ISSN: 0216-3713
ABSTRAK HASIL PENELITIAN PERTANIAN INDONESIA
Volume 33, No. 1, 2016
Kementerian Pertanian PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Ir. H. Juanda 20, Bogor 16122, Indonesia
ISSN: 0216-3713
ABSTRAK HASIL PENELITIAN PERTANIAN INDONESIA KATA PENGANTAR Penanggung Jawab: Ir. Gayatri K. Rana, M.Sc. Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
Penyusun : Siti Rohmah
Penyunting: Nurdiana Etty Andriaty Juznia Andriani
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia adalah kumpulan abstrak pengarang yang disusun dan disebarkan untuk meningkatkan daya guna hasil-hasil penelitian/pengkajian bidang pertanian di Indonesia. Melalui media komunikasi ini diharapkan pengguna dapat memilih secara lebih tepat informasi yang diperlukan. Abstrak disusun menurut Indeks Kategori Subjek, kemudian menurut abjad nama pengarang dan dilengkapi dengan Indeks Pengarang, Indeks Badan Korporasi, Indeks Subjek dan Indeks Jurnal. Jika diperlukan artikel/literatur lengkapnya, pengguna dapat mencari atau meminta pada perpustakaan pertanian setempat atau Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, dengan menuliskan nama pengarang, judul artikel, judul majalah atau buku yang memuatnya, dan disertai dengan biaya fotokopi. Abstrak ini dapat ditelusuri melalui situs PUSTAKA : http : // www. pustaka. setjen. pertanian.go.id
Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Alamat Redaksi: Jl. Ir. H. Juanda 20 Bogor - 16122 Telepon No. : (0251) 8321746 Faksimili : (0251) 8326561; (0251) 8328592 E-mail :
[email protected]
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...................................................................................................................
i
C00 PENDIDIKAN, PENYULUHAN DAN INFORMASI C30 DOKUMENTASI DAN INFORMASI ......................................................
1
D00 ADMINISTRASI DAN PERATURAN, PERUNDANG-UNDANGAN D10 ADMINISTRASI NEGARA ......................................................................
1
E00 EKONOMI PEMBANGUNAN DAN SOSIOLOGI PEDESAAN E20 ORGANISASI, ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN PERTANIAN ATAU USAHA TANI ............................. E70 PERDAGANGAN, PEMASARAN DAN DISTRIBUSI............................ E71 PERDAGANGAN INTERNASIONAL ......................................................
2 4 4
F00 ILMU DAN PRODUKSI TANAMAN F01 BUDI DAYA TANAMAN ........................................................................ F02 PERBANYAKAN TANAMAN ................................................................. F03 PRODUKSI DAN PERLAKUAN BENIH ................................................. F04 PEMUPUKAN ............................................................................................ F06 IRIGASI ..................................................................................................... E07 PENGOLAHAN TANAH ........................................................................... F08 POLA TANAM DAN SISTEM PERTANAMAN ..................................... F30 GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN ......................................... F50 STRUKTUR TANAMAN........................................................................... F60 FISIOLOGI DAN BIOKIMIA TANAMAN ............................................... F62 FISIOLOGI TANAMAN – PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ....................................................................................
5 9 14 15 21 22 23 23 33 34 34
H00 PERLINDUNGAN TANAMAN H01 PERLINDUNGAN TANAMAN – ASPEK UMUM .................................. H10 HAMA TANAMAN ................................................................................... H20 PENYAKIT TANAMAN ............................................................................
35 35 38
L00 ILMU, PRODUKSI DAN PERLINDUNGAN HEWAN L02 PAKAN TERNAK ...................................................................................... L10 GENETIKA DAN PEMULIAAN HEWAN ............................................... L51 FISIOLOGI – NUTRISI TERNAK ............................................................. L53 FISIOLOGI – REPRODUKSI HEWAN ..................................................... L60 TAKSONOMI HEWAN DAN SEBARAN GEOGRAFIS ......................... L70 ILMU VETERINER DAN HIGIENE HEWAN – ASPEK UMUM........... L73 PENYAKIT HEWAN ................................................................................
44 52 57 58 59 60 61
P00 SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN P10 PENGELOLAAN DAN SUMBERDAYA AIR ......................................... P11 DRAINASE ................................................................................................. P32 KLASIFIKASI DAN PERTUMBUHAN TANAH..................................... P34 BIOLOGI TANAH ...................................................................................... P35 KESUBURAN TANAH .............................................................................. P40 METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ..................................................
66 67 68 69 69 71 i
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Q00 PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Q02 PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN .................................. Q03 KONTAMINASI DAN TOKSIKOLOGI PANGAN .................................. Q04 KOMPOSISI PANGAN .............................................................................. Q60 PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NON-PANGAN DAN NONPAKAN ...................................................................................................... Q80 PENGEMASAN .........................................................................................
72 79 81 82 84
T00 POLLUTION T01 POLUSI ......................................................................................................
86
U00 METODOLOGI U10 METODE MATEMATIKA DAN STATISTIKA ......................................
86
INDEKS PENGARANG .............................................................................................. INDEKS SUBJEK ......................................................................................................... INDEKS JURNAL ........................................................................................................
89 99 113
ii
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
C30 DOKUMENTASI DAN INFORMASI 001 AMIN, M. Efektivitas dan perilaku petani dalam memanfaatkan teknologi informasi berbasis cyber extension. Effectiveness and farmer's behavior in using information technology based on cyber extension / Amin, M. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Biromaru Sigi). Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 211-219, 2 ill., 3 tables; 18 ref. FARMERS; BEHAVIOUR; INFORMATION SYSTEMS; TECHNOLOGY TRANSFER. Teknologi informasi berbasis cyber extension merupakan salah satu sarana komunikasi penyuluhan pertanian dalam mewujudkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Cyber extension merupakan sebuah inovasi teknologi dalam mempercepat komunikasi informasi pertanian kepada pengguna agar informasi dapat diperoleh dengan lebih cepat, tepat dan relevan dengan kebutuhan petani. Penelitian bertujuan untuk menganalisis efektivitas dan perilaku petani terhadap cyber extension sebagai media informasi dan komunikasi dalam mendukung pembangunan pertanian. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan jumlah sampel 86 petani responden. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan path analisis. Hasil analisis memperlihatkan bahwa efektivitas cyber extension dipengaruhi oleh karakteristik petani, interaksi petani dan persepsi petani. Efektivitas cyber extension paling kuat dipengaruhi oleh karakteristik petani (koefisien sebesar 0,328), terlihat dari ketersediaan sarana teknologi informasi yang dimiliki serta adanya motivasi petani dalam mencari informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha taninya. Di sisi lain, perilaku petani dipengaruhi secara langsung oleh persepsi petani dan efektivitas memanfaatkan cyber extension dengan koefisien sebesar 0,413.
D10 ADMINISTRASI NEGARA 002 WINNIASRI, E.F. Tingkat kepuasan auditi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. Auditee satisfaction of Inspectorate General of the Ministry of Agriculture/ Winniasri, E.F.; Nurmalina, R.; Djohar, S. (Institut Pertanian Bogor. Program Studi Manajemen dan Bisnis). Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 185-196, 2 ill., 3 tables; 21 ref. AGRICULTURE; SERVICES; RESEARCH; QUALITY CONTROLS. Tingkat kepuasan auditi penting diketahui oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, untuk mengidentifikasi kelemahan dari setiap dimensi dalam menjalankan fungsi pengawasan internal dan untuk kinerja sistem pengawasan internal di Kementerian Pertanian. Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan auditi terhadap kinerja Inspektorat Jenderal, menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan auditi, merumuskan upaya meningkatkan kepuasan auditi terhadap kinerja pelayanan auditor Itjentan. Dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan auditi yaitu dimensi Service Quality yang terdiri dari dimensi fisik (tangible), kehandalan (reliability), kesigapan (responsiveness), jaminan (assurance), dimensi empati (empathy). Pengumpulan data dilakukan melalui 193 responden. Pengolahan data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan software LISREL. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan auditi. Tingkat kepuasan yang diukur meliputi kepuasan auditi keseluruhan, kepuasan terhadap fungsi pengawasan internal dan kepuasan terhadap laporan hasil audit. Dimensi fisik (tangible) merupakan faktor yang paling berpengaruh signifikan terhadap kepuasan auditi.
1
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
E20 ORGANISASI, ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN PERTANIAN ATAU USAHA TANI 003 BASUKI, R.S. Identifikasi permasalahan dan analisis usaha tani bawang merah di dataran tinggi pada musim hujan di Kabupaten Majalengka. Problems identification and shallots farming analyze in the highland at rainy season in Majalengka District / Basuki, R.S. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 266-275, 12 tables; 22 ref. SHALLOTS; FARMING SYSTEMS; HIGHLANDS; WET SEASON; IDENTIFICATION; PESTS OF PLANTS; PLANT DISEASES; POSTHARVEST TECHNOLOGY; MARKETING; ECONOMIC ANALYSIS; JAVA. Untuk mengurangi impor bawang merah salah satu caranya adalah dengan meningkatkan produksi bawang merah di dataran tinggi pada musim hujan. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan identifikasi permasalahan dan analisis usaha tani bawang merah di musim hujan di dataran tinggi khususnya di Kabupaten Majalengka. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei di Desa Cibunut dan Tejaguna, Majalengka. Dari tiap desa dipilih 30 petani responden. Pemilihan lokasi dan petani dilakukan secara purposive. Data dikumpulkan melalui wawancara individu. Analisis dilakukan menggunakan metode statistik deskriptif dan analisis biaya usaha tani, Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Cibunut umumnya petani menggunakan varietas Maja dan hasilnya dijual untuk benih, sedangkan di Desa Tejaguna petani menggunakan varietas Bali Karet dan hasilnya terutama dijual untuk konsumsi. Permasalahan utama yang dihadapi petani di kedua desa tersebut kurang lebih sama yaitu serangan hama dan penyakit, rendahnya harga bawang merah karena masuknya bawang merah impor, dan kurangnya modal untuk beli pupuk dan pestisida. Hama utama adalah ulat Spodoptera exigua, dan penyakit utarna adalah Alternaria dan Fusarium. Dibandingkan dengan dosis pupuk rekomendasi, dosis pupuk N dan P2O5 yang digunakan petani di kedua desa penelitian terutama di Cibunut, nampaknya berlebihan, sedangkan penggunaan pupuk K2O masih kurang. Sebagian besar petani masih melakukan penyemprotan secara berjadwal menggunakan pestisida campuran. Usaha tani bawang merah di musim hujan bagi petani di Desa Cibunut dan Tejaguna merupakan penghasilan utama yang cukup rnenguntungkan. Keuntungan yang diperoleh petani di Cibunut adalah sekitar Rp 4,2 juta/ha dengan R/C rasio 1,10 dan di Tejaguna sekitar Rp 3,1 juta/ha dengan R/C rasio 1,07. 004 KUSUMASTUTI, T.A. Model integrasi usahatani ruminansia kecil di Deli Serdang, Sumatera Utara. Integrated farming model of small ruminants in Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia / Kusumastuti, T.A. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fakultas Peternakan); Sarim; Masyhuri. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 115-120, 3 tables; 17 ref. GOATS; SHEEP; FEEDING SYSTEMS; PRODUCTIVITY; FARMYARD MANURE; TECHNOLOGY; DIVERSIFICATION. Penelitian bertujuan untuk mengukur nilai tambah ternak kambing dan domba dengan sistem pemberian pakan cut and carry dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak serta nilai tambah pemanfaatan kotoran untuk produktivitas tanaman. Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang dengan menentukan dua kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Tanjung Morawa dan Kecamatan Bangun Purba. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling berdasarkan populasi ternak ruminansia kecil dan luas 2
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
perkebunan sawit yang terdapat di dua kecamatan tersebut. Sampel yang diambil sebanyak 100 sampel terdiri dari 50 responden peternak kambing dan 50 peternak domba yang ada di areal perkebunan kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pemilikan kambing di lokasi penelitian sebanyak 18 - 24 ekor. Penampilan reproduksi kambing dan domba mendekati rata-rata secara umum. Jumlah induk, pakan dari kelapa sawit dan tanaman sela, jenis ternak dan lokasi berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas ternak (P<0,01). Kambing menyumbang kotoran sebanyak 16,86% dan 11,26% dari total pohon kelapa sawit yang ada di Tanjung Murawa dan Bangun Purba, sedangkan domba menyumbang kotoran 21,49% dan 22,56% dari total pohon kelapa sawit. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak maka disarankan untuk menambah populasi ternak, meningkatkan teknologi dan diversifikasi usaha melalui kerjasama dengan badan pemerintah, perguruan tinggi dan swasta. 005 MULYADI, M.T. Implementasi structural equation model (SEM) dalam menganalisis kinerja kemitraan antara penangkar benih dengan petani mitra di Provinsi Jawa Barat. Implementation of structural equation modeling (SEM) to analyze relationship performance among seed breeders and seed growers in West Java Province / Mulyadi, M.T. (Institut Pertanian Bogor. Manajemen dan Bisnis); Arifin, B.; Suroso, A.I. Informatika Pertanian ISSN 08521743 (2014) v. 23(2) p. 107-126, 4 ill., 13 tables; 18 ref. PLANT BREEDERS; FARMERS; PARTNERSHIP; AGROINDUSTRIAL SECTOR; SEED POTATOES.
STATISTICAL
METHODS;
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat, hubungan antara variabel yang sangat komplek dan rumit yang mengalami kendala dalam analisis penyelesaian permasalahannya. Structural Equation Model (SEM) merupakan suatu metode analisis statistik yang mampu mengestimasi hubungan antar variable yang bersifat multiple relationship, pola hubungan antara variabel dengan indikatornya dan kesalahan pengukuran secara bersamaan. Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi implementasi SEM dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemitraan pada rantai pasok agribisnis benih kentang. Sumber data menggunakan hasil survei terhadap 175 penangkar benih dan petani mitra di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat, tahun 2013. Model dirancang dengan mengikuti tahapan pemodelan SEM dan selanjutnya data diolah dengan software Lisrel 8.72. 006 WARYANTO, B. Analisis efisiensi teknis, efisiensi ekonomis dan daya saing pada usaha tani bawang merah di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur: suatu pendekatan ekonometrik dan PAM. Analysis of technical efficiency, economical efficiency and competitiveness in shallots farm in Nganjuk District-East Java Province: an econometrics and PAM method approach / Waryanto, B.; Chozin, M.A.; Dadang; lntan K., E. (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Jakarta). Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 147-158, 1 ill., 9 tables; 29 ref. SHALLOTS; FARMING SYSTEMS; ECONOMIC ANALYSIS; EFFICIENCY; SUSTAINABILITY; PRODUCTION; DOMESTIC CONSUMPTION; QUALITY. Bawang merah merupakan komoditas sayuran penting bagi kebanyakan orang Indonesia. Produksi bawang merah belum mampu memenuhi konsumsi dalam negeri, sebagian kebutuhan konsumsi dalam negeri masih dipenuhi melalui impor. Tantangan untuk menghasilkan bawang merah semakin kompleks, diantaranya: tuntutan yang tinggi dari konsumen terhadap produk berkualitas dan ramah lingkungan, serta persaingan dengan produk sejenis di era perdagangan bebas. Berdasarkan alasan tersebut, telah dilakukan 3
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
penelitian dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah, tingkat efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Nganjuk dengan mengambil 179 responden dari empat kecamatan. Wawancara dilakukan pada bulan Oktober dan November 2013 untuk penanaman musim bulan April Agustus 2013. Metode analisis menggunakan fungsi produksi stochastic frontier, untuk melihat efek dari input pada produksi bawang merah, diikuti dengan analisis efisiensi teknis (ET), efisiensi alokatif (EA) dan efisiensi ekonomis (EE) dan PAM. Variable independen terdiri dari luas lahan (X1), benih (X2), pupuk NPK (X3), pupuk organik (X4), tenaga kerja (X5) dan pestisida (X6). Hasil analisis menunjukkan semua variabel independen signifikan mempengaruhi produksi bawang merah, nilai elastisitas variabel bibit adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 0,2822. Hasil analisis juga diperoleh nilai rata-rata ET sama dengan 0,808 berarti petani telah mencapai tingkat efisien teknis, meskipun ada petani yang masih belum efisien. Akan tetapi efisiensi ekonomis belum tercapai, karena nilai rata-rata EE hanya 0,509. Hasil PAM menunjukkan usaha tani bawang merah pada penelitian ini memiliki keunggulan kompetitif, namun belum memiliki keunggulan komparatif.
E70 PERDAGANGAN, PEMASARAN DAN DISTRIBUSI 007 RUSDIANTO, S.W. Peramalan harga ternak sapi berdasarkan indeks perubahan harga. Cattle price prediction based on price changes index / Rusdianto, S.W.; Mayang, F.S. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, Mataram). Informatika Pertanian ISSN 08521743 (2014) v. 23(2) p. 169-174, 2 ill., 3 tables; 16 ref. COW; FORECASTING; PRICES; ECONOMIC SITUATION. Harga ternak sapi di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung mengalami perubahan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Hal ini menyulitkan peternak untuk memprediksi harga di masa mendatang. Perubahan harga dapat mempengaruhi penerimaan usaha ternak sapi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang dapat meramalkan harga agar dapat menjadi pertimbangan peternak untuk menentukan keputusan berproduksi. Penelitian bertujuan untuk melakukan peramalan harga berdasarkan tingkat harga rata-rata ternak sapi selama satu tahun di NTB. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder harga ternak sapi bulanan, dimana perubahan harga diukur dengan penghitungan indeks, kemudian dilakukan analisis statistik. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode peramalan ini hanya relevan digunakan pada pola perubahan harga bulanan yang memiliki pola relatif sama dalam kurun waktu tertentu. Perubahan harga yang disebabkan oleh faktor eksternal akan membentuk pola yang berbeda dan menyebabkan semakin besar simpangan, sehingga tidak dapat digunakan untuk meramalkan harga sapi di NTB.
E71 PERDAGANGAN INTERNATIONAL 008 SALAM, A.R. Usulan kebijakan importasi teh. Tea import policy recommendation / Salam, A.R. (Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Jakarta. Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 14106507 (2014) v. 17(1) p. 1-9, 1 ill., 2 tables; 14 ref TEA; IMPORTS; POLICIES; CERTIFICATION; QUALITY CONTROLS. Tulisan ini menganalisis kebijakan yang dapat diusulkan terkait importasi teh dalam rangka mengembalikan kinerja teh Indonesia yang lebih baik dan kompetitif. Metode yang 4
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
digunakan adalah analisis prospektif. Dari hasil analisis, kebijakan yang dapat diusulkan adalah kenaikan tarif bea masuk dan non tarif barriers. Kebijakan non-tarif barriers yang diusulkan adalah pengaturan importasi melalui pengaturan importir produsen, penggunaan kemasan berbahasa Indonesia, dan importir tertentu untuk teh sebagai bahan jadi serta kebijakan verifikasi penelusuran teknis impor (VPTI) terhadap importasi semua produk teh dengan spesifikasi teknis untuk serat kasar (b/b) maksimum sebesar 15% dan ekstrak dalam air (b/b) minimum sebesar 33% (SNI) dan sertiflkasi halal.
F01 BUDI DAYA TANAMAN 009 BASUKI, R.S. Evaluasi dan preferensi petani Brebes terhadap atribut kualitas varietas unggul bawang merah hasil penelitian BALITSA. Evaluation and farmers preference attributes againts quality of high yielding varieties shallots released by Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI) / Basuki, R.S.; Khaririyatun, N.; Luthfy (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 276282, 8 tables; 19 ref. ALLIUM ASCALONICUM; SHALLOTS; HIGH YIELDING VARIETIES; QUALITY; FARMERS; AGRONOMIC CHARACTERS; YIELDS; CROP PERFORMANCE. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) telah menghasilkan varietas unggul bawang merah seperti Bima Brebes, Mentes, Katumi, Pancasona, Pikatan, Sembrani, dan Trisula. Namun Balai Penelitian Tanaman Sayuran masih belum mengetahui di antara varietas unggul tersebut varietas mana yang paling baik untuk didiseminasikan secara luas di sentra produksi Brebes dan paling potensial diadopsi petani. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui evaluasi dan preferensi petani Brebes terhadap kualitas varietas bawang merah dari Balitsa. Penelitian dilakukan di Desa Randusari, Brebes, Juli 2012, bersamaan dengan pelaksanaan Jambore Varietas yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. Metode penelitian yang digunakan adalah Farmer Participatory Research (FPR) yang didukung dengan demplot pertanaman. Varietas Balitsa yang ditanam di demplot adalah Bima Brebes, Mentes, Katumi, Pancasona, Pikatan, Sembrani, dan Trisula. Demplot digunakan sebagai petak observasi bagi sembilan petani partisipan, termasuk dua penangkar benih bawang merah. Data demplot yang dikumpulkan adalah data hasil panen ubinan, sedangkan data FPR dikumpulkan dari jawaban tertulis petani partisipan pada kuesioner yang dibagikan peneliti pada saat petani melakukan observasi di demplot. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup menggunakan skala numerik. Daftar pertanyaan mengenai tingkat kepentingan atribut kualitas yang digunakan untuk mengukur keunggulan varietas bawang merah, dan tingkat keunggulan atribut kualitas dari varietas bawang merah dari Balitsa. Analisis data menggunakan analisis perceived quality (PQ) dan analisis tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari demplot diketahui varietas Sembrani produktivitasnya paling tinggi (16,92 t/ha), diikuti Bima Brebes (16,02 t/ha, dan Pikatan (15,66 t/ha). Menurut persepsi petani varietas Bima Brebes mempunyai kualitas paling baik dibanding varietas lainnya. Secara kualitatif, kualitas varietas Bima Brebes 15% di atas kualitas varietas Mentes, 31% diatas Katumi, 23% diatas Pancasona, 35% diatas Pikatan, 10% diatas Sembrani, dan Trisula. Mayoritas petani (67%) menyukai varietas Bima Brebes. Varietas Katumi, Sembrani, dan Trisula masing-masing hanya disukai 11% petani, sedangkan varietas Mentes, Pancasona, dan Pikatan tidak disukai. 010 DIANAWATI, M. Produksi umbi mini kentang secara aeroponik melalui penentuan dosis optimum pupuk daun nitrogen. Minituber production of potato aeroponically by determining 5
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
optimum rate of nitrogen foliar fertilizer / Dianawati, M. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Lembang); Ilyas, S.; Wattimena, G.A.; Susila, A.D. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 47-55, 6 ill., 5 tables; 27 ref. SOLANUM TUBEROSUM; SEED PRODUCTION; AEROPHONICS; NITROGEN FERTILIZERS; FERTILIZER APPLICATION; FOLIAR APPLICATION. Persentase stolon menjadi umbi pada produksi umbi mini kentang secara aeroponik diperkirakan hanya 5-10%, sehingga masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksi umbi mini dengan melakukan induksi pengumbian. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan produksi umbi mini kentang melalui peningkatan induksi pengumbian dengan berbagai dosis pupuk daun nitrogen. Percobaan dilaksanakan di Rumah Plastik di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat pada bulan Desember 2010 - Juli 2011. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu faktor dosis pupuk daun nitrogen yaitu 0, 500, 1000, 2000, dan 4000 ppm N dengan enam ulangan. Pupuk nitrogen yang digunakan ialah Ca(NO3)2 yang diaplikasikan 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk daun nitrogen Ca(NO3)2 dapat meningkatkan produksi umbi mini kentang melalui peningkatan bobot umbi per tanaman sebesar 17%, tetapi belum dapat meningkatkan induksi pengumbian tanaman kentang pada sistem. aeroponik. Dosis optimum pupuk daun nitrogen Ca(NO3)2 untuk bobot umbi/tanaman maksimum 2173 ppm. Peningkatan bobot umbi mini/tanaman pada sistem aeroponik dapat memberikan manfaat sebagai sumber benih. 011 FANIDI, A. Karakter morfologi rumput Benggala (Panicum maximum cv Gatton) yang ditanam menggunakan jenis benih berbeda. Morphological characters of Panicum maximum cv Gatton planted from different source of sapling / Fanidi, A.; Sutedi, E. (Balai Penelitian Ternak, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 1-8, 5 ill., 6 tables; 17 ref. PANICUM MAXIMUM; PLANT BREEDING; SEED; PLANT ANATOMY; YIELDS; NUTRITIVE VALUE. Informasi karakter morfologi dan agronomi rumput Benggala (Panicum maximum) cv Gatton diperlukan dalam kegiatan pemuliaan tanaman pakan ternak. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakter morfologi dan fase generatif dari rumput Benggala kultivar Gatton. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Ternak Ciawi, menggunakan pot berdiameter 40 cm, media tanam tanah Latosol Ciawi. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, dengan 10 ulangan, perlakuan adalah 2 jenis benih: yaitu jenis benih yang berasal dari pols (vegetatif) dan jenis benih yang berasal dari biji (generatif). Tanaman yang digunakan adalah Panicum maximum cv Gatton yang telah dikoleksi dan dievaluasi di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Peubah yang diamati adalah morfologi tanaman, sifat reproduksi, produksi biji/malai (rataan di 3 malai/rumpun) dan kualitas benih. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar karakter morfologi rumput Benggala asal biji dan pols tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), sedangkan waktu berbunga dan waktu matang biji setelah dilakukan pemotongan pada kultivar berasal dari biji nyata lebih cepat (P<0,05) jika dibandingkan dengan kultivar asal pols, begitupun produksi biji pada kultivar yang berasal dari biji nyata lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan kultivar yang berasal dari pols. 012 GUNADI, N. Penggunaan netting house dan mulsa plastik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. Use of netting house and plastic mulch to increase the 6
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
growth and yield of hot peppers / Gunadi, N.; Sulastrini, I. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 36-46, 3 ill., 8 tables; 36 ref. CAPSICUM ANNUUM; VARIETIES; DRY MULCHES; CULTIVATION; GROWTH; YIELDS; PRODUCTION. Dalam rangka mengatasi terjadinya fluktuasi produksi cabai merah sepanjang tahun di Indonesia, maka perlu dicoba salah satu teknik produksi cabai merah yaitu menggunakan netting house. Percobaan untuk mengetahui pengaruh penggunaan netting house dan mulsa plastik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1250 m dpl.) Jawa Barat, April November 2011. Rancangan percobaan menggunakan petak terpisah, sebagai petak utama ialah dua teknik produksi cabai merah (netting house dan di lahan terbuka), Sedangkan anak petak ialah kombinasi varietas cabai merah dan penggunaan mulsa plastik hitam perak. Varietas cabai merah besar yang digunakan yaitu Tanjung-2, Wibawa, dan Hot Beauty, sedangkan perlakuan penggunaan mulsa plastik hitam perak terdiri dari penggunaan mulsa plastik dan tanpa mulsa plastik. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil tanaman, serta jumlah buah yang terserang hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang ditanam di bawah naungan (netting house) lebih tinggi dan mempunyai kanopi yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman cabai merah yang ditanam di lahan terbuka (open field). Penggunaan naungan juga dapat mengurangi jumlah buah yang terserang hama ulat buah dan lalat buah. Tanggap varietas Wibawa terhadap penggunaan naungan (netting house) lebih baik daripada varietas Tanjung-2 dan Hot Beauty yang ditunjukkan dengan peningkatan bobot buah dan jumlah buah melebihi peningkatan bobot buah dan jumlah buah pada varietas Tanjung-2 dan Hot Beauty baik yang menggunakan mulsa plastik maupun yang tidak menggunakan mulsa plastik. Varietas Wibawa dan Hot Beauty yang ditanam di dalam netting house dapat ditanam tanpa menggunakan mulsa plastik, namun varietas Tanjung-2 yang ditanam baik di dalam netting house maupun yang ditanam di lahan terbuka (open field) sebaiknya ditanam menggunakan mulsa plastik. Teknik produksi cabai merah menggunakan netting house dapat direkomendasikan sebagai salah satu alternatif dalam rangka mengurangi fluktuasi produksi cabai merah di Indonesia. 013 HERDIAWAN, I. Analisis produktivitas tanaman Caliandra calothyrsus, Indigofera zollingeriana dan Gliricidia sepium pada lahan kering masam di rumah kaca. Productivity of Calliandra calothyrsus, Indigofera zollingeriana and Gliricidia sepium on acid soil in the Greenhouse / Herdiawan, I.; Sutedi, E. (Balai Penelitian Ternak, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 105-114, 3 ill., 5 tables; Bibliography: p. 112114 CALLIANDRA CALOTHYRSUS; INDIGOFERA; GLIRICIDIA SEPIUM; ACID SOIL; GREENHOUSES; PRODUCTIVITY; BROWSE PLANTS; ACRISOLS; ALUMINIUM. Tanah masam umumnya kurang baik bagi budi daya tanaman, tidak terkecuali untuk leguminosa pohon karena mengandung Al3+ dan Mn2+. Kedua mineral tersebut mungkin bersifat toksik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman Caliandra calothyrsus, Indigofera zollingeriana, dan Gliricidia sepium yang umumnya digunakan sebagai hijauan pakan. Penelitian bertujuan untuk membandingkan daya toleransi dan produktivitas ketiga jenis tanaman pada tanah masam. Tiga jenis tanaman ditanam di rumah kaca dengan media tanam tanah Ultisol dengan pH 4,57 yang diambil dari perkebunan kelapa sawit Sei-Putih, Medan. Percobaan menggunakan 3 jenis tanaman sebagai perlakuan dan diulang sebanyak 12 kali 7
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) menggunakan metode SPSS, program exel, dilanjutkan dengan uji LSD apabila terdapat data yang berbeda nyata. Peubah yang diamati adalah morfologi tanaman, konsentrasi Al3+ pada jaringan tanaman, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah percabangan pada batang, panjang akar, produksi tanaman, kandungan nutrisi, energi, dan kecernaan (in-vitro). Konsentrasi Al3+ pada daun, batang dan akar nyata paling tinggi ditemukan pada G. sepium, sedangkan konsentrasi terendah pada I. zollingeriana. G. sepium tumbuh lebih kerdil, diameter batang tidak berbeda dengan C. calothyrsus, tetapi keduanya lebih rendah dari I. zollingeriana. Jumlah percabangan pada I. zollingeriana, nyata lebih tinggi dibandingkan dengan G. sepium. Panjang akar C. calothyrsus tidak berbeda nyata dengan I. zollingeriana, sedangkan akar G. sepium lebih pendek. Nodulasi akar hanya terbentuk pada I. zollingeriana. Produksi biomassa dan kandungan protein tertinggi, serta nilai kecemaan terbaik dicapai pada I. zollingeriana. Berdasarkan data kandungan Al3+ pada jaringan daun, batang dan akar I. zollingeriana nyata lebih toleran terhadap tanah masam (Ultisol). Daya toleransi tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi biomassa, kandungan nutrisi, dan nilai kecernaan yang lebih baik. 014 ROSLIANI, R. Teknik produksi umbi mini bawang merah asal biji (true shallot seed) dengan jenis media tanam dan dosis NPK yang tepat di dataran rendah. Production technique of shallot bulblet from true shallot seed by the appropriate types of growing medium and NPK fertilization doses in the lowlands / Rosliani, R. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang); Hilman, Y.; Hidayat, I.M.; Sulastrini, I. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 239-247, 2 ill., 4 tables; 20 ref. ALLIUM CEPA; BULBS; SEED; PRODUCTION; GROWING FERTILIZERS; LOWLAND; DIRECT SOWING; GERMINATION.
MEDIA;
NPK
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Umbi mini asal true shallot seed (TSS) dapat menghasilkan umbi-umbi berukuran besar dengan kualitas yang baik. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/bibit bawang merah asal TSS dengan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dataran rendah Subang Mei - Agustus 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial (dua faktor) dengan dua ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis media tanam (arang sekam, kompos, arang sekam + tanah (1:1), arang sekam + kompos (1:1), arang sekam + kompos + tanah (1:1:1)) dan aplikasi pupuk NPK (0, 100, 200, dan 300 kg/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0-100 kg/ha merupakan teknik yang paling baik dalam memproduksi umbi mini di dataran rendah Subang dengan produksi umbi mini (bobot segar 4-5 g/umbi) sebanyak 141-158 umbi mini/m2. Implikasi penelitian adalah umbi mini asal TSS dapat dikembangkan sebagai sumber benih yang lebih sehat dan lebih mudah penanganannya dipenyimpanan dan pengangkutan daripada umbi biasa. 015 WIDIASTOETY, D. Pengaruh auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan planlets anggrek mokara. Effect of auxin and cytokinin on the growth of mokara orchid plantlets / Widiastoety, D. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Pacet, Cianjur). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 230-238, 7 ill., 4 tables; 18 ref. ORCHIDACEAE; ORNAMENTAL PLANTS; PLANT GROWTH SUBSTANCES; IN VITRO CULTURE; AUXINS; CYTOKININS; GROWTH; VITROPLANTS.
8
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Mokara merupakan salah satu jenis anggrek yang disukai konsumen. Pada umumnya budi daya anggrek komersial menggunakan benih berasal dari kultur jaringan. Optimasi media dalam kultur jaringan sangat diperlukan untuk mempercepat penyediaan benih. Salah satu cara untuk mengoptimasi media kultur jaringan yaitu dengan perlakuan zat pengatur tumbuh. Penelitian bertujuan mendapatkan komposisi zat pengatur tumbuh yang tepat dalam mempercepat pertumbuhan planlet. Penelitian dilakukan Mei - November 2013, di Laboratorium Kultur Jaringan Pasar Minggu Jakarta. Bahan penelitian yang digunakan ialah planlet anggrek Mokara ditumbuhkan dalam media Vacin dan Went (VW) yang diberi sitokinin dan auksin. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas (1) kontrol, (2) BAP 1 ppm + NAA 1 ppm, (3) BAP 1 ppm + NAA 1 ppm + 2,4-D 0,1 ppm, (4) BAP 1 ppm, (5) NAA 1 ppm, dan (6) 2,4-D 0,1 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media VW + air kelapa 15% + gula pasir 20 g/l + pisang 75 g/l + charcoal 2 g/I + BAP 1 ppm + NAA 1 ppm + 2,4-D 0,1 ppm memberikan hasil terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi planlet, jumlah daun, panjang daun, dan jumlah akar.
F02 PERBANYAKAN TANAMAN 016 DEVY, N.F. Pembungaan jeruk Kalamondin hasil perbanyakan melalui Embriogenesis Somatik yang disambung pada batang bawah JC. Flowering of Calamondin citrus derived from somatic embryogenesis budded on to JC rootstock / Devy, N.F.; Yulianti, F.; Hardiyanto (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Malang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 21-27, 6 ill., 3 tables; 19 ref. CITRUS MITIS; SEEDLINGS; SOMATIC EMBRYOGENESIS; BUDDING; GRAFTING; ROOTSTOCKS. Fase vegetatif mencakup fase juvenil yang ditandai dengan munculnya percabangan, pertumbuhan duri, serta belum berkembangnya bunga. Karakter ini ditemukan pada periode vegetatif asal biji dan hasil perbanyakan Embriogenesis somatik (SE). Tujuan penelitian ialah mengetahui kemampuan berbunga dan berbuah tanaman jeruk Kalamondin hasil perbanyakan SE yang disambung dengan batang bawah JC setelah 1 tahun ditanam di lapangan. Penelitian pembungaan pada tanaman hasil perbanyakan SE yang disambung dengan batang bawah JC dilakukan di Kebun Percobaan Tlekung, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Februari 2011 - Maret 2012. Tanaman jeruk Kalamondin berasal dari hasil sambungan ex vitro, yaitu batang atas berasal dari embrio kotiledonari dan planlet disambungkan pada batang bawah JC dengan tiga perlakuan, yaitu planlet JC hasil perbanyakan SE yang berumur 4 dan 8 bulan setelah aklimatisasi serta semaian biji umur 8 bulan. Tanaman jeruk Kalamondin hasil sambungan berumur 1 tahun, ditanam di lapangan dan disusun secara RAK dengan tiga ulangan dengan unit percobaaan tiga tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan umur 7 bulan di lapangan, tanaman masih pada fase vegetatif, dengan pertumbuhan tertinggi pada perlakuan Kps yaitu tanaman yang berasal dari planlet Kalamondin yang disambungkan pada semaian JC. Namun, pada bulan kedelapan setelah tanam, pertanaman menunjukkan fase generatif yang ditandai dengan munculnya organ bunga. Jumlah bunga dan buah tertinggi terdapat pada perlakuan tanaman yang berasal dari planlet Kalamondin yang disambungkan pada batang bawah JC hasil aklimatisasi. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa hasil perbanyakan jeruk melalui SE, berupa embrio kotiledonari maupun planlet dapat dimanfaatkan sebagai batang atas yang tumbuh dan berkembang dengan normal di lapangan apabila didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal. 9
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
017 DEWI, I.S. Induksi tunas pada kotiledon dan hipokotil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) melalui organogenesis tak langsung. Hypocotyl and cotyledon-derived shoots of physic nut (Jatropha curcas L) through indirect organogenesis / Dwi, I.S.; Nindita, A. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bagor); Purwoko, B.S.; Efendi, D. Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(3) p. 8996, 7 ill., 5 tables; 17 ref. JATROPHA CURCAS; PLANT PROPAGATION; TISSUE CULTURE; IN VITRO CULTURE; CULTURE MEDIA; ORGANOGENESIS; PLANT GROWTH SUBSTANCES; IAA; BA; HYPOCOTYLS; SHOOTS; COTYLEDONS. Spesies tanaman penghasil metabolit sekunder seperti tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) sangat sulit untuk diperbanyak melalui kultur jaringan. Namun jika metode ditemukan, maka perbanyakan melalui kultur jaringan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam menjamin suplai propagul yang seragam. Auksin dan sitokinin diketahui berperan dalam mengatur perkembangan tunas beberapa tanaman berkayu de novo melalui studi induksi tunas, diferensiasi dan perkembangannya. Tujuan penelitian untuk mendapatkan eksplan dan media MS yang mengandung kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh optimum untuk menginduksi tunas melalui organogenesis tak langsung pada jarak pagar secara in vitro. Rancangan percobaan adalah percobaan faktorial yang disusun secara acak lengkap. Faktor pertama adalah eksplan yang terdiri dari 2 taraf, yaitu kotiledon, dan hipokotil. Faktor kedua adalah 12 taraf media MS yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh IAA (0; 0,05; dan 0,1 mg/l) dan BAP (0; 1,0; 2,0; 3,0 mg/l). Setiap kombinasi perlakuan diulang 20 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi kalus tercepat adalah pada media MS + IAA 0,1 mg/l, yaitu 9,5 hst. Tunas berdaun dapat diinduksi baik dari kotiledon maupun hipokotil. Namun demikian lebih banyak tunas berdaun yang dapat diinduksi dari hipokotil dibandingkan dari kotiledon ketika eksplan ditanam pada media MS + IAA 0,1 mg/l + BAP3,0 mg/l. Tunas-tunas yang diperoleh dari hipokotil dan kotiledon dapat berakar di medium MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh. 018 DEWI, N. Perbanyakan dan konservasi in vitro plasma nutfah talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). In vitro micropropagation and conservation of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) / Dewi, N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor); Purwoko, B.S.; Hanarida, I.; Purwito, A.; Dewi, I.S. Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(3) p. 105-112, 4 ill., 7 tables; 24 ref. COLOCASIA ESCULENTA; IN VITRO REGENERATION; SHOOTS; MICROPROPAGATION; GERMPLASM CONSERVATION; CARBOHYDRATES; TUBERS. Talas merupakan tanaman ubi-ubian yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat alternatif untuk mengantisipasi perubahan iklim. Penggunaan teknologi in vitro dalam konservasi tanaman ubi-ubian belum banyak diterapkan. Sampai saat ini konservasi plasma nutfah talas dilakukan di lapang. Koleksi di lapang rentan terhadap biotik dan abiotik. Penelitian ini terdiri atas 2 kegiatan, yaitu perbanyakan dan konservasi dengan tujuan untuk mendapatkan metode perbanyakan dan penyimpanan talas secara in vitro. Penelitian merupakan percobaan yang disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 6 ulangan. Lima nomor aksesi talas (21, 586, 503, Talas Jahe, dan Lumbu Banten) digunakan sebagai faktor pada kedua kegiatan. Pada kegiatan perbanyakan sebagai faktor kedua adalah 3 jenis komposisi media (MS; MS + 2,9 µM lAA + 4,4 µM BA; dan MS + 2,9 µM lAA + 22,2 µM BA). Sebagai eksplan digunakan mata tunas yang berasal dari umbi anakan. Tunas in vitro yang diperoleh dari 10
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
penelitian perbanyakan digunakan untuk penelitian konservasi. Pada kegiatan konservasi sebagai faktor kedua adalah media MS dengan berbagai konsentrasi manitol (0, 30, 40, dan 50 g/l). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan BA pada media MS + 2,9 µM lAA meningkatkan jumlah anakan talas. Media terbaik untuk perbanyakan talas No. 21 dan Talas Jahe adalah MS + 2,9 µM lAA+ 4,4 µM BA, sedangkan untuk No. 503, Talas Jahe, dan Lumbu Banten adalah MS + 2,9 µM lAA + 22,2 µM BA. Berdasarkan data tinggi tanaman, persentase daun hidup dan umur simpan, media MS konsentrasi manitol 40 g/l merupakan media yang sesuai untuk konservasi in vitro plasma nutfah talas. 019 KUSUMO, H.W. Pengaruh zat pengatur tumbuh akar dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan setek sambung kina (Cinchona ledgeriana Moens) klon Cibeureum 5 di pembibitan. Effect of root growth regulator and bio fertilizer on growth of grafted cutting of Cinchona ledgeriana Moens clon Cibeureum 5 in nursery / Kusumo, H.W. (Universitas Padjadjaran, Bandung. Fakultas Pertanian); Santoso, J. Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(2) p. 105-113, 4 ill., 17 ref. CINCHONIA; BIOFERTILIZERS; PLANT GROWTH SUBSTANCES; GRAFTING; CUTTINGS; PLANT DEVELOPMENTAL STAGES; VEGETATIVE PROPAGATION. Penelitian bertujuan untuk mencari konsentrasi zat pengatur tumbuh akar dan pupuk hayati yang tepat untuk pertumbuhan bibit kina. Penelitian telah dilaksanakan di lahan pembibitan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan enam belas perlakuan hasil kombinasi perlakuan ZPT; empat macam konsentrasi zat pengatur tumbuh akar yaitu 0, 25, 50, dan 75 mg/ml dan empat macam dosis pupuk hayati yaitu 0; 0,5; 1,0; dan 1,5 g/tan. Seluruh kombinasi perlakuan diulang dua kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan ZPT akar pada konsentrasi 50 mg/ml tanpa pupuk hayati (0 g/tan) memberikan pengaruh terbaik terhadap panjang dan volume akar. Sedang pada konsentrasi 75 mg/ml dinilai terlalu tinggi sehingga menyebabkan banyak pertumbuhan yang terhambat, bahkan persentase hidupnya sangat rendah. 020 RACHMAWATI, F. Perbanyakan massa anggrek Dendrobium Gradita 10 secara in vitro melalui embriogenesis somatik. In vitro mass propagation of Dendrobium Gradita 10 orchids via somatic embryogenesis / Rachmawati, F.; Purwito, A.; Wiendi, N.M.A.; Mattjik, N.A.; Winarto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, Pacet, Cianjur). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 196-209, 9 ill., 8 tables; 37 ref. DENDROBIUM; PLANT PROPAGATION; IN VITRO CULTURE; SOMATIC EMBRYOGENESIS; EXPLANTS; SEED PRODUCTION; CULTURE MEDIA. Ketersediaan protokol perbanyakan massa anggrek Dendrobium secara in vitro memiliki peranan penting dalam mendukung pengembangan industri benih di dalam negeri. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknologi perbanyakan massa Dendrobium Gradita 10 melalui embriogenesis somatik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Rumah Kaca Anggrek Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, Pacet, Cianjur, Maret - Desember 2012. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan, yang diujicobakan adalah jenis eksplan, media, periode subkultur, dan kepadatan kalus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun planlet dan media Y2 Murashige Skoog (MS) + 1 mg/l Thidiazuron (TDZ) + 0,5 mg/l N6-benzyladenine (BA) merupakan jenis eksplan dan media terbaik untuk induksi kalus embriogenik hingga 80% dengan waktu pembentukan kalus tercepat (26,3 hari setelah kultur). Proliferasi kalus embriogenik terbaik terdapat pada media Y, MS + 0,3 mg/l TDZ + 0,1 mg/l a-naphthalene acetic acid (NAA) dengan kepadatan kalus 11
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
2-3 g kalus/25 ml medium. Pertumbuhan kalus embriogenik teroptimal terdapat pada periode subkultur yang ke-2. Konversi kalus embriogenik menjadi embrio somatik mencapai 79% pada subkultur ke-3 ditemukan pada media Y, MS + 0,05 mg/l BA. Perkecambahan embrio maksimal dengan 21,7 planlet per gerombol embrio ditemukan pada media Y, MS + 0,05 mg/l BA. Keberhasilan pengembangan teknologi perbanyakan massa anggrek Dendrobium Gradita 10 secara in vitro melalui embriogenesis somatik diharapkan memiliki dampak besar terhadap pengembangan teknologi perbanyakan massa benih untuk jenis Dendrobium yang lain. 021 SHINTIAVIRA, H. Aplikasi modifikasi media generik dalam produksi bibit krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) berkualitas melalui kultur in vitro. [Application of modified generic media on in vitro culture production of qualified chrysanthemum seeds (Dendranthema grandiflora Tzvelev)] / Shintiavira, H.; Rahmawati, I.; Winarto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Pacet, Cianjur). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 220229, 2 ill., 6 tables; 27 ref. DENDRANTHEMA MORIFOLIUM; SEED; QUALITY; IN VITRO CULTURE; SEED PRODUCTION; CULTURE MEDIA; GROWTH; VITROPLANTS. Aplikasi media generik yang lebih murah menggantikan media Murashige dan Skoog (MS) yang mahal dan tetap mampu menghasiikan bibit krisan berkualitas secara masal memiliki pengaruh yang besar terhadap efisiensi produksi benih secara in vitro. Tujuan penelitian adalah mendapatkan media generik yang optimal untuk produksi benih berkualitas pada beberapa varietas krisan secara in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Cipanas Januari - Desember 2011. Perlakuan varietas dan media disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama varietas krisan yaitu Ratnahapsari, Kusumapatria, Cintamani, Sasikirana, dan Kusumaswasti. Faktor kedua adalah modifikasi media generik yaitu (1) Y, MS + 0,1 mg/l IAA sebagai kontrol, (2) 3 g/l Hyponex (20N:20K:20P) + vitamin MS + 0,1 mg/l IAA, (3) 3 g/l Hyponex (20N:20K:20P) dengan 50% air kelapa, (4) 3 g/l Hyponex (20N:20K:20P) + 0,1 mg/l vitamin B kompleks teknis + 0,1 mg/l IAA, (5) 2 g/l Gandasil D + vitamin MS + 0,1 mg/l IAA, (6) 2 g/l Gandasil D dengan 50% air kelapa, (7) 2 g/l Gandasil D + 0,1 mg/l vitamin B kompleks teknis + 0,1 mg/l IAA, dan (8) Y, MS dengan bahan teknis + 0,1 mg/l vitamin B kompleks teknis + 0,1 mg/l IAA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ratnahapsari merupakan varietas yang paling responsif dalam kultur in vitro dan memiliki tinggi tunas hingga 7,2 cm dengan 7,5 jumlah daun per tunas, 4,0 akar per tunas dan 4,6 cm panjang akar, sementara 3 g/l Hyponex + 0,1 mg/l vitamin B kompleks teknis + 0,1 mg/l IAA (M63) merupakan media generik yang paling sesuai untuk menggantikan media MS yang menghasilkan planlet dengan tinggi tunas hingga 7,0 cm, 8,8 jumlah daun per tunas, 3,5 akar per tunas, dan 6,9 cm panjang akar dengan efisiensi biaya sebesar 52,38%. Pada tahap aklimatisasi Sasikirana memberikan hasil yang baik dengan tinggi tanaman mencapai 9,2 cm, 10 daun per tanaman, 5,5 akar per tanaman, dan 7,9 cm panjang akar, Media kultur in vitro krisan menggunakan MG3 merupakan media pertumbuhan terbaik ketika diaklimatisasi menggunakan arang sekam dengan tinggi tanaman mencapai 10,2 cm, 10,4 daun per tanaman, 6,8 akar per tanaman, dan 6,1 cm panjang akar. Keberhasilan aklimatisasi planlet krisan pada kondisi ex vitro berkisar antara 74-99%. 022 WINARTO, B. Pengaruh medium dasar dan amonium nitrat terhadap pembentukan, regenerasi kalus, dan penggandaan tunas hasil kultur anther Anthurium. Effect of basic medium and ammonium nitrate on formation and regeneration of calli and shoot multiplication 12
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
derived from anther culture of Anthurium / Winarto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Pacet, Cianjur). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 9-20, 1 ill., 9 tables; Bibliography: p. 18-20 ANTHURIUM; ANTHER CULTURE; REGENERATION; AMMONIUM NITRATE; CALLUS; SHOOTS; MICROPROPAGATION. Medium dasar dan amonium nitrat merupakan dua komponen penting yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan kultur anther tanaman. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh medium dasar dan konsentrasi amonium nitrat terhadap pembentukan, pertumbuhan, dan regenerasi kalus. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung. Spadix Anthurium andraeanum Linden ex Andre kultivar Tropical dan kalus hasil regenerasinya digunakan dalam penelitian ini. Medium dasar yang digunakan dalam percobaan ini ialah: (1) 1/2 WT, (2) 1/2 NWT, dan (3) NWT, sedangkan konsentrasi amonium nitrat yang diaplikasikan ialah (1) 750 mg/l, (2) 550 mg/l, (3) 413 mg/l, (4) 206 mg/l, dan (S) 103 mg/l. Media penggandaan tunas (MP) pada percobaan ini ialah (1) 0,5 mg/l TDZ, 1,0 mg/l BAP, dan 0,01 mg/l NAA (sebagai kontrol, MP-1), (2) 1,0 mg/l TDZ, 1,0 mg/l BAP, dan 0,01 mg/l NAA (MP-2), (3) 1,5 mg/l TDZ, 1,0 mg/l BAP, dan 0,01 mg/l NAA (MP-3), (4) 1,0 mg/l TDZ, 1,5 mg/l BAP, dan 0,01 mg/l NAA (MP-4), (5) 0,5 mg/l TDZ, 2,0 mg/l BAP, dan 0,01 mg/l NAA(MP-5), (6) 1,0 mg/l BAP dan 0,01 mg/l NAA(MP-6), (7) 0,5 mg/l BAP (MP-7), dan (8) tanpa hormon (MP-8). Percobaan disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAK) dan RAK pola faktorial dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi amonium nitrat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap induksi pembentukan kalus. Konsentrasi 750 mg/l pada 1/2 WT merupakan kombinasi terbaik dengan potensi tumbuh anther mencapai 54% dengan 38% regenerasi anther dan 2,3 kalus per perlakuan. Medium 1/2 WT dan 205 mg/l amonium nitrat merupakan kombinasi perlakuan terbaik untuk pertumbuhan kalus dan pembentukan tunas. Kombinasi ini mampu menstimulasi pertumbuhan kalus hingga 205 mm kubik dengan jumlah tunas terbanyak mencapai 5,2 tunas/eksplan. Medium MP-3 (1/2 WT yang ditambah 1,5 mg/l TDZ, 1,0 mg/l BAP, dan 0,01 mg/l NAA) merupakan kombinasi hormon yang sesuai untuk penggandaan tunas hasil kultur anther Anthurium. Medium 1/2 WT yang ditambah dengan 0,02 mg/l NAA dapat digunakan untuk pengakaran tunas hingga membentuk planlet yang siap untuk aklimatisasi. 023 YUNITA, R. Perbanyakan tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) melalui jalur organogenesis. Propagation of cashew through organogenesis/ Yunita, R.; Mariska, I. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor); Tumilisar, C. Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(3) p. 113119, 4 ill., 8 tables; 16 ref. ANACARDIUM OCCIDENTALE; VEGETATIVE PROPAGATION; ORGANOGENESIS; IN VITRO CULTURE; CULTURE MEDIA; SEEDLINGS; MICROPROPAGATION. Perbanyakan vegetatif melalui kultur in vitro merupakan teknologi yang memiliki potensi untuk penyediaan bibit dalam jumlah yang banyak dan relatif lebih cepat. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui perbanyakan tunas adventif dan tunas lateral (organogenesis). Tujuan penelitian adalah mendapatkan metode propagasi jambu mete melalui organogenesis. Penelitian ini terdiri dari 4 kegiatan utama, yaitu induksi tunas, multiplikasi tunas, perpanjangan tunas, dan induksi akar. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media terbaik untuk induksi tunas adalah MS + BA 0,7 mg/l. Media yang tepat untuk multiplikasi tunas adalah MS + thidiazuron 0,5 mg/l + zeatin 1 mg/l dan untuk perpanjangan tunas adalah 13
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
MS + GA 1 mg/l + zeatin 3 mg/l. Metode terbaik untuk induksi akar adalah induksi perakaran oleh perendaman tunas in vitro dalam larutan IAA 100 mg/l.
F03 PRODUKSI DAN PERLAKUAN BENIH 024 FIRDAUS, J. Deteksi cepat viabilitas benih padi menggunakan gelombang Near Infrared dan model jaringan saraf tiruan. Rapid detection of rice seed viability using near infrared spectroscopy and artificial neural network / Firdaus, J. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu); Hasbullah, R.; Ahmad, U.; Suhartanto, M.R. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 77-86, 6 ill., 2 tables; 20 ref. ORYZA SATIVA; SEED; VIABILITY; INFRARED QUALITY; SEED PRODUCTION; GERMINATION.
SPECTROPHOTOMETRY;
Viabilitas merupakan salah satu parameter penting mutu benih yang dapat diduga melalui daya berkecambah. Saat ini pengujian viabilitas benih padi membutuhkan waktu yang lama (5-14 hari) sehingga menjadi faktor penghambat produksi benih. Alternatif metode pengujian cepat viabilitas benih adalah menggunakan gelombang near infrared (NIR) dan jaringan saraf tiruan (JST) sebagai sistem pemroses data. Penelitian bertujuan untuk mempelajari penggunaan gelombang NIR dan JST dalam menduga viabilitas benih padi. Reflektan NIR pada panjang gelombang 1.000-2.500 nm dari sampel benih padi varietas Ciherang (40 g) digunakan sebagai data masukan dalam membangun model JST. Sebanyak 60 sampel diberi perlakuan accelerated aging untuk memperoleh berbagai tingkat daya berkecambah. Pembangunan model JST dilakukan melalui kalibrasi dan validasi gelombang NIR terhadap parameter viabilitas. Sebagai data masukan JST, reflektan NIR benih diberi pretreatment data berupa normalisasi, turunan pertama, turunan kedua, standard normal variate (snv), dan principal component analysis (PGA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama pengusangan menyebabkan penurunan viabilitas benih, yang diindikasikan juga oleh penurunan protein terlarut dan peningkatan asam lemak bebas. Hal ini ditunjukkan juga oleh intensitas spektra absorban NIR pada wilayah penyerapan protein terlarut dan asam lemak bebas. Model JST terbaik untuk menduga daya berkecambah adalah JST 10PG-5-3 dengan data input berupa reflektan NIR yang diberi pretreatment snv dengan nilai koefisien korelasi validasi 0,8947, nilai ratio performance deviation 2,2359 dan standard error performance sebesar 9,9233%. Penggunaan gelombang NIR dan JST berpotensi digunakan untuk menduga viabilitas benih padi dengan cepat. 025 MULIADI, A. Kendali ketahanan genetik padi terhadap penyakit tungro. Genetic control of rice resistant to tungro disease / Muliadi, A. (Loka Penelitian Penyakit Tungro, Lanrang Rappang Sidrap); Nasrullah; Sumardiyono, Y.B.; Trisyono, Y.A. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 87-92, 6 ill., 2 tables; 22 ref. ORYZA SATIVA; TUNGRO DISEASE; CONTROL; GENETIC RESISTANCE.
DISEASE
RESISTANCE;
GENETIC
Studi genetika ketahanan padi terhadap penyakit tungro dilakukan di Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Varietas padi TN1 digunakan sebagai tetua rentan dan galur OBSTG02-124 sebagai tetua tahan. Dari hasil persilangan tetua tahan dan rentan diperoleh enam kombinasi persilangan yang terdiri atas tetua rentan (P1) sebanyak 55 tanaman dan tetua tahan (P2) 35 tanaman, F1 70 tanaman, F1R 70 14
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
tanaman, BC1-1 100 tanaman, BC1-2 100 tanaman, dan F2 300 tanaman. Pengaruh tetua betina dalam penurunan sifat ketahanan terhadap penyakit tungro diidentifikasi melalui reaksi ketahanan pada tanaman F1 dan resiproknya (F1 R) melalui uji t. Setiap populasi ditanam dalam pot berisi 5 kg tanah. Tamanan berumur 7-10 hari diinokulasi dengan virus tungro isolat Subang menggunakan 4-5 wereng hijau selama 5 jam. Pengamatan gejala visual setiap individu tanaman didasarkan atas skoring sesuai Standard Evaluation System for Rice. Uji ELISA (non precoated I-ELISA) dilakukan pada umur 21 hari setelah inokulasi menggunakan antibodi poliklonal RTSV (S) dan gabungan RTBV dan RTSV (BS). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh tetua betina terhadap pewarisan sifat ketahanan terhadap penyakit tungro. Ketahanan pada galur OBSTG02-124 dikendalikan oleh dua gen resesif komplementer. Nilai heritabilitas sedang mengindikasikan bahwa lingkungan berperan penting dalam menetukan ketahanan genetik galur tersebut terhadap tungro.
F04 PEMUPUKAN 026 ADINUGRAHA, H.A. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit mahoni daun lebar di pesemaian. Effect of sowing method and NPK fertilizer application on growth of seedlings of Swietenia macrophylla King at nursery / Adinugraha, H.A. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan ISSN 1693-7147 (2012) v. 6(1) p. 1-9, 2 ill., 2 tables; 21 ref. SWIETENIA; SOWING; NPK FERTILIZERS; APPLICATION RATES; SEEDLINGS; GROWTH; PLANT NURSERIES. Swietenia macrophylla King adalah salah satu tanaman penghasil kayu pertukangan yang populer di masyarakat Jawa. Dalam rangka meningkatkan produktivitas pembibitan mahoni dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh metode penyemaian benih dan penggunaan pupuk serta dosis pupuk NPK yang terbaik terhadap tingkat pertumbuhan bibit mahoni daun lebar di pesemaian. Perlakuan yang diterapkan meliputi metode penyemaian benih (disapih dan tanpa penyapihan), bentuk pupuk NPK (butiran dan larutan) serta dosis pupuk NPK (0, 0,2 g, 0,4 g dan 0,6 g bibit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyemaian dan bentuk pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata/signifikan terhadap tingkat pertumbuhan bibit mahoni daun lebar, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK sangat berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan bibit yaitu tinggi, diameter, bobot kering semai dan indeks kualitas bibit. Rerata hasil terbaik yang diperoleh pada pemupukan dengan dosis 0,6 g/bibit/bulan yaitu tinggi semai (42 cm), diameter batang bibit (5,15 mm), nilai kekokohan bibit (7,7), berat kering total bibit (5,28 g) dan nilai indeks kualitas bibit (0,38). 027 ANGGRIA, L. Dinamika hara nitrogen dari aplikasi kompos jerami pada tanah tergenang. Nitrogen dynamic from applied rice straw compost in flooded soil / Anggria, L.; Kasno, T.R. (Balai Penelitian Tanah, Bogor). Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 1410-7244 (2014) v. 32(2) p. 89-94, 4 ill., 5 tables; 20 ref. IRRIGATED LAND; RICE STRAW; COMPOSTS; NITROGEN; AMMONIUM; NITRATES; NITROGEN FERTILIZERS; SOIL FERTILITY. Nitrogen adalah pupuk utama untuk meningkatkan produksi beras. Efisiensi penggunaan pupuk nitrogen dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah. Pemahaman mengenai dekomposisi material tanaman adalah sesuatu yang penting untuk lebih baik dalam 15
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
mengelola penambahan bahan organik. Tujuan penelitian untuk mempelajari dinamika hara nitrogen pada tanah sawah dengan penambahan bahan organik (kompos jerami). Penelitian dilakukan di rumah kaca, Balai Penelitian Tanah pada bulan oktober 2010 - Januari 2011. Sampel tanah berasal dari Ciruas, Banten. Analisis amonium dan nitrat dilakukan pada hari ke-14, 20, 30, 40, 50, dan 60 setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa amonium dan nitrat dalam tanah dengan penambahan kompos jerami lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kimia. Umumnya setelah hari ke-20, konsentrasi amonium di dalam tanah menurun untuk semua tingkat perlakuan. Sedangkan konsentrasi nitrat, setelah meningkat pada hari ke-40 konsentrasi menurun hingga hari terakhir (hari ke-60). Konsentrasi nitrogen pada jerami menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kimia lebih tinggi dibanding kompos jerami. Sedangkan konsentrasi N pada gabah padi tidak berbeda nyata. 028 BACHTIAR, T. Pengaruh pupuk kandang dan SP-36 terhadap pertumbuhan tanaman padi sawah. Effect of manure and SP-36 on growth of lowland rice plants / Bachtiar, T.; Waluyo, S.H.; Syaukat, S.H. (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2013) v. 9(2) p. 151-159, 3 ill., 2 tables; 19 ref. ORYZA SATIVA; LOWLAND; GROWTH; ORGANIC FERTILIZERS; PHOSPHATE FERTILIZERS; RESIDUES; NUTRIENT UPTAKE; YIELDS. Sebuah penelitian telah dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (SP-36) dalam berbagai taraf. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa P-total tertinggi diperoleh pada perlakuan A3 (pemberian 50% SP-36 bersama-sama dengan pupuk organik 5 t/ha pada tanah dengan residu 15 t/ha) untuk gabah dan A7 (pemberian 100% pupuk SP-36 pada tanah dengan residu 20 t/ha) untuk jerami. Teknik P-32 yang digunakan mampu menentukan secara kuantitatif P-berasal dari pupuk dan tanah. P berasal dari pupuk yang tertinggi pada gabah dan jerami (%) didapatkan pada perlakuan A7. P berasal dari tanah dalam gabah dan jerami yang tertinggi didapatkan pada perlakuan A0 (%) sedangkan nilai persentase P berasal dari tanah terendah pada gabah dan jerami didapatkan pada perlakuan A7. Pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi berat kering gabah, berat kering jerami, jumlah anakan dan tinggi tanaman. Pemberian pupuk anorganik (SP-36) memberikan pengaruh walaupun tanpa pemberian pupuk organik (kandang). 029 DALIMOENTHE, S.L. Pengaruh media tanam organik terhadap pertumbuhan dan perakaran pada fase awal benih kina (Cinchona ledgeriana Moens) dipersemaian. Effects of organic medium on growth and root formation of Cinchona ledgeriana Moens planting material at early stage of nursery / Dalimoenthe, S.L. (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung). Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(2) p. 57-70, 2 ill., 8 tables; 11 ref. CINCHONA; SEEDS; GROWING MEDIA; ORGANIC FERTILIZERS; GROWTH; ROOTING; SEEDLINGS. Secara umum tanaman kina diperbanyak melalui setek sambung menggunakan media tanah yang terdiri dari tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (subsoil). Dari waktu ke waktu, untuk mendapatkan media tanah tersebut mulai terasa kesulitannya. Guna mengatasi masalah tersebut, perlu dicari alternatif media tanam benih untuk mengurangi penggunaan tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut, dirancang percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), masing-masing perlakuan terdiri dari dua puluh tanaman/ulangan dengan perlakuan menggunakan bahan yang akan digunakan sebagai pengganti tanah, yaitu sabut kelapa, serbuk gergaji dan gambut dikombinasikan dengan 16
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
tanah lapisan atas sebanyak 15% dan 25%. Untuk memperkaya media tumbuh tersebut, ditambahkan pupuk kandang sapi ataupun pupuk yang berasal dari rumput laut sebagai pupuk organik. Penggunaan bahan organik berupa sabut kelapa. sekam padi, serbuk gergaji dan gambut yang diberi pengkaya tanah berupa pupuk kandang kotoran sapi atau rumput laut sebanyak 5% (v/v), mampu menumbuhkan setek sambung kina dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam jenis sabut kelapa, sekam padi, serbuk gergaji dan gambut yang diperkaya dengan pupuk kandang sapi atau rumput laut, memberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk persentase tanaman hidup, tinggi tanaman, diameter batang serta jumlah daun benih tanaman kina dibandingkan dengan penggunaan media tanah. Untuk tinggi tanaman dan jumlah daun, terdapat perbedaan nyata akibat perlakuan pada tiga bulan setelah tanam. Jumlah tanaman berakar pada 3 bulan setelah tanam berkisar antara 33 100%. Secara umum daya regenerasi dan kompatibilitas setek sambung kina yang dicobakan menunjukkan regenerasi atau pertumbuhan sel yang baik serta tidak terlihat adanya inkompatibilitas antara batang atas dan batang bawah yang dicobakan. 030 HERNIWATI Analisis ragam gabungan lintas lokasi pemupukan padi sawah di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Crossed locations combined analysis of variance on rice fertilizing in Gowa, South Sulawesi / Herniwati; Sahardi; Djufry, F. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar). Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 175-184, 4 ill., 12 tables; 21 ref. ORYZA SATIVA; FERTILIZER APPLICATION; FERTILIZER COMBINATIONS; PRODUCTION.
ANALYTICAL
METHODS;
Analisis ragam gabungan merupakan salah satu metode untuk mengetahui interaksi antara perlakuan dengan lingkungan pada kajian yang dilakukan di lahan petani. Analisis ragam gabungan lintas lokasi didasarkan pada data pengkajian pemupukan organik dan anorganik dengan model Yijk = u + L + deltaik + Tj + (LT)ij + epsilonijk yang dilaksanakan di Kabupaten Gowa, April - Agustus 2012. Analisis ragam gabungan dapat diaplikasikan sebagai metode pengujian pemupukan pada lahan petani yang memiliki karakteristik hara berbeda karena dapat mengakomodir pengaruh lahan, perlakuan dan interaksinya. Melalui pemanfaatan analisis ragam gabungan dapat diketahui adanya pengaruh nyata faktor tunggal pemupukan, faktor lahan, serta interaksi keduanya, terhadap beberapa komponen hasil, sedangkan terhadap komponen pertumbuhan tidak menunjukkan adanya interaksi antara keduanya. Berdasarkan analisis ragam gabungan dapat diketahui bahwa pemberian bahan organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produksi padi sawah. Interaksi lahan 1 (L1) dengan pemupukan 5 t pupuk organik/ha + 200 kg Urea/ha + 300 kg NPK/ha (T4) memberikan produksi GKG tertinggi yaitu 8,23 t/ha. 031 MASWAR Pengaruh pupuk kandang dan pupuk buatan terhadap fluks CO2 pada lahan gambut yang didrainase. Effect of manure and chemical fertilizers on CO2 fluxes on drained peatlands / Maswar; Husnain; Agus, F. (Balai Penelitian Tanah, Bogor). Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 1410-7244 (2014) v. 32(2) p. 71-77, 1 ill., 4 tables; 25 ref. PEATLANDS; FARMYARD; MANURES; NPK FERTILIZERS; CARBON DIOXIDE; DRAINAGE. Drainase dan pemupukan pada lahan gambut dapat menstimulasi dekomposisi gambut, sehingga menyebabkan kehilangan karbon terutama dalam bentuk emisi CO2 ke atmosfer. Dua seri percobaan telah dilaksanakan, yang bertujuan untuk melihat pengaruh kotoran hewan sapi (kohe) dan pupuk buatan terhadap fluks CO2 pada lahan gambut yang didrainase. 17
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Penelitian dilaksanakan di Desa Lubuk Ogong, Kecamatan Bandar Seikijang, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau, Oktober 2011 - Januari 2012. Percobaan pertama yaitu membandingkan tiga perlakuan terdiri atas: 1) kontrol (tanpa perlakuan); 2) aplikasi 10 t/ha kohe dan 3) kombinasi 10 t/ha kohe dengan pupuk buatan (urea = 0,1 kg/m2; SP-36 = 0,11 kg/m2; dan KCl = 0,09 kg/m2). Masing-masing perlakuan diulang tujuh kali dengan rancangan acak kelompok. Percobaan kedua merupakan plot berpasangan yang membandingkan antara perlakuan aplikasi pupuk kandang (kotoran sapi) dosis 10 t/ha dengan tanpa pupuk pada lahan gambut yang didrainase. Emisi CO2 dari permukaan tanah ditangkap dengan sungkup tertutup dan konsentrasinya diukur dengan Infrared Gas Analyzer (IRGA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang nyata meningkatkan fluks CO2, namun kombinasinya dengan pupuk buatan tidak nyata meningkatan fluks CO2 bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Setelah dua bulan setelah aplikasi pupuk kandang, nilai rata-rata fluks CO2 10% lebih tinggi dibandingkan plot tanpa pemberian pupuk kandang. Keragaman data hasil pengukuran fluks CO2 di lahan gambut sangat tinggi, baik secara temporal, maupun lintas perlakuan. 032 MULYADI Emisi gas rumah kaca dan hasil gabah dari tiga varietas padi pada lahan sawah tadah hujan bersurjan. Greenhouse gases emission and grain yield from three rice varieties under alternating bed systems of rainfed rice field/ Mulyadi; Wihardjaka, A. (Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jaken Pati). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 116-121, 3 ill., 4 tables; 25 ref. ORYZA SATIVA; VARIETIES; GRAIN; YIELDS; POLLUTANTS; RICE FIELDS; PRODUCTIVITY; HIGH YIELDING VARIETIES; RAINFED. Sistem surjan mengoptimalkan ketersediaan lahan dengan memadukan budi daya tanaman semusim pada bagian tabukan dan tanaman palawija dan/atau tahunan pada bagian guludan. Intensifikasi tanah sawah tadah hujan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman melalui pemanfaatan varietas unggul, pengelolaan air, dan pengelolaan hara, yang berpengaruh terhadap kuantitas produksi dan pelepasan gas rumah kaca (GRK) terutama metana (CH) dan karbon dioksida (CO2), Percobaan dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan di Pati, Jawa Tengah untuk mengetahui emisi GRK dan hasil gabah dari tiga varietas padi unggul yang diberi kotoran sapi pada ekosistem sawah tadah hujan berbasiskan surjan. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan, dengan enam perlakuan kombinasi kotoran sapi dan varietas padi unggul. Takaran pupuk kandang 5 t/ha dan 30 t/ha, sedang varietas padi adalah Inpari 1, Inpari 6, Ciherang. Data yang diamati meliputi hasil gabah, fluk CH dan CO2, dan pH tanah. Varietas Inpari 6 yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang 5 t/ha menghasilkan emisi GRK lebih tinggi dibandingkan jika dikombinasikan dengan pupuk kandang 30 t/ha, sedangkan emisi GRK pada perlakuan kombinasi varietas Ciherang dengan pupuk kandang 5 t/ha adalah lebih rendah dibandingkan perlakuan kombinasi varietas Ciherang dengan pupuk kandang 30 t/ha. Varietas Inpari 1 menghasilkan emisi GRK paling rendah baik dengan pemberian pupuk kandang 5 t/ha maupun 30 t/ha. Hasil gabah rata-rata dari varietas Inpari 1, Inpari 6, dan Ciherang pada ekologi sawah tadah hujan masing-masing adalah 6,27; 6,01; 5,70 t/ha, Pelepasan GRK di perakaran varietas padi tergantung ketersediaan bahan organik dalam tanah yang efektif digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba pembentuk GRK. 033 RIVAIE, A.A. Penentuan kebutuhan nitrogen tanaman jagung (Zea mays L.) pada berbagai jarak tanam dalam tumpangsari dengan kacang tanah (Arachis hypogaea) di lahan kering Maluku Tengah. Determination of nitrogen requirement for maize (Zea mays L.) at different planting spacings within intercropping pattern with peanut (Arachis hypogaea 18
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
L.) on dryland of Central Maluku / Rivaie, A.A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, Ambon). Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 139-146, 4 ill., 6 tables; 29 ref. ZEA MAYS; ARACHIS HYPOGAEA; CROPPING PATTERNS; NITROGEN FERTILIZERS; CULTIVATION; CLIMATIC CHANGE; DRY FARMING; LAND PRODUCTIVITY. Sebagian besar masyarakat di Kepulauan Maluku sejak lama terbiasa mengkonsumsi pangan non-beras, antara lain palawija terutama umbi-umbian dan jagung. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan non-beras didukung oleh ketersediaan teknologi budi daya tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim. Pola tanam tumpangsari merupakan salah satu langkah yang tepat untuk meningkatkan produksi dengan luas lahan yang terbatas. Telah dilakukan percobaan pola tumpangsari jagung/kacang tanah yang bertujuan untuk menentukan dosis Nitrogen (N) yang optimum bagi tanaman jagung pada berbagai jarak tanam dalam pola tumpangsari dengan kacang tanah di lahan kering Maluku Tengah. Percobaan lapangan disusun dalam rancangan petak terbagi (split-plot design) yang diulang 3 kali. Jarak tanam jagung sebagai petak utama, yaitu: (i) J1 = 80 cm x 25 cm, 6 baris jagung, 2 baris kacang tanah, (ii) J2= 160 cm x 25 cm, 3 baris jagung, 4 baris kacang tanah, dan (iii) J3 = 240 cm x 25 cm, 2 baris jagung, 6 baris kacang tanah. Dosis N (kg/ha) sebagai anak petak, yaitu: (i) N0 = 0-0-0, (ii) N1 = 45-50-60, (iii) N2 = 90-50-60, (iv) N3 = 135-5060, dan (v) N4 = 180- 50-60. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tinggi tanaman, lingkaran tongkol dan produksi jagung yang ditanam pada berbagai jarak tanam dalam pola tumpangsari di Makariki, Maluku Tengah dipengaruhi oleh pemupukan N. Pemupukan meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung dengan mengikuti pola kuadratik. Penggunaan jarak tanam jagung J atau 80 cm x 25 cm pada tumpangsari dengan kacang tanah yang membutuhkan pemberian N optimum sebanyak 302 kg urea/ha memberikan produksi jagung pipilan kering tertinggi dibandingkan jarak tanam lainnya. 034 SETIAWATI, M.R. Perbandingan efektivitas pupuk hayati konsorsium dan pupuk hayati endofitik terhadap produktivitas dan kesehatan tanaman teh menghasilkan klon GMB7. The comparison of effectivity from consortium biofertilizer and endhophytic biofertilizer on productivity and health of clone mature GMB7 tea crop / Setiawati, M.R. (Universitas Padjadjaran, Bandung. Fakultas Pertanian); Wulansari, R.; Pranoto, E. Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(2) p. 71-82, 2 ill., 3 tables; 24 ref. CAMELLIA SINENSIS; BIOFERTILIZERS; INORGANIC FERTILIZERS; AZOTOBACTER; AZOSPIRILLUM; PRODUCTIVITY; PLANT NUTRITION; CLONES; PLANT INTRODUCTION. Penelitian bertujuan untuk membandingkan efektivitas pupuk hayati konsorsium dengan pupuk hayati endofitik untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan tanaman teh menghasilkan klon GMB7. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung Blok A7. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2013. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK), sepuluh perlakuan dengan tiga ulangan terdiri atas: A1H0 = pupuk anorganik (75%), A2H0 = pupuk anorganik (50%), A1H1 = pupuk anorganik (75%) + 2 liter pupuk konsorsium, A1H2 = pupuk anorganik (75%) + 4 liter pupuk konsorsium, A2H1 = pupuk anorganik (50%) + 2 liter pupuk konsorsium, A2H2 = pupuk anorganik (50%) + 4 liter pupuk konsorsium, A1H3 = pupuk anorganik (75%) + 2 liter endofitik, A1H4 = pupuk anorganik (75%) + 4 liter endofitik, A2H3 = pupuk anorganik (50%) + 2 liter endofitik dan A2H4 = pupuk anorganik (50%) + 4 liter endofitik. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata diantara tiap 19
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
perlakuan terhadap jumlah pucuk peko, sedangkan variabel yang lain tidak ada perbedaan yang nyata. Secara keseluruhan pemberian pupuk hayati konsorsium menghasilkan produksi pucuk 15,36% lebih tinggi dan aplikasi pupuk hayati endofitik menghasilkan produksi pucuk 21,93% bila dibandingkan kontrol (tanpa pupuk hayati). Jika dibandingkan dengan pemetikan pendahuluan jumlah peko dari bulan Juli - September menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan, begitu pula jumlah pucuk burung. 035 SUHERMAN, O. Pengaruh jumlah daun pemeliharaan matang fisiologis dan frekuensi aplikasi pupuk pelengkap cair (PPC) terhadap perkembangan hama utama empoasca, gulma dan produksi teh klon GMB7 (Camellia sinensis (L.) Kuntze). Effect of the number of physiologically mature maintenance leaves and the frequency of foliar fertilizer application on the growth of empoasca, weeds, and the yield of clone GMB7 tea crop (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) / Suherman, O. (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung). Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(2) p. 89-104, 3 ill., 7 tables; 15 ref. CAMELLIA SINENSIS; LEAVES; LIQUID FERTILIZERS; MATURATION; EMPOASCA; WEEDS; PRODUCTION; CLONES.
LEAF
FALL;
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara perlakuan jumlah daun pemeliharaan matang fisiologis pada petikan jendangan dan jumlah aplikasi pupuk pelengkap cair (PPC) terhadap perkembangan hama utama empoasca, gulma dan produksi tanaman teh klon GMB 7. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan, Blok A4, Afdeling Gambung Utara Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Desa Mekarsari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, pada ketinggian 1.300 m dpl. Curah hujan rata-rata 3.035 mm/th dan termasuk curah hujan tipe B menurut Schmidt dan Fergusson (1951), jenis tanah Latosol dengan pH 5,9. Penelitian dilakukan pada bulan September 2011 - Jull 2012, menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jumlah daun pemeliharaan matang fisiologis pada pemetikan jeodaogan (A) yang terdiri dari tiga taraf perlakuan: a0 = 3 daun. a1 = 5 daun, a2 = 7 daun. Faktor kedua adalah frekuensi aplikasi pupuk pelengkap cair (B) yang terdiri dari tiga taraf: b0 = tanpa aplikasi, b1 = 1 kali, dan b2 = 2 kali. Hasil percobaan menunjukkan tidak terjadi interaksi antara jumlah daun pemeliharaan matang fisiologis dan aplikasi pupuk pelengkap cair terhadap intensitas serangan empoasca. Pengaruh mandiri jumlah 5 daun matang fisiologis dan satu kali aplikasi pupuk pelengkap cair telah cukup efektif dalam menekan serangan hama empoasca dan gulma. Terjadi interaksi antara jumlah daun pemeliharaan matang fisiologis dan aplikasi pupuk pelengkap cair terhadap produksi pucuk pada umur 10-12 minggu setelah penentuan daun pemeliharaan matang fisiologis. Jumlah 5 daun matang fisiologis dengan satu tali aplikasi pupuk pelengkap cair yang menghasilkan ILD rata-rata sebesar 3,0087, dengan persamaan regresi Y^-a1b1 = -0,1923 + 0,0237 X; R^2 = 0,8979 telah cukup baik terhadap penekanan pertumbuhan gulma, serangan hama utama empoasca dan meningkatkan produksi pucuk. 036 SUHERMAN, O. Pengaruh pemupukan kalium terhadap perkembangan populasi hama tungau jingga (Brevipalpus phoenicis Geijskes) pada tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Effect of potassium (K) on the development of scarlet mite (Brevipalpus phoenicis Geijske) population at tea crop (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) / Suherman, O. (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung). Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(1) p. 39-46, 2 tables; 14 ref.
20
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
CAMELLIA SINENSIS; PESTS OF PLANTS; BREVIPALPUS PHOENICIS; POTASH FERTILIZERS; FERTILIZER APPLICATION. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemupukan kalium (K) terhadap perkembangan hama tungau jingga dan pertumbuhan tanaman teh muda. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca proteksi Tanaman Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Jawa Barat, mulai bulan Desember 2011 - Juli 2012. Ketinggian tempat < 1.250 m dpl dengan jenis tanah Andisol dan pH 5,6 - 6,0. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan percobaan adalah (1) kontrol tanpa perlakuan; (2) pupuk kalium (K) 30 kg/ha/th; (3) pupuk kalium (K) 40 kg/ha/th (standar); (4) pupuk kalium (K) 50 kg/ha/th; (5) pupuk kalium (K) 60 kg/ha/th; (6) pupuk kalium (K) 70 kg/ha/th; (7) pupuk kalium (K) 80 kg/ha/th; (8) pupuk kalium (K) 90 kg/ha/th; (9) pupuk kalium (K) 100 kg/ha/th. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan kalium pada dosis 70 - 100 kg/ha/th telah cukup efektif dalam menekan perkembangan populasi tungau jingga (B. phoenicis) dan meningkatkan jumlah daun sebagai indikasi meningkatnya kelas bibit bila dibandingkan dosis standar (40 kg/ha/th) dan kontrol pada tanaman belum menghasilkan (TBM). 037 SYAFIKA HAQ, M. Pengaruh pupuk daun terhadap hasil dan komponen hasil pupuk tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntzevar. Assamica (Mast.) Kitamura). Effect of foliar fertilizer application on yield, and yield components of tea (Camellia sinensis Var. Assamica (Mast.) Kitamura) / Syafika Haq, M.; Rachmiati, Y.; Karyudi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Bandung). Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(2) p. 47-56, 4 ill., 5 tables; 14 ref. CAMELLIA SINENSIS; FERTILIZER APPLICATION; FOLIAR APPLICATION; YIELD COMPONENTS; PRODUCTIVITY. Penelitian mengenai pengaruh aplikasi beberapa level konsentrasi pupuk daun (29% N, 10% P2O5, 10% K2O, 3% MgO, 5% SO3, dan unsur hara mikro 0,010% B, 0,0075% Cu, 0,026% Fe, 0,032% Mn dan 0,023% Zn) setelah pemetikan terhadap pertumbuhan dan hasil pucuk teh (Camellia sinensis) telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina pada ketinggian 1.350 m dpl pada tanah Andisol bulan Agustus - November 2013 menggunakan klon GMB 7. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diuji meliputi level konsentrasi pupuk daun yang berbeda yaitu 1) konsentrasi 0% sebagai kontrol, 2) konsentrasi 2%, dan 3) konsentrasi 4%. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan produksi tanaman yang meningkat signifikan yaitu perlakuan kontrol (465,25 g/10 tanaman) dibandingkan dengan konsentrasi 2% (564,58 g/10 tanaman) dan 4% (573,46 g/10 tanaman). Peningkatan pertumbuhan dan hasil pucuk disebabkan oleh pertambahan titik pemetikan, bobot, jumlah peko,dan pertambahan panjang daun.
F06 IRIGASI 038 ZAKARIA, A.K. Dampak rehabilitasi jaringan irigasi perdesaan terhadap adopsi teknologi budi daya padi. Impact of rehabilitation the rural irrigation canal on technology adoption in rice cultivation / Zakaria, A.K. (Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 102-108, 8 tables; 20 ref. 21
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
ORYZA SATIVA; CULTIVATION; INNOVATION ADOPTION; TECHNOLOGY; CANALS; IRRIGATION SYSTEMS; RURAL AREAS; PRODUCTION; PRODUCTIVITY; FARM INCOME. Rehabilitasi jaringan irigasi perdesaan menjadi kegiatan yang sangat penting untuk mengefisienkan pemanfaatan sumber daya air dalam rangka meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani. Keberhasilan peningkatan produktivitas padi pencerminan atas partisipasi petani dalam mengadopsi teknologi di tingkat usaha tani. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi tingkat adopsi teknologi dalam usaha tani padi. Penelitian dilaksanakan di Majalengka, Jawa Barat, pada tahun 2012 menggunakan metode survei. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara kepada 44 petani responden dengan pengisian kuesioner terstruktur. Data diolah secara sederhana dengan tabulasi silang dan untuk mengukur tingkat kelayakan usaha tani digunakan Gross R/C rasio, profitabilitas, dan titik impas/BEP serta analisis anggaran parsial. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah rehabilitasi jaringan irigasi dan pasokan air terjamin, petani termotivasi mengadopsi teknologi unggulan dalam budi daya padi yang dikelolanya. Adopsi teknologi padi di tingkat petani pada saat ini sudah optimal dan secara ekonomis layak diusahakan dengan nilai R/C 1,98 dan 2,15 serta tingkat profitabilitas 49,6% dan 53,5%. Hasil analisis parsial diperoleh marginal B/C 2,59 dan pemakaian padi varietas Ciherang menguntungkan.
F07 PENGOLAHAN TANAH 039 RETNO D.L., T. Bioremediasi lahan tercemar limbah lumpur minyak menggunakan campuran bulking agents yang diperkaya konsorsia mikroba berbasis kompos iradiasi. Bioremediation of oil sludge contaminated soil using bulking agent mixture enriched consortia of microbial inoculants based by irradiated compost / Retno D.L., T.; Mulyana, N. (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2013) v. 9(2) p. 139-150, 7 ill., 2 tables; 22 ref. POLLUTED SOIL; BULKING AGENTS; IRRADIATION; COMPOSTS; DEGRADATION; BIOREMEDIATION; HYDROCARBONS; ASPERGILLUS NIGER; PSEUDOMONAS AERUGINOSA; BACILLUS SPHAERICUS; BACILLUS CEREUS. Campuran bulking agent diperkaya konsorsia inokulan mikroba berbasis kompos iradiasi digunakan untuk mendegradasi lahan tercemar hidrokarbon dalam skala mikrokosmos. Pengomposan selama 42 hari dilakukan dengan campuran bahan bulking agent (serbuk gergaji, sludge sisa biogas dan kompos) sebesar 30%, lumpur minyak bumi (oil sludge) sebesar 20% dan 50% tanah. Campuran 80% tanah dan 20% oil sludge digunakan sebagai kontrol. Kompos iradiasi digunakan sebagai carrier bagi konsorsia inokulan mikroba (F + B) pendegradasi hidrokarbon. Variasi perlakuan meliputi A1, A2, B1, B2, C1, C2, D1 dan D2. Parameter proses yang diamati meliputi: suhu, pH, kadar air, TPC (Total Plate Count) dan% degradasi TPH (Total Petroleum Hydrocarbon). Kondisi optimal dicapai pada remediasi cemaran oil sludge 20% menggunakan perlakuan B2 yakni dengan penambahan konsorsia inokulan mikroba berbasis kompos iradiasi dalam 30% serbuk gergaji (Bulking agent) pada konsentrasi tanah 50% dengan efisiensi degradasi TPH optimal sebesar 8l,32%. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa bioremediasi selama 42 hari menggunakan campuran bulking agents serbuk gergaji dan kompos iradiasi yang diperkaya dengan konsorsia mikroba dapat mendegradasi hidrokarbon awal dengan distribusi rantai karbon C-7 sampai C-54 menjadi hidrokarbon dengan distribusi rantai karbon C-6 sampai C-8.
22
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
F08 POLA TANAM DAN SISTEM PERTANAMAN 040 AMINAH, I.S. Tumpangsari jagung (Zea mays L.) dan kedelai (Glycine max L.Merrill) untuk efisiensi penggunaan dan peningkatan produksi lahan pasang surut. Intercroppinq of maize (Zea mays L.) and soybean (Glycine max L. Merrill) for land use efficiency and increased production of tidal swamps / Aminah, I.S. (Universitas Sriwijaya, Palembang .Fakultas Pascasarjana); Budianta, D.; Munandar; Perto, Y.; Sodikin, E. Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 1410-7244 (2014) v. 32(2) p. 119-128, 3 ill., 8 tables; 39 ref. ZEA MAYS; GLYCINE MAX; LAND USE; BIOFERTILIZERS; PRODUCTION INCREASE.
INTERCROPPING;
SPACING;
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola tanam optimal melalui pengaturan jarak tanam dengan pemberian pupuk hayati pada tumpangsari jagung dan kedelai. Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Banyuurip, Sumatera Selatan dalam dua Musim Tanam (MT) pada bulan Mei - November 2012 dan 2013. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot design) dengan petak utama adalah komposisi jarak tanam Jagung (J)-Kedelai (K) yaitu JK 1:3, 1:2, 1:1, dengan anak petak berupa pemberian pupuk hayati (0, BioiP, Azospirillum, dan BioP + Azospirillum) dengan tiga ulangan. Sistem monokultur jagung dan kedelai dijadikan sebagai kontrol. Selama dua MT terjadi peningkatan hasil pipilan jagung pada perlakuan JK 1:3 hingga 140%, sedangkan kedelai terjadi peningkatan 16%. Pemberian pupuk hayati pada perlakuan JK 1:3 mampu meningkatkan NKL hingga 14 %. NKL berbeda tidak nyata pada MT 2012 dan MT 2013, sedangkan pada perlakuan JK 1:1 terjadi penurunan hasil pipilan yang sangat nyata hingga 35,3% dengan CR (rasio kompetisi) tertinggi yaitu 7,25%. Serapan hara N, P, dan K berbeda sangat nyata hanya pada tanaman jagung dan berbeda nyata pada tumpangsari kedelai.
F30 GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN 041 ENGGARINI, W. Karakterisasi segmen genom tetua donor pada populasi silang balik BC; dan BC4 Way Rarem x Oryzica Llanos-5 dengan bantuan marka SNP. Characterization of donor genome segments of BC2 and BC4 Way Rarem x Oryzica Llanos-5 progenies detected by SNP markers / Enggarini, W. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor); Sutjahjo, S.H.; Trikoesoemaningtyas; Sujiprihati, S.; Widyastuti, U.; Trijatmiko, K.R.; Moeljopawiro, S.; Bustaman, M.; Cruz, C.V. Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(1) p. 1-7, 3 ill., 2 tables; 18 ref. ORYZA; GENOMES; PLANT BREEDING; BACKCROSSING; INTROGRESSION; GENOTYPES; GENETIC MARKERS; DNA; CHROMOSOMES. Silang balik diterapkan pemulia tanaman untuk mentransfer karakter yang diinginkan dari tetua donor kepada tetua penerima. Dengan beberapa kali silang balik dapat diperoleh progeni yang memiliki sebagian besar proporsi genom yang telah kembali pada tetua penerima tetapi sebagian kecilnya merupakan introgesi dari tetua donor yang diinginkan. Pendugaan proporsi segmen donor pada populasi silang balik telah banyak dilakukan dengan menggunakan simulasi teori matematika. Pada penelitian dilakukan analisis proporsi segmen introgresi donor langsung pada populasi hasil silang balik lanjut, BC2F7 dan BC4F2 Analisis dilakukan dengan menggunakan satu set marka Single Nucleotide Polymorphism (SNP) yang mencakup semua kromosom padi. Dari 384 marka SNP yang digunakan terdapat sebanyak 124 marka yang polimorfis terhadap Way Rarem dan tetua donor, Oryzica Llanos-5. Namun 23
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
hanya 55 marka yang dapat mendeteksi adanya alel Oryzica Llanos-5 pada individu BC2F7 dan BC4F2. Hasil analisis menunjukkan bahwa ratarata jumlah segmen donor sebesar 14,5 pada BC2F7 dan 12,3 pada BC4F2. Terjadi penurunan jumlah segmen donor sebesar 15% dari BCzF7 ke BC4F2. Rata-rata panjang segmen donor sebesar 31,2 cM (centiMorgan) pada BC2F7 dan 8,79 cM pada BC4F2. Terdapat penurunan panjang segmen donor sebesar 72% setelah dua kali proses silang balik. Rata-rata ukuran genom donor sebesar 343,95 cM pada BC2F7 dan 71,35 cM pada BC4F2. Terdapat penurunan ukuran genom donor sebesar 79% dari BC2F7 ke BC4F2. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan metode yang lebih sederhana untuk mengetahui komposisi segmen genom target yang diinginkan dari tetua donor, yang dibutuhkan sebagai salah satu kriteria seleksi dalam program silang batik. 042 HANDAYANI, T. Pengujian stabilitas membran sel dan kandungan klorofil untuk evaluasi toleransi suhu tinggi pada tanaman kentang. Cell membrane stability assay and chlorophyll content measurement to evaluate heat stress tolerance on potato / Handayani, T. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang); Basunanda, P.; Murti, H.R.; Sofiari, E. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 28-35, 1 ill., 4 tables; 21 ref. SOLANUM TUBEROSUM; CHLOROPHYLLS; CELL MEMBRANES; STABILITY; HEAT TOLERANCE. Cekaman suhu tinggi memengaruhi proses fisiologis tanaman dan stabilitas membran sel. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi sifat toleran terhadap cekaman suhu tinggi pada kentang dengan menguji stabilitas membran sel dan kandungan klorofil. Pengujian terhadap 13 varietas dan 7 klon kentang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Fisiologi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, April - Juli 2012. Uji stabilitas membran sel dilakukan melalui pengukuran pelepasan elektrolit akibat kerusakan membran sel oleh suhu tinggi, sedangkan kandungan klorofil diukur menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Cipanas, serta klon CIP 390663.8, CIP 392781.1, CIP 394613.139, dan CIP 395195.7 (planlet dan tanaman di rumah kasa), Merbabu 17 (planlet), serta klon CIP 394614.117 dan varietas Ping 06 (tanaman di rumah kasa) mengalami kerusakan membran sel di bawah 40%. Cekaman suhu tinggi juga menyebabkan penurunan kandungan klorofil. Penurunan total klorofil yang tinggi (60,2069,15%) terjadi pada varietas Erika, Manohara, Margahayu, Repita, dan Tenggo, serta klon N.1. Klon CIP 395195.7 dan varietas Ping 06 memiliki kandungan total klorofil yang tinggi pada kondisi suhu tinggi, dengan penurunan total klorofil akibat suhu tinggi yang kecil. Genotip-genotip yang memiliki persentase kerusakan membran sel kecil, kandungan total klorofil yang tinggi, dan penurunan kandungan klorofil yang kecil, diduga memiliki sifat toleran terhadap cekaman suhu tinggi. 043 HENDRATI, R.L. Keunggulan provenans adaptif Eucalyptus occidentalis pada uji tergenang dan bergaram. Outstanding performances of adaptive Eucalyptus occidentalis provenances under waterlogging and salinity trials / Hendrati, R.L. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan ISSN 1693-7147 (2012) v. 6(1) p. 37-47, 3 tables; 24 ref. EUCALYPTUS; SALINITY; WATERLOGGING; GROWTH; CROP PERFORMANCE.
PROVENANCE;
SELECTION;
Penggenangan dan salinitas di berbagai daerah di dunia disebabkan karena berbagai hal termasuk iklim, geologi, irigasi dan hilangnya vegetasi alam. Air tanah yang membawa 24
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
garam-garam ke permukaan menyebabkan salinitas pada lapisan perakaran tanaman. Penanggulangan fisik dan vegetasi sering dilakukan untuk mengantisipasinya, namun penggunaan vegetasi yang tahan pada lokasi bergaram, meskipun lama, terhitung lebih murah serta lebih menunjang proses rehabilitasi lahan setempat. E. occidentalis, spesies bertoleransi tinggi terhadap kondisi tergenang dan bergaram, perlu diujikan sebagai spesies alternatif untuk penanaman di daerah tersebut. Koleksi materi genetik dari berbagai populasi di sebaran alaminya dicobakan untuk mendapatkan provenans yang paling toleran. Pada penelitian ini seleksi dilakukan baik pada kondisi terkontrol maupun di lapangan. Dua pengujian dilakukan dengan 9 provenans E. occidentalis pada konsentrasi garam 300 mM dilanjutkan dengan pengujian sampai ke level garam air laut (550 mM NaCl). Provenans dari materi genetik yang sama juga ditanam di 3 lokasi, yaitu di Roberts, Sandalwindi dan Kirkwood dengan level kadar garam yang berlainan. Pada konsentrasi garam 300 mM, pertumbuhan E. occidentalis terbukti tidak terganggu sehingga level ini terlalu rendah untuk pelaksanaan seleksi. Sedangkan level 550 mM menimbulkan tekanan tinggi terhadap pertumbuhan tanaman sehingga perbedaan antar provenans terlihat jelas. Perbedaan terhadap tekanan garam tinggi ini diperoleh pada uji terkontrol dan uji lapangan. Provenans Red Lake Siding dan Grass Patch yang berasal dari kondisi paling ekstrim di daerah kering di sekitar danau bergaram, menunjukkan kemampuannya yang terbaik pada kondisi garam tinggi di kedua uji. 044 KIRANA, R. Persilangan cabai merah tahan penyakit antraknosa (Colletotrichum acutatum). Crossing of resistance to anthracnose (Colletotrichum acutatum) in pepper / Kirana, R.; Kusmana; Hasyim, A.; Sutarya, R. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 189-195, 4 ill., 3 tables; 28 ref. CAPSICUM ANNUUM; DISEASE RESISTANCE; COLLETOTRICHUM; HYBRIDIZATION; GENOTYPES; QUALITY; SEED; GERMINATION. Perakitan varietas cabai tahan penyakit antraknosa relatif memerlukan waktu yang lama, tetapi varietas tahan antraknosa tetap penting diwujudkan sebagai kontribusi bidang pemuliaan tanaman untuk menurunkan tingkat pemakaian pestisida oleh petani, menjaga keseimbangan lingkungan, dan menyediakan produk yang aman bagi konsumen. Penelitian ini bertujuan menyeleksi tetua tahan antraknosa dan mengetahui keberhasilan persilangan antara tetua tahan dengan varietas Balitsa yaitu Kencana dan Tanjung-2 dalam rangka memperluas keragaman genetik ketahanan terhadap antraknosa sebagai bahan dasar untuk program seleksi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Januari-Juli 2013. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama adalah pemilihan tetua di laboratorium mikologi dan tahap kedua adalah persilangan antara tetua tahan dan tetua rentan di rumah kasa. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama ialah pengujian ketahanan enam tetua di laboratorium mikologi yang didisain menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Tahap kedua adalah persilangan antara tetua tahan dan tetua rentan di rumah kasa, tetua betina dan jantan ditanam menggunakan RAL faktorial dengan lima ulangan. Faktor pertama ialah tetua betina yang terdiri atas dua varietas yaitu Kencana dan Tanjung-2, dan faktor kedua adalah tetua jantan yang terdiri atas empat genotip hasil introduksi yaitu AVPP 0207, AVPP 0407, pp 0537-7558, dan Perisai. Berdasarkan hasil pengujian tingkat ketahanan terhadap antraknosa di laboratorium, AVPP 0207 dan Perisai diketahui tahan terhadap antraknosa (Colletotrichum acutatum). Persilangan empat tetua jantan donor tahan antraknosa dengan dua tetua betina varietas Balitsa (Kencana dan Tanjung-2) telah dilaksanakan tanpa adanya barrier. Keberhasilan persilangan dan pembentukan biji sangat dipengaruhi oleh tetua betina dan tidak dipengaruhi oleh tetua jantan. Kisaran keberhasilan persilangan antara 37,1667,64%, sedangkan benih bemas yang dihasilkan bervariasi antara 269-784 benih/tanaman. 25
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Daya berkecambah benih hasil persilangan berkisar antara 68-96%. Persilangan dengan tetua betina Kencana menghasiikan persentase benih baik yang lebih tinggi dengan kualitas benih yang lebih baik dibandingkan dengan persilangan menggunakan Tanjung-2 sebagai tetua betina. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui penampilan fenotipik dan status ketahanan terhadap antraknosa generasi F1. 045 LESTARI, E.G. Perbaikan tanaman melalui kombinasi variasi somaklonal dan mutagenesis. Combination of somaclonal variation and mutagenesis for crop improvement / Lestari, E.G. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor). Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(1) p. 38-44, 2 tables; 44 ref. PLANT PROPAGATION; SOMACLONAL VARIATION; MUTANTS; MUTATION; IN VITRO SELECTION; GENETIC GAIN. Perbaikan tanaman melalui mutagenesis dapat mengubah satu atau lebih sifat-sifat atau karakter tertentu pada tanaman dalam upaya memperbaiki mutu tanaman. Kultur jaringan dapat meningkatkan efisiensi teknik dan mempercepat program pemuliaan tanaman melalui pembentukan keragaman diikuti seleksi dan multiplikasi genotipe yang diperoleh. Pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, kombinasi perlakuan mutasi dan variasi somaklonal sangat efektif dalam program pemuliaan tanaman. Pada tanaman yang diperbanyak melalui biji, kombinasi dengan kultur antera untuk pembentukan tanaman dihaploid sangat menjanjikan. Teknik tersebut dapat mempersingkat program pemuliaan, karena dari keragaman dalam populasi yang ada dapat dilakukan seleksi dan pembentukan genotipe dihaploid serta multiplikasi pada genotipe terpilih yang diinginkan. 046 LUBIS, K. Pendugaan parameter genetik dan seleksi karakter morfofisiologi galur jagung introduksi di lingkungan tanah masam. Genetic parameter estimates and selection of morpho-physiological characters among introduced maize inbred lines on acid soil / Lubis, K. (Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Pertanian); Sutjahjo, S.H.; Syukur, M.; Trikoesoemaningtyas. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 122-128, 2 ill., 6 tables; 23 ref. ZEA MAYS; GENETIC PARAMETERS; PLANT ANATOMY; PLANT PHYSIOLOGY; PLANT INTRODUCTION; INBRED LINES; ACID SOILS; CULTIVATION; SELECTION. Karakterisasi morfofisiologi 16 galur inbrida jagung asal CIMMYT dan Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros telah dilakukan di lahan masam Tenjo, Jasinga, Bogor dari bulan Januari - April 2013. Penelitian bertujuan untuk (1) menduga nilai parameter genetik karakter morfofisiologi, (2) mendapatkan karakter morfofisiologi yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi, serta (3) memperoleh galur toleran pada lingkungan tanah masam. Percobaan menggunakan rancangan tersarang (nested design), dengan ulangan tersarang di dalam lingkungan seleksi. Faktor pertama adalah lingkungan seleksi yang terdiri atas dua lingkungan: (1) lingkungan tanah dengan AI-dd 0,2 me/100 g (mewakili lingkungan optimum), dan (2) lingkungan tanah dengan kriteria AI-dd 1,87 me/100 g (mewakili tanah masam dengan tingkat kemasaman sedang). Faktor ke dua adalah galur sebagai anak petak, terdiri atas: 16 galur inbrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan berpengaruh nyata terhadap penampilan galur jagung. Karakter ASI (Anthesis Silk Interval), bobot kering tongkol, bobot kering biji, dan bobot tongkol plot dapat digunakan sebagai karakter seleksi pada tanah dengan tingkat kemasaman sedang karena memiliki nilai keragaman genetik yang 26
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
luas, diikuti oleh heritabilitas yang tinggi. CLA 84, CLA 46, CLA 95, dan galur 1042-13 dapat direkomendasikan sebagai galur toleran pada tanah masam dengan tingkat kemasaman sedang. 047 NUR, A. Keragaman genetik gandum populasi mutan M3 di agroekosistem tropis. Genetic variability of wheat M3 mutant population in tropical agroecosystem / Nur, A. (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros); Human, S.; Trikosoemaningtyas. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2014) v. 10(1) p. 35-44, 4 tables; 12 ref. TRITICUM AESTIVUM; VARIETIES; INDUCED MUTATION; GENETIC VARIATION; SELECTION; BREEDING METHODS; AGROECOSYSTEMS; TEMPERATURE RESISTANCE. Keberhasilan mengembangkan varietas terhadap toleransi suatu cekaman dalam program pemuliaan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan keragaman genetik, ketepatan menerapkan metode seleksi dan kemampuan pemulia dalam mengidentifikasi genotipe yang memperlihatkan ketahanan terhadap cekaman tertentu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik mutan gandum hasil seleksi generasi M3 yang toleran terhadap cekaman suhu tinggi pada ketinggian tempat (elevasi) yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampilan tanaman di elevasi > 1000 m dpl lebih baik dibanding elevasi < 400 m dpl. Populasi M3 yang memiliki perubahan nilai tengah tinggi adalah M3Kasifbey, M3Rabe dan M3Basribey. Populasi M3Oasis merupakan populasi yang mampu beradaptasi terhadap cekaman suhu tinggi berdasarkan karakter jumlah floret hampa, jumlah anakan produktif, bobot biji/malai, jumlah biji/malai, bobot biji/tanaman dan jumlah biji/tanaman. Keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas di elevasi < 400 m dpl (Bogor) lebih luas dan tinggi dibandingkan elevasi > 1000 m dpl (Cipanas). 048 NURTJAHJANINGSIH, I.L.G. Screening penanda mikrosatelit Shorea curtisii terhadap jenis-jenis shorea penghasil tengkawang. Screening of microsatellite primers of Shorea curtisii for Shorea spp. producing tengkawang oil / Nurtjahjaningsih, I.L.G.; Widyatmoko, A.Y.P.B.C.; Sulistyawati, P.; Rimbawanto, A. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan ISSN 1693-7147 (2012) v. 6(1) p. 49-56, 1 ill., 3 tables; 13 ref. SHOREA; MICROSATELLITES; SPECIES; VARIETY TRIALS; HETEROZYGOTES; INBREEDING. Metode seleksi primer merupakan metode yang efektif untuk mengembangkan penanda mikrosatelit dari jenis yang mempunyai kekerabatan dekat dalam suatu sistem taksonomi. Tujuan penelitian mengembangkan penanda mikrosatelit pada jenis Shorea penghasil tengkawang yaitu Shorea gysbertiana, Shorea macrophylla, Shorea pinanga dan Shorea stenoptera menggunakan metode seleksi primer mikrosatelit dari Shorea curtisii. Contoh daun dari empat jenis Shorea dikumpulkan dari persemaian di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan, Yogyakarta. Amplifikasi empat penanda mikrosatelit S. curtisii yaitu Shc-1, Shc-2, Shc-7 dan Shc-9 diuji pada empat jenis Shorea tersebut. Hasil menunjukkan bahwa sejumlah allele merupakan allele bersama antar jenis Shorea yang diuji. Nilai heterozigositas harapan (HE) per lokus beragam, pada lokus Shc-1 berkisar antara 0,594 dan 0,722; lokus Shc-2 berkisar antara 0,219 dan 0,611; lokus Shc-7 berkisar antara 0,594 dan 0,779; lokus Shc-9 berkisar antara 0,594 dan 0,844. Koefisien inbreeding (F1s) mempunyai nilai rendah dan tidak nyata menyimpang dari hukum keseimbangan Hardy-Weinberg pada hampir semua lokus kecuali lokus Shc-1 pada S. 27
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
pinanga. Dendrogram membentuk dua kelompok: S. gysbertsiana dan S. macrophylla membentuk satu kelompok, sedangkan S. stenoptera dan S. pinanga membentuk satu kelompok yang lain. Penanda mikrosatelit yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk studi genetik populasi dan sistem perkawinan pada jenis Shorea yang diuji. 049 PRASETIYONO, J. Pemetaan, karakterisasi, dan pengembangan primer-primer lokus Pup 1 (P uptake 1) pada padi untuk peningkatan toleransi terhadap defisiensi fosfor. Mapping, characterization, and development pup 1 (P uptake 1) locus on rice for increasing tolerance to phosphorus deficiency / Prasetiyono, J.; Tasliah (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor). Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(3) p. 120-129, 5 ill., 2 tables; 28 ref. ORYZA SATIVA; GENETIC MAPS; PHOSPHORUS; NUTRIENT DEFICIENCIES; LOCI; MICROSATELLITES. P merupakan unsur hara kedua terpenting bagi tanaman setelah nitrogen, tetapi jumlah tersedia sangat sedikit. Pada tanaman padi kekurangan P akan mengurangi jumlah anakan dan produksi bulir padi. Terdapat sejumlah publikasi yang melaporkan eksplorasi gen-gen yang terkait dengan P. Banyak penelitian tentang P yang diarahkan untuk program pemuliaan dan melibatkan banyak lembaga/negara fokus pada penelitian Pup 1. Pup 1 (P uptake 1) yang terkait dengan penangkapan P telah dipetakan dengan baik pada kromosom 12 pada jarak 15,31-15,47 Mb dan beberapa marka mikrosatelit di antara RM28073 dan RM28102 dapat digunakan sebagai alat seleksi dalam program MAB (Marker Assisted Backrossing). Indonesia sangat berkepentingan dengan penelitian ini karena memiliki masalah defisiensi P. Ulasan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkini penelitian yang mengeksplorasi gen-gen yang berada di dalam lokus Pup 1. Ulasan ini menguraikan sejarah dari pemetaan Pup 1, analisis sekuen dan ekspresi Pup 1, dan primer-primer spesifik Pup 1. Informasi terbaru ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pemulia padi di Indonesia yang terlibat di dalam penelitian defisiensi P. Studi gen-gen yang berada di dalam lokus Pup 1 sedang berlangsung, dan didapatkan beberapa gen berperan tidak secara langsung dengan penangkapan P. Lokus Pup 1 diduga menggunakan mekanisme lain dalam penangkapan P. Beberapa gen (dirigent-like, fatty acid a-dioxygenase, aspartic proteinase) berperan di dalam meningkatkan kadar lignin pada kondisi kurang P. Peningkatan kadar lignin, akan meningkatkan volume akar yang kemudian meningkatkan penangkapan P dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Markamarka spesifik untuk mendeteksi gen-gen di dalam lokus Pup 1 juga telah berhasil dibuat, dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pemuliaan dan untuk kegiatan eksplorasi plasma nutfah padi Indonesia. 050 PURNAMANINGSIH, R. Pengaruh iradiasi gamma dan ethyl methan sulfonate terhadap pembentukan embriosomatik kedelai (Glycine max L.). Effect of gamma irradiation and ethyl methan sulfonate on somatic embryo formation of soybean (Glycine max L.) / Purnamaningsih, R.; Mariska, I.; Lestari, E.G.; Hutami, S.; Yunita, R. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2014) v. 10(1) p. 71-80, 4 ill., 4 tables; 13 ref. GLYCINE MAX; SOMATIC EMBRYOGENESIS; EMS; GAMMA IRRADIATION; INDUCED MUTATION; CALLUS; TISSUE CULTURE; IN VITRO REGENERATION. Kedelai merupakan salah satu sumber protein dan lemak nabati yang penting. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap produktivitas kedelai, sehingga diperlukan kultivarkultivar baru yang mempunyai sifat unggul tertentu agar produktivitas kedelai dapat 28
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
ditingkatkan. Teknik in vitro dengan mutasi dan keragaman somaklonal merupakan metode alternatif untuk memperoleh varietas baru apabila material genetik sebagai bahan seleksi tidak tersedia. Induksi mutasi dapat dilakukan pada populasi gel embriogenik dengan menggunakan iradiasi sinar gamma atau senyawa kimia, antara lain Ethyl Methan Sulfonate (EMS). Kedua metode tersebut telah banyak digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman dan telah dihasilkan galur-galur baru dengan sifat unggul. Salah satu masalah penting yang harus dikuasai dalam penerapan teknologi tersebut adalah meregenerasikan gel somatik basil mutasi dan keragaman somaklonal agar dapat ditumbuhkan menjadi planlet (tunas in vitro). Beberapa faktor yang mempengaruhi regenerasi tanaman adalah jenis bahan tanaman, genotipe, komposisi media, dll. Perlakuan keragaman somaklonal dan mutasi yang diberikan dapat menyebabkan kerusakan pada gel sehingga diperlukan modifikasi pada metoda regenerasi yang sudah diketahui agar populasi gel yang hidup setelah perlakuan mutasi dapat tumbuh menjadi tunas-tunas mutan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan planlet mutan basil perlakuan mutasi dengan iradiasi gamma dan EMS. Varietas kedelai yang digunakan adalah Wilis, Burangrang, Baluran dan aksesi No. B 3592. Eksplan yang digunakan adalah embriozigotik muda berasal dari polong yang berumur 12-20 hari setelah penyerbukan. lnduksi kalus embriogenik dilakukan dengan menggunakan media MS + vitamin Gamborg (B5) dengan penambahan 2,4-D 20 mg/l dan sukrosa 3%. Kalus yang didapatkan diberi perlakuan mutasi menggunakan sinar gamma pada dosis 400 fad atau direndam dalam larutan EMS (0,1%, 0,3%, dan 0,5%) selama 1, 2 dan 3 jam. Selanjutnya kalus dipindahkan pada media untuk menginduksi pembentukan benih somatik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan kalus dipengaruhi oleh genotipe tanaman. Pembentukan kalus tertinggi dihasilkan dari Baluran (93.40%) dan terendah Burangrang (75,90%). Perlakuan iradiasi gamma menurunkan pembentukan struktur torpedo, dimana struktur torpedo tertinggi diperoleh dari Burangrang (25,426,3/eksplan). Aksesi B 3592 mempunyai kemampuan membentuk struktur torpedo paling tinggi pada semua perlakuan EMS yang digunakan. Perendaman kalus dalam larutan EMS 0,5% selama 1, 2, dan 3 jam menurunkan regenerasinya membentuk struktur torpedo pada semua genotipe. Perlakuan EMS menyebabkan kerusakan gel yang lebih besar dibandingkan dengan iradiasi sinar gamma, ditunjukkan dengan persentase pembentukan struktur torpedo setelah perlakuan EMS (0-15/eksplan) lebih kecil dibanding dengan iradiasi sinar gamma (10,3-26,3/eksplan). 051 PURNAMANINGSIH, R. Transformasi genetik pisang ambon dengan gen kitinase dari padi. Genetic transformation of banana cv. ambon with chitinase gene from rice / Purnamaningsih, R.; Sukmadjaja, D. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor). Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(3) p. 97-104, 4 ill., 6 tables; 20 ref. MUSA (BANANAS); VARIETIES; CHITINASE; GENES; ORYZA SATIVA; GENETIC TRANSFORMATION; PLANT DISEASES; FUSARIUM OXYSPORUM; AGROBACTERIUM TUMEFACIENS; PCR. Serangan penyakit layu oleh Fusarium oxysporum merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam usaha peningkatan produktivitas dan mutu hasil pada usaha tani tanaman pisang. Layu fusarium dapat menyebabkan penurunan hasil hingga 63,33%. Hingga saat ini belum ditemukan metode yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Rekayasa genetik merupakan metode yang dapat ditempuh dalam perakitan tanaman yang tahan terhadap penyakit. Transformasi gen χ merupakan salah satu metode untuk memperoleh varietas baru dengan sifat yang diinginkan seperti ketahanan terhadap penyakit. Tujuan penelitian untuk menentukan konsentrasi higromisin terendah yang mematikan nodul dengan cara menguji empat tingkat konsentrasi, menentukan lama kokultivasi opimum dengan cara menguji tiga 29
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
waktu, mengetahui pengaruh asetosiringon pada kokultivasi dengan menguji penambahan asetosiringon pada dua waktu kokultivasi berbeda serta menguji keberadaan gen χ pada tunas transforman dengan PCR. Eksplan yang digunakan adalah nodul yang diinduksi dari bonggol pisang ambon kuning. Transformasi genetik dilakukan dengan merendam eksplan pada suspensi bakteri selama 0, 15, 30, and 45 menit. Pengaruh asetosiringon terhadap efisiensi transformasi dilakukan dengan menggunakan waktu perendaman terbaik ditambahkan dengan asetosiringon pada konsentrasi 0 dan 100 mg/l. Nodul yang bertahan hidup setelah transformasi dipelihara hingga beregenerasi membentuk tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi higromisin terendah yang mematikan nodul adalah 25 mg/l pada umur 5 minggu, sedangkan waktu inokulasi nodul terbaik adalah 30 menit. Penambahan asetosiringon pada suspensi A. tumefaciens tidak meningkatkan efisiensi transformasi. Transformasi dengan gen χ menghasilkan 25 lini nodul pada media seleksi dan 34 tanaman positif PCR. 052 RAHAYU, S. Analisis stabilitas dan adaptabilitas beberapa galur padi dataran tinggi hasil mutasi induksi. Stability and adaptability analysis of highland rice genotypes resulted from induced mutation / Rahayu, S.; Dewi, A.K.; Yulidar (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta ); Wirnas, D.; Aswidinnoor, H. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2013) v. 9(2) p. 81-90, 2 ill., 4 tables; 21 ref. ORYZA SATIVA; GENOTYPES; HIGHLANDS; INDUCED MUTATION; GENETIC STABILITY; ADAPTABILITY; CROP PERFORMANCE. Fenotipe tanaman ditentukan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi genetik x lingkungan. Dalam penelitian ini, dilakukan uji daya hasil dua puluh genotipe padi, lima belas diantaranya merupakan galur mutan. Pengujian dilakukan di lima lingkungan dengan tiga ketinggian yang berbeda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi genotipe x lingkungan (G x E) genotipe padi yang adaptif terhadap suhu rendah. Tiga metode analisis stabilitas digunakan untuk melihat stabilitas galur harapan padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi G x E yang signifikan untuk semua karakter agronomi yang diamati. Galur mutan OS-30-199 memiliki produksi tertinggi (4,69 t/ha) berbeda signifikan dengan genotipe lain yang diuji dan varietas pembanding, Sarinah (3,42 t/ha). Galur IPB117-F-20, RB-10-95,C3-10-171, OS-30-199, KK-10-249 dan CM-20-251 diklasifikasikan sebagai galur yang stabil dengan metode analisis stabilitas FinlayWilkinson, Eberhart - Russel dan Francis - Kannenberg. Genotipe RB-30-82, KN-30-186, Kuning, dan IPB97-F-13 memiliki adaptasi baik pada lingkungan yang optimal. Sedangkan genotipe KN-10-111, PK-30-131, Randah Batu Hampa dan Sarinah dapat beradaptasi pada lingkungan marjinal. Secara keseluruhan galur mutan memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding dan dapat beradaptasi pada lingkungan dengan cekaman suhu rendah. Perbedaan ketinggian tempat telah mempengaruhi hasil pada musim kemarau sementara itu, tidak berpengaruh terhadap produksi pada musim hujan di tiga ketinggian tempat yang diuji. 053 ROOSTIKA, I. Organogenesis dan embriogenesis somatik tak langsung pada nenas yang diinduksi oleh dichlorophenoxy acetic acid. Indirect organogenesis and somatic embryogenesis of pineapple induced by dichlorophenoxy acetic acid / Roostika, I.; Mariska, I. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor); Khumaida, N.; Wattimena, G.A. Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(1) p. 8-18, 10 ill., 2 tables; 22 ref.
30
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
ANANAS COMOSUS; PINEAPPLES; SOMATIC EMBRYOGENESIS; ACETIC ACID; ORGANOGENESIS; CALLUS; 2,4-D; ADENINE; SULPHATES; ORGANIC COMPOUNDS; IN VITRO CULTURE. AdS, dan media dasar dalam regenerasi tanaman nenas secara organogenesis dan embriogenesis somatik tak langsung. Induksi kalus dilakukan dengan perlakuan 2,4-D (21, 41, dan 62 µM) dengan penambahan TDZ 9 µM. Sel-sel yang non embriogenik diregenerasikan secara organogenesis dengan memindahkannya ke media yang mengandung kinetin 4,65 µM. Induksi kalus embriogenik dilakukan pada media MS atau Bac yang diperkaya dengan senyawa N-organik (Gln 6,8 µM, CH 500 mg/l), Arg 0,69 mM, dan Gly 0,027 µM)dengan penambahan AdS (0; 0,05; dan 0,1 µM). Kalus embriogenik diregenerasikan pada dua macam media. Media pertama adalah media MS modifikasi dengan penambahan IBA 0,9 µM, BA 1,1 µM, GA 30,09 µM sedangkan yang kedua adalah media MS dengan penambahan BA 0,018 mM. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan 2,4-D secara tunggal tidak mampu menginduksi sel embriogenik sehingga sebagian kalus non embriogenik diregenerasikan secara organogenesis. Media terbaik untuk organogenesis adalah 2,4-D 21 µM karena menghasilkan persentase pembentukan kalus yang tinggi (80%), bobot basah kalus tertinggi (0,2 g/eksplan), dan jumlah tunas tertinggi (sekitar 25 tunas/eksplan/2 bulan). Kalus embriogenik terbentuk ketika kalus non embriogenik diperlakukan dengan senyawa N-organik. Media regenerasi merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pencoklatan. Media MS dengan penambahan BA 0,018 mM mampu menekan pencoklatan. Terdapat interaksi yang nyata antara media induksi kalus embriogenik dengan media regenerasi terhadap jumlah embrio somatik dewasa. Media MS yang diperkaya dengan senyawa N-organik dan AdS 0,05 µM yang dikombinasikan dengan media MS dengan penambahan BA 0,018 mM merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus embriogenik dan regenerasi embrio somatik nenas (17 embrio dewasa/eksplan). 054 SANTOSO, P.J. Analisis diversitas dan paternitas progeni F1 hasil persilangan arumanis 143 x mangga merah menggunakan marka mikrosatelit. Analysis of diversity and paternity of F1 progeny from crossing arumanis 143 x red mangoes using microsatellite markers / Santoso, P.J. (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok); Djamas, N.; Rebin; Pancoro, A. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 210-219, 5 ill., 5 tables; 28 ref. MANGIFERA INDICA; HYBRIDIZATION; PROGENY; GENETIC VARIATION; GENETIC DISTANCE; MICROSATELLITES; GENETIC MARKERS. Preferensi pasar terhadap mangga (Mangifera indica L.) yang bergeser dari buah berkulit hijau ke buah berkulit merah, telah mendorong dilakukannya program pemuliaan untuk merakit varietas yang sesuai. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah melaksanakan kegiatan persilangan Arumanis 143 x mangga merah dan telah menghasilkan 63 progeni F1 Penelitian ini bertujuan menganalisis diversitas dan paternitas tetua dan progeni rnenggunakan marka mikrosatelit. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung dari bulan Mei 2009 - April 2010. Enam pasang primer berlabel 6-FAM dirancang dan disintesis untuk mengamplifikasi daerah mikrosatelit pada genom mangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokus yang digunakan memiliki tingkat informasi yang tinggi dan sesuai untuk studi keragaman mangga. Persilangan tetua berjarak genetik jauh menghasilkan progeni dengan keragaman yang tinggi antarprogeni maupun dengan tetua. Persilangan antara pasangan tetua yang berjarak genetik dekat menghasilkan progeni yang memiliki kedekatan jarak genetik terhadap salah satu tetua. Persilangan tetua resiprokal menghasilkan progeni yang memiliki jarak genetik berdekatan. Populasi tetua mangga menunjukkan tingkat heterozigositas yang 31
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
tinggi sehingga secara umum progeni F1 hasil persilangan memiliki keragaman yang tinggi dan berpotensi menghasilkan varietas baru dari penggabungan karakter unggul Arumanis 143 dan mangga merah. 055 SUSANTO, U. Kemiripan antara 26 varietas padi yang telah dilepas dan tetua hibrida atas dasar 36 marka SSR. Similarity of 26 new released rice varieties and rice parental hybrids based on 36 SSR markers / Susanto, U.; Satoto; Rohmah, N.A.; Mejaya, M.J. (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 71-76, 1 ill., 3 tables; 24 ref. ORYZA SATIVA; VARIETIES; HYBRIDS; GENETIC VARIATION; DNA FINGERPRINTING; GENOTYPES.
MARKERS;
GENETIC
Lebih dari 200 varietas padi telah dilepas di Indonesia, namun variabilitas genetiknya diduga relatif rendah. Marka molekuler seperti SSR (simple sequence repeats) merupakan alat yang dapat digunakan untuk membedakan antargenotipe, bahkan antara varietas yang memiliki kemiripan fenotipe tinggi. SSR juga dapat digunakan untuk membuktikan keautentikan suatu varietas. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data sidik jari DNA varietas-varietas terbaru dan tetua hibrida menggunakan marka SSR. Sebanyak 26 genotipe padi yang terdiri atas 3 gogo, 10 sawah irigasi, 5 rawa, serta delapan tetua hibrida digunakan dalam penelitian ini. DNA diekstrak dari daun muda, menggunakan metode CTAB yang dimodifikasi dan diaplikasikan terhadap 26 marka SSR yang dilaporkan terpaut dengan karakter-karakter penting tanaman padi dan tersebar merata di 12 kromosom padi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) dalam tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai PIC (Polymorphic Information Content) dari genotipe yang diuji tergolong medium dengan rata-rata 0,4451. Analisis filogeni memperlihatkan bahwa pada batas jarak genetik 10%, genotipe yang diuji terbagi dalam 9 group, yaitu Inpago 6, Inpara 5, dan BH33d masing-masing berdiri sendiri, sedangkan group yang lain adalah (Inpara 1, Inpara 2 dan Inpara 3); (Inpari 18 dan Inpari 19), (Inpago 4, Inpago 5 dan Inpara 4); (Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17 dan Inpari 20); (GMJ6B, B6 dan IR79156B); (PK21, BH95E, Bi09 dan R14) masing-masing dalam satu group. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa genotipe cenderung terkelompokkan mengikuti pembagian agro ekosistem. Tetua hibrida cenderung berada pada group yang berbeda dengan varietas padi inbrida. Aplikasi marka 36 SSR mampu membedakan antar 26 genotipe yang diuji dengan destingsi sedang. Penambahan marka yang digunakan akan mampu memberikan data yang semakin lengkap dalam membedakan antar genotipe yang diuji. 056 YUDOHARTONO, T.P. Variasi genetik uji provenan merbau sampai umur 3 tahun di Bondowoso, Jawa Timur. Genetic variation of provenances test of merbau until 3 years old in Bondowoso, East Java / Yudohartono, T.P.; Ismail, B. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan ISSN 16937147 (2012) v. 6(1) p. 27-36, 6 tables; 16 ref. INTSIA; FOREST NURSERIES; GENETIC VARIATION; PROVENANCE; TRIALS; AGRONOMIC CHARACTERS; SURVIVAL; JAVA. Merbau (Intsia bijuga) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pembangunan sumber benih merbau diperlukan untuk menyediakan benih yang baik untuk penanaman. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta telah melakukan pembangunan plot uji provenan jenis merbau 32
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
di Hutan Penelitian Sumberwringin, Bondowoso, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan hidup dan keragaman genetik sifat pertumbuhan dari tanaman merbau pada plot uji provenan di Bondowoso, Jawa Timur. Uji provenan merbau dibangun dengan menggunakan rancangan acak lengkap berblok dengan satu faktor perlakuan yaitu provenan yang meliputi Halmahera Timur, Waigo, Oransbari, Wasior, Nabire dan Seram. Setiap provenan terdiri dari 3 blok. Setiap provenan dalam setiap blok terdiri dari 60 plot tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan hidup tanaman merbau dari keenam provenan di Bondowoso tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya ratarata persentase hidup selama tiga tahun yaitu di atas 90%. Keragaman genetik antar provenan untuk sifat pertumbuhan tinggi dan diameter juga tergolong tinggi. Provenan yang paling baik untuk kemampuan hidup, dan tinggi pada semua umur pengamatan adalah provenan Wasior. Provenan yang terbaik untuk sifat diameter semua umur pengamatan adalah provenan Halmahera Timur. Provenan yang paling jelek untuk diameter dan tinggi pada semua umur pengamatan adalah provenan Seram. Provenan yang paling jelek untuk kemampuan hidup pada umur 1, 2 dan 3 tahun masing-masing adalah provenan Waigo, Halmahera Timur dan Seram.
F50 STRUKTUR TANAMAN 057 RUMANTI, I. A. Morfologi bunga dan korelasinya terhadap kemampuan menyerbuk silang galur mandul jantan padi. Floret morphology and its correlation with the outcrossing in male sterile lines of rice/ Rumanti, I.A. (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi); Purwoko, B.S.; Dewi, I.S.; Aswidinnoor, H.; Satoto. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 109-115, 5 tables; 12 ref. ORYZA SATIVA; CYTOPLASMIC MALE STERILITY; FLOWERING; OUTBREEDING; GENETIC VARIATION.
PLANT
ANATOMY;
Galur mandul jantan selain memiliki sterilitas tinggi dan stabil juga harus mempunyai karakter dan perilaku bunga yang baik untuk mendukung tingkat persilangan dalam pembentukan hibrida. Penelitian dilakukan di KP Sukamandi pada MK 2010, untuk mempelajari karakter dan perilaku bunga galur mandul jantan (GMJ) baru serta keragaman genetiknya. Penelitian di lapangan menggunakan lima populasi GMJ baru dengan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap morfologi dan perilaku pembungaan GMJ dan galur tetua pasangannya (maintainer). Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur mandul jantan baru dengan tiga sitoplasma berbeda yaitu Wild Abortive, Kalinga, dan Gambiaea memiliki umur berbunga dengan kategori genjah, serta memiliki karakter bunga yang lebih baik dibandingkan dengan IR58025A, antara lain stigma besar, persentase eksersi stigma yang tinggi, sudut pembukaan bunga lebar, dan durasi pembukaan bunga lebih lama. Akumulasi perilaku bunga yang baik dan mendukung kemampuan menyerbuk silang mampu meningkatkan kisaran seed set GMJ baru, berkisar antara 4,7525,9%, sedangkan pada IR58025A hanya 2,98%. Nilai korelasi yang positif dan nyata ditunjukkan antara seed set dengan lebar stigma (r = 0,44*), eksersi stigma (r = 0,54*) dan sudut membuka lemma dan palea galur mandul jantan (r = 0,42*), serta dengan panjang filamen (r = 0,47*) dan sudut pembukaan bunga galur pelestari (r = 0,57**). Karakterkarakter tersebut sangat mendukung jumlah biji yang terbentuk pada galur mandul jantan.
33
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
F60 FISIOLOGI DAN BIOKIMIA TANAMAN 058 AISYAH Sintesis kini N-oksida dan tutorial NMR pada penentuan strukturnya. Synthesis of quinine N-oxide and NMR tutorial in its structure determination/ Aisyah; Tamela, N.B. (Institut Teknologi Bandung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam); Santoso, J.; Maolana Syah, Y.; Mujahidin, D. Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(1) p. 11-20, 6 ill., 12 ref. QUINOLINE ALKALOIDS; CHINCHONA; OXIDATION; NITROGEN OXIDES; NMR SPECTROSCOPY; CHEMICAL SYNTHESIS. Alkaloid kina merupakan salah satu sumber senyawa kiral yang jumlahnya melimpah untuk dijadikan organokatalis. Penggunaan senyawa yang memiliki gugus N-oksida telah banyak diaplikasikan dalam sejumlah reaksi asimetrik. Pada alkaloid kina, terdapat dua gugus amina yang mungkin untuk dioksidasi menjadi N-oksida, yaitu pada N-1 di cincin kuinuklidin dan N-1' di cincin kuinolin. Reaksi oksidasi pada senyawa kinin dapat berlangsung secara selektif melalui pengaturan konsentrasi oksidator yang digunakan. Pada penelitian ini, berhasil disintesis kinin N-oksida secara kemo selektif hanya pada amina di kuinuklidin yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi peroksida dan pereaksi ozon pada konsentrasi rendah. Struktur kuinin N-oksida ditentukan melalui kajian spektroskopi 1H-NMR, 13CNMR, H-H 2D-NMR dan 1H-13C NMR. Metode yang berhasil dikembangkan dapat menjadi altematif untuk oksidasi gugus amina yang memenuhi standar reaksi yang ramah lingkungan. F62 FISIOLOGI TANAMAN – PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 059 SUNARTI, S. Variasi pertumbuhan tinggi pada uji klon Eucalyptus pellita F. Muell. di Wonogiri, Jawa Tengah. Variation of height growth in an Eucalyptus pellita F. Muell. clonal test at Wonogiri, Central Java / Sunarti, S. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan ISSN 1693-7147 (2012) v. 6(1) p. 57-63, 5 tables; 11 ref. EUCALYPTUS; CLONES; SEEDLINGS; GROWTH; HEIGHT. Sebanyak 9 klon Eucalyptus pellita F. Muell hasil perbanyakan vegetatif pohon plus terseleksi dari KBSUK F-1 diuji secara bersamaan dengan kontrol berupa semai. Uji klon dibuat dengan menggunakan rancangan acak lengkap berblok (RALB), plot tunggal, 16 replikasi dan jarak tanam 3 m x 2 m. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada umur 12 bulan dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tinggi yang sangat nyata antar klon yang diuji. Seluruh klon yang diuji menunjukkan pertumbuhan tinggi yang lebih baik dibandingkan kontrol semai, dengan superioritas berkisar 42 -165%. Hampir seluruh klon yang diuji juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan populasi asal di KBSUK F-1. Ripitabilitas klon untuk sifat tinggi sebesar 0,90 sedangkan ripitabilitas ramet sebesar 0,38. Tiga klon terbaik pada studi ini ditemukan pada klon 1 dan 3 berasal dari pohon plus di KBSUK F-1 dan klon 2 berasal dari tanaman tepi kebun benih A. mangium.
34
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
H01 PERLINDUNGAN TANAMAN - ASPEK UMUM 060 MOEKASAN, T.K. Penetapan ambang pengendalian Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah menggunakan feromonoid seks. Determination of control threshold of Spodoptera exigua on shallots using pheromonoid sex / Moekasan, T.K.; Setiawati, W. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang); Hasan, F.; Runa, R.; Somantri, A. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 80-90, 3 ill., 6 tables; 15 ref. ALLIUM ASCALONICUM; PHEROMONES.
SPODOPTERA
EXIGUA;
PEST
CONTROL;
SEX
Salah satu upaya untuk menekan penggunaan insektisida yang intensif untuk mengendalikan hama Spodoptera exigua pada budidaya bawang merah ialah menerapkan ambang pengendalian. Ambang pengendalian S. exigua dapat diterapkan berdasarkan populasi kelompok telur, kerusakan tanaman, atau berdasarkan populasi ngengat yang tertangkap menggunakan feromonoid seks. Penelitian penetapan ambang pengendalian berdasarkan populasi ngengat S. exigua yang tertangkap menggunakan feromonoid seks dilaksanakan di Desa Lakawan, Kecamatan Anggeraja (± 530 m dpl.), Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, Februari - Agustus 2012. Sembilan perlakuan diuji pada percobaan ini, yaitu (A) > 0 ngengat S. exigua tertangkap/perangkap/hari, (B) lebih besar atau sama dengan 5 ngengat S. exigua tertangkap/perangkap/hari, (C) 10 ngengat S. exigua tertangkap/perangkap/hari, (D) lebih besar atau sama dengan 15 ngengat S. exigua tertangkap/perangkap/hari, (E) lebih besar atau sama dengan 20 ngengat S. exigua tertangkap/perangkap/hari, (F) 0,1 kelompok telur/tanaman contoh, (G) Kerusakan tanaman 5%, (H) disemprot insektisida secara rutin dua kali/minggu, dan (I) kontrol (tidak disemprot dengan insektisida). Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Feromonoid seks yang digunakan ialah Feromon Exi yang diproduksi oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan penerapan ambang pengendalian berdasarkan hasil tangkapan populasi ngengat S. exigua menggunakan Feromon Exi sebanyak lebih besar atau sama dengan 10 ekor/perangkap/hari penggunaan insektisida dapat dikurangi sebesar 35,71% dengan hasil panen sebesar 13,46 t/ha, yang setara dengan hasil panen pada perlakuan menggunakan insektisida dua kali/minggu. Dengan demikian ambang pengendalian tersebut secara ekonomi layak untuk diadopsi karena dapat meningkatkan pendapatan bersih dan mengurangi biaya jika dibandingkan dengan pengendalian menggunakan insektisida dua kali/minggu.
H10 HAMA TANAMAN 061 BASUKI, R.S. Analisis kelayakan teknis dan finansial teknologi pengendalian hama terpadu kentang dataran medium. Technical and financial feasibility analysis of potatoes integrated pest management on mid-elevation / Basuki, R.S.; Moekasan, T.K.; Prabaningrum, L. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 91-98, 6 tables; 27 ref. SOLANUM TUBEROSUM; INTEGRATED PEST MANAGEMENT; ECONOMIC ANALYSIS; GROWTH; YIELDS.
35
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Usaha tani kentang di dataran medium di Indonesia tidak berkembang disebabkan oleh beberapa kendala. Kendala terpenting yaitu karena produktivitasnya yang rendah. Tujuan penelitian untuk menghasilkan rakitan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) kentang dataran medium yang lebih produktif dan menguntungkan dibandingkan teknologi konvensional yang biasa digunakan petani. Penelitian dilakukan di dataran medium di Kabupaten Majalengka (680 m dpl.), Jawa Barat. Penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu (1) identifikasi teknologi budidaya kentang yang biasa digunakan petani di area penelitian dan (2) percobaan lapangan untuk membandingkan teknologi PHT dengan teknologi konvensional. Penelitian pertama dilakukan melalui survei terhadap 10 responden. Percobaan lapangan menggunakan metode petak berpasangan dengan dua perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rakitan teknologi PHT layak secara teknis dan finansial direkomendasikan untuk menggantikan teknologi konvensional. Dibandingkan teknologi konvensional, secara teknis teknologi PHT dikatakan layak karena dapat meningkatkan produktivitas kentang dari 16,16 t/ha menjadi 21,44 t/ha (meningkat 32,7%), dan rneningkatkan proporsi hasil umbi grade A (>125 g) dari 22% menjadi 47% (meningkat 114%). Teknologi PHT secara finansial juga dikatakan layak karena perubahan dari penggunaan teknologi konvensional ke teknologi PHT memberikan tingkat pengembalian (R) 10,76. Implikasi dari penelitian ini ialah bahwa dalam peningkatan produksi kentang dataran medium di Kabupaten Majalengka (Jawa Barat) teknologi konvensional yang biasa digunakan petani setempat sebaiknya ditinggalkan diganti dengan teknologi PHT dari Balitsa yang terbukti lebih produktif dan lebih menguntungkan. 062 CHAERANI Perbanyakan nematoda patogenik serangga (Rhabditida: Steinernema dan Heterorhabditis) pada media in vitro cair statik. In vitro culture of entomopathogenic nematodes (Rhabditida: Steinernema and Heterorhabditis) in static liquid media/ Chaerani; Suhendar, M.A.; Harjosudarmo, J. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor). Jurnal AgroBiogen ISSN 19071094 (2012) v. 8(1) p. 19-26, 4 tables; 24 ref. INSECTA; CYDIA; ENTOMOPHILIC NEMATODES; RHABDITIDAE; STEINERNEMA; HETERORHABDITIS; PATHOGENICITY; ENTEROBACTERIACEAE; IN VITRO CULTURE; CULTURE MEDIA. Nematoda patogenik serangga (NPS) dari genus Steinernema dan Heterorhabditis berpotensi menjadi pengendali hayati yang efektif dan aman untuk serangga-serangga hama, terutama yang hidup di dalam tanah dan di habitat tersembunyi. Aplikasi NPS di lapang masih terkendala oleh penyediaan nematoda juvenil infektif (JI) dalam jumlah besar. Lima media in vitro baku dan dua modifikasinya diuji untuk perbanyakan massal dua NPS lokal (H. indicus PLR2 dan Steinernema T96) dan satu strain komersial (S. carpocapsae #25). Hasil JI yang diperoleh bervariasi antar ulangan dan percobaan. Media F yang dimodifikasi dari berbagai formula media dan mengandung 1,0% ekstrak khamir (yeast extract), 2,5% kuning telur, dan 4,0% minyak kedelai, menghasilkan jumlah JI H. indicus PLR2 dan S. carpocapsae #25 tertinggi, berturut-turut 1,5 x t 05 dan 2,9 x t 05 JI/ml media, sedangkan media baku B, yang hanya mengandung 40% usus ayam, menghasilkan JI Steinernema T96 tertinggi (5,8 x 104 JI/ml media). Secara umum, kualitas JI yang diukur berdasarkan morfometrik dan patogenisitasnya kurang baik, karena mendapat pengaruh negatif dari perlakuan media in vitro. Hal ini menunjukkan media yang digunakan kekurangan nutrien esensial. Optimalisasi media buatan perlu dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas JI NPS yang diproduksi guna mencapai standar yang dibutuhkan untuk perbanyakan skala komersial.
36
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
063 HASYIM, A. Perilaku memanggil ngengat betina dan evaluasi respons ngengat jantan terhadap ekstrak kelenjar feromon seks pada tanaman cabai merah. Calling behavior of female and male response evaluation of sex pheromone glands extract on chili peppers / Hasyim, A.; Setiawati, W; Murtiningsih, R. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 72-79, 3 ill., 2 tables; 43 ref. CAPSICUM ANNUUM; LEPIDOPTERA; MALES; SEX PHEROMONES; ANIMAL BEHAVIOUR; HELICOVERPA ARMIGERA. Helicoverpa armigera merupakan hama penggerek buah pada tanaman cabai merah di Indonesia. Kehilangan hasil akibat serangan H. armigera dapat mencapai 60%. Pengendalian yang umum dilakukan ialah menggunakan insektisida secara intensif, yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Feromon seks merupakan salah satu altematif cara yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengendalikan H. armigera. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perilaku kawin ngengat betina H. armigera dan untuk mengevaluasi respons ngengat jantan terhadap feromon seks dari kelenjar ngengat betina dara H. armigera pada tanaman cabai merah. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan di lahan petani di Desa Pabedilan Kaler, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon April 2009 - Maret 2010. Penelitian dilakukan pada tiga tahap kegiatan yaitu: (1) perilaku memanggil betina dara dilakukan dengan cara memasukkan 20 ekor betina dara ke dalam vial plastik (10 ml) dan diberi makan larutan sukrosa 10%. Perilaku memanggil diamati setiap jam sepanjang malam, dimulai dari saat periode gelap mulai pukul 18.00 - 06.00, perlakuan diulang tiga kali, (2) untuk mengetahui respons ngengat jantan terhadap feromon seks dilakukan menggunakan tabung olfaktometer. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas lima perlakuan dan diulang lima kali, dan (3) evaluasi feromon seks dilakukan di lahan petani di Kabupaten Cirebon. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku memanggil betina dara H. armigera mulai umur 1 hari mencapai maksimum pada hari ketiga pada periode 7 - 8 jam setelah scotophase. Respons ngengat jantan tertinggi terhadap feromon seks diperoleh dari ekstrak kelenjar feromon asal betina dara umur 4 hari sebesar 20,33% dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya kecuali dengan betina dara umur 2 dan 3 hari. Kerusakan buah cabai terendah dan berbeda nyata diperoleh dari perlakuan feromonoid seks + insektisida (9,25%) diikuti feromon seks + insektisida (16,13%), dan insektisida (13,55%). Kerusakan buah cabai tertinggi (49,29%) diperoleh pada perlakuan kontrol. Kombinasi antara penggunaan feromon dengan insektisida mampu menekan kehilangan hasil buah cabai merah akibat serangan H. armigera sebesar 61,10 62,18% bila dibandingkan dengan kontrol. Feromon seks merupakan senyawa kimia yang efektif untuk memonitor dan mengendalikan populasi H. armigera pada tanaman cabai di lapangan. 064 LARASATI, A. Keanekaragaman dan persebaran lalat buah Tribe dacini (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Diversity and distribution of fruit flies Tribe dacini (Diptera: Tephritidae) in Bogor District and its surrounding area / Larasati, A.; Hidayat, P.; Buchori, D. (Institut Pertanian Bogor. Departemen Proteksi Tanaman). Jurnal Entomologi Indonesia ISSN 1829-7722 (2013) v. 10(2) p. 51-59, 2 ill., 3 tables; 22 ref. TEPHRITIDAE; HOST PLANTS; BIODIVERSITY; GEOGRAPHICAL DISTRIBUTION; JAVA.
37
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Bogor dan sekitarnya merupakan salah satu wilayah Jawa Barat yang memiliki keanekaragaman tanaman hortikultura yang tinggi dan memengaruhi keberadaan serta keanekaragaman lalat buah di wilayah ini. Penelitian terkait keanekaragaman spesies lalat buah tidak hanya berhubungan dengan jumlah spesies lalat buah, namun juga memberikan informasi ekologi mengenai persebaran lalat buah di Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui keanekaragaman dan persebaran dari spesies lalat buah serta inangnya di Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Lalat buah dikoleksi dari 119 lokasi pengambilan contoh di Kabupaten Bogor dan beberapa lokasi dari Cianjur, Bekasi dan Depok. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu pemeliharaan inang dan penggunaan perangkap. Perangkap yang digunakan adalah modifikasi dari perangkap Lyrfield dan dikombinasikan dengan 2 atraktan yang berbeda, yaitu Methyl eugenol (ME) dan Cue lure (CL). Tercatat 18 spesies lalat buah yang didapatkan melalui pemasangan perangkap dan pemeliharaan 24 spesies inang. Hasil penelitan menunjukkan bahwa persebaran, keanekaragaman dan kelimpahan dari lalat buah dipengaruhi oleh keanekaragaman inang lalat. 065 YOLANDA, K. Pengaruh konsumsi metil eugenol dan protein hidrolisat terhadap kebugaran lalat buah Bactrocera carambolae. [Influence of methyl eugenol and protein hydrolyzate consumption on the fitness of fruit fly (Bactrocera carambolae)] / Yolanda, K.; Rivaie, A.A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung, Bangka). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 249-257, 3 ill., 3 tables; 40 ref. PESTS OF PLANTS; BACTROCERA CARAMBOLAE; EUGENOL; HYDROLYZED PROTEIN; CONSUMPTION; FERTILIZATION; IMAGO; SEX RATIO. Informasi yang lebih lengkap tentang pemanfaatan zat pemikat metil eugenol (ME) dan protein hidrolisat (PH) pada Bactrocera carambolae secara bersamaan dibutuhkan untuk mengoptimalkan strategi pengendalian massal di lapangan. Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi kombinasi ME dan PH terhadap kebugaran lalat buah B. carambolae di Laboratorium Entomologi Dasar, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2009 - Maret 2010. Perlakuan disusun menurut rancangan acak lengkap dengan lima ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ME tidak berpengaruh terhadap fekunditas imago lalat buah. Fekunditas betina lebih ditentukan oleh konsumsi PH. Jumlah larva dan jumlah pupa pada perlakuan betina mengonsumsi PH yang dikawinkan dengan jantan diberi ME lebih rendah dibandingkan pada perlakuan betina yang dikawinkan dengan jantan tidak diberi ME. Tidak ada perbedaan yang nyata antara jumlah imago perlakuan jantan mengonsumsi ME dengan jantan tanpa mengonsumsi ME yang dikawinkan dengan betina mengonsumsi PH, jumlah imago perlakuan jantan tanpa mengonsumsi ME lebih banyak daripada perlakuan jantan mengonsumsi ME. Nisbah kelamin lalat buah B. carambolae pada perlakuan jantan mengonsumsi ME dan betina mengonsumsi PH adalah 0,47, sedangkan nisbah kelamin pada perlakuan jantan tanpa mengonsumsi ME dan betina mengonsumsi PH adalah 0,49.
H20 PENYAKIT TANAMAN 066 DININGSIH, E. Deteksi dan identifikasi Chrysanthemum Stunt Viroid pada tanaman krisan menggunakan teknik Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction. Detection and identification of Chrysanthemum Stunt Viroid on Chrysanthemum using Reverse Transcriptase Polymerase on Chain Reaction / Diningsih, E. (Balai Penelitian Tanaman 38
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Hias, Pacet, Cianjur); Suastika, G.; Sulyo, Y.; Winarto, B. Jurnal Hortikultura ISSN 08537097 (2013) v. 23(1) p. 1-8, 3 ill., 1 table; 22 ref. CHRYSANTHEMUM; DENDRANTHEMA MORIFOLIUM; PATHOGENS; VIROIDS; IDENTIFICATION; PCR; DNA; NUCLEOTIDE SEQUENCE. Chrysanthemum stunt viroid (CSVd) merupakan salah satu viroid yang menginfeksi tanaman krisan di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengembangkan metode deteksi CSVd secara molekuler dan mengkarakterisasi CSVd isolat Indonesia. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, dan Rumah Kaca serta Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, Cianjur, Jawa Barat. RNA total diekstraksi dari daun tanaman krisan yang dihasilkan di rumah kaca menggunakan Rneasy Plant Mini Kit. Genom CSVd diamplifikasi dengan pasangan primer 5'-CAACTGAAGCTTCAACGCCTT-3' dan 5'AGGATTACTCCTGTCTCGCA- 3'. Suatu fragmen dengan ukuran 250 bp mengindikasikan bahwa c-DNA CSVd berhasil diamplifikasi dari tanaman krisan sakit menggunakan teknik RT-PCR. Urutan cD A dari salah satu CSVd isolat Indonesia berhasil ditemukan dengan urutan sebagai berikut: cttaggattactcctgtctcgcaggagtggggtcctaagcctcattcgattgcgcg aatctcgtcgtgcacttcctccagggatttccccgggggataccctgtaaggaacttcttcgcctcatttcttttaagcagcagggttcag gagtgcaccacaggaaccacaagtaagtcccgagggaacaaaactaaggttccacgggcttactccctagcccaggtaggctaaa gaagattggaa. Urutan basa-basa tersebut memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan sekuen nukleotida isolat CSVd dari Jepang, Korea, India, dan Amerika. 067 GUNAENI, N. Uji ketahanan terhadap tomato yellow leaf curl virus pada beberapa galur tomat. Resistance test of tomato lines to tomato yellow leaf curl virus / Gunaeni, N.; Purwati, E. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 65-71, 1 ill., 2 tables; 30 ref. LYCOPERSICON ESCULENTUM; DISEASE RESISTANCE; TOMATO YELLOW LEAF CURL GEMINIVIRUS. Infeksi virus tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tomat di Indonesia. TYLCV termasuk ke dalam kelompok Gemini virus yang ditularkan oleh kutukebul (whitefiy = Bemisia tabaci). Pengendalian virus TYLCVyang aman dan menguntungkan ialah dengan penggunaan varietas tahan yang merupakan salah satu cara pengendalian hayati penyakit virus. Cara ini mempunyai kelebihan dibandingkan pengendalian menggunakan pestisida dan kultur teknis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan 30 galur tomat terhadap virus TYLCV. Penelitian dilakukan di Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang pada ketinggian 1250 m dpl. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga galur tomat termasuk ke dalam kelompok agak tahan (moderate resistance) yaitu Mirah, 5048, dan 1927 dengan intensitas serangan virus berkisar 11,8518,98% Delapan galur tomat termasuk ke dalam kelompok agak rentan (moderate susceptible) yaitu 1176, 823, CL-6064, 1941, 2208, 4377, 4507, dan 1184 dengan intensitas serangan virus berkisar antara 20,55-29,81%. Empat belas galur tomat termasuk ke dalam kelompok rentan (susceptible) yaitu CLN 2026-3, CLN-399, LV 3644, Oval, 5016, 1450, 1923, 1426, 3075, 2204, 4574, 2245, 4968, dan 4491 dengan intensitas serangan virus berkisar 30,92-49,94%. Lima galur tomat termasuk ke dalam kelompok sangat rentan (highly susceptible) yaitu 1217, TKU, 4444, 5014, dan PETO#86 dengan intensitas serangan virus berkisar 51,85-69,14%. Virus TYLCV berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan bobot buah tomat. 39
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
068 HARTATI, S. Seleksi khamir epifit sebagai agens antagonis penyakit antraknose pada cabai. Selection of epiphytic yeasts as antagonist of anthracnose on chili / Hartati, S. (Institut Pertanian Bogor. Program Studi Fitopatologi); Wiyono, S.; Hidayat, S.H.; Sinaga, M.S. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2014) v. 24(3) p. 258-265, 2 ill., 3 tables; 24 ref. ANTRACNOSE; CAPSICUM ANNUUM; EPIPHYTES; YEASTS; MICROBIAL PESTICIDES; COLLETOTRICHUM; PATHOGENICITY; PLANT DISEASES. Antraknosa merupakan penyakit penting pada tanaman cabai yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Khamir merupakan salah satu mikroba yang telah diketahui berpotensi sebagai agens antagonis pada berbagai produk pascapanen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat-isolat khamir epifit yang berpotensi sebagai agens antagonis penyakit antraknosa pada cabai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan dan Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, April - Desember 2013. Khamir epifit diisolasi dari daun dan buah cabai merah yang diperoleh dari pertanaman cabai di Rancabango dan Panjiwangi (Kabupaten Garut) dan Dramaga (Kabupaten Bogor). Patogen penyebab antraknosa yaitu Colletotrichum acutatum diisolasi dari buah cabai bergejala dari pertanaman cabai di Panjiwangi. Khamir hasil isolasi diuji patogenisitasnya pada benih dan buah cabai. Khamir nonpatogenik diseleksi potensi antagonismenya terhadap penyebab penyakit antraknosa. Diperoleh 43 isolat khamir epifit, semua isolat bersifat nonpatogenik berdasarkan hasil uji patogenisitas. Seleksi potensi antagonisme isolat khamir epifit menghasilkan 23 isolat yang berpotensi sebagai agens antagonis C. acutatum. Empat belas isolat khamir epifit menyebabkan penghambatan penyakit antraknosa lebih besar dibandingkan mankozeb. 069 HASTUTI, R.D. Keefektifan mikroba endofit dalam memacu pertumbuhan dan mengendalikan penyakit hawar pelepah daun pada padi sawah. Effectiveness of microbial endophyte as plant growth promoting and sheath blight disease suppressant in lowland rice / Hastuti, R.D.; Saraswati, R. (Balai Penelitian Tanah, Bogor); Sari, A.P. Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 1410-7244 (2014) v. 32(2) p. 109-118, 10 tables; 21 ref. ORYZA SATIVA; ENDOPHYTES; BACTERIA; BLIGHT; GROWTH; DISEASE CONTROL; BIOLOGICAL CONTROL AGENTS; RHIZOCTONIA SOLANI. Salah satu penyebab rendahnya produksi padi di Indonesia adalah serangan penyakit hawar pelepah daun yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Penyakit ini merupakan penyakit yang sukar dikendalikan karena jamur patogen ini mempunyai sklerosia yang dapat bertahan hidup pada jerami, tanah dan tanaman inang lain. Tujuan penelitian untuk mengkarakterisasi dan mempelajari potensi bakteri endofit dalam memacu pertumbuhan dan mengendalikan penyakit hawar pelepah daun tanaman padi sawah. Penelitian terdiri atas beberapa kegiatan yaitu uji hipersensitivitas, uji kemampuan bakteri endofit dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh dan anti patogen, dan uji keefektifan isolat unggul dalam meningkatkan pertumbuhan dan mengendalikan penyakit Hawar Pelepah daun padi IR-64 di rumah kaca. Dari hasil penelitian diperoleh satu isolat bakteri endofit dari marga Actinomycetes, isolat Bl yang mempunyai kemampuan menghasilkan zat pemacu tumbuh (IAA sebesar 95,47 ppm) dan menekan pertumbuhan patogen tular tanah (Rhizoctonia solani, Schlerotium, Fusarium, dan Xanthomonas). Inokulasi aktinomiset endofit pada tanaman padi IR-64 dapat meningkatkan pertumbuhan dan menekan serangan penyakit hawar pelepah daun.
40
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
070 HIDAYATI, N. Isolasi dan identifikasi senyawa antifungal akar Acacia mangium dan aktivitasnya terhadap Ganoderma lucidum. Isolation and identification of antifungal compound from Acacia mangium root and its effect on Ganoderma lucidum / Hidayati, N. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta); Widyastuti, S.M.; Wahyuono, S. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan ISSN 1693-7147 (2012) v. 6(1) p. 11-25, 11 ill., 26 ref. ACACIA MANGIUM; GANODERMA LUCIDUM; ANTIFUNGAL PROPERTIES; PHENOLIC COMPOUNDS; ISOLATION; IDENTIFICATION; CHROMATOGRAPHY; INHIBITION; GROWTH; GERMINATION. Tujuan penelitian untuk (1) mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa yang bersifat antifungal dari akar mangium sehat, (2) mengetahui aktivitas senyawa antifungal dari akar mangium sehat terhadap Ganoderma lucidum. Penelitian menggunakan materi berupa akar mangium sehat dari kebun benih mangium generasi pertama di Wonogiri, Jawa Tengah. Akar mangium yang telah dipisahkan antara bagian luar dan bagian dalam dimaserasi dengan pelarut n-heksana dan metanol. Isolasi senyawa antifungal menggunakan metode kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif. Uji aktivitas antifungal dilakukan dengan menggunakan penghambatan perkecambahan dan penghambatan buluh kecambah Fusarium sp. Identifikasi senyawa dengan analisis spektrometri Ultra violet (UV), Infrared (IR) serta Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Uji aktivitas antifungal terhadap Ganoderma lucidum dilakukan dengan modifikasi metode cylinder plate secara in-vitro. Senyawa antifungal berhasil diisolasi dari substansi B ekstrak metanol akar mangium sebelah dalam. Substansi B menunjukkan aktivitas antifungal tertinggi pada penghambatan kecambah sebesar 66,67% dan penghambatan pembentukan buluh kecambah konidia Fusarium sp. tertinggi sebesar 66,03%. Zona penghambatan pertumbuhan hifa Ganoderma lucidum secara makroskopis oleh senyawa antifungal teramati pada konsentrasi 1800 µg/ml, Secara mikroskopis, pada daerah kontak dengan senyawa antifungal, hifa menyimpang serta berbentuk ikal pada ujungnya pada konsentrasi 1500 µg/ml sehari setelah aplikasi senyawa antifungal. Hasil identifikasi dengan GC-MS, senyawa antifungal ini teridentifikasi sebagai pMethoxybenzylidene p-aminophenol termasuk dalam golongan senyawa fenolik. 071 MANZILLA, I. Analisis gen selubung protein chilli veinal mottle potyvirus dari beberapa daerah di Indonesia. Analysis of coat protein gene of chilli veinal mottle potyvirus collected from several areas in Indonesia / Manzilla, I. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor); Hidayat, S.H.; Mariska, I.; Sujiprihati, S. Jurnal AgroBiogen ISSN 1907-1094 (2012) v. 8(1) p. 27-37, 5 ill., 3 tables; 37 ref. VIROSES; PLANT DISEASES; POTYVIRUSES; PATHOGENICITY; PHYLOGENY; GENES; MICROBIAL PROTEINS; DNA. Variasi gejala dan tingkat virulensi yang berbeda berhasil diperoleh dari isolat ChiVMVyang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat dan Aceh Tengah. Variasi tersebut mengindikasikan adanya keragaman dari keenam isolat ChiVMV. Penelitian lanjutan dilakukan untuk mengetahui keragaman genetik berdasarkan runutan nukleotida gen penyandi selubung protein (CP-ChiVMV) isolat-isolat ChiVMV dari berbagai lokasi penanaman cabai di Indonesia. Isolasi dan perunutan nukleotida gen CPChiVMV dilakukan dengan menggunakan primer spesifik ChiVMVFind dan ChiVMVR Ind. Analisis runutan nukleotida gen CP-ChiVMVenam isolat tersebut menunjukkan tingkat 41
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
kesamaan 87% hingga 99% dengan tingkat keragaman berkisar 0,02% hingga 1,48%. Analisis runutan asam amino gen CP-ChiVMV menunjukkan tingkat kesamaan antar isolatisolat ChiVMV berkisar antara 85 sampai 99%. Analisis lebih lanjut pada motif asam amino gen CP-ChiVMV menunjukkan bahwa motif octapeptide telah termutasi menjadi LSGQVQPQSRQSEMETEVPQVR pada ChiVMV CKB dan menjadi RMETFGLDGRVGTQEEDTERHT pada CP-ChiVMV lainnya. Perbedaan lainnya terjadi pada daerah asam amino nomor 61 dan 84, di mana ChiVMVBL dan KR kehilangan sekuen METdan mengalami mutasi GG menjadi Kv. Analisis filogenetika, berdasarkan nukleotida maupun asam amino gen CP-ChiVMV menunjukkan bahwa keenam isolat dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Isolat ChiVMV KR dan ChiVMV BL berada dalam satu kelompok dengan isolat Pataruman (GeneBank No. aksesi DQ85496l), sedangkan isolat ChiVMVCKB satu kelompok dengan Cikabayan 2 (GeneBank No. aksesi DQ854960), kelompok tiga terdiri dari isolat ChiVMVTD, ChiVMVNI dan ChiVMVGB berada pada kelompok yang sama dengan isolat ChiVMVTaiwan (GeneBank No. aksesi DQ854948). Analisis gen CP yang dilakukan menunjukkan adanya keragaman genetik antar isolat ChiVMV walaupun variasi gejala tidak terlalu besar. 072 MUHARRAM, A. Studi penyebaran tobacco mosaic virus strain orchid dan cymbidium mosaic virus dengan metode DAS ELISA pada tanaman anggrek komersial di Pulau Jawa dan Bali serta teknologi pembebasannya. Studies on the distribution of TMV-O and CymMV on commercial orchids in Java and Bali Islands by using the DAS ELISA method and technology for their elimination / Muharram, A. (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor); Sulyo, Y.; Rahardjo, I.B.; Diningsih, E.; Suryanah. Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 (2013) v. 23(1) p. 56-64, 4 ill., 4 tables; 24 ref. DENDROBIUM; TOBACCO MOSAIC TOBAMOVIRUS; AGENTS; PLANT DISEASES; JAVA; BALI.
ELISA;
ANTIVIRAL
Cymbidium mosaic virus (CymMV) dan tobacco mosaic virus strain orchid (TMV-O) merupakan dua virus yang paling penting pada tanaman anggrek di Indonesia dan di negara lain pengekspor anggrek. Infeksi kedua virus tersebut pada tanaman anggrek dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil dan kualitas bunga. Sampai saat ini belum diketahui status penyebaran kedua virus utama tersebut di Indonesia. Penelitian bertujuan (a) mendapatkan data dan informasi status penyebaran CymMV dan TMV-O pada anggrek komersial di sentra-sentra produksi di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, serta Bali dan (b) mendapatkan konsentrasi optimal senyawa antiviral ribavirin dalam eliminasi CymMV pada bahan perbanyakan tanaman anggrek Dendrobium. Sampel dikumpulkan dari perbenihan dan petani penganggrek di enam provinsi. Metode double antibody sandwich enzyme linked immuno sorbent assay (DAS ELISA) digunakan untuk deteksi virus dalam tiap sampel. Percobaan eliminasi virus dilaksanakan di Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, Pacet, Cianjur Desember 2010 hingga April 2011. Tahap percobaan meliputi (a) perbanyakan protocorm like bodies (Plbs) Dendrobium varietas Jayakarta yang terinfeksi CymMV pada media Vacin Went cair dan (b) uji eliminasi CymMV dengan perlakuan antiviral ribavirin. Rancangan acak lengkap digunakan dalam uji eliminasi CymMV dengan perlakuan lima taraf konsentrasi ribavirin, yaitu 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm, dengan tiga ulangan. Hasil deteksi infeksi CymMV dan TMV-O dari sampel yang dikumpulkan dari 22 kabupaten kota menunjukkan adanya keragaman persentase tanaman anggrek terinfeksi CymMV dan TMV-O. Infeksi CymMVdan TMV-O pada sampel masing-masing sebesar 0,00 -79,00% dan 4,00 - 97,92%. Sampel yang terinfeksi bersama oleh kedua virus tersebut ialah sebesar 0,00 - 62,00%. lnsiden infeksi virus anggrek tersebut tampaknya bergantung pada jenis dan umur tanaman 42
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
serta daerah pembudidayaan. Antiviral ribavirin cukup efektif untuk membebaskan infeksi CymMV pada plbs Dendrobium varietas Jayakarta. Konsentrasi optimum antiviral ribavirin yang dapat membebaskan 100% CymMV pada plbs ialah 30 ppm pada subkultur ketiga tanpa mengganggu pertumbuhannya. Pemanfaatan antiviral ribavirin untuk eliminasi CymMV pada plbs sangat penting dalam rangka pengadaan benih anggrek bebas virus, sehingga tanaman anggrek menghasilkan mutu bunga yang optimal sesuai dengan preferensi konsumen. 073 PRAPTANA, R.H. Keragaman virulensi dan konstruksi molekuler virus tungro pada padi dari daerah endemis. Virulence diversity and molecular construction of rice tungro viruses, obtained from endemic areas / Praptana, R.H. (Loka Penelitian Penyakit Tungro, Lanrang, Rappang Sidrap); Sumardiyono, Y.B.; Hartono, S.; Widiarta, I N. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 93-101, 3 ill., 5 tables; 29 ref. ORYZA SATIVA; PLANT DISEASE; RICE TUNGRO VIRUS; PLANT VIRUSES; PATHOGENICITY; VECTORS; NEPHOTETTIX VIRESCENS; HIGH YIELDING VARIETIES. Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada padi yang menjadi kendala dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Tungro disebabkan oleh infeksi dua virus yang berbeda yaitu Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV), yang keduanya hanya dapat ditularkan oleh vektor terutama Nephotettix virescens (Distant) secara semipersisten. Adanya indikasi bahwa terjadi variasi virulensi virus tungro dari daerah yang berbeda dan hubungan spesifik antara ketahanan varietas dengan isolat virus tungro maka diperlukan suatu kajian tentang virulensi dan keragaman genetik virus tungro dari beberapa daerah endemis di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeterminasi keragaman virulensi dan molekuler virus tungro dari beberapa daerah endemis di Indonesia. Varietas rentan TN1 digunakan di dalam penelitian. Survei dan koleksi tanaman terinfeksi dilakukan di beberapa daerah endemis tungro yaitu Jabar, Jateng, DIY, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Bali dan NTB. Penularan buatan dengan metode tabung digunakan dalam uji virulensi virus tungro. Vektor hasil tangkapan dari lapangan digunakan sebagai penular. Virulensi virus tungro ditentukan berdasarkan nilai indeks penyakit (01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa virulensi virus tungro bervariasi di antara daerah endemis. Isolat Jateng merupakan isolat paling virulen dan tidak semua isolat dari daerah endemis di pulau Jawa lebih virulen dibanding isolat dari luar Jawa. Keberadaan RTBV dan RTSV terdeteksi dalam setiap sampel tanaman TN1 bergejala hasil penularan. Virus tungro dari beberapa daerah endemis di Indonesia teridentifikasi beragam pada tingkat molekuler. Hubungan antara kombinasi pita DNA RTSV dan RTBV dengan virulensi virus tungro di daerah endemis di luar Jawa lebih kompleks dibandingkan dengan di Jabar dan Jateng. Keragaman molekuler virus tungro tidak berkesesuaian dengan perbedaan geografi daerah endemis dan virulensi. 074 SOENARTININGSIH Efektivitas Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. sebagai agen biokontrol hayati penyakit busuk pelepah daun pada jagung. Efficacy of Trichoderma sp. and Gliocladium sp. to control sheath blight disease (Rhizoctonia solani) on maize / Soenartiningsih; Djaenuddin, N.; Saenong, M.S. (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(2) p. 129-135, 5 tables; 20 ref.
43
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
ZEA MAYS; PLANT DISEASES; RHIZOCTONIA SOLANI; TRICHODERMA; GLIOCLADIUM; BIOLOGICAL CONTROL ORGANISMS; MICROORGANISMS; ANTAGONISM; DISEASE CONTROL; IN VITRO CULTURE; BLIGHTS. Penyakit busuk pelepah merupakan penyakit penting pada jagung. Pada varietas rentan penurunan hasil cukup nyata. Penggunaan mikroorganisme antagonis merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit ini. Penelitian dilaksanakan di laboratorium, rumah kaca. dan lapangan pada tahun 2010 - 2012. Tujuan penelitian untuk mendapatkan agensia hayati yang efektif mengendalikan penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung. Hasil pengujian di laboratorium secara in vitro menunjukkan dari 16 isolat mikroorganisme hanya tiga isolat ditemukan berpotensi menghambat patogen penyebab busuk pelepah di atas 50%. yaitu isolat TT1, TM, dan GM. Pembentukan konidia terbanyak di antara tiga isolat mikroorganisme adalah TT1. Hasil penelitian di rumah kaca menunjukkan tiga isolat Trichoderma tersebut mempunyai potensi menekan perkembangan penyakit busuk pelepah hingga 70% dan Gliocladium menekan hingga 53%. Hasil penelitian di lapang menunjukkan penggunaan Trichoderma dan Gliocladium menurunkan penyakit hingga 67%. Dengan kemampuannya menekan penyakit busuk pelepah cendawan Trichoderma dan Gliocladium juga dapat menekan kehilangan hasil jagung hingga 23%.
L02 PAKAN TERNAK 075 AKHSAN, F. Kombinasi bungkil kedelai dan daun waru dalam pakan kambing: pengaruh terhadap beberapa parameter dalam metabolisme protein. Combination of soybean meal and Hibiscus tiliaceus leaf in the goat diet: effect on some parameters of protein metabolism / Akhsan, F.; Nuswantara, L.K.; Achmadi, J. (Universitas Diponegoro, Semarang. Fakultas Peternakan dan Pertanian). Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 100-106, 2 tables; 22 ref. GOATS; HIBISCUS TILIACEUS; LEAF MEAL; SOYBEAN MEAL; SUPPLEMENTS; FEED ADDITIVES; DIET; PROTEIN METABOLISM; DIGESTIBILITY. Enam belas ekor kambing Peranakan Etawa digunakan untuk mengkaji pengaruh saponin daun waru yang dikombinasikan dengan suplementasi protein bungkil kedelai terhadap beberapa parameter dalam metabolisme protein. Kambing memiliki rerata bobot badan sekitar 16 kg dengan rerata umur 7 bulan. Pakan perlakuan terdiri dari: T0 = Pakan komplit (Saponin 0,90%, PK 8%, TDN 62%), T1 = T0 + 3% protein bungkil kedelai, T2 = T0 + 6% protein bungkil kedelai, T3 = T0 + 9% protein bungkil kelapa. Penelitian dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu konsumsi bahan kering (BK) dan protein kasar (PK), kecernaan bahan kering dan protein kasar, konsentrasi amonia rumen, konsentrasi VFA total, urea darah, retensi nitrogen, kecernaan bahan organik dalam rumen (KBOR), allantoin urin, estimasi sintesis nitrogen mikroba. Konsumsi bahan kering, KBOR, konsentrasi allantoin urin dan estimasi sintesis nitrogen mikroba tidak dipengaruhi oleh perlakuan secara nyata. Konsumsi PK, kecernK dan PK, konsentrasi NH3 dan VFA total cairan rumen, urea darah dan retensi nitrogen meningkat (P<0,05) seiring dengan peningkatan level bungkil kedelai. Keseimbangan level energi harus dipertimbangkan pada suplementasi protein pakan kambing yang mengandung Hibiscus tiliaceus. 076 BADARINA, I. [Kecernaan, produksi susu, dan kesehatan ambing kambing Etawah yang diberi kulit buah kopi yang difermentasi]. Digestibility, milk production, and udder health of etawah 44
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
goats fed with fermented coffee husk / Badarina, I. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Ilmu Gizi dan Pakan Hewan); Evvyernie, D.; Toharmat, T.; Herliyana, E.N.; Darusman, L.K. Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 42-47, 6 tables; 29 ref. GOATS; SUPPLEMENTARY FEEDING; COFFEE; PULP; FERMENTATION; ANIMAL HEALTH; MAMMARY GLANDS; MILK PRODUCTION; CHEMICAL COMPOSITION; PLEUROTUS OSTREATUS. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan kulit buah kopi yang telah difermentasi dengan Pleurotus ostreatus sebagai pakan suplemen dengan mengukur kecernaan, produksi susu, dan kesehatan ambing kambing Etawah yang menderita mastitis subklinis (+1). Terdapat tiga perlakuan ransum, yaitu T0 (ransum basal tanpa suplementasi kulit buah kopi fermentasi), T1 (ransum basal dengan suplementasi kulit buah kopi fermentasi sebanyak 6%), dan T2 (ransum basal dengan suplementasi 6% kulit buah kopi fermentasi yang telah direndam dalam CPO sebelum digunakan). Ransum basal tersusun atas rumput gajah (60%) dan konsentrat (40%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi kulit buah kopi fermentasi tidak menurunkan palatabilitas ransum, tetapi meningkatkan konsumsi protein dan serat kasar (P<0,05). Suplementasi kulit buah kopi fermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan nutrisi dan produksi susu, tetapi meningkatkan komposisi susu (protein, lemak, total padatan) (P<0,05). Persistensi produksi susu dan jumlah sel-sel somatik tidak berbeda nyata di antara perlakuan. Terdapat perbaikan dalam jumlah sel-sel somatik pada kelompok yang disuplementasi. Disimpulkan bahwa kulit buah kopi yang telah difermentasi dapat digunakan sebagai pakan suplemen tanpa menimbulkan pengaruh negatif pada kecernaan dan produksi susu. Pengaruh positif pada kesehatan ambing dapat diharapkan dari suplementasi kulit buah kopi fermentasi dalam ransum. 077 FASSAH, D.M. [Kadar malondialdehida darah, performa reproduksi dan laktasi induk domba Garut yang diberi ransum kaya PUFA yang disuplementasi dengan sumber antioksidan yang berbeda]. Blood malondialdehyde, reproductive, and lactation performances of ewes fed high PUFA rations supplemented with different antioxidant sources / Fassah, D.M. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan); Khotijah, L.; Atabany, A.; Mahyardini, R.; Puspadini, R.; Putra, A. Y. Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 48-56, 6 tables; Bibliography: p. 54-56 EWES; ANTIOXIDANTS; SUPPLEMENTS; BLOOD; REPRODUCTION; LACTATION; ANIMAL PERFOMANCE; MILK PRODUCTION; VITAMIN E; BRACHIARIA HUMIDICOLA; PRODUCTIVITY. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan vitamin E (Vit E) dan ekstrak teh hitam (BTE) sebagai sumber antioksidan dalam ransum kaya poly-unsaturated fatty acid (PUFA) terhadap kadar malondialdehida (MDA) darah, performa reproduksi dan laktasi induk domba Garut. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah kontrol: ransum basal tanpa antioksidan, Vit E: ransum basal disuplementasi Vit E, dan BTE: ransum basal disuplementasi BTE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi Vit E dan BTE tidak mempengaruhi kadar MDA darah induk domba pada akhir kebuntingan, periode laktasi, dan pada saat periode sapih. Sumber antioksidan tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pre-lambing LWC dan post-lambing ADG induk domba. Suplementasi vitamin E menurunkan produksi susu, namun kedua sumber antioksidan memberikan dampak yang positif terhadap komposisi susu. Suplementasi Vit E dan BTE meningkatkan terjadinya kelahiran kembar. Suplementasi Vit E menghasilkan lambing rate yang lebih 45
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
tinggi dari BTE, tetapi tingkat kematian anak yang tertinggi diantara perlakuan. BTE menunjukkan bobot sapih domba yang lebih baik dibandingkan Vit E. Suplementasi BTE dan Vit E menghasilkan produktivitas induk yang sama pada periode laktasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah BTE lebih efektif digunakan sebagai sumber antioksidan untuk menjaga reaksi oksidasi pada PUFA daripada Vit E. Suplementasi Vit E pada pakan kaya PUFA menurunkan produksi susu, namun menghasilkan performa reproduksi yang sama dengan BTE. 078 KHALIL [Pemanfaatan formula mineral lokal sebagai suplemen pakan untuk sapi yang diberi pakan hijauan dari tanaman liar]. Use of local mineral formulas as a feed block supplement for beef cattle fed on wild forages / Khalil; Lestari, M.N.; Sardilla, P.; Hermon (Universitas Andalas, Padang. Fakultas Peternakan). Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 34-41, ill., 3 tables; 46 ref. BEEF CATTLE; HEIFERS; FORAGE; MINERAL NUTRIENTS; ANIMAL FEEDING; SUPPLEMENTARY FEEDING; BODY WEIGHT. Penelitian bertujuan untuk mempelajari keragaman kandungan mineral pakan hijauan yang berasal dari tanaman liar dan mengevaluasi manfaat suplementasi mineral terhadap performa sapi. Penelitian dimulai dengan pengambilan sampel dan analisis kandungan mineral hijauan yang tumbuh liar. Sampel hijauan diambil dari 9 lokasi berbeda, yang tersebar di lahan perkebunan, konservasi, dan lahan tidur di sekitar kampus Limau Manis. Mineral yang dianalisis mencakup mineral makro: Ca, P, Mg, K, Na, dan S dan mikro: Co, Cu, Fe, Mn, Se, dan Zn. Selanjutnya dilakukan feeding trial untuk mengetahui manfaat pemberian pakan mineral suplemen (LMF) yang dibuat dengan bahan lokal pada performa ternak sapi. Feeding trial dilakukan selama 6 minggu, menggunakan 9 ekor sapi betina dara simmental dan terdiri atas 3 perlakuan, yaitu P1: rumput tanpa LMF (P1), P2: rumput + LMF, dan P3: rumput + LMF yang diperkaya dengan mineral premix. Peubah yang diukur antara lain: bobot badan, konsumsi, konversi ransum, biaya pakan, dan penerimaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan mineral makro tertinggi adalah Na 13,05 ± 2,22 g/kg, diikuti oleh K (11,09 ± 1,43 g/kg), dan Ca (6,10 ± 1,09 g/kg BK). Tiga mineral lainnya: Mg, P, dan S terkandung dalam konsentrasi rendah, masing-masing sekitar 1,34 ± 0,30; 0,83 ± 0,23; dan 0,17 ± 0,01 g/kg. Kandungan mineral mikro tertinggi adalah Fe, sekitar 613,8 ± 128,9 mg/kg, diikuti oleh Mn 143,9 ± 23,3 mg/kg. Zn dan Cu terkandung dalam konsentrasi yang relatif rendah, masing-masing sekitar 31,3 ± 5,5 dan 13,2 ± 2,5 mg/kg. Ternak sapi yang diberi pakan suplemen LMF berbasis bahan lokal menunjukkan pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan penerimaan yang nyata (P<0,05) lebih baik daripada yang hanya diberi rumput. Penerimaan tertinggi dapat dicapai jika formula mineral lokal diperkaya dengan mineral premix. 079 LANI, M.L. [Penggunaan Leucaena leucocephala pada program penggemukan tradisional sapi bali di wilayah Amarasi, Nusa Tenggara Timur]. Utilization of Leucaena leucocephala in traditional fattening program of bali cattle in Amarasi / Lani, M.L. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Ilmu Gizi dan Pakan Hewan); Abdullah, L.; Priyanto, R. Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 64-69, 4 tables; 25 ref. CATTLE; ANIMAL FEEDING; LEUCAENA LEUCOCEPHALA; COMPOSITION; NUTRIENT INTAKE; BODY WEIGHT; FATTENING.
CHEMICAL
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi ketersediaan dan penggunaan hijauan pakan sapi bali pada sistem Amarasi di lahan kering. Sistem amarasi adalah sebuah sistem 46
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
penggemukan (paronisasi) ternak sapi bali yang khas berbasis pakan hijauan lamtoro (Leucaena leucocephala) pada musim kemarau di wilayah Amarasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2013 di Desa Oesena dan Desa Merbaun Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan adalah survei lapang untuk mengidentifikasi hijauan pakan ternak yang terdapat di kandang, mengukur tingkat konsumsi pakan ternak, besarnya kapasitas tampung pada kedua desa dan pertambahan bobot badan ternak sapi bali. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan cluster random sampling. Dua desa dengan ketinggian berbeda dipilih, yaitu Desa Oesena dan Desa Merbaun. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi di lapangan. Uji t dilakukan untuk mengetahui nilai bobot badan konsumsi lamtoro pada kedua desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi lamtoro, yaitu 3,60 dan 3,58 kg/ekor/hari serta kapasitas tampung di dua desa yang rendah, namun pertambahan bobot badan sapi bali meningkat hingga 0.77 kg/ekor hari yang disebabkan oleh tingginya konsumsi protein kasar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketersediaan lamtoro sebagai pakan sapi bali belum memenuhi kebutuhan ternak, namun penggunaannya meningkatkan bobot badan sapi bali. 080 NOPRIANI, U. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan alternatif ternak pada intensitas cahaya yang berbeda. Productivity of duckweed (Lemna minor) as alternative forage feed for livestock in different light intensities / Nopriani, U.; Karti, P.D.M.H.; Prihantoro, I. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 272-286, 5 ill., 10 tables; 35 ref. FEED CROPS; LEMNA; LIGHT; SHADING; GROWING MEDIA; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES; PH; TEMPERATURE; PRODUCTIVITY; GROWTH; BIOMASS. Duckweed (Lemna minor) adalah tanaman air kecil yang ditemukan tumbuh mengapung diatas air dengan tingkat penyebaran yang sangat luas diseluruh dunia dan potensial sebagai sumber hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui intensitas cahaya yang optimal dalam menghasilkan produktivitas Lemna minor yang maksimal. Parameter yang diamati adalah karakteristik fisik-biologi dan kimia media (PH media, suhu media, luas cover area, penyusutan volume media, BOD, COD, nitrat, nitrit dan fosfat), percepatan tumbuh tanaman (jumlah anakan, diameter daun dan klorofil-a), produksi biomassa dan doubling time luas cover area dan jumlah anakan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan level naungan yakni tanpa naungan, naungan 30%, naungan 50% dan naungan 70% menggunakan naungan paranet, Tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas Lemna minor meliputi jumlah anakan, klorofil-a, produksi biomassa, luas cover area, serapan fosfat dan doubling time jumlah anakan tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa naungan (1007,21-2813,57 lux). Penurunan intensitas cahaya meningkatkan diameter daun. Penyusutan volume media tanam berkorelasi positif terhadap luas cover area. Produksi biomassa dipengaruhi oleh doubling time luas cover area dan jumlah anakan. 081 NUGROHO, H.D. [Penggunaan bioslurry pada maize hydroponic fodder sebagai suplemen silase jagung terhadap kecernaan nutrien dan produksi susu sapi perah]. Utilization of bioslurry on maize hydroponic fodder as a corn silage supplement on nutrient digestibility and milk production of dairy cows / Nugroho, H.D. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Ilmu Gizi dan Pakan Hewan); Permana, I.G.; Despal. Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 70-76, 8 tables; 21 ref.
47
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
DAIRY COWS; ANIMAL FEEDING; NUTRIENTS; DIGESTIBILITY; FORAGE; MAIZE; SILAGE; SUPPLEMENTS; PENNISETUM PURPUREUM; MILK PRODUCTION. Penelitian dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan 7% maize hydroponic fodder (MHF) sebagai suplemen silase jagung terhadap kecernaan nutrien dan produksi susu sapi perah. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pertama adalah kontrol (R0), yaitu sapi perah yang diberi pakan rumput gajah (Pennisetum purpureum), silase jagung, dan konsentrat. Perlakuan kedua adalah sapi perah yang diberi pakan rumput gajah (P. purpureum), silase jagung, konsentrat, dan 7% MHF (R1). Sapi yang digunakan sebanyak 8 ekor dengan produksi susu awal 13.01 ± 2.96 l/h. MHF diproduksi pada sistem hidroponik menggunakan bioslurry cair yang diperkaya dengan mineral mix sebagai sumber nutrien. Parameter yang diuji adalah kandungan nutrien bioslurry cair, kandungan nutrien ransum, konsumsi bahan kering, konsumsi nutrien, kecernaan nutrien, total digestible nutrient (TDN), kecernaan energi, dan produksi susu. Data dianalisis menggunakan ANOVA, kecuali peubah produksi susu menggunakan ANCOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan MHF memiliki total konsumsi bahan kering yang lebih tinggi (P<0,05), yaitu 12,99 ± 0,063 kg/ekor/hari pada R1 dibandingkan dengan R0 sebesar 11,98 ± 0,295 kg/ekor/hari. Kecernaan nutrien tidak menurun dengan adanya penambahan konsumsi MHF. Konsumsi energi pada R1 juga lebih tinggi (P<0,05), yaitu 49,95 ± 0,36 Mkal/kg, dibandingkan dengan R0, 46,11 ± 0,54 Mkal/kg. Penambahan MHF juga meningkatkan konsumsi nitrogen, konsumsi nitrogen R1 lebih tinggi (P<0,05), yaitu 318,3 ± 2,3 g/ekor/hari dibandingkan dengan R0, 295,9 ± 3,5 g/ekor/hari, serta dapat mempertahankan persistensi produksi susu pada akhir masa laktasi. Disimpulkan bahwa pemberian MHF sebagai suplemen silase jagung dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, konsumsi energi, konsumsi nitrogen, mempertahankan kecernaan nutrien ketika konsumsi bahan kering meningkat, serta mempertahankan persistensi produksi susu sapi perah pada akhir masa laktasi. 082 PASARIBU, T. Pengaruh tepung Sapindus rarak sebagai pakan aditif terhadap performa dan profil lipida ayam broiler yang diinfeksi Eimeria tenella. Effect of Sapindus rarak powder as feed additive on performance and lipid profile of broiler chicken infected by Eimeria tenella/ Pasaribu, T.; Wina, E. (Balai Penelitian Ternak, Bogor); Sumiati; Setiyono, A.; Astuti D.A. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 263-271, 1 ill., 3 tables; 35 ref. BROILER CHICKENS; RATIONS; PROXIMATE COMPOSITION; FEED ADDITIVES; EIMERIA TENELLA; INFECTIOUS DISEASES; GROWTH RATE; BLOOD LIPIDS; CARCASSES; SALINOMYCIN. Buah Sapindus rarak (lerak) memiliki senyawa bioaktif saponin yang berpotensi menghambat pertumbuhan protozoa dan menurunkan kolesterol dalam darah. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung lerak (Sapindus rarak) ukuran mikropartikel dalam pakan terhadap performa dan profil lipida ayam pedaging yang diinfeksi Eimeria tenella. Sebanyak ISO ekor DOC dibuat 5 perlakuan dengan 6 ulangan (5 ekor/ulangan) dipelihara dalam kandang baterai selama 34 hari. Rancangan perlakuan terdiri dari: T1 (K+, TAk, TSRa, TIE), T2 (K-, TAk, TSRa, IE), T3 (Sal, IE), T4 (Sra 2,5, IE), dan T5 (Sra 1,25, IE). Pada umur 14 hari, semua ayam kecuali ayam perlakuan T1 dicekok dengan 6000 ookista E. tenella/ekor. Peubah yang diukur adalah pertambahan bobot badan dan karkas, OPG (oocysts per gram) feses, profil lipida dan mortalitas. Pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang diberi tepung lerak dosis l,25 g/kg tidak berbeda nyata dibandingkan dengan yang diberi perlakuan salinomisin pada ayam yang diinfeksi E. tenella. 48
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Persentase bobot karkas, bobot organ dan kadar kolesterol darah tidak berbeda nyata antar semua perlakuan, kecuali kadar trigliserida darah pada perlakuan lerak 2,5, 1,25 g/kg dan salinomisin serta kontrol negatif lebih rendah dari kontrol positif. Jumlah OPG dalam feses pada pasca infeksi (14-34 hari) menunjukkan bahwa perlakuan lerak 2,5 dan 1,25 g/kg dapat menekan perkembangan ookista E. tenella. Dapat disimpulkan bahwa mikro partikel lerak (75~m) dapat digunakan sebagai pakan aditif untuk menggantikan salinomisin sebagai anti koksidia. 083 SALUPI, W. [Aktivitas xilanase Streptomyces violescences BF 3.10 terhadap xilan tongkol jagung dan produksi xilooligosakarida]. Xylanase activity of Streptomyces violescences BF 3.10 on xylan corncobs and its xylooligosaccharide production / Salupi, W. (Institut Pertanian Bogor. Program Bioteknologi); Yopi; Meryandini, A. Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 27-33, 5 ill., 2 tables; 43 ref. MAIZE; CORN COB MIX; BYPRODUCTS; CHROMATOGRAPHY; TEMPERATURE.
STREPTOMYCES;
XYLANS;
Jagung merupakan sumber karbohidrat penting di Indonesia, khususnya untuk makanan dan bahan baku industri. Tongkol jagung adalah limbah prospektif yang mengandung xilan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai substrat untuk memproduksi xilooligosakarida (XOS). XOS adalah serat prebiotik alami yang dapat membantu kesehatan saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan xilan dari limbah tongkol jagung untuk menghasilkan XOS. Penelitian ini meliputi ekstraksi xilan tongkol jagung, produksi xilanase dan produksi XOS dari xilan tongkol jagung. Tongkol jagung dan xilanase Streptomyces violascens BF 3.10 merupakan koleksi dari Laboratorium PPSHB IPB. Ekstraksi xilan tongkol jagung menggunakan metode alkali dan kadar gula dianalisa menggunakan metode dinitrosalicylic acid. Ekstraksi xilan dari tongkol jagung menghasilkan rendemen xilan 7,93%. Aktivitas Streptomyces violascens BF 3.10 xilanase pada xilan tongkol jagung sebesar 6,4 U/mL pada suhu optimum 60°C dalam 50 mM bufer fosfat pH 5.5. Hasil analisis kromatografi lapis tipis, 1% xilan tongkol jagung pada kondisi optimum menghasilkan xilooligosakarida dengan nilai derajat polimerisasi (DP) 3,92. Xilooligosakarida (dengan DP antara 2-4) dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak untuk merangsang pertumbuhan flora normal dalam saluran pencernaan ternak. 084 SANTOSO, U. Pengaruh ekstrak daun Sauropus androgynus plus tepung kunyit terhadap deposisi lemak, mutu karkas dan profil darah pada broiler yang diberi pakan berprotein rendah. Effect of Sauropus androgynus leaves extract plus tumeric powder on fat deposition, carcass quality and blood profile in broilers fed by low protein diets / Santoso, U.; Kusussiyah; Suharyanto (Universitas Bengkulu. Fakultas Pertanian). Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 121-130, 6 tables; 38 ref. BROILER CHICKENS; SAUROPUS; LEAVES; TURMERIC; SUPPLEMENTS; CARCASS COMPOSITION; BLOOD COMPOSITION; DIET; FEEDING PREFERENCES. Penelitian dirancang untuk mengevaluasi efektivitas suplementasi ekstrak daun katuk (EDK) plus tepung kunyit (TK) terhadap mutu karkas dan profil darah pada broiler yang diberi pakan berprotein rendah. Enam puluh broiler umur 14 hari dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan sebagai berikut: 1) Broiler diberi pakan berprotein 19% tanpa suplementasi sebagai kontrol (P0); 2) Broiler diberi pakan berprotein 17% yang disuplementasi dengan 4,5 49
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
g EDK/kg pakan plus 0,5% TK; 3) Broiler diberi pakan berprotein 17% yang disuplementasi dengan 4,5 g EDK/kg pakan plus 1% TK; 4) Broiler diberi pakan berprotein 15% yang disuplementasi dengan 4,5 g EDK/kg pakan plus 0,5% TK dan; 5) Broiler diberi pakan berprotein 15% yang disuplementasi dengan 4,5 g EDK/kg pakan plus 1% TK. Suplementasi EDK plus TK berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konsumsi protein, cacat daging paba dan deposisi lemak. Tidak ditemukan pengaruh nyata (P>0,05) dari perlakuan terhadap bau karkas, warna shank, cacat dana, berat paba, berat dana (P>0,05), kadar kolesterol daging, fatty liver score dan toksisitas. Dapat disimpulkan bahwa suplementasi EDK plus TK pada pakan berprotein rendah tidak mampu menurunkan deposisi lemak, tetapi menurunkan konsentrasi asam urat dan meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah pada broiler. 085 SOFYAN, A. Efektivitas probiotik, mikromineral terkorporasi khamir yang dikombinasikan dengan daun Azadirachta indica mengandung tanin terhadap fermentabilitas dan kecernaan Pennisetum hybrid. Effectivity of probiotic, micromineral enriched yeast and their combination with Azadirachta indica leaves containing tannin on fermentability and digestibility of Pennisetum hybrid / Sofyan A.; Sakti A.A.; Karimy M.F.; Julendra H.; Istiqomah L.; Herdian H.; Damayanti E.; Suryani A.E. (UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia - LIPI, Yogyakarta). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 08537380 (2015) v. 20(2) p. 95-104, 3 ill., 2 tables; 34 ref. PENNISETUM; MINERALS; AZADIRACHTA; INDICA; TANNINS; DIGESTIBILITY; IN VITRO EXPERIMENTATION; LACTIC ACID BACTERIA; PEDIOCOCCUS; RUMINANTS; LACTOBACILLUS; PROBIOTICS; RUMEN DIGESTION. Eksplorasi imbuhan pakan organik untuk ternak saat ini terus dilakukan untuk menggantikan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan. Probiotik dari bakteri asam laktat telah digunakan secara luas untuk mendukung keseimbangan mikroba saluran pencernaan. Selain itu, mineral organik ditambahkan pada pakan untuk meningkatkan ketersediaan dalam mencegah kelainan metabolisme akibat defisiensi mineral. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan probiotik (Pediococcus acidilactici RS2) dan mikromineral terkorporasi khamir/micromineral enriched yeast (MEY) yang dikombinasikan dengan tanin dari daun mimba (Azadirachta indica) terhadap fermentabilitas rumput Raja (P. hybrid) dengan menggunakan teknik produksi gas in vitro. Perlakuan terdiri dari PO (kontrol/hijauan tanpa imbuhan), P1 (P0 + MEY); P2 (P0 + MEY + tanin); P3 (P0 + Probiotik); P4 (P0 + Probiotik + MEY), dan PS (P0 + Probiotik + MEY + tanin) yang disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan setiap perlakuan. Suplementasi MEY (PI), probiotik+MEY (P4) dan probiotik+MEY+tanin (PS) nyata (P<0,05) meningkatkan produksi gas hijauan tanpa berpengaruh pada asam lemak volatil (VFA), jumlah protozoa, produksi metana dan kecernaan in vitro. Produksi gas tertinggi tercatat pada hijauan yang diberi perlakuan P4 diikuti P5, P1, P2, P3 dan kontrol. Pengaruh perlakuan terhadap kinetika produksi gas menunjukkan perbedaan yang nyata pada inkubasi setelah 8 jam. Walaupun perlakuan hanya berpengaruh terhadap kinetika produksi gas (b, c dan total gas), berdasarkan analisis klusterhirarki menunjukkan beberapa parameter yang terdiri dari asetat, propionat, kecernaan in vitro, jumlah protozoa dan produksi gas metana sangat berkorelasi dengan parameter kinetika produksi gas. Dapat disimpulkan bahwa fermentabilitas hijauan dapat ditingkatkan dengan suplementasi mineral organik maupun kombinasinya dengan probiotik maupun probiotik + tanin tanpa berpengaruh negatif terhadap kecernaan in vitro. 086 SUDRAJAT, D. Performa produksi telur burung puyuh yang diberi ransum mengandung kromium organik. Production performance of quails given chromium organic in ration/ Sudrajat, 50
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
D.; Kardaya, D.; Dihansih, E.; Puteri, S.F.S. (Universitas Djuanda Bogor. Fakultas Pertanian). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 257-262, 5 tables; 27 ref. QUAILS; RATIONS; CHROMIUM; FERMENTATION; EGG PRODUCTION; EGG SHELL; FEED INTAKE; QUALITY; FOOD CONVERSION EFFICIENCY. Performa produksi telur burung puyuh bergantung pada kualitas pakan yang diberikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi telur adalah dengan memanipulasi nutrisi ransum menggunakan kromium. Mineral kromium dalam bentuk GTF dalam darah tidak hanya diketahui berperan meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel melalui peningkatan aktivitas insulin, namun dibutuhkan juga dalam metabolisme lemak dan sintesis protein, serta mengurangi cekaman panas sehingga produksi telur burung puyuh dapat meningkat. Tujuan penelitian untuk mengetahui performa produksi telur burung puyuh yang diberi ransum mengandung mineral kromium organik. Ternak yang digunakan adalah 64 burung puyuh berumur 40 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ransum yang digunakan adalah pakan komersil + Cr 0 ppm (R1), pakan komersil + Cr 0,5 ppm (R2), pakan komersil + Cr 1,0 ppm (R3), pakan komersil + Cr 1,5 ppm (R4). Peubah yang diamati adalah jumlah konsumsi pakan, bobot telur, produksi massa telur, produksi hen day, konversi pakan, indeks kualitas telur dan tebal kerabang. Pemberian ransum yang mengandung kromium dengan taraf 1,5 ppm pada burung puyuh tidak mempengaruhi konsumsi ransum, produksi telur, bobot telur, dan ketebalan kerabang, namun dapat menurunkan konversi pakan sampai 32,25% dari ransum kontrol. Pemberian ransum yang mengandung kromium organik pada suplementasi Cr 0,5 ppm menurunkan nilai indeks telur pada minggu keempat. 087 SUHARYONO Pengembangan suplemen pakan urea molases multi-nutrien blok (UMMB) menggunakan sumber protein tepung kedelai dan Gliricidia sepium (Gs) untuk ternak ruminansia. Development of feed supplement urea molasses multi nutrient block (UMMB) using protein source from soybean meal and Gliricidia sepium (GS) for ruminant animal / Suharyono (Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2014) v. 10(1) p. 11-21, 5 tables; 24 ref. GOATS; WATER BUFFALOES; BEEF CATTLE; SOYBEAN MEAL; GLIRICIDIA SEPIUM; FEEDS; SUPPLEMENTS; TRACER TECHNIQUES; NUTRITIVE VALUE; BACTERIA; RUMEN MICROORGANISMS. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan formula suplemen pakan UMMB dengan sumber protein Gs untuk ternak ruminansia. Pengembangan dilakukan melalui uji skala laboratorium dan lapangan. Kegiatan skala laboratorium meliputi evaluasi biologis suplemen pakan tersebut dengan menggunakan teknik isotop P-32 untuk mengukur rasio bakteri dan protozoa serta laju pertumbuhan sel mikroba dalam cairan rumen secara in vitro. Suplemen pakan yang dikembangkan ada dua yaitu UMMB-tepung kedelai (UMMB-TK) dan UMMB Gliricidia sepium/Gs (UMMB-Gs). Untuk UMMB-TK diproduksi di Pesantren Al Hikmah dan Famor Satwa. Tepung Gs yang dikombinasikan UMMB-bungkil kedelai (UMMB- BK) diuji cobakan pada kambing peranakan etawa (PE), kerbau dan sapi potong pada skala laboratorium secara in vitro untuk mengukur laju pertumbuhan sel mikroba dalam cairan rumen dengan isotop P-32. Tahapan kegiatan berikutnya adalah pengujian UMMB-Gs terhadap produksi dan kadar lemak susu dari sapi perah. Rancangan statistik yang digunakan masing-masing t test, 3 x 3 bujur sangkar latin dan rancangan acak kelompok. Hasil dari pengukuran rasio bakteri dan protozoa, masing-masing adalah UMMB-BK = 14 : 1, UMMBTKI = 19 : 1 dan UMMB- TK2 = 17 : 1. Hasil ini lebih baik jika dibandingkan dengan ternak 51
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
yang hanya diberi rumput saja yaitu 1:4. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa UMMB-BK yang dikombinasikan dengan Gs mampu meningkatkan laju pertumbuhan sel mikroba dalam cairan rumen kambing, kerbau dan sapi masing-masing sebesar 102,01. 088 WINA, E. Suplementasi kalsium-asam lemak pada sapi perah laktasi untuk meningkatkan produksi susu dan performans induk. Supplementation of calcium-fatty acid to lactating cow to increase milk production and performance of dairy cow/ Wina, E.; Widiawaty, Y.; Tangendjaja, B.; Susana, I W.R. (Balai Penelitian Ternak, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 287-243, 1 ill., 5 tables; 21 ref. DAIRY CATTLE; FEEDS; CALCIUM; FATTY ACIDS; RUMEN DIGESTION; MILK PRODUCTION; DIGESTIBILITY; QUALITY; BODY WEIGHT. Salah satu sumber energi untuk pakan sapi perah adalah lemak atau minyak, tetapi pemakaian lemak atau asam lemak yang tinggi (>5% dalam total ransum) akan menyebabkan efek negatif terhadap fermentasi rumen. Oleh sebab itu, lemak atau asam lemak harus diproteksi sehingga tidak dapat dipecah di dalam rumen. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi asam lemak yang berasal dari hasil samping minyak sawit yang diproteksi (dibuat di institusi sendiri) dan ditambahkan ke dalam pakan sapi perah. Percobaan pertama adalah kegiatan evaluasi secara in vitro. Dua jenis pakan yaitu pakan komplit tidak ditambah atau ditambah dengan Kalsium asam lemak (Ca-FA) diuji secara in vitro dengan parameter yang diukur adalah pH, total gas, amonia dan kecemaan BK pakan. Percobaan kedua adalah percobaan pemberian pakan dengan dua perlakuan diberikan pada sapi perah. Digunakan 12 ekor sapi perah FH laktasi dibagi dalam 2 grup; grup pertama diberi pakan yang mengandung 300 g Ca-FA (2,5% dari total ransum) dan grup kedua adalah perlakuan kontrol tanpa suplementasi Ca-FA. Pakan diberikan sebagai total mixed ration terdiri dari rumput gajah, jagung giling, bungkil kedelai, polar dan bungkil kelapa dengan kandungan protein 15,1% dan net energi untuk laktasi 1,53 Meal/kg. Pemberian pakan diberikan pada sapi satu bulan sebelum melahirkan hingga mencapai 120 hari masa laktasi. Produksi susu dicatat setiap hari. Pada akhir percobaan dilakukan pengumpulan feses selama seminggu untuk mengukur total kecernaan pakan, Hasil dari percobaan in vitro menunjukkan tidak adanya efek negatif dari penambahan Ca-FA terhadap parameter fermentasi rumen dan meningkatkan nilai kecernaan pakan (KCBK Ca-FA dibanding kontrol = 58,52% dibanding 53,99%). Percobaan pemberian pakan memperlihatkan bahwa penambahan Ca-FA meningkatkan produksi susu (11,41 dibanding 10,74 l/hari pada kontrol) tetapi tidak mempengaruhi konsumsi, nilai total kecernaan dan kualitas susu. Bobot badan sapi yang diberi Ca-FA lebih tinggi dari pada sapi kontrol yang tidak diberi Ca-FA. Hasil penelitian menunjukkan manfaat positif dari penggunaan Kalsium-asam lemak (Ca-FA) dalam pakan sapi perah. Disimpulkan bahwa suplementasi Ca-FA sebanyak 300 g/ekor/hari pada sapi perah laktasi dapat meningkatkan produksi susu tanpa menyebabkan efek negatif.
L10 GENETIKA DAN PEMULIAAN HEWAN 089 AGUNG, P.P. Potensi sapi Sumba Ongole: studi karakterisasi sapi genetik dan produktivitas karkas. Potency of Sumba Ongole (SO) cattle: a study of genetic characterization and carcass productivity / Agung, P.P.; Anwar, S.; Wulandari, A.S. (Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Cibinong); Sudiro, A.; Said, S.; Tappa, B. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 71-78 , 5 tables; 22 ref. 52
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
BEEF CATTLE; GENETIC VARIATION; CARCASSES; SLAUGHTER WEIGHT; CARCASS COMPOSITION. Telah dilakukan suatu penelitian untuk mengevaluasi keragaman genetik sapi Sumba Ongole (SO) berdasarkan DNA mikrosatelit dan mengkaji potensi sapi SO sebagai sapi potong lokal Indonesia berdasarkan kemampuan produksi karkasnya. Sebanyak 28 sampel darah sapi SO digunakan untuk melakukan karakterisasi genetik menggunakan 12 pasang primer DNA mikrosatelit yang direkomendasikan oleh FAO. Data produksi karkas dan bobot kulit berasal dari 506 ekor sapi SO yang dipotong di rumah potong hewan Karawaci, Banten, Indonesia. Nilai heterozigositas 12 lokus mikrosatelit berkisar antara 0,143 - 1,000 (rata-rata 0,536). Nilai PIC tertinggi (0,814) ditemukan pada lokus TGLA122 sedangkan nilai terendah (0,280) ditemukan pada lokus BM18l8. Sapi dengan bobot potong 351-475 kg merupakan sapi yang paling banyak dipotong pada tahun 2013 dan 2014 dengan persentase karkas antara 52,89 - 53,43%. Persentase karkas tertinggi (56,34%) diperoleh dari sapi dengan bobot potong 626-650 kg. Sementara itu persentase karkas terendah (51,42%) diperoleh dari sapi dengan bobot potong 250-275 kg. Hasil karakterisasi genetik menunjukkan bahwa seluruh lokus mikrosatelit berada dalam kondisi beragam dan dapat digunakan untuk mendeteksi level keragaman genetik populasi sapi SO. Hasil studi produksi karkas menunjukkan bahwa sapi SO memiliki potensi yang sangat baik sebagai sapi potong jika dibandingkan dengan sapi potong lokal di Indonesia. 090 HANDIWIRAWAN, E. Pemanfaatan karakteristik tingkah laku dalam pendugaan jarak genetik antar rumpun domba. Behaviour characteristics as estimation tool of genetic distance between sheep breeds / Handiwirawan, E. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor); Noor, R.R.; Sumantri, C.; Subandriyo. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 239-247, 3 tables; 3 ref. SHEEP; GENETIC DISTANCE; BEHAVIOUR; BREEDS; ANIMALS. Informasi mengenai penduga jarak genetik dan perbedaan rumpun domba sangat diperlukan dalam program persilangan antar rumpun dan program pelestarian. Penelitian dilakukan dengan tujuan mempelajari pemanfaatan peubah karakteristik tingkah laku untuk pembedaan dan pendugaan jarak genetik antar rumpun domba. Penelitian dilakukan di Kandang Percobaan Domba Balai Penelitian Ternak Cilebut dan Bogor. Lima rumpun domba yang digunakan adalah domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC), dengan jumlah sampel 50 ekor. Sebanyak 10 peubah sifat tingkah laku diamati dalam penelitian. Analisis ragam dan pengujian signifikansi untuk pembandingan peubah sifat tingkah laku antar rumpun domba dilakukan menggunakan PROC GLM dari Program SAS ver 9.0. PROC CANDISC, digunakan untuk analisis diskriminan kanonikal, hierarchical clustering dilaksanakan dengan PROC CLUSTER menurut Metode Average Linkage (Unweighted Pair-Group Method Using Arithmetic Averages, UPGMA), dan dendogram untuk kelima rumpun domba dibuat dengan PROC TREE. Peubah pembeda rumpun untuk sifat tingkah laku adalah lama berdiri dan lama makan. Plotting canonical berdasarkan sifat tingkah laku dapat membedakan domba BC, KS dan LG (bersama KG dan SC). Pendugaan jarak genetik berdasarkan karakteristik sifat tingkah laku menghasilkan pengelompokan rumpun domba yang kurang akurat. 091 KOSTAMAN, T. Pembentukan germline chimera ayam Gaok menggunakan Primordial Germ Cell sirkulasi segar dan beku. Formation of germline chimera Gaok chicken used circulation Primordial Germ Cells (circulation PGCs) fresh and thawed / Kostaman T. (Balai 53
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Penelitian Ternak, Bogor); Yusuf T.L.; Fahrudin M.; Setiadi M.A.; Setioko A.R. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 17-25, 5 ill., 1 table; 26 ref. CHICKENS; GAMETES; ANIMAL GENETIC RESOURCES; EMBRYO TRANSFER; GROWTH. Pembentukan germline chimera ayam dengan cara transfer Primordial Germ Cell (PGC) adalah salah satu teknik yang efektif untuk preservasi dan regenerasi sumber genetik pada ayam. Pada penelitian ini dicoba untuk membentuk Germline Chimera ayam Gaok dengan cara memumikan terlebih dahulu PGC-sirkulasi donor sebelum ditransfer ke embrio resipien (ayam White Leghorm = WL) dan dilihat bagaimana kemampuan embrio resipien dapat bertahan hidup pada mesin inkubator, serta daya tetas. Dalam penelitian ini digunakan 200 butir telur fertil ayam Gaok dan 90 butir telur fertil ayam WL, yang masing-masing diinkubasi pada suhu 38°C dan kelembaban 60% dalam inkubator portable. PGC-sirkulasi ayam Gaok dikoleksi dari darah embrio pada stadium 14-16 yang diambil dari bagian aorta dorsalis, kemudian dimurnikan dengan metode sentrifugasi menggunakan nycodenz. PGCsirkulasi hasil pemurnian selanjutnya dibekukan diliquid nitrogen sebelum ditransfer ke embrio resipien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk perkembangan embrio yang ditransfer dengan PGC-sirkulasi segar sebanyak 25 sel dapat bertahan hidup sampai hari ke14, sedangkan yang ditransfer dengan 50 dan 100 sel ke embrio resipien berhasil menetas masing-masing sebanyak satu ekor (10%). Sebaliknya embrio resipien yang ditransfer dengan PGC-sirkulasi beku perkembangan embrionya lebih singkat, yaitu hanya mampu bertahan hidup sampai hari ke-10 (perlakuan 25 sel), hari ke-14 (perlakuan 50 sel) dan hari ke-17 (perlakuan l00 sel). Hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah PGC-sirkulasi yang ditransfer ke embrio resipien merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembentukan Germline Chimera. 092 NURY, H.S. Polimorfisme genetik gen β-laktoglobulin pada sapi Friesian Holstein. Genetic polymorphism of the β-lactoglobuline gene in Friesian Holstein cows / Nury, H.S. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan); Anggraeni A. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 35-42, 4 ill., 3 tables; 25 ref. DAIRY CATTLE; GENETIC POLYMORPHISM; BETA LACTOGLOBULIN; PCR; MILK PROTEIN. Protein dari susu sapi perah meliputi kasein dan whey. Whey dalam susu sapi perah sekitar 20%, dengan komponen utamanya adalah beta-laktoglobulin (7-12%). Keragaman gen betalaktoglobulin berpengaruh pada produksi protein dan whey susu. Seleksi molekular untuk perbaikan whey protein susu memerlukan informasi variasi genetik gen β-laktoglobulin, disamping sejumlah gen protein lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi polimorfisme genetik gen β-laktoglobulin pada sapi Friesian Holstein (FH) induk sejumlah 88 ekor di Balai Pembibitan dan Pengembangan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole, Lembang. Genotyping menerapkan metode Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragmen Length Polymorphism (PCR-RFLP), menggunakan enzim restriksi HaeIII. Frekuensi genotipe, frekuensi alel, dan nilai heterozigositas dihitung dengan metode Nei. Kesetimbangan Hardy-Weinberg dihitung dengan uji χ2. Genotyping gen β-laktoglobulin pada sapi FH pengamatan bersifat polimorfik, yang menghasilkan dua tipe alel (A dan B); serta tiga genotipe (AA, AB dan BB). Frekuensi alel A dan B diperoleh sebesar 0,40 dan 0,60; sedangkan frekuensi genotipe AA, AB dan BB berurutan 0,10; 0,60 dan 0,30. Nilai heterozigositas diperoleh sebesar 0,483. Gen β-laktoglobulin sapi FH pengamatan berada pada keseimbangan Hardy-Weinberg (χ2bit < χ2 tabel). Disimpulkan bahwa sifat polimorfik 54
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
gen β-laktoglobulin dapat dijadikan informasi awal untuk keperluan seleksi whey protein susu sapi FH. 093 PARAMITASARI, K.A. [Keragaman genetik gen prolactin (PRL) dan signal transducers and activators of transcription 5A (STAT5A) pada sapi bali]. Genetic variability of prolactin and signal transducers and activators of transcription 5A (STAT5A) genes in Bali cattle/ Paramitasari, K.A.; Sumantri, C.; Jakaria (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan). Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 1-11, 7 ill., 6 tables; Bibliography: p. 10-11 CATTLE; GENETIC POLYMORPHISM; PCR; PROLACTIN; TRANSCRIPTION; RESTRICTION ENZYMES; NUCLEOTIDE SEQUENCE; ADENINE; GUANINE. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya polimorfisme gen PRL dan STAT5A pada sapi bali di tiga daerah pusat pembibitan sapi bali, yaitu: Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi Selatan (SS) dengan menggunakan metode PCR-RFLP. Sapi bali sebanyak 262 sampel dideteksi keragaman genetiknya menggunakan enzim restriksi RsaI (PRL) dan AvaI (STAT5A). Amplifikasi gen PRL ekson 3, gen PRL ekson 4, dan gen STAT5A ekson 7 menghasilkan fragmen dengan panjang masing-masing 156 bp, 294 bp, dan 215 bp. Penentuan genotipe gen PRL ekson 3 dan ekson 4 menghasilkan tiga genotipe pada populasi di Bali dan dua genotipe pada populasi di NTB dan SS. Frekuensi aIel A (ekson 3) dan aIel G (ekson 4) lebih tinggi dibandingkan dengan aIel B (ekson 3) dan aIel A (ekson 4) untuk gen PRL. Hasil analisis menunjukkan bahwa lokus STAT5AI AvaI memiliki alel monomorfik C. Nilai heterozigositas ditemukan rendah pada gen PRL ekson 3 dan ekson 4 untuk seluruh populasi. Hasil sekuens fragmen gen PRL baik pada ekson 3 maupun ekson 4 menunjukkan adanya mutasi antara basa adenin (A) dengan guanin (G), sedangkan hasil analisis sekuens pada gen STAT5A dapat mengkonfirmasi adanya situs restriksi enzim AvaI (CICCGAG). 094 PUTRA, W.P.B. Potensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Aceh. Potential to selection of growth traits in Aceh cattle / Putra W.P.B. (Universitas Muhammadiyah Gorontalo); Sumadi; Teti H.; Hendra S. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 248256, 1 ill., 6 tables; 18 ref. CATTLE; SELECTION RESPONSES; WEANING WEIGHT; HERITABILITY; GROWTH; GENETIC CORRELATION; RATE.
BIRT
WEIGHT;
Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai dugaan kemajuan genetik pada sapi Aceh melalui seleksi terhadap beberapa sifat pertumbuhan seperti bobot lahir (BL), bobot sapih (BS), bobot setahunan/yearling (BY), bobot dewasa (BD) serta mengetahui nilai estimasi respon seleksi terbaik dari beberapa alternatif sistem perkawinan pada jantan dan betina. Catatan produksi dan reproduksi sapi Aceh dari tahun 2010 - 2014 dari pusat pembibitan dianalisis untuk memperoleh koefisien teknis untuk mengestimasi heritabilitas (h2), korelasi genetik (re) dan respon seleksi langsung (Rv) dan respon seleksi terkorelasi (CRv) dari beberapa model perkawinan. Sebagian besar nilai h2 dan re pada sifat produksi adalah positif dan tinggi. Nilai Rv tertinggi untuk BL (0,04), BS (1,21), BY (2,05), BD (3,28) dan dicapai pada penggunaan pejantan selama 3 tahun dan betina selama 6 tahun. Nilai CRv berdasarkan BL lebih rendah dibandingkan dengan BS sehingga BS dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk meningkatkan BS, BY dan BD.
55
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
095 RAHAYU, A.P. Pengaruh seleksi sapi perah betina terhadap kemajuan genetik pada produksi dan komposisi susu di BPPTU-HPT Baturraden, Indonesia. Genetic gains of milk yield and milk composition as realized response to dairy cow selection in BBPTU-HPT Baturraden, Indonesia / Rahayu, A.P.; Johari, S.; Kurnianto, E. (Universitas Diponegoro, Semarang. Fakultas Peternakan dan Pertanian). Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 79-86, 7 tables; 28 ref. DAIRY COWS; GENETIC GAIN; MILK YIELD; HERITABILITY; SELECTION RESPONSES. Penelitian ini bertujuan untuk menaksir heritabilitas, mengetahui pengaruh seleksi sapi perah betina, dan menganalisis kemajuan genetik pada produksi dan komposisi susu di Balai Besar Perbibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden. Penelitian menggunakan 221 catatan laktasi pertama periode 2006-2014. Heritabilitas ditaksir dengan korelasi saudara tiri sebapak. Perbandingan antara rataan penampilan pada populasi anak (A-) dengan populasi awal induk sebelum seleksi (P-) dilakukan dengan menggunakan uji Z. Kemajuan genetik per tahun merupakan kemajuan genetik per generasi (selisih antara A- dan P-) dibagi dengan interval generasi. Hasil penelitian menunjukkan heritabilitas kadar lemak, produksi lemak, kadar protein dan produksi protein susu masing-masing 0,46; 0,30; 0,28 dan 0,17. Produksi susu generasi ke-2 (G2) yang nyata lebih tinggi (P=0,025) dari generasi pertama (G1 menghasilkan kadar lemak yang sangat nyata lebih rendah (P=0,004). Kemajuan genetik untuk produksi, kadar lemak dan protein susu masing-masing 9,76 kg; 0,04% dan -0,01% per tahun. Kesimpulan penelitian adalah seleksi yang hanya diarahkan untuk produksi susu berdampak negatif terhadap kadar lemak dan protein susu. Seleksi dapat dilakukan berdasarkan produksi lemak susu untuk mencegah penurunan kadar lemak susu. Pengaruh negatif interaksi genetik-lingkungan menyebabkan kemajuan genetik menjadi lambat akibat sapi impor membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan lokal. 096 SEPTIAN, W.A. [Keragaman genetik sapi bali berdasarkan penanda mikrosatelit di Balai Pembibitan Ternak Indonesia]. Genetic diversity of bali cattle based on microsatellite marker in Indonesian breeding centre / Septian, W.A.; Jakaria; Sumantri, C. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan). Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 12-17, 1 ill., 5 tables; 36 ref. CATTLE; GENETIC VARIATION; GENETIC MARKERS; MICROSATELLITES. Karakterisasi genetik pada ternak berdasarkan mikrosatelit telah banyak diterapkan termasuk pada sapi bali di tiga pusat pembibitan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaman mikrosatelit di tiga pusat peternakan BPTU Bali, BPT-HMT Serading Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, dan Village Breeding Center Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan. Jumlah ternak yang digunakan sebanyak 95 ekor terdiri atas 32 ekor sapi dari BPTU Provinsi Bali, 32 ekor sapi bali dari BPT-HMT Serading Sumbawa, dan 31 ekor sapi bali dari Village Breeding Center Kabupaten Barru, Lokus mikrosatelit yang digunakan dalam menentukan keragaman adalah SPS115, INRA037, MM12, dan ETH185 berdasarkan metode fragmen flourescently berlabel. Analisis data mikrosatelit pada sapi bali di tiga lokasi yang berbeda dilakukan menggunakan Program POPGEN1.2, Cervus, dan POPTREE2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman mikrosatelit pada sapi bali menemukan 32 alel dari tiga lokasi yang berbeda dan terdapat alel spesifik di setiap lokasi. Nilai rata-rata yang diamati meliputi nilai heterosigositas (Ho) dan heterozigositas yang diharapkan (He), masing-masing 0,418 dan 0,604, sedangkan nilai rata-rata polymorphism informative content (PIC) adalah 0,579. Keseimbangan Hardy-Weinberg menunjukkan 56
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
bahwa lokus yang digunakan dalam sapi bali di tiga populasi berada dalam keseimbangan, kecuali lokus INRA037 dan ETH185. Keragaman genetik antara populasi pada sapi bali adalah 0,033 (3%), sedangkan laju inbreeding adalah 0,296 (29,6%). Pohon filogenetik di tiga populasi menunjukkan bahwa populasi sapi bali di BPTU Bali dan VBC Barru memiliki jarak genetik yang dekat dibandingkan dengan populasi sapi bali di BPT-HMT Serading Sumbawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pusat peternakan sapi bali di tiga pusat peternakan adalah berbeda, sehingga diperlukan program pemuliaan yang terarah di setiap populasi pusat pembibitan sapi bali.
L51 FISIOLOGI - NUTRISI TERNAK 097 JAYANEGARA, A. [Penambahan sumber tanin murni dan perlakuan polietilen glikol terhadap emisi metan dan fermentasi rumen secara in vitro]. Addition of purified tannin sources and polyethylene glycol treatment on methane emission and rumen fermentation in vitro / Jayanegara, A. (Universitas Hohenheim (Jerman). Departemen Produksi Ternak di Daerah Tropika dan Subtropika); Makkar, H. P. S.; Becker, K. Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 57-63, 2 ill., 3 tables; 29 ref. RUMEN DIGESTION; IN VITRO EXPERIMENTATION; TANNINS; POLYETHYLENE; ALCOHOLS; METHAN. Penelitian bertujuan (1) untuk mengevaluasi pengaruh tanin murni dan polietilen glikol (PEG) terhadap fermentasi rumen dan metanogenesis secara in vitro, dan (2) untuk menganalisis akurasi profil volatile fatty acid (VFA) dalam memprediksi emisi metana. Tanin terhidrolisis dan terkondensasi diekstrak dan dimumikan dari chestnut, sumach, mimosa dan quebracho. Rumput hay dan konsentrat (70:30 w/w, 380 mg) diinkubasi di dalam syringe Hohenheim bersama dengan 10 ml cairan rumen + 20 ml larutan buffer. Tanin dimasukkan ke dalam syringe pada konsentrasi 1,0 mg/ml dengan atau tanpa penambahan PEG dalam tiga ulangan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan emisi metana (20%27%) ketika tanin murni ditambahkan ke dalam ransum basal dibandingkan dengan kontrol (P<0,05),dan penambahan PEG meningkatkan emisi gas metana (P<0,05). Semua tanin murni menurunkan produksi gas total dan VFA total (P<0,05). Recovery H2 berkisar 86,7%95,3%. Estimasi emisi metana secara stoikiometri dari profil VFA menunjukkan hasil yang akurat dengan nilai root mean square prediction error yang sangat rendah (1,75%). Disimpulkan bahwa tanin dapat menekan emisi metana sementara PEG menetralkan efek tersebut, dan profil VFA merupakan prediktor yang akurat terhadap emisi metana. 098 KHOTIJAH, L. Suplementasi minyak bunga matahari (Helianthus annuus) pada ransum pra kawin terhadap konsumsi nutrien, penampilan dan karakteristik estrus domba garut. Effect of Sun flower oil addition (Helianthus annuus) in diet on nutrient intake, growth performance and characteristics of estrous of pre-mating garut sheep / Khotijah, L.; Zulihar R.; Setiadi M.A.; Wiryawan K.G.; Astuti D.A. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 9-15, 7 tables; 27 ref. HELIANTHUS ANNUUS; ESSENTIAL OILS; SUPPLEMENTARY FEEDING; NUTRIENT INTAKE; SHEEP; ANIMAL PERFORMANCE; BODY WEIGHT; OESTROUS CYCLE.
57
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Gizi yang baik pada induk domba fase pra kawin sangat penting untuk keberhasilan reproduksi. Tiga puluh dua ekor domba garut betina calon induk (bobot badan awal 22,5 ± 2,21 kg) digunakan sebagai hewan percobaan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap 4 x 8. Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh penambahan minyak bunga matahari dalam ransum dengan berbagai level terhadap konsumsi nutrien, performa pertumbuhan dan karakteristik estrus pada domba garut pra kawin. Domba diberi makan rumput dan disuplementasi dengan salah satu dari empat konsentrat yang mengandung kadar minyak bunga matahari berbeda, yaitu: (M0) 0% minyak bunga matahari; (M1) 2% minyak bunga matahari, (M2) 4% minyak bunga matahari dan (M3) 6% minyak bunga matahari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak bunga matahari nyata mengurangi konsumsi bahan kering (P<0,05), sangat nyata menurunkan konsumsi protein kasar, kalsium dan fosfor (P<0,01), sangat nyata meningkatkan konsumsi lemak kasar (P<0,01) dan nyata meningkatkan lama estrus (P<0,05). Perlakuan tidak mempengaruhi konsumsi serat kasar, TDN, pertambahan bobot badan, periode onset estrous dan respon estrus. Respon estrus masing-masing M0, M1, M2 dan M3 adalah 62,50; 50,00; 75,00 dan 62,50%. Disimpulkan bahwa penambahan minyak bunga matahari sampai 6% dalam ransum pra kawin mempengaruhi konsumsi nutrien tanpa mengganggu penampilan, cenderung memperbaiki karakteristik estrus domba garut calon induk.
L53 FISIOLOGI - REPRODUKSI HEWAN 099 FEBRETRISIANA, A. Tingkat maturasi inti oosit domba secara in vitro: pengaruh suhu dan waktu penyimpanan ovarium. Nuclear maturation rate of sheep oocytes in vitro: effect of storage duration and ovary temperature / Febretrisiana, A. (Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Galang); Setiadi, M.A.; Karja, N.W.K. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 93-99, 2 ill., 1 table; 24 ref. SHEEP; OVA; SEXUAL MATURITY; IN VITRO FERTILIZATION; STORAGE; DURATION; TEMPERATURE. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan ovarium terhadap tingkat maturasi inti oosit secara in vitro pada domba. Ovarium diperoleh dari rumah potong hewan dan disimpan dalam medium NaCl fisiologi dengan lama waktu penyimpanan yang berbeda (2-4 jam, 5-7 jam, dan 8-l0 jam setelah pemotongan hewan) dan temperatur penyimpanan yang berbeda (27- 28°C, 36-37°C, dan 4°C). Oosit dengan sel-sel kumulus yang kompleks dikoleksi masing-masing dari ketiga kelompok suhu dan waktu penyimpanan dengan metode slicing dan kemudian dimaturasi selama 26 jam. Tidak ada perbedaan tingkat maturasi inti oosit yang mencapai tahap metafase II pada penyimpanan suhu 27-28°C maupun pada suhu 36-37°C dengan waktu penyimpanan selama 2-7 jam (P>0,05). Sedangkan tingkat maturasi yang lebih rendah ditunjukkan oleh oosit yang dikoleksi dari ovarium yang disimpan pada suhu 4°C (69,23%, 70,83%, dan 45,65% berturut-turut untuk waktu penyimpanan 2-4 jam dan 59,61%, 64,58%, dan 36,36% berturutturut untuk waktu penyimpanan 5-7 jam. Tingkat maturasi dari kelompok penyimpanan dengan suhu 27-28°C dan 36-37°C mengalami penurunan dan sebaliknya penyimpanan pada suhu tidak menunjukkan penurunan tingkat maturasi oosit setelah penyimpanan 8-10 jam (24,37%,7,84%, dan 45,23%, berturut-turut) (P<0,05). Tingkat maturasi oosit pada suhu 4°C justru lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu yang tinggi. Penelitian ini menunjukkan penyimpanan ovarium pada suhu 4°C selama 8-10 jam dapat mempertahankan kompetensi pematangan oosit domba, lebih baik bila dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi. 58
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
100 TANJUNG, A.D. Kadar hormon estrogen dan tampilan estrus pada estrus postpartum berbeda kambing Jawa Randu. Level of estrogen hormone and estrus performance of different postpartum estrus of Jawa Randu goat / Tanjung, A.D.; Setiatin, E.T.; Samsudewa, D. (Universitas Diponegoro, Semarang. Fakultas Peternakan dan Pertanian). Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 87-92, 3 ill., 14 ref. GOATS; BREEDS (ANIMALS); OESTROGENS; REPRODUCTION; UTERUS. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas reproduksi kambing Jawa Randu dengan estrus postpartum (EPP) abnormal dibandingkan dengan kambing Jawa Randu dengan EPP normal (n = 16 kambing) dilihat dari kadar hormon estrogen dan tampilan estrus. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan secara non parametrik menggunakan Mann Whitney V-test dengan bantuan Statistical Package for the Social Science (SPSS) 16. Hasil analisis deskriptif pada kadar hormon estrogen menunjukkan bahwa EPP normal memiliki kadar yang lebih tinggi (133,8; 141,5; 155,6; 162;25, 167;75 Pg/mL) dibandingkan dengan kadar hormon estrogen kambing Jawa Randu EPP abnormal (109,9; 111,35; 101,2; 132,2; 142,45 Pg/mL). Hasil analisis Mann Whitney V-test untuk feming dan kelimpahan lendir serviks menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kambing Jawa Randu EPP normal dibandingkan kambing Jawa Randu EPP abnormal. Jawa Randu dengan EPP normal mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan EPP abnormal. Tetapi, kelimpahan dan lendir serviks antara kedua kelompok kambing tidak berbeda.
L60 TAKSONOMI HEWAN DAN SEBARAN GEOGRAFIS 101 PUNDI, R.K. Analisis multivariate sifat-sifat morfometrik pada tiga populasi sapi asli bagian Timur Laut India yang berbeda. Multivariate analysis of morphometric traits of three different indigenous cattle populations from North East States of India / Pundi, R.K.; Singh P.K.; Sadana D.K. (National Bureau of Animal Resources, Karnal (India)). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 79-86, 7 ill., 5 tables; 23 ref. CATTLE; ANIMAL POPULATION; STATISTICAL MORPHOLOGY; INDIGENOUS ORGANISMS.
METHODS;
ANIMAL
Penelitian dilakukan untuk membedakan 3 populasi sapi bagian Timur Laut India yaitu Tripura, Mizoram, dan Maniour berdasarkan sifat-sifat morfometrik menggunakan analisis pembeda canonical untuk melihat apakah mereka sama atau berbeda. Data terdiri dari 8 sifat morfometrik yang berbeda dari 383 sapi asli Tripura (136), Mizoram (71) dan Manipur (176). Sifat morfometrik berupa panjang tubuh, tinggi bagian punggung tertinggi, lingkar jantung, lingkar tembolok, lebar wajah, panjang telinga, panjang tanduk, dan panjang ekor tanpa sendi. Semua sifat morfometrik yang diamati memiliki perbedaan yang signifikan untuk semua populasi, kecuali pada panjang tanduk. Nilai semua sifat pada sapi Tripura lebih rendah dibandingkan sapi Mizoram dan Manipur. Analisis pembeda bertahap menunjukkan bahwa tinggi bagian punggung tertinggi, panjang badan, panjang telinga, panjang ekor tanpa sendi, lingkar tembolok, panjang wajah merupakan sifat yang paling berbeda diantara ketiga populasi sapi tersebut. Jarak Mahalanobis berpasangan antara populasi sapi Tripura dan Mizoram, Tripura dan Manipur, serta Mizoram dan Manipur adalah 9,72578, 5,72089 dan 4,65239 berturut-turut dan signifikan. Dendogram menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok, kelompok 1 terdiri dari sapi Manipur dan Mizoram serta kelompok 2 adalah sapi Tripura yang dipisahkan secara jelas dari kelompok 1. Penempatan individu dari populasi yang berbeda dengan pengelompokan validasi silang 59
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
mengungkapkan bahwa 84,13% sapi Tripura, 82,09% sapi Mizoram, dan 79,87% sapi Manipur ditempatkan dengan benar di dalam populasi masing-masing. Berdasarkan pengamatan ini, tidak dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah tiga bangsa yang berbeda. Tetapi informasi saat ini, pada tiga populasi sapi tersebut dapat dimanfaatkan dalam perancangan strategi-strategi yang tepat untuk manajemen dan pelestarian sapi-sapi tersebut.
L70 ILMU VETERINER DAN HIGIENE HEWAN - ASPEK UMUM 102 RAHMI, A. Pengaruh kurkumin terhadap fibrosis paru-paru akibat aplikasi bleomisin pada Mus musculus. Curcumin effect on bleomycin-induced pulmonary fibrosis in Mus musculus/ Rahmi A. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan); Setiyono A.; Juniantito V. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 148-157, 4 ill., 1 table; 43 ref. MICE; RESPIRATORY DISEASES; CURCUMA LONGA; DYES; HISTOPATHOLOGY. Kurkumin merupakan bahan aktif utama dari tanaman kunyit (Curcuma longa) diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan anti-inflamasi. Bleomisin merupakan salah satu obat anti-kanker yang dapat menginduksi fibrosis paru-paru pada manusia dan hewan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek biologis kurkumin pada fibrosis paruparu yang diinduksi bleomisin pada mencit. Sebanyak 16 ekor mencit galur ddy dibagi dalam 4 kelompok perlakuan: (i) kontrol, 100 µl aquadest steril diinjeksikan secara SC, (ii) bleomisin (BLM), 100 µl bleomisin konsentrasi 1 mg/ml diinjeksikan secara SC, (iii) kurkumin (CMN), 100 µl aquadest steril diinjeksikan secara SC dan 100 mg/kg BB kurkumin dalam 0,5% carboxymethylcellulose (CMC) yang diinjeksikan secara IP, dan (iv) BLM+CMN, 100 µl bleomisin dengan konsentrasi 1 mg/ml diinjeksikan secara SC dan 100 mg/kg BB kurkumin dalam 0,5% CMC diinjeksikan secara IP. Semua perlakuan diberikan setiap hari selama 4 minggu. Organ paru-paru dikoleksi dalam 10% buffered neutral formalin (BNF). Pengamatan histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan Masson's trichrome (MT) untuk diamati tebal dinding alveol dan luas daerah jaringan ikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan bleomisin (BLM) terjadi peningkatan luas jaringan ikat dan tebal dinding alveol secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol. Sementara itu, pemberian kurkumin pada mencit yang mendapatkan induksi bleomisin (kelompok BLM+CMN), menyebabkan terjadinya penurunan signifikan luas jaringan ikat dan tebal dinding alveol. Dapat disimpulkan kurkumin memiliki aktivitas sebagai inhibitor fibrogenesis untuk mengurangi keparahan fibrosis paru-paru akibat aplikasi bleomisin pada mencit. 103 WULANDARI, Z. Pemurnian lisozim putih telur dari ayam dan itik kampung Indonesia. Purification of egg white lysozyme from Indonesian Kampung chicken and ducks / Wulandari, Z.; Fardiaz, D.; Budiman, C.; Suryati, T.; Herawati, D. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan). Media Peternakan ISSN 0126-0472 (2015) v. 38(1) p. 18-26, 8 ill., 1 table; Bibliography: p. 24-26 CHICKENS; DUCKS; EGG WHITE; LYSOZYME; PURIFICATION; BACTERICIDES; STAPHYLOCOCCUS AUREUS. Lisozim putih telur memiliki fungsi yang luas, salah satunya adalah memiliki aktivitas sebagai antibakteri terutama terhadap bakteri Gram positif. Lisozim dari putih telur juga banyak diaplikasikan di industri pangan dan dinyatakan aman untuk pangan. Sampai saat ini 60
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
lisozim dari putih telur yang berasal dari unggas lokal belum dipelajari dan dikembangkan. Tujuan penelitian adalah melakukan purifikasi putih telur dari telur unggas lokal, yaitu ayam kampung dan itik Cihateup dibandingkan dengan telur ayam ras. Sampel telur yang didapatkan dari Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan diklasifikasikan pada grade AA berdasarkan kualitas interior. Tahap pertama purifikasi lisozim putih telur dengan presipitasi etanol menghasilkan protein lain selain lisozim (purifikasi parsial). Konsentrasi lisozim putih telur hasil purifikasi parsial telur ayam kampung, ayam ras dan itik Cihateup masing-masing adalah 5800, 5400, dan 5500 µg/mL. Untuk melihat efek penggunaan etanol dalam proses purifikasi terhadap aktivitas antibakteri lisozim, kemampuan daya hambat lisozim terhadap Staphylococcus aureus telah dianalisis. Lisozim putih telur hasil purifikasi parsial dapat menghambat S. aureus pada inkubasi selama 6 dan 26 jam menunjukkan bahwa teknis presipitasi etanol mempertahankan aktivitas antibakteri lisozim telur-telur tersebut. Meskipun demikian, metode tersebut tidak menghasilkan lisozim dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga diperlukan metode lainnya. Metode kromatografi penukar ion pH 10 berhasil memisahkan lisozim dari protein yang lain. Hal ini dapat terlihat dari adanya pita tunggal hasil elektroforesis yang sama dengan standar lisozim (-14 kD) tanpa adanya protein yang lain. Satu tahap dari kromatografi penukar ion telah dapat memisahkan lisozim putih telur unggas lokal.
L73 PENYAKIT HEWAN 104 DAMAYANTI, R. Deteksi antigen virus rabies pada preparat ulas otak dengan direct Rapid Immunohistochemistry Test. Antigen detection of rabies virus in brain smear using direct Rapid Immunohistochemistry Test / Damayanti, R. (Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor); Rahmadanani I.; Fitria Y. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 52-58, 1 ill., 4 tables; 19 ref. RABIES VIRUS; ANIMAL DISEASES; IMMUNOFLUORESCENCE; ANTIGEN; IMMUNODIAGNOSIS. Rabies merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus neurotropik yang bersifat fatal. Virus rabies tergolong pada genus Lyssavirus yang termasuk ke dalam family Rhabdoviridae. Penyakit rabies menyerang hewan berdarah panas dan manusia, dengan vektor atau reservoir meliputi anjing, kucing dan kera. Virus rabies ditularkan melalui gigitan hewan yang positif rabies melalui salivanya. Penelitian bertujuan untuk mengaplikasikan metode diagnosis cepat untuk mendeteksi virus rabies baik pada organ otak dengan metode imunohistokimia (IRK) yang disebut dengan direct Rapid Immunohistochemical Test (dRIT) pada preparat ulas/sentuh. Sebanyak 119 organ otak telah diperoleh dari Balai Veteriner Bukittinggi, Sumatera Barat, yang dipakai pada standarisasi dan validasi metode dRIT pada penelitian ini. Hasil yang dicapai sangat memuaskan, pewarnaan dapat dilakukan dalam 2 jam dan hasil dapat dibaca tanpa menggunakan mikroskop fluorescent. Dari ke 119 sampel yang diuji, dengan fluorescent Antibody Test (FAT) menunjukkan 80 (67,23%) sampel positif rabies dan 39 (32,77%) sampel negatif rabies. Hasil dRIT menunjukkan 78 (65,54%) sampel positif rabies dan 41 (34,45%) sampel negatif rabies. Hasil pemeriksaan dengan dRIT ini divalidasi dan dibandingkan dengan hasil menggunakan golden standard untuk diagnosis rabies yaitu FAT sehingga sensitivitas dan spesifisitas untuk FAT masing-masing dianggap bernilai 100%. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa dRIT sensitivitas relatifnya terhadap FAT yaitu sebesar 97,5% dan spesifisitas relatifnya terhadap FAT mencapai 100% (dengan nilai Kappa 0,976 yang tergolong istimewa). Hasil tersebut menandakan bahwa dRIT sangat potensial untuk direkomendasikan sebagai uji diagnosa cepat untuk rabies. 61
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
105 INDRIAMI, R. Efikasi penerapan vaksin AI H5Nl Clade 2.1.3 pada itik Mojosari terhadap tantangan virus AI H5Nl clade 2.3.2 pada kondisi laboratorium. Efficacy of application of vaccine AI H5Nl clade 2.1.3 on Mojosari ducks challenge against AI H5NI clade 2.3.2 in laboratory conditions / Indriami, R.; Dharmayanti, N.L.P.I.; Adjid, R.M.A. (Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 59-66, 4 ill., 3 tables; 17 ref. DUCKS; AVIAN INFLUENZA VIRUS; VACCINES; MORTALITY; MORBIDITY; VACCINATION. Virus HPAI H5N1 clade 2.3.2 yang mewabah pada itik sejak bulan September 2012, kasusnya terus terjadi dan mengakibatkan kematian yang tinggi. Vaksinasi merupakan salah satu strategi pengendalian penyakit yang direkomendasikan pemerintah. Namun vaksin AI H5N1 clade 2.3.2 pada saat penelitian belum tersedia, sementara vaksin AI H5N1 clade 2.13 tersedia di pasaran luas. Untuk itu perlu dilakukan penelitian efikasi virus HP AI H5Nl clade 2.3.2 sebagai vaksin pada itik di skala laboratorium. Tiga kelompok itik Mojosari digunakan dalam penelitian, yaitu 1 kelompok vaksinasi dengan vaksin A, 1 kelompok vaksinasi dengan vaksin B, dan 1 kelompok kontrol (tidak divaksinasi). Kedua kelompok vaksinasi terdiri dari 9 ekor itik DOD dan kelompok kontrol terdiri dari 6 ekor itik DOD. Pada saat itik berumur 3 minggu, itik divaksinasi dengan dosis vaksin yang disarankan pabrik. Pada 3 minggu pasca vaksinasi (itik berumur 6 minggu), seluruh kelompok ditantang dengan virus HPAI H5N1 clade 2.3.2 isolat Sukoharjo sebanyak 106 EID50 melalui intranasal. Hasil penelitian memperlihatkan, kelompok itik divaksinasi vaksin A sebanyak 6 dari 9 ekor tidak sakit/mati (proteksi 67%), kelompok itik divaksinasi vaksin B seluruhnya 9 ekor tidak sakit/mati (proteksi 100%). Sedangkan itik yang tidak divaksinasi seluruhnya mati (proteksi 0%). Hasil penelitian ini memberikan alternatif pilihan penggunaan vaksin AI H5N1 clade 2.1.3 yang memiliki tingkat proteksi tinggi jika vaksin AI H5N1 clade 2.3.2 belum tersedia dipasaran. 106 KURNIASIH S.W. Analisis molekuler gen penyandi hemaglutinin virus avian influenza isolat 2012-2013. Molecular analysis of hemaglutinin gene of avian influenza viruses isolated in 2012-2013 / Kurniasih S.W.; Soejoedono R.D.; Mayasari N.L.P.I. (PT. Sierad Produce Tbk, ParungBogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 115-125, 7 ill., 6 tables; 40 ref. AVIAN INFLUENZA VIRUS; ANIMAL DISEASES; MOLECULAR GENETICS; AGGLUTININS; POULTRY; GENETIC DISTANCE; PATHOGENICITY. Virus avian·influenza (AI) masih menjadi penyebab utama kasus kematian unggas di Indonesia dan di seluruh dunia. Penelitian bertujuan untuk menentukan patogenitas serta melakukan analisis filogenetik dan jarak kekerabatan gen hemaglutinin virus-virus AI yang diisolasi di Indonesia pada tahun 2012-2013 di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Medan. Sampel diperoleh dari peternakan ayam yang mengalami wabah AI dan diinokulasi serta dipropagasi dalam telur ayam berembrio (TAB) specific pathogen free (SPF). Cairan alantois yang dipanen 5 hari setelah inokulasi diuji terhadap aktivitas hemaglutinasi. Cairan alantois dengan hemaglutinasi positif diuji lebih lanjut untuk menentukan subtipe hemaglutinin dan neuraminidase dengan real-time reverse transcription polymerase chain reaction (RRT PCR) dan dilakukan persiapan untuk sekuensing menggunakan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). Sekuen gen hemaglutinin dianalisis terhadap susunan asam amino di daerah cleavage site dan jarak genetik serta hubungan kekerabatan antar virus. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa semua isolat virus tergolong ke dalam HPAI 62
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
dengan pola asam amino daerah cleavage site QRESRRKKR dan QRERRRKR. Enam isolat termasuk subtipe H5Nl sedangkan 3 isolat lainnya merupakan H5Nx. Semua isolat memiliki hubungan genetik yang dekat dengan jarak genetik < 0,3 antara virus yang satu dengan yang lainnya dan juga terhadap beberapa isolat virus AI yang menyebabkan wabah-wabah sebelumnya di Indonesia. 107 MARTINDAH, E. Seroprevalensi avian influenza subtipe H5 clade 2.3.2 pada itik dan entok di peternakan rakyat. Seroprevalence of highly pathogenic avian influenza H5 subtype clade 2.3.2 on ducks and muscouvy ducks in small holders farm / Martindah, E.; Endriani, R.; Wahyuwardani, S. (Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 294-301, 2 ill., 5 tables; 31 ref. DUCKS; MUSCOVY DUCKS; AVIAN INFLUENZA VIRUS; ANIMAL DISEASES; SMALL FARMS; MORBIDITY. Studi seroprevalensi HP AI subtipe H5 pada itik dan entok di peternakan rakyat telah dilakukan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Survei serologis dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan prevalensi HPAI subtipe H5 pada itik dan entok dan usaha mengisolasi virus dari kedua spesies tersebut. Pengambilan unit sampel dilakukan secara acak sederhana melalui tahapan berganda (Multistage random sampling). Sampel darah untuk uji serologi diambil dari itik yang belum pernah divaksinasi, dengan metode purposive sampling. Uji serologis dari sampel serum dilakukan dengan menggunakan uji Hambatan Aglutinasi (Haemaglutination Inhibition Test), dengan antigen H5NI (clade 2.3.2). Sementara itu, sampel usap kloaka dan trakhea diproses dengan menginokulasikan ke telur ayam berembrio specific phatogen free (SPF) umur 9-11 hari untuk mengisolasi virus. Tingkat seroprevalensi HP AI subtipe H5 di Provinsi Banten adalah 25,5% dimana 24.3% terjadi pada itik dan 1,2% pada entok, titer HI yang dianggap positif adalah lebih besar atau sama dengan 3 log2. Level seroprevalensi HPAI subtipe H5 berdasarkan spesies menunjukkan bahwa level seroprevalensi itik 3-4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan entok. Hal ini mengindikasikan bahwa virus subtipe H5 lebih cenderung bersirkulasi pada kawanan (flock) itik daripada entok. Hasil studi menunjukkan bahwa itik dan entok memiliki peran yang penting dalam epidemiologi penyakit HP AI subtipe H5. 108 MUHARSINI, S. Efikasi formula mikro-enkapsulasi isolat lokal Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida terhadap penanggulangan larva Chrysomya bezziana penyebab myiasis. Efficacy of micro-encapsulated of local isolate Bacillus thuringiensis as bio-insectiside for control of myiasis caused by Chrysomya bezziana larvae / Muharsini, S. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor); Wardhana, A.H. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 67-73, 3 tables; 26 ref. MYASIS; MICROENCAPSULATION; BACILLUS THURINGIENSIS; CHRYSOMYA; BACTERIAL PESTICIDES; LARVAE; MORTALITY. Bacillus thuringiensis menghasilkan protein kristal toksik (δ-endotoksin) yang spesifik terhadap insek sasaran, namun tidak toksik terhadap manusia maupun organisme yang bukan sasaran. Isolat lokal B. thuringiensis telah diperoleh dari Kabupaten Kediri di daerah endemik myiasis. Tujuan penelitian untuk membuat formulasi dengan cara mikroenkapsulasi B. thuringiensis dengan Freund Incomplete Adjuvant (FIA) agar dapat tahan digunakan di lapang dan ramah lingkungan. Formula ini selanjutnya diuji secara in vitro dan in vivo. Hasil uji in vitro terhadap tujuh isolat lokal B. thuringiensis dengan 63
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
mikroenkapsulasi ternyata menurunkan toksisitas beberapa isolat tersebut. Hasil uji in vivo pada sembilan ekor domba ekor tipis terhadap dua isolat terpilih 45,5A dan 47,3A, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara domba yang diobati dengan kedua isolat terpilih tersebut dengan domba yang tidak diobati (P>0,05). Disimpulkan bahwa metoda mikro-enkapsulasi perlu dikembangkan sesuai dengan cara hidup larva lalat C. bezziana dalam jaringan hewan. 109 PANUS, A. Kajian infeksi virus Newcastle Disease pada bebek dan ayam di Kabupaten Subang. Newcastle disease virus infection study on duck and chicken in Subang District / Panus, A. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan); Setiyaningsih; Mayasari, N.L.P.I. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 134-147, 2 ill., 5 tables; Bibliography: p. 145-147. DUCKS; CHICKENS; NEWCASTLE DISEASE VIRUS; INFECTIOUS DISEASES; PCR; PATHOGENECITY; ANTIGENS; ANTIBODIES; PATHOGENICITY; JAVA. Tujuan penelitian untuk mendeteksi dan mengetahui keragaman antigenik virus Newcastle disease (NDV) yang bersirkulasi di Kabupaten Subang. Sampel usapan kloaka, usapan orofaring dan serum diambil dari 393 ekor ayam dan 149 bebek dari penampungan, peternakan dan pasar unggas di 10 kecamatan di Kabupaten Subang. Screening NDV pada sampel pool (5-7 individu per pool) dengan real-time Reverse-Transcription Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) matrix (M) menunjukkan 19 dari 67 pool kloaka (28,3%) dan 8 dari 67 pool orofaring (11,9%) ayam terdeteksi NDV; 18 pool dari 67 pool ayam (26,9%) menunjukkan virus diekskresikan melalui kloaka dan orofaring. Sementara pada sampel itik, NDV terdeteksi hanya pada kloaka yaitu 8 dari 30 pool (26,7%). Total 18 isolat berhasil diisolasi dari sampel usapan kloaka dan usapan orofaring individu yang menunjukkan karakter antigenik yang homogen, namun beberapa isolat menunjukkan variasi dengan titre sampai 2 Log2 menggunakan antisera LaSota dan 2-4 Log2 dengan antisera Komarov. Mayoritas isolat menunjukkan afinitas lebih tinggi terhadap antisera Komarov, yang mengindikasikan semua isolat adalah NDV galur ganas. Karakterisasi patogenisitas dengan uji elusi hasilnya menunjukkan 3 isolat masuk ke kelompok galur mesogenik dan 15 isolat ke kelompok galur velogenik, sedangkan dengan rRT-PCR fusion (F) menunjukkan 100% isolat merupakan galur ganas (mesogenik/velogenik). Deteksi antibodi spesifik terhadap NDV pada 408 serum dengan uji HI menunjukkan 48 serum (12%) positif dengan kisaran titre 1 sampai 8 Log2; hanya sekitar 13% ayam yang divaksin menunjukkan titre protektif (2:3 Log2). Newcastle disease masih endemik di Kabupaten Subang dengan variasi antigenik galur virus yang bersirkulasi relatif tidak telalu bervariasi. 110 TARIGAN, S. Reliabilitas tes DIVA berbasis M2e jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tes DIVA berbasis HA2 atau protein NS1. Reliability of DIVA test based on M2e peptide exceed those based on HA2 or NS1 peptides / Tarigan, S.; Sumarningsih (Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor); Ignjatovic, J. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 126-133, 3 ill., 1 table; 24 ref. AVIAN INFLUENZA VIRUS; VACCINATION; PEPTIDES; ELISA; ANTIBODY; IMMUNODIAGNOSIS. Salah satu kelemahan utama vaksinasi pada avian influenza adalah bahwa vaksinasi tersebut tidak dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi. Bila peternakan yang menerapkan vaksinasi terpapar virus dalam jumlah besar, infeksi subklinis dapat menyebar dalam peternakan tersebut dalam waktu yang lama tanpa diketahui. Kondisi tersebut hanya dapat 64
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
dimonitor dengan alat tes DIVA (differentiation of infected from vaccinated animals), alat uji konvensional tidak dapat digunakan. Tes DIVA berdasarkan antibodi yang terbentuk akibat stimulasi virus bereplikasi merupakan tes DIVA yang paling sesuai. Untuk influenza H5N1 antibodi yang dimaksud antara lain antibodi terhadap M2e, protein NS1 dan peptida HA2 (HA_488-516). Tujuan penelitian adalah membandingkan level antibodi terhadap peptida M2e, NS1 dan HA2 pada ayam normal, vaksinasi dan infeksi (1, 2-3, lebih besar atau sama dengan 4 minggu pasca infeksi). Level antibodi diukur dengan ELISA menggunakan sintetik peptida sebagai antigen koting. Peptida yang digunakan antara lain: 4 buah peptida NS1 yang didasarkan pada berbagai lokasi pada protein NS1, peptida M2e dan HA2. Semua peptida dibiotinilasi pada ujung N nya. Koting peptida pada microtitre plate dilakukan secara langsung atau melalui jembatan streptavidin. Penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi tidak merangsang pembentukan antibodi terhadap semua peptida. Ayam yang terinfeksi membentuk antibodi dengan level yang tinggi terhadap peptida M2e, tetapi sangat rendah terhadap peptida NS1 dan HA2. Antibodi terhadap peptida NS1 dan HA2 hanya dapat dideteksi dengan ELISA streptavidin-peptida, ELISA berbasis NS1 atau HA2 tidak dapat diandalkan sebagai tes DIVA untuk penyakit AI H5N1 pada ayam. 111 WARDHANA, A.H. Aktivitas biolarvasidal ekstrak metanol daun Kipahit (Tithonia diversifolia) terhadap larva lalat Chrysomya bezziana. Biolarvacidal activity of methanol extract of Kipahit leaves (Tithonia diversifolia) against larvae of Chrysomya bezziana fly / Wardhana, A.H. (Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor); Dianan, N. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 43-51, 1 ill., 3 tables; 31 ref. TITHONIA DIVERSIFOLIA; PLANT EXTRACTS; PESTICIDAL PROPERTIES; CHRYSOMYA BEZZIANA; MYIASIS; DISEASE CONTROL; LARVAE; MORTALITY. Penyakit myasis atau belatungan merupakan infestasi larva lalat Chrysomya bezziana ke dalam jaringan yang hidup baik pada manusia maupun hewan. Umumnya upaya pengendalian myasis di lapang menggunakan insektisida sintetik. Namun penggunaan insektisida ini menimbulkan residu pada produk hewan sehingga perlu dicari obat alternatif yang berbasis pada tanaman obat. Tujuan penelitian untuk menguji efektivitas ekstrak metanol daun kipahit pada larva C. bezziana dalam berbagai stadium, yaitu L1, L2 dan L3. Uji ini dibagi menjadi lima perlakuan dengan lima ulangan, yaitu aquades/kontrol negatif (P0), ekstrak metanol daun kipahit dengan konsentrasi 0,5% b/v (PI), 1% b/v (PII), dan 2% b/v (PIII), serta kontrol positif/Asuntol 0,05% (PIV). Tiap-tiap perlakuan dicampur dengan pengemulsi DMSO 1% dan digunakan 20 larva per ulangan. Perlakuan L1 dan L2 ditujukan untuk menguji efektivitas racun cerna dengan cara mencampur bahan ekstrak pada media Meat-Blood Mixture I MBM (L1) dan Larval Rearing Media I LRM (L2), sedangkan pada L3 ditujukan menguji efek racun kontak dengan cara merendamnya ke dalam larutan ekstrak selama 10 detik, selanjutnya diinkubasi dalam vermiculite pada suhu 36°C selama enam hari. Semua larva yang hidup pada masing-masing uji, dipelihara hingga menjadi pupa. Peubah yang diamati adalah jumlah larva yang hidup dan berkembang menjadi pupa, bobot pupa, dan daya tetas pupa menjadi imago. Data dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Dunnett 5%. Untuk L2, kematian larva dihitung dan dilakukan analisis probit dengan software POLO-PC sehingga diperoleh nilai konsentrasi (LC50 dan LC95) dan waktu letalnya (LT50 dan LT95). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kipahit efektif pada konsentrasi 1% yang mampu menyebabkan kematian, penurunan bobot pupa dan menghalangi terbentuknya pupa serta daya tetas pada larva C. bezziana. Studi ini dapat ditindaklanjuti dengan melakukan uji in vivo pada ternak yang terserang myiasis. 65
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
112 WIDYASARI, E.M. Penandaan kanamycin dengan radionuklida teknesium 99 m sebagai sediaan untuk deteksi dini penyakit infeksi. Labeling of kanamycin using radionuclide of technetium as an agent for early detection of infectious diseases / Widyasari, E.M.; Zainuddin, N.; Nuraeni, W. (Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Bandung). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2013) v. 9(2) p. 91-100, 6 ill., 16 ref. INFECTIOUS DISEASES; KANAMYCIN; RADIOISOTOPES; PYROPHOSPHATES.
TECHNETIUM;
ANTIBIOTICS;
Penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Deteksi dini dan penentuan lokasi infeksi yang tepat dan akurat melalui pencitraan menggunakan teknik nuklir dapat mempermudah pengobatannya. Antibiotik bertanda radioaktif mampu menjadi solusi untuk membedakan antara infective inflammatory dan non-infective inflammatory. Kanamycin merupakan antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi dimana obatobat infeksi lain seperti penisilin dan beberapa obat infeksi lain yang kurang ampuh tidak dapat digunakan. Penelitian bertujuan menentukan kondisi optimum penandaan 99mTckanamycin untuk memperoleh efisiensi penandaan yang tinggi. Dalam percobaan, kanamycin telah berhasil ditandai dengan teknesium-99m melalui metode penandaan tidak langsung dengan menggunakan pirofosfat sebagai eo-ligand. Efisiensi penandaan dan penentuan kemurnian radiokimia senyawa tersebut secara simultan ditentukan dengan metode kromatografi kertas menaik menggunakan kertas Whatman 3 sebagai fase diam dan aseton sebagai fase gerak untuk memisahkan pengotor radiokimia dalam bentuk 99mTcperteknetat; sedangkan pengotor dalam bentuk 99mTc-tereduksi dipisahkan dengan menggunakan fase diam ITLC-SG dan fase gerak NaOH 0,5 N. Kondisi penandaan optimal diperoleh pada penggunaan 6 mg kanamycin, 300 pg seer, 1,5 mg Na-pirofosfat, dan pH=6. Waktu inkubasi selama 0-30 menit pada temperatur kamar, memberikan efisiensi penandaan 96,54 ± 0,36%. Berhasilnya penandaan kanamycin dengan efisiensi yang tinggi ini menjadikan 99mTc-kanamycin berpeluang untuk dijadikan sebagai sediaan radiofarmasi untuk deteksi dini penyakit infeksi.
P10 PENGELOLAAN DAN SUMBER DAYA AIR 113 SATRIO Studi karakteristik air tanah dangkal sekitar TPA Bantar Gebang, Bekasi, dengan metode sumur tunggal dan ganda. Shallow groundwater characteristics study of sanitary landfill, Bantar Gebang, Bekasi, by using single and double well methods/ Satrio (Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta); Syafalni; Sidauruk, P. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2014) v. 10(1) p. 1-10, 4 ill., 8 tables; 8 ref. GROUNDWATER; WATER RESOURCES; GROUNDWATER TABLES; LANDFILLS; WELL CONSTRUCTION; HYDRAULIC STRUCTURE. Teknik perunut radioaktif dengan menggunakan metode sumur tunggal dan ganda untuk menentukan karakteristik akuifer air tanah dangkal telah dilakukan di tiga desa sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi. Penentuan arah dan kecepatan filtrasi dilaksanakan dengan metode sumur tunggal, dan parameter akuifer lainnya dilaksanakan dengan metode sumur ganda. Aplikasi kedua metode dapat dipakai untuk mengevaluasi arah gerakan dan kecepatan air tanah serta parameter lain yang akan memberikan informasi yang bermanfaat terhadap manajemen sumber daya air tanah dan lingkungan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pada musim hujan air tanah dangkal di daerah TPA bergerak ke sekeliling lokasi, sedangkan pada musim kemarau bergerak dari 66
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
TPA pada Desa Ciketing Udik dan untuk Desa Sumur Batu dan Cikiwul dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan topografi lokasi. Hasil dari parameter lainnya memperlihatkan bahwa Desa Ciketing Udik adalah daerah yang mempunyai potensi sumber daya air tanah dangkal yang lebih baik dibandingkan dengan desa di sebelah utara TPA. 114 YUSTIKA, R.D. Penggunaan model hidrologi di sub DAS Ciliwung Hulu. Use of hydrology model in upstream Ciliwung Watershed / Yustika, R.D. (Balai Penelitian Tanah, Bogor); Tarigan, S.D.; Hidayat, Y.; Sudadi, U. Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 197204, 7 ill., 3 tables; 19 ref. HYDROLOGY; WATER.
WATERSHED
MANAGEMENT;
SIMULATIONS;
DRAINAGE
Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki komponen-komponen hidrologi yang kompleks dan mungkin sulit untuk dipahami secara keseluruhan. Penggunaan model sebagai suatu penyederhanaan dari realitas yang sebenarnya diperlukan untuk membantu dalam memprediksi proses yang terjadi di dalam DAS. SWAT (Soil and Water Assessment Tool) merupakan suatu model yang dapat memperkirakan kondisi hidrologi disimulasikan pada suatu DAS. Penelitian bertujuan untuk menganalisis performa model SWAT dalam memprediksi hidrologi debit aliran di sub DAS Ciliwung Hulu dengan melakukan kalibrasi. Metode yang digunakan meliputi pengolahan data dan kalibrasi model. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 - Juni 2012. Kalibrasi model SWAT dengan menggunakan data debit bulan Februari dan Maret 2008 dan 2009 di sub DAS Ciliwung Hulu memberikan nilai korelasi R 0,80 dan NSE 0,55. Nilai tersebut menunjukkan bahwa model SWAT dapat digunakan untuk memprediksi hidrologi di sub DAS Ciliwung Hulu. Prediksi hidrologi dapat digunakan sebagai dasar dalam manajemen lahan sehingga lahan pertanian dapat sustainable.
P11 DRAINASE 115 SUHARYATUN, S. Analisis potensi lorong pengatus dangkal untuk percepatan jadwal tanam palawija di tanah sawah. Analysis of shallow mole drainage's potential to plant crops earlier on paddy field/ Suharyatun, S. (Universitas Lampung, Bandar Lampung); Purwantana, B.; Rozaq, A.; Mawardi, M. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 474-480, 6 ill., 5 tables; 11 ref FOOD CROPS; MOLE DRAINAGE; PLANTING DATE; SOIL WATER CONTENT; FIELD CAPACITY; IRRIGATED LAND. Lorong pengatus dangkal di lahan sawah berfungsi meningkatkan laju penurunan lengas tanah di lapisan olah, sehingga kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan awal tanaman palawija dapat segera tercapai. Penelitian bertujuan untuk menganalisis potensi pembentukan lorong pengatus terhadap peluang percepatan jadwal tanam palawija di tanah sawah. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan soil bin, model bajak lorong, dan tanah di dalam boks yang dijaga homogenitasnya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lorong pengatus dibuat pada 2 jenis tanah sawah bertekstur lempung, dengan kadar lempung yang berbeda, yaitu 41,17% (tanah B) dan 53,36% (tanah C). Pengukuran kadar lengas tanah dilakukan secara periodik menggunakan gypsum blok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pembentukan lorong pengatus pada 67
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
tanah B dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas lapang. Pada jarak horisontal dari pusat lorong (x)=6,5 cm dengan kedalaman (z)=5cm, membutuhkan waktu 72 jam lebih cepat dibanding kontrol, pada z=10 cm membutuhkan 192 jam, pada z=15 cm membutuhkan 154 jam lebih cepat dibanding kontrol. Pada x=11,5 membutuhkan waktu 52 jam (z=5cm), 161 jam (z=10 cm), 150 jam (z=15 cm) lebih cepat dibanding kontrol. Pembentukan lorong pengatus pada tanah C juga dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas lapang. Pada x=6,5 cm, membutuhkan waktu 165 jam (z=5cm), 184 jam (z=10 cm), 200 jam (z=15 cm) lebih cepat dibanding kontrol. Pada x=II,5 membutuhkan waktu 144 jam (z=5cm), 156 jam (z=10 cm), 192 jam (z=15 cm) lebih cepat dibanding kontrol. Menurunnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas lapang menunjukkan bahwa pembentukan lorong pengatus di tanah B dan C berpotensi untuk mempercepat jadwal tanam palawija.
P32 KLASIFIKASI DAN PEMBENTUKAN TANAH 116 PRANOTO, E. Pengujian kapasitas penambahan nitrogen Azobacter sp. indigen dan eksogen secara invitro pada tanah Andisol di areal pertanaman. In-vitro experiment of nitrogen fixing capacity of indigenous and exogenous Azobacter sp. at Andisol tea planting area's/ Pranoto, E. (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung); Setiawati, M.R. Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(1) p. 31-38, 1 ill., 1 table; 20 ref. CAMMELIA SINENSIS; PLANTATIONS; AZOBACTER; INDIGENOUS ORGANISMS; IN VITRO EXPERIMENTATION; NITROGEN FIXING BACTERIA; ANDOSOLS; SOIL FERTILITY. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Universitas Padjadjaran, dengan tujuan untuk menganalisis kadar nitrogen total tanah areal pertanaman teh secara in-vitro yang diinokulasikan dengan Azotobacter sp. indigen dan yang berasal dari luar areal pertanaman teh (eksogen). Metode yang digunakan adalah metode eksperimental berupa rancangan acak lengkap dengan perlakuan: A (kontrol negatif); B (kontrol positif); C (A. Kedelai II); D (A. vinelandii); E (A. N.D.9.3); F (A. Padi); G (VI-1); H (II-1); I (V- 2); J (I-1); dan K (III-2). Setiap perlakuan diulang tiga tali. Populasi setiap mikroba yang diinokulasikan sebesar 1,2 x 1011 CFU/ml dengan dosis 1% pada tanah areal pertanaman teh yang telah disterilkan. Setelah diinkubasi selama lima hari, diperoleh bahwa Azotobacter sp. dengan kode II-1 memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam menghasilkan kadar N total tanah, yaitu sebesar 0,8532%. Dengan uji perbandingan octagonal, diperoleh bahwa Azotobacter sp. indigen yang terbaik adalah mikroba dengan kode II-1, sedangkan mikroba eksogen terbaik dalam menghasilkan nitrogen total tanah pada areal pertanaman teh adalah Azotobacter sp. dengan kode A. Kedelai II. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa Azotobacter sp. indigen kapasitas penambatan nitrogennya sebesar 7,67% lebih tinggi dibanding dengan Azotobacter sp. eksogen dalam pertumbuhan pada tanah Andisol areal pertanaman teh yang memiliki pH 4,5-5,6. Walaupun beberapa penelitian mengindikasikan bahwa Azotobacter sp. jarang ditemukan pada pH yang rendah, tetapi hal ini mengindikasikan terdapat biofertilizer berbahan aktif Azotobacter sp. indigen pada areal pertanaman.
68
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
P34 BIOLOGI TANAH 117 SUDRAJAT, D. Seleksi mikroba rizosfer lokal untuk bahan bioaktif pada inokulan berbasis kompos iradiasi. Selection of rhizosphere local microbial as bioactive inoculant based on irradiated compost / Sudrajat, D.; Mulyana, N.; Adhari, A. (Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2014) v. 10(1) p. 23-34, 3 ill., 7 tables; 22 ref. RHIZOSPHERE; SELECTION; INOCULATION; COMPOSTS; IRRADIATION; PSEUDOMONAS; BACILLUS; AZOTOBACTER; ZEA MAYS; GROWTH. Salah satu komponen utama sebagai bahan aktif dalam bahan pembawa (carrier) kompos iradiasi untuk pembuatan pupuk organik hayati (POH) adalah isolat mikroba potensial yang berperan dalam penyedia hara serta hormon pemacu pertumbuhan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat-isolat mikroba pada daerah perakaran tanaman (rizosfer), selanjutnya dilakukan isolasi dan seleksi sehingga diperoleh isolat potensial yang berkemampuan fiksasi nitrogen (N2), menghasilkan hormon pertumbuhan (Asam Indol Asetat), dan melarutkan fosfat. Isolat potensial tersebut kemudian digunakan sebagai bahan bioaktif pada pembuatan formulasi inokulan konsorsium mikroba rizosfer berbasis kompos radiasi. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah isolasi mikroba dari beberapa lokasi di wilayah Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hasil isolasi mikroba dari 48 contoh tanah rizosfer, diperoleh 116 isolat. Selanjutnya dilakukan seleksi, dan identifikasi mikroba, untuk memperoleh isolat yang unggul. Parameter yang diukur adalah analisis kandungan Asam Indoksil Asetat (AIA) dengan metode kolorimetri, uji penambat N2 dengan metode Acetylene Reduction Assay (ARA) menggunakan Gas Khromatografi, uji kelarutan fosfat secara kualitatif dalam media Pikovskaya dan uji kuantitatif fosfat terlarut (spektrofotometri). Evaluasi kemampuan isolat terpilih terhadap pertumbuhan tanaman jagung dilakukan di dalam pot. Isolat hasil evaluasi akan digunakan sebagai inokulan konsorsium mikroba rizosfer berbasis kompos iradiasi. Berdasarkan hasil seleksi terhadap isolat bakteri diperoleh 8 isolat unggul bakteri yang sudah diidentifikasi sebagai Bacillus circulans (3 isolat), Bacillus stearothermophilus (1 isolat), Azotobacter sp. (3 isolat) Pseudomonas diminuta (1 isolat). Kemampuan pelarutan fosfat yang tertinggi diperoleh isolat BD2 (Bacillus circulans) yaitu sebesar 91,21 mg/l dengan ukuran zona belling dalam medium pikovskaya 1,32 cm. Kemampuan produksi barman AIA yang paling tinggi dicapai isolat Pseudomonas diminuta (kode KAC1) yaitu sebesar 74,34 µg/ml, sedangkan kemampuan fiksasi N2 tertinggi dicapai isolat Azotobacter sp. (kode KDB2) yaitu sebesar 235,05 nmol/jam. Hasil uji viabilitas gel delapan (8) isolat terpilih dalam bahan pembawa kompos iradiasi sedikit mengalami penurunan selama 3 bulan penyimpanan. Inokulan dalam bahan pembawa kompos iradiasi mampu memacu pertumbuhan tanaman jagung. Inokulan yang berisi isolat Azotobacter sp. (KDB2) merupakan inokulan paling potensial.
P35 KESUBURAN TANAH 118 PRANOTO, E. Pengaruh bakteri endofik indigen dan eksogen terhadap produksi pucuk, kadar hara nitrogen tanah dan daun tanaman teh pada musim kemarau. Effect of indigenous and exogenous endophytic bactery on shoot production, soil and tea leaf nitrogen content under drought season/ Pranoto, E. (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung). Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(1) p. 21-30, 3 ill., 5 tables; 14 ref.
69
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
CAMELLIA SINENSIS; LEAVES; INDIGENOUS ORGANISMS; ENDOPHYTES; STEMS; PRODUCTION; SOIL FERTILITY; DRY SEASON. Musim kemarau dengan curah hujan <100 mm/bulan selama lebih dari dua bulan menyebabkan pertumbuhan tanaman teh terganggu, penurunan produksi, dan kematian. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang dominan dibutuhkan oleh tanaman teh dalam mempertahankan pertumbuhan vegetatifnya dan merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting didalam gel, termasuk protein, DNA, dan RNA. Nitrogen berhubungan dengan kadar prolin tanaman yang merupakan metabolit untuk menunjang ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Kebutuhan unsur hara N di perkebunan teh dipenuhi dengan pemupukan anorganik, organik, dan pupuk hayati sebagai sumber N biologis. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh bakteri endofitik yang berasal dari areal pertanaman teh indigen dan eksogen terhadap produktivitas, kandungan unsur hara nitrogen tanah serta tanaman teh. Penelitian dilakukan di Blok A 7 kebun Gambung Pusat Penelitian Teh dan Kina dan dilaksanakan pada musim kemarau (Juni-September) tahun 2013. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor dan setiap faktor terdiri alas tiga level. Perlakuan yang digunakan adalah: 1. dosis pupuk nitrogen (N) yang terdiri atas: a. 100% dosis N; b.75% dosis N; c. 50% dosis N, 2. bakteri endofitik (E) yang terdiri atas: a. tanpa (kontrol); b. indigen (DtG7-5); c. eksogen (Acinetobacter sp.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bakteri endofitik, baik indigen maupun eksogen, dapat mempertahankan produksi pucuk dan menghasilkan perbedaan pada musim kemarau secara nyata pada pelikan ke-3, ke-4, dan ke-6. Perlakuan yang menghasilkan peningkatan produksi tertinggi dibandingkan pendahuluan terdapat pada aplikasi bakteri endofitik indigen yang dikombinasikan dengan 100% pupuk anorganik. Semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap variabel kadar N total tanah maupun N tanaman. Aplikasi bakteri endofitik baik indigen maupun eksogen menghasilkan Terata kadar N total tanah lebih tinggi dengan kisaran 10-13% dibanding dengan kontrol (pupuk anorganik saja) dan menghasilkan kadar N tanaman lebih rendah 12% dibanding dengan kontrol (pupuk anorganik saja) dan menghasilkan kadar N tanaman lebih rendah 1-2% dibanding dengan kontrol (pupuk anorganik saja) 119 SANTI, L.P. Pengaruh inokulasi Burkholderia cenocepacia KTG terhadap retensi air dan hara tanah typic udipsamment. Effect of inoculation of Burkholderia cenocepacia KTG on water retention and soil nutrient in typic udipsamment / Santi, L.P. (Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara, Bogor). Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 1410-7244 (2014) v. 32(2) p. 101-108, 8 tables; 19 ref. ELAEIS GUINEENSIS; SEEDLINGS; BURKHOLDERIA CEPACIA; SANDY SOILS; NPK FERTILIZERS; MAGNESIUM; NUTRIENT UPTAKE; HYGROSCOPICITY; GROWTH; SOIL FERTILITY. Air merupakan unsur utama yang diperlukan dalam budi daya tanaman kelapa sawit terutama di tanah yang mempunyai tekstur berpasir karena memiliki pengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan menetapkan pengaruh pemberian bakteri penghasil eksopolisakarida terhadap retensi air, kadar hara tanah, dan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang ditanam di dalam media tanah Typic dipsamment. Sebanyak 10 pangkat 7-109 cfu inokulan Burkholderia cenocepacia KTG diinokulasikan pada bibit kelapa sawit umur tiga bulan di dalam polibag serta dilanjutkan dengan pemberian pupuk NPK-Mg dengan dosis 50-75% dari dosis anjuran. Pengamatan retensi air, dilakukan selama enam bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Burkholderia cenocepacia KTG dapat meningkatkan 11,2-61,6% retensi air tanah di dalam media tanam sehingga berdampak pula pada efisiensi penggunaan dosis pupuk. Serapan N, P, dan K pada daun bibit kelapa 70
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
sawit tergolong tinggi sedangkan Mg tergolong optimum pada perlakuan ini. Pemberian 75% dari dosis anjuran pupuk NPK-Mg dan 109 cfu Burkholderia cenocepacia KTG bibit menghasilkan bobot kering yang lebih tinggi pada bibit kelapa sawit umur enam bulan masing-masing 1,9% (daun), 10,5% (pelepah), 17,2% (batang), dan 23,2% (akar) jika dibandingkan dengan pemberian 100% dosis anjuran pupuk anorganik.
P40 METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI 120 CANDRADIJAYA A. Pemanfaatan model proyeksi iklim dan simulasi tanaman dalam penguatan adaptasi sistem pertanian padi terhadap penurunan produktivitas akibat perubahan iklim: studi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Application of crop simulation model in strengthening the adaptation of rice production system to climate-induced yield reduction; case-study in Sumedang District, West Java Province / Candradijaya A. (Pusat Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pertanian, Jakarta ); Kusmana C.; Syaukat Y.; Syaufina L.; Faqih A. Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 159-168, 6 ill., 1 table; 34 ref. ORYZA SATIVA; PLANTING; CROPPING SYSTEMS; CLIMATIC CHANGE; ADAPTATION; SIMULATION MODELS; YIELDS; JAVA. Walaupun telah banyak hasil kajian yang menunjukkan dampak buruk perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian, intervensi adaptasi untuk mengatasi permasalahan tersebut hingga saat ini masih sangat terbatas, khususnya pada tingkat lokal. Hal ini terkait erat dengan faktor ketidakpastian pada proyeksi iklim dan kemungkinan dampaknya pada masa datang, yang bervariasi antar wilayah, antar model iklim, dan antar komoditas. Kajian bertujuan melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap penurunan produktivitas padi dan kinerja adaptasi spontan pada level petani, menggunakan 17 General Circulation Models (GCM) dengan skenario perubahan iklim Representative Concentration Pathways (RCP)8.5, untuk mewakili kondisi global tanpa kebijakan iklim, dan RCP4.5, mewakili kondisi dengan kebijakan iklim. Selanjutnya model simulasi tanaman (CROPWAT) digunakan untuk membuat simulasi penurunan produktivitas padi akibat perubahan iklim pada periode jangka menengah (2011-2040) dan panjang (2041-2070), serta baseline (19812010). Penelitian dilaksanakan pada Bulan November - Desember 2013 bertempat di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Hasil simulasi menunjukkan penurunan produktivitas sebesar 32.00 121 SURMAINI, E. Penentuan nilai ambang curah hujan untuk deteksi dini kekeringan pada tanaman padi sawah: studi kasus Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Rainfall threshold assessment for early detection of drought on rice paddies: case study in West Java and South Sulawesi Provinces / Surmaini, E. (Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor); Hadi, T.W.; Subagyono, K.; Puspito, N.T. Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 1410-7244 (2014) v. 32(2) p. 79-87, 4 ill., 2 tables; 40 ref. IRRIGATED RICE; DROUGHT; RAIN; IRRIGATED LAND; DRY SEASON; RAINFED FARMING; JAVA; SULAWESI. Defisit curah hujan dalam periode tertentu merupakan faktor dominan yang menentukan kekeringan agronomis. Oleh karena itu, nilai ambang curah hujan sebelum waktu tanam yang berpotensi menyebabkan kekeringan perlu diketahui untuk deteksi dini. Penelitian bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa penurunan curah hujan menyebabkan kekeringan agronomis pada tanaman padi sawah dan menentukan nilai ambang curah hujan yang 71
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
berpotensi menyebabkan pada musim kemarau. Nilai ambang curah hujan dianalisis secara statistik menggunakan persamaan regresi polinomial antara indeks dampak kekeringan padi (IDKP) dengan curah hujan dan debit sungai. Model GR4J digunakan untuk menentukan korelasi antara curah hujan dan debit serta mensimulasi debit sungai pada tahun-tahun El Nino. Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan cukup akurat digunakan sebagai indikator untuk deteksi dini kekeringan agronomis tanaman padi pada sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Nilai ambang curah hujan pada sawah tadah hujan adalah 60-70 mm, sedangkan untuk sawah irigasi adalah 20 mm.
Q02 PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN 122 ENGELEN, A. Optimasi proses dan formula pada pengolahan mi sagu kering (Metroxylon sagu). Process and formula optimizations on dried sago (Metroxylon sagu) noodle processing / Engelen, A.; Sugiyono; Budijanto, S. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 359367, 5 ill., 7 tables; 26 ref. METROXYLON; SAGO; STARCH; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES.
PASTA;
PROCESSING;
TEMPERATURE;
Penelitian bertujuan melakukan optimasi proses pada pembuatan mi sagu untuk menghasilkan mi sagu dengan karakteristik fisik yang baik. Mi sagu dihasilkan melalui optimasi proses menggunakan twin screw extruder dan penambahan glycerol monostearate (GMS), serta isolated soybean protein (ISP). Optimasi proses dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM) dengan tiga variabel proses yaitu: suhu ekstruder (6580°C), konsentrasi GMS (0-5%), dan ISP (0-10%). Kondisi proses optimum diperoleh pada suhu 80°C, GMS (4,5%), dan ISP (3,7%). Kondisi optimum menghasilkan mi yang memiliki kekerasan 2499,62 gf, kelengketan 235,12 gf, elongasi 168,96% dan cooking loss 6,23%. 123 HASIBUAN, H.A. Formulasi dan pengolahan margarin menggunakan fraksi minyak sawit pada skala industri kecil serta aplikasinya dalam pembuatan bolu gulung. Formulation and production of margarine using palm oil fractions in small-scale industry and its application in roll cake / Hasibuan, H.A.; Hardika, A.P. (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 377-384, 4 ill., 9 tables; 22 ref. PALM OILS; PROCESSING; MARGARINE; PRODUCTION; CAKES; BAKERY; INDUSTRY; SMALL ENTERPRISES; FORMULATIONS; PROXIMATE COMPOSITION; FATTY ACIDS; ORGANOLEPTIC ANALYSIS. Pengembangan produk bakery memberikan dampak positif terhadap peningkatan konsumsi margarin. Selain itu, variasi formula margarin semakin diperlukan untuk pengembangan produk bakery yang beragam, dengan demikian produksi margarin cukup menjanjikan untuk dikembangkan pada skala industri kecil dan menengah (IKM). Penelitian bertujuan untuk membuat margarin dengan menggunakan minyak sawit (refined bleached deodorized palm oil, RBDPO) dan minyak sawit merah (red palm oil, RPO) serta aplikasinya dalam pembuatan bolu gulung. RPO digunakan sebagai pewarna alami dan pro-vitamin A, sehingga tidak perlu lagi menambahkan pewarna dan vitamin pada margarin. Penelitian dilakukan dengan 3 tahapan meliputi: 1) formulasi margarin dengan mencampurkan antara RBDPO dan RPO pada rasio 97,5 : 2,5 - 85 : 15 melalui pendekatan sifat fisika kimia margarin 72
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
komersial meliputi komposisi asam lemak, bilangan iod, titik leleh dan kandungan lemak padat, 2) optimasi produksi margarin menggunakan formula terbaik dari kegiatan 1 pada reaktor teksturing skala 50 kg/batch dengan memvariasikan suhu media pendingin (5 ± 2, 12 ± 2, 20 ± 2°C) dan waktu proses (0, 30, 45, 60, 90, 120 menit). Produk dianalisis kadar air, warna, bentuk, tekstur dan stabilitasnya selama penyimpanan, dan 3) aplikasi margarin dalam pembuatan bolu gulung dan uji organoleptiknya. Hasil pengembangan formulasi margarin menggunakan RBDPO dan RPO diperoleh formula yang setara dengan margarin pembanding pada rasio 95 : 5. Kondisi optimum proses skala 50 kg/batch yang menghasilkan margarin dengan tekstur dan stabilitas terbaik diperoleh pada suhu pendingin 5 ± 2°C atau 12 ± 2°C selama 30 menit. Aplikasinya pada bolu gulung menunjukkan bahwa margarin ini relative baik dengan pengembangan bolu lebih tinggi 0,2 cm dibandingkan margarin pembanding. Hasil uji organoleptik bolu gulung menggunakan margarin ini memberikan tingkat kesukaan terhadap rasa, tekstur dan kenampakan tidak berbeda nyata dengan margarin pembanding. Dengan demikian, margarin yang dibuat dari RBDPO dan RPO pada penelitian ini memiliki kualitas memadai dan setara dengan produk komersial. 124 PERMATASARI, S. Sifat fungsional isolat protein 'blondo' (coconut presscake) dari produk samping pemisahan VCO (virgin coconut oil) dengan berbagai metode. Functional properties of protein isolates of blondo (coconut presscake) from side products of separation of virgin coconut oil by various methods / Permatasari, S. (Universitas Mataram. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri); Hastuti, P.; Setiaji, B.; Hidayat, C. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 441-448, 3 tables; 11 ref. COCONUTS; COCONUT OIL; BYPRODUCTS; SEPARATING; PROTEIN ISOLATES; ENZYMATIC ANALYSIS; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES. Blondo merupakan hasil samping pengolahan VCO yang memiliki kadar protein cukup tinggi sebesar 24,22%. Protein blondo belum dimanfaatkan secara maksimal. Protein blondo memiliki sifat fungsional yang dapat mempengaruhi karakteristik produk pangan penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode pemisahan VCO yang menghasilkan isolat protein dengan sifat fungsional terbaik. Tiga metode pemisahan yang dibandingkan: metode kimia, fisik dan enzimatis. Pada metode kimia dengan pengendapan protein dalam santan pada titik isoelektris dengan menggunakan asam. Pada metode fisik dengan pemecahan sistem emulsi santan dengan penambahan minyak kelapa untuk memperbesar tegangan antar muka proteinair. Metode enzimatis dengan menggunakan protease yang dapat memutus rantai peptida dari protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Paramater yang diamati adalah kadar protein, dan sifat fungsional isolat protein blondo VCO yang meliputi Indeks Aktivitas Emulsi (lAE), Indeks Stabilitas Emulsi (ISE), Water Holding Capacity (WHC), Oil Holding Capacity (OHC), Hidrophylic Lipophylic Balance (HLB). Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis keragaman dan uji beda nyata jujur pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat protein blondo VCO yang dibuat dengan metode fisik memberikan kadar protein (95,12 ± 2,9% db), nilai IAE (37,87 ± 6,6 m2/g) dan nilai HLB (42,87 ± 1,2%) tertinggi dibandingkan dengan metode kimia dan enzimatis. ISE,WHC dan OHC tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar metode (p ≤ 0,05). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa metode fisik menghasilkan sifat fungsional terbaik. 125 REPUTRA, J. Penggunaan minyak sawit merah untuk pembuatan lemak bubuk kaya beta karoten melalui proses pendinginan semprot. Utilization of red palm oil for beta carotene-rich fat powder produced by spray chilling process / Reputra, J. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian); Hariyadi, P.; Andarwulan, N. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 406-413, 5 ill., 3 tables; 20 ref. 73
Vol. 33, No.1, 2016
PALM OILS; FATS; CAROTENOIDS; PROCESSING; HYDROGENATED FATS.
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
POWDERS;
SPRAYING;
COOLING;
Lemak bubuk kaya β-karoten telah dibuat dengan menggunakan campuran minyak sawit merah (MSM) fraksi stearin, serta minyak sawit terhidrogenasi penuh (FHPO) melalui proses pendinginan semprot. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh komposisi campuran minyak tersebut terhadap karakteristik lemak bubuk yang dihasilkan terutama sifat daya alir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pendinginan semprot bisa menghasilkan bubuk kaya β-karoten. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa peningkatan rasio MSM untuk meningkatkan β-karoten akan menurunkan daya alir lemak bubuk yang dihasilkannya. Rasio maksimal MSM/FHPO digunakan untuk menghasilkan lemak bubuk yang mudah mengalir diperoleh sebesar 50/50 (formula F50), lemak bubuk tersebut mempunyai kadar β-karoten sebesar 167.71 ppm. Titik leleh bahan lemak berkorelasi kuat dengan daya alir lemak bubuk yang dihasilkan, dimana semakin tinggi titik leleh akan menghasilkan lemak bubuk dengan alir yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan sudut gulir yang lebih rendah. 126 RIZQIAN, H. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat indigenus susu kerbau sungai Sumatera Utara. Isolation and identification of indigenous lactic acid bacteria from North Sumatra River buffalo milk / Rizqian, H. (Institut Pertanian Bogor. Departemen Teknologi dan Produksi Ternak); Sumantri, C.; Noor, R.R.; Damayanthi, E.; Rianti, E. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2015) v. 20(2) p. 87-94, 1 ill., 2 tables; 34 ref. BUFFALO MILK; ISOLATION TECHNIQUES; IDENTIFICATION; LACTIC ACID BACTERIA; LACTOBACILLUS; PH; PROBIOTICS; BIOCHEMISTRY. Susu kerbau merupakan salah satu sumber bakteri asam laktat (BAL) yang berpotensi sebagai kultur untuk starter maupun probiotik. Penelitian bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi BAL asal susu kerbau sungai Sumatera Utara, serta menguji ketahanannya pada pH rendah. Bakteri asam laktat diisolasi dan ditumbuhkan pada medium De Man Rogosa Sharpe Agar (MRSA). Isolasi dilakukan sampai diperoleh kultur murni. Identifikasi BAL dengan pengujian karakteristik morfologi, fisiologi dan biokimia. Karakteristik morfologi dilakukan dengan pewarnaan Gram dan melihat bentuk sel. Karakteristik fisiologi dilakukan dengan uji ketahanan pada pH 4,5 dan suhu 45°C. Karakteristik biokimia dilakukan dengan uji produksi CO2, NH3 dan dekstran. Pengujian sifat probiotik dilakukan dengan menguji ketahanan isolat BAL pada pH rendah. Pengujian dengan kit API test CHL 50 untuk mengetahui jenis spesies dari sepuluh BAL terpilih. Hasil identifikasi diperoleh 41 isolat BAL, yang secara umum memiliki karakteristik Gram positif, katalase negatif, berbentuk batang dan bulat. Pengujian ketahanan BAL pada pH rendah (PH 2) menunjukkan penurunan jumlah populasi sebanyak 1,24 ± 0,68 log cfu/ml. Isolat terbaik dari pengujian ketahanan pada pH rendah adalah isolat L12, L16, L17, L19, L20, M10, P8, S3, S19 dan S20. Hasil pengujian dengan API test CHL 50 pada sepuluh isolat terpilih tersebut menunjukkan ada empat spesies BAL dari susu kerbau sungai Sumatera Utara, yaitu Lactobacillus plantarum, L. brevis, L. pentosus dan Lactococus lactis. 127 ROHDIANA, D. Indeks kesegaran teh hitam berdasarkan teknik pengaturan lama penyeduhan. Briskness index of black tea base on arragement technique of brewing period / Rohdiana, D.; Shabri (Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung). Jurnal Penelitian Teh dan Kina ISSN 1410-6507 (2014) v. 17(2) p. 83-88, 2 tables; 11 ref. TEA; BREWING; CAFFEINE; FOODS; QUALITY; FOOD TECHNOLOGY. 74
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Penelitian indeks kesegaran seduhan teh hitam berdasarkan teknik pengaturan lama penyeduhan telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh teknik pengaturan lama penyeduhan terbaik yang ditandai dengan tingginya indeks kesegaran dengan cara mengukur kandungan theaflavin dan kafeinnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengaturan dengan lama penyeduhan 12 menit yang diawali penyeduhan 3 menit mempunyai indeks kesegaran tertinggi yaitu 22,71 dengan kandungan theaflavin dan kafein masing-masing sebesar 0,29% dan 0,97% berat kering. Sementara itu, teknik pengaturan lama penyeduhan 3 menit yang diawali penyeduhan 12 dan 6 menit berturut-turut merupakan seduhan dengan indeks kesegaran terendah yaitu 13,73 dengan kandungan theaflavin dan kefein masingmasing sebesar 0,10 66% berat kering. Hasil penelitian disimpulkan bahwa teh hitam masih dapat diseduh sampai dengan tiga kali penyeduhan. 128 SARKONO Sifat fisikokimia selulosa produksi isolat bakteri Gluconacetobacter xylinus KRE-65 pada metode fermentasi berbeda. Physicochemical properties of cellulose produced by bacterial isolate Gluconacetobacter xylinus KRE-65 in different fermentation methods/ Sarkono; Moeljopawiro, S. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fakultas Biologi); Setiaji, B.; Sembiring, L. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 434-440, 5 ill., 28 ref. BACTERIA; FERMENTATION; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES.
CELLULOSE;
COCONUT
WATER;
Sifat fisikokimiawi selulosa yang dihasilkan oleh strain lokal bakteri Gluconacetobacter xylinus KRE-65 dengan metode fermentasi statis dan agitatif telah diteliti. Produksi selulosa oleh G. xylinus KRE-65 dilakukan dalam media dasar air kelapa dengan metode fermentasi statis dan agitatif. Selulosa yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan berat kering, bentuk morfologi dan sifat fisikokimiawinya menggunakan metode SEM, XRD dan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa G. xylinus KRE 65 menghasilkan selulosa lebih tinggi pada metode fermentasi statis dibandingkan fermentasi agitatif. Metode fermentasi statis menghasilkan selulosa bakteri yang berbentuk lembaran sedangkan fermentasi agitatif menghasilkan selulosa yang terpecah-pecah dengan bentuk dominan bulat. Pengamatan struktur permukaan selulosa bakteri dengan SEM memperlihatkan bahwa metode fermentasi statis menghasilkan selulosa dengan anyaman mikrofibril yang padat, sedangkan fermentasi agitatif menyebabkan terjadinya perubahan struktur permukaan yaitu melonggarnya anyaman mikrofibril dan terbentuknya pori-pori yang lebih besar dan lebih besar dan lebih banyak. Derajat kristalinitas selulosa bakteri dengan analisis XRD pada metode fermentasi statis sebesar 91%, fermentasi agitatif 100 rpm sebesar 73% dan fermentasi 150 rpm sebesar 72%. Spektra FTIR mengindikasikan bahwa palikel, yang dihasilkan oleh G. xylinus KRE 65 pada kedua metode fermentasi tersebut merupakan selulosa. Selulosa yang dihasilkan dari fermentasi statis dan agitatif mempunyai sifat fisikokimiawi yang berbeda sehingga dapat diterapkan dalam aplikasi yang berbeda sesuai dengan sifat fisikokimiawi yang dibutuhkan. 129 SURYANTI, U. [Karakteristik fisik daging itik Magelang afkir dengan marinasi dalam ekstrak jahe dan perlakuan aging]. Physical characteristics of culled Magelang duck meat affected by aging and marination in ginger extract/ Suryanti, U.; Bintoro, V.P.; Atmomarsono, U.; Pramono, Y.B. (Universitas Diponegoro, Semarang. Fakultas Peternakan dan Pertanian). Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture ISSN 2087-8273 (2015) v. 40(2) p. 107-114, 4 ill., 3 tables; 19 ref. DUCK MEAT; PROPERTIES.
GINGER;
EXTRACTS;
MARINATING;
CHEMICOPHYSICAL 75
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Penelitian bertujuan untuk memperbaiki karakteristik fisik daging itik atkir dengan marinasi dalam ekstrak jahe dan perlakuan aging. Materi penelitian adalah daging itik atkir dari jenis itik Magelang (umur 2,5 tahun). Ekstrak jahe diperoleh dari hasil ekstraksi dan sentrifugasi rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) segar. Marinasi daging itik atkir dilakukan dengan perendaman dalam ekstrak jahe pada konsentrasi 0%, 5%, dan 10% (w/v). Aging dilakukan pada temperatur refrigerasi (10°C) selama 24, 48, dan 72 jam. Rancangan percobaan adalah rancangan acak lengkap dengan pola faktorial (3 x 3), dengan 2 faktor utama yaitu konsentrasi ekstrak jahe pada level 0,5, dan 10% dan lama aging pada level 24, 48, dan 72 jam, dengan 3 kali ulangan. Terdapat interaksi signifikan antara faktor konsentrasi ekstrak jahe dengan faktor lama aging dalam mempengaruhi kadar air, pH, tekstur (hardness), dan daya ikat air pada daging itik afkir. Karakteristik fisik terbaik daging itik afkir Magelang dihasilkan dari perlakuan marinasi dengan ekstrak jahe konsentrasi 5% (w/v) dan aging selama 48 jam. 130 UTAMI, R. Screening dan karakteristik pektinesterase sebagai enzim potensial dalam klarifikasi sari buah jeruk garut (Citrus nobilis var. microcarpa). Screening and characterization of pectinesterase as a potential enzyme in keprok garut citrus juice (Citrus nobilis var. microcarpa) clarification / Utami, R.; Widowati, E.; Rahayu, A. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Fakultas Pertanian). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 422-433, 4 ill., 4 tables; 55 ref. CITRUS; VARIETIES; ORANGE JUICE; CITRUS MITIS; CLARIFYING; ENZYMES; PECTINESTERASE; TEMPERATURE; TESTING; BACTERIA; PH; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES. Tujuan penelitian untuk melakukan screening bakteri penghasil enzim pektinesterase (PE) yang berpotensi dalam proses klarifikasi sari buah jeruk keprok garut (Citrus nobilis var microcarpa) serta mengetahui karakteristik enzim pektinesterase yang dihasilkan (pH optimum, suhu optimum, kestabilan pH dan suhu, serta nilai Km dan V maks). Hasil screening didapatkan isolat AR 2, AR 4, AR 6, dan KK 2 sebagai isolat penghasil enzim pektinesterase yang berpotensi dalam proses klarifikasi sari buah jeruk keprok garut. Aktivitas enzim pektinesterase isolat AR 2, AR 4, AR 6 dan KK 2 berturut-turut optimum pada pH 8; pH 7,5; pH 8,5; dan pH 6,5, serta stabil pada pH 4-9, pH 4-9, pH 6-9, dan pH 38. Suhu optimum enzim pektinesterase isolat AR 2, AR 4, AR 6, dan KK 2 berturut-turut adalah 55°C, 60°C, 55°C, dan 60°C. Enzim pektinesterase isolat AR 2 stabil pada suhu 3050°C dan inaktif pada suhu 80°C, enzim pektinesterase isolat AR 4 dan KK 2 stabil pada suhu 30-60°C dan inaktif pada suhu 90°C, sedangkan enzim pektinesterase isolat AR 6 stabil pada suhu 30-60°C namun belum inaktif pada suhu 90°C. Nilai konstanta Michaelis-Menten (KM) enzim pektinesterase isolat AR 2, AR 4, AR 6, dan KK 2 berturut-turut adalah 0,604; 0,338; 0,971; dan 0,392 mg/ml. Sedangkan nilai kecepatan maksimum (Vmaks) enzim pektinesterase isolat AR 2, AR 4, ARI 6, dan KK 2 berturut-turut adalah 1,218; 0,826; 0,969; dan 1,080 µ/ml. Enzim pektinesterase isolat KK 2 memiliki karakteristik yang paling sesuai untuk aplikasi dalam klarifikasi sari buah jeruk keprok garut dibandingkan dengan enzim pektinesterase isolat lainnya. 131 WARKOYO Kinetika pertumbuhan mikrobia dan kemunduran mutu bakso berlapis edible aktif berbasis pati kimpul (Xanthosoma sagittifolium) pada berbagai ketebalan. Kinetics of microbial growth and quality deterioration of meatballs coated with various thickness of Xanthosoma sagittifolium starch based active edible coating/ Warkoyo (Universitas Muhammadiyah Malang. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan); Rahardjo, B.; Marseno, 76
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
D.W.; Karyadi, N.W. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 456-463, 7 ill., 2 tables; 21 ref. MEAT PRODUCTS; XANTHOSOMA SAGITTIFOLIUM; STARCH; EDIBLE FILMS; THICKNESS; MICROORGANISMS; GROWTH; QUALITY. Kemunduran mutu bahan pangan yang terlapisi pelapis edible aktif tergantung kepada sifat produk, kondisi lingkungan, dan karakter pelapis. Karakter pelapis dipengaruhi oleh jenis dan jumlah dari bahan dasar penyusun, plasticizer, dan bahan aktif yang digunakan. Tujuan penelitian untuk menentukan kinetika pertumbuhan mikrobia, dan kemunduran mutu bakso terlapisi edible aktif berbasis pati umbi kimpul (X. sagittifolium) dengan berbagai ketebalan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah ketebalan pelapis edible yang berbeda (0,43; 0,48; 0,53; 0,58 mm). Parameter pengamatan meliputi jumlah mikrobia (total mikrobia dan Pseudomonas aeruginosa), kadar protein, TYB-N, susut bobot, dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan pelapis edible aktif berpengaruh nyata terhadap populasi mikrobia, dan TYB-N, serta berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein, susut bobot, dan tekstur bakso. Pertumbuhan mikrobia (TPC dan P. aeruginosa) berubah secara eksponensial dengan laju peningkatan sebesar 0,049-0,055/ jam untuk TPC, dan 0,0710,075/jam untuk P. aeruginosa atau sebesar 0,026/mm/jam kali ketebalan. Kadar TYB-N bakso berubah secara linier dengan laju peningkatan sebesar 0,132-0,153 mg/100 g/jam atau sebesar 0,206 mg/100 g/mm/jam kali ketebalan. Pelapis edible aktif berbasis pati X. sagittifolium yang diinkorporasi kalium sorbat dengan tebal 0,43 mm dapat meningkatkan umur simpan bakso sampai 4 kali lebih lama dibandingkan bakso tanpa pelapis. 132 WIDODO Produksi low calorie sweet bio-yogurt dengan penambahan extrak daun stevia (Stevia rebaudiana) sebagai pengganti gula. Production of low calorie sweet bio-yoghurt with the addition of Stevia's leaf extract (Stevia rebaudiana) to sugar substitution / Widodo; Munawaroh; Indratiningsih (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fakultas Peternakan). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 464-473, 8 tables; 42 ref. YOGHURT; STEVIA REBAUDIANA; EXTRACTS; LEAVES; LOW CALORI FOODS; SWEETENERS; LACTIC ACID BACTERIA; PROBIOTICS; PROXIMATE COMPOSITION; QUALITY; ORGANOLEPTIC ANALYSIS. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan stevioside hasil ekstraksi daun stevia (Stevia rebaudiana) sebagai pengganti gula dalam produk low calorie sweet bio-yoghurt. Penelitian dilakukan dengan penambahan 0,5; 2,01 3,5% ekstrak daun stevia pada yoghurt dan sebagai kontrol yoghurt dengan penambahan 7,0% gula. Parameter yang diamati adalah kadar stevioside hasil ekstraksi, kandungan kalori, nilai pH dan keasaman, komposisi nutrisi, kualitas mikrobiologis, serta sensoris produk yoghurt. Hasil penelitian menunjukkan kadar stevioside hasil ekstraksi fase etanol (12,73%) lebih tinggi dibandingkan fase butanol (11,89%). Tidak ada pengaruh antara sweetener gula dengan ekstrak daun stevia terhadap nilai pH dan keasaman yoghurt. Penambahan sweetener gula dan ekstrak daun stevia sebesar 0,5; 2,0; dan 3,5% meningkatkan kandungan protein, tetapi tidak berpegaruh terhadap kandungan laktosa yoghurt. Penambahan ekstrak daun stevia 0,5% meningkatkan kadar lemak, tetapi penambahan lebih tinggi (2,0 dan 3,5%) tidak berpengaruh terhadap kadar lemak yoghurt. Nilai kalori yoghurt dengan penambahan ekstrak daun stevia lebih rendah dibandingkan dengan penambahan gula. Hasil pengujian kualitas sensoris menunjukkan tidak ada perbedaan penampilan dan warna antara yoghurt dengan penambahan sweetener gula dibandingkan dengan ekstrak daun stevia tetapi penambahan ekstrak daun stevia berpengaruh terhadap aroma, rasa, mouth-feel, dan daya terima. Penambahan ekstrak daun 77
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
stevia dapat mempertahankan viabilitas bakteri asam laktat dan probiotik dalam yoghurt selama seminggu low calorie sweet bio-yoghurt dengan penambahan 0,5% ekstrak daun stevia menghasilkan daya terima terbaik bagi panelis. 133 WITDARKO, Y. Pemodelan pada proses pengeringan mekanis tepung kasava dengan menggunakan pneumatic dryer; hubungan fineness modulus dengan variabel proses pengeringan. Modelling on mechanical cassava flour drying process by using pneumatic dryer correlation of fineness modulus and drying process variable / Witdarko, Y. (Universitas Musamus, Merauke. Fakultas Pertanian); Bintoro, N.; Suratmo, B.; Rahardjo, B. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 481-487, 7 ill., 2 tables; 11 ref. CASSAVA; FLOURS; PROCESSING; DRYING; PNEUMATIC HANDLING; FOOD TECHNOLOGY; PRODUCTION; VELOCITY; TEMPERATURE Metode pengeringan yang diterapkan dalam industri pembuatan tepung salah satunya adalah pneumatic drying. Berbagai macam variabel baik dari sifat-sifat bahan yang dikeringkan maupun kondisi proses pengeringan sangat mempengaruhi kualitas hasil pengeringan. Fineness Modulus (FM) dan diameter tepung rata-rata merupakan variabel-variabel yang penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis antara FM dengan variabel-variabel kondisi proses pengeringan pneumatik. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut telah dirancang peralatan pneumatic drying dan dilakukan pengujian dengan berbagai macam variasi perlakuan seperti kapasitas input, kecepatan udara pengering, diameter partikel tepung, dan temperatur udara pengering. 134 YULIANI, H. Formulasi mi kering sagu dengan substitusi tepung kacang hijau. Formulation of dry sago noodles with mung bean flour substitution / Yuliani, H.; Yuliana, N.D.; Budijanto, S. (Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 387-395, 2 ill., 5 tables; 34 ref. SAGO; PASTA; STARCH; MUNG BEANS; FLOURS; FORMULATIONS; COOKING; PROCESSING LOSSES; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES. Mi pati merupakan mi yang dibuat dari pati dan atau kombinasi tepung dari bahan non terigu. Bahan baku non-terigu Indigenous Indonesia yang dapat digunakan untuk membuat mi pati adalah sagu. Karakteristik yang sangat mempengaruhi kualitas mi setelah direhidrasi adalah cooking loss, elongasi, kekerasan dan kelengketan. Mi yang dibuat dari bahan dasar pati memiliki cooking loss yang rendah namun kekerasan yang tinggi, sehingga kurang disukai. Tujuan penelitian untuk mendapatkan formulasi optimum dari mi berbahan dasar sagu dengan substitusi tepung kacang hijau, sehingga dapat dihasilkan mi yang baik secara fisik dan diterima secara organoleptik. Optimasi formulasi dilakukan menggunakan Mixture Design (DX7) dengan variabel berupa persentase pati sagu (80-100%) dan tepung kacang hijau (0-20%). Substitusi tepung kacang hijau dapat menurunkan kekerasan, kelengketan, dan elongasi mi sagu, namun meningkatkan cooking loss. Produk optimum mi sagu diperoleh dengan substitusi tepung kacang hijau 4,7%. Pada kondisi ini mi sagu memiliki karakteristik kekerasan 1996,03 gf, skor kelengketan -19,2 gf, skor elongasi 214,35%, dan skor cooking loss 10,82%. Uji sensori terhadap mi sagu formula optimum menunjukkan bahwa mi sagu yang dibuat secara keseluruhan tidak berbeda nyata dengan mi kering terigu komersial. 78
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Q03 KONTAMINASI DAN TOKSIKOLOGI PANGAN 135 HARSOJO Studi kandungan logam berat dengan analisis aktivasi neutron dan mikroba patogen pada jeroan serta daging sapi. Study of heavy metals and microbial content in beef bowel and red meat / Harsojo; Darsono (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2013) v. 9(2) p. 129137, 2 tables; 16 ref. BEEF CATTLE; HEAVY METALS; MICROORGANISMS; ABATTOIRS; ESCHERICHIA COLI; STAPHYLOCOCCUS; SALMONELLA; NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS. Penduduk Indonesia setiap tahun jumlahnya meningkat sehingga kebutuhan akan pangan meningkat terutama tersedianya makanan bergizi seperti daging. Daging merupakan salah satu makanan yang mengandung kecukupan unsur protein, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan mengandung logam berat dan tercemar bakteri yang telah melebihi ambang batas SNI. Di samping itu jeroan juga sangat digemari walaupun menjadi tempat terakumulasinya logam berat. Tujuan penelitian mempelajari kandungan logam berat dan cemaran bakteri pada jeroan sapi dari beberapa tempat Rumah Pemotongan Hewan. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat seperti As, Cd dan Hg serta mikroba pada jeroan dan daging sapi. Jeroan yang digunakan adalah paru, babat, usus dan hati sapi sedang untuk daging yang diteliti adalah veal dan tenderloin. Analisa logam berat dilakukan dengan menggunakan Analisa Aktivasi Neutron, sedang untuk analisa jumlah mikroba seperti jumlah bakteri aerob, Koliform, Escherichia coli dan Staphylococcus sp. serta Salmonella menggunakan Angka Lempeng Total. Hasil penelitian menunjukkan kandungan As pada paru dan babat serta kandungan Hg pada jeroan yang diteliti telah melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh SNI masing-masing sebesar 1,0 dan 0,03 ppm. Sedangkan pada daging tidak terdeteksi adanya kandungan logam berat. Kandungan mikroba dalam jeroan sapi telah melebihi maksimum batas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 1,0 x 106 cfu/g. Tidak ditemukan Salmonella pada semua sampel jeroan dan daging yang diteliti. Teknik nuklir sangat membantu analisis kandungan logam berat dalam jeroan maupun daging sapi. Kebersihan tempat pemotongan hewan sangat menentukan kualitas jeroan maupun daging yang akan dikirim. 136 INDRANINGSIH Deteksi dioksin Tetrachloro dibenzo-p-dioxins dan Tetrachloro dibenzofurans pada daging sapi dengan gas chromatography tandem mass spectrometry. Detection of dioxins Tetrachloro dibenzo-p-dioxins and Tetrachloro dibenzofurans in beef with gas chromatography tandem mass spectrometry / Indraningsih; Sani, Y. (Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(4) p. 302-313, 1 ill., 4 tables; bibliography: p. 302-315 BEEF; DIOXINS; PESTICIDE PERSISTANCE; CHROMATOGRAPHY; MASS SPECTROMETRY.
RESIDUES;
GAS
Tujuan penelitian untuk mempelajari tingkat pencemaran TCDDs/TCDFs (dioksin) pada daging sapi yang dikoleksi dari rumah potong hewan-Giwangan (Yogyakarta), RPH-kota Klaten (Jawa Tengah) dan RPH-kota Kupang (Nusa Tenggara Timur). Analisis residu persistent organic pollutants (POPs) menggunakan GC-ECD, dan residu dioksin menggunakan GCMSMS. Sebanyak 50 sampel yang terdiri dari 20 sampel dari RPHYogyakarta, 15 sampel dari RPH-Jawa Tengah dan 15 sampel dari RPH-Nusa Tenggara Timur. Hasil analisis menunjukkan bahwa residu POPs terdeteksi pada daging yang terdiri 79
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
dari aldrin, dieldrin, DDT, endrin dan heptakhlor. Total residu POPs tertinggi terdeteksi pada sampel daging sapi asal RPH Yogyakarta sebesar 93,11 ng/g, diikuti oleh Jawa Tengah (17,79 ng/g) dan Nusa Tenggara Timur (12,87 ng/g). Residu POPs yang terdeteksi masih berada dibawah batas maksimum residu (BMR) yang ditetapkan berdasarkan SNI 7313: 2008. Selanjutnya rataan total residu TCDDs/TCDFs pada sampel asal RPH-Yogyakarta mencapai 13.624,38 rho g/g dengan kisaran 4.496,66-20.642,40 rho g/g lebih tinggi dibandingkan dengan sampel pool asal RPH-Nusa Tenggara Timur yang mencapai 1.623,98 rho g/g dengan kisaran 0,83-6.471,07 rho g/g. Residu dioksin tidak terdeteksi pada sampel pool asal RPH-Kota Klaten meskipun terdapat 3 jenis POPs yang terdeteksi. Total residu TCDDslTCDFs pada sampel pool asal RPH-Yogyakarta mencapai 54.497,52 rho g/g dan sampel pool asal RPH-Nusa Tenggara Timur mencapai 6.495,9 rho g/g. Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat keterkaitan keberadaan residu endrin dan heptaklor terhadap terbentuknya residu TCDDs/TCDFs pada sampel daging sapi yang kemungkinan merupakan informasi baru yang perlu dipelajari lebih lanjut. 137 KATRIN, E. Pengaruh iradiasi gamma pada toksisitas akut oral ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale). Effect of gamma irradiation on acute oral toxicity of ethanolic extract of red ginger (Zingiber officinale) / Katrin, E.; Andayani, W.; Susanto; Winarno, H. (Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta). Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2014) v. 10(1) p. 55-70, 6 ill., 2 tables; 21 ref. ZINGIBER OFFICINALE; ETHANOL; EXTRACTS; ACUTE TOXICITY; GAMMA IRRADIATION; MICE; HISTOPATHOLOGY; HEALTH; MANKIND. Jahe merah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Evaluasi sifat toksik jahe merah sangat penting untuk mengetahui dampak negatif yang membahayakan terhadap kesehatan pasien. Oleh karena itu, sebelum dikonsumsi oleh manusia, perlu dilakukan penelitian toksisitas akut oral jahe merah pada mencit. Rimpang tipis jahe merah dalam kemasan plastik polietilen diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 10 kGy dengan laju dosis 10 kGy/jam. Ekstrak etanol dari jahe merah yang tidak diiradiasi maupun yang diiradiasi lalu diuji toksisitas akut oral menggunakan metode OECD Guideline test. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sepanjang 14 hari perlakuan terdapat perubahan pola perilaku, gejala klinis dan berat badan mencit kontrol dan perlakuan kelompok. Pemeriksaan histopatologi sampai dosis < 1250 mg/kg berat badan (bb) menunjukkan normal dan tidak ada efek samping yang signifikan diamati pada ginjal, jantung, hati, paru-paru dan limpa. Kerusakan vena central dan berkurangnya jumlah sel hepatosit pada mencit jantan terjadi pada kelompok dosis uji 2.2000 mg/kg bb, sedangkan pada mencit betina terjadi pada kelompok uji dosis 2.1250 mg/kg bb. Berdasarkan histologi ginjal mencit jantan dan betina pada dosis 2.1250 mg/kg bb terjadi kerusakan pada kapsul bowman, glomerulus, pembuluh proksimal dan pembuluh distal. LD50 ekstrak etanol jahe merah yang tidak diiradiasi adalah 1887 mg/kg bb dan yang diiradiasi 10 kGy adalah 2639 mg/kg bb mencit dan dapat dikategorikan toksik sedang. Pemberian oral ekstrak etanol jahe merah dosis 1250 mg/kb bb pada mencit menunjukkan efek pada organ mencit. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pemberian oral ekstrak etanol jahe merah yang tidak diradiasi (0 kGy) maupun yang diiradiasi 10 kGy dapat dinyatakan aman pada pemberian dosis < 1250 mg/kg bb. 138 WIDIASTUTI, R. Deteksi residu kloramfenikol pada daging sapi menggunakan kromatografi cair spektrometri masa. Detection of chloramphenicol residue in bovine meat using liquid Chromatography Mass Spectrometry / Widiastuti R.; Anastasia Y. (Balai Besar Penelitian 80
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Veteriner, Bogor). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) v. 19(1) p. 7479, 3 ill., 2 tables; 21 ref. CHLORAMPHENICOL; ANTIBIOTIC; BOVINAE; CHROMATOGRAPHY; MEAT; RESIDUES. Kloramfenikol (chloramphenicol = CAP) adalah antibiotika berspektrum luas yang telah dilarang penggunaannya di banyak negara oleh karena menimbulkan efek samping yang serius terhadap kesehatan manusia. Instrumentasi yang digunakan dalam mendeteksi CAP dalam pangan harus mampu menunjukkan batas kemampuan terendah yang dibutuhkan (minimum required performance limit = MRPL) pada 0,3 ng/g. Tujuan penelitian untuk mengembangkan metode deteksi residu CAP pada daging sapi menggunakan kromatografi cair spektrometri masa (KCSM) dan mengetahui keberadaan residu CAP pada 36 sampel daging sapi dari pasar lokal dan 16 sampel daging impor. Kolom yang digunakan adalah kolom fasa terbalik C18 dan dipisahkan menggunakan fasa gerak campuran air-asetonitril (1:1) pada laju alir 0,2 mL/menit serta diionisasi dengan electron spray ionisation (ESI) ion negatif. Hasil validasi metode untuk parameter uji linearitas menunjukkan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9981 untuk kalibrasi dengan konsentrasi 0,125; 0;25; 0;63; 1,00 dan 2,00 ng/g. Uji perolehan kembali dari fortifikasi pada tiga tingkat konsentrasi yang berbeda (0,25; 0,50 dan 1,00 ng/g) adalah 77,5; 97,3 dan 83,4% untuk masing-masing konsentrasi fortifikasi. Nilai batas decision dan batas kemampuan masing-masing adalah 0,15 ng/g dan 0,17 ng/g. Hasil analisis terhadap 52 sampel yang diuji menunjukkan bahwa residu CAP terdeteksi pada 9 sampel pada kisaran konsentrasi 0,14 hingga 2,70 ng/g dan 6 diantaranya melebihi MRPL. Oleh karenanya, untuk menjamin penyediaan pangan yang aman bagi konsumen, kewaspadaan dan monitoring terhadap residu CAP pada pangan asal ternak perlu ditingkatkan.
Q04 KOMPOSISI PANGAN 139 HUSNI, A. Aktivitas antioksidan dan tingkat penerimaan konsumen pada minuman instant yang diperkaya dengan ekstrak Sargassum polycystum. Antioxidant activity and consumer preference of instant drink enriched with Sargassum polycystum extract / Husni, A.; Ariani, D.; Budhiyanti, S.A. (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Fakultas Pertanian). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 368-376, 9 ill., 1 table; 37 ref. BEVERAGES; SARGASSUM; FORMULATIONS; PHENOLIC CONSUMER BEHAVIOUR.
EXTRACTS; SEAWEEDS; ANTIOXIDANTS; COMPOUNDS; ORGANOLEPTIC ANALYSIS;
Minuman instan ekstrak Sargassum polycystum rasa jahe merupakan produk olahan rumput laut dalam bentuk serbuk yang sebelumnya telah mengalami proses pengeringan, ekstraksi, kokristalisasi dan pengayakan menjadi serbuk. Tujuan penelitian untuk menghasilkan formula minuman instan rumput laut yang mempunyai aktivitas antioksidan dan disukai konsumen. Formula yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari ekstrak etanolik S. polycystum, gula dan jahe dengan komposisi kontrol (0:3:1), formula 1 (0,1:2,9:1), formula 2 (0,2:2,8:1), formula 3 (0,3:2,7:1), formula 4 (0,4:2,6:1), formula 5 (0,5:2,5:1), dan formula 6 (0,6:2,4:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman instan mempunyai nilai aktivitas antioksidan 25,7-65,41%, total fenol 27,74-100,36 mg GAE/g, total gula 76,1387,180; (kadar air 0,44-1,99%, kadar abu 0,06-11,54% dan nilai hedonis warna 2,4-3,2 (tidak 81
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
suka-suka); aroma 1,29-3,61 (sangat tidak suka-suka); dan rasa 1,32-3,59 (sangat tidak sukasuka). 140 MIRDHAYANI, I. Profil karkas dan karakteristik kimia daging kambing Kacang (Capra aegragus hircus) jantan. Carcass profile and chemical characteristic of male Kacang goat (Capra aegragus hircus) / Mirdhayani, I. (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Fakultas Pertanian dan Peternakan); Hermanianto J.; Wijaya C.H.; Sajuthi D. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner ISSN 0853-7380 (2014) p. 26-34 v. 19(1) p. 4 tables; 38 ref. GOATS; GOAT MEAT; CARCASSES; CHEMICAL COMPOSITION; AMINO ACIDS; FATTY ACIDS. Penelitian bertujuan untuk mengarakterisasi profil karkas dan karakteristik kimia daging kambing Kacang jantan (Capra aegragus hircus) yang berasal dari dua kelompok umur potong, yaitu umur < 1,5 tahun dan umur > 1,5 tahun. Kambing Kacang lazim dikonsumsi masyarakat pada kedua kelompok umur ini. Bagian yang digunakan adalah daging paha belakang (leg). Analisis data dilakukan dengan uji t. Hasil menunjukkan bahwa pada sistem pemeliharaan dan rentang bobot potong yang sama menyebabkan profil karkas kambing Kacang jantan kelompok umur < 1,5 tahun tidak berbeda dengan umur > 1,5 tahun. Karakteristik kimia ditunjukkan dari kadar protein, air, lemak, abu dan kolesterol yang tidak berbeda di antara dua kelompok umur. Asam amino yang dominan dalam daging kambing Kacang adalah asam glutamat, asam aspartat, leusin dan lisin. Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh daging kambing Kacang umur < 1,5 tahun tidak berbeda dengan umur > 1,5 tahun, kecuali pada asam eikosatrienoat, dimana kelompok umur < 1,5 tahun mengandung asam eikosatrienoat (ETE) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur > 1,5 tahun. Daging kambing Kacang jantan yang berasal dari umur potong < 1,5 tahun maupun > 1,5 tahun berpotensi sebagai daging sehat ditinjau dari kadar lemak yang rendah, komposisi asam amino fungsional, kandungan desirable fatty acid yang cukup tinggi serta memiliki rasio asam lemak omega 6 : omega 3 yang sesuai dengan angka yang direkomendasikan oleh American Heart Association.
Q60 PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NON-PANGAN DAN NON-PAKAN 141 ARNATA, I W. Produksi bioetanol dari hidrolisat asam tepung ubi kayu dengan kultur campuran Trichoderma viride dan Saccharomyces cerevisiae. Ethanol production from acid hydrolysate cassava flour with mixed culture Trichoderma viride and Saccharomyces cerevisiae / Arnata, I W. (Universitas Udayana, Badung. Fakultas Teknologi Pertanian); Setyaningsih, D.; Richana, N. Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 396-405, 3 ill., 64 ref. CASSAVA; FLOURS; TRICHODERMA VIRIDAE; SACCHAROMYCES CEREVISIAE; ETHANOL; BIOFUEL; PRODUCTION; ACIDS; HYDROLYSIS; FERMENTATION; ENZYME ACTIVITY. Tujuan penelitian untuk memproduksi bioetanol dari hidrolisat asam tepung ubi kayu dengan menggunakan kultur campuran Trichoderma viride dan Saccharomyces cerevisiae. Hidrolisis tepung ubi kayu untuk menghasilkan glukosa dilakukan dengan menggunakan H2SO4 0,4 M, pada suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 10 menit. Proses fermentasi dilaksanakan secara batch selama 96 jam pada suhu 30°C. Pencampuran kultur T. viride dan S. cerevisiae pada proses fermentasi hidrolisat asam dilakukan dalam dua metode yaitu 82
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
secara bertahap dan secara simultan. Hasil penelitian menunjukkan hidrolisat asam tepung ubi kayu mempunyai konsentrasi total gula 38,93 ± 8,09% (b/v) dan konsentrasi gula reduksi 22,04 ± 4,31% (b/v). Pada proses produksi bioetanol menunjukan bahwa dengan pencampuran kultur secara bertahap menghasilkan konsentrasi bioetanol 6,77 ± 1,23% (v/v), rendemen 27,97% (v/w) dan efisiensi fermentasi 59,01% dari perolehan bioetanol secara teoritis, sedangkan dengan pencampuran kultur secara simultan menghasilkan konsentrasi bioetanol 4,96 ± 0,39% (v/v), rendemen 19,85% (v/w) dan efisiensi fermentasi 62,72% dari perolehan bioetanol secara teoritis. 142 ERIZAL Sintesis kopolimer ikatan silang gelatin sisik ikan-kitosan menggunakan iradiasi gamma. Synthesis of fish scales gelatin-chitosan crosslinked films by gamma irradiation techniques/ Erizal; Perkasa, D.P.; Abbas, B. (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta); Sulistioso G.S. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 19070322 (2013) v. 9(2) p. 101-112, 7 ill., 30 ref. BODY PARTS; SCALES; GELATIN; CHITOSAN; GAMMA CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES; MECHANICAL PROPERTIES.
IRRADIATION;
Gelatin merupakan salah satu komponen yang penting dari limbah sisik ikan. Pada saat ini perhatian terhadap manfaat dan cara pengolahan gelatin sisik ikan meningkat. Penelitian ini dilakukan guna meningkatkan sifat fisik gelatin hasil olah sisik ikan yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatannya. Gelatin (G) mudah terdegradasi atau larut dalam air pada suhu kamar, sehingga untuk memperpanjang umurnya perlu dimodifikasi, misalnya dengan kitosan. Kitosan (Ks) bersifat biodegradabel dan anti bakteri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini larutan gelatin dicampurkan dengan larutan kitosan pada variasi perbandingan (100/0, 75/25, 50/50, 25/75, 0/100), dan dicetak pada suhu kamar menjadi film komposit, kemudian diuji efektifitas radiasi gamma pada dosis 10-40 kGy untuk pengikatan silang kedua polimer tersebut. Perubahan kimia film G-Ks diukur menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), fraksi gel ditentukan secara gravimetri, dan sifak mekanik tegangan putus dan perpanjangan putus diukur menggunakan Universal Testing Machine. Pada kondisi optimum (dosis 30 kGy dan konsentrasi kitosan 75%), fraksi gel, tegangan putus dan perpanjangan putus meningkat sehingga menyebabkan film komposit lebih kuat dibandingkan film gelatin. Tetapi, sifat fisik tersebut menurun pada dosis 40 kGy. Spektrum FTIR menunjukkan terjadinya ikatan silang pada film G-Ks. Disimpulkan bahwa film G-Ks yang dibuat menggunakan iradiasi gamma dapat meningkatkan sifat mekaniknya dibandingkan film gelatin. 143 KATRIN, E. Pengaruh iradiasi gamma terhadap sitotoksisitas daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz Pav.) pada sel leukemia L1210. Effects of gamma irradiation on cytotoxicity against leukemia L1210 cells and chromatogram profile of sirih merah (Piper crocatum Ruiz Pav.) leaves / Katrin, E. (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN, Jakarta); Komarudin, D.; Susanto; Winarno, H. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 1907-0322 (2013) v. 9(2) p. 113-127, 11 ill., 4 tables; 30 ref. PIPER BETLE; GAMMA IRRADIATION; TOXICITY; FLAVONOIDS; TANNINS; TRADITIONAL MEDICINES; LEUKAEMIA; CHROMATOGRAPHY. Sirih merah (Piper crocatum Ruiz Pav.) merupakan tanaman yang mengandung flavonoid, tanin, minyak atsiri dan secara empiris telah digunakan sebagai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh iradiasi gamma pada aktivitas sitotoksisitas daun sirih merah terhadap sel leukemia L1210 dan profil kromatogramnya. Daun sirih merah 83
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
kering (kadar air 8,03%) diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 5; 7,5; 10 dan 15 kGy dengan sumber kobalt-60. Kemudian masing-masing sampel dimaserasi dalam tiga jenis pelarut secara bertahap, yaitu n-heksan, etil asetat dan etanol, sehingga diperoleh tiga jenis ekstrak. Uji aktivitas sitotoksisitas ekstrak terhadap sel leukemia L1210 dilakukan dengan metode langsung dengan pewarnaan menggunakan tripan biru. Ekstrak etanol merupakan ekstrak yang paling aktif menghambat pertumbuhan sel leukemia L1210 (LC50 sebesar 13,12 µg/ml.), selanjutnya difraksinasi dengan kolom kromatografi, diperoleh 7 fraksi. Fraksi 2 merupakan fraksi yang paling aktif menghambat sel leukemia L1210 dengan LC50 4,12 µg/ml. Aktivitas sitotoksik fraksi 2 daun sirih merah sampai 7,5 kGy tidak mengalami perubahan bermakna dibandingkan dengan kontrol, tetapi pada dosis ~ 10 kGy aktivitas sitotoksik fraksi 2 mengalami penurunan yang bermakna. Kromatogram KLT fraksi 2 dari daun sirih merah yang tidak dan yang diiradiasi sampai dosis 7,5 kGy tidak terlihat adanya perubahan, tetapi pada KLT-Densitometri dan spektrum GC-MS daun sirih merah terlihat adanya perubahan. Berdasarkan hasil aktivitas sitotoksik fraksi 2 terhadap sel leukemia L1210 dan profil KLT disimpulkan bahwa dosis 7,5 kGy merupakan dosis maksimum untuk iradiasi serbuk daun sirih merah tanpa mengubah bioaktivitasnya. 144 KHASANAH, L.U. Pengaruh rasio bahan penyalut maltodekstrin, gum arab, dan susu skim terhadap karakteristik fisik dan kimia mikrokapsul oleoresin daun kayu manis (Cinnamomum burmanni). Physical and chemical characteristics of Cinnamomum leaf (Cinnamomum burmanni) oleoresin microcapsule encapsulated with maltodextrin, arabic gum, and skim milk as coating material / Khasanah, L.U.; Anandhito, B.K.; Rachmawaty, T.; Utami, R.; Manuhara, G.J. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Fakultas Pertanian). Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian ISSN 0216-0455 (2015) v. 35(4) p. 414-421, 1 ill., 2 tables; 32 ref. CINNAMOMUM BURMANNI; LEAVES; OLEORESINS; ENCAPSULATION; MALTODEXTRINS; GUM ARABIC; SKIM MILK; PROTECTIVE COATINGS; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan penyalut berupa maltodekstrin, gum arab dan susu skim terhadap karakteristik fisik dan kimia mikrokapsul oleoresin daun kayu manis dua tahap. Dalam penelitian ini dilakukan empat variasi bahan penyalut berupa maltodekstrin: gum arab: susu skim (2:0:4, 2:2:2, 0:4:2 dan 2:0:4). Karakteristik fisik yang diuji meliputi rendemen, kadar air, kelarutan dalam air, dan mikrostruktur. Karakteristik kimia mikrokapsul oleoresin daun kayu manis dua tahap terpilih yang diuji meliputi kadar sisa pelarut dan kadar senyawa aktif. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi rasio bahan penyalut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi rasio bahan penyalut berpengaruh signifikan terhadap rendemen dan kadar air, namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap parameter kelarutan dalam air. Hasil pengamatan mikrostruktur menunjukkan bahwa susu skim dalam jumlah yang lebih besar menghasilkan penampakan mikrostruktur yang lebih baik. Kadar sisa pelarut mikrokapsul terpilih terdapat pada rasio 2:0:4 yaitu sebesar 0 ppm. Mikrokapsul ini mengandung senyawa aktif berupa linalool, coumarin, 9exadecenoic acid, 1,8-cineole serta benzene (3,3 dimethyl buthyl).
Q80 PENGEMASAN 145 KAMSIATI, E. Evaluasi efek kemasan plastik terhadap daya simpan beras. Evaluation on the effects of type of plastics packaging on the storage life of rice / Kamsiati, E. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Palangkaraya); Darmawati, E.; Haryadi, Y. Jurnal 84
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
Penelitian Pascapanen Pertanian ISSN 0216-1192 (2014) v. 11(1) p. 9-18, 6 ill., 3 tables; 26 ref. RICE; KEEPING QUALITY; PACKAGING; PLASTICS; EVALUATION; SITOPHILUS ORYZAE; AGRICULTURAL PRODUCTS; MORTALITY. Beras merupakan komoditas penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Selama penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan karena pengaruh lingkungan, maupun serangan serangga hama pascapanen. Sitophilus oryzae merupakan serangga hama pascapanen yang banyak menyerang beras, menyebabkan susut bobot dan pencemaran kualitas selama penyimpanan. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap kematian Sitophilus oryzae dan menentukan kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras. Tiga varietas beras lokal Kalimantan Tengah (Siam Jurut, Siam Unus dan Karang Dukuh) yang diinfestasi dengan Sitophilus oryzae dikemas dengan plastik "hermetik" laminat, polipropilen (PP) dan polietilen densitas rendah (LDPE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis plastik berpengaruh nyata pada kematian Sitophilus oryzae dalam kemasan. Total kematian Sitophilus oryzae dicapai setelah tiga hari dalam plastik "hermetik" laminat, tujuh hari dalam plastik PP. Sedangkan dalam plastik LDPE, total kematian dicapai setelah 20 hari penyimpanan. 146 NURDJANNAH, R. Pengaruh jenis kemasan dan penyimpanan dingin terhadap mutu fisik cabai merah. Effect of packaging type and low temperature storage on physical quality of red chilli / Nurdjannah, R. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor); Purwanto, Y.A.; Sutrisno. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian ISSN 0216-1192 (2014) v. 11(1) p. 19-29, 4 ill., 3 tables; 26 ref. CHILLIES; QUALITY; PLANT PHYSIOLOGY; PACKAGING; COLD STORAGE; WEIGHT LOSSES. Kerusakan cabai merah segar di daerah tropis terutama disebabkan oleh suhu, kelembaban dan penanganan pascapanen. Meminimalkan kerusakan cabai dapat dilakukan dengan menghambat proses respirasi melalui penyimpanan suhu rendah dan teknik pengemasan. Belum banyak publikasi tentang pengemasan cabai dengan kapasitas besar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan suhu dingin dan jenis kemasan terhadap kualitas fisik cabai dengan kapasitas besar selama penyimpanan 13 hari. Penelitian skala laboratorium ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu jenis kemasan (tiga taraf: jala plastik, karung plastik dan kardus karton) dan suhu penyimpanan (dua taraf: 10°C dan 15°C). Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan kemasan kardus karton pada suhu 10°C memberi hasil terbaik untuk mempertahankan mutu fisik cabai yang disimpan selama 13 hari dengan laju respirasi paling rendah 17,64 ± 1,8 ml gas CO2/kg/jam, susut bobot terendah (3,35 ± 1,99%), rata-rata kekerasan 3,63 ± 0,33 N dan nilai warna yang tidak berbeda nyata dengan warna awal cabai (l* = 35,96 ± 1,26, a* = 39,57 ± 1,07 dan h* = 25,57 ± 1,03). Sampai penyimpanan hari ke 5, mutu fisik cabai yang dikemas karung plastik sama dengan cabai dikemas kardus karton, namun setelah hari ke 5, cabai kemasan kardus karton lebih unggul daripada kemasan lain. Penyimpanan pada suhu 10°C menghasilkan kualitas cabai yang lebih baik daripada penyimpanan suhu 15°C, kecuali pada parameter susut bobot (susut bobot suhu 15°C ratarata 6,76 ± 4,19% lebih rendah suhu 10°C rata-rata 8,26 ± 4,71%). Perlakuan tidak mempengaruh nilai warna (l*, a* dan h*) cabai yang disimpan selama 13 hari.
85
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
T01 POLUSI 147 SUSANTI, M.A. Emisi CO2 dan CH4 dan konsentrasi asam-asam fenolat di bawah pengaruh beberapa perlakuan pestisida di lahan sawah gambut pasang surut. CO2 and CH4 emissions and phenolic acids concentrations as affected by several pesticide treatments in a tidal swamp rice field / Susanti, M.A. (Institut Pertanian Bogor. Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan); Sabiham, S.; Anwar, S.; Dadang; Las , I. Jurnal Tanah dan Iklim ISSN 14107244 (2014) v. 32(2) p. 95-100, 2 ill., 1 table; 20 ref. CARBON DIOXIDE; METHANE; PHENOLIC ACIDS; RICE FIELDS; SWAMP SOILS; PARAQUAT; HERBICIDES; INSECTICIDES. Lahan sawah rawa gambut menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) dan metan (CH4). Penggunaan input pertanian seperti pestisida diduga dapat mempengaruhi emisi CO2 dan CH4. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pestisida terhadap emisi CO2 dan CH4 serta konsentrasi asam-asam fenolat pada lahan sawah gambut pasang surut. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan, dilaksanakan pada musim kemarau tahun 2012 dan musim hujan 2012/2013 di lahan gambut dangkal pasang surut 'tipe B', Kalimantan Tengah. Perlakuan terdiri atas tiga jenis pestisida yaitu herbisida paraquat dichlorida (1,1 '- dimethyl-4,4 '-bipyridinium dichloride), insektisida fenobucarb (2-(1-methylpropyl) phenylmethyl Carbamate), dan fungisida difenoconazole (1[2-[4-(-chlorophenoxy)-2- chloropheny IJ-4-methy). Perlakuan disusun sebagai berikut: PO (tanpa perlakuan pestisida/kontrol], P1 (herbisida paraquat pada saat olah tanah), P2 (insektisida fenobucarb setiap minggu), P3 (insektisida fenobucarb setiap dua minggu), P4 (fungisida difenoconazole setiap minggu), P5 (fungisida difenoconazole setiap dua minggu). Perlakuan P2 dan P4 memberikan nilai emisi CO2 terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Konsentrasi asam fenolat terukur lebih tinggi pada perlakuan P2 dan P4. Mekanisme penekanan emisi oleh pestisida diduga karena pengikatan CO2 dan CH4 oleh senyawa fenol hasil degradasi pestisida pada proses hidroksilasi, selain juga karena ikatan yang terjadi antara asam-asam organik dengan pestisida.
U10 METODE MATEMATIKA DAN STATISTIKA 148 AZIZ, A. Pengukuran kinerja peneliti Badan Litbang Pertanian dengan metode data mining dan balance scorecard. Performance measurement on IAARD researchers with data mining and balance scorecard methods / Aziz, A. (Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta); Djatna, T. Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 127-138, 4 ill., 7 tables; 14 ref. MEASUREMENT; RESEARCH; DATA ANALYSIS; ANALYTICAL METHODS. Tulisan membahas metode penilaian kinerja untuk penelitian di Badan Litbang Pertanian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kinerja peneliti. Kinerja peneliti diukur dengan menggunakan metode balanced scorecard dan data mining. Balanced scorecard digunakan sebagai metode untuk menentukan atribut atau parameter yang dapat mempengaruhi kinerja peneliti. Data mining digunakan untuk mengolah data peneliti. Atribut yang dipilih adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, jenjang jabatan peneliti, DP3, publikasi dan kegiatan penelitian. Hasil dari pengolahan data tersebut yaitu atribut publikasi merupakan simpul awal dengan nilai entropi 0,000 yang berarti bahwa atribut tersebut sangat berpengaruh 86
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
terhadap kinerja peneliti. Kemudian diikuti atribut kegiatan dengan nilai entropi 0,001, atribut penghargaan dengan nilai entropi 0,003 dan atribut umur dengan nilai entropi 0,007. Atribut terpilih tersebut diklasifikasi dengan menggunakan metode pohon keputusan (decision tree). Decision tree merupakan model prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur berhierarki. Setiap percabangan (root) menyatakan kondisi yang harus dipenuhi dan setiap ujung pohon menyatakan kelas data. Dalam root publikasi diperoleh class target yang dominan yaitu cukup, artinya bahwa peneliti Badan Litbang Pertanian sebagian besar mempunyai kinerja yang cukup baik. 149 IQBAL, T.A. Pemodelan pengukuran luas panen padi nasional menggunakan generalized autoregressive conditional heteroscedastic model (GARCH). Modeling of the national rice (Oryza sativa Lin.) harvested area using generalized autoregressive conditional heteroscedastic model (GARCH) / Iqbal, T.A. (Institut Pertanian Bogor. Departemen Statistik); Sadik, K.; Sumertajaya, I M. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959 (2014) v. 33(1) p. 17-26, 4 ill., 10 tables; 25 ref. ORYZA SATIVA; HARVESTING; LAND; MODELS; STATISTICAL METHODS; GENETIC VARIATION; TIME SERIES ANALYSIS. Penelitian bertujuan untuk memodelkan luas panen padi nasional dengan cara memasukkan unsur keheterogenan ragam dan pengaruh keasimetrikan pada data deret waktu dengan menggunakan lima model generalized autoregressive conditional heteroscedastic (GARCH), antara lain GARCH simetris, GARCH eksponensial asimetris, GARCH kuadratik asimetris, Threshold GARCH, dan GARCH nonlinier asimetris. Model-model tersebut dibandingkan dan dievaluasi, kemudian yang paling tepat akan digunakan untuk memprediksi luas panen padi nasional yang paling akurat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua jenis model GARCH yang nyata koefisiennya, yaitu model GARCH simetris dan GARCH kuadratik asimetris. Berdasarkan nilai mean absolute percentage error (MAPE), 12 periode kedepan model GARCH kuadratik asimetris lebih baik daripada model GARCH simetris. Selanjutnya, berdasarkan nilai mean absolute deviation (MAD) dan mean square error (MSE), model GARCH kuadratik juga lebih baik daripada model GARCH simetris. 150 WIJAYANTO, H. Pendekatan simulasi untuk menentukan frekuensi pengamatan dalam pendugaan produktivitas cabai. Simulation approach to determine the frequency of observations in the estimation of chill productivity / Wijayanto, H.; Sumertajaya, M. (Institut Pertanian Bogor. Departemen Statistika); Wahyuni, S. Informatika Pertanian ISSN 0852-1743 (2014) v. 23(2) p. 205-210, 1 ill., 4 tables; 10 ref. PRODUCTION; HARVESTING FREQUENCY; SURVEYING; DATA COLLECTION; SIMULATION; CHILLIES. Hortikultura merupakan salah satu komoditas penting pada sektor pertanian. Metode pengumpulan data hortikultura senantiasa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan, salah satunya adalah metode rumpun counting (RC) untuk pendugaan produktivitas komoditas hortikultura. Namun demikian, metode RC masih menghadapi kesulitan dalam penerapannya, salah satu kesulitan yang dihadapi adalah pengamatan panen untuk komoditas yang panen berulang, seperti cabai. Simulasi dilakukan dengan pembangkitan data produktivitas menggunakan 5 model dugaan produktivitas kelompok plot contoh yang memiliki karakteristik umum sama. Melalui pendekatan simulasi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengamatan hanya sebagian waktu panen (dua kali) 87
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
ternyata dapat menduga dengan baik seperti halnya pengamatan keseluruhan waktu panen dengan syarat frekuensi panen diketahui.
88
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
INDEKS PENGARANG
A Abbas, B. 142 Abdullah, L. 079 Achmadi, J. 075 Adhari, A. 117 Adinugraha, H.A. 026 Adjid, R.M.A. 105 Agung, P.P. 089 Agus, F. 031 Ahmad, U. 024 Aisyah 058 Akhsan, F. 075 Amin, M. 001 Aminah, I.S. 040 Anandhito, B.K. 144 Anastasia, Y. 138 Andarwulan, N. 125 Andayani, W. 137 Anggraeni, A. 092 Anggria, L. 027 Anwar, S. 089, 147 Ariani, D. 139 Arifin, B. 005 Arnata, I W. 141 Astuti, D.A. 082, 098
Aswidinnoor, H. 052, 057 Atabany, A. 077 Atmomarsono, U. 129 Aziz, A. 148 B Bachtiar, T. 028 Badarina, I. 076 Basuki, R.S. 003, 009, 061 Basunanda, P. 042 Becker, K. 097 Bintoro, N. 133 Bintoro, V.P. 129 Buchori, D. 064 Budhiyanti, S.A. 139 Budianta, D. 040 Budijanto, S. 122, 134 Budiman, C. 103 Bustaman, M. 041 C Candradijaya, A. 120 Chaerani 062 Chozin, M.A. 006 Cruz, C.V. 041 D Dadang 006, 147 89
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Dalimoenthe, S.L. 029 Damayanti, E. 085, 126 Damayanti, R. 104 Darmawati, E. 145 Darsono 135 Darusman, L.K 076 Despal 081 Devy, N.F. 016 Dewi, A.K. 052 Dewi, I.S. 018, 057 Dewi, N. 018 Dharmayanti, N.L.P.I. 105 Dianan, N. 111 Dianawati, M. 010 Dihansih, E. 086 Diningsih, E. 066, 072 Djaenuddin, N. 074 Djamas, N. 054 Djatna, T 148 Djohar, S. 002 Djufry, F. 030 Dwi, I.S. 017
Enggarini, W. 041 Erizal 142 Evvyernie, D. 076
E Efendi, D. 017 Endriani, R. 107 Engelen, A. 122 90
F Fahrudin, M. 091 Fanindi, A. 011 Faqih, A. 120 Fardiaz, D. 103 Fassah, D.M. 077 Febretrisiana, A. 099 Firdaus, J. 024 Fitria, Y. 104 G Gunadi, N. 012 Gunaeni, N. 067 H Hadi, T.W. 121 Hanarida, I. 018 Handayani, T. 042 Handiwirawan, E. 090 Hardika, A.P. 123 Hardiyanto 016 Hariyadi, P. 125 Harjosudarmo, J. 062 Harsojo 135 Hartati, S. 068
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Hartono, S. 073 Haryadi, Y 145 Hasan, F. 060 Hasbullah, R. 024 Hasibuan, H.A. 123 Hastuti, P. 124 Hastuti, R.D. 069 Hasyim, A. 044, 063 Hendra, S. 094 Hendrati, R.L. 043 Herawati, D. 103 Herdian H. 085 Herdiawan, I. 013 Herliyana, E.N. 076 Hermanianto, J. 140 Hermon 078 Herniwati 030 Hidayat, C. 124 Hidayat, I.M. 014 Hidayat, P. 064 Hidayat, S.H. 068, 071 Hidayat, Y. 114 Hidayati, N. 070 Hilman, Y. 014 Human, S. 047 Husnain 031
Vol. 33, No.1, 2016
Husni, A. 139 Hutami, S. 050 I Ignjatovic, J. 110 Ilyas, S. 010 Indraningsih 136 Indratiningsih 132 Indriami, R. 105 Iqbal, T.A. 149 Ismail, B. 056 Istiqomah, L. 085 Jakaria 093, 096 J Jayanegara, A. 097 Johari, S. 095 Julendra, H. 085 Juniantito, V. 102 K Kamsiati, E. 145 Kardaya, D. 086 Karimy, M.F. 085 Karja, N.W.K. 099 Karti, P.D.M.H. 080 Karyadi, N.W. 131 Karyudi 037 Kasno, T.R. 027 91
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Katrin, E. 137, 143 Khalil 078 Khaririyatun, N. 009 Khasanah, L.U. 144 Khotijah, L. 077, 098 Khumaida, N. 053 Kirana, R. 044 Komarudin, D. 143 Kostaman, T. 091 Kurnianto, E. 095 Kurniasih, S.W. 106 Kusmana 044 Kusmana, C. 120 Kusumastuti, T.A. 004 Kusumo, H.W. 019 Kusussiyah 084
M Mahyardini, R. 077 Makkar, H. P. S. 097 Manuhara, G.J. 144 Manzilla, I. 071 Maolana Syah, Y. 058 Mariska, I. 023, 050, 053, 071 Marseno, D.W. 131 Martindah, E. 107 Maswar 031 Masyhuri 004 Mattjik, N.A. 020 Mawardi, M. 115 Mayang, F.S. 007 Mayasari, N.L.P.I. 106, 109 Mejaya, M.J. 055 Meryandini, A. 083 Mirdhayani, I. 140 Moekasan, T.K. 060, 061 Moeljopawiro, S. 041, 128 Muharram, A. 072 Muharsini, S. 108 Mujahidin, D. 058 Muliadi, A. 025 Mulyadi 032 Mulyadi, M.T. 005
L Lani, M.L. 079 Larasati, A. 064 Las , I. 147 Lestari, E.G. 045, 050 Lestari, M.N. 078 lntan K., E. 006 Lubis, K. 046 Luthfy 009
92
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Mulyana, N. 039, 117 Munandar 040 Munawaroh 132 Murti, H.R. 042 Murtiningsih, R. 063 N Nasrullah 025 Nindita, A. 017 Noor R.R. 090, 126 Nopriani, U. 080 Nugroho, H.D. 081 Nur, A. 047 Nuraeni, W. 112 Nurdjannah, R. 146 Nurmalina, R. 002 Nurtjahjaningsih, I.L.G. 048 Nury, H.S. 092 Nuswantara, L.K. 075 P Pancoro, A. 054 Panus, A. 109 Paramitasari, K.A. 093 Pasaribu, T. 082 Perkasa, D.P. 142 Permana, I.G. 081 Permatasari, S. 124
Vol. 33, No.1, 2016
Perto, Y. 040 Prabaningrum, L. 061 Pramono, Y.B. 129 Pranoto, E. 034, 116, 118 Praptana, R.H. 073 Prasetiyono, J. 049 Prihantoro, I. 080 Priyanto, R. 079 Pundi, R.K. 101 Purnamaningsih, R. 050, 051 Purwantana, B. 115 Purwanto, Y.A. 146 Purwati, E. 067 Purwito, A. 018, 020 Purwoko, B.S. 017, 018, 057 Puspadini, R. 077 Puspito, N.T. 121 Puteri, S.F.S. 086 Putra, W.P.B. 094 Putra, A. Y. 077 R Rachmawati, F. 020 Rachmawaty, T. 144 Rachmiati, Y. 037 Rahardjo, B. 131, 133 Rahardjo, I.B. 072 93
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Rahayu, A. 130 Rahayu, A.P. 095 Rahayu, S. 052 Rahmadanani, I. 104 Rahmawati, I. 021 Rahmi, A. 102 Rebin 054 Reputra, J. 125 Retno, D.L., T. 039 Rianti, E. 126 Richana, N. 141 Rimbawanto, A. 048 Rivaie, A.A. 033, 065 Rizqian, H. 126 Rohdiana, D. 127 Rohmah, N.A. 055 Roostika, I. 053 Rosliani, R. 014 Rozaq, A. 115 Rumanti, I.A. 057 Runa, R. 060 Rusdianto, S.W. 007
Saenong, M.S. 074 Sahardi 030 Said, S. 089 Sajuthi, D. 140 Sakti, A.A. 085 Salam, A.R. 008 Salupi, W. 083 Samsudewa, D. 100 Sani, Y. 136 Santi, L.P. 119 Santoso, J. 019, 058 Santoso, P.J. 054 Santoso, U. 084 Saraswati, R. 069 Sardilla, P. 078 Sari, A.P. 069 Sarim 004 Sarkono 128 Satoto 055, 057 Satrio 113 Sembiring, L. 128 Septian, W.A. 096 Setiadi, M.A. 091, 098, 99 Setiaji, B. 124, 128 Setiatin, E.T. 100 Setiawati, M.R. 034, 116
S Sabiham, S. 147 Sadana, D.K. 101 Sadik, K. 149 94
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Setiawati, W. 060, 063 Setioko, A.R. 091 Setiyaningsih 109 Setiyono, A. 082, 102 Setyaningsih, D. 141 Shabri 127 Shintiavira, H. 021 Sidauruk, P. 113 Sinaga, M.S. 068 Singh, P.K. 101 Sodikin, E. 040 Soejoedono, R.D. 106 Soenartiningsih 074 Sofiari, E. 042 Sofyan, A. 085 Somantri, A. 060 Suastika, G. 066 Subagyono, K. 121 Subandriyo 090 Sudadi, U. 114 Sudiro, A. 089 Sudrajat, D. 086, 117 Sugiyono 122 Suhartanto, M.R. 024 Suharyanto 084 Suharyatun, S. 115
Vol. 33, No.1, 2016
Suharyono 087 Suhendar, M.A. 062 Suherman, O. 035, 036 Sujiprihati, S. 041, 071 Sukmadjaja, D. 051 Sulastrini, I. 012, 014 Sulistioso, G.S. 142 Sulistyawati, P. 048 Sulyo, Y. 066, 072 Sumadi 094 Sumantri, C. 090,093, 096, 126 Sumardiyono, Y.B. 025, 073 Sumarningsih 110 Sumertajaya, I M 149, 150 Sumiati 082 Sunarti, S. 059 Suratmo, B. 133 Surmaini, E. 121 Suroso, A.I. 005 Suryanah 072 Suryani, A.E. 085 Suryanti, U. 129 Suryati, T. 103 Susana, I W.R. 088 Susanti, M.A. 147 Susanto 137, 143 95
Vol. 33, No.1, 2016
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Susanto, U. 055 Susila, A.D. 010 Sutarya, R. 044 Sutedi, E. 011, 013 Sutjahjo, S.H. 041, 046 Sutrisno 146 Syafalni 113 Syafika Haq, M. 037 Syaufina, L. 120 Syaukat, Y. 120 Syaukat, S.H. 028 Syukur, M. 046
U Utami, R. 130, 144
T Tamela, N.B. 058 Tangendjaja, B. 088 Tanjung, A.D. 100 Tappa, B. 089 Tarigan, S.D. 110, 114 Tasliah 049 Teti, H. 094 Toharmat, T. 076 Trijatmiko, K.R. 041 Trikoesoemaningtyas 041, 046, 047 Trisyono, Y.A. 025 Tumilisar, C. 023
96
W Wahyuni, S. 150 Wahyuono, S. 070 Wahyuwardani, S. 107 Waluyo, S.H. 028 Wardhana, A.H. 108, 111 Warkoyo 131 Waryanto, B. 006 Wattimena, G.A. 010, 053 Widiarta, I N. 073 Widiastoety, D. 015 Widiastuti, R. 138 Widiawaty, Y. 088 Widodo 132 Widowati, E. 130 Widyasari, E.M. 112 Widyastuti, S.M. 070 Widyastuti, U. 041 Widyatmoko, A.Y.P.B.C. 048 Wiendi, N.M.A. 020 Wihardjaka, A. 032 Wijaya C.H. 140 Wijayanto, H. 150 Wina, E. 082, 088
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Winarno, H. 137, 143 Winarto, B. 020, 021, 022, 066 Winniasri, E.F. 002 Wirnas, D. 052 Wiryawan, K.G. 098 Witdarko, Y. 133 Wiyono, S. 068 Wulandari, A.S. 089 Wulandari, Z. 103 Wulansari, R. 034 Y Yolanda, K. 065 Yopi 083
Vol. 33, No.1, 2016
Yudohartono, T.P. 056 Yuliana, N.D. 134 Yuliani, H. 134 Yulianti, F. 016 Yulidar 052 Yunita, R. 023, 050 Yustika, R.D. 114 Yusuf, T.L. 091 Z Zainuddin, N. 112 Zakaria, A.K. 038 Zulihar, R. 098
97
Vol. 33, No.1, 2016
98
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
INDEKS SUBJEK
A ABATTOIRS 135 ACACIA MANGIUM 070 ACETIC ACID 053 ACID SOILS 013, 046 ACIDS 141 ACRISOLS 013 ACUTE TOXICITY 137 ADAPTABILITY 052 ADAPTATION 120 ADENINE 053, 093 AEROPHONICS 010 AGGLUTININS 106 AGRICULTURAL PRODUCTS 145 AGRICULTURE 002 AGROBACTERIUM TUMEFACIENS 051 AGROECOSYSTEMS 047 AGROINDUSTRIAL SECTOR 005 AGRONOMIC CHARACTERS 009, 056 ALCOHOLS 097 ALLIUM ASCALONICUM 009, 060 ALLIUM CEPA 014 ALUMINIUM 013 AMINO ACIDS 140 AMMONIUM 027 AMMONIUM NITRATE 022
ANACARDIUM OCCIDENTALE 023 ANALYTICAL METHODS 030, 148 ANANAS COMOSUS 053 ANDOSOLS 116 ANIMAL BEHAVIOUR 063 ANIMAL DISEASES 104, 106, 107 ANIMAL FEEDING 078, 079, 081 ANIMAL GENETIC RESOURCES 091 ANIMAL HEALTH 076 ANIMAL MORPHOLOGY 101 ANIMAL PERFORMANCE 077, 098 ANIMAL POPULATION 101 ANIMALS 090 ANTAGONISM 074 ANTHER CULTURE 022 ANTIBIOTICS 112, 138 ANTIBODIES 109, 110 ANTIFUNGAL PROPERTIES 070 ANTIGENS 104, 109 ANTIOXIDANTS 077, 139 ANTIVIRAL AGENTS 072 ANTRACNOSE 068 APPLICATION RATES 026 ARACHIS HYPOGAEA 033 ASPERGILLUS NIGER 039 AUXINS 015 99
Vol. 33, No.1, 2016
AVIAN INFLUENZA VIRUS 105, 106, 107, 110 AZADIRACHTA 085 AZOSPIRILLUM 034 AZOTOBACTER 034, 116, 117 B BA 017 BACILLUS 117 BACILLUS CEREUS 039 BACILLUS SPHAERICUS 039 BACILLUS THURINGIENSIS 108 BACKCROSSING 041 BACTERIA 069, 087, 128, 130 BACTERIAL PESTICIDES 108 BACTERICIDES 103 BACTROCERA CARAMBOLAE 065 BAKERY 123 BALI 072 BEEF 136 BEEF CATTLE 078, 087, 135 BEHAVIOUR 001, 090 BETA LACTOGLOBULIN 092 BEVERAGES 139 BIOCHEMISTRY 126 BIODIVERSITY 064 BIOFERTILIZERS 019, 034, 040 BIOFUEL 141 BIOLOGICAL CONTROL AGENTS 069 100
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
BIOLOGICAL CONTROL ORGANISMS 074 BIOMASS 080 BIOREMEDIATION 039 BIRTH WEIGHT 094 BLIGHTS 069, 074 BLOOD 077 BLOOD COMPOSITION 084 BLOOD LIPIDS 082 BODY PARTS 142 BODY WEIGHT 078, 079, 088, 098 BOVINAE 138 BRACHIARIA HUMIDICOLA 077 BREEDING METHODS 047 BREEDS (ANIMALS) 090, 100 BREVIPALPUS PHOENICIS 036 BREWING 127 BROILER CHICKENS 082, 084 BROWSE PLANTS 013 BUDDING 016 BUFFALO MILK 126 BULBS 014 BULKING AGENTS 039 BURKHOLDERIA CEPACIA 119 BYPRODUCTS 083, 124 C CAFFEINE 127 CAKES 123
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
CALCIUM 088 CALLIANDRA CALOTHYRSUS 013 CALLUS 022, 050, 053 CAMELLIA SINENSIS 035, 036, 037, 116, 118 CANALS 038 CAPSICUM ANNUUM 012, 044, 063, 068 CARBOHYDRATES 018 CARBON DIOXIDE 031, 147 CARCASS COMPOSITION 084, 089 CARCASSES 082, 089, 140 CAROTENOIDS 125 CASSAVA 133, 141 CATTLE 079, 093, 094, 096, 101 CELL MEMBRANES 042 CELLULOSE 128 CERTIFICATION 008 CHEMICAL COMPOSITION 076, 079, 140 CHEMICAL SYNTHESIS 058 CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES 080, 122, 124, 128, 129, 130, 134, 142, 144 CHICKENS 091, 103, 109 CHILLIES 146, 150 CHITINASE 051 CHITOSAN 142 CHLORAMPHENICOL 138 CHLOROPHYLLS 042 CHROMATOGRAPHY 070, 083, 138, 143 CHROMIUM 086
Vol. 33, No.1, 2016
CHROMOSOMES 041 CHRYSANTHEMUM 066 CHRYSOMYA 108 CHRYSOMYA BEZZIANA 111 CINCHONA 019, 029, 058 CINNAMOMUM BURMANNI 144 CITRUS 130 CITRUS MITIS 016, 130 CLARIFYING 130 CLIMATIC CHANGE 033, 120 CLONES 034, 035, 059 COCONUT OIL 124 COCONUT WATER 128 COCONUTS 124 COFFEE 076 COLD STORAGE 146 COLLETOTRICHUM 044, 068 COLOCASIA ESCULENTA 018 COMPOSTS 027, 039, 117 CONSUMER BEHAVIOUR 139 CONSUMPTION 065 COOKING 134 COOLING 125 CORN COB MIX 083 COTYLEDONS 017 COW 007 CROP PERFORMANCE 009, 043, 052
101
Vol. 33, No.1, 2016
CROPPING PATTERNS 033 CROPPING SYSTEMS 120 CULTIVATION 012, 033, 038, 046 CULTURE MEDIA 017, 020, 021, 023, 062 CURCUMA LONGA 102 CUTTINGS 019 CYDIA 062 CYTOKININS 015 CYTOPLASMIC MALE STERILITY 057 D DAIRY CATTLE 088, 092 DAIRY COWS 081, 095 DATA ANALYSIS 148 DATA COLLECTION 150 DEGRADATION 039 DENDRANTHEMA MORIFOLIUM 021, 066 DENDROBIUM 020, 072 DIET 075, 084 DIGESTIBILITY 075, 081, 085, 088 DIOXINS 136 DIRECT SOWING 014 DISEASE CONTROL 069, 074, 111 DISEASE RESISTANCE 025, 044, 067 DIVERSIFICATION 004 DNA 041, 066, 071 DNA FINGERPRINTING 055 DOMESTIC CONSUMPTION 006 102
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
DRAINAGE 031 DRAINAGE WATER 114 DROUGHT 121 DRY FARMING 033 DRY MULCHES 012 DRY SEASON 118, 121 DRYING 133 DUCKS 103, 105, 107, 109 DURATION 099 DYES 102 E ECONOMIC ANALYSIS 003, 006, 061 ECONOMIC SITUATION 007 EDIBLE FILMS 131 EFFICIENCY 006 EGG PRODUCTION 086 EGG SHELL 086 EGG WHITE 103 EIMERIA TENELLA 082 ELAEIS GUINEENSIS 119 ELISA 072, 110 EMBRYO TRANSFER 091 EMPOASCA 035 EMS 050 ENCAPSULATION 144 ENDOPHYTES 069, 118 ENTEROBACTERIACEAE 062
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
ENTOMOPHILIC NEMATODES 062 ENZYMATIC ANALYSIS 124 ENZYME ACTIVITY 141 ENZYMES 130 EPIPHYTES 068 ESCHERICHIA COLI 135 ESSENTIAL OILS 098 ETHANOL 137, 141 EUCALYPTUS 043, 059 EUGENOL 065 EVALUATION 145 EWES 077 EXPLANTS 020 EXTRACTS 129, 132, 137, 139 F FARM INCOME 038 FARMERS 001, 005, 009 FARMING SYSTEMS 003, 006 FARMYARD MANURE 004, 031 FATS 125 FATTENING 079 FATTY ACIDS 088, 123, 140 FEED ADDITIVES 075, 082 FEED CROPS 080 FEED INTAKE 086 FEEDING PREFERENCES 084 FEEDING SYSTEMS 004
Vol. 33, No.1, 2016
FEEDS 087, 088 FERMENTATION 076, 086, 128, 141 FERTILIZATION 065 FERTILIZER APPLICATION 010, 030, 036, 037 FERTILIZER COMBINATIONS 030 FIELD CAPACITY 115 FLAVONOIDS 143 FLOURS 133, 134, 141 FLOWERING 057 FOLIAR APPLICATION 010, 037 FOOD CONVERSION EFFICIENCY 086 FOOD CROPS 115 FOOD TECHNOLOGY 127, 133 FOODS 127 FORAGE 078, 081 FORECASTING 007 FOREST NURSERIES 056 FORMULATIONS 123, 134, 139 FUSARIUM OXYSPORUM 051 G GAMETES 091 GAMMA IRRADIATION 050, 137, 142, 143 GANODERMA LUCIDUM 070 GAS CHROMATOGRAPHY 136 GELATIN 142 GENES 051, 071 GENETIC CONTROL 025
103
Vol. 33, No.1, 2016
GENETIC CORRELATION 094 GENETIC DISTANCE 054, 090, 106 GENETIC GAIN 045, 095 GENETIC MAPS 049 GENETIC MARKERS 041, 054, 055, 096 GENETIC PARAMETERS 046 GENETIC POLYMORPHISM 092, 093 GENETIC RESISTANCE 025 GENETIC STABILITY 052 GENETIC TRANSFORMATION 051 GENETIC VARIATION 047, 054, 055, 056, 057, 089, 096, 149 GENOMES 041 GENOTYPES 041, 044, 052, 055 GEOGRAPHICAL DISTRIBUTION 064 GERMINATION 014, 024, 044, 070 GERMPLASM CONSERVATION 018 GINGER 129 GLIOCLADIUM 074 GLIRICIDIA SEPIUM 013, 087 GLYCINE MAX 040, 050 GOAT MEAT 140 GOATS 004, 075, 076, 087, 140 GRAFTING 016, 019 GRAIN 032 GREENHOUSES 013 GROUNDWATER 113 GROUNDWATER TABLES 113 104
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
GROWING MEDIA 014, 029, 080 GROWTH 012, 015, 021, 026, 028, 029, 043, 059, 061, 069, 070, 080, 091, 094, 117, 119, 131 GROWTH RATE 082 GUANINE 093 GUM ARABIC 144 H HARVESTING 149 HARVESTING FREQUENCY 150 HEALTH 137 HEAT TOLERANCE 042 HEAVY METALS 135 HEIFERS 078 HEIGHT 059 HELIANTHUS ANNUUS 098 HELICOVERPA ARMIGERA 063 HERBICIDES 147 HERITABILITY 094, 095 HETERORHABDITIS 062 HETEROZYGOTES 048 HIBISCUS TILIACEUS 075 HIGH YIELDING VARIETIES 009, 032, 073 HIGHLANDS 003, 052 HISTOPATHOLOGY 102, 137 HOST PLANTS 064 HYBRIDIZATION 044, 054 HYBRIDS 055
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
HYDRAULIC STRUCTURE 113 HYDROCARBONS 039 HYDROGENATED FATS 125 HYDROLOGY 114 HYDROLYSIS 141 HYDROLYZED PROTEIN 065 HYGROSCOPICITY 119 HYPOCOTYLS 017 I IAA 017 IDENTIFICATION 003, 066, 070, 126 IMAGO 065 IMMUNODIAGNOSIS 104, 110 IMMUNOFLUORESCENCE 104 IMPORTS 008 IN VITRO CULTURE 015, 017, 020, 021, 023, 053, 062, 074 IN VITRO EXPERIMENTATION 085, 097, 116 IN VITRO FERTILIZATION 099 IN VITRO REGENERATION 018, 050 IN VITRO SELECTION 045 INBRED LINES 046 INBREEDING 048 INDICA 085 INDIGENOUS ORGANISMS 101, 116, 118 INDIGOFERA 013 INDUCED MUTATION 047, 050, 052 INDUSTRY 123
Vol. 33, No.1, 2016
INFECTIOUS DISEASES 082, 109, 112 INFORMATION SYSTEMS 001 INFRARED SPECTROPHOTOMETRY 024 INHIBITION 070 INNOVATION ADOPTION 038 INOCULATION 117 INORGANIC FERTILIZERS 034 INSECTA 062 INSECTICIDES 147 INTEGRATED PEST MANAGEMENT 061 INTERCROPPING 040 INTROGRESSION 041 INTSIA 056 IRRADIATION 039, 117 IRRIGATED LAND 027, 115, 121 IRRIGATED RICE 121 IRRIGATION SYSTEMS 038 ISOLATION 070 ISOLATION TECHNIQUES 126 J JATROPHA CURCAS 017 JAVA 003, 056, 064, 072, 109, 120, 121
K KANAMYCIN 112 KEEPING QUALITY 145 L LACTATION 077 105
Vol. 33, No.1, 2016
LACTIC ACID BACTERIA 085, 126, 132 LACTOBACILLUS 085, 126 LAND 149 LAND PRODUCTIVITY 033 LAND USE 040 LANDFILLS 113 LARVAE 108, 111 LEAF FALL 035 LEAF MEAL 075 LEAVES 035, 084, 118, 132, 144 LEMNA 080 LEPIDOPTERA 063 LEUCAENA LEUCOCEPHALA 079 LEUKAEMIA 143 LIGHT 080 LIQUID FERTILIZERS 035 LOCI 049 LOW CALORI FOODS 132 LOWLAND 014, 028 LYCOPERSICON ESCULENTUM 067 LYSOZYME 103 M MAGNESIUM 119 MAIZE 081, 083 MALES 063 MALTODEXTRINS 144 MAMMARY GLANDS 076 106
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
MANGIFERA INDICA 054 MANKIND 137 MANURES 031 MARGARINE 123 MARINATING 129 MARKETING 003 MASS SPECTROMETRY 136 MATURATION 035 MEASUREMENT 148 MEAT 138 MEAT PRODUCTS 131 MECHANICAL PROPERTIES 142 METHANE 097, 147 METROXYLON 122 MICE 102, 137 MICROBIAL PESTICIDES 068 MICROBIAL PROTEINS 071 MICROENCAPSULATION 108 MICROORGANISMS 074, 131, 135 MICROPROPAGATION 018, 022, 023 MICROSATELLITES 048, 049, 054, 096 MILK PRODUCTION 076, 077, 081, 088 MILK PROTEIN 092 MILK YIELD 095 MINERAL NUTRIENTS 078 MINERALS 085 MODELS 149
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
MOLE DRAINAGE 115 MOLECULAR GENETICS 106 MORBIDITY 105, 107 MORTALITY 105, 108, 111, 145 MUNG BEANS 134 MUSA (BANANAS) 051 MUSCOVY DUCKS 107 MUTANTS 045 MUTATION 045 MYIASIS 108, 111 N NEPHOTETTIX VIRESCENS 073 NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS 135 NEWCASTLE DISEASE VIRUS 109 NITRATES 027 NITROGEN 027 NITROGEN FERTILIZERS 010, 027, 033 NITROGEN FIXING BACTERIA 116 NITROGEN OXIDES 058 NMR SPECTROSCOPY 058 NPK FERTILIZERS 014, 026, 031, 119 NUCLEOTIDE SEQUENCE 066, 093 NUTRIENT DEFICIENCIES 049 NUTRIENT INTAKE 079, 098 NUTRIENT UPTAKE 028, 119 NUTRIENTS 081 NUTRITIVE VALUE 011, 087
Vol. 33, No.1, 2016
O OESTROGENS 100 OESTROUS CYCLE 098 OLEORESINS 144 ORANGE JUICE 130 ORCHIDACEAE 015 ORGANIC COMPOUNDS 053 ORGANIC FERTILIZERS 028, 029 ORGANOGENESIS 017, 023, 053 ORGANOLEPTIC ANALYSIS 123, 132, 139 ORNAMENTAL PLANTS 015 ORYZA 041 ORYZA SATIVA 024, 025, 028, 030, 032, 038, 049, 051, 052, 055, 057, 069, 073, 149 OUTBREEDING 057 OVA 099 OXIDATION 058 P PACKAGING 145, 146 PALM OILS 123, 125 PANICUM MAXIMUM 011 PARAQUAT 147 PARTNERSHIP 005 PASTA 122, 134 PATHOGENICITY 062, 068, 071, 073, 106, 109 PATHOGENS 066 PCR 051, 066, 092, 093, 109 PEATLANDS 031
107
Vol. 33, No.1, 2016
PECTINESTERASE 130 PEDIOCOCCUS 085 PENNISETUM 085 PENNISETUM PURPUREUM 081 PEPTIDES 110 PEST CONTROL 060 PESTICIDAL PROPERTIES 111 PESTICIDE PERSISTENCE 136 PESTS OF PLANTS 003, 036, 065 PH 080, 126, 130 PHENOLIC ACIDS 147 PHENOLIC COMPOUNDS 070, 139 PHOSPHATE FERTILIZERS 028 PHOSPHORUS 049 PHYLOGENY 071 PINEAPPLES 053 PIPER BETLE 143 PLANT ANATOMY 011, 046, 057 PLANT BREEDERS 005 PLANT BREEDING 011, 041 PLANT DEVELOPMENTAL STAGES 019 PLANT DISEASES 003, 051, 068, 071, 072, 073, 074 PLANT EXTRACTS 111 PLANT GROWTH SUBSTANCES 015, 017, 019 PLANT INTRODUCTION 034, 046 PLANT NURSERIES 026 PLANT NUTRITION 034 108
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
PLANT PHYSIOLOGY 046, 146 PLANT PROPAGATION 017, 020, 045 PLANT VIRUSES 073 PLANTATIONS 116 PLANTING 120 PLANTING DATE 115 PLASTICS 145 PLEUROTUS OSTREATUS 076 PNEUMATIC HANDLING 133 POLICIES 008 POLLUTANTS 032 POLLUTED SOIL 039 POLYETHYLENE 097 POSTHARVEST TECHNOLOGY 003 POTASH FERTILIZERS 036 POTYVIRUSES 071 POULTRY 106 POWDERS 125 PRICES 007 PROBIOTICS 085, 126, 132 PROCESSING 122, 123, 125, 133 PROCESSING LOSSES 134 PRODUCTION 006, 012, 014, 030, 035, 038, 118, 123, 133, 141, 150 PRODUCTION INCREASE 040 PRODUCTIVITY 004, 013, 032, 034, 037, 038, 077, 080 PROGENY 054 PROLACTIN 093
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
PROTECTIVE COATINGS 144 PROTEIN ISOLATES 124 PROTEIN METABOLISM 075 PROVENANCE 043, 056 PROXIMATE COMPOSITION 082, 123, 132 PSEUDOMONAS 117 PSEUDOMONAS AERUGINOSA 039 PULP 076 PURIFICATION 103 PYROPHOSPHATES 112 Q QUAILS 086 QUALITY 006, 009, 021, 024, 044, 086, 088, 127, 131, 132, 146 QUALITY CONTROLS 002, 008 QUINOLINE ALKALOIDS 058 R RABIES VIRUS 104 RADIOISOTOPES 112 RAIN 121 RAINFED 032 RAINFED FARMING 121 RATIONS 082, 086 REGENERATION 022 REPRODUCTION 077, 100 RESEARCH 002, 148 RESIDUES 028, 136, 138 RESPIRATORY DISEASES 102
Vol. 33, No.1, 2016
RESTRICTION ENZYMES 093 RHABDITIDAE 062 RHIZOCTONIA SOLANI 069, 074 RHIZOSPHERE 117 RICE 145 RICE FIELDS 032, 147 RICE STRAW 027 RICE TUNGRO VIRUS 073 ROOTING 029 ROOTSTOCKS 016 RUMEN DIGESTION 085, 088, 097 RUMEN MICROORGANISMS 087 RUMINANTS 085 RURAL AREAS 038 S SACCHAROMYCES CEREVISIAE 141 SAGO 122, 134 SALINITY 043 SALINOMYCIN 082 SALMONELLA 135 SANDY SOILS 119 SARGASSUM 139 SAUROPUS 084 SCALES 142 SEAWEEDS 139 SEED 011, 014, 021, 024, 044 SEED POTATOES 005
109
Vol. 33, No.1, 2016
SEED PRODUCTION 010, 020, 021, 024 SEEDLINGS 016, 023, 026, 029, 059, 119 SEEDS 029 SELECTION 043, 046, 047, 117 SELECTION RESPONSES 094, 095 SEPARATING 124 SERVICES 002 SEX PHEROMONES 060, 063 SEX RATIO 065 SEXUAL MATURITY 099 SHADING 080 SHALLOTS 003, 006, 009 SHEEP 004, 098, 099 SHOOTS 017, 018, 022 SHOREA 048 SILAGE 081 SIMULATION 114, 150 SIMULATION MODELS 120 SITOPHILUS ORYZAE 145 SKIM MILK 144 SLAUGHTER WEIGHT 089 SMALL ENTERPRISES 123 SMALL FARMS 107 SOIL FERTILITY 027, 116, 118, 119 SOIL WATER CONTENT 115 SOLANUM TUBEROSUM 010, 042, 061 SOMACLONAL VARIATION 045 110
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
SOMATIC EMBRYOGENESIS 016, 020, 050, 053 SOWING 026 SOYBEAN MEAL 075, 087 SPACING 040 SPECIES 048 SPODOPTERA EXIGUA 060 SPRAYING 125 STABILITY 042 STAPHYLOCOCCUS 135 STAPHYLOCOCCUS AUREUS 103 STARCH 122, 131, 134 STATISTICAL METHODS 005, 101, 149 STEINERNEMA 062 STEMS 118 STEVIA REBAUDIANA 132 STORAGE 099, STREPTOMYCES 083 SULAWESI 121 SULPHATES 053 SUPPLEMENTARY FEEDING 076, 078, 098 SUPPLEMENTS 075, 077, 081, 084, 087 SURVEYING 150 SURVIVAL 056 SUSTAINABILITY 006 SWAMP SOILS 147 SWEETENERS 132 SWIETENIA 026
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
T TANNINS 085, 097, 143 TEA 008, 127 TECHNETIUM 112 TECHNOLOGY 004, 038 TECHNOLOGY TRANSFER 001 TEMPERATURE 080, 083, 099, 122, 130, 133 TEMPERATURE RESISTANCE 047 TEPHRITIDAE 064 TESTING 130 THICKNESS 131 TIME SERIES ANALYSIS 149 TISSUE CULTURE 017, 050 TITHONIA DIVERSIFOLIA 111 TOBACCO MOSAIC TOBAMOVIRUS 072 TOMATO YELLOW LEAF CURL GEMINIVIRUS 067 TOXICITY 143 TRACER TECHNIQUES 087 TRADITIONAL MEDICINES 143 TRANSCRIPTION 093 TRIALS 056 TRICHODERMA 074 TRICHODERMA VIRIDAE 141 TRITICUM AESTIVUM 047 TUBERS 018 TUNGRO DISEASE 025 TURMERIC 084
Vol. 33, No.1, 2016
U UTERUS 100 V VACCINATION 105, 110 VACCINES 105 VARIETIES 012, 032, 047, 051, 055, 130 VARIETY TRIALS 048 VECTORS 073 VEGETATIVE PROPAGATION 019, 023 VELOCITY 133 VIABILITY 024 VIROIDS 066 VIROSES 071 VITAMIN E 077 VITROPLANTS 015, 021 W WATER BUFFALOES 087 WATER RESOURCES 113 WATERLOGGING 043 WATERSHED MANAGEMENT 114 WEANING WEIGHT 094 WEEDS 035 WEIGHT LOSSES 146 WELL CONSTRUCTION 113 WET SEASON 003 X XANTHOSOMA SAGITTIFOLIUM 131 XYLANS 083 111
Vol. 33, No.1, 2016
Y YEASTS 068 YIELD COMPONENTS 037 YIELDS 009, 011, 012, 028, 032, 061, 120 YOGHURT 132
112
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Z ZEA MAYS 033, 040, 046, 074, 117 ZINGIBER OFFICINALE 137
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 33, No.1, 2016
INDEKS JURNAL
A Agritech: Jurnal Teknologi Pertanian 115, 122, 123, 124, 125, 128, 130, 131, 132, 133, 134, 139, 141, 144 I Informatika Pertanian 001, 002, 005, 006, 007, 030, 033, 114, 120, 148, 150 J Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture 004, 075, 084, 089, 095, 099, 100, 129 Jurnal AgroBiogen 017, 018, 023, 041, 045, 049, 051, 053, 062, 071 Jurnal Entomologi Indonesia 064 Jurnal Hortikultura 003, 009, 010, 012, 014, 015, 016, 020, 021, 022, 042, 044, 054, 060, 061, 063, 065, 066, 067, 068, 072 Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi 028, 039, 047, 050, 052, 087, 112, 113, 117, 135, 137, 142, 143
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 011, 013, 080, 082, 085, 086, 088, 090, 091, 092, 094, 098, 101, 102, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 126, 136, 138, 140 Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 026, 043, 048, 056, 059, 070 Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 145, 146 Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 024, 025, 032, 038, 046, 055, 057, 073, 074, 149 Jurnal Penelitian Teh dan Kina 008, 019, 029, 034, 035, 036, 037, 058, 116, 118, 127 Jurnal Tanah dan Iklim 027, 031, 040, 069, 119, 121, 147 M Media Peternakan 076, 077, 078, 079, 081, 083, 093, 096, 097, 103
113