HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP DENGAN PRAKTIK IMUNISASI DASAR LENGKAP BAYINYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGANDON KEC. PEGANDON KAB. KENDAL Masruroh, S.Si.T. M.Kes Dosen Akbid Uniska Kendal. ABSTRAK
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal setiap harinya termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat dicegah. Misalnya tuberculosis, campak, pertussis, dipteri dan tetanus. Tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal Jenis penelitian diskriptif korelasi, rancangan crossectional dengan teknik sampling accidental, didapatkan 30 responden dengan populasi dan sampel yaitu ibu yang mempunyai bayi dan bayi umur 9-12 bulan. Penelitian pada bulan April-Mei 2012, validitas dan reliabilitasnya tentang pengetahuan, praktik tidak di uji karena mutlak. Di olah menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil penelitian, didapatkan mayoritas ibu berpengetahuan baik (66,7 %), selanjutnya berpengetahuan cukup (33,3%), berpengetahuan kurang tidak ada (0%), mayoritas praktik imunisasi lengkap sampai campak (90,0 %), selanjutnya praktik imunisasi tidak lengkap sampai campak (10,0%), hasil uji statistik hubungan pengetahuan dengan praktik, di olah menggunakan SPSS versi 17.0, hasil uji chi-square nilai р 0,749 (0,749>0,05), berarti Ha di tolak, tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandon. Jadi, diperlukan kesadaran masyarakat untuk membawa bayinya imunisasi, di butuhkan faktor pendorong dari tenaga kesehatan terutama bidan untuk memberikan penyuluhan dan informasi tentang imunisasi setiap bulannya kepada para orangtua. Kata kunci : Pengetahuan, Praktik, Imunisasi Daftar pustaka : 39 referensi (2002 s/d 2011)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal |Edisi Ke-2 Tahun 2012 1
PENDAHULUAN Pada tahun 1990 indonesia telah berhasil mencapai UCI (Universal Child Immunization) yaitu suatu kesepakatan internasional dalam memberikan imunisasi lengkap kepada semua anak pada tahun 1990 dan cakupan merata secara nasional pada tahun 1993. Langkah selanjutnya untuk membasmi penyakit polio dan komitmen global tentang eradikasi polio, maka indonesia melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional selama 4 tahun mulai tahun 1995, 1996, 1997, 2002, selain PIN antara 1999-2002 juga telah di lakukan beberapa kali Pekan Imunisasi Sub Nasional (Sub PIN) (Ismael, 2005; h. 59). Universal Child Immunization (UCI), ialah tercapainya imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan) Desa/ kelurahan UCI adalah desa / kelurahan dimana minimal 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Tidak tercapainya target UCI di beberapa kabupaten/kota di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain, yang pertama belum di lakukan pelaksanaan kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah. Kedua,masih ada sebagian kecil orangtua yang menolak anaknya untuk di imunisasi dikarenakan keyakinan/kepercayaan agama dan lainlain (Ranuh dkk, 2005; h. 12). Tingginya angka kematian bayi dan balita di indonesia menyebabkan turunnya derajat kesehatan. Kira-kira 3 dari 100 kelahiran bayi akan meninggal karena penyakit campak. Sebanyak 2 dari 100 kelahiran bayi akan meninggal karena batuk rejan. Satu dari 100
kelahiran bayi akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari 200.000 bayi, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi bayi terhadap penyakitpenyakit tertentu (Proverawati dkk, 2010; h. 4). Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup (Wijaya A.M, 2009). Rata-rata angka imunisasi di Indonesia hanya 72 persen. Artinya, angka di beberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat dicegah.Misalnya tuberculosis, campak, pertussis , dipteri dan tetanus (Rotigliano, 2005). Pada bulan Desember 2011, data di Puskesmas Pegandon dengan jumlah sasaran bayi yaitu 624 bayi, pencapaian untuk imunisasi Hepatitis B mencapai 9,0 %, 9,0 %, polio 1 9,0 %, DPT/HB I 8,0 %, polio II 8,0 %, DPT/HB II 8,5 %, polio III 8,5 %, DPT/HB III 9,0 %, polio IV 9,0 %, dan campak 9,3 %. Survey pendahuluan yang di lakukan peneliti di Puskesmas Pegandon di dapatkan hasil sebagai berikut, dengan jumlah yang diwawancarai sebanyak 14 ibu yang mempunyai bayi, yang mengerti tentang pengertian imunisasi, jenis imunisasi, jadwal pemberian, dan efek samping ada 7 orang, sedangkan ibu yang kurang
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
2
mengerti tentang imunisasi ada 2 orang. Ibu kurang mengerti tentang berapa kali pemberian imunisasi yang seharusnya di berikan dari imunisasi dasar lengkap yang peneliti wawancarai. Untuk praktik imunisasi, ada 3 bayi imunisasinya lengkap, 9 bayi belum lengkap dan 2 bayi tidak lengkap. Berdasarkan dari latar belakang masalah maka rumusan masalahnya adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal?” TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan saat ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003; h. 11). Menurut teori WHO (World Health Organization) yang di kutip oleh Notoatmodjo (2007; h. 12),salah satu bentuk objek kesehatan dapat di jabarkan oleh pengetahuan yang di peroleh dari pengalaman sendiri.
2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2003; h. 13) : a. Tahu (Know) b. Memahami (Comprehention) c. Aplikasi (Application) d. Analisis (Analysis) e. Sintetis (Syntetis) f. Evaluasi (Evaluation) 3. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang di kutip dari Notoatmodjo (2003; h. 11) adalah sebagai berikut : 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah di pakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
3
c)
Berdasarkan pengalaman pribadi 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan 3) Proses perilaku “TAHU” Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003; h. 12), perilaku “tahu” adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Kesadaran (Awareness) 2. Merasa tertarik (Interest) 3. Menimbang-nimbang (evaluation) 4. Trial, 5. Adaption, 4)
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut Wawan dan Dewi (2010; h. 16-18) antara lain : a. Faktor Internal 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur b. Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan 2. Sosial Budaya Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang objek pengetahuan yang akan diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masingmasing pertanyaan diberi nilai 1
5.
B.
dan jika salah diberi nilai 0 (Erfandi, 2009). Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006; h. 18) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a. Baik : Hasil presentase 76 - 100% b. Cukup : Hasil presentase ≧ 56 - 75% c. Kurang : Hasil presentase < 56 %
Praktik Suatu tindakan belum otomatis terwujud, untuk mewujudkan praktik (tindakan) menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support). Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, antara lain : 1. 2. 3. 4.
Persepsi (perception) Respon Terpimpin (guided response) Mekanisme (mechanism) Adopsi (adoption)
C. Imunisasi Menurut Matondang (2005; h. 7), imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus, dan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
4
riketsia) atau racun kuman yang telah di lemahkan atau di matikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 2005; h. 9). D.
Imunisasi Dasar Lengkap Imunisasi dasar adalah imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah yaitu meliputi BCG ( Bacille Calmetee Guerin),Hepatitis B, Campak, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), dan polio (Nakita, 2006; h. 6). Imunisasi dasar lengkap adalah program imunisasi yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak) (Ifan, 2010). Program imunisasi yang diwajibkan pemerintah untuk memberikan imunisasi dasar lengkap yaitu pemberian Hepatitis B, 1 kali pemberian, BCG 1 kali pemberian, DPT/HB 3 kali pemberian dengan interval 4 minggu, polio 4 kali pemberian dengan interval 4 minggu dan campak 1 kali pemberian (Supari, S.F,2008; h. 52). Selain imunisasi yang di wajibkan, ada imunisasi yang di anjurkan pemerintah yaitu HiB (Hemophilus Influenza Type B), MMR (Measles,mumps, rubella), Tifoid, Hepatitis A, Varicella, jadi sifatnya tidak wajib (Nakita, 2006; h. 7). 1. Jenis-jenis vaksin Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan dan mulut
(Hidayat A, h. 211). Jenis-jenis vaksin, yaitu sebagai berikut : 1) Vaksin Hepatitis Hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penyakit Hepatitis dapat dicegah dengan imunisasi (Supatmawati, 2008; h. 9). Ada 2 macam hepatitis, yaitu : a. Vaksin Hepatitis A b. Vaksin Hepatitis B 2) Vaksin BCG Vaksin BCG singkatan dari Bacille Calmette Geurin. Vaksin BCG digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC). TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. Kuman TBC ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 (Supatmawati, 2008; h. 5). 3) Vaksin DPT (Difteri,Pertusis,Tetanus) Penyakit difteri disebabkan oleh sejenis bakteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seseorang anak akan terjangkit difteria bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman, anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi, selain itu pada tonsil (amandel) atau tenggorokan terlihat selaput putih kotor (Markum, 2002; h. 18) Pertusis atau batuk rejan, atau lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
5
kuman Bordetella Pertussis. Penyakit ini cukup parah bila diderita oleh anak balita, bahkan dapat menyebabkan kematian pada bayi kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadangkadang sampai muntah (Markum, 2002; h. 19) Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yang menghasikan neurotoksin. Penyebaran melalui kotoran yang masuk melalui luka. Gejala awal seperti kaku otot pada rahang ,disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku (Markum, 2002; h. 19). Vaksin DPT diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15-18 bulan dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4-6 tahun). DTP diberikan melalui paha, pemberian ini dapat menimbulkan panas, tetapi tidak berbahaya (Supatmawati, 2008; h. 7) 4)
Vaksin Polio Vaksin polio adalah penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Kelumpuhan yang di akibatkan oleh virus polio dapat melumpuhkan anggota tubuh lainnya. Tetapi kelumpuhan banyak terjadi pada kaki sebelah (Supatmawati, 2008; h. 6) Ada 2 macam vaksin polio, yaitu :
a.
IPV (Injection Polio Vaksin), vaksin ini diberikan melalui suntikan b. OPV (Oral Polio vaksin), vaksin ini diberikan melalui tetesan, keunggulan vaksin ini karena lebih praktis dan dapat langsung menangkal serangan virus yang masuk ke dalam tubuh. Gejala yang umum dan mudah dikenal adalah anak mendadak menjadi lumpuh pada salah satu anggota geraknya, setelah ia menderita demam selama 2-5 hari. Bila kelumpuhan itu terjadi pada otot pernapasan, mungkin anak akan meninggal karena sukar bernafas. Penyakit ini dapat langsung menular dari seorang penderita polio atau dengan melalui makanan. Daya proteksi vaksin polio sangat baik yaitu sebesar 95-100% (Markum, 2002; h. 24). 5)
Vaksin Campak Vaksin campak merupakan salah satu penyakit berjangkit. Campak adalah infeksi virus yang menular. Gejala-gejalanya penyakit ini adalah demam, batuk, peradangan selaput ikat mata, dan ruam kulit. Vaksin campak diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak jerman. Vaksin disuntikan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 tahun ketika duduk di sekolah dasar (Supatmawati, 2008; h. 8)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
6
kejadian ini umumnya terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi. Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak dan infeksi virus polio.
E. Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (Matondang, 2005; h. 7). Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (Proverawati, 2010). Imunisasi memang tidak memberikan kekebalan 100 %, tetapi pada umumnya dapat mencegah 96 %, sehingga apabila terkena tidak akan separah jika tidak diimunisasi. Masalah sakit tidaknya anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu daya tahan tubuh anak, lingkungan dan kuman. Kalau anak kuat, status gizi baik, lalu terinfeksi kuman yang jumlahnya sedikit dan tidak begitu ganas, kemungkinan dia tidak akan jatuh sakit (Nakita, 2006; h. 4-5). F.
Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi a. Sakit berat dan mendadak, demam tinggi b. Menderita gangguan sistem imun berat c. Memiliki alergi telur, hindari imunisasi influenza
G.
Efek samping Terjadinya Reaksi Pada Tubuh Bayi Setelah Imunisasi Menurut Suparyanto, (2011) Kejadian Pasca Ikutan Imunisasi (KIPI) adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi,
H.
Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Imunisasi Dasar Lengkap Hubungan pengetahuan dengan praktik akan berpengaruh kepada perilaku (tindakan) sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku (tindakan) pendidikan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil keluaran (outcome) pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007; h. 106-107). Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun hubungan positif antara kedua variabel ini telah diperlihatkan oleh Cart Wright (1981) dan Inantha (1997). Pengetahuan tertentu tentang kesehatan penting sebelum suatu tindakan pribadi terjadi, tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang mendapat isyarat yang kuat untuk memotivasinya. Bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya ( Notoatmodjo, 2003; h. 122-127). Lawrence Green dalam buku (Notoatmodjo, 2003; h. 137-140)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
7
menjelaskan bahwa perilaku itu di latarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, persepsi/kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya 2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya/tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang akan diteliti adalah penelitian Diskriptif korelasi, jenis metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross Sectional.yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antar faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat bersamaan. Konsep penelitian dengan menggunakan Variabel bebas (variable independent) adalah pengetahuan ibu tentang immunisasi. Dan Variabel Terikat (variabel dependent) praktik imunisasi dasar lengkap bayinya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011.Dengan teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling
Metode Pengolahan Data melalui Editing, Coding , Scoring dan Tabulating. Serta analisa univariat dan Bivariat Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dan bayi umur 9-12 bulan, dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accident, yuaitu ibu yang mempunyai bayi umur 9-12 bulan yang datang ke Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Metode pengolahan data menurut Azwar (2003; h. 87-91); editing ,coding, scoring dan tabulating dan Analisa univariat kemudian bivariat
HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Pengetahuan Tabel .1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi Persentase (F) (%) 20 66,7 10 33,3 0 0 30 100,0
Berdasarkan tabel.1. menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap mayoritas berpengetahuan baik sebesar 20 responden (66,7 %).
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
8
Sedangkan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap selanjutnya berpengetahuan cukup sebesar 10 responden (33,3 %), dengan praktik imunisasi lengkap sebesar 9 responden dan praktik imunisasi tidak lengkap sebesar 1 responden (10,0 %). Dari hasil uji statistik hubungan pengetahuan dengan praktik, diuji menggunakan program SPSS versi 17.0, hasil uji chi-square nilai р 0,749 (0,749>0,05), hal ini menunjukkan bahwa p value > 0,05 yang berarti Ha di tolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Puskesmas Pegandon.
2. Praktik Tabel.2. Distribusi Frekuensi Praktik Imunisasi Dasar Lengkap Bayinya Prakti k Lengk
Frekuen si (F)
Persenta se (%)
27
90,0
ap Tidak Lengkap Total
3
10,0
30
100,0
Berdasarkan tabel.2. menunjukkan praktik tentang imunisasi dasar lengkap mayoritas praktiknya lengkap dari HB 0 sampai diberikan imunisasi campak sebesar 27 responden (90,0 %).
PEMBAHASAN 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap dengan Praktik
1.
Tabel 3. Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Praktik Imunisasi Dasar Lengkap Bayinya Pengetahuan J % ml Baik 20 66,7 Cu 10 33,3 kup 30 100, Tot al 0
Praktik Lg Td kp k 18 2 9 1 27
3
% 90,0 10,0 100, 0
To tal 20 10 30
Berdasarkan tabel.3. menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap mayoritas berpengetahuan baik sebesar 20 responden (66,7 %), dengan praktik imunisasi lengkap sebesar 18 responden dan praktik imunisasi tidak lengkap sebesar 2 responden (90,0 %).
Nilai р 0,749
Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di ungkap di Bab IV, adapun hasil dalam penelitian pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap mayoritas berpengetahuan baik sebesar 20 responden (66,7 %). Menurut Notoatmodjo, 2003; h. 11) pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan saat ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Misalnya pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap dapat di peroleh dari petugas kesehatan pada saat mengimunisasikan bayinya, membaca brosur/ pamflet, dari buku KIA/KMS ataupun dari iklan di televisi. Mereka biasanya berperilaku/bertindak atas dasar mendengar dan melihat dan selanjutnya mempunyai pengetahuan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
9
yang baik karena sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003; h. 11). Pengetahuan bisa di peroleh dari cara kuno meliputi cara kekuasaan atau otoritas, bisa dari pengalaman pribadi (Notoatmodjo, 2003; h. 11). Pengetahuan tentang imunisasi bisa langsung diperoleh dengan mencari informasi melalui internet, dari teman dekat, tetangga, atau bisa dari penalaran sendiri. Begitu pula dari pengalamanpengalaman pribadi, hal ini di lakukan dengan mengulang kembali tentang pengalaman yang pernah di peroleh, karena pengalaman merupakan sumber pengetahuan. 2. Praktik imunisasi dasar lengkap bayinya Berdasarkan hasil penelitian praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Puskesmas Pegandon menunjukkan mayoritas praktik lengkap dari HB 0 sampai diberikan imunisasi campak sebesar 27 responden (90,0 %). Suatu tindakan belum otomatis terwujud, untuk mewujudkan praktik ( tindakan) menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (Notoatmodjo, 2003; h. 128). Faktor dukungan dapat di peroleh dari fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai misalnya sudah terbentuk pelayanan dan sarana yang memadai dari puskesmas maka tindakan akan otomatis terwujud dalam perbuatan nyata. Menurut Suparyanto, (2011) Kejadian Pasca Ikutan Imunisasi (KIPI) adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi, kejadian ini umumnya terjadi dalam masa satu bulan
3.
setelah imunisasi. Hal ini di karenakan orangtua merasa khawatir karena sakit demam pada saat anaknya akan di imunisasi, bisa juga karena orangtua lupa jadwal untuk imunisasi atau memang tidak mau membawa bayinya untuk di imunisasi karena takut terjadi hal-hal pada bayinya, hal ini yang menjadi penyebab kemungkinan para orangtua merasa takut maupun khawatir terhadap anaknya setelah anaknya diimunisasi sehingga tidak mau membawa anaknya untuk di imunisasi lagi. Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya Dari hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan praktik yang diuji statistik menggunakan program SPSS versi 17.0, hasil chi-square nilai p 0,749 berarti lebih besar dari taraf signifikan 5 % atau 0,05 (0,749>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa p value > 0,05 yang berarti Ha di tolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Puskesmas Pegandon. Menurut Lawrence Green dalam buku (Notoatmodjo, 2003; h. 137-140) Ada tiga hal yang mempengaruhi yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Hubungan antara pengetahuan dengan praktik dalam penelitian yang sudah dilakukan di Puskesmas Pegandon antara pengetahuan dengan praktik tidak ada hubungan secara signifikan, hal ini di sebabkan kemungkinan yang pertama, ada hal-hal yang melatarbelakangi seperti faktor predisposisi misalnya dari pengetahuan ibu sendiri yang kurang mengerti tentang informasi penting
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
10
yang diperoleh sehingga tidak berminat untuk melakukan tindakan untuk membawa anaknya imunisasi, bisa juga karena persepsi/kepercayaan agama dari leluhur atau keluarganya. Kedua, faktor pendorong dari pihak tenaga kesehatan sendiri yang kurang memotivasi, memberikan penyuluhan yang kurang efektif, dan kurangnya info-info yang relevan. Hal ini disebabkan kemungkinan orangtua merasa khawatir terhadap anaknya setelah dilakukan tindakan imunisasi yang menyebabkan anak menjadi panas, bengkak di tempat penyuntikan dll setelah kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Diakibatkan dari hal-hal tersebut mereka para orangtua enggan membawa anaknya untuk imunisasi lagi, diharapkan tenaga kesehatan memberikan support dan pengertian terhadap masyarakat. Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors) (Institute of Medicine (IOM) USA, 2005). PENUTUP A. Kesimpulan 1. Mayoritas pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap berpengetahuan baik sebesar 20 responden (66,7 %), berpengetahuan cukup sebesar 10 responden (33,3 %), sedangkan yang berpengetahuan kurang tidak ada (0 %).
2. Praktik imunisasi dasar bayinya di Puskesmas Pegandon mayoritas praktik lengkap sampai diberikan imunisasi campak sebesar 27 responden (90,0 %), paling sedikit praktik imunisasi tidak lengkap belum diberikan imunisasi campak sebesar 3 responden (10,0 %). 3. Tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Puskesmas Pegandon ( p = 0,749 > ∝ ). B. Saran 1. Bagi masyarakat Masyarakat perlu meningkatkan peran serta terutama orangtua dan keluarga untuk ikut penyuluhan agar nantinya dapat menambah informasi dan pengetahuan agar membawa anaknya untuk di imunisasikan sesuai jadwal di pelayanan kesehatan misalnya di puskesmas. 2. Bagi puskesmas Agar sebagai masukan yang berarti bagi puskesmas khususnya tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan imunisasi kepada bayi balita dan perlu mengadakan penyuluhan dan memotivasi orangtua tentang hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi agar orangtua berperan aktif tentang pentingnya anak untuk di imunisasi. 3. Bagi institusi pendidikan Agar hasil penelitian ini dapat menambah referensi studi kepustakaan dan diharapkan menjadi masukan yang berarti bagi peneliti lain serta bermanfaat bagi mahasiswi di institusi pendidikan khususnya kebidanan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
11
4. Bagi peneliti lain Dapat menambah wacana baru serta pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian, bagi peneliti lain yang ingin mengambil penelitian tentang imunisasi dasar lengkap dan diharapkan lebih kompleks dalam menentukan variabel yang akan di teliti dan lebih dikembangkan lagi, menggali lebih dalam permasalahan yang ada, agar mampu menarik minat pembaca. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Imunisasi Dasar Lengkap dan Pemberiannya .
diakses tanggal 17 Februari 2012 Jam 13.20 WIB Anonim, 2009. Pemberian Imunisasi bagi bayi artikel kedokteran di akses tanggal 22 Februari 2012 Jam 11.30 WIB Anonim, 2008 . Manfaat Imunisasi Bagi Tubuh. di akses tanggal 24 Februari 2012 Jam 12.45 WIB Azwar A, Metode Pengolahan Data. Metode Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 2003; h. 87-91 Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Pustaka, 2006; h. 18, h. 130-131, h. 168,178
Departemen Kesehatan (DepKes) RI. Imunisasi mengapa perlu ?. Jakarta: PT Balai Pustaka, 2005; h. 9 Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal (DKK), 2011. Data Sasaran Bayi yang ada di Wilayah se-Kabupaten Kendal dan Wilayah Puskesmas Pegandon. Kendal: DKK Kendal Erfandi, 2009. Metode Pengukuran Pengetahuan. di akses tanggal 23 Februari 2012 Jam 15.09 WIB Heri, 2007. Salah satu ancaman terhadap manusia di akses tanggal 13 Februari 2012 Jam 13.48 WIB Haryanti, 2011.Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Praktek Pemberian Imunisasi Dasar di Desa Getas Wilayah Puskesmas Kapuan Kecamatan Cepu Kabupaten Blora (KTI). Semarang: Poltekkes DepKes Semarang Hadinegoro, dkk. Panduan Imunisasi Anak. Mencegah Lebih Baik Dari Pada Mengobati Edisi Pertama Cetakan Pertama. Jakarta: IDAI, 2011; h. 20,39,47,111 Hidayat, A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2008; h. 211 Ifan, 2010. Imunisasi Dasar Lima Lengkap, Jadwal kunjungan bayibalita diakses
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
12
tanggal 17 Februari 2012 Jam 13.00 WIB Institute Of Machine (IOM) USA, 2005 . Kejadian Pasca Ikutan Imunisasi (KIPI) < http://www.depkes.go.id/index.php?opti on=news&task=viewarticle&sid=980&I temid=2 > di akses tanggal 2 Juli 2012 Jam 18.31 WIB Ismael, 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kedua Tahun 2005. Jakarta : Badan Penerbit Pengurus Pusat IDAI , h. 59 Khomsan, 2002. Pengukuran Penilaian Praktik. di akses tanggal 23 Januari 2012 Jam 18.45 WIB Komite Nasional Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI) Kejadian Pasca Imunisasi , diakses tanggal 2 Juli 2012 Jam 18.30 WIB Matondang, Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kedua Tahun 2005. Jakarta : Badan Penerbit Pengurus Pusat IDAI; 2005, h. 7 Muslihatun, W.N . Asuhan Neonatus Bayi dan Balita . Yogyakarta: Fitramaya;2010, h. 68 Markum, A.H. Imunisasi . Edisi Kedua. Jakarta : FKUI, 2002; h. 12-14,17,1925,29 Nakita. Pengertian Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset, 2006, 2010; h. 4-5, h. 6, h. 7
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Pendidikan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2003; h. 17-18, h. 93,96,97,106 , 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Pendidikan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika, h. 92 Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta,2002; h. 10-18,27,65,85,188 Notoatmodjo, S, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta,2003; h. 16,97-124,114-115,117118,163,164-165 , Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :PT Rineka Cipta,2005; h. 69,72,79,116,145 Proverawati, A. dan Andhini S.D. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset; 2010, h. 7,8,9-10 Ranuh, I.G.N. dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kedua Tahun 2005. Jakarta : Badan Penerbit Pengurus Pusat IDAI; 2005, h. 7,12,40-41,95 Ramli, R. 2011. Pengertian Imunisasi Dasar Lengkap. Dunia Ibu Hamil,bayi dan Balita. diakses tanggal 17 Februari 2012 Jam 14.00 WIB Rotigliano. 2005 .Data Surveiland Menurut Unicef-WHO
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
13
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
14
edia_3175.html> di akses tanggal 18 Februari 2012 Jam 16.44 WIB Sugiono, Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, 2006; h. 3 Supatmawati, E. Lebih Mengenal Imunisasi Cetakan 1. Surabaya : Insan Cendekia, 2008; h. 4-5,7,9,12 Supari (DepKes RI) Modul Materi Dasar 1 Kebijakan Program Imunisasi. Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas . Dirjen PP dan PL DepKes RI: Jakarta, 2008; h. 52 Suparyanto, 2011.Lima Imunisasi Dasar Lengkap Indonesia blogspot . di akses tanggal 14 Februari 2012 Jam 16.50 WIB Trimurti, A. 2010. Study Diskriptif Sikap Ibu Tentang Lima Imunisasi Dasar Lengkap di Desa Kandangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Klambu Kabupaten Grobogan (KTI). Semarang: Poltekkes DepKes Semarang
Udiyono A, Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang: Universitas Diponegoro (Undip), 2007; h. 27-28, h. 45 Wawan, A. dan Dewi, M. Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika; 2010, H. 16,17,18 Wijaya, A. 2009. Survey Demografi Indonesia di akses tanggal 13 Februari 2012 Jam 14.32 WIB Yani, A. Pengertian macam- macam Sampel. di akses tanggal 25 Februari 2012 Jam 15.15 WIB
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal | |Edisi Ke-2 Tahun 2012
15