PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) PADA MATA PELAJARAN NEGOSIASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN 3 DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/1015 Sigit Wahyudi, Sunarto, dan Bambang Wasito Adi * *Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected] ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkatkan hasil belajar negosiasi pada siswa kelas X Pemasaran 3 di SMK Negeri 1 Sukoharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dengan pendekatan saintifik (scientific approach). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1 Sukoharjo yang berjumlah 36 siswa. Sumber data berasal dari siswa, guru, data dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes, dokumentasi dan wawancara. Teknik untuk keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dapat meningkatkan hasil belajar negosiasi. Peningkatan terjadi pada siklus I, walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan hasil belajar siswa mencapai kualifikasi sangat tinggi. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dapat meningkatkan hasil belajar negosiasi pada siswa kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1 Sukoharjo. Kata kunci: think pair share, Pendekatan Saintifik, hasil belajar ABSTRACT The objective of this research is to improve learning achievement of the students in Grade X Marketing Class 3 of State Vocational High School 1 Sukoharjo through the application of cooperative learning model think pair share with the scientific approach. This research is a Classroom Action Research (CAR). The study was conducted in two cycles, with each cycle consisting of planning, action, observation and reflection. The subjects were students in Grade X Marketing Class 3 of State Vocational High School 1 Sukoharjo totaling 36 students. Source of data derived from students, teachers, data and documents. Data collection techniques are observation, testing, documentation and interviews. Techniques for the validity of the data using triangulation of data sources. The data analysis using descriptive analysis techniques and qualitative analysis techniques. The results shows that through the application of cooperative learning model think pair share with a scientific approach (scientific approach) can improve the students’s learning achievement in Negotiations subject matter. The improvement occurred in the first cycle,
although not optimal. Application of the second cycle causes the learning acheivement of students achieving very high qualification. The conclusions of this research is the application of cooperative learning model types think pair share with a scientific approach can improve learning achievement of Negotiations subject matter in Grade X Marketing Class 3 of State Vocational High School 1 Sukoharjo. Keywords: think pair share, Scientific Approach, learning achievement siswa
PENDAHULUAN Seiring
dengan
perkembangan
untuk
mengikuti
proses
pembelajaran dengan aktif. Salah satu cara
zaman yang semakin maju terutama pada
yang
era
ini
menerapkan model pembelajaran yang
menuntut adanya sumber daya manusia
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
yang berkualitas tinngi dalam berbagai
dan hasil belajar yang dicapai siswa.
bidang ilmu pengetahuan. Peningkatan
Sutikno (2007:61) berpendapat bahwa
kualitas sumber daya manusia merupakan
seorang siswa akan dapat mengikuti proses
prasyarat yang dibutuhkan untuk mencapai
pembelajaran dengan baik dan mencapai
pembangunan bangsa yang berkualitas.
hasil
Salah satu cara yang dapat diambil untuk
didukung oleh kondisi lingkungan belajar
meningkatakan
yang memadai dan pemilihan pendekatan
globalisasi
manusia
seperti
kualitas
tersebut
pendidikan.
sekarang
sumber
dapat
Pendidikan
daya
melalui
adalah
dapat
dilakukan
belajar
yang
yaitu
optimal,
dengan
apabila
yang sesuai dengan karakteristik siswa. Pendidikan
kunci
merupakan
suatu
perbaikan kualitas sumber daya manusia
usaha yang dilakukan secara sadar dan
sehingga kualitas pendidikan harus selalu
sengaja untuk mengubah tingkah laku
ditingkatkan.
manusia baik secara individu maupun untuk
kelompok untuk mendewasakan manusia
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
melaui upaya pengajaran dan pelatihan
menjadi prioritas utama, salah satu upaya
(Sugihartono, Fathiyah, Setiawani, dan
yang dapat ditempuh adalah dengan
Nurhayati, 2007: 4). Pendidikan formal
meningkatkan
proses
tersebar dimasyarakat dapat dikatakan
pembelajaran. Peningkatan kualitas proses
pendidikan nasional karena diatur oleh
pembelajaran dapat dilakukan dengan
negara.
Berbagai
upaya
kualitas
meningkatkan potensi yang dimiliki guru
Di dalam Undang-Undang Sistem
sebagai salah satu unsur dalam proses
Pendidikan Nasional No. 20/2003, bahwa
pembelajaran.
pendidikan
Guru
yang
melakukan
pproses pembelajaran harus bisa mengajak
nasional
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi
manusia
yang
dan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
tujuan dan misi pendidikan nasional. Oleh
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
karenanya secara tidak langsung guru
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
dituntut untuk lebih profesional, inivatif,
yang demokratis serta bertanggungjawab.
perspektif,
Visi
melaksanakan tugas pembelajaran.
pendidikan
beriman
nasional
adalah
terwujudnya sistem pendidikan nasional
dan
Guru
proaktif
merupakan
figur
yang
sebagai pranata sosial yang kuat dan
memegang
berwibawa untuk memberdayakan semua
pembelajaran di kelas. Proses belajar di
warga
sekolah harus melibatkan guru dan peserta
Negara
menjadi
Indonesia
manusia
berkembang
penting
dalam
yang
didik, sehingga dapat menciptakan suasana
proaktif
yang kondusif. Peran utama guru bukan
menjawab tantangan zaman (Wahyudi,
menjadi penyaji informasi yang hendak
2012: 2). Pada saat
dipelajari
berkualitas
Indonesia
peranan
dalam
sehingga
mampu
ini pendidikan
oleh
siswa,
merupakan investasi yang besar atau
membelajarkan
penting bagi masyarakat untuk jangka
mempelajari
panjang apabila menginginkan kehidupan
(learning how to learn). Guru dalam
di masa depan yang lebih baik dan tidak
proses
tertinggal jaman, karena setiap periode
memberikan rasa nyaman dan senang
perkembangan pendidikan jauh lebih maju
kepada siswa, sehingga siswa merasakan
dan berkembang. Pendidikan dilakukan
nyaman dan senang pada saat proses
secara formal oleh masyarakat yaitu
belajar. Proses belajar yang menyenangkan
ditempatkan di sekolah. Apabila kita amati
berarti guru dapat menghidupkan suasana
pendidikan formal di sekolah saat ini
kelas yang aktif dan kondusif, sehingga
masih
belum
seluruh siswa terlibat dalam proses belajar
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
tersebut. Siswa dituntut untuk aktif dalam
(KKM), hal tersebut dapat dikatakan
proses
bahwa kualitas pendidikan yang belum
kondusif dan siswa aktif berdampak pada
begitu optimal.
hasil belajar siswa agar mencapai hasil
banyak
siswa
yang
Guru merupakan kunci sekaligus ujung
tombak
pencapaian
misi
mengarahkan, dan menciptakan suasana
harus
dapat
kelas
yang
Proses pembelajaran di sekolah
sebaiknya
mengatur,
Keadaan
efektif
belajar yang maksimal.
pada
untuk
cara
secara
juga
belajar.
yang
sentral
tentang
sesuatu
belajar
pembaharuan pendidikan, mereka berada titik
siswa
melainkan
dilakukan
oleh
sebelum
pembelajaran
seorang
memulai
merencanakan
guru proses
terlebih
dahulu
langkah-langkah
pembelajaran
untuk memiliki kelebihan. Lulusan SMK
yang akan digunakan sehingga dapat
pada jaman sekarang ini dipersiapkan
menciptakan
yang
untuk menghadapi tantangan dunia kerja
kondusif dan dapat meningkatkan hasil
yang akan mereka temukan pada saat
belajar siswa. Guru harus menerapkan
mereka lulus dari bangku SMK. SMK
model pembelajaran yang inovatif dan
Negeri 1 Sukoharjo merupakan salah satu
kreatif apabila menginginkan suasana
SMK favorit di Wilayah Sukoharjo, pada
pembelajaran yang aktif dan kondusif. Jadi
saat melaksanakan Praktik Pengalaman
model pembelajaran menjadi salah satu
Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1
faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Sukoharjo
siswa.
memiliki
pembelajaran mata pelajaran Negosiasi
beberapa tipe yang dapat diterapkan oleh
dinilai masih belum optimal. Seiring
guru dalam proses pembelajaran, beberapa
dengan diterapkannya kurikulum 2013
tipe
yang menuntut siswa untuk aktif dalam
suasana
Model
model
belajar
pembelajaran
pembelajaran
memiliki
kekurangan dan kelebihan. Guru harus
setiap
pintar memilih model pembelajaran yang
dilakukan.
akan
kurikulum
diterapkan
dalam
proses
khususnya
proses
pada
saat
pembelajaran
Kurikulum
2013
yang adalah yang
pembelajaran, saat menentukan model
melakukan penyederhanaan, dan tematik-
pembelajaran yang pelu diperhatikan yaitu
integratif, menambah jam pelajaran dan
materi pelajaran, karakteristik siswa serta
bertujuan untuk mendorong peserta didik
situasi dan kondisi tempat pembelajaran
atau siswa, mampu lebih baik dalam
berlangsung.
melakukan observasi, bertanya, bernalar,
Pemilihan
model
pembelajaran dalam proses pembelajaran
dan
perlu diterapkan di Sekolah Menengah
(mempresentasikan), apa yang mereka
Kejuruan (SMK) pada mata pelajaran
peroleh atau mereka
Negosiasi.
menerima
Sekolah
Menengah
Kejuruan
mengkomunikasikan
materi
dan diharapkan
setelah
pembelajaran
siswa
kita
memiliki
(SMK) merupakan satuan pendidikan pada
kompetensi
jenjang
juga
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan
memerlukan proses pembelajaran yang
lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif,
berkualitas. Karena lulusan SMK tidak
sehingga nantinya mereka bisa sukses
hanya dituntut untuk dapat unggul dalam
dalam menghadapi berbagai persoalan dan
segi Hard Skillnya saja, akan tetapi juga
tantangan di zamannya, memasuki masa
dari segi Soft Skill mereka juga dituntut
depan yang lebih baik.
pendidikan
menengah
sikap,
ketahui
keterampilan,
dan
Pembelajaran
tematik
sendiri
Melalui pengalaman langsung siswa akan
bermakna sebagai pembelajaran tepadu
memahami konsep-konsep yang mereka
yang
untuk
pelajari dan menghubungkannya dengan
pelajaran
konsep lain yang telah dipahaminya dan
sehingga dapat memberikan pengalaman
Dalam pembelajaran tematik juga sangat
bermakna kepada siswa. Adapun fungsi
berkaitan dengan psikologi perkembangan
dari penerapan pembelajaran tersebut :
peserta didik dan psikologi belajar.
menggunakan
mengaitkan
tema
beberapa
mata
Seperti dalam UU No. 23 Tahun
(1) Siswa mudah memusatkan perhatian
2002 tentang Perlindungan Anak yang
pada suatu tema tertentu, (2) Siswa mampu menjalin kerjasama dan saling membantu sesama temanya, (3) Pemahaman terhadap materi pelajaran
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
lebih mendalam dan berkesan, (4) Siswa dapat di latih kejujuran dan mampu menerima kekurangan dari
minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta
temannya, (5) Siswa
menyatakan bahwa setiap anak berhak
mampu
lebih
merasakan
manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema
didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
yang jelas,
Dalam
(6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran
pembelajaran dilaukan
oleh
penerapan Kurikulum guru
pelaksanaan 2013
siswa
yang kurang
bersemangat untuk mengikuti pelajaran karena siswa selalu dituntut untuk selalu aktif dalam setiap proses pembelajaran di
lain. Pembelajaran
tematik
lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga
siswa
dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
mata pelajaran yang lain. Hal tersebut tentunya sangat membutuhkan konsentrasi dan pemikiran yang penuh sehingga membuat siswa jenuh dan lelah dan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai
siswa
pada
mata
pelajaran
Negosiasi. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran lain yang
menarik dan dapat memancing semangat
kepada peserta didik jurusan Pemasaran
serta gairah siswa dalam menerima materi
atau sekarang biasa disebut Tata Niaga
pelajaran yang akan disampaikan oleh
karena
guru Negosiasi.
membutuhkan mata pelajaran mengenai
siswa
pemasaran
akan
lebih
Negosiasi merupakan salah satu
dunia usaha di bandingkan dengan jurusan
mata pelajaran ketrampilan yang diberikan
lain yang ada di SMK seperti Perkantoran,
di SMK. Fungsi pembelajaran Negosiasi di
Akuntansi dan Teknik Komputer Jaringan.
SMK
mengembangkan
SMK Negeri 1 Sukoharjo terdapat 8 kelas
pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional,
jurusan Pemasaran yang terbagi dalam 3
teliti,
kelas X, 3 kelas XI dan 2 kelas XII.
adalah
jujur,
untuk
bertanggung
jawab
dan
menyiapkan siswa supaya mampu bersaing
Berdasarkan
dalam dunia usaha apabila para peserta
Negosiasi
didik sudah lulus dari bangku Sekolah
Sukoharjo,
Menengah
Mata
merupakan kelas yang kurang aktif dan
pelajaran Negosiasi diberikan oleh guru
paling ramai dalam pembelajaran sehingga
kepada peserta didik dari kelas X semua
kelas X Pemasaran 3 memiliki hasil belajar
jurusan di SMK, tetapi mata pelajaran
yang rendah dari kelas X Pemasaran yang
Negosiasi yang lebih spesifik diberikan
lainnya.
Kejuruan
(SMK).
wawancara
kelas
X
kelas
dengan
SMK X
guru
Negeri
1
Pemasaran
3
Tabel 1. 1. Daftar Nilai Rata-rata dan Presentase ketuntasan Belajar Ulangan Harian Mata Pelajaran Negosiasi pada Kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015 Kelas
X Pemasaran 3
Batas KKM
75
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian
71,35
Presentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian
33,3%
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015) Berdasarkan
tabel
1.1
KKM untuk pelajaran Negosiasi SMK
menunjukkan bahwa hasil belajar pada
Negeri 1 Sukoharjo adalah 75 dan
kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1
presentasi siswa yang tuntas dalam nilai
Sukoharjo masih rendah yaitu terlihat pada
ulangan harian mata pelajaran Negosiasi
nilai rata-rata ulangan harian kelas X
hanya
Pemasaran 3 yaitu 71,35 sedangkan batas
menguatkan bahwa X Pemasaran 3 SMK
33,3%.
Hal
tersebut
yang
Negeri
1
Sukoharjo
menjadi
subjek
penelitian.
untuk belajar. Aktivitas siswa yang rendah ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
Pembelajaran
Negosiasi
yang
yang kurang optimal.
selama ini digunakan oleh guru Negosiasi
Berdasarkan
wawancara
dan
di SMK Negeri 1 Sukoharjo adalah
observasi awal yang dilakukan terhadap
pembelajaran dengan model ceramah,
guru dan siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo
penugasaan dan tanya jawab. Sebagian
maka
besar siswa hanya belajar menghafal
menyebabkan rendah nya hasil belajar
konsep-konsep memahami
materi
atau
dapat
diketahui
dan
kurang
adalah sebagai berikut:
menghayati
konsep
1. Siswa
kurang
hal-hal
aktif
saat
yang
proses
tersebut. Hal ini mengakibatkan siswa
pembelajaran,
kurang mengembangkan kemampuan dan
pembelajaran yang diterapkan guru
potensi yang dimilikinya. Jika dibiarkan
kurang tepat.
terus-menerus
maka
akan
karena
model
mematikan
Berdasarkan observasi awal
motivasi siswa, sehingga pada akhirnya
yang dilakukan diketahui bahwa guru
hasil belajar siswa khususnya pada mata
dalam proses pembelajaran masih
pelajaran Negosiasi kurang optimal.
menggunakan modern pembelajaran
Hasil observasi awal pada siswa
konvensional
yaitu
proses
kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1
pembelajaran yang terpusat pada guru.
Sukoharjo menunjukkan masih rendahnya
Guru
prestasi
pelajaran
hanya menghabiskan jam pelajaran
Negosiasi, masih banyak nilai siswa yang
dengan materi yang disampaikan dan
belum memenuhi KKM yaitu 75. Selain
tidak memberikan kesempatan kepada
itu partisipasi belajar siswa masih rendah,
siswa untuk berpendapat, guru hanya
kondisi
memberikan
siswa
tersebut
pada
mata
diketahui
dari
hasil
dalam
proses
pembelajaran
kesempatan
bertanya
wawancara dengan guru. Ketika guru
kepada siswa pada saat jam pelajaran
menerangkan,
siswa
akan berakhir. Guru menggunakan
guru,
model
memperhatikan
semua penjelasan
dari
pembelajaran
konvensional
namun hanya sebagian kecil siswa yang
mengakibatkan siswa berperan pasif
aktif. Sebagian siswa menganggap mata
dalam
pelajaran Negosiasi sebagai mata pelajaran
kurangnya
yang terlalu banyak materi dan konsep
dengan guru dan siswa lainnya.
untuk
Penerapan
dihafalkan
sehingga
siswa
cenderung merasa bosan, jenuh dan malas
proses
pembelajaran
interaksi
model
antara
dan siswa
pembelajaran
konvensional yang diterapkan oleh
guru mengakibatkan siswa belum aktif
mengakibatkan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
pada saat diberikan tes formatif oleh
2. Sebagian siswa saja yang dapat mengikuti
model
guru, hasil belajar yang diperoleh
pembelajaran
siswa kurang maksimal dan terdapat
konvensional yang diterapkan oleh
66,7% siswa yang belum mencapai
guru sehingga mengakibatkan keadaan
KKM.
kelas kurang kondusif. Siswa
Masalah yang terjadi di atas
SMK
Negeri
1
harus diberikan solusi agar masalah
Sukoharjo memiliki berbagai karakter,
tersebut dapat terselesaikan. Salah
tidak semua siswa dapat menerima
satu alternatif yang dapat diambil oleh
atau menyesuaikan dengan model
guru yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang diterapkan oleh
pembelajaran yang kratif dan inovatif,
guru yaitu pembelajaran konvensional
sehingga masalah-masalah tersebut
yang berpusat pada guru. Hal tersebut
dapat
mengakibatkan siswa mudah merasa
kooperatif
bosan pada saat proses pembelajaran,
adalah pendekatan pembelajaran yang
sehingga saat proses pembelajaran
berfokus pada penggunaan kelompok
terdapat siswa yang berbicara dengan
kecil siswa untuk bekerja sama dalam
temannya; terlihat kurang semangat
memaksimalkan kondisi belajar untuk
dalam menerima materi dan kurang
mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
konsentrasi saat guru memberikan
2009: 37). Pembelajaran kooperatif
materi.
memiliki dampak positif terhadap
terselesaikan.
Pembelajaran
(cooperative
learning)
3. Siswa memiliki anggapan bahwa
siswa yang rendah hasil belajarnya
pelajaran Negosiasi terlalu banyak
dan dapat membantu membangun
teori sehingga minat siswa berkurang
kepercayaan diri terhadap kemampuan
dalam
berfikir
menerima
mata
pelajaran
Negosiasi.
yang
konsep
Materi
pelajaran
terlalu
banyak
Negosiasi
dalam
Negosiasi,
memahami
sehingga
akan
tercipta keadaaan kelas yang kondusif
guru
dan siswa yang aktif. Di dalam
pembelajaran
pembelajaran kooperatif juga terjadi
konvensional yang berpusat pada guru
interaksi antar siswa dalam kelompok
mengakibatkan
yang terbentuk secara heterogen.
menerapkan
model
dan
kritis
siswa
mudah
merasakan bosan saat menerima mata pelajaran
Negosiasi.
Hal
tersebut
Ada banyak strategi model pembelajaran kooperatif dan yang
cocok
untuk
diterapkan
dalam
penelitian kualitatif. Pada penelitian
pembelajaran Negosiasi adalah tipe
yang akan dilakukan ini menggunakan
think pair share. Keunggulan dari
penelitian tindakan kelas. Apabila kita
pembelajaran think pair share adalah
amati
siswa
memecahkan
pendidikan yang ada di Indonesia.
permasalahan yang diberikan oleh
Permasalahan dapat timbul dari pihak
guru dengan pemikiran siswa masing-
guru, sekolah ataupun pihak siswa.
masing
selanjutnya
Salah satu permasalahan pendidikan
dengan
kelompok
dapat
ditentukan
oleh
pemikiran
didiskusikan yang
guru
sudah
dan
tersebut
dipresentasikan tanggapan
dan
yaitu
guru
dalam
hasil
menyampaikan materi kepada siswa,
untuk
tidak semua siswa menerima cara guru
mendapatkan
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran, hal tersebut berdampak
Guru
terhadap hasil belajar siswa. Guru
pembelajaran
dalam hal ini harus memperhatikan
kooperatif dalam menggunakan tipe
model pembelajaran yang mereka
think pair share diharapkan siswa
terapkan kepada siswa, guru harus
mampu
lebih
lain
menerapkan
masukan
terjadi
permasalahan
dari
kelompok
atau
yang
terdapat
atau
model
aktif
guru.
dalam
pembelajaran
dan
peningkatan
hasil
proses
kreatif
dan
inivatif
dalam
memperngaruhi
menyampaikan materi sehingga siswa
belajar
siswa.
dapat menerima pelajaran dengan baik
Pembelajaran kooperatif tipe think
dan diharapkan hasil belajar siswa
pair share dapat mengatasi masalah
juga baik. Permasalahan yang telah
yang ada di kelas X Pemasaran 3
disebutkan di atas maka penelitian
SMK Negeri 1 Sukoharjo, karena
tindakan kelas akan dilakukan dalam
model pembelajaran ini merangsang
penelitian
pemikiran siswa untuk berfikir kritis,
tindakan kelas bertujuan penelitian
memunculkan ide-ide dan menuntut
untuk memperbaiki kualitas proses
siswa
proses
dan hasil belajar sekelompok peserta
dengan
didik, maka penelitian tindakan kelas
pembelajaran
ini akan diterapkan di SMK Negeri 1
untuk
aktif
pembelajaran pelaksanaan
dalam
sesuai sintaks
kooperatif tipe think pair share. Ada
tiga
macam
model
penelitian
pembelajaran kooperatif think psir share
kelas,
belajar
kuantitatif
karena
Sukoharjo dengan penerapan model
penelitian yaitu penelitian tindakan penelitian
ini,
dan
untuk siswa.
meningkatkan Penelitian
hasil
tersebut
diharapkan akan memiliki manfaat
negosiasi untuk meningkatkan hasil belajar
untuk berbagai pihak yaitu guru, pihak
siswa kelas x pemasaran 3 di SMK Negeri
sekolah, siswa dan peneliti agar dapat
1 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.
memperbaiki kualitas proses dalam pembelajaran sehingga akan akan
TINJAUAN PUSTAKA
menghasilkan belajar yang baik.
MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
Berdasarkan
latar
belakang
Think Pair share
tersebut, maka judul penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan berjudul:
pembelajaran
“Penerapan
Pembelajaran
dengan pasangan yang memungkinkan
Kooperatif Think Pair Share Dengan
siswa untuk menilai ide-ide baru dan
Pendekatan
(Scientific
menjelaskan/
Pelajaran
dahulu
Approach)
Model
Saintifik Pada
Mata
ini
tipe model
melibatkan
mengatur
sebelum
berbagi
siswa terlebih
dikelompokkan
ke
Negosiasi Untuk Meningkatkan Hasil
kelompok yang lebih besar. Think Pair
Belajar Siswa Kelas X Pemasaran 3 di
Share
SMK N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran
pembelajaran kooperatif yang dikatakan
2014/ 2015”.
sebagai belajar multi-mode yang memiliki
adalah tipe teknik dari model
Berdasarkan pada latar belakang
siklus diskusi pada siswa yang sedang
masalah yang dikemukakan di atas, maka
presentasi, siswa memiliki waktu untuk
permasalahan dalam penelitian ini dapat
berfikir secara individu, berbicara satu
dirumuskan yaitu apakah penerapan model
sama lain secara berpasangan dan akhirnya
pembelajaran kooperatif tipe think pair
berbagi tanggapan dengan kelompok yang
share
lebih
dengan
pendekatan
saintifik
besar.
kooperatif
negosiasi dapat meningkatkan hasil belajar
membutuhkan waktu untuk berproses dan
siswa kelas X pemasaran 3 di SMK Negeri
membutuhkan waktu untuk meningkatkan
1 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015?
kedalaman dan luasnya pemikiran (Khoza,
dengan
perumusan
think
pembelajaran
(scientific approach) pada mata pelajaran
Sejalan
tipe
Teknik
pair
share
2013: 2).
masalah di atas maka tujuan diadakan
Isjoni (2009: 67) menyatakan
penelitian ini adalah untuk mengetahuhi
bahwa “pembelajaran think pair share
dan mendeskripsikan penerapan model
merupakan salah satu pembelajaran yang
pembelajaran kooperatif tipe think pair
dikembangkan oleh Frank Lyman dan
share
saintifik
Spencer Kagan. Teknik ini memberikan
(scientific approach) pada mata pelajaran
siswa kesempatan untuk bekerja sendiri
dengan
pendekatan
serta bekerja sama dengan orang lain”.
ukuran
Salah satu langkah yang penting dalam
memikirkan
penelitian ini yaitu sintaks pembelajaran
diajukan melalui tiga tahapan yaitu:
kooperatif tipe think pair share. Hal ini dapat
dikaitkan
dengan
think
pair
technique
that
Siswa
pertanyaan
yang
mandiri tentang pertanyaan yang telah diajukan, membentuk ide-
share
strategy is a cooperative learning
kelas.
a. Berfikir: siswa berfikir secara
kesimpulan
seorang peneliti yang menyatakan bahwa: “The
banyaknya
ide mereka sendiri. b. Berpasangan: siswa membentuk
encourages
kelompok
secara
berpasangan
individual participation and is
untuk
applicable across all grade levels
mereka.
and class sizes. Student think
memungkinkan
siswa
untuk
through questions using three
saling mengungkapkan
ide-ide
interesting parts:
mereka
a. Think: student think independently
pikiran
Langkah-langkah
dan
ini
untuk
mempertimbangkan masukan dari
about the question that has been posed, forming ideas of their own.
mendiskusikan
siswa lain. c. Berbagi: setiap kelompok siswa
b. Pair: student are grouped in pairs
membagikan
ide-ide
mereka
to discuss their thoughts. This
dengan kelompok yang lebih
step allows students to articulate
besar, pada seluruh kelas. Siswa
their ideas and to consider those
dalam menyampaikan ide mereka
of others.
kepada
c. Share: student pairs share their
of a partner. (Strategi think pair share adalah teknik pembelajaran kooperatif yang mendorong setiap individu untuk berpartisipasi dan strategi ini berlaku untuk semua tingkatan kelas dan
lebih
dari anggota kelompok mereka)
the whole class. Often, students
ideas to a group with the support
lain
nayaman apabila ada dukungan
ideas with a larger group, such as
are more comfortable presenting
kelompok
Seorang menjelaskan tahapan
pakar
secara
pendidikan
singkat
pelaksanaan
tentang
pembelajaran
kooperatif tipe think pair share sebagai berikut: Pembelajaran memiliki
think
pair
share
langkah-langkah
yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih
banyak untuk berfikir, menjawab
berbagi ide jika suatu pertanyaan khusus
dan saling membantu satu sama
telah
lain. Sebagai contoh, seorang guru
memberikan waktu 4-5 menit
baru saja selesai memberikan suatu
berpasangan.
topik materi pembelajaran kepada siswa
atau
siswa
Berbagi
(Sharing)
biasanya untuk
merupakan
tahap yaitu guru meminta pasangan-
membaca suatu tugas. Selanjutnya,
pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau
guru
bekerjasama dengan kelas kelseluruhan
siswa
untuk
memikirkan yang ada kaitannya
mengenai
dengan suatu topik yang baru saja
diskusikan
diberikan atau bacaan
pasangan demi pasangan dan dilanjutkan
tersebut
(Trianto, 2007: 126-127).
Think Pair Share yaitu thinking (berfikir), pairing
(berpasangan),
dan
sharing
(berbagi). Berfikir (Thinking) merupakan
dengan
pelajaran,
kemudian
siswa
diminta
memikirkan
jawaban
dari
untuk
pertanyaan
tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Berpasangan (Pairing) merupakan tahapan
yaitu
guru
yang
dengan
telah cara
mereka bergantian
kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia (Huda, 2013: 14). Urutan langkah-langkah kegiatan
tahapan yaitu guru memberikan pertanyaan berhubungan
apa
sampai beberapa siswa telah mendapat
Tahap-tahap dalam pembelajaran
yang
Guru
saja
meminta
baru
teridentifikasi.
meminta
siswa
berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban yang telah diajukan dari suatu pertanyaan atau
guru
dengan
menerapkan
pembelajaran kooperatif think pair share dapat dilihat pada tabel 2.2. langklah kegiatan guru ada 5 fase, yaitu guru menyampaikan
pertanyaan
atau
memberikan soal kepada siswa, siswa berfikir
secara
individual,
siswa
membentuk kelompok dan mendiskusikan hasil pemikiran dengan kelompoknya, siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas, guru menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Tabel 1. 2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share FASE
model
AKTIVITAS
Fase 1: Guru menyampaikan Guru melakukan apresiasi, kemudian pertanyaan atau memberikan soal menjelaskan tujuan pembelajran dan
kepada siswa
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Fase 2: Siswa individual
berfikir
secara Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memikirkan jawaban dari suatu permasalahan yang telah disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta setiap siswa untuk menyampaikan atau menuliskan jawaban atau hasil pemikirannya.
Fase 3: Siswa membentuk kelompok Guru mengorganisasikan siswa untuk dan mendiskusikan hasilpemikiran berpasangan dan memberi kesempatan dengan kelompoknya. kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompok. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan lembar kerja siswa sehingga kumpulan soal latihan/pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. Fase 4: Siswa berbagi jawaban Siswa mempresentasikan jawaban atau dengan seluruh kelas. pemecahan masalah secara individual/kelompok didepan kelas. Fase 5: Guru menganalisis dan Guru membantu siswa untuk mengevaluasi hasil pemecahan melakukan refleksi/evaluasi terhadap masalah. hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. (Arends, 2008: 21) Kelebihan
dari
pembelajaran
think pair share yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
“semua
siswa
Belajar Mengajar (KBM)” (Trianto, 2007: 127-128). Proses
pembelajaran
yang
berperan aktif dalam pembelajaran, dapat
mengimplementasikan
mengembangkan
bertanya,
scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu
berdiskusi, cara berfikir, dan semua siswa
: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif),
secara langsung terlibat dalam Kegiatan
dan keterampilan (psikomotor). Dengan
kertampilan
pendekatan
proses pembelajaran yang sedemikian
maka diharapkan hasil belajar melahirkan
a)
peserta didik yang produktif, kreatif,
b) Melibatkan keterampilan proses sains
inovatif, dan afektif melalui penguatan
dalam mengonstruksi konsep, hukum
sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
atau prinsip.
terintegrasi.
c)
Berpusat pada siswa.
Melibatkan
proses-proses
kognitif
yang potensial dalam merangsang Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Menurut Putra
perkembangan
siswa.
dari bahasa latin scientia yang berarti
d) Dapat
40).
khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi
(2012)
menyatakan bahwa “istilah sains berasal
pengetahuan”(hlm.
intelek,
mengembangkan
karakter
siswa.
Berdasarkan Dictionary,
Metode ilmiah umumnya memuat
definisi sains adalah pengetahuan yang
rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta
diperoleh
melalui
Webster
New
Collegiate
melalui
pembuktian,
atau
pembelajaran pengetahuan
dan yang
observasi
dan
eksperimen,
kemudian memformulasi dan menguji
melingkupi suatu kebenaran umum dari
hipotesis.
hukum-hukum alam yang terjadi, yang di
bicarakan dengan metode ilmiah merujuk
dapatkan dan dibuktikan melalui metode
pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas
ilmiah.
prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) Penerapan pendekatan
dalam
pembelajaran
saintifik
melibatkan
adanya
Sebenarnya
analisa.
apa
yang kita
Selanjutnya
secara
sederhana pendekatan ilmiah merupakan
keterampilan proses seperti mengamati,
suatu
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
mendapatkan
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam
prosedur yang didasarkan pada suatu
melaksanakan
tersebut,
metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan
bantuan guru diperlukan. Akan tetapi
pendekatan ilmiah sebagai mekanisme
bantuan guru tersebut harus semakin
untuk
berkurang dengan semakin bertambah
didasarkan pada struktur logis. Pendekatan
dewasanya siswa atau semakin tingginya
ilmiah ini memerlukan langkah-langkah
kelas siswa.
pokok:
proses-proses
Hosnan (2014:36) pembelajaran dengan
metode
scientific
karakteristik sebagai berikut:
memiliki
a)
cara
mekanisme
pengetahuan
untuk dengan
memperoleh pengetahuan yang
Mengamati
b) Menanya c)
atau
Menalar
d) Mencoba
e)
Membentuk jejaring
melihat perbedaan, kesamaan, dan
Langkah-langkah di atas boleh
tautan satu sama lain dari materi
dikatakan sebagai pembelajaran terhadap pengetahuan ilmiah yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
pembelajaran. e)
Mendorong dan menginspirasi siswa
logis dalam
mampu memahami, menerapkan, dan
ilmu-ilmu social, karena yang dikehendaki
mengembangkan pola berpikir yang
adalah
rasional dan objektif dalam merespon
jawaban
mengenai
fakta-fakta
sosial, maka pendekatan dengan langkahlangkah tersebut dikatakan sangat erat dengan metode ilmiah.
ilmiah/ scientific approach mempunyai proses
pembelajaran
sebagai
berikut: a)
f)
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris
Hosnan (2014: 38) pendekatan
kriteria
materi pembelajaran.
dapat
dipertanggungjawabkan. g) Tujuan
pembelajaran
dirumuskan
secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Materi pembelajaran berbasis pada
METODE PENELITIAN
fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan
logika
Penelitian ini termasuk dalam
atau
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
kira, khayalan, legenda, atau dongeng
siswa kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1
semata.
Sukoharjo dengan komposisi kelasnya
b) Penjelasan guru, respon siswa, dan
terdiri dari 36 siswa perempuan.
interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
c)
yang
prasangka
yang
Objek penelitian adalah berbagai
serta-merta,
kegiatan yang terjadi di dalam kelas
pemikiran subjektif, atau penalaran
selama berlangsungnya proses belajar
yang
mengajar yang terdiri dari: 1) Penerapan
menyimpang dari alur berpikir
logis.
model pembelajaran kooperatif Think Pair
Mendorong dan menginspirasi siswa
Share yang dipadukan dengan pendekatan
berpikir secara kritis, analistis, dan
saintifik dalam kegiatan pembelajaran, 2)
tepat
Pengukuran hasil belajar siswa setelah
dalam
memahami, dan
mengidentifikasi,
memecahkan
mengaplikasikan
masalah,
penerapan model pembelajaran kooperatif
materi
Think Pair Share dengan pendekatan
pembelajaran.
saintifik.
d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
berpikir
hipotetik
dalam
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
berasal dari: (1) siswa, yaitu data hasil
ini adalah (1) data kuantitatif berupa hasil
observasi yang diperoleh secara sistematik
belajar
selama penelitian pada pelaksanaan tiap
menggunakan teknik analisis deskriptif
siklus di kelas X Pemasaran 3 SMK
yaitu menentukan presentase ketuntasan
Negeri 1 Sukoharjo menggunakan model
belajar dan mean (rerata) kelas. (2) Data
pembelajraan kooperatif tipe think pair
kualitatif berupa data hasil belajar, hasil
share
observasi ketrampilan guru serta aktivitas
dengan
pendekatan
saintifik
kognitif,
dalam
dianalisis
pembelajaran
dengan
(Scientific Approach) dan data hasil tes
siswa
Negosiasi
wawancara yang dilaksanakan pada setiap
dalam menggunakan model pembelajaran
akhir siklus. (2) Guru, yaitu data hasil
kooperatif tipe think pair share.
observasi dan langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think
SINTAKS DALAM PELAKSANAAN
pair share dengan pendekatan saintifik
THINK
(Scientific Approach) yang diterapkan oleh
PENDEKATAN SAINTIFIK
guru. (3) Sumber data lainnya berupa
(a) Guru
nama siswa, hasil belajar atau daftar nilai siswa kelas X Pemasaran 3 SMK Negeri 1 Sukoharjo pada mata pelajaran Negosiasi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui metode observasi, metode tes, metode dokumentasi dan metode
wawancara.
digunakan
untuk
Teknik
memeriksa
yang validitas
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan metode. Sumber data yang
digunakan
dengan
mengecek
beberapa sumber data, misalnya hasil wawancara dengan guru. Metode ini digunakan untuk membandingkan data yang
diperoleh
melalui
observasi,
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian tindakan kelas
SHARE
mengecek
DENGAN
kehadiran
siswa
(absensi) (b) Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran (c) Guru melakukan apersepsi tentang pemahaman siswa sebelum memulai pembelajaran mengenai mendorong, memotivasi dan meyakinkan calon pelanggan ke arah kesepakatan. (d) Dengan Pendekatan Saintifik siswa mengamati
video
mendorong,
memotivasi
mengenai dan
meyakinkan calon pelanggan ke arah kesepakatan yang ditayangkan oleh guru di depan kelas. (e) Siswa dituntut untuk menemukan permasalahan
wawancara, maupun dokumen. Teknik
PAIR
setelah
yang mereka
mengamati
video
dapat yang
ditayangkan oleh guru. Kemudian dari permasalahan tersebut siswa membuat
pertanyaan
mengenai
masalah
pemahaman siswa mengenai materi
tersebut. (f)
Siswa
yang sedang dibahas. dibagi
menjadi
beberapa
(h) Setelah diberikan waktu selama 10-15
kelompok (secara heterogen), setiap
menit setiap kelompok siswa maju
kelompok beranggotakan 6 siswa.
satu per satu di depan kelas untuk
Tujuan
mengkomunikasikan
kegiatan
ini
untuk
mengeksplorasi pengetahuan siswa
pembahasan
tentang video yang ditayangkan tadi
lakukan sebelumya. Kelompok yang
mengenai “mendorong, memotovasi
lain
dan meyakinkan pelanggan ke arah
pembahasan
kesepakatan”.
kelompok yang didepan kemudian
(g) Melalui model pembelajaran think pair
share
siswa
menganalisis
diminta
untuk
yang
pemaparan
yang dilakukan oleh
tanggapan
untuk
(i) Siswa didampingi guru menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar.
kelompok tersebut dan dikerjakan kerja
mereka
kelompok yang didepan.
pertanyaan-pertanyaan
lembar
sudah
mendengarkan
memberikan
yang mereka dapatkan tadi dalam
pada
yang
hasil
(j) Memberikan umpan balik positif dan
sudah
penguatan dalam bentuk lisan dan
diberikan. Setiap siswa diminta untuk
tulisan terhadap keberhasilan siswa
memiliki pendapatnya masing-masing
(k) Guru dengan siswa atau siswa sendiri
yang
nantinya
akan
didiskusikan
membuat rangkuman/ simpulan dari
didalam kelompoknya. Kegiatan ini dilakukan
untuk
materi pada pertemuan hari ini
mengasosiasi
(l) Guru memberikan penilaian terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. 3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pratindakan, Siklus I dan Siklus II Nilai
Pratindakan Jumla h
Persentase
Siklus I Jumlah Siswa
Persentase
Siklus II Jumla h
Persentase
Siswa
Siswa
Tuntas
12
33,33%
22
61,11%
31
86,11%
Tidak Tuntas
24
66,67%
14
38,89%
5
13,89%
Jumlah
36
100%
36
100%
36
100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat
yaitu 75% dari siswa memperoleh
diketahui bahwa terjadi peningkatan
nilai ≥ 75. Hal ini berarti bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa pada
penerapan
pratindakan, siklus I dan siklus II.
kooperatif tipe think pair share
Ketuntasan
hasil
dengan
pratindakan
terdapat
belajar 12
pada siswa
model
pembelajaran
pendekatan
(scientific
saintifik
appoach)
dapat
dengan persentase 33,33%, 22 siswa
meningkatkan
dengan persentase 61,11% pada
negosiasi. Adapun peningkatan hasil
siklus I dan 31 siswa dengan
belajar
siswa
persentase 86,11% pada siklus II.
siklus
I
Peningkatan
digambarkan melalui diagram di
hasil
belajar
siswa
setelah pelaksanaan siklus II sudah mencapai
indikator
dan
hasil
pada siklus
belajar
pratindakan, II
dapat
bawah ini.
ketercapaian
Gambar 1. 1. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra tindakan, Siklus I dan Siklus II
Hasil Belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan, hal
tersebut
dibarengi
juga
dengan
peningkatan sikap yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada setiap pertemuan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut: Tabel 1. 4. Perbandingan Sikap Siswa Setiap Siklus Indikator
Pratindakan (%)
Siklus 1 (%)
Siklus 2 (%)
54,63% 60,19% 52,78% 56,48% 57,41%
72,22% 80,56% 72,22% 63,89% 63,89%
81,48% 83,33% 78,70% 75,93% 78,70%
60,80%
70,56%
79,63%
Tanggungjawab Kerjasama Rasa Ingin Tahu Terbuka Kritis Rata-rata sikap siswa
Dari datang diatas maka dapat
ditunjukkan
dengan
meihat
grafik
dilihat bahwa sikap siswa pada setiap
perbandingan peningkatan sikap siswa
siklus meningkat. Hal tersebut dapat
pada setiap siklus sebagai berikut:
Gambar 1. 2. Grafik Pengamatan Sikap Siswa pada Pra tindakan, Siklus I dan Siklus II
Peningkatan hasil belajar terjadi
Berdasarkan
data
di
atas
pada tiap pelaksanaan tindakan mulai dari
pratindakan, Siklus I dan Siklus II, dapat
pratindakan, siklus 1 dan siklus 2. Jumlah
diketahui
siswa yang mendapatkan nilai tuntas atau
pembelajaran kooperatif tipe think pair
memperoleh nilai ≥ 75 yaitu 12 siswa
share
dengan
(scientifik approach) yang dilakukan pada
persentase
33,33%
pada
bahwa
dengan
penerapan
pendekatan
saintifik
pratindakan, 22 siswa dengan persentase
mata
61,11% pada siklus I dan 31 siswa dengan
pemasaran 3 SMK Negeri 1 Sukoharjo
persentase
II.
berdampak positif. Hal ini ditunjukkan
Meskipun hasil belajar pada siklus I terjadi
dengan peran aktif siswa di dalam kelas
peningkatan mencapai 61,11%, namun
saat proses pembelajaran menggunakan
capaian tersebut belum mencapai target
model pembelajaran kooperatif tipe think
75% siswa memperoleh nilai atau batas
pair share dengan pendekatan saintifik
KKM
(scientific approach) untuk meningkatkan
86,11%
pada
siklus
≥ 75. Sehingga dilaksanakan tes
berikutnya
pada
menghasilkan
siklus
II
persentase
yang
pelajaran
model
Negosiasi
kelas
X
hasil belajar.
ketuntasan
Berdasarkan
data
yang
86,11%. Maka target yang ingin dicapai
menunjukkan hasil belajar siswa, maka
untuk hasil belajar telah ditetapkan yaitu
dapat disimpulkan bahwa penerapan model
75% siswa memeproleh niali atau batas
pembelajaran kooperatif tipe think pair
KKM ≥ 75 terlampaui, yaitu 31 dari 36
share
siswa telah memperoleh nilai ≥ 75. Selain
(scientific approach) dapat meningkatkan
itu sikap siswa dalam pembelajaran setiap
hasil belajar pada mata pelajaran negosiasi
siklus juga mengalami peningkatan, sikap
pada siswa kelas X Pemasaran 3 SMK
siswa pada saat pratindakan memperoleh
Negeri
rata-rata penilaian 60,80% siswa aktif
2014/2015. Pembelajaran yang berpusat
dalam pembelajaran. Setelah berjalannya
pada
siklus 1 pengamatan yang dilakukan
diterapkan melalui model pembelajaran
observer mengenai sikap siswa dalam
kooperatif tipe think pair share dengan
pembelajaran
pendekatan saintifik (scientific approach),
menjadi
mengalami
70,56%
peningkatan
kemudian
mengkat
kembali pada siklus 2 menjadi 79,63%.
dengan
1
Sukoharjo
siswa
sehingga
pendekatan
(student
siswa
saintifik
tahun
center)
memiliki
ajaran
telah
kesempatan
untuk lebih mengembangkan wawasan dengan
tidak
tergantung
pada
pembelajaran yang berpusat pada guru
mengajar di dalam kelas untuk
(teacher center).
mengetahui kinerja dari guru dan mengetahui keadaan siswa. b. Kepala sekolah harus mendukung
SIMPULAN
guru dalam mengembangkan model
Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
pembelajaran
yang
dan
tindakan kelas yang telah dilaksanakan,
inovatif
menunjukkan
telah
kebutuhan yang diperlukan dalam
dirumuskan dapat terbukti kebenarannya.
penerapan model pembelajaran yang
Dalam hipotesis tindakan dirumuskan
akan digunakan oleh guru.
hipotesis
yang
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
think
pair
share
dengan
dengan
kreatif
memfasilitasi
c. Kepala sekolah harus menanamkan kesadaran pada guru terkait dengan
pendekatan saintitifk (scientific appoach)
pelaksanaan
dapat meningkatkan hasil belajar mata
mengajar yang harus kreatif dan
pelajaran negosiasi pada siswa kelas X
inovatif.
Pemasaran 3 SMK Negeri 1 Sukoharjo
kegiatan
belajar
2. Kepada Guru
tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan
a. Hendaknya guru dapat menerapkan
dengan data yang menunjukkan kondisi
model pembelajaran kooperatif tipe
awal sebelum dilaksanakan hasil belajar
think pair share dengan pendekatan
siswa belum mencapai 75% karena hanya
saintifik (scientific approach) dengan
33,33% dari jumlah keseluruhan siswa.
baik, dikaitkan dengan media dan
Ketuntasan hasil belajar siswa melebihi
modul
target yang ditetapkan sebesar 75% karena
kebutuhan siswa sehingga dapat
jumlah siswa yang tuntas hasil belajarnya
meningkatkan hasil belajar pada
sebesar 86,11%.
mata pelajaran negosiasi.
yang
dapat
menunjang
b. Guru harus melatih siswa dalam mengemukakan pendapat, berdiskusi
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
harus
berani
melakukan
inovasi dalam menyampaikan materi
a. Kepala sekolah harus melakukan pengawasan secara berkala terhadap kegiatan
tugas terstruktur kepada siswa. c. Guru
1. Kepada Kepala Sekolah
pelaksanaan
dan presentasi dengan memberikan
belajar
pelajaran. d. Guru yang belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share dapat menerapkan model
share dengan pendekatan saintifik
pembelajaran ini dengan variasi
(scientific approach) dalam proses
pembelajaran yang lebih menarik.
pembelajaran, serta dapat digunakan sebagai
3. Kepada Siswa a. Hendaknya siswa dapat merespon dengan
penelitian
selanjutnya. b. Penelitian ini dapat menjadi acuan
pembelajaran yang diberikan oleh
bagi peneliti yang selanjutnya dan
guru, khususnya pada mata pelajaran
dapat disempurnakan oleh peneliti
negosiasi dengan menerapkan model
yang
pembelajaran kooperatif tipe think
penelitian ini.
share
saintifik
terhadap
untuk
proses
pair
baik
acuan
dengan
pendekatan
(scientific
approach)
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Siswa
harus
meningkatkan
kemampuan presentasi, berdiskusi
akan
mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA Sugihartono, Fathiyah, K.N., Harahap, F., Setiawati, F.A., & Nurhayati, S.R. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
mengajar maupun diluar kegiatan
Wahyudi, I. (2012). Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif dan Kreatif dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya.
tersebut.
Hamalik,
dan
mengemukakan
pendapat
dengan baik dalam kegiatan belajar
c. Siswa
yang
masih
kesulitan
dalam
penjelasan
dari
mengalami memahami
guru
dapat
menanyakan kepada guru atau teman sebaya
karena
ada
siswa
yang
menganggap penjelasan dari teman sebaya akan lebih mudah dimengerti dari pada penjelasan dari guru. 4. Kepada Peneliti Lain a. Hendaknya peneliti dapat menambah pengetahuan,
wawasan
serta
keterampilan mengenai penelitian yang
terkait
dengan
penerapan
model kooperatif tipe think pair
O.
(2003).
Proses
Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Khoza, Simon Bheki. (2013). Learning Outcomes as Understood by’Publishing Research’ Facilitator at a South AfrikanUniversity. Mevlana International Journal of Education (MIJE), 3(2), 1-11. Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka. Huda, M. (2013). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Pelajar.
Yogyakarta:
Pustaka
Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Terj. H.P. Soetjipto, S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.