EFBKTTYTTAS CONE TRAY AERATOR DAN SARINGAN PASTR LAMBAT UNTUK MENURUNKAN KADAR F.e PADA AIR SUMT'R GALI DI PERUMAHAN GRAND ZAUJATI KELURAHAN SIANTAN HULU M. Nur Fitriansyaho Bambang Prayitno dan Salbiah Kastari Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jurusan Kesehatan Lingkungan E-mail: Mnur.07 I 1 @;ocketnail.com
Abstrak Efelctivitas Cone Tray Aerulor Dan Saringan Pasir Lambat Untuk Menurunkan Kadar Fe Pada Air Sumur Gali Di Perumahan Grand T.aujali Kelurahan Slantan Hulu. Jenis penelitian ini adalah bersifat eksperimen semu. Sedangkan untuk membandingkan hasil proses pengolahan yaitr dengan PERMENKES No"416/IvtENKESlPERlIXl990. Berdasarkan table 4.6 dejelaskan efelcifitas setelah menggunakan cone tray serator adalah sebesar 77 ,04 yo pada perlakuan dengan waktu 60 rnenit dan debit 5 Vrn, sedangkan setelah menggunakan cone tray aerator dan saringan pasir lambat didapat hasil yang paling efektif pada perlakuan dengan waktu 60 menit dan debit 5 Vm dengan efektivitas 87,41 yo. Bagi warga perumahan grand zaujati kelurahan
siantan hulu Pontianak utara yang menggunakan sumur gali sebaiknya mengelolah terlebih dahulu sebelum digunakan.
I(ata Kunci: Pengolahan Air Bersih, Aerasi dan Filtrasi
Abstract Effectiveness Cone Tray Aerator and Slorv Sand Filters to Reduce Levels On Fe Dug Well Water at Ilousing Grand Village Zruirti Siantan Hulu. This research is a quasi-experimental nature. As for comparing the results of the processing is
I 1990. Based on the table 4.6 explained effectiveness after using cone tray aerator is at 77,A4 Yo n tllre treatment and discharge time of 60 minutes 5 I / m, while after using cone aerator tray and slow sand filter obtained the most effective results in the treatment with a time of 60 minutes and flow of 5 I lm with 87,41 7o effectiveness. For the citizens of the grand housingzaujati Siantan hulu villages north of Pontianak that use wells should manage before use.
to PERMENKES 416 / Menkes / Per I IX
Keywords: Water Treatrnent Aeration and Filtration
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci, sanitasi, transportasi baik di sungai maupun di laut air juga dipergunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya, 2001). Air yang secara terus menerus mengalami proses daur ulang telah memberi peluang bagi manusia
mudah didapat dekat pemukiman penduduk (An^ta41990). Perlu diperhatikan dalam pemanfaat air untuk keperluan rumah tangga harus memenuhi persyaratan baik kuantitas maupun kualitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi persyaratan kuantitas adalah air tersebut mempunyai jumlah yang cukup untuk digunakan maupun untuk air minum, air pencucian dan keperluan rumah tangga lainnya. Dari persyaratan kualitas air harus memenuhi persyaratan fisik, kimia mikrobiologis, dan radio aktif. Pesyaratan fisik antara lain tidak berwarna" tidak berbau, dan tidak berasa. Persyaratan kimia yaitu air tidak mengandung senyawa kimia yang beracun dan setiap zatyang
untuk dapat dinanfaatkan. Tiga jenis sumber air di bumi ini yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber tersebut air
tanah dan
air
permukaan paling banyak
dipergunkan untuk kehidupan sehari-hari di desa maupun di kota. Hal ini dapat dipahami karena
air tanah dan air
permukaan keberadaannya
41
42 Sanitarian, Volume
I
Nomar I , April 201 6, hlm.4
I
terlarut dalam air mempunyai batas tertentu yang diperkenankan. Persyaratan kimia pada air antara lain adalah kadar besi (Fe). Zat besi (Fe) adalah merupakan kandungan mineral dalam air, zat besi (Fe) ini dalam jumlah kecil diperlukan tubuh untuk pembentukan sel darah merah. Kadar besi maksimum yang diperbolehkan ada di dalam air menurut PERMENKES
NO.416/I{ENKES/PER/IXi1990 untuk air minum sebesar 0,3 mfll sedangkan untuk air bersih 1,0 mgll. Pada penelitian terdahulu mengenai pengaruh lama kontak menggunakan Cone Tray Aerdor dengan menggunakan 4 Cone menyatakan bahwa waktu yang optimtrm dalam
melakulcan aerasi dengan menggunakan Coree Tralt Aerotor adalah 60 menit pada pengulangan yang ke enam, dengan Fe awal5,05 mg/l setelah
diaerasi menggunakan Cone Tray Aerator terjadi penurunan kadar Fe sebesar 4,29 mgll atau menjadi 0,76 mg/l dengan persentase penurunan 84,95yo dan dapat di estimasikan penunrnan Fe pada Cone | + 1,07 mg/l dengan persentase 21",23yo, pada Cone 2 + 2,14 mgfl dengan persentase 42,46oh, pada Cone 3 L 3,21 mg/l dengan persentase 63,69ya, dan.pada Cone 4 terjadi penurunan sebesar 4,29 mgll dengan persentase 84,95yo (Citrawati Heni, 2013),
demikian pula pada penelitian penggunaan Saringan Pasir Sistim Up Flow Berdasarkan Jenis Dan Ketebalan Media Salingan dan didapat penuunan yang paling besar pada saringan pasir dengan ketebalan 60 em dengan Fe awal 3,3 mg/l dan setelah penyaringan menjadi 2,4 m{l atau mengalami penurunan sebesar 0,9 dengan perentase 27,27o/o
20ll). Menurut Huissman (1974) Ketebalan lapisan media filter yang efektif umumnya berkisar antara 80-120 cm. Sesuai dengan saran yang diberikan peneliti sebelumnya mengenai pengaruh lama kontak menggunakan Cone Trq Aerator perlu penambahan filter penyaringan seperti saringan pasir lambat (Sltm Sond Filter) untuk (Nainggolan, Panitian,
menghilangkan warna dan kekeruhan serta untuk memperoleh waktu optimum yang cepat, maka peneliti tertarik menggunakan Cone Tray Aerator serta penambahan saringan pasir lambat (Slow Sand Filter). Berdasarkan data dan permasalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai etbktivitas Cone Troy Aeratar dan saringan pasir lambat dalam menurunkan kadar Fe pada air sumur gati di
- 46
Perumahan Grand Hulu.
Zatlati Kelurahan Siantan
METODE PENELITIAN Penelitian ini berifat eksperimen semu (Quasy Experimental) yaitu untuk menyelidiki kemungkinan saling pengaruh sebab akibat dengan cara mengenakan dengan satu atau lebih
kelompok experiment satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan (Subana, 2005).
Bentuk rnncangan penelitian
yarg
dipergunakan adalah one group pre-test-post test
desight with control, yaitu kepada unit
percobaan dilaksanakan perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama sebelum perlakuan dilaksanakan dan pengukuran yang kedua dilakukan setelah perlakuan dilaksanakan.
IIASIL Luas wialayah kerja UPK
Puskesrnas
Telaga Biru adalah 5 km2 sedangkan jumlah RTIRW yang dibina terdiri dat'' 12 RW62 RT. Perumahan grand zaujati terletak di wilayah kerja puskesmas telaga biru yang termasuk dalam RT 005/ RW 022, dengan belum masuknya PDAM pada perumahan ini, warga di perumahan ini kebanyakan menggunakan air yang berasal dari air hujan, sumur bor dan air sulnur gali, penggmaan sumur gali lebih dominan dibandingkan dengan sumur bor pada
grand zaujati ini, namun permasalaharr yang ada pada sumur gali ini adalah dengan adanya kandungan besi (Fe) yang melebihi ambang batas yangtelah ditentukan. Dampak yang ditimbulkan dari air yang mengandung Besi (Fe) yang melebihi ambang batas akan menyebabkan berbagai masalah diantaranya gangguan fisih teknis dan gangguan perumahan
kesehatan.
Berikut ini adalah hasil penurunan kadar Fe setelah diberi perlakuan dengan cone tra.t, aerator dan saringan pasir lambat:
M-Nur, dkk, Efektivilas Cone Tray Aerator... 43
Tabel 1.
flasil
pemeriksaan kadar Fe pada laboratorium
No
I 2 3 4 5 6 7 8 9 l0 ll 12 13 14 15 16 17 18
Kode sampel
kontrol I konhol 2 Cone Cone Cone Cone Cone Cone Cone Cone
A30 I A30 2
Kadar Fe Msit 4,53 4,53 1,30
A60 I
L,28 1,11
A60 2
l,l9
+ pasir A30 I + pasir A30 2 + pasir A60 1 + pasir 4.60 2
0,78 0,81 0,71
0,86
ConeB30 I
1,10
B30 2
l,l2
860 I
1,00 1,08
Cone Cone Cone Cone Cone Cone
+ pasir B30 1 +'pasir B30 2 + pasir 860 I
0,49
Cone
*
4,66
860 2
pasir 860 2
Fe (besi) pada sumur gali setelah melalui Cone Tray Aerator dan saringan pasir
Tabel 2. Penurunan kadar
0,55 0,60
Proses pengolahan air bersih dengan ffcy aerator dan saringan pasir lambat secara garis besar dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Iambat Kadar Fe Pengulangan
Cone Saringan pasir Kontrol trily (Mgfl) serator lambat
(Ms/l)
I 2
4,53
1,30 1,28
4,53
1,29
4,53
Rata-rata
(Msa) 0,78 0,81 4,79
Sumber : Data Primer 2014
Data hasil pemeriksaan Fe pada air sumur gali perumahan Grand Z,aujati kelurahan Siantan Hulu setelah menggunakafi cone tray aerator yang sama namun dengan debit 3 l/m dan waktu 60 menit dan sadngan pasir lambat yang telah digunakan sebelumnya dengan ketebalan 80 cm. Hasil penurunan dapat dilihat pada table sebagai berikut:
menggunakan cone
Table 3. Penurunan kadar Fe (besi) pada air
sumur gali setelah melalui Cone Tray Aerator dan saringan pasir Iambat Kadar Fe
Pengulangan Kontrol (Me/l) 1
.,
Rata-rata
Cone Saringan pasir tray oerutot lambat
(Men)
fMen)
4,53
1,1I
0,71
4,53
l,l9
0,86
4,53
1,15
0,78
Sumber: Data Primer 2014
Gambar 1. Diagram alur proses pengolahan air sumur gali
gali
Data hasil pemeriksaan Fe pada air sumur
perumahan Grand Zaujati
setelah
menggunakan cone tray aerator dengan detrit 3 l/m dan waktu 30 rnenit dan saringan pasir
lambat dengan ketebalan 80 cn1. Hasil penurunan dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Data hasil pemeriksaan Fe pada air sumur gali perumahan Grand Zaajatikelurahan Siantan Hulu setelah menggunakafl cone tray aerator yang sama namun dengan debit 5 l/m dan waktu 30 menit dan saringan pasir lambat yang telah digunakan sebelumnya dengan ketebalan 80 cm. Hasil penurunan dapat dilihat pada table sebagai berikut:
44
Sanitarian, Volume I Nomor l, April 2016, hlm.4l - 46
Tabel 4. Penurunan kadar Fe (besi) pada air sumur gali setelah melalui Cone Tray Aerator dan saringan pasir
PEMBAIIASAN Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir disetiap tempat dibumi, pada semua lapisan geologis dan semua
Cone Saringan Kontrol traJ' Pasir (Mglt) aerator lambat (Mg/l) (Me/l) 4,53 1,10 0,55 1 4,53 l,LZ 0,60 2 0,57 Rata-rata 4,53 l,l I
pengulangan
Sumbee Data Primer 2014
Data hasil pemeriksaan Fe pada air sumur gali Grand Zaujatl kelurahan Siantan Hulu setelah menggunakan cone trffy oerator yang sama namun dengan debit 5 l/m dan waktu 60 menit dan saringan pasir lambat yang telah digunakan sebelumnya dengan ketebalan 80 cm. Hasil penurunan dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Table S.Penurunan kada Fe (besi) pada air sumur gali setelah melalui Cone Tray Aerator dan saringan pasir lambat
Pengulangan
Saringan
Kontrol trey prsi. (MS/l) aetator lambat
(Mg^) 1,00 1,08 1,04
4,53 I 4,53 2 Rata-rata 4,53
(lvls/l) 0,49
5 Unlenit
Efektilitas %
Sumber: Data Primer 2014
Fe(HCO3)2
FeCOs + C0z + H2O
Dari reaksi tersebut dapat dilihat, jika
c-oneTruvAeruto,
%% 75,49 Yo%
bentuk COz bebas lebih stabil dari pada (HCO3), menjadi senyawa karbonat.
Table 6.Efektffitas penurunan kadar f,'e (besi) pada air sumur Perumahan Grand Ztujati Kelurahan Siantan Hulu
71,52
penghilangan besi dengan cara aerasi, adanya kandungan alkalinity (HCOr) yang cukup besar dalam air, maka menyebabkan senyawa besi berada dalam bentuk ferro bikarbonat, Fe(NCO2) oleh karena
0,57
kadar Fe setelah diberi perlakuan:
3 Vmenit
Di dalam proses
maka senyawa bikarbonat cenderung berubah
Berikut ini adalah tabel efektivitas penurunan
30 menit
besi
0,66
Sumbe.r: Data Primer 2014
Dcbit
ak. Dalam jumlah kecil zat
dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah. Di dalam standar Permenkes No.4l6l MENKES/PERAIV1990 kadar Fe yang diperbolehkan untuk kualitas air bersih yaitu 1.0 mg/l sedangkan kadar Fe yang ada pada sumur gali di perumahan grand zaujati melebihi standar yang ditetapkan oleh Permenkes yaitu 4,53 mgll. Menurut Advance, 2009 sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh tetapi apabila konsentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas akan menyebabkan berbagai masalah diantaranya gangguan fisik, teknis dan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan diantaranya yaitu menyebabkan iritasi pada mata dan kulit serta msaknya dinding usus. Hasil pemeriksaan kadar Fe dapat dilihat di table 4.L-'pada hasil pemeriksaan didapat hasil penurunan setelah dibsrikan perlakuan mengganakan cone tray aeratol. cane tray aerator adalah alat yang digunakan untuk aerasi alami. Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami.
Kadar Fe
Cone
badan
60
menit 74,6r 77,04
sariugalr Fasir Lambat Efektifitas 7"
30
menit
82.56 Yo% 87,41 %%
60
menit 82.78 87,41
CO2 berkurang maka keseimbangan reaksi akan
bergeser ke kanan dan sela4jutnya reaksi akan menjadi sebagai berikut FeCO: + COz ---> Fo(OH), + COz
Hidrosida besi (valensi 2) masih mempunyai kelarutan yang cukup besar, sehingga jika terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi akan teriadi reaksi (ion) sebagai berikut:
+ lo H2o ---> Fe(oH)3 + s tf Berdasarkan table 4.1 setelah dilakukan aerasi dengan cone tr{ry xerator didapat hasil optimal yaitu pada perlakuan debit 5 Um dengan lama waktu aerasi 60 menit dengan hasil peourunan kadar Fe sebesar 1,00 mg/l pada
4
Fe2* 02
pengulangan yang pertama sedangkan pada
M.Nur, dkh Efektivitas Cone Tray Aerator..- 45
pengulangan keduan kadar Fe sebesar 1,08 mgll dengan nilai rata-rata 1,04 mg/l hal ini sesuai dengan teori aerasi (Benny Syahputr4 2007), menyebutkan bahwa sasaran utama aerasi adalah memaksimalkan kontak antara air dengan udara yang bertujuan rnenambah oksigen, sehingga semakin bertambahnya waktu iqieksi udara ke dalam air baku akan semakin memaksimalkan terjadinya kontak air dengan udara sehingga oksigen terlarut akan semakin banyak.
Untuk setiap prroses lamanya waktu injeksi udara terdapat kontak antara gelembung udara dengan besi (Fe) yang larut dalam air, mengikuti reaksi sebagai berikut : 4 Fe2* + Oz * I OH + 2 HzO --* 4 Fe(OHh 1 (Degremont, 1991), sehingga sesuai teori reaksi aerasi di atas yang mempunyai sasaran utama untuk memaksimalkan kesempatan kontak air dengan udara sehingga akan terjadi reaksi ikatan kimia antara oksigen dengan senyawa Fe yang bisa membentuk endapan Fe (Ferrofferi) yang tidak
larut dalam air. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Fe2' + H2 O* FeO + 2H (C .H. Langford, 1990 dalam Sanja:rq 2012).
Dari hasil aerasi setelah menggunakan cone tray aerator didapat hasil penumnn Fe tertinggi pada tabel 4.1 yaitu sebesar 1,00 mg/l pada pengulangan yang pertama sedangkan pada pengulangan keduan kadar Fe sebesar 1,08
mll
dengan nilai rata-rata 1,04 mg/l dengan Fe kontrol 4,53 m{1, untuk memaksimalkan aerasi dengan cone tray aerator maka dilakukan filtrasi dengan saringan pasir lambat. Saringan pasir Iambat adalah saringan pasir yang mempunyai kerja mengolah air baku secara gravita.si melalui lapisan pasir sebagai media penyaringan. Sistem saringan pasir Iambat adalah merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini merupakan kendala yang sering dialami pada proses pengolahan air bersih didaerah pedesaan (BPPT, 1999). Hasil pemeriksaan sesudah melewati cone tr"uy aerulor dan sai'ingan pasir larnbat dapat dilihat pada table 4.1. pada. table tersebut dapat dilihat perbedaan sesudah melewatkan cone tray aerator dan saringan pasir lambat. Hasil penurunan kandungan Fe (besi) tertinggi setelah melewati cone tray aerator dan saringan pasir lambat adalah pada perlakuan debit 5 I/m dengan waktu aerasi 30 menit dengan penurunan
kadar Fe sebesar 0,55 mg/l pada pengulangan yang pertama dan 0,60 rng/l pada pengulangan 1'ang kedua, sedangkan pada perlakuan cone tray aerator dengan debit 5 I/m waktu 60 menit dan saringan pasir lambat didapat hasil penurunan kadar Fe sebesar 0,49 mgll pada pengulangan pertama dan 0,66 mg/l pada pengulangan kedua Menurut Sularso (1998:19) kualitas air yang diolah semakin baih maka akan baik pula hasil penyaringan, dengan demikian bahwa hasil dari cone trcy aerator dart saringan pasir lambat dengan waktu aerasi selama 60 menit memenuhi standar yang t€lah ditetapkan oleh Permenkes No. 416l MENKES/ PER/ DU 1990. Dari hasil filtrasi menggunakan saringan pasir lambat dengan ketebalan 80 cm temyata mampu menurunkan kadar Fe pada air sumur gali sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Permenkes No. 416/ MENKES/ PERi DV 1990. Hasil penurunan kadar Fe ini dikarenakan sebelum rnelakukan filtrasi dengan saringan pasir lambat sudah dilakukan aerasi dengancone trsy aeralor, sehingga hasil dari corue tray aerator dan saringan pasir lambat ini dapat memenuhi standar.
Berdasarkan table diatas, efektivitas penurunan kadar Fe (besi) pada air sumur gali perumahan grand zaujati sesudah melalui cone trsy aerator yang efektifadalah pada perlakuan dengan debit 5 Vm dan 60 menit sesudah melewati cone tray aerator dengan diperoleh rata-rata hasil tertinggi penurunan yaitu 1,04 dengan efektivitas sebesar 77,04
o/o.
Berdasarkan table diatas, efektivitas penurunan kadar Fe (besi) pada air sumur gali perumahan gtand zaujati sesudah melalui cone tray aerator dan saringan pasir lambat yang efektif adalah pada perlakuan sesudah melewati cone trat- aerator dengan debit 5 Urn dan 30
menit dan saringan pasir lambat dengan diperoleh hasil rata-rata penurunan tertinggi yaitu 0,57 mg/l dengan efektivitas sebesar 87,41 dahhasil rata-rata yang sama juga didapatkan pada perlakuan cone tray aerator dengan debit 5
o/o
l/m dan waktu 30 rnenit dan saringan lambat dengan efektifitas sebesar 87,41oh.
pasir
Berdasarkan Permenkes No. 416l MENKES/ PER/ txl 1990, kadar maksimum kandungan Fe (besi) pada air bersih adalah sebesar 1,0 mdl. sedangkan hasil tertinggi perurunan kadar Fe setelah melalui cone tray aeratar dan saringan pasir lambat adalah 0,57 mgll dengan efektifitas 87,41ya, dengan demikian hasil dari pengolahan Fe (besi)
46
Sanilarian, Volume B Nomor l , April
201 6, hlm.4
l
menggunaka(t corue tray aerator dan saringan
pasir lambat memenuhi standar yang
telah
ditetapkan oleli Permenkes No. 416i MENKESI PER/ IX/ 1990.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian efektifitas
- 46
dan waktu 30 menit yaitu 0,57 mgll, pada perlakuan 5 Vrn dan waktu 60 menit A,57 mgll. Efektifitas sesudah pengolahan menggunakan cone tray aerator dalam menurunkan kadar Fe (besi) pada air surnur gali perumahan grand zaujati pada perlakuan dengan debit 5 Vm dan waktu 60 menit dengan
diperoleh hasil rata-rata penurunan yaitu 1,04
cone tray aerator dan saringan pasir lambat yang dilakukan di komplek perumahan grand zaujati
dengan efektivitas sebesar 77.04 %.
Pontianak utara dapat ditarik
menggunakan cone tray aerator dan saringan pasir lambat dalam menurunkan kadar Fe (besi) pada air sumur gali perumahan grand zaujati pada perlakuan dengan debit 5 Um dan waktu 60 menit dengan diperoleh hasil rata-rata penurunan yaitu 0,57 dengan efektivitas sebesar
beberapa
kesimpulan sebagai berikut: Kadar zat besi awal pada air sumur yang
berada
di komplek
perumahan grand zaujati
yaitu 4,53 mgil. Kadar Fe setelah melalui cone tray aerator pada perlakuan dengan debit 3 Vm dan waktu 30 menit yaitu 1,29 m{1, pada perlakuan dengan debit 3 l/m dan waktu 60 menit yaitu I,15 rng/I. pada perlakuan dengan debit 5 l/m dan waktu 30 menit yaitu l,ll mg/l, pada perlakuan dengan debit 5 Um dan waktu 60 menit yaitu 1,04 mg/l. Kadar Fe setelah melalui cone tray aerator dan saringan pasir lambat pada perlakuan 3 Um dengan dan waktu 30 menit yaitu 0,79 mgll, pada perlakuan 3 Vm dan waktu 60 menit yaitu 0,78 mg/I, pada perlakuan dengan debit 5 Um
Efektifitas sesudah
87,47
pengolahan
Yo.
Bagi masyarakat disarankan rnenggunakan
sebelum
air sumur gali, diharapkan
agar
dilakukan pengolahan dengan menggunakan Cone Tray Aerator dan saringan pasir lambat dengan pengaturan debit 5 l/m dengan waktu 60 menit karenapada perlakuan ini telah memenuhi syarat yang ditetapkan Permenkes No. 4I
6/IVIENKES/PER/DV
1
990.
DAFTAR PUSTAKA Arya. (2001). Dcmpak pencentaran lingkungctn. Jakarta: CV Andi Offset. Azxrar, A. (1990). Pengantar llmu Kesehatan Lingkungan Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Nainggolan, P. (201 l). "Efektivitas Penurunan Kadar Fe Dan Mn Sumur Gali Dengan Menggunakan Saringan Pasir Sistim Up Flow Berdasarkan Jenis Dan Ketebalan Media Saringan Di Duswt I Kikik
Kecarnatan Hamparan Perak Tahun
2007" .dalam Skripsi
Universitas
Sunrutra Utara. Subana. (2005). Dasar-dasar Penelitian llmiah. Bandung: CV Pustaka Setia. Sanjaya, B.A. (2012). 'oPenurunan kadar ion besi (fe) dalam air bersih secara aerasi
dan sedimentasi dengun
menggunakan
media magnet". Dalam
Skripsi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Sularso, 1998. Tefuologi Pengolahan Air Tanah, Rineka Ciptu, Jakarta
HUBUNGAN BEBAN ANGKAT ANGKUT I}ENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKEJA PENGANGKAT BUAH SAWIT DI PT. PERKEBT]NAN NUSANTARA XIII NGABA1YG KABUPATEN LANDAK Mutia Mustikawati, Khayan dan Paulina Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jurusan Kesehatan Lingkungan E- mai I :
[email protected]
Abstrak Ilubungan Antara Beban Angkat Angkut dengan
Keluhan Muskuloskeletal pada Pengangkat Buah Sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIIf Ngabang Knb. Landak Jenis penelitian Analitik Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Dalam penelitian ini total sampel pekerja pengangkat buah sawit adalah 32 orang. Pengujian data dengan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara beban angkat angkut dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengangkat buah sawit 0,040); ada hubungan antara usia dengan keluhan 0,023); ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal (p muskuloskeletal (p 0,010) dan ada hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal (p : 0,006)-
: :
(p:
Kata Kunci: Beban Angkat Angkut, Keluhan Muskuloskeletal
Abstracfi The Relationship between Taking and Carrying Load Away and Musculoskeletal Disorderc of Palm Fruit Porter at PT. Perkebunan Nusantara XIII Ngabang Kabupaten Landalc This research is an Observasional Analytic with Cross Sectional approach. The sample of this research are 32 employees. The Data are using Chi-Square statistic test. The results of the research that relationship berween taking and carrying load away and musculoskeletal disorders of palm fruit porter at PT. Perkebunan Nusantara XIII Ngabang Kab. Landak show there was relationship between taking and carrying load away and musculoskeletal disorders of palm fruit porter (p : 0.040), there was relationship between age and musculoskeletal disorders (p : 0.023); there was relationship between the work duration and musculoskeletal disorders (p : 0.010) and there was relationship between nutrient status and the musculoskeletal disorders (p : 0.006). Ke5rwords: Load of take and carry away, Musculoskeletal Disorders
harinya, cara kerja yang dilakukan demikian akan dapat menimbulkan kelelahan otot yang cepat. Gangguan kesehatan yang dialami
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.(UU
pekerja, menurut penelitian yang telah dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau kota
di
[ndonesia, umumnya
berupa penyakit keluhan muskuloskeletai (MSDs/Musculoskeletal Disorders) 760A,
No.36 Tahun 2009). Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak
kardiovaskuler $a/o, gangguan saraf 37o dan gangguan THT (Telinga Hidung Tenggorokan) 1,5% (Rahayu,2012). Pembangunan industry pada dasarnya mempunyai tujuan utama yaitu kesejahteraan manusia. Namun kemanfaatannya perlu
aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, khususnya pada pekerja yang memerlukan ketegangan otot yang berlebihan dan aktivitas yang berulang-ulang setiap 4'7
48
Sanitarian,
Volume
I Nomor 1, April 2016,
hlm.47 - 53
diperhatikan pada subjek-subjek yang terlibat, terutama perlindungan terhadap manusia dan lingkungan kerja. Dengan demikian
(MSDs) atau cidera pada
penyelenggaraan
METODE PENELITIAN
program kerja
dan
keselamatan kerja berfujuan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optirnal melindungi tenaga kerja dari risiko
serta
yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya
(Suma'mur,2009).
Produktivitas kerja yang optimdl serta pelindungan tenaga kerja oleh berbagai Upaya
perlindungan tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan sy'arat kerja termasuk upah/gaji dan jaminan sosial, kondisi kerj4 kesehatan dan keselamatan kerja serta
hubungan kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan para pekerja secaxil menyeluruh
muskuloskeletal (Tanvak
a
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. Pendekatan ini digunakan untuk melihat hubungan antam variabel satu dengan variabel yang lain (Santjaka 2011).
Populasi merupakan
keseluruhan
subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pengangkat buah sawit pada Afdeling I - V PTPN XIII Ngabang Kab.
32 orang
(Suma'mur,2009).
Landak, total populasi
Prosespengangkutan/pengangkatan buah sawit dari mengangkutnya dari pohon ke
pengangkat buah sawit
tempat pengumpulan hasit dilakukan secara manual (tanpa peralatan mekanis). Batasan
HASIL
beban angkat angkut yang diperbolehkan ialah untuk angkat angkut sekali-sekali pada pria 40 kg; untuk angkat angkut terus menenrs pada
Gambaran Beban Angkat Angkut
pria sebesar 15
-
18 kg (Budiono,
Thbel
l,
2003).
Pekerjaan angkat angkut dengan beban yang
berat merupakan pekerjaan yang
hingga kerusakan inilah yang
biasanya
diistilahkan dengan musculoskeletal disarders
Ngabang 2015
Anqkut
14 18
> 40kg <40 kg
OTAL
Persentase 43,8 56,2 100
Sumber : Data Primer, 2015
Dari Tabel
I
terlihat bahwa responden < 40 kg adalah
dengan beban angkat angkut sebanyak 18 orang (56,2%).
Gambaran Usia
Tabel 2. Distribusi X'rekuensi Usia Pengangkat Buah Sawit PT. Perkebunan Nusantara ETPN)
XIII
yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
)ilII
BebanAngkat Frekuensi
T
pekerja
Distribusi Frekuensi Beban Angkat Angkut pada Pengangkat Buah Sawit PT. Perkebunan Nusantara (PTPN)
sangat peregangan membutuhkan otot berlebihan. Bila tidak diimbangi dengan wakfu istirahat yang
cukup maka akan menyebabkan keluhan otot skeletal yang disebut dengan Muskuloskeletal Disorders. Survey pendahuluan pada 5 s.d. 12 Februari 2015, dari 8 pengangkat buah, 6 orang {15%) mengangkat buah sawit dengan berat antara+ 35 kg; 5 orang (62,5%) dengan dengan status gizi tidak normal; 4 pekerja (50%) dengan lama kerja > 8 jam. Dari pemeriksaan palpasi oleh perawat, 6 orang {75%) dengan nyeri berat pada daerah pinggang; 7 orang (87,5%) merasakan nyeri di daerah punggung dan bahu; 4 orung (50%) nyeri di bagian tangan/siku dan kaki. Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
sistem
2AA$.
Usia
>
Ngabang
2015
f,'rekuensi
25 tahun
< 25 tahun
TOTAL Sumber : Data Primer, 2015
_ Persentase
22
68,8
10
31,2
32
100
Mutiq, dkk, Hubungan Antara Beban Angkat--. 49
Dari Tabel 2 terlihat bahwa
responden
dengan usia > 25 tahun adalah sebanyak 22 orang (68,8%).
Ilubungan antara Beban Angkat Angkut
Gambaran Lama Kerja
Tabel6. Tabulasi Silang antara Beban Angkat Angkut dengan Keluhan skuloskeletal di PT. Perkebunan Nusantara (PI"N) XIII Ngabang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lama Kerja
Pengangkat Buah Sawit PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII Ngabang 2015 Lama Kerja Frekuensi Persentase >8jam L7 53,1
<8 jam
1s
46,9
32
100
TOTAL Sumber r Data Primer, 2015
Dari Tabel 3 terlihat bahwa reresponden > Sjam sebanyak 17 orang
dengan larna kerja
(53,lYo).
Gambaran Status Gizi Pekerja
Thbel4. Distribusi Frekuensi Status Gizi
Pengangkat Buah Sawit PT. Perkebunan Nusantara (PTPI9 XmUeabeng2015 Stntus Gizi f,'rekuensi Pcrscntase
Tidak (IMT <
normal
Keluhan Musculoskeletal
Brban Angkat Angkut
Tidak Nycri nycri ringan f
o/o I
Nyeri berat
o/"
Tatd
Yo
o/"
f
I(g I 7,1 3 21,4 l0 71,4 l4 100 340 Kc 6 33,3 7 38,9 5 21,8 18 100 7 2t9 t0 }tp, ls 69 32 100
>
,t0
0,040
Sumber: Data Prim€r. 2015
Dari Tabel 6 terlihat bahwa beban angkat angkut yang > 40 Kg terjadinya nyeri berat 71,4o/o lebih besar dibandingkan dengan beban angkat angkut S 40 Kg yaitu sebesar 27,8Ya. Hasil uji statistik dengan menggunakan CrriSqume menyatakan ada hubungan yang bermakna antara beban angkat angkut dengan keluhan muskuloskeletal pada pengangkat buah sawit dengan p-value : 0,040.
37.5
20
62,5
Muskuloskeletal
100
Tabel T. Tabulasi Silang antara Usia dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pengangkat Buah Sawit di PT.
I{ubungan antara Usia dengan Keluhan
25')
-
201s
t2
18,5 dan >
Normal (IMT IEF
dengan Keluhan Muskuloskeletal
2s)
TOTAL
Surnber: Dafa Primer, 2015
Dari Thbel 4. di atas diketahui bahwa responden dengan status gizi normal sebanyak 20 orang (62,5%).
Perkebunan Nusantara (PTPN)
XIII
Neabane 2015
Keluhan Muskuloskeletal
Gambaran
Keluhan Pengangkat Buah Sawit
Muskuloskeletal
Tabel5. Gambaran
Keluhan Pengangkat Buah
Muskuloskeletal Sawit Keluhan n'rekuensi Persentase Muskuloskeletal
>25 Thn
<25
it,
fidak nyeri
Nveri
Nveri ringan
tiret
Total
f
o/a f
')
9,1 7 3t,8 13 59.1 22
)
5033022010100
o/o
f
7
21.9
Nyeri ringan Nyeri berat
l0 t5
31,2
32
100
46,9
Sumber: Data Primer, 2015
Yo p-value
o/o
Toral 7 21,9 t0 31,2 t5 46,9 32
Tidak nyeri
TOTAL
usia
100
0,023 100
Sumber: Data Primer, 2015
Hasil uji statistik dengan menggunakan C%iSquare menyatakan ada hubungan yang bermakna antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pada pengangkat buah sawit
Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan nyeri berat sebanyak I5 orang (46,9%).
dengan
p-value:0,023.
5O
Sanitarian,
Volwme
I Nomor l, April 2016,
Ifubungan afita;ra Lama Kerja
hlm.47 - 53
dengan
Keluhan Muskuloskeletal
arrtara status gizi dengan dengan
Thbel S. Thbulasi Silang antara Lama Kerja Im
Tot .l
Nycri berrl
Kcrjr
",^
ppol 4e
t >8
Jan
I
5,9
4
:t
6
rto
6
,rm
Iotsl
7
23,5 t2
70,6 t7
100
&12015100
2L,9 I0
312
o,0l 0
15 16$ 32
100
dengan keluhan Muskuloskeletal pengangkat huah sawit di PT.
Perkebunan XIII
Ngabang
Kab.L,andak Sumber:Data Primer, 20 I 5
Dari Tabel 8 terlihat bahwa responden dengan lama kerja > 8 jam terjadinya nyeri berut 70,60/o lebih besar dibandingkan dengan lama kerja < 8 jarn yaitu sebanyak 20Yo. Hasll uji statistik dengan menggunakan Chi-Square menyatakan ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pengangkat buah sawit dengan
yvalue:0,010.
Hubungan antara Status
Gizi
dengan
Thbel 9. Thbulasi Silang antara Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal Pengangkat Buah Sawit di PT. Perkebunan Nusantara (PTPI$ )ilII Ngabang 2015 Tidak trycri
Gizi
Nycri ritrgrn
,oaf Tidrk
trormel
I
Nyai
bmt f
8,3 1
Norrnrl630945
8.3
]
Tor
rl-vil
'/"
Yue
e/"
t:,r
12
roo
I
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengukuran palpasi NBM oleh perawat yang dilakukan terhadap 32 responden pengangkat buah sawit dari lokasi panen untuk dimuat ke dalam truk yang akan membawa ke pabrilq Sebanyak l0 responden (71,4%) dengan keluhan nyeri berat. Terdapat
(ima) bagian tubuh yang paling dikeluhkan pekerja
5
banyak
yaitu bagian bahq
punggung, pinggang, betis dan leher. Namun demikian berdasarkan tingkat kenyerian,
seluruh pekerja yang mengalami keluhan mengaku bahwa dengan keluhan tersebut mereka masih bisa melakukan pekerjaan setelah diberikannya istirahat yang lebih panjang dari biasanya.
Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligameng persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan
pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar,
20
I00
3r,2 I *,, 1x
terpelintir. terjadi dengan dua cara yaitu Pertama, kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
statis. Kedua, kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga. (Merulalia" 2010).
Hal ini sejalan dengan penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian Astuti (2007)
0.00 6
t'go 21,
p-value:0,006.
mikro faktur, patah, atau
Keluhan Muskuloskeletal
Strtu!
keluhan
muskuloskeletal pada pengangkat buah sawit
roo
Sumher: llata Primer. 2015
Dari Thbel 9 terlihat bahwa responden dengan status gizi tidak normal terjadinya nyeri
berat 83,3Yo lebih besar dibandingkan dengan status gizi normal yaitu sebesar 25%. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square menyatakan ada hubungan yang bermakna
menyatakan
aktivitas kerja subyek perempuan dan laki-laki mernberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kelelahan muskuloskeletal dengan nilai p : 0,000. Penelitian Cahyani (2010), didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara berat beban dengan kelelahan otot buruh angkut di Jalan Beteng Semarang dengan nilai p = 0,018.
Disarankan kepada pihak PTPN XIII
untuk memberlakukan sistem pengorganisasian kerja" seperti mengatur waktu kerja dan waktu istirahat yang seimbang yang
Ngabang
Mutia, dkh Hubungan Antara Beban Angkat...
diperlukan untuk memelihara kesetimbangan energi, dan pemeliharaan kemampuan pekerja" sehingga dapat mencegah paparan risiko yang berlebihan akibat beban angkat angkut.
5l
fisiologis neurologis terjadi sesudah berumur 30 - 40 tahun dengan irama penurunan yang berbeda untuk setiap orang (Depkes RI, 2003).
dengan Keluhan
Kemampuan mengangkut sisa-sisa produksi dalam tubuh juga mengalami penurunan. Integritas sistem syaraf yang
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pada pengangkat buah sawit di PTPN Xru Ngabang dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang
merupakan unsur vital dalam koordinasi respon muscular juga menurun dan berakibat rnenurunnya kemampuan koordinasi gerakan. Kecepatan reaksi yang meliputi kecepatan merespon terhadap firngsangan, waktu reaksi dan waktu gerak juga mengalami penurunan. Dengan demikian, untuk rnengurangi
Hubungan Usia Muskulloskeletal
berrnakna antara
usia dengan keluhan
muskuloskeletal, dengan nilai p :0,023
.
Hasil penelitian antara usia
dengan muskuloskeletal responden dengan
keluhan umur > 25 tahun yaitu berjumlah t3 orang {59,1%) dengan keluhan nyeri berat. Pada dasarnya umur berpeegaruh pada daya tahan tubuh, semakin tua usia maka semakin menurun pula stamina tubuh- Selain itu juga seiring dengan terus tertambahnya umur maka kemampuan dalam melakukan pekerjaan berat akaa semakin menurun dan tingkat kelelahan
semakin cepat terjadi dan dalam melakukan pekedaan orang yang umurnya lebih tua kurang
gesit sehingga mempengaruhi kinerjanya (Anies,2005). Usia atau umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknyapada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun, kekuatan otot menurun sebesar 25Yo, kemampuan sensorismotoris menurun sebanyak 60%. Selaqfutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25
tahun.
Bertambahnya umur akan diikuti penurunan : VO2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek. Dengan demikian pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam
memberikan pekerjaan pada (Tarwaka,2004). Pertambahan
umur
seseorang. seseorang
berpengaruh terhadap fungsi organ tubuh. Setelah mencapai puncak kematangan usia
dewasa, fungsi organ tubuh mengalami penurunan. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas maupun kemampuan kerja meniadi
menurun. Penurunan tersebut
karena
penyrsutan jaringan tubuh secara bertahap yang meliputi jaringan otot, sistem syaraf dan organ-organ vital lainnya- Penurunan fungsi
risiko terjadinya MSDs yang ditimbulkan akibat dari karakteristik umur/usia, sehingga pihak perusahaan agar lebih memperLatikan karakteristik atau kondisi fisik pekerja Salah satunya dengan cara mengurangi beban yang
harus diangkut khusus oleh pekerja yang berumur lebih dari 25 tahun, karena semakin bertambahnya umur kekuatan fisik pekerja akan berkurang. Selain itu pengendalian administrasi jrya dapat dilakukan, yaitu dengan melakukan rotasi pekerja. Pekerja dengan usia kurang dari < 25 tahun yang bekerja di bagian
lain (misalnya bagian penyemprot
pestisida
atau bagian pemupuk) ditempatkan
sebagai
pengangkat buah sawit.
Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Muskulloskeletal
hasil analisis hubungan antara lama kerja dengan keluhan Berdasarkan
muskuloskeletal di PTPN XIII Ngabang dengan menggunakan uji Chi-Squ*e menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal, dengan nilai p:0,023. Hasil penelitian antara lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pengangkat buah sawiq responden dengan lama kerja > 8 jam yaitu berjumlah 17 orang (53,1%). Dari 17 responden dengan lama kerja > 8 jam. yang mengalami nyeri berat yaitu sebanyak 12 orang (70,6%). Lama kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang berkaitan dengan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal lama kerja meliputi: Lamanya seseorang bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja dengan istirahat, dan waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi, siang, sore) dan malam hari.
52 Sanitilria.n, Volume
I
Nomor 1, April 2016, hlm.47 - 53
Secara umum, jumlah jam kerja yang efisien untuk seminggu adalah antara 40-48 jam yang terbagi dalam 5 atau 6 hari kerja,jadi ratarata perhari lama kerja yang efisiensi hanya 8
melakukan
jam/hari, tetapi ini tidak berlaku pada sektor usaha swasta atau pekerjaan yang terus
SIMPULAN
menerus standar yang termasuk pekerjaan yang terus menerus harus
berfungsi menambah kalori yang diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
sesuai
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pengangkat buah sawit dengan beban
Ilubungan Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal
Berdasarkan hasil analisis hubungan
antara status gizi dengan
keluhan muskuloskeletal di PTPN XIIINgabang dengan
menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara stafus gizi dengan keluhan muskuloskeletal, dengan nilai p:0,006. Hasil penelitian antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal di PTPN )CIII Ngabang sebagian besar responden dengan status gizi tidak normal (lMT < 18,5 dan > 25) yaitu berjumlah 12 orang (37,5%). Dari 12 responden dengan status gizi tidak normal tersebu! yang mengalami nyeri berat yaitu sebanyak l0 orang (83,3%). pekerjaan,
makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja
adalah mengandung kalori ketika bekerja, sebab kalori lebih banyak berperan, mengingat tenaga kerja lebih banyak menggunakan energi untuk tenaga otot. Pengalaman dari perusahaan menunjukkan bahwa pemberian kesempatan untuk makan pada waktu istirahat membantu memperbaiki produktivitas dan meniadakan kelelahan ke{a (Budiono, 2003)" Saran yang
dapat diberikan untuk perusahaan yaitu mernberikan makanan tambahan yang bergizi. Makanan yang diberikan pada
dan
dalam
dengan kesepakatan bersama. Lama kerja yang diberikan bisa melebihi standar umum, hal ini disebabkan karena sesuai dengaojenis dan sifat yang dikerjakan. Maka ihL diberikan waktu kerja lernbur yang paling banyak 3 jam dalam 1 hari. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu biasanya dapat menurunkan efisiensi tubuh, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan akibat kerj a. (Kepmen akes2004).
Dalam hubungan dengan
(makanan
pekerjaan
tambahanlsnack) harus bersifat enteng
angkat angkut < 40 Kg adalah sebanyak 18 orang (56,2Yo). Peneangkat buah sawit dengan umur > 25 tahun adalah sebanyak 22 omng (68,8%). Pengangkat buah sawit dengan lama kerja > 8 jam perhari adalah sebanyak 17 oftrrlg (53,1%). Pengangkat buah sawit dengan status gizi normal adalah sebanyak 2A orang (62,5%). Pengangkat buah sawit dengan keluhan muskuloskeletal nyeri berat yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Ada hubungan antffa beban angkat angkut dengan keluhan muskuloskeletal
pengangkat buah sawit di PTPN XIII Ngabang dengan p-value : 0,040. Ada hubungan antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pengangkat buah sawit di PTPN XIII Ngabang dengan p-
value:0,023. Ada hubungan antara lama kerja
dengan keluhan
muskuloskeletal
Ngabang dengan p-value :
0,01 0.
pengangkat buah sawit
di
PTPN )ilII
Ada hubungan antara status glzi
dengan keluhan muskuloskeletal pengangkat buah sawit di PTPN XIII Ngabang dengan p-value : 0,006. Bagi Peneliti Lain Agar menambah
variabel lain yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pengangkat buah sawit,
misalnya variabel sikap kerja,
massa
kerja,aktivitas berulang, dan peregangan otot berlebih.
waktu
DAFTAR PUSTAKA Anies. 20A5. Penyakit Akibat Kerja. PT. Elex Media Komputido. Jakarta.
Astuti, Rahmaniyah Dwi. 2007. Anolisa Pengaruh Afuivrtas Keria darc Beban Angkat terhadap Kelel ahan
Mutia, dkk Hubungan Antara Beban Angkat--. 53
Mushilos keletal. Iurasan Teknik Industri
Fakultas Teknik UnivErsitas
Sebelas
Maret Surakarta.
Budiono, Sugeng" 2003. Btmga Rampai Hvperkes & KK, Edisi Keduq Badan Penerbit Universitas Diponegoro" Semarang.
Cahyani, Wiwik Dian. 2010. Hubungan antara
Bebon Kerja dengan Kelelahon Kega pada Pekerja Buruh Anghtt di Jalan Beteng Semarang.
Kepme*aker No. I02A,IENM/2004. Waku kerja Lembw dm Upah Kerja Lembur. Merulalia. 2010. Mttshioskeletal Disorders (t6Ds). (ht@ ://www.Itduskuloskeletal.htn). Diakses l0 Desember 2013.
Rahayu, Winda Agustin. 2A12. Fahor-faltor yang berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Pada Angkat-Angkut Industri Pemecah Batu diKecamatan Kar angnongka Kabupaten Klaten. Santjaka" Aris. 2011. Stotistik Untuk Penelitian Ke s e hatan - Nuha Medika; Yogyakarta. Suma'mur, P.K. 2009. Hygiene Per&sahaan
dan Keselamfran Kerja
(Htperkes).
Sagung Seto. Jakarta.
Lilik. Bakri, Solichul. 20M. Etgonomi mtuk Keselamatan,
Tbrwaka, Sudiarjeng
Kesehatan
Kerja dm
ProduWffitas.
Uniba Press. SurakartaUndang-Undang Kesehatan Republik lndonesia No. 36 Tahun 2009.