7
PertumbLi'.:'
Buletin Penelitian, Desember 2006, Vol.9 (2), hal.16l-171
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN JUWANA LOLA (Trochus niloticus Linn) DA\ KIMA SISIK (Tridacnu squamosa) PADA OCEAN AZ-ftSE^R trGrowth and survival of topshell (Trochus niloticus) and giant clam (Tridacna squamosa) Magdalena Litaayt'2,Apriadi3, Syafyudin Yusuf lJr*sun Biologi FMIPA Tamalanrea
2'3
& Arifin3
LTNHAS, Kampus Makassar, 90245 2 Peneliti Pusat Penelitian Terumbu Karang UNHAS, Makassar 90245 3Jurusan Ilmu Kelautan FIKP LINHAS, Kampus Tamalanrea, Makassar 90245
*Email : magdalenal
[email protected]
berduta - -,
yang :.:-l
telah c-:.:: lindung: -*: Mente:- -"dan U::-= yang c::.: hutana:: ) (Depar:;:-r
Maru'c:,
!:
lalui 'L:'; lola d-- c usaha
Abstract Study on growth and survival of the topshell (Trochus niloticus L.) and giant clam (Tridacna using mono- and polyculture systems was conducted at ocean nursery at Barrang Lompo island. (05o02'59.8" S dan l19ol9'54.3" E). Its objective was to assess the difference growth and sunira. two differents nursery methods. Average initial sizes of topshells were l.85cm long, 2.08cm .a weighed 2.509, while those of giant clams were 2.35cm, 1.45cm and 1.769. Experiment was arr-": completely random design with three replicatinos. Results showed, that average of topshell *ere l long, 3.99cm wide, and wewighed 15.659, while those of giant clam were 3.05cm, 1.90cm anc respectively. There was no significant difference between growth rate of topshell and giant clam monoculture system (p>0.05). However, survival of giant clam showed significant difference benie=: nursery methods (p<0.05). Keyw or ds :
m o I lus c
an, s urry iv a l, gas tr op o d,
b iv a
lv
i
a,
en
dan ger e d sp
dimanfaatkan sebagai bahan baku :i:bagai jenis industri seperti kancinq. :o:-
PENDAHULUAN Hewan moluska diantaranya siput gastropoda dan kerang-kerangan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena dimanfaatkan untuk berbagai tujuan
hiasan dan lain-lain (Purcell. l - -Moluska lain kekerangan kima rus-- , dimanfaatkan sebagai sumber p:-.:-bahan bangunan, industri akuariu:-. ..-
(Dharma, 1988). Siput laut lola Q. niloticus) yang memiliki cangkang ber-
lapis mutiara yang dikenal
ec i e s
dangkan tiram mutiara (Pinctada tlir.*"; merupakan sumber utama mutiara. Pemanfaatan Lola dan Kir, -. Indonesia telah berlangsung cukup --"-, Namun sayangnya, kedua hewan te::::-: sudah jarang ditemukan di hampir s=--:*:
sebagai
"Mother of pearl" dimanfaatkan secara beragam seperti untuk bahan aditif cat, kancing baju, kosmetik dan lain-lain (Paonganan 2002). Sedangkan menurut Arafin (1993), cangkang lola (L niloticus) merupakan komoditi yang penting sampai pertengahan tahun I 980-an. Cangkangnya memiliki nilai ekonomis tinggi karena
daerah terumbu karang. Dam:=' - . terlihat pada fenomena bahwa r,c-n tr dari Indonesia terutama dari Sui,;;. Selatan mencari lola hingga ke pe:.-:-Australia (Yusuf dan Moka, 2000).
t6t
"
'-l
pertahr,-r: Namun. i membu:*: baik da:. ; Menuru: : translok-,kukan;: :t
daerah i::: Bunake:-.
Seribu. ?: tumbuh:Taka B:: benihar: .:
daerah--: Maluku. '-
sentrasi : I
Tengah.
i
ditemut'1993) t,: Tenggr' Sembilz-
Sperma::
Peraira:- i (Paon-e--,
Selatan
r
Barrang telah b-- -: untuk ' -,:
-F
Pertumbuhan dan sintasan Juwana lola
rssN 0215-174X
Untuk menjaga kelestarian sumberdaya lola maupun kima dari eksploitasi yang terus menerus oleh masyarakat nelayan di Indonesia, maka hewan ini telah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 12 tahun 1987 dan Undang-undang No. 5 tahun 1990 yang dipertegas dengan SK. Menteri Kehutanan No. 301 /KPTS 11ll99l (Departemen Kehutanan, 1993) dan
sejak tahun 2000 (Yusuf dan Moka, 2000). Penelitian pertumbuhan kima baik dalam bak terkontrol maupun laut telah dicobakan, namun perlakuan pemeliharaan kombinasi antara lola dan Kima di Indonesia masih jarang dilakukan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat sintasan siput Lola (7. niloticus) dan kekerangan kima sisik (1. squamosa) yang dipelihara di alam dengan menggunakan metode monokultur dan polikultur. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan informasi untuk pengembangan pemeliharaan kerang kima dan lola di laut.
di
Marwoto (2001).
Selain upaya perlindungan meundang-undang, restocking benih lola dan kima ke laut adalah salah satu
lalui
usaha untuk memulihkan dan mempertahankan kelestarian populasinya. Namun, untuk usaha restocking sangat
BAHAN DAN METODE
membutuhkan benih yang cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut Yusuf dan Moka (2000), upaya translokasi dan restocking kima telah dilakukan di berbagai daerah terutama daerahdaerah konservasi laut seperti TNL-TBR, Bunaken, Karimun Jawa, Kepulauan Seribu, Pulau Lombok. Penelitian pertumbuhan kima juga telah dilakukan di Taka Bonerate. Sedangkan untuk pembenihan lola telah banyak dilakukan pada daerah-daerah Indonesia seperti di Maiuku, dimana penyebaran lola terkons€ntrasi dari Maluku Tenggara, Utara dan Tengah. Kepadatan lola yang paling tinggi
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s/d Desember 2005 berlokasi di oceon nursery perairan pulau Barrang Lompo, Makassar (05o02'59,8"S dan 719o19'54,3"E) menggunakan hewan uji
juwana: lola dan kima sisik. Parameter
biologis yang diamati adalah pertumbuhan dan sintasan, sedangkan parameter
oseanografi: Suhu, pH, salinitas, dan oksigen terlarut (DO), kekeruhan, arus, fosfat dan nitrat. Wadah penelitian (karamba) yang digunakan terbuat dari besi beton ukuran 8 mm dan kawat jaring ukuran 0,5 mm, dengan ukuran p x I x t : 80 cm x 54 cm dan 28 cm (Gambar l). Hewan uji kima di tempatkan pada tegel sebagai tempat perlekatan sebelum dimasukkan ke dalam keramba. Ukuran awal hewan uji rata-rata untuk lola: 2,09 cm tinggi, 1,81 cm lebar, dengan berat 2,50 g sedangkan untuk panjang, tinggi, dan berat awal rata-rata dari kima adalah 2,35 cm,7,45 cm, dan 1,76 g.
di
ditemukan
di
Pulau Kei Besar (Arifin,
re93).
Sulawesi Selatan Tmggara,
Smbilan,
dan
lola ditemukan di Kepulauan
Perairan pantai Bira, dan Kepulauan Pangkep,
Bamr dan Pulau Liukang Loe 2002). Selain itu, di Sulawesi khususnya di daerah Pulau Lompo, upaya pelestarian Kima berlangsung sejak tahun 1994 dan Lola telah diuji coba pemijahannya
162
rssN 0215-1-:
Magdalena Litaay et al
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan masingmasing 3 ulangan sbb: Perlakuan A: Monokultur Lola (10 ekor); B: Monokultur Kima (10 ekor) dan C: Polikultur Lola dan Kima (5 ekor lola dan 5 ekor kima). Untuk melihat perbedaan perlakuan data dianalisis menggunakan analisis rugam satu arah./One Way Anova (Triton, 2005).
Pertur
Dimana, W : Pertumbuhan berat mutlak Wt: Berat ruta-rala individu pada akhir penelitian (g) Wo: Jumlah individu pada awal penelitian (g) Sintasan
jumk
Kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (197 9):
karar
Sintasan:6,Atr0)x100%
pen)'
mula Loml lokas Chec
+40 pada
Di mana,
oleh
: :
ingkat kelangsungan Hidupi' Jumlah individu pada akhir Nt (ekor) penelitian = Jumlah individu pada anaNo penelitian (ekor) Sintasan
sejah
sebal
Pertt lebar pada
Laj u Pertumbuhan Harian
Gambar
1. Wadah penelitian digunakan untuk hewan
Untuk laju pertumbuhan harian dinr:-:; dengan menggunakan rumus Jauncr' "Ross (Agus , 1992) sebagai berikut SGR = {(Ln L1- Ln Lo)/t} x 10t-): : Di mana, :
Yang
temPat
uji
tumb sajikr gamt tingg
wakt
SGR:
Laju pertumbuhan harian Ukuran pada akhir penelitiar :-:: Ls= Ukuran pada awal penelitian :-:: t= Periode waktu penelitian
L1 :
Analisis data Pertumbuhan Mutlak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan dihitung berdasarkan rumus Effendie (1979): L: L1-L6
lrl ti E ?: I
t: ]E I E ''
Gambaran umum lokasi Penelitian
Dimana: L = Pertumbuhan mutlak cangkang (mm) cangkang pada Ukuranrata-rala L6 = awal penelitian (mm) L1 = Ukuran ruta-ratacangkang pada akhir penelitian (mm) Pertumbuhan Bobot
LomPo me:--::ril: ke: -----m Spern'ronde. Secara administrarif :--.* :n termasuk dalam wilaYah Ke:':-*--:l: Ujung Tanah, Kota Makassa: :=---:.lr: jarak * 11,9 km, dari Kota Nfal'--',: !:cara geografis, Pulau ini bera:" : ir: posisi 1 l9019'48" Bujur Tim'.i: :=- : 02' 48*. Lintang Selatan, Pula: '-:* ::**
Dihitung dengan menggunakan rumus
kawasan Kepulauan SPerm.-:-:. :'5'-
Pr"rlau Barrang
bagian dari gugusan
Effendie (1979):
W=Wt-Wo
t63
f
l5
t'. I I
tI
I I
l
Ga
Pertumbuhan dan sintasan Jtrwana lola
ISSN A215-171.{
jumlah + 3000 jiwa dengan tingkat ke-
pertumbuhan ruta-rata lebar dan tinggi cangkang lola dalam waktu 120 hari, pada awal penelitian rata-rata lebar dan tinggi lola pada polikulturr hanya 2,14 cm, 1,87 cm menjadi 4.08 cm, 3,36 cm pada akhir penelitian, sedangkan untuk lola monokultur, lebar dan tinggi rata-rata pada awal penelitian 2,21 cm dan 1,81 cm, pada akhir penelitian 3,90 cm dan 3,11 c111. Adanya ketersediaan makanan alam sebagai sumber energi untuk pertun-rbuhan lola merupakan salah satu penyebab terjadinya lial tersebut, ditarnbah lagi beberapa faktor lainnya seperti kualitas makanar, suhu, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pernyataan EfIendie (1979).
sejahteraan penduduk yang cukup baik. !
Semenjak dilakukan kampanye penyadaran perlindungan terumbu karang mulai tahun 1990-an, masyarakat Barrang Lompo tidak membom ikan di sekitar lokasi terumbu karangnya. Hasil Ree/ Check 2004 didapatkan bahwa tutupan karang hidup pada sisi utara + 30 o/o,barat * 40 yo dan selatamya * 50yo. Sementara pada sisi timur pulau tidak ditumbuhi oleh terumbu karang melainkan pasir dan sebagai lokasi pelabuhan (Anonim, 2004). Pertumb uhan dan Sintasan
Hasil pengukuran tinggi
dan lebar rata-rata cangkang lola dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 serta rerata perrumbuhan tinggi cangkang lola yang disajikan pada Tabel 1. Seperti terlihat gambar 2 dan 3, pertambahan lebar. dan :inggi terjadi sejalan dengan penambahan ',vaktu. Hal ini dapat dilihat dari data
bahwa salah satu faktor yang mempenganrhi laju pertumbuhan adalah daya dukung makanan alam. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti genetik. suhu, intensitas cahaya, kom-posisi organisme dan besamya ruang gerak yang ditempati.
*d..dr-tr..drdJ,,"d.d Gambar
2.
*.J..ro"oC Jn'*C
Pertumbuhan lebar cangkang lola
r.dn r.*d
.^fn
Ganrbar 3.Pertumbuhan tinggi cangkang
lola
16t
Magd,alena Litaay et al.
ISSN 0215-17,tX
Tabel 3 memperlihatkan bahwa tingkat perttrmbuhan mutlak baik tinggi maupun lebar eangkang serta bobot lola yang dipelihara selama tz} hari secara polikultur relatif lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur. Namun, hasil analisis ragam pertumbuhan tinggi dan lebar mutlak cangkang lola masingmasing perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (P0,05). Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan bobot lola yang tidak berbeda nyata antara yang
dipelihara
secara
monokultur dm
polikultur. Perturnbuhan mutlak lola yang cendenry sama pada metoda monokultur dan polil, kultur, kemungkinan disebabkan karm
ke
kedua media tersebut memberikan
sempatan yang sama pada lola unfuk men
G
dapatkan makanan dari alga yang nempel pada waring keramba. Hat ird dapat terjadi karena tidak terdapat psairy bagi lola dalam keramba, sementara kinE bukan pesaing bagi lola dalam m6fia polikultur.
Tabel 1. Pertumbuhan mutlak tinggi dan lebar cangkang serta bobot tubuh Iola
Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan
Tinggi (cm
t SD)
Lebar (cm
* SD)
Bobot (g ekorl + SD)
*
Monokultur
1,33
+
0.13
1.83
r 0.21
11.97
Polikultur
1.51
*
0.41
1.98
+
14.34 + 5.18
0.36
3.44
Alga biofouling yang sangat melimpah pada waring menjadi makanan bagi lola yang bersifat Grazer. Menurut Gimin dan Lee (1996), aktifitas makan lola dapat berlangsung setiap saat, sehingga mereka mampu memanfaatkan alga yang menempel pada waring ke-
menunjang pertumbuhan dan nya. Hal ini sejalan dengan Heslinga (1981), bahwa keceptu tumbuhan lola dipenganrhi oleh intensitas cahaya matahari, keli dan kualitas makanan.
ramba dengan baik. Penempatan keramba yang masih tembus meter mecahaya pada kedalaman
Laju pertumbuhan harian
lctf,
tinggi lola Laju pertumbuhan harian lebar da cangkang lola disajikan pada Tabd2.
5
nyebabkan pertumbuhan alga cukup optimum sehingga lola mendapptkan suplai makanan yang cukup dalam
165
Pertumbuhan dan sintasan Juwana lola
ISSN 0215-174X
Tabel 2.Laju pertumbuhan harian lola Laiu Pertumbuhan Harian Relatif Lebar (cm/hari*
Perlakuan Tinggi (cm/hari*
sD)
Lai u Pertumbuhan Bulanan
SD)
* 0.0003 0.0053 + 0.0003 Polikultur 0.0049 * 0.0009 0.0055 + 0.0007 Monokultur
0.0046
Tinggi
(cm/hari*
Lebar (cm/hari
* 0.010
0.r 58
sD)
* sD)
* 0.148 + 0.028 0.165 *
0,139
0.010
0.02i
Seperti terlihat pada Tabel 2, meskipun pertumbuhan mutlak harian relatif dan bulanan baik tinggi maupun
karang mati dan cangkang organisme
lebar cangkang lola yang dipelihara secara
hidup yang tinggi pada kondisi lingkungan yang cenderung menurun. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Clarke et al. (2003) di Kepulauan Solomon, lola yang berjumlah 140 ekor diberi label kemudian dilepas ke alam setelah empat minggu didapatkan 107 (76%) f. niloticus masih hidup, 2l (15%) mati, dan 12 (8.6%)
selama 72hari.
Lola memiliki tingkat
polikulttrr lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05). Pertumbuhan lola yang tidak berpengaruh secara nyata tersebnt, mengindikasikan bahwa kepadatan lola yang digunakan masih kurang dibandingkan kelirnpahan makanan yang tersedia. Pertumbuhan lola selama 120 hari penelitian ini dapat dikatakan mencapai nilai yang relatif tinggi, pertumbuhan rata-rata perbulan lola yaitu i5,8 mm. Pertumbuhan rata-rata perbulan ini lebih baik dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Clarke et al. (2003), yang mendapatkan pertumbuhan lola perbulannya sebesar 3,4 mm dalam 18 minggu.
ketahanan
hilang.
Pertumbuhan mutlak kima sisik Rerata pertumbuhan panjang dan tinggi cangkang kima sisik selama penelitian disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4. Pertumbuhan panjang dan tinggi ruta-rata kima pada masing-masing perlakuan selama pengamatan memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.5), meskipun pada grafik pertumbuhan terlihat bahwa pertumbuhan juvenil kima yang dipelihara secara polikultur menunjukkan nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan monokultur. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan rata-rata panjang cangkang kima pada polikultur yaitu 3,77 cm dan monokultur yaitu 2,95 cm pada akhir
Sintasan lola Sintasan lola pada semua perlakuan mencapai 100 % dan tidak ada perbedaan arfiara sintasan lola pada perlakuan monokultur dan polikultur. Hal ini berarti bahwa lola yang dipelihara selama penelitian mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan yang ada. Sintasan lola selama 120 hari penelitian ini lebih raik dibandingkan dengan hasil penelitian Gimin dan Lee (1996) yang mendapatkan 65 Yo dan 66 % kelangsungan hidup lola yang dipelihara pada substrat pecahan
penelitian.
t66
ISSN 02
Magdalena LitqaY et al
1
5-174X
maksimalnya zooxanthella dalam me-
nyuplai makanan untuk menunjang tlfriaupan kima' Hal ini terjadi akibat intensiias cahaya yang masuk kurang
.,.ud
J',rd'
Gambar
4.
n"dr,C -,.d,r,C -oC Pertumbuhan Panjang kima sisik sistem monokultur dan Polikultur.
Pertumbuhan tata-tata Pada awal pemeliharaan menunjukkan pertambahan yang relatif sedikit dibandingkan dengan pertimbahan pada pengamalan selanjutnya, hal ini kemungkinan karena pada awal pemeliharaan kima masih beradaptasl terhadap kondisi lingkungan' Pertumbuhan mulai terlihat berbeda ketika memasuki minggu ke-4 pemeliharaan, dimana kima pada pemeliharaan polikultur relatif lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan dengan monokultur, terutama pada pertumbuhan panjang kima'
Menjelang akhir Penelitian, Pertumbuhan tinggi kima relatif lambat' Hal ini dapat terjadi karena energi makanan'
maksimal karena adanya alga yang menempel pada waring. Untuk melihat pertumbuhan mutlak (panjang, tinggi cangkang dan bobot) kima, dapat dilihat pada faUef 3. Hasil analisis ragarn menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tinggi kima sisik- tidak dan panjang -nyatacangkang berbeda
(P0,05)
antaru perlakuan
monokultur dan Polikultw' Kehadiran lola Pada Pemeliharaar polikultur memberikan pengaluh pada. la-i u pertumbuhan kima yang lebih tinggi C'tandingkan dengan kima yang dipelihra monokultur. Hal Ini disebabkan kare::"z lola tersebut memakan jenis ganggang atau alga pengganggu yang tumbuh d$a= keramba Yang menurut BraleY (199: ' keberadaannya menjadi kompetitor L'a;: zooxanthella dalam pemenuhan nutne: dan dapat menutupi cangkang kima sist sehingga mengurangi intensitas calaa-' = matafrari yang tersedia untuknya' Di s-" lain, adanYa tambahan nutrien beru:'' kotoran (feces) lola dapat memenuld ir:butuhan untrt nitrogen bagi zooxanrr;;
seperti Yang dinYatakan oleh. L:;'ai (tbgq, 6ahwa penambahan nutrien :'e-' iingkungan hidup untuk jenis Tridatr'i* akan meningkatkan pertumbuhann) a'
nya letih banyak digunakan untuk.proses metabolisme untuk penyesuaian diri dari perubahan kondisi lingkungan seperti iuru*yu suhu dan salinitas yang terjadi pada minggu ke 5 penelitian. akibat terjadinya hujan. Hal ini sejalan dengan pemyataan Agus (1992) bahwa perbedaan k...put* pertumbuhan dapat disebabkan oleh terjadityu degradasi metabolisme karena idunyu perbedaan faktor ling-
Per
3
I
N
)
yal ak ke sir mi ku op
kiI
da jac
hir ya
Br
ga
bit (zt
mi da
Ta
P
\
.C.C""dSdrdtdrd..C
kungan.
Gambar
Pertumbuhan relatif lambat Yang terjadi pada pemeliharaan monokultur kemungliinan disebabkan oleh kurang
167
5.
ti:::; *:r'rn; sisik Pada ';'ffislm monokultur dan :: -i- --:: Pertumbuhan
ne
)-a
Pr
Pertumbuhan dan sintasan Juwana lola
ISSN U2 1 5-I 74X
Tabel 3. Pertumbuhan mutlak tinggi dan panjang cangkang serta bobot kima sisik
Pertumbuhan Mutlak
t
Perlakuan
Tinggi (cm
Monokultur
0.32
t
0.19
0.58
*
0.10
4.50
+ 0.30
Polikultur
0.58
+ 0.11
0.84
+ 0.25
4.90
*
SD)
Panjang (cm + SD)
Bobot (gram/ekor)
0.22
Berkurangnya alga biofouling yang menempel pada karamba, mengakibatkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam keramba meningkat dan juga sirkulasi air menjadi lancar, Dengan demikian, proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthella menjadi lebih
senyawa-senyawa amoniak yang berasal dari jaringan mantel, hasil fotosintesis zooxanthella ini berupa senyawa gula sederhana, protein dan lemak yang dimanfaatkan oleh kima untuk tumbuh dan berkembang.
optimum sehingga suplai makanan untuk kima cukup untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhannnya. Hal tersebut terjadi pada polikultur lola dan kima sehingga menghasilkan pertumbuhan kima yang lebih baik dari kima monokultur. Braley (1992) menyebutkan kima menggantungkan hidupnya pada proses simbiosis dengan ganggang bersel satu (zooxanthella) yang hidup pada jaringan mantel, sedangkan zooxanthella mendapatkan suplai karbondioksida dan
Laju pertumbuhan harian lebar dan tinggi kima sisik
Laju pertumbuhan harian dan bulanan lebar dan tinggi cangkang kima sisik disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat, walaupun pertumbuhan harian dan bulanan cangkang kima polikultur relatif lebih tinggi dibandingkan kima monokultur, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05)
Tabel 4.Lajupertumbuhan harian (tinggi dan lebar) cangkang kima sisik u Pertumbuhan Harian Relatif
Perlakuan
Tinggi
(cm/hari
* sD)
/lonoKultur U.UUI6
Polikultur 0.0030
Panjang (cm/hari + SD)
u Pertumbuhan Bulanan Panjang
Tinggi (cmiharit
(cm/hari* SD)
* 0.0009 0.0018 0.0018 r 0.0003 0.047 + 0.027 0.055+ 0.009 * 0.0006 0.0025 * 0.000 0.089 * 0.019 0.076 * 0.017
Pertumbuhan kima sisik dalam penelitian ini (5.5 mm) lebih tinggi dari i'ang dicatat oleh Estacion (1988) di Pulau Suquijor dan Bantayan Filipina
dimana pertumbuhannya hanya 4,57 mm dan 2,85 mm perbulan. Effendie (1979), menyebutkan bahwa pertumbuhan dalam
suatu individu terjadi akibat adanya 168
rssN 02 I 5-174J,
Magdalena Litaay et al.
penambahan jaringan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keturunan, sex, umur, parasit, makanan, dan suhu Perairan.
Sintasan kima sisik
Nilai rerata
sintasan kima sisik
selama penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua sistem
pemeliharaan: 66,67* 5.77% untuk monokultur dan 93,34+ 11.55 % untuk polikultur (P<0,05). Perbedaan sintasan kima sisik antara perlakuan monokultur maupun polikultur ini mungkin disebabkan oleh faktor penentrasi cahaya ke dalam keramba yang tertutupi waring. Pada perlakuan polikultur dengan adanya lola sangat membantu untuk membersihkan alga-alga yang berbentuk filamen yang menempel dan mengendap pada keramba' Sehingga penetrasi cahaya pada ruang polikultur lebih maksimal dibanding dengan monokultur kima. Kima sisik yang mati Pada Pemeliharaan monokultur berjumlah 10 ekor dan pada pemeliharaan polikultur 1 ekor. Kematian kima yang cukup tinggi pada pemeliharaan monokultur kemungkinan akibat tidak adanya lola sebagai individu kontrol terhadap pertumbuhan alga biofouling yang sangat cepat. Hal ini menyebabkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam keramba semakin berkurang sehingga mempengaruhi kemamPuan zooxanthella dalam melakukan fotosintesis. Di sisi lain, sirkulasi air yangi tidak lancar mengakibatkan kima kekurangan suplai nutrien dari alam. Keadaan lingkungan yang kurang baik ini ryemicu kima untuk stress dan akhimya mati. Hal ini sejalan dengan pernyataan Braley (1992), bahwa untuk mendapatkan laju pertumbuhan dan sintasan yang baik pada pemeliharaan kima, maka wadah pemeliharaan harus terlindungi dari predator,
Pert
parasit yang bersifat pathogen sefia pengaruh stress karena lingkungan yang ekstrim. Pada pemeliharaan polikultur lo1a dan kima, cahaya yang masuk ke dalarn keramba sangat baik dan sirkulasi aimva lancar sehingga kemampuan zooxantheila untuk berfotosintesis lebih maksimal dar suplai nutrien dari alam lebih lancar diterima. Selain suplai makanan yang ber-
asal dari zooxanthella,
j
(
I
ol
.
Penambaha:
nutrien dari alam juga sangat berpengaru: terhadap sintasan kima, sebagaimana )"an-q dikatakan oleh Braley (1992), bahrva penambahan nutrien dapat meningkatkr laju pertumbuhan dan sintasan kima. Di sisi lain, adanya copepoda dan cact= (parasit) juga dapat mempengaruisintasan kima, baik yang bersifat sebag; pengganggu maupun kompetitor terhai;: sintasan hewan ini. Cacing tersebut seia:: bersaing dalam hal mendapatkan nutn= juga menggerogoti jaringan mantel kr-' sehingga menyebabkan kima stress i=akhirnya mati. Hal ini didapatkan pa; saat pengamatan di lapangan, pada kr::-': yang stress atau kima yang sudah :-'qditemukan cacing didalam cangkan=.'r Namun untuk menentukan pen-veba: i=matian perlu penelitian lanjut seper ]-=€ dikemukan Braley (1992) bahu'a peae--:-* an secara pasti penyebab mortaliras i:::tr sangat sulit apalagi pada fasejuver:- -xrt ini dikarenakan sulitnya ditemuk-':' .s cangkang kima setelah mati sebab :r'B$enya isi cangkang kima dikomsurr.s :r'r.ryqf predator. Gangguan predator ii
babkan kima menjadi stress indikasi hilangnya zooxanthella
DI Ae
Ar
Ar
Br
=qm rr:-'g'rm
se:rgr
mantel menjadi pucat.
KESIMPULAN
o Perlakuan monokultur da: ;q jm:m[mr:' tidak memberikan Pengar:: 3W 169
ol
C1
Pertumbuhan dan sintasan Juwana lola
lssN 0215-174X
nyata (P>0,05) pada laju pertumbuhan
Departemen Kehutanan. 1993. Biota laut,
Kupu-kupu
T. niloticus dan T. squamosa
Sintasan T. niloticus tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) arfiara perlakuan monokultur
Kehutanan,
Jakarta.
Dharma,
Sintasan Z squamosa menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan mnokultur dan polikultur (P<0.05). Hal ini dilihat dari hasil yang didapatkan selama I20 hari penelitian yaitu 66,67 %o untuk monokultur dan 93,34 % untuk polikultur.
B.
1988. Siput dan kerang
Indonesia I (Indonesian Shells). PT. Sarana Graha, Jakarta. 135 hal Dinas Perikanan Sulawesi Tenggara. Pedoman Pelaksanaan Demplot Budidaya Laut dan JapingPeningkatan Produksi Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari. Effendie, M, I. 1979. Biologi Perikanan Bag. II : Dinamika Populasi Ikan. Ilmu Kelautan dan Perikanan. IPB, Bogor. Estacion. J., S. 1988. Ocean- Nursery Phase For Giant Clams The
1989. japing. Proyek
DATTAR PUSTAKA Agus, S. 1992. Pengaruh Substrat Buatan Pertumbuhan Perairan Labuange, Kec. Mallusetasi Kab. Barru. Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan, LTNHAS, Ujung Pandang. Anonim, 2004. Jaringan Kerja Reef Check Indonesia Laporan Hasil Reef Check Pulau Barrang Lompo. Makassar. Sulawesi Selatan. Arifin, Z. 1993, Geographical distribution, habitat and fishery top shel (Trochus niloticus) Maluku. Perairan Maluku dan Sekitarnya,
di
in
Central Visayas, Philippines
Giant Clams
In
:
In Asia pasific.
ACIAR, Canberra. 1 15-1 I 9 Gimin, R. and Lee., C.L. 1996. Effects of Different Substrata on the Growth
:
Rate of Early Juvenile Trochus niloticus (Mollusca : Gastropoda).
of
Trochus: Status, Hatchery Practice
in
Nutrition. ACIAR Proceedings No 79. Canberra. Australia. Pp 76and
Ambon:93-101 Braley, R.D. 1992. The Giant Clam : Hatchery and Nursery Culture Manual. ACIAR Monograph No.
80
Heslinga,
G.A. i981. Growth
and
Maturity of Trochus niloticus in The Laboratory. Proceeding of the fourth International Coral Reef Symposium (1):39- 4s
15. Canberra. Australian Centre For International Agriculture Research. 144p Clarke , J.n P., Komatsu. T., Johan, N, D.,
Ilahiyati, Nur. 2003. Distirbusi
dan
Kelimpahan Spesies serta Variasi Ukuran Kima (Tridacnidae) di
Bell, Ferral, L., Cletus P.,
Perairan Kepulauan
Oengpepa, John L. 2003. Combined Culture of Trochus niloticus and Giant Clam (Tridacnidae): Benefits Restocking Farming. Aquaculture 21 5 :123 -1 44.
for
Biro
Hubungan Masyarakat, Sekretaris
jenderal Departemen
dan polikultur.
Terhadap Laju Trochus niloticus
dan Reptilia.
Spermonde.
Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, IINHAS. Makassar. 42Hal
and
170
ISSN 0215-174X
Magdalena Litaay et al.
Lucas,
J.S, 1994. The
Purcell, S.W., 20A4. Management Options For Restocked Trochus
Biology,
Exploitation and Mariculture of Giant Clams (Tridacnae). Reviews
Fisheries. Stock Enhancement And
In Fisheries Science. C.R.C. Press. Marwoto, S. 2001. Moluska. Dalam:
Developments, Pitfalls and Oppotunities. Blackwell Publishing Ltd, UK. Triton, P, B. 2005. Cara Cepat Menguasai SPSS 13.0 Untuk Uji Beda Nyata & Rancangan Percobaan. Tugu Publisher. Yo gyakarta. Yusuf, S,, dan W, Moka. 2000. I^qiu Hasit Pertumbuhan Translokasi di Taman Nasional l-atr Bonerate. Proseding
Sea Ranching,
Jenis-jenis Hayati yang dilindungi
Perundang-Undangan Indonesia. Noerdjito, M. Dan I. Maryanto (Ed), Cetakan Kedua. Puslit Biologi LIPI. Cibinong. Hal 135-136. Paonganan, Y. 2002. Bioekologi Kerang niloticus Linn). [online] Lola http: 3lyul ia 1/rydyct.tripod"corn/sem -02 nus-paongaqan.-1[$, [Diakses : 16 Juli 20051.
Kima
(L
Taka
1
Lokakarya Terumbu Kalug Indonesia. Coremap-LIPI, Jakartr.
Shl
m0 ser fen
oni
fen
w
wa
Ke
lq
ps
(l!
lq
po
Xr
I}
Fa
Ili
h
ps
q h
t7t
ISSN 02ts-174x
BUtEIlt PtilELlilil SERI HAYATI
Vol.9 No.2 Desember
2006
Terakreditasi SK No, 39/DlKTl/Kep/2004
DAFTAR
ISI
kan{ang Aplikasi beberapa jenis dan dosis bokashi pupuk (Allium merah Bawang vegetatif trif,rJ"p pe*umbuhan ascalonicumL.) Karakterisasi molekuler plasma nutfah padi aromatik Sulawesi Selatan
Muh. Natsir Nane
94-106
A. Masniawati, Hajrial Aswidinnoor, dan Satriyanti A' SYaiful
t07 -114
sumber bahan Pengelolaan lirnbah ternak ayam ras sebagai organik tanaman kacang tanah
MuliatiA' M. dan
keriting Optimalisasi teknik deteksi virus daun kentang (-O*V), virus kentang X- dan kentang Y dengan me-tgde (RT-PCR) ,rr.rr.'irunscription-Folymerase chain reaction (Theobroma cdcao Pengaruh pemangkasan tanaman kakao L.r-?;thd"p polulasi nimfa dan tingkat serangan kepik pengitap Uuan kai
Tutik Kuswinanti
HermaYa Rukka
Fatahuddin,Itji Diana Daud, Kisman
115-121
122-129
I 30-1
39
Nurariaty Agus
140-145
Muh. Farid dan Rinaldi Sjahril
t46-153
(Cyprinus
Amirullah
154-160
niloticus Pertumbuhan dan sintasan Juwana lola (Trochw ocean pada iinn) aun Kima sisik (Tridacna squamasa)
Magdalena LitaaY,
161-171
ldentifikasi cendawan entomopatogen dan peranannya penggerek buah sebagai agens pengendali hayati pupa : kakio (Conopomorpha cramerella snellen) (Lepidoptera.
L') Cruoitfuiiiau"i di ptttunuman Kakao (Theobroma cacao dan Mekanisme ketahanan kedelai terhadap salinitas kekeringan berdasarkan karakter morfofi siologis penginfeksian virus herpes pada lkan carpio)
Uji
koi
nursery B
s ar ma I afond{) iolo gi reproduksi kepitin g karakl (N e o ep is e
Maros di sekitar muara sungui Bawana Marana kabupaten
Apriadi, Syaffudin Yusuf dan Arifin Yushinta FujaYa
172-t80