Kode/Nama Rumpun Ilmu : 792/Pendidikan Luar Sekolah
ABSTRAK DAN RANGKUMAN EKSEKUTIF (ABSTRACT AND EXECUTIVE SUMMARY)
PENELITIAN DOSEN PEMULA
POLA PEMBINAAN ANAK TERLANTAR MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT ASY-SYIFA SUMBERJAMBE JEMBER
KETUA PENELITI NISWATUL IMSIYAH, S.Pd, M.Pd (NIDN : 0025117204)
dibiayai oleh DIPA Universitas Jember Tahun Anggran 2014 Nomor: DIPA-023.04.2.414995/2014 tanggal 5 Desember 2013 Revisi ke- 2 tanggal 24 Maret 2014
UNIVERSITAS JEMBER NOVEMBER 2014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAGA PENELITIAN Alamat : Jl. Kalimantan No.37 Jember Telp.0331-337818 Fax.0331337818 e-mail :
[email protected]
POLA PEMBINAAN ANAK TERLANTAR MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT ASY-SYIFA SUMBERJAMBE JEMBER
Peneliti
: Niswatul Imsiyah1
Mahasiswa yang Terlibat : Sumber Dana
: DIPA Universitas Jember Tahun Anggaran 2013
Kontak Email
:
[email protected]
Diseminasi
: Belum ada
1
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jember
ABSTRAK Fenomena merebaknya anak terlantar merupakan persoalan sosial yang kompleks, keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Karena anak merupakan aset generasi penerus bangsa yang perlu ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan. Dalam pembinaannya melalui pendidikan nonformal diharapkan dapat mengembangkan potensi warga belajar di PKBM Asy-Syifa dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian. Penelitian ini bertujuan mengetahui : (1) gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember; (2) antusias anak terlantar mengikuti pola pembinaan program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember; (3) faktor pendorong dan penghambat yang dihadapi oleh PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember dalam pembinaan melalui pendidikan non formal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk menentukan informan adalah Snowball Sampling Technique. Subjek penelitian adalah pengelola, pendidik dan warga belajar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.Langkahlangkah analisisnya adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan temuan dengan menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1) Gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember, terdapat beberapa program pendidikan nonformal yaitu program kesetaraan, Diniyah, life skill, TBM, kaligrafi. Adapun gambaran pembinaannya diawali dengan Pelaksaanaan program kesetaraan yang dimulai jam 08.00 sampai 12,00`WIB,dilanjutkan dengan program diniyah 2) Antusias anak terlantar dalam mengikuti pola pembinaan program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa, karena suatu kebutuhan sehingga mereka sangat aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan bahkan setelah selesai kegiatan mereka masih semangat melanjutkan bertanya terkait permasalahan dalam kehidupan sehari-hari .3) Faktor Pendorong yang dihadapi oleh PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember, antara lain : a. adanya semangat yang tinggi dari warga belajar dalam mengikuti program kegiatan yang dijalankan oleh PKBM; b. adanya kedisiplinan warga belajar; c. adanya kerja sama yang baik antar pengurus; d. sarana dan prasarana cukup memadai; e.terjalin keakraban antar warga belajar. Faktor Penghambatnya adalah :a .kurangnya tenaga untuk pembinaan program life skill sehingga program ini tidak bisa berjalan secara maksimal. b. program life skill tidak bisa berjalan lancar karena instrukturnya tidak menetap; c. tenaga pendidik seringkali mendapatkan tugas luar kota sehingga pembelajaran terhambat. Berdasarkan dari hasil temuan penelitian ini disarankan sebagai berikut : (1) Bagi pendidik, perlu adanya peningkatan pembinaan dan pengembangan strategi manajemen supaya program-program pendidikan nonformal dapat berjalan sesuai yang diharapkan,(2) Bagi PKBM, diharapkan mengembangkan program sesuai kebutuhan warga belajar, (3) Bagi Warga Belajar, secara kesadaran bersama untuk tetap menjaga keberadaan program kegiatan yang dijalankan pihak PKBM. Kata kunci : Pola pembinaan, anak terlantar, Pendidikan nonformal
PENDAHULUAN Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan tercapainya tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dengan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Berdasarkan tujuan nasional tersebut di atas, maka pelaksanaan pembangunan termasuk pelayanan kesejahteraan sosial utamanya kaitannya dengan pemerataan pendidikan dengan pola pembinaan melalui pendidikan non formal pada anak terlantar harus berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan non diskriminatif bagi setiap warga negara Indonesia Penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial dan pendidikan harus dilaksanakan secara adil dan merata di seluruh Indonesia baik di perkotaan, di pedesaaan, dan wilayah terpencil yang jauh dari pusat pemerintahan. Realita sosial dewasa ini menunjukkan bahwa masih banyak warga negara yang belum terpenuhi hak akan kebutuhan dasarnya secara layak dan belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, banyak warga negara yang mengalami hambatan dalam melaksanakan fungsi dan peranan sosial, sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Fenomena merebaknya anak terlantar merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak terlantar memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga masyarakat dan negara. Namun perhatian terhadap nasib anak terlantar tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. Menurut Permensos RI nomer 8 tahun 2012 tentang pedoman PMKS dan PSKS, bahwa Anak terlantar (Antar) adalah Anak yang berusia 6-18 tahun yaitu anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga. Keterlantaran di sini
dimaksudkan sebagai pengabaian/penelantaran anak-anak , karena anak merupakan aset generasi penerus
bangsa yang perlu ditingkatkan kualitasnya utamanya
melalui pendidikan agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Berdasarkan data pada tahun 2011 jumlah anak terlantar di Kabupaten Jember
629 anak (Sumber Pusat Data dan Informasi Dinas Sosial). Dimana
permasalahan anak terlantar adalah masalah utama yang dihadapi kementrian sosial adalah pemenuhan hak dan kebutuhan anak sesuai dengan ketentuan Undangundang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, Karena anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Bahwa anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategi dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari berbagai kegiatan yang dapat mengganggu pertumbuhannya, baik secara fisik, mental maupun sosial. Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah, karena kondisi tersebut akan berakibat tumbuhnya kualitas SDM
Indonesia
yang
rendah.
Berbagai
kebijakan
dan
program
perlu
ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan agar dapat menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi perkembangan anak, yang merupakan amanah konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masa depan bangsa. Untuk itu memerlukan Pembinaan melalui pendidikan, khususnya program pendidikan non formal. Pendidikan nonformal merupakan salah satu jalur pendidikan, dimana Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sistematik di luar sistem pendidikan formal, dimana pelaksanaannya lentur dan berjangka pendek serta tidak harus berjenjang, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis yang diperlukan oleh masyarakart sasarannya. Adapun berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa pola pembinaan yang dilakukan oleh Pusat Kegiatan Belajar masyarakat (PKBM) Asy-Syifa Sumberjambe Jember melalui program pendidikan nonformal pada warga belajar bertujuan mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian., sehingga diharapkan dengan pembinaan yang diberikan pada warga
belajar yang berstatus sebagai anak terlantar dapat memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial dan program pendidikan nonformal. Dengan demikian dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan, mengingat anak adalah sebagai aset generasi muda. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, dan mengingat sampai saat ini belum ada penelitian tentang pola pembinaan anak terlantar melalui pendidikan nonformal di Pusat Kegiatan Belajar masyarakat (PKBM)Asy-Syifa, sehingga peneliti sangat terdorong untuk melakukan penelitian tentang pola pembinaan melalui pendidikan nonformal. Bertolak dari uraian latar belakang masalah seperti tersebut diatas, maka peneliti menjabarkan rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember? 2) Mengapa anak terlantar antusias mengikuti pola pembinaan program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember? 3) Apakah faktor pendorong dan penghambat yang dihadapi oleh PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember dalam pembinaan melalui pendidikan nonformal? Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui
program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember. 2) Untuk mengetahui antusias anak terlantar mengikuti pola pembinaan program
pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember. 3) Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat yang dihadapi oleh PKBM
Asy-Syifa Jember dalam pembinaan melalui pendidikan nonformal.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih untuk mendiskripsikan dan memahami Pola Pembinaan Anak Terlantar Melalui Pendidikan Nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember secara mendalam. Teknik yang digunakan untuk menentukan informan dalam penelitian adalah Snowball Sampling Tecnique. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, sehingga metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipatif, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Selanjutnya Peneliti menggunakan model analisis interaksi atau interactive analysis models dengan langkah-langkah yang ditempuh yaitu sebagai berikut : 1) Pengumpulan data (Data Collection). Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di lapangan, kemudian melaksanakan pencatatan data dilapangan. 2) Reduksi Data (Data Reduction). Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah mereduksi data. Menurut Sugiyono (2011) hal ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. 3) Penyajian Data (Data Display). Di mana peneliti mengelompokkan data yang telah direduksi yang dimaksudkan untuk menyederhanakan informasi yang komplek menjadi informasi yang sederhana dan selektif, serta membantu pemahaman tentang maknanya dan kemungkinan untuk mengambil kesimpulan. 4) Penarikan Kesimpulan (Verification). penarikan kesimpulan atau verification ini didasarkan pada reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Adapun
untuk
memeriksa
keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan triangulasi sumber dan teknik, triangulasi sumber yakni melakukan wawancara kepada beberapa informan dengan pertanyaan yang sama, misalnya data tentang gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM Sumberjambe Jember,
dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara kepada pengelola PKBM dan anak terlantar yang mengikuti program pendidikan nonformal. Sedang untuk mendapatkan data melalui triangulasi teknik misalnya data tentang gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM Asy-syifa, maka peneliti tidak hanya melakukan wawancara
kepada pengelola PKBM selaku informan
penelitian, tetapi peneliti juga melakukan pengamatan langsung saat pelaksanaan pembinaaan anak terlantar seperti program kesetaraan , begitu juga data hasil dokumentasi dibandingkan dengan data wawancara misalnya tentang jumlah anak terlantar yang mengikuti program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran
pelaksanaan
pembinaan
anak terlantar
melalui program
pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa’ Sumberjambe Jember. Bahwa pelaksanaan pembinaan anak terlantar di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terdapat beberapa program pendidikan nonformal yaitu program kesetaraan, Diniyah, life skill, TBM (Taman Bacaan masyarakat), kaligrafi. Adapun gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM yaitu diawali dengan Pelaksaanaan program kesetaraan atau kelompok belajar paket C yang dimulai jam 08.00 sampai 12,00`WIB. Dilanjutkan dengan pelaksanaan program diniyah yaitu dengan dimulai sholat dhuhur berjamaah, lalu jam 15.15- 16.15 dilaksanakan ngaji bareng dengan materi tentang syariah Islam kemudian istirahat, lalu sholat magrib berjamaah dilanjutkan dengan pemberian materi hadist, kemudian pada malam hari dilakukan sholat tahajut sambil menunggu sholat subuh berjamaah dilakukan ngaji Al-Qur’an. Sedang untuk program pelatihan life skill dan kaligrafi dilaksanakan secara insidental, seperti pelatihan hasta karya yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. . Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2004) yang menyatakan bahwa pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.
Antusias Anak Terlantar dalam Mengikuti Pola Pembinaan Program Pendidikan Nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember. Antusias anak terlantar dalam mengikuti pola pembinaan program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember, karena suatu kebutuhan mengingat anak terlantar yang berada di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Asy-Syifa’ rata-rata anak dari orang tua yang tidak mampu bahkan ada beberapa yang tidak mempunyai orang tua sehingga dengan mengikuti pembinaan diharapkan mampu berkembang sesuai dengan anak-anak lainnya. Adapun dalam pelaksanaan program pendidikan nonformal yang dijalankan terutama program diniyah, mereka (anak terlantar) sangat aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan bahkan setelah selesai kegiatan mereka masih semangat melanjutkan untuk bertanya terkait permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga betul-betul memanfaatkan kegiatan yang dijalankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2001), bahwa partisipasi warga belajar terhadap kegiatan proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang digunakan dan dikembangkan di dalam program pendidikan luar sekolah/pendidikan nonformal. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2001) menyebutkan bahwa program pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal yang menggunakan strategi pembelajaran partisipatif mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) Berdasarkan Kebutuhan Belajar (Learning Needs Based), (2) Berpusat pada Peserta Didik (Learning Centered), (3) Berangkat dari Pengalaman Belajar (Experiential Learning).
Faktor Pendorong dan Penghambat yang dihadapi oleh PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember dalam Pembinaan Melalui Pendidikan Nonformal. Faktor Pendorong, antara lain : (1) Adanya semangat yang tinggi dari warga belajar dalam mengikuti program kegiatan yang dijalankan oleh PKBM, (2)Adanya kedisiplinan warga belajar, hal ini terlihat pada saat pelaksanaan program seperti program diniyah pada sore hari, mereka sangat antusias dan hadir tepat waktu karena adanya kesadaran, bahkan ngaji merupakan suatu kebutuhan, (3) Adanya kerja sama yang baik antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lain sehingga saling mendukung, (4) Sarana dan prasarana cukup memadai,(5) Terjalin keakraban antara warga belajar yang satu dengan warga belajar yang lain sehingga ketika program kegiatan berjalan mereka semangat untuk hadir secara bersamasama. Hal ini sesuai pendapat Umerto Sihombing (1999) bahwa faktor pendukung PKBM secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor pendukung atau pendorong yang bersifat internal adalah program-program pendidikan nonformal yang bersifat telah melembaga dan memasyarakat, sehingga banyak sarana dan prasarana yang tersedia di masyarakat yang dapat didayagunakan untuk keperluan PKBM serta untuk memudahkan pengendalian mutu keluaran program diperlukan adanya tempat yang menetap. Sedangkan faktor pendukung yang bersifat eksternal adalah bahwa tersedianya tenaga-tenaga terlatih dimasyarakat yang siap membantu operasionalisasi PKBM. Adapun Faktor Penghambat, antara lain : (1) Kurangnya tenaga terkait dengan pembinaan untuk program life skill sehingga program ini tidak bisa berjalan secara maksimal,(2) Pelaksanaan program life skill tersebut tidak bisa berjalan
lancar karena instrukturnya tidak menetap, (3) Tenaga pendidik seringkali mendapatkan tugas luar kota sehingga jadwal yang sudah dibuat akhirnya proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar. Mengingat peranan pendidik itu sangat penting, hal ini sesuai dengan pendapat Masitoh (2011) menyatakan tentang komponen-komponen dalam pendidikan adalah sebagai berikut : (1)Tujuan pendidikan, (2) Peserta didik, (3) Pendidik, (4) Isi pendidikan atau Kurikulum,(4) Fasilitas Pendidikan dan, (5) Interaksi Edukatif. Komponen-komponen tersebut akan sangat bermakna apabila terjadi keterkaitan satu sama lain dan saling berhubungan, sehingga jika salah satu komponen pendidikan tidak ada maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.
SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM (Pusat Kegiaatan Belajar masyarakat) Asy-Syifa’ Sumberjambe Jember. Bahwa pelaksanaan pembinaan anak terlantar di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terdapat beberapa program pendidikan nonformal yaitu program kesetaraan, Diniyah, life skill, TBM (Taman Bacaan masyarakat), kaligrafi. Adapun gambaran pelaksanaan pembinaan anak terlantar melalui program pendidikan nonformal di PKBM yaitu diawali dengan Pelaksaanaan program kesetaraan atau kelompok belajar paket C yang dimulai jam 08.00 sampai 12,00`WIB. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan program diniyah. 2. Antusias anak terlantar dalam mengikuti pola pembinaan program pendidikan nonformal di PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember, karena suatu kebutuhan sehingga mereka (anak terlantar) sangat aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan bahkan setelah selesai kegiatan mereka masih semangat melanjutkan untuk bertanya terkait permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sehingga betul-betul memanfaatkan kegiatan yang dijalankan. 3. Faktor Pendorong dan penghambat yang dihadapi oleh PKBM Asy-Syifa Sumberjambe Jember, antara lain : a) Adanya semangat yang tinggi dari warga belajar dalam mengikuti program kegiatan yang dijalankan oleh PKBM.
b) Adanya kedisiplinan warga belajar, hal ini terlihat pada saat pelaksanaan program seperti program diniyah pada sore hari, mereka sangat antusias dan hadir tepat waktu karena adanya kesadaran, bahkan ngaji merupakan suatu kebutuhan. c) Adanya kerja sama yang baik antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lain sehingga saling mendukung. d) Sarana dan prasarana cukup memadai. e) Terjalin keakraban antara warga belajar yang satu dengan warga belajar yang lain sehingga ketika program kegiatan berjalan mereka semangat untuk hadir secara bersama-sama. Adapun Faktor Penghambat, antara lain : a) Kurangnya tenaga terkait dengan pembinaan untuk program life skill sehingga program ini tidak bisa berjalan secara maksimal. b) Pelaksanaan program life skill tersebut tidak bisa berjalan lancar karena instrukturnya tidak menetap. c) Tenaga pendidik seringkali mendapatkan tugas luar kota sehingga jadwal yang sudah dibuat akhirnya proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA Masitoh. 2011. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Sihombing, Umberto. 1999. Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan. Jakarta: PD Mahkota. Sudjana, H.D. 2001. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2011. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyono, 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.