i
ii
iii
iv
ABSTRAK TOMI PABANA (I 111 05 031) Corelation between Udder and Teat Dimension with Milk Production to The Dairy of Ettawa Cross Goat, Sjamsuddin Garantjang, is as Supervisor and Ambo Ako as Co-Supervisor. Milk production is realy depending by type (heredity) of animal, maintenance management, feed, body shape and condition must be proporsionality and balance. la addition, the organ size for milk synthesis is the udder and teat also belong the influence towards total milk production wich taken from the dairy. The influence size of milk produced organ to the udder dimension (round, length, and height) and teat dimension (round and length teat) to the total milk production influence by dairy of etawa cross goat is not yet know it. Considering about the explanation it, so it was conducted the research to know the correlation between the udder dimension (round length, and height) and teat dimension (round and length teat) with milk production to the dairy of etawa cross goat. The purpose of this research is to know how far the correlation between the udder dimension (round length, and height) and teat dimension (round and length teat) with milk production wich taken from ettawa cross. The beneficial expected of this research is able to give information to the community generally and to the farmer particulary about correlation between the udder dimension (round length, and height) and teat dimension (round and length teat) with milk production. So it can be the refrence in selecting a better dairy goat in production milk. This research was carried out on Mei - Juni 2010 at the people farm area, Bolang village, sub district of Alia, Enrekang regency. In this research was used 20 dairy of ettawa cross goat being lactations in period about one and three months. Tool used in measuring udder and teat dimension is the measurement ribbon and production measuremem use the measurement glass. The containing data then analyzed based on simple linear regression analysis, relationship analysis and multiplier analysis. The result of the research show that there is correlation between round udder with the milk production in the regression equitation Y = 0.61 + 0.04X and correlation coefficient r = 0.87; correlation between length udder with the milk production hi the regression equitation Y ~ 0.13 + 0.06X and correlation coefficient r = 0.87; correlation between height udder with the milk production in the regression equitation Y = 0.23 + 0.1 OX and correlation coefficient r = 0.54; correlation between length teat with the milk production in the regression equitation Y = 0.04 + 0.30X and correlation coefficient r = 0.86; correlation between round teat with the milk production in the regression equitation Y = 1.51 + 0.07X and correlation coefficient r = 0.36; correlation between udder and teat dimension with milk production is positif correlation and very closely. Key Words: Udder Dimension, Teat Dimension, Milk Production, Etawa Cross Goat
v
RINGKASAN TOMI PABANA (I 111 05 031) Korelasi Antara Dimensi Ambing dan Putting Dengan Produksi Susu Kambing peranakan ettawa (PE). Dibawah bimbingan : Sjamsuddin Garantjang dan Ambo Ako. Produksi susu sangat ditentukan oleh antara lain jenis (bangsa) ternak, manajemen pemeliharaan, jenis pakan, kondisi dan bentuk tubuh ternak haruslah proporsional dan seimbaiig. Selain keadaaa icisebiu diatas, ukuran organ penghasil susu dalam hal ini ainbing dan puting juga memiiiki petigaruh terhadap jurnlah produksi susu yang dihasilkan ternak perah. Pengaruh ukuran organ penghasil susu berupa dimensi ambing (lingkar, panjang dan tinggi ambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) pada ternak kambing perah peranakan ettawa terhadap jumlah produksi susu yang dihasilkan belum dapat diketahui seberapa besar pengaruhnya.Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui korelasi antara dimensi ambing (lingkar, panjang dan tinggi ambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) terhadap jumlah produksi susu kambing perah peranakan ettawa (PE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana korelasi antara dimensi ambing (lingkar, panjang dan tinggi ambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) dengan produksi susu kambing perah (PE). Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat pada umumnya dan para peternak pada khususnya mengenai korelasi antara dimensi ambing (lingkar, panjang dan tinggi ambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) dengan produksi susu yang dihasilkan sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk memilih dan menyeleksi ternak kambing perah yang baik dalam memproduksi susu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010 di daerah peternakan rakyat Desa Bolang, Kecamatan Alia, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan 20 ekor Kambing Perah Peranakan Ettawa (PE) yang sedang laktasi yang berumur ±2-4 tahun, dengan masa laktasi berjalan satu sampai tiga bulan. Alat yang digunakan untuk mengukur dimensi ambing dan putting adalah pita akur sedangkan untuk mengukur produksi susu, digunakan alat pengukur volume (gelas ukur). Data yang diperoleh diolah menurut prosedur analisis regresi linear sederhana, analisis korelasi dan analisis sidik ragam. Hasil yang diperoleh adalah terdapat korelasi antara lingkar ambing dengan produksi susu dengan persamaan regresi Y = 0.61 + 0.04X dan koefisien korelasinya r = 0.87; korelasi antara panjang ambing dengan produksi dengan persamaan regresi Y = 0.13 + 0.06X dan koefisien korelasinya r = 0.87; korelasi antara tinggi ambing dengan produksi dengan persamaan regresi Y = 0.23 + 0.1 OX dengan koefisien korelasi r = 0.54; korelasi antara panjang putting dengan produksi dengan persamaan regresi Y = 0.04 + 0.30X serta analisis korelasinya r = 0.86; korelasi antara lingkar puting dengan produksi dengan persamaan regresi Y = 1.51+ 0.07X dan analisis korelasi dengan koefisien korelasinya r = 0.36. Hubungan antara dimensi ambing dengan produksi susu yang dihasilkan kambing PE di Desa
vi
Bolang, Kecamatan Alia, Kabupaten Enrekang menunjukkan korelasi positif dan sangat erat. Kata Kunci: Dimensi Ambing, Dimensi Puting, Produksi Susu, Kambing PE
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan penyertaanNyalah sehingga penulis dapat inenyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Melalui tulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yaug telah mernbantu rangkaian proses penyusunan skripsi ini. 1. Dekan, Pembantu Dekan I, II, III Fakultas Peternakan, Ketua dan Sekretaris Jurusan Produksi Ternak serta seluruh staf pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah bersedia menerima dan membimbing penulis sebagai mahasiswa peternakan dari awal kuliah sampai mendapat gelar sarjana. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sjamsuddin Garantjang, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ako, M. Sc sebagai pembimbing utama dan anggota dalam penyusunan skripsi ini, trima kasih atas waktu, perhatian dan nasihat yang telah bapak berikan kepada penulis dari mulai persiapan
penelitian sampai terakhir
penulisan skripsi ini serta terima kasih atas diberikannya kesempatan kepada penulis untuk ikut bergabung menjadi asisten ternak perah dan mempelajari lebih banyak lagi tentang ilmu peternakan khususnya ternak perah. 3. Bapak Prof.Dr.Ir.Abd. Muin Liwa,M-Sc sebagai penasehat akademik penulis dari awal kuliah sampai selesai, serta tak lupa juga Bapak Ibu Dosen yang selama ini telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada kami semua serta kesabarannya dalam menghadapi kami semua. Serta seluruh Staff Fakultas Peternakan Unhas terkhusus K'lcca, Ibu Antinah, Pak Nasir dan Ibu Sinar yang telah membnatu dalam kelengkapan berkas selama menjadi
viii
mahasiswa peternakan dari awal 05 sampai sekarang, tfitnakasih vang sedalam-dalamnya penulis ucapkan. 4. Terkhusus buat Orangtua yang sangat saya cintai dan hormati yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang dan slalu mendoakan penulis. Terima kasih penulis ucapkan dari hati yang paling dalam, pengorbanan dan jasa-jasa kalian tak bisa digantikan dan dibayar dengan apapun hanya doa yang selalu kupanjatkan dan kubuktikan untuk kalian. Begitupula kepada saudara-saudaraku yang selama ini membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. 5. Untuk Kepala Desa Bolang Kecamatan Alia Kabupaten Enrekang sekeluarga yang telah membimbing, mengawal dan sambutan hangatnya kepada penulis selama pengambilan data, serta seluruh masyarakat Desa Bolang Kecamatan Alia Kabupaten Enrekang atas waktu dan sambutan hangatnya, apa yang telah kalian smua berikan sungguh bermanfaat dan berarti bagi penulis, untuk itu tak ada kata selain ucapaan terima kasih yang sedaiam-dalamnya. 6. Untuk Kusmalasari teman seperjuangan baik dipenelitian maupun dikuliah, terima kasih atas waktu, dukungan, bantuan dan kerjasamanya selama ini. Ismawati,S.pt yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam proses pengambilan data dan menyediakan tempat tinggal Di enrekang slama penulis mengambil data, buat Hendra Atnedy dan Juned yang ikut serta dalam proses pengambilan data, penulis ucapkan terirca kasih yang sedaiam-dalamnya. Terkhusus Syamsuria Baharuddin,S.pt dan Ramlan,S.pt yang dengan keikhlasan hatinya mengajarkan dan membimbing penulis dari awal sampai
ix
detik ini, penulis ucapkan trima kasih sedalam-dalamnya yang tak pernah bosan dan lelah demi menyempurnakan skripsi ini. Dan smua sahabat-sahabatku di f apet Unhas terkhusus jurusan produksi LEBAH 05 yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, penulis cuma bisa ucapkan trima kasih atas perjuangan, dukungan, doa dan solidaritas yang ada selama ini dan berharap sampai kapanpun smua ini tak teriupakan. 7. Untuk kakak dan adik-adik angkatanku yang selama ini membantu, thanks for ALL. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini diwaktu yang akan datang. Akhir kata, smoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi smuanya, khususnya penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Makassar,
Desember2010 Penulis
Tomi Pabana
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................
Halaman i
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................;...
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................
iv
ABSTRAK ..............................................................................................
v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
ix
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Desa Bolang ....................................................... Tinjauan Umum Kambing PE ...................................................... Tinjauan Umum Ambing, Puting, Susu ....................................... Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ................................. Hubungan Dimensi Ambing, Puting dengan Produksi Susu ..........
3 4 5 7 8
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ....................................................................... Materi Penelitian .......................................................................... Metode Penelitian ........................................................................ Prosedur Penelitian ...................................................................... AnalisaData .................................................................................
10 10 10 12 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Korelasi antara Lingkar Ambing dengan Produksi Susu ............... Korelasi antara Panjang Ambing dengan Produksi Susu ............... Korelasi antara Tinggi Ambing dengan Produksi Susu ................. Korelasi antara Panjang Puting dengan Produksi Susu .................. Korelasi antara Lingkar Puting dengan Produksi Susu ..................
xi
14 16 18 19 21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................. Saran............................................................................................
23 23
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
24
LAMPIRAN ...........................................................................................
26
RIWAYAT PENULIS .............................................................................
xii
44
DAFTAR GAMBAR No.
Teks
Halaman
1. Pengukuran Organ Ambing…………………………………………..
11
2. Pengukuran Organ Puting ...................................................................
11
3. Korelasi antara Lingkar Ambing dengan Produksi Susu ….................
11
4. Korelasi antara Panjang Ambing dengan Produksi Susu ....................
16
5. Korelasi antara Tinggi Ambing dengan Produksi Susu.......................
18
6. Korelasi antara Panjang Puting dengan Produksi Susu .......................
19
7. Korelasi antara Lingkar Puting dengan Produksi Susu .......................
21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN No, * Teks Halaman i. i oililiUUgiUl AjiclUSiS i'vCjjiCJi iviiiiCi cklU /-'UltiliSio i--^(ji^taii i-jiVigiviu Ambing dengan Produksi Susu ......................................................... 27 2. Perhitungan Analisis Ragam antara Lingkar Ambing dengan Produksi
xiv
3. Perhitungan Analisis Regresi Linier dan Analisis Korelasi Panjang Ambing dengan Produksi Susu...... .................................................... 30 4. Perhitungan Analisis Ragam antara Panjang Ambing dengan Produksi Susu ................................................................................................. 32 5. Perhitungan Ajialisis Regresi Linier dan Analisis Korelasi Tinggi Ambing dengan Produksi Susu.......................................................... 33 6. Perhitungan Analisis Ragam antara Tinggi Ambing dengan Produksi Susu ................................................................................................. 35 7. Perhitungan Analisis Regresi Linier dan Analisis Korelasi Panjang Puting dengan Produksi Susu ....................................................................... . . 36 8. Perhitungan Analisis Ragam antara Panjang Puting dengan Produksi Susu ................................................................................................. 38 9. Perhitungan Analisis R.egres; Linier dan Analisis Korelasi Lingkar Puting dengan Produksi Susu ....................................................................... 39 :U. Perliitungan Analisis Ki:g;n: :;ni^ra Lingkar Futing 'Je;\g3!i Froduksi Susu ................................................................................................. 41 11. Dokumentasi Kegiatan Selama Penelitian ....................................... 42
xv
PENDAHULUAN
Pada dasarnya jenis kambing kambing
dipelihara
untuk
merupakan ternak dwiguna, artinya
menghasilkan
susu
dan
daging.
Diantara
kambing-kambing perah, kambing PE termasuk tipe kambing perah unggul, karena memiliki kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5 – 3 liter/hari. Dengan kemampuan produksi susu tersebut maka kambing PE cukup signifikan untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu yang sangat potensial. Selain itu kambing PE pun sangat adaptif dengan topografi di segala wilayah, tidak memerlukan lahan luas dan pembudidayaannya relatif mudah sehingga dapat dijadikan bisnis keluarga dalam upaya peningkatan dan memperbaiki gizi buruk. Susu sebagai salah satu produk peternakan yang dibutuhkan oleh manusia berbagai lapisan usia, sebab susu mengandung nilai gizi yang tinggi karena zat-zat makanan yang terkandung didalarnnya terdapat dalam perbandingan yang serasi dan sempurna, mudah dicerna dan sangat baik untuK pertumbuhan. Ukuran organ penghasil susu seperti kambing dan puting memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh suatu ternak kambing perah. Pengaruh ukuran organ penghasil susu berupa dimensi kambing (lingkar, panjang dan tinggi kambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) pada kambing PE terhadap jumlah produksi susu yang dihasilkannya, belum dapat diketahui. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui korelasi antara dimensi kambing (lingkar, panjang dan tinggi kambing)
1
dan dimensi
putting (lingkar dan panjang puting) terhadap jumlah produksi
kambing PE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana korelasi antara dimensi kambing (lingkar, panjang dan tinggi kambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) dengan produksi susu kambing PE. Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat pada umumnya dan para peternak pada khususnya mengenai korelasi antara dimensi kambing (lingkar, panjang dan tinggi kambing) dan dimensi puting (lingkar dan panjang puting) dengan produksi susu yang dihasilkan sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk memilih dan menyeleksi ternak kambing perah yang baik dalam memproduksi susu.
2
TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Desa Bolang Desa Bolang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamalan Alla Kabupaten Enrekang yang berjarak 6 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Alia, 36 km dari pusat pemerintahan kabupaten daerah tingkat II dan jarak dari ibu kota profinsi 268 km. Batas-batas wilayah Desa Bolang adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Taulo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mekkalak dan Desa Tondok, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tampo dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kalosi. Dari kondisi geografis Kabupaten Enrekang terletak antara 3°14'36" -3°5'00" LS dan antara 119°4'5" - 120°6?3"BS, serta berada pada ketinggian 47 -3.329 m diatas permukaan laut, karena Desa Bolang terletak di daerah pegunungan (Anonim. 2008°). Salah satu faktor yang sangat berperan dalam keberhasilan usaha tani adalah keadaan iklim dan curah hujan yang berlaku didaerah tersebut. Suhu udara di Desa Bolang suhu minimum rata-rata 17° C dan maksimum rata-rata 31° C, sedangkan curah hujan 10 tahun terakhir rata-rata mencapai 2000 mm pertahun. Sesuai dengan keadaan agraris yang mendukung pada daerah pertanian maka mayoritas mata pencaharian dan pekerjaan penduduk Desa Bolang adalah bertani terpadu dengan beternak. Jumlah penduduk disuatu daerah merupakan salah satu potensi yang terkandung dalam sumber daya manusia. Jumlah penduduk di Desa Bolang adalah 334 kepala keluarga dari 1.583 jiwa, dengan perincian jumlah laki-laki 834 jiwa
3
dan jumlah perempuan 749 jiwa. Usia dan jenis kelamin menentukan kemampuan kerja seseorang secara fisik, usia penduduk Desa Bolang rata-rata 15-60 tahun. Usia yang masih muda memungkinkan seseorang untuk lebih terdorong menyerap informasi yang berhubungan dengan aktifitasnya untuk lebih maju. Populasi ternak Kambing di kecamatan Alla Kabupaten Enrekang berkisar 11.005 ekor. Beternak kambing merupakan salah satu mata pencahariaan masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomiannya. Hampir setiap kepala keluarga mempunyai minimal 2-3 ekor ternak kambing. Bangsa kambing yang dipelihara adalah kambing kacang dan kambing PE namun masyarakat lebih cenderung memelihara kambing PE karena pertumbuhannya yang cepat dengan bobot badan yang lebih besar dibanding bangsa kambing lain (Anonim, 2008b).
Tinjauan Umum Kambing Perah Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan salah satu ternak yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani (daging). Sifat khas dari kambing adalah kemampuanuya untuk bertahan hidup dan berproduksi dengan keadaan lingkungan yang kurang baik (Siahaan, 1995). Kambing PE tergolong tipe dwiguna walaupun banyak dimanfaatkan sebagai ternak pedaging (Sarwono, 2002). Selanjutnya oleh Hardjosubroto (1994) mengemukakan bahwa kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dan kambing Kacang yang sudah beradaptasi di Indonesia. Kambing Etawa berasal dari daerah Jamnapari di India sehingga disebut juga kambing Jamnapari. Kambing Etawa ini merupakan kambing tipe dwiguna. Sebagai kambing pedaging kambing PE juga menghasilkan air susu. 4
Tinjauan Umum tentang Ambing, Puting dan Susu Kambing terbagi menjadi empat kuartir yang terpisah. Dua kuartir bagian depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartirkuartir itu bebas satu sama lain (Blakely dan Bade, 1985). Sedangkan Acker (1983) menyatakan bahwa ambing terdiri dari empat kelanjar susu dan terdapat dinding penggantung yaitu median suspensory dan lateral suspensory ligamen. Pada anatomi internal ambing terdapat glandular parenchyme, gland sinus, dan sinus pada puting. Lowe (1981) menyatakan bahwa didalam ambing susu disekresikan oleh unit-unit. Sekretoris individual yang bentuknya menyerupai buah anggur dan disebut alveolis. Unit - unit kecil ini berukuran diameter 0,1 sampai 0,3 milimeter dan terdiri dari suatu lapisan dalam sel-sel epitel yang menyelubungi suatu rongga yang disebut lumen. Sel-sel epitel tersebut mensekresikan susu dengan cara menyerap zat-zat dari dalam darah dan mensintesisnya menjadi susu. Susu hasil sintensis kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus yang apabila dalam keadaan penuh berisi sekitar 1/5 tetes. Sekelompok alveolus yang berbentuk seperti setangkai buah anggur disebut lobul. Baker (1983) menyatakan bahwa puting merupakan saluran yang paling terakhir yang akan dilewati oleh air susu dan akan keluar menetes diujung puting. Selanjutnya Anonim (1990) menyatakan bahwa bentuk serta ukuran puting yang terdiri dari empat buah haruslah sama dan letaknya simestris. Puting yang besar akan mempermudah pemerahan. Kinerja dan fungsi dari puting ini diawali dari sisterna kelenjar dimana sisterna kelenjar ini merupakan titik pengumpulan dari semua saluran dan mampu menampung 1 kilogram susu. Sistem kelenjar kemudian mengalirkan susu ke cincin anular puting 5
bagian atas, menuju kesisterna puting atau rongga yang ada didalam puting. Bocornya susu dari rongga puting dapat dicegah dan dihalangi oleh adanya otot otot sfingter yang melingkar dan menutup saluran. Saluran inilah merupakan piniu bukaan dan sistem puting sebelum muncul keruang bebas diluar puting (Campbell and Marshall, 1975). Adanya rangsangan yang timbul akibat dari berbagai rangsangan seperti rangsangan terhadap puting, rangsangan penglihatan serta rangsangan sensori lainnya yang berhubungan dengan pemerahan dimana rangsangan tersebut itu diteruskan oleh impuls syaraf lalu menuju ke korda spinalis sehingga menyebabkan terlepasnya hormon oksitosin dari lobus posterior kelenjar pitiutery dan masuk kedalam aliran darah. Oksitosin mencapai kambing dalam beberapa detik dan menyebabkan timbulnya konrraksi jaringan alveoli dan saluran kecil sehingga mendorong air susu keluar dari tempatnya didalam kambing lalu keluar melalui puting (Gillespie, 1989). Menurut Sarwono (2002) menyatakan bahwa susunan susu masing-masing individu kambing tidak sama dan selalu berubah tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi. Kandungan nutrisi susu kambing juga dipengaruhi oleh bangsa ternak, waktu pemerahan, musim, pakan, umur dan kesehatan ternaknya. Selain itu warna susu kambing yang sehat adalah putih bersih, kekuning-kuningan dan tidak tembus cahaya. Kalau susunya berwarna semu merah, semu biru, terlalu kuning, atau seperti air maka kondisi susu tersebut tidak normal. Sedangkan bau dan rasa susu kambing murni sangat spesiflk yaitu sedikit berbau kambing, tetapi susu kambing murni rasanya enak, sedikit manis dan berlemak. Namun disisi lain, pada awal laktasi induk kambing sangat sensitive terhadap kekurangan protein dan energy sebagai akibat menurunnya nafsu makan. Telah 6
diketahui bahwa kualitas hijau tropis adalah rendah sehingga jumlah hijauan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak akan energy diluar kebutuhan hidup pokok ternak (Devandra, 1 982). Selanjutnya penambahan konsentrat menyebabkan penurunan pH rumen yang berakibat meningkatkan produksi VFA secara keseluruhan, tetapi menurunkan produksi asam asetat dengan nyata (Dixon dan Parra, 1984).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Faktor genetis adalah faktor individu, yang diturunkan oleh tetuanya kepada anaknya. Faktor ini menentukan jumlah atau besarnya produksi serta komposisi susu setiap masa laktasi. Oleh sebab itu kesanggupan untuk menghasilkan susu sangat dipengaruhi daripada keadaan genetik hewan yang bersangkutan (Anonim. 1990). Menurut Sarwono (2002) menyatakan bahwa agar produksi susunya stabil, waktu pemerahan harus diatur dengan baik. Pada waktu pemerahan harus dijaga agar kambing tidak kaget atau ketakutan karena terganggu sesuatu. Selain itu frekuensi pemerahan pada kambing yang diperah dalam sehari akan mempengaruhi produktivitas air susu. Jarak pemerahan yang teratur sangat membantu dalam menghasilkan air susu dalam jumlah relative konstan. Faktor-faktor seperti : umur, besarnya tubuh, estrus dan lain- lain juga pengaruh terhadap produksi air susu. Selain itu faktor dasar yang juga membatasi laktasi kambing adalah jumlah jaringan kelenjar. Kelenjar susu yang kecil tidak ekonomis dalam laktasi, sebab kelenjar yang kecil tidak mampu menghasilkan susu yang banyak dan penyimpanannya pun sedikit (Murtidjo, 1994). Menurut Anonim (2008), bahwa selain dimensi ambing dan puting, faktor 7
lain yang harus diperhatikan dalarn beternak kambing PE yang berkosentrasi kepada produksi susu, setidaknya ada 4 faktor utama agar susu yang didapat bisa maksimal. Ketiga hal tersebut antara lain: 1. Usia Kambing, seekor kambing PE akan berproduksi maksimal di usia laktasi ke 3 sampai laktasi ke 7. 2. Makanan Kambing. Faktor makanan memegang kendali hampir 90%, makanan yang bisa menjadikan hasil susu bisa maksimal terdiri dari makanan yang bersifat alami atau makanan tambahan (ekstra fooding). 3. Lokasi Peternakan, kandang diusahakan senyaman mungkin. 4. Anak Kandang. Peran anak kandang disini memiliki andil yang besar. Anak kandang yang sayang ke ternak akan bisa mendongkrak pendapatan susu harian. Hubungan Dimensi Kambing dan Puting dengan Produksi Susu Susu kambing diperah dari kambingnya yang terletak dibagian perut bawah diantara kedua kaki belakangnya. Dalam melakukan pemerahan, posisi pemerah sebaiknya di sisi kanan kambing (Sarwono, 2002). Baker (1983) menyatakan dengan bentuk kambing yang simestris proporsional serta besar, akan menjamin banyaknya produksi susu. Ukuran kambing bagian depan dan bagian belakang sama besarnya dengan batas-batas yang hampir tak jelas diantara keempat bagiannya. Pada saat pemerahan, puting yang kecil kurang begitu menguntungkan dalam pengeluaran air susu, sebab hal ini terjadi karena saluran pada puting yang sempit dam kecil. Putting yang kecil sangat bermasalah dalam menggunakan mesin pemerah (Lowe, 1981). 8
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010 di daerah peternakan rakyat Desa Bolang Kecamatan Alla. Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan.
Materi Penelitian Penelitian ini menggunakan 20 ekor kambing PE yang sedang laktasi yang berumur ±2-4 tahun, dengan masa laktasi berjalan satu sampai tiga bulan. Pakan yang diberikan pada kambing PE yaitu daun-daunan gamal dan hijauan lain. Alat yang digunakan untuk mengukur dimensi ambing dan puting adalah pita ukur, sedangkan untuk mengukur produksi susu, digunakan alat pengukur volume (gelas ukur). Metode Penelitian Pengukuran dimensi ambing dan puting pada kambing PE adaiah sebagai berikut: 1.
Dimensi ambing Pengukuran lingkar ambing dilakukan dengan cara melilitkan pita ukur
dibagian pangkal ambing (titik E) kebagian pangkal ambing (titik E) kembali (Sukma, 2003 ). Untuk mengukur panjang ambing pita ukur ditempatkan pada bagian ujung ambing depan (titik A) kebagian ujung ambing belakang (titik B). Tinggi ambing diukur dari bagian pangkal ambing atas (titik C) kebagian ujung ambing bawah (titik 9
D) seperti yang terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Pengukuran Organ Ambing Pengukuran lingkar puting dilakukan dengan cara melilitkan pita ukur dari ujung pangkal puting (titik A) melingkar keujung pangkal puting (titik A) kembali ( Sukma, 2003 ). Pengukuran panjang puting dilakukan dengan menggunakan pita ukur, diukur dari ujung puting bawah (titik B) sampai pangkal puting dekat atas ambing (titik C) seperti yang terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pengukuran Organ Puting
10
Prosedur Penelitian Pengambilan data produksi susu dengan cara mengukur setiap hari produksi susu setiap ekor kambing PE yang diperah, yaitu pada pagi hari dengan menggunakan alat pengukur volume (gelas ukur). Pemerahan dilaksanakan setelah dilakukan san.itasi kandang dan ternak. Sebelum diperah puting susu diolesi dahulu dengan vaselin agar mempermudah pemerahan susu dan pedet dijadikan perangsang untuk mengeluarkan air susu. Sistem pemerahan yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan kelima jari sampai air susu dalam puting kosong. Pemerahan dilakukan sekali sehari yaitu pada pukul 06.00 wita. Setelah pemerahan selesai kambing tersebut diberikan makanan. Pengukuran dimensi ambing (lingkar. panjang dan tinggi ambing) serta dimensi puting (panjang dan lingkar puting) dilakukan sebelum pemerahan setiap hari selama dua bulan, sedangkan pencatatan produksi susu dilakukan setiap hari
11
Analisa Data Data yang diperoleh alcan diolah menurut prosedur analisis regresi linear sederhana (Sudjana, 1996) dengan formula yaitu : Ŷ = a + bX
Keterangan : Ŷ
= Penduga dari produksi air susu yang dihasilkan
a
= Koefisie Konstanta
b
= Koefisien regresi
X
= Dimensi ambing (lngkar, panjang, dan tinggi ambing ) dan dimensi putting (lingkar dan panjang puting)
yv — Dimciisi aiiioiiig v uiigKui, paiijtuig, utui Uiiggi cimomg ) dan puting ( lingkar dan panjang puting)
Hubungan antara dimensi ambmg dan dimensi puting dengan banyaknya ptoduksi susu. yaa (1996) sebagai berikut:
Keterangan: r
= Koefisien korelasi
12
Yi
= Variabel tergantung (Produksi Susu)
Xi
= Variabel bebas (Dimensi Ambing dan Puting)
n
= Banyaknya data
13
BASIL DAN PEMBAHASAN
Korelasi antara Lingkar Ambing dengan Produksi Susu
Lingkar ambing rnerupakan salah satu bagian organ ambing yang diukur sebagai variable (X) untuk memperoleh pendugaan terhadap hubungannya dengan jumlah produksi susu sebagai variable (Y) pada ternak Kambing PE. Hubungan yang erat antara lingkar ambing dengan produksi susu yang dihasilkan kambing PE di Desa Bolang, dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Korelasi antara Lingkar Ambing dengan Produksi Susu
Pada gambar 3 terlihat bahwa terdapat hubungan pada setiap rata-rata pengukuran lingkar ambing terhadap rata-rata produksi susu yang dihasilkan setiap harinya, dimana organ ambing yang baik memiliki kriteria ambing susu sedang dan menyambung, ambing seperti ini mampu memproduksi susu rata-rata 2-3 liter/hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010) yang menyatakan bahwa Ambing susu sedang dan menyambung serta putting susu seperti botol yang keduanya
14
tergantung lurus, sejajar dan simetris. Postur ambing dan putting seperti biasanya mampu berproduksi rata-rata 2-3 liter/hari (biasanya diperoleh pada induk yang sudah laktasi ketiga atau induk yang melahirkan lebih dari tiga kali). Hubungan antara lingkar ambing dengan produksi susu mengikuti persamaan Y = 0.61 + 0.04X dan koefisien korelasinya r = 0.87 dimana dapat dijelaskan bahwa setiap peningkatan 1 cm lingkar ambing (X) diharapkan produksi susu (Y) akan bertambah 0.04 liter dan dari nilai koefisien korelasinya 0.87 menunjukkan tingkat korelasi antara lingkar ambing dengan produksi susu adalah positif dan sangat erat. Hasil analisis ragam (lampiran 2) menunjukkan antara lingkar ambing dengan produksi susu berpengaruh nyata (P<0.05) artinya semakin besar lingkar ambing maka semakin tinggi pula produksi susunya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yusuf (2002) bahwa terdapat korelasi positif dan hubungan sangat nyata antara lingkar ambing dengan produksi susu. Ukuran ambing yang semakin besar memberikan indikasi meningkatnya jumlah produksi susu. Hal ini didasari bahwa ambing merupakan organ penampung air susu dimana jumlah air susu yang ditampung banyak maka akan memberikan perubahan benruk dan ukuran pada organ ambing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gillespie (1989) bahwa ukuran ambing yang besar akan memberikan kapasitas produksi air susu yang besar pula.
Korelasi antara Panjang Ambing dengan Produksi Susu Panjang ambing merupakan salah satu bagian organ ambing yang diukur sebagai variabel (X) untuk memperoleh pendugaan terhadap hubungannya dengan
15
jumlah produksi susu sebagai variabel (Y) pada ternak Kambing PE. Hubungan yang erat antara panjang ambing dengan produksi susu yang dihasilkan kambing PE di Desa Bolang, dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Korelasi antara Panjang Ambing dengan Produksi Susu Korelasi antara panjang ambing dengan produksi susu digambarkan pada gambar 4 dimana terlihat hubungan yang kuat dengan rata-rata panjang ambing dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan, dimana ukuran panjang ambing akan bergeser apabila organ ini memproduksi susu yang banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell dan Marshall (1975) menyatakan bahwa ukuran panjang ambing akan bergeser apabila organ ambing ini memproduksi susu yang banyak. Peristiwa ini terjadi karena ruang penampang air susu didalam ambing terus dipenuhi oleh air susu yang disekresikan oleh kelenjar alveoli sehingga memaksa untuk
melar
dan membesar
yang
memberikan
dampak
terus
bertambahnya ukuran panjang ambing tersebut. Hubungan antara panjang ambing scbagai variable (X) dengan produksi susu sebagai variabel (Y) dapat dilihat pada persamaan regresi Ŷ = 0,13 + 0,06X
16
dan koefisien korelasinya r = 0.87 ini memberikan indikasi bahwa setiap pmingkatan 1 cm panjang ambing akan diharapkan pertambahan produksi susu 0,06 liter. Nilai koefisien korelasi (0.87) antara panjang ambing dengan produksi susu
adalah positif
dan sangat
erat. Hasil analisis ragam (lampiran 4)
menunjukkan antara panjang ambing dengan produksi susu berpengaruh nyata (P<0.05) dimana semakin besar ukuran panjang ambing maka semakin besar produksi susunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Baker (1983) menyatakan bahwa dengan bentuk ambing yang simestris proporsional serta besar, akan menjamin banyaknya produksi susu. Ukuran ambing bagian depan dan bagian belakang sama besarnya dengan
batas-batas
yang
hampir tak jelas
diantara keempat
bagiannya. Volume ambing yang besar memiliki produktivitas susu yang tinggi di bandingkan volume ambing yang berukuran kecil, ambing terdiri dari dua bagian yang terpisah dimana ambing yang ideal harus sama besar (simetris) dengan jarak antar puting yang agak berjauhan. Bentuk ambing ini mampu menghasilkan susu secara maksimal (Anonim, 2009). Korelasi antara Tinggi Ambing dengan Produksi Susu Tinggi ambing memiliki pengaruh terhadap produksi susu. Tinggi ambing dapat memberikan gambaran tentang jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh kambing PE. Hubungan yang erat antara tinggi ambing dengan produksi susu yang dihasilkan kambing perah (PE) di Desa Bolang, dapat dilihat pada Gambar 5.
17
Gambar 5 memberikan indikasi adanya korelasi positif dan pengaruh nyata irusra tinggi ambing dengan produksi susu. Bertambahnya jumlah air susu yang dihasilkan bertambah pula ukuran tinggi ambing tersebut. Gillespie (1989) menyatakan bahwa mengukur tinggi ambing ditujukan hanya pada bentuk organ ambing yang normal bukan pada organ ambing yang kurang baik penampilannya seperti ambing yang kendur turun ke bawah, tidak semetris, tidak proporsional, tidak seimbang, dan terkena penyakit. Pada hasil analisis regresi linear ( Lampiran 5) diperoleh persamaan yaitu Ŷ = 0,23 + 0,1 OX dengan koefisien korelasi r = 0.54 dimana hal ini menunjukkan akan bertambah 0.10 liter. Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan antara tinggi ambing dengan produksi susu berpengaruh nyata (P< 0,05) dimana artinya bahwa semakin bertambahnya ukuran tinggi ambing diikuti dengan bertambahnya produksi susu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baker (1983) menyatakan bahwa dengan bentuk ambing yang simestris proporsional serta besar, akan menjamin banyaknya produksi susu.
18
Korelasi antara Panjang Puting dengan Produksi Susu Saluran paling terakhir yang harus dilewati oleh air susu pada saat pelepasan adalah saluran air susu yang terletak pada puting. Hubungan yang erat antara Panjang putiug dengan produksi susu yang dihasilkan kambing PE di Desa Bolang, dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Korelasi antara Panjang Puting dengan Produksi Susu
Korelasi
antara panjang puting
dengan
produksi
susu
Kambing
PE diperoleh hasil analisis regresi linear (Lampiran 7) dengan persamaan regresinya Ŷ = 0,04 + 0,30X serta analisis korelasinya r = 0,86. Setiap peningkatan 1 cm panjang puting akan diharapkan pertambahan produksi susu sekitar 0.30 liter. Nilai koefisien korelasi (0.86) menunjukkan korelasi positif dan sangat erat. Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan antara panjang puting dengan produksi susu berpengaruh nyata (P<0.05) dimana artinya semakin besar panjang puting maka semakin tinggi produksi susunya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
19
Baker (1983) bahwa air susu akan tertampung pada saluran air susu yang terletak pada puting. Semakin bertambahnya jumlah air susu yang tertampung maka puting pun akan memanjang dan membesar kemudian setelah itti air susu akan keluar melalui lubang (mulut) puting setelah mendapat rangsangan baik itu rangsangan dari pedet atau dari mesin pemerah. Selanjutnya Anonim (2009), menyatakan bahwa ukuran puting ini akan semakin membesar dengan bertambahnya umur kambing.
Korelasi antara Lingkar Putting dengan Produksi Susu
Hubungan yang era antara lingkar putting dengan produksi susu yang dihasilkan kambing PE di desa Bolang dapatdilihat pada gambar 7
Gambar 7, Koreiasi antara Lingkar Puting dengan Produksi Susu
Hubungan antar lingkar putting sebagai variabel (X) untuk memperoleh pendugaan terhadap jumlah produksi susu sebagai variabel (X). berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 9 maka hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa
20
persamaan regresinya Ŷ = koefisien korelasinya
r
1,51 + 0,07X dan analisis korelasi dengan dengan =
0,36
sehingga
diperoleh
asumsi
bahwa
setiap peningkatan 1 cm ukuran lingkar puting akan diharapkan pertambahan produksi susu 0,07 liter. Nilai koefisien korelasi r = 0.36 menunjukkan korelasi positif. Hasil analisis ragam (Lampiran 10) menunjukkan kedua variabel tersebul tidak berpengaruh nyata (P>0.05) artinya semakin besar lingkar puting maka semakin jumlah produksi (1981) menyatakan bahwa
susu. Hal pada
ini
saat
sesuai dengan pernyataan pemerahan,
puting
yang
Lowe kecil
kurang begitu menguntungkan dalam pengeluaran air susu, sebab hal ini terjadi karena saluran pada puting yang sempit dan kecil. Setelah produksi susu mencapai puncaknya harus diperhatikan laju penurunan produksi susu atau persislensinya sehingga tetap memproduksi susu dengan bauk. Persisiensi produksi susu mempunyai kaitan dengan perpanjangan masa hidup dan kemampuan perlambatan laju penyusutan sel-sel sekretoris kelenjar ambing (Atabany, 2001).
21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hubungan antara dimensi ambing dan putting dengan produksi susu yang dihasilkan kambing perah (PE) di Desa Bolang Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang menunjukkan korelasi positif dan sangat erat, keculai pada lingkar putting menunjukkan korelasi positif dan sangat erat, kecuali pada lingkar putting menunjukkan korelasi yang tidak erat. Saran Untuk meningkatkan produksi susu kambing selama proses laktasi, dapat disarankan pemberian tambahan konsentrat dalam ransum.
22
LAMPIRAN
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
TOMI PABANA. Lahir di sawa-erma (papua) pada tanggal 19 juli 1986. Penulis adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Marthen Pabana dan Marlina Datu Arrang. Pada tahun 1994 penulis memulai pendidikan di sekolah dasar SD Negeri 1 sawa-erma (papua) dan selesai pada tahun 1999,setelah selesai pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pada tingkat SLTP Negeri 11 Makassar, dan selesai pada tahun 2002 yang kemudian dilanjutkan lagi ke SMA ,tepatnya di SMA Negeri 07 Makassar,hingga menyelesaikan sekolah pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Negeri dan lulus melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) di Universitas Hasanuddin Makassar, penulis lulus dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Peternakan, jurusan Produksi Ternak. Program studi produksi ternak Universitas Hasanuddin Makassar.
41
42
43