ABSTRAK “PENGETAHUAN DAN SIKAP PESERTA BPJS DENGAN MOTIVASI BEROBAT KE PUSKESMAS WAIPUKANG KECAMATAN ILE APE” (Dibimbing oleh Niniek A Lantara dan Sri Syatriani)
YOHANES M. VIANEY Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kedali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas (Adaninggar, 2014). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap peserta BPJS dengan motivasi berobat ke Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta BPJS yang terdaftar di Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape sebanyak 1680 peserta BPJS. Sampel pada penelitian ini adalah 140 peserta BPJS yang datang berobat di Puskesmas Waipukang dengan Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan (p = 0,000 < 0,05), dan sikap (p = 0,000 < 0,05) berhubungan dengan motivasi berobat. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap, dengan motivasi berobat ke Puskesmas Waipukang, oleh karena itu disarankan, Puskesmas, Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BPJS, memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan secara berkala dalam jangka waktu satu bulan sekali tentang BPJS untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap. Kata Kunci : Motivasi, Pengetahuan, Sikap , dukungan kepada Negara-negara Pendahuluan Kesehatan merupakan hak untuk mengembangkan sistem asasi manusia dimana mendapatkan pembayaran kesehatan dengan tujuan pelayanan kesehatan merupakan hak untuk menyediakan Universal Health semua orang.Terwujudnya keadaan Coverage.Universal Health sehat adalah kehendak semua pihak, Coverage memastikan bahwa semua baik itu perorangan, keluarga atau orang dapat menerima pelayanan kelompok, pemerintah juga kesehatan tanpa adanya kesulitan masyarakat secara keuangan (Gaghana, 2014). keseluruhan.Banyak orang di Indonesia merupakan salah berbagai negara tidak bisa satu negara yang sedang dalam masa mendapatkan pelayanan kesehatan transisi mewujudkan Universal dikarenakan tidak ada biaya untuk Health Coverage / Jaminan membayarnya.WorldHealth Kesehatan Nasional (JKN). Organization (WHO) memberikan Pelaksanaan JKN merupakan amanat v
dari UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) No 40 tahun 2004 dan UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan serta dibawah koordinasi langsung oleh pemerintah dalam mengelolah jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia.Jaminan tersebut dibentuk berlandaskan hak konstitusional setiap orang dan wujud tanggung jawab negara.Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kedali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas (Adaninggar, 2014). Grafik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bulan Februari 2015 mencatat bahwa di Indonesia jumlah fasilitas kesehatan yakni Puskesmas sebanyak 9799, Klinik TNI sebanyak 753, Klinik POLRI sebanyak 569, Klinik Pratama sebanyak 2485, Dokter praktek perorangan sebanyak 4059, Dokter gigi sebanyak 971, RS Kelas D Pratama sebanyak 8, Rumah Sakit sebanyak 1653, Klinik Utama sebanyak 74, Apotek sebanyak 1521 dan Optik sebanyak 847. Sedangkan peserta BPJS tercatat tanggal 20 Februari 2015 sebanyak 138.136.660 jiwa (BPJS, 2015). Pada saat pasien mendaftar di tempat pendaftaran baik rawat inap maupun rawat jalan surat rujukan akan selalu ditanyakan dan diminta oleh petugas. Karena surat rujukan tersebut akan digunakan untuk mengetahui jenis pelayanan yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan keluhannya dan yang dirujuk
oleh puskesmas. Untuk pasien BPJS pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan pelayanan kesehatan yang akan ditanggung oleh BPJS dengan sistem pelayanan rujukan berjenjang. Kerugian yang diperoleh pasien jika tidak membawa surat rujukan adalah pasien dianggap sebagai pasien umum atau pasien tersebut harus melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu, kemudian setelah syarat terpenuhi dapat mendapatkan pelayanan (Adaninggar, 2014). Ketaatan atau kepatuhan berobat pada pasien dipengaruhi oleh lamanya masa pengobatan sehingga diperlukan keuletan dan ketekunan.Timbul rasa bosan, adanya perasaan sudah sembuh mengakibatkan penderita menghentikan pengobatan sebelum masa akhir pengobatan selesai.Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan motivasi penderita masih rendah.Pengetahuan dan motivasi seseorang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepatuhan berobat.Dengan demikian pengetahuan dan motivasi sangatlah penting untuk merubah perilaku, sehingga diharapkan paham betul terhadap bahaya apabila tidak mengikuti program pengobatan secara paripurna (Jumiati, 2013). Melihat kondisi diperlukan upaya peningkatan dari sisi permintaan (demand) dengan menggerakkan masyarakat agar mau memeriksakan diri dan mencari pelayanan pengobatan atas penyakit yang dideritanya.Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa seseorang yang sedang sakit memerlukan motivasi berobat sebagai komponen utama dalam menentukan perilaku kesehatannya. Motivasi berobat inilah yang akan menjadi daya v
penggerak dalam diri penderita untuk mengupayakan pengobatan atas penyakitnya hingga kembali sehat. Secara umum ada dua faktor yang berperan penting terhadap tinggi rendahnya motivasi berobat, yakni faktor internal dan faktor eksternal.Namun,pada penelitian ini faktor internal difokuskan pada pengukuran pengetahuan dan sikap keluarga miskin (Sutarno & Utama, 2013). Pengetahuan masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sangat minim terutama didaerah-daerah perlu diselesaikan secara bertahap.Dalam mengatasi masalah ini, kebijakan kesehatan pemerintah harus hati-hati, cermat dan teliti sehingga investasi yang dilakukan selama ini tidak sia-sia (Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2013).Banyak masyarakat terutama masyarakat yang sangat kurang mampu memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memeriksakan berbagai keluhan masalah kesehatan.Hal ini bisa kita lihat di pelayanan kesehatan milik pemerintah. Pengetahuan masyarakat yang minim tentang BPJS dan prosedur menjadi peserta JKN menjadi penyebab kurangnya pemahaman masyarakat tentang JKN. Maka untuk itu BPJS-lah yang harus melakukan sosialisasi pada masyarakat.Namun begitu, masyarakat yang belum mendaftar menjadi anggota JKN, untuk segera mendaftarkan dirinya.Karena program nasional ini benar-benar sangat membantu masyarakat (Tyas, 2014). Istilah dalam Pengertian Motivasi berasal dari perkataan Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan asalnya adalah motive yang juga telah digunakan
dalam Bahasa Melayu yakni kata motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Secara ringkas, Pengertian Motivasi dapat diartikan sebagai tujuan atau pendorong, dengan tujuan sebenarnya yang menjadi daya penggerak utama bagi seseorang dalam berupaya dalam mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya baik itu secara positif ataupun negatif. Selain itu, Pengertian Motivasi merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertindak sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan. Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme bagaimana perilaku terbentuknya dan mengalami proses perubahan atau bagaimana ia bisa dirubah. Motivasi itu sendiri sering diartikan sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang (inner-drive) yang secara sadar atau tidak sadar membuat orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Jadi yang dimaksud dorongan tadi pada hakekatnya adalah kebutuhan (needs) yang muncul dari dalam diri orang itu juga, sehingga motivasi sering diartikan sebagai kebutuhan. Motivasi diperoleh tidak muncul atau terbentuk secara alamiah atau naluriah, tapi diperoleh melalui proses belajar, sosialisasi atau pembudayaan seseorang dalam lingkungan masyarakat diamana ia hidup. Motivasi jenis ini sangat beragam bentuknya dan tergantung pada proses sosialisasi atau pembudayaan yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Jenis dan v
jenjang motivasi dengan berbagai latar belakang pemikiran mengelompokkan menjadi 4 golongan keinginan (whises), yaitu keinginan untuk keamanan (security), kinginan untuk diakui (recognition), keinginan untuk ditanggapi (respon from others) dan keinginan untuk pengalaman baru (new experience). Setiap perilaku yang muncul diharapkan dilatarbelakangi oleh salah satu atau beberapa motivasi (keinginan) Hasil penelitian yang dilakukan Ika Ayuning Tyasmenunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap Jaminan Kesehatan Nasional seperti BPJS di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakata Tahun 2014. Menurut data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sampai dengan tahun 2014, tingkat kemiskinan nasional telah dapat diturunkan menjadi 11,25 persen dari 13,33 persen pada tahun 2010. Penduduk miskin di NTT per September 2013 tercatat sebanyak 1.009.150 jiwa atau 20,24 persen dari jumlah penduduk NTT, angka ini meningkat sebnyak 8.850 jiwa dibanding tahun sebelumnya di bulan September 2012 yang tercatat sebesar 1.000.300 jiwa atau 20,41 persen dari penduduk NTT. Hal yang menarik untuk ditinjau adalah penduduk miskin NTT di desa menurun secara drastis sejak tahun 2008-2013 yaitu sebesar 68.000 jiwa dibandingkan penurunan jumlah penduduk miskin di kota yang hanya turun sebanyak 22.000 jiwa (TN2K, 2014). Kecamatan Ile Ape merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Lembata sementara adalah 117.638 jiwa yang terdiri dari 55.256 laki-laki dan 62.382 perempuan. Jumlah penduduk Kecamatan Ile Ape adalah 11.500 jiwa yang terdiri dari 5.167 laki-laki dan 6.333 perempuan dengan sex ratio 82. (BPS, 2010). Bahan dan Metode
a.
b.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik dengan desain Cross Sectional Study yang bertujuan untuk menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap peserta BPJS terhadap motivasi berobatke puskesmas. A. Lokasi dan Waktu Penelitian. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini diadakan di Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 07 sampai 21 Juli 2015. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Semua objek atau subjek yang akan diteliti memiliki karakteristik tertentu populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta BPJS di Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape sebanyak 1680 peserta BPJS. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah peserta BPJS yang datang berobat di Puskesmas Waipukang pada saat penelitian berlangsung sebanyak 140 peserta BPJS.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakanAccidental Sampling. C. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data yang diperoleh peneliti dari hasil pengumpulan data secara langsung dengan membagikan kuesioner kepada responden. v
2. Data Sekunder
Data diperoleh dari Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata.
Hasil 3. Karakteristik Responden Dengan menggunakan analisis univariat untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan karakteristik berdasarkan data demografi responden yang digunakan dalam penelitian ini a. Umur Distribusi responden berdasarkan umur peserta BPJSdi Puskesmas Waipukangdapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Distribusi Responden BerdasarkanGolongan Umur PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Umur (tahun) n % 21-30 57 40,7 31-40 66 47,1 41-50 17 12,1 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah peserta BPJS paling banyak adalah golongan umur 31-40 yaitu sebanyak 66 orang (47,1%), sedangkan yang paling sedikit adalah golongan umur 41-50 yaitu sebanyak 17 orang (12,1%) a. Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminpeserta BPJSdi Puskesmas Waipukangdapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Distribusi Responden BerdasarkanJenis Kelamin PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Jenis kelamin n % Laki-Laki 48 34,3 Perempuan 92 65,7 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah peserta BPJS paling banyak adalah berjenis kelamin Perempuan yaitu sebanyak 92 orang (65,7%) b. Pendidikan Distribusi responden berdasarkan pendidikanpeserta BPJSdi Puskesmas Waipukangdapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan TingkatPendidikan v
PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Pendidikan n % Tidak sekolah 28 20,0 SD 50 35,7 SMP 42 30,0 SMA 8 5,7 PT 12 8,6 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah peserta BPJS paling banyak adalah berpendidikan SD yaitu sebanyak 50 orang (35,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah berpendidikan SMA yaitu sebanyak 8 orang (5,7%). c. Status Pernikahan Distribusi responden berdasarkan status pernikahanpeserta BPJSdi Puskesmas Waipukangdapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkanstatus pernikahan PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Status n % Menikah 140 100 Belum menikah 0 0 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah peserta BPJS semuanya sudah menikah sebanyak 140 orang (100%). b. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan variabel responden yang digunakan dalam pada penelitan ini a. Pengetahuan Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkantingkat pengetahuan PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Pengetahuan n % Cukup 60 42,9 Kurang 80 57,1 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah peserta BPJS paling banyak memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 80 orang (57,1%). a. Sikap v
Distribusi responden berdasarkan sikap dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 6 Distribusi Responden BerdasarkanSikap PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Sikap n % Positif 61 43,6 Negatif 79 56,4 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 6 menunjukan bahwa sikap peserta BPJS paling banyak yaitu negatif sebanyak 79 orang (56,4%). b. Motivasi Distribusi responden berdasarkan motivasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7 Distribusi Responden BerdasarkanMotivasi PesertaBPJS di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Motivasi n % Cukup 61 43,6 Kurang 79 56,4 Jumlah 140 100 Sumber : Data Primer Tabel 7 menunjukan bahwa motivasi peserta BPJS paling banyak yaitu kurang, sebanyak 79 orang (56,4%). b. Analisis Bivariat Analisis Bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap peserta BPJS dengan motivasi berobat ke Puskesmas Waipukang secara terpisah. Adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi Berobat Hubungan pengetahuan peserta BPJS dengan motivasi berobat dapat dilihat pada tabelberikut ini: Tabel 8 Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi Berobat Peserta BPJS Di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 v
Pengetahuan
Motivasi Cukup Kurang
Nilai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Cukup Kurang
45 16
75,0 20,0
15 64
25,0 80,0
60 80
100 100
Jumlah
61
43,6
79
56,4
140
100
0,000
Tabel 8 menunjukkan bahwa proporsi responden dengan motivasi kurang sebanyak 64 orang (80,0%)memiliki pengetahuan kurang, sedangkan pada responden dengan motivasi cukup sebanyak 16 orang (20,0%) memiliki pengetahuan kurang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,000) < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan motivasi berobat. a. Hubungan Sikap Dengan Motivasi Berobat Hubungan sikap peserta BPJS dengan motivasi berobat dapat dilihat pada tabelberikut ini: Tabel 9 Hubungan Sikap Dengan Motivasi Berobat Peserta BPJS Di Puskesmas Waipukang Tahun 2015 Motivasi Cukup Kurang
Sikap
Jumlah
N
%
n
%
n
%
Positif Negatif
51 10
83,6 12,7
10 69
16,4 87,3
61 79
100 100
Jumlah
61
43,6
79
56,4
140
100
Nilai
0,000
Tabel 9 menunjukkan bahwa proporsi responden dengan motivasi kurang sebanyak 69 orang (87,3%)memiliki sikap negatif, sedangkan responden dengan motivasi cukup sebanyak 10 orang (12,7%) memiliki sikap negatif Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,000) < 0,05 artinya ada hubungan sikap dengan motivasi berobat. A. PEMBAHASAN v
Dalam pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian diantaranya Pengetahuan, Sikapdan Motivasi peserta BPJS yang datang berobat di Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape. 4. Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi Berobat Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari motivasi yaitupendekatankognitif,motivasiada lah merupakan produk dari pikiran, harapan dan tujuan seseorang (Feldman, 2007) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Hasil penelitiann ini di peroleh responden paling banyak memiliki pengetahuan kurang sebanyak 57,1%. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang cukup maka akan memotivasinya untuk berperilaku sesuai dengan pegetahuan yang didapatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2009), yang mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (upaya pengobatan penyakitnya). Pada hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden dengan motivasi kurang sebanyak 64 orang (80,0%) memiliki pengetahuan kurang dan 15 orang (25,0) memiliki pengetahuan cukup, sedangkan pada responden dengan motivasi cukup sebanyak 16 orang (20,0%) memiliki pengetahuan kurang dan 45 orang (75,0%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil uji ChiSquaremenunjukan ada hubungan
pengetahuan dengan motivasi berobat dengan nilai p = 0,000. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang BPJS dengan motivasi berobat juga sesuai dengan pendapatSuyatmi (2007). Menurut Suyatmi (2007) secara teori, apabila seseorang mengetahui tentang pentingnya penyakit yang dideritanya, maka seseorang tersebut akan mengerti tentang rencana tindakan dan pengobatan yang akan diberikan padanya. Adanya pengetahuan merupakan tahap awal dalam proses perubahan perilaku, sehingga pengetahuan merupakan faktor internal yang mempengaruhi perubahan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2009), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses pengetahuan yang berurutan. Dimana proses tersebut diawali denganawareness atau kesadaran, dimana orang tersebut menyadari atau mengetahui adanya stimulus atau obyek. Kemudian interest atau merasa tertarik terhadap stimulus. Tahap berikutnya adalah evaluation atau menimbang – nimbang terhadap apa yang baik dan tidaknya stimulus tersebut, selanjutnya adalah trial atau mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki oleh stimulus sampai akhirnya pada tahap terakhir yaitu adaption atau subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan kesadaran serta sikapnya terhadap stimulus. Sehingga diperlukan suatu Teori Penguatan, yaitu suatu teori dimana seseorang akan termotivasi apabila dia memberikan respon pada rangsangan pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu v
(Notoatmodjo, 2009).Dengan demikian seorang pasien akan melalui tahapan proses pengetahuan tersebut sehingga akhirnya pasien tersebut termotivasi untuk melakukan pengobatan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan tentang BPJS dengan Motivasi Berobat. Menurut Sari (2008), pengetahuan merupakan domain atau faktor yang sangat penting untuk menimbulkan tindakan seseorang terutama pada orangdewasa. Terbentuknya kesadaran (over behavior) dimulai dari pemberian informasi yang jelas dan benar melalui pemberian pengetahuan, sehingga mempunyai peluang terhadap seseoranguntuk berobat. Menurut Sarlito dalam Fatma (2009), pengetahuan akan membentuk sikap, dan sikap akan mempengaruhi perilaku. Berdasarkan teori-teori tersebut dapat diketahui bahwa tinggi atau rendahnya pengetahuan pasien tentang BPJS mempengaruhi pengertian pasien tentang rencana tindakan untuk berobat sehingga menyebabkan pasien tersebut membentuk sikap menerima atau menolak. Sikap yang telah dibentuk oleh pasien BPJS tersebut akan mempengaruhi perilaku atau motivasinya dalam berobat. Pendapat Lawrence Green, bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Namun pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku
seseorang, apabila pengetahuan tersebut diberikan dalam jangka waktu yang panjang, dan sebaliknya apabila diberikan dalam jangka waktu yang pendek, maka hanya akan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan saja. Proses belajar terjadi jika stimulus dan suatu respon terjadi secara serempak, artinya stimulus yang muncul pada saat yang bersamaan dengan munculnya respon jika diulang cenderung menimbulkan respon tersebut. Setelah mengetahui informasi tentang BPJS, selanjutnya ia akan mengevaluasi terhadap informasi tersebut, apakah dapat bermanfaat bagi dirinya atau tidak. Apabila informasi itu tidak bermanfaat bagi dirinya maka ia akan meninggalkan dan tidak mengadopsi pengetahuan tersebut ke dalam perilaku. Akan tetapi sebaliknya apabila informasi tersebut dianggap menguntungkan, maka selanjutnyaia akan mengadopsinya sebagai perilaku yang baru, yang dimunculkan lewat pernyataan sikap yang positif sebelum terbentuk perilaku, kemudian setelah terbentuk sikap yang positif terhadap informasi yang didapat makaseseorang akan mengadopsi tersebut sebagai perilaku yang baru. Namun sebelum perilaku tersebut terbentuk, seseorang akan dihadapkan pada berbagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi, salah satunya adalah norma dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat sebagai kontrol perilaku dalam kehidupan masyarakat. Petugas kesehatan dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya, untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan agar muncul pemahaman yang baru v
tentang BPJS. Pengetahuan menyediakan informasi bagi orang dan dengan demikian membantu mereka mengatasi perubahan hidup secara lebih efektif. Memperoleh informasi yang bermakna membantu anggota keluarga merasa memiliki perasaan kontrol. Juga membuat mereka mampu mendefinisikan pilihan-pilihan mereka sendiri dan pemecahan masalah. D. Hubungan Sikap Dengan Motivasi Berobat Hasil penelitian ini diperoleh responden paling banyak memiliki sikap negatif sebanyak 56,4%. Sikap merupakan reaksi ataupun respon seseorang yang tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Pada hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden dengan motivasi kurang sebanyak 69 orang (87,3%)memiliki sikap negatif dan 10 orang (16,4%) memiliki sikap positif, sedangkan pada responden dengan motivasi cukup sebanyak 10orang (12,7%) memiliki sikap negatif dan 51 orang (83,6%) memiliki sikap positif. Hasil ujiChiSquaremenunjukan bahwa ada hubungan sikap dengan motivasi berobat dengan nilai p = 0,000.Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Dedet Tri Wahyudi, 2006 mengatakan bahwa hubungan antara sikap dengan motivasi berobat ke puskesmas terdapat kesesuaian yang signifikan. Terbentuknya sikap seseorang karenaadanya interaksi sosial yang dialami individu serta terjadinya
hubungan saling mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat, yang meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekitarnya Dalam interaksi sosial, reaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya, diantaranya adalah pengalaman peribadi serta informasi. Sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut berupa predisposisi motivasi yang akan direalisasikan apabila kondisi dan situasi memungkinkan Menurut Kelman (dikutip daribuku Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya) ada tiga hal yang berperan dalam proses perubahan sikap seseorang, yaitu kesediaan (compliance) identifikasi (identification), dan internalisasi (internalization). Proses kesedian terjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok untuk sekedar memperoleh reaksi positif seperti pujian, dukungan, simpati dan semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Identifikasi merupakan sikap individu yang diharapkan oleh kelompok untuk membina dan memelihara hubungan sosial yang baik. Sedangkan internalisasi akan terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikapmenuruti dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dengan sistem nilai yang dianutnya. v
Dengan demikian sikap positif terhadap motivasi berobat responden ke puskesmas dalam penelitian ini dimungkinkan karena adanya penghayatan terhadap pengalaman yang dialami. Misalkan responden pernah mendengar atau melihat langsung keluarga tidak mampu tidak memeriksakan atau berobat ketika salah seorang anggota keluarganya sakit akhirnya meninggal. Hal ini akan menimbulkan kesan psikologis dalam diri responden untuk bersikap positif terhadap motivasi untuk berobat, supaya tidak mengalami hal yang serupa pada keluarga mereka. Sesuai dengan dasar pemikiran bahwa keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri, partisipasi aktif dari keluarga adalah sesuatu pendekatan essensial yang dimasukkan dalam setiap strategi intervensi kesehatan keluarga. Keterlibatan keluarga dalam tahap implementasi biasanya dimaksudkan untuk melibatkan keluarga dalam memecahkan masalah, juga mendiskusikan serta memutuskan pendekatan-pendekatan yang paling tepat atau paling mungkin untuk digunakan agar mencapai tujuanyang telah ditetapkan bersama. Peran sebagai advokat meliputi pemberian informasi keluarga lalu mendukung mereka dalam keputusan apapun yang merka buat. Meskipun tujuan advokasi adalah kemandirian klien, advokat harus menerima dan bahkan memelihara ketergantungan untuk sementara. Bagi banyak orang
khususnya kaum miskin, tidak pernah kebutuhan dependensi mereka terpenuhi. Dengan demikian kita perlu mulai dari sana dan membantu orang atau keluarga agar tumbuh dan berkembang sesuai prosesnya. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kejelasan hubungan pengetahuan dan sikap tentang BPJS dengan motivasi berobat ke Puskesmas WaipukangKecamatan Ile Ape, namun disadari dalam penelitian ini masih terdapat banyak keterbatasn antara lain : a. Kelemahan dari alat penelitian dan sampel Alat ukur (instrument) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, sehingga untuk mengukur motivasi responden masih kurang tepat. Demikian juga sampel yang digunakan meski sampelnya populasi dari responden pemegang kartu BPJS. b. Kelemahan dari metode penelitian Kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya dua variabel. Penelitian ini hanya mengungkapan pengetahuan dan sikap peserta BPJS terhadap motivasi berobat ke Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape. Kemungkinan faktor lain dalam memotivasi berobat seperti fasilitas, sarana, pelayanan kesehatan, biaya transportasi serta jarak ikut berperan dalam memotivasi responden berobat ke puskesmas. c. Tempat penelitian Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat yaitu di Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape yang terdiri dari 17 desa wilayah kerja puskesmas. Keadaan geografis v
(infrastrukur dan jarak) suatu wilayah mempengaruhi motivasi berobat sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisirkan sebagai suatu kesimpulan dari permasalahan.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile ApeKabupaten Lembata dapat dismpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan pengetahuan peserta BPJS dengan motivasi berobat ke Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata 2. Ada hubungan sikap peserta BPJS dengan motivasi berobat ke Puskesmas Waipukang Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata B. Saran Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini penulis menyampaikan beberapa saran, antara lain : 1. Puskesmas, Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BPJS dengan memberikan Daftar Pustaka Anonim. Jumlah KeluargaMiskin.www.tnp2k.go.id di akses 03 Maret 2015.
penyuluhan dan pendidikan kesehatan secara berkala dalam jangka waktu satu bulan sekali. 2. Tenaga Puskesmas, tanggap terhadap keluhan mereka (peserta BPJS), bekerjasama dengan lembaga pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat dan tokoh masyarakat agar masyarakat dapat menerima dengan sikap yang baik terhadap BPJS. Penelitian selanjutnya, agar dapat melanjutkan penelitian terkait dengan faktor-faktor lain selain faktor pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi motivasi berobat ke puskesmas. Jumlah sampel yang lebih besar dan metodologi penelitian yang lebih mendalam layak dikembangkan untuk hasil penelitian yang lebih baik.
Anonim.Peserta BPJS.http://www.bpjskesehatan.go.id/. DiaksesPada: 20 Februari 2015. Data Puskesmas – Ile Ape . 2015. Pengguna BPJS. Gaghana. 2014. Tingkat Kepuasan Pasien Universal Coverage Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik:
Volume II Nomor di akses 1 Maret 2015 Hermanwan, dkk.2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Masyarakat Berobat Di Puskesmas Kecamatan Buayan.Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan (Online) Vol 7 No. 2 http://jtstikemuhgo-gdl.co.id di akses 02 Maret 2015 Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Fao(Frequently Asked Questions)BPJS Kesehatan. Jakarta :Katalog Dalam Terbitan Kemenkes.
v
NotoatmodjoSoekidjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :RinekaCipta Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan .Jakarta :RinekaCipta. Papalia, Diane, E. Sterns, H.L, Feldman, 2007. Adult Development And Aging. New York : Mc Graw –Hill
Puji, Esse, Dkk. 2015.Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 11. Makassar : STIK Makassar. Soekidjo, Notoatmodjo, 2009. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta http://www.kompas.com/kompascetak/0504/28/sorotan/1687818.htm
v