalah : a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ( health promotion berhavior ). b) Perilaku pencengahan penyakit (health prevention behavior) c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seekking behavior). d) Perilaku
sehubungan
dengan
pemulihan
kesehatan
(health
rehabitation behavior). 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayana kesehatan moderen maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap
21
fasilitas pelayanan kesehatan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan. 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. 4. Perilaku
terhadap
lingkungan
kesehatan
(enviromental
health
behavior) yakni respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan masyarakat. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (Notoatmojdo, 2003 hal 121-122).
Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari dari beberapa landasan teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter dalam Glanz (2005), mengemukankan 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu : a. Faktor
predisposisi
(predisposing
factor),
merupakan
faktor
antesenden terhadap perilaku yanng menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah: pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai serta persepsi individu untuk melakukan tindakan. b. Faktor pemungkin (enabling factor), merupakan antesenden terhadap perilaku yang memingkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah sasaran dan prasarana kesehatan.
22
c. Faktor penggugat (enabling faktor), adalah konsenkuensi dari perilaku yang di tentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif atau negatif dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor pemguat mencakup: dukungan sosial dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga pengaruh sebaya.
Adapun skema teori Green and Kruiter dalam Glanz (2005), dan Anderson (1995) dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini :
Green and Kruiter dalam Glanz (2005) Faktor predisposisi Pengetahuan Sikap Keyakinan Nilai Self efficacy Kapasitas
faktor yang memungkinkan program layanan Sumber daya yang diperlukanForbehavioral Anenviromental Hasil untuk berealized Keterampilan baru yang diperlukan untuk-
Andersom (1995)
Perdisposing karakteristik demografis struktur sosial keyakinan kesehatan
spesifik perilaku dengan individu atau
23
Mengaktifkan Sumber Daya Pribadi / Keluarga masyarakat
perlu Dirasakan (Perihal Assesment) Dievaluasi (klinis diagnosis)Baru!Klik bintang untuk menyimpan terjemahan ini ke dalam Buku Frasa Anda.
Reiforcing faktor dukungan Sosial pengaruh teman sebaya orang lain yang signifikan yg mewakili penguatan
Tutup
Gambar 1. Skema modifikasi teori green and Kruiter dalam Glans (2005) Dan teori Andersen (1995)
I. Kerangka Konsep Penelitian 1. Kerangka konsep Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan, maka dapat disusun skema kerangka konsep dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independent
Pengetahuan Ibu
Variabel Dependent
24
Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari Sikap Ibu
Gambar 1. Kerangaka konsep penelitian
2. Hipotesis Penulisan Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Timur Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Timur Bakongan Kabupaten Aceh Selatan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Adapun penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik karena bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan teori yang ada dan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
25
independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada tindak lanjut (Arikunto, S, 2010). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 0 – 2 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013 berjumlah 30 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini di ambil semua populasi yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013 berjumlah 30 orang. No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Desa Ujung pulo cut Ujung pulo rayeuk Seubadeh Ladang rimba Lhok jamin Simpang Seulekat
Jumlah Sampel 3 5 8 3 3 4 4
C. Tempat dan waktu penelitian n
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 – 25 Agustus Tahun 2013.
26
D. Teknik Pengempulan Data 1. Data Primer Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan cara mengedarkan kuesioner langsung dengan responden tentang pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari laporan cakupan Imunisasi Tahun 2013 Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.
E. Definisi Operasional Berdasarkan kerangaka teoritis dan kerangka konsep yang tekah dikemukakan diatas, maka dapat disususn defenisi operasional. Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Defenisi Operasioanal No
Variabel
Defenisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Ada
Ordina
Tidak ada
l
Variabel Dependen 1
Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari
Pemberian imunisasi Hepatitis B usia 0-7 hari pada bayi ibu
Observasi diberikan bila ada tanggal pemberian di KMS, tidak ada diberikan apa bila tidak
cheek list
27
ada tanggal pemberian di KMS Variabel Independen 2
3
Pengetahuan
Sikap
Pengetahuan Kuisioner ibu tentang pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari Pernyataan Kuisioner ibu terhadap pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari
Wawancara
Baik X > 5.03
Ordinal
Kurang X < 5.03 Wawancara
Positif X > 27.6
Ordinal
Negatif X < 27.6
F. Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian
ini
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mendapatkan data penelitian, instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner ( angkat). Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden ( Arikunto. 2006).
28
Kuisioner juga disusun berdasarkan Bagian pertama identitas responden meliputi : nomor responden, tanggal, umur, perkerjaan, tempat tinggal dan pendidikan. 1. Pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari Ya : jika responden menjawab ada Tidak ada : jika responden menjawab tidak diberikan Selanjutnya Untuk memastikan apakah bayi ibu sudah atau belum mendapatkan imunisasi hepatitis B 0-7 hari, lihat di KMS.
2. Pengetahuan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari terdiri dari 8 pertanyaan. Kuesioner untuk pengetahuan mengunakan multiple choice. Baik : jika responden menjawab dengan tepat x > 5.03 dari pertanyaan yang diberikan. Kurang : jika responden menjawab dengan kurang tepat x < 5.03 dari pertanyaan yang diberikan. 3. Sikap terhadap pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari yang terdiri dari 8 pertanyaan menggunakan skala likert, berikan tanda cheek list (v) pada salah satu jawaban. a) Sangat setuju (SS) b) Setuju (S) c) Ragu-ragu (RR) d) Tidak setuju (TS) e) Sangat tidak setuju (STS)
29
a. Positif : jika responden menjawab dengan tepat x > 27.6 dari pertanyaan yang diberikan dan pertanyaan positif terdiri dari nomor 1, 2, 3, 4. b. Negatif : jika responden menjawab dengan kurang tepat x < 27.6 dari pertanyaan yang diberikan dan pertanyaan negatif terdiri dari nomor 5, 6, 7, 8.
G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut (Purwanto, 2004) : a.
Editing : Dilakukan pengecekan kelengkapan data, bila terdapat kesalahan maka akan diperbaiki dengan pemeriksaan ulang.
b. Coding
: Pemberian nilai pada hasil yang telah ditetapkan dan
menjumlahkannya. c. Transfering
: yaitu data yang telah diberi kode disusun secara
berurutan mulai dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukan dalam tabel. d. Tabulating
: Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu
dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data dan pengambilan kesimpulan.
30
2. Analisa data dilakukan dengan cara : 1) Analisa univariat Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, rata-rata (X) dan standar deviasi. Dalam menentukan katagori setiap variabel maka peneliti dapat berpedoman pada nilai rata-rata (X) setiap variabel tersebut yaitu: x=
x
n Keterangan :
x
= Rata-rata sampel
x
= Total nilai
n
= Jumlah sampel Data yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi, kemudian dipresentasekan ketiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sebagai berikut. (Notoadmodjo,2005). P
f x 100 n
%
Ketrangan : P = persentase f = Frekwensi teramati n = Jumlah sampel 1. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang di duga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan
31
analisa statistik dengan menggunakan uji kategorik Chi Square Test (X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95 % ( P ≤ 0,05 ) sehingga dapat diketahui ada atau tidakanya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program computer SPSS for windows Versi 17,0. Melalui perhitungan uji Chi square ( x2 ) selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Bakongan Timur Kecamatan Bakongan Timur merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai 7 desa yaitu desa ujung pulo cut, desa ujung pulo rayeuk, desa seubadeh, desa ladang rimba, desa simpang, desa sawah tingkeum, dan desa seulekat dengan jumlah penduduknya sekitar 5235 orang. Adapun batas-batas wilayah kecamatan bakongan timur adalah sebelah timur berbatasan dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kota bakongan, sebelah utara berbatasan dengan kecamatan trumon, sebelah selatan berbatasan dengan bukit barisan. Kecamatan Bakongan Timur terletak antara pesisir pantai dan pengunungan bukit barisan serta mata pencarian penduduk rata-rata nelayan
32
dan petani. Tingkat pendidikan dan pengetahuan pendudukan rata-rata masih rendah serta pengaruh budaya atau adat istiadat yang masih tinggi terhadap perubahan perilaku terutama perilaku kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap penduduk terhadap program-program kesehatan yang di anggap oleh penduduk merupakan suatu hal yang baru.
B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari Diwilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Aceh Selatan No
Pemberian Imunisasi HepatitisB 0-7 hari
F
(%)
1
Ada diberikan
24
80
2
Tidak ada diberikan
6
20
30
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa mayoritas responden yang ada diberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari yaitu 80 % . b. Pengetahuan Tabel 2.
33
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ImunisasiHepatitis B 0-7 Hari Diwilayah KerjaPuskesmas Bakongan Timur Aceh Selatan No Pengetahuan F (%) 1
Baik
18
60
2
Kurang
12
40
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 2 diatas bahwa mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu 60 % .
c. Sikap Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari Diwilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Aceh Selatan No
Sikap
F
(%)
1
Positif
19
63.3
2
Negatif
11
36.7
30
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa mayoritas responden memilki sikap positif yaitu sebesar 63.4 %. 2. Anilisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari
34
Tabel 4 Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini. Pemberian imunisasi No
Pengetahuan
ada diberikan
%
tidak ada
%
diberikan
Jml
1
Baik
18
100
0
0
18
2
Kurang
6
50
6
50
12
%
Nilai
P
α
value
0,05
0,04
Berdasarkan tabel 4 diatas responden yang memiliki pengetahuan baik dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 100% dan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 50%. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,04 (P>0,05), artinya hipotesa alternatif peneliti diterima yaitu ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari.
b. Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari Tabel 5 Hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini. Pemberian imunisasi No
Sikap
ada diberikan
%
tidak ada diberikan
%
Jml
%
Nilai
P
α
value
35
1
Positif
19
100
0
0
19
2
Negatif
5
45,5
6
54,5
11
0,05
0,02
Berdasarkan tabel 5 diatas responden yang memiliki sikap positif dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 100% dan responden yang memiliki sikap negatif dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 45,5%. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,02 (P>0,05), artinya hipotesa alternatif peneliti diterima yaitu ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari.
C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
persentase
ibu
yang
memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 18 orang atau 60 %, dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang atau 40 %. Secara analisa statistik dengan mengunakan chi square test didapatkan nilai p (0.04) < 0.05. Sehingga hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 dapat diterima. Hasil penelitian yuhanadh ( 2012) menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberikan
36
imunisai hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas panteraja dengan hasil persentase ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak yaitu 80 % di bandingkan ibu yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 20 %. Hal ini sependapat dengan penelitian yang penulis dapatkan menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 07 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur. Menurut teori pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan tindakan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo ,2003). Menurut asumsi penelitian pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari dipuskesmas bakongan timur termasuk dalam katagori baik hal ini secara langsung mempengaruhi tindakan ibu dalam memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan sebagian ibu-ibu yang berpengetahuan baik tetapi tidak mengizinkan anaknya di imunisasikan hepatitis B 0-7 hari disebabkan karena adanya faktor keluarga serta suami yang tidak setuju dengan alasan anaknya masih sangat kecil serta sering menanggis. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.
37
2. Hubungan Sikap Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
persentase
ibu
yang
memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu yang bersikap positif sebanyak
19 orang atau 63.4 %, dibandingkan
dengan ibu yang bersikap negatif sebanyak 11 orang atau 36.6 %. Secara analisa statistik dengan mengunakan chi square test didapatkan nilai p (0.02) < 0.05. Sehingga hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 dapat diterima. Hasil penelitian yuhanadh ( 2012) menujukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberikan imunisai hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas panteraja dengan hasil persentase ibu yang bersikap negatif lebih banyak yaitu 52% di bandingkan ibu yang bersikap positif yaitu sebanyak 48%. Hal ini tidak sependapat dengan penelitian
penulis yang menunjukan bahwa ada
hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Menurut teori sikap adalah merupakan reaksi atau responden seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup sikap secara nyata menujukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertenntu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi sosial (Notoatmodjo 2003).
38
Menurut asumsi penelitian sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Bakongan Timur
termasuk dalam
katagori positif hal ini secara langsung mempengaruhi tindakan ibu dalam memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan sebagian ibuibu yang bersikap negatif
karena ibu berpendapat tidak perlu di
imunisasikan hepatitis B 0-7 hari karena mengakibatkan anaknya demam dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti orang-orang yang berpengaruh disekitarnya yaitu mertua, nenek, dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap ibu salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan tahun 2013 sebanyak 30 responden maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 07 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan ( p value = 0,04 )
39
2. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan ( p value = 0.02 ) B. Saran 1. Bagi peneliti Diharapkan kepada peneliti agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari, sehingga semua factor yang mempengaruhi pencapaian cakupan imunisasi hepatitis B 0-7 hari dapat diteliti dengan lengkap. Demi pencapaian target imunisasi sesuai dengan target nasional yaitu 100 %.
2. Bagi tempat penelitian Kepada petugas kesehatan dipuskesmas bakongan timur agar terus mempertahankan pemberian informasi baik melalui penyuluhan peorangan pada saat kunjungan rumah ataupun penyuluhan perkelompok pada saat pelaksanan posyandu dan informasi yang diterima membawa angapan positif bagi peningkatan promosi kesehatan dimasa yang akan datang. 3. Bagi intitusi pendidikan Kepada intitusi pendidikan agar melaksanakan kegiatan ekstra kurikulum bagi mahasiswa yang berhubungan dengan pelayanan imunisasi khususnya tentang cara penberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Menyediakan lebih banyak waktu untuk belajar dilahan preaktek sehingga pada saat selesai
40
kuliah nanti mahasiswa sudah mampu mengaplikasikan disiplin ilmu yang mereka miliki. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Rhineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Rhineka Cipta, Jakarta. Aide Medicale International (AMI),2012, Kesehatan Anak-Anak, http://Majalahpembawapesankesehatan.com. (Diambil 30 maret 2013 jam 10.25 wib). Andersen, 1995. Perubahan Perilaku Kesehatan. Jakarta Creen, 2005. Perubahan Perilaku Kesehatan. Jakarta Grow up clinic, 2012. Hepatitis B dan Imunisasi Hepatitis B Pada Anak dan Remaja, http:// chidrengrowup. Word press.com. (Di ambil 2 maret 2012 jam 20.10 wib). Hidayat, A, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Penerbit Salemba Medika Jakarta. Notoatmodjo.S, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi : Rhineka Cipta Jakarta. Notoatmodjo. S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi : Rhineka Cipta Jakarta. Marimbi, H,2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Penerbit : Nahu Medika Yogyakarta Muttaqin A dan Sari K, 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit : Salemba Medika. Tietjen, L, 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta. Susanto, 2012. Prevalensi Penyakit Hepatitis B di Indonesia, http://www.mediaindonesia.com. (Di ambil 1 april 2013 jam 09.10 wib). Permanasari, 2012. Imunisasi Bayi Sesaat Dilahirkan, http://ad56. Kompasads. com. (Diambil 2 april 2013 jam 10.20 wib). Purwanto, 2004. Pengantar Statistik Keperawatan. EGC : Jakarta Profil dinkes, 2012. Provinsi Aceh.
41
Profil dinkes, 2012. Kabupaten Aceh Selatan. Ranuh. G.N, 2008, Pedoman Imunisasi di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI), Jakarta. Yuhanadh, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya. http://www.skripsistikes.com. (Di ambil 29 ferbuari 2013 jam 10.10wib). Wahab dan Julia, 2002. Sistem Imun,Imunisasi dan Penyakit Imun. Penerbit Widya Medika Wong, 2009. Keperawatan Pediatri. Penerbit EGC