1
JURNAL PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA Vol. 58, No. 2, Mei 2009, hal. 1-5 | ISSN 0024-9548
Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding kalsium hidroksida (Apical obturation of root canal treatment using calcium oxide sealers is better than calcium hydroxide sealers) Patrick Soedjono *, Latief Mooduto **, dan Laksmiari Setyowati ** *
Mahasiswa PPDGS Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia
**
Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia
Correspondence: Patrick Soedjono, c/o: Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo no. 47 Surabaya 60132, Indonesia. Email:
[email protected]
Abstract Background: In order to prevent apical leakage that cause the root canal treatment failed, root canal sealers must have a good adaptation to root canal surface. Purpose: The aim of this study is to know apical obturation of root canal treatment using calcium oxide sealers (CaO) and calcium hydroxide sealers (Ca(OH)2). Method: Methylene blue method is used to examinate the apical leakage. Result: Average leakage examination result from calcium oxide is 1,0029mm; calcium hydroxide is 2,5357mm; zinc oxide is 5,7229 mm. Statistic test shows significant difference of apical leakage (p<0,05). Conclusion: Apical obturation of root canal treatment using calcium oxide sealers is better than calcium hydroxide sealers. Keywords: kalsium oksida, kalsium hidroksida, kerapatan penutupan apeks
Pendahuluan Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar antara lain: preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan (biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. 1 Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal.2 Tindakan preparasi yang kurang bersih akan mengalami kegagalan perawatan,3 bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik.4 Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikro-
organisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan.5,6 Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar.1,6 Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur. Kalsium hidroksida [Ca(OH) 2] merupakan bahan yang sering digunakan dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar.6,7,8 Kelebihan pasta
2
Soedjono et al : Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida
kalsium hidroksida yang berhubungan dengan kerapatan penutupan apeks adalah mudahnya cara penggunaan dan baik adaptasinya. Menurut Goldberg9, penggunaan pasta dengan bahan dasar kalsium hidroksida dapat beradaptasi dengan baik pada dentin maupun permukaan guttap point. Kemudian Sleder 10 menyatakan bahwa kalsium hidroksida dapat merangsang penutupan biologis pada daerah apikal sehingga menghasilkan penutupan apeks yang lebih rapat dan meningkatkan keberhasilan perawatan. Kelebihan lain dari kalsium hidroksida adalah dapat merangsang pembentukan jaringan keras. Menurut penelitian Holland et al11, penggunaan bahan kalsium hidroksida dalam proses pengisian saluran akar dapat mengurangi kebocoran foramen apikal. Karena pHnya yang tinggi dapat meningkatkan aktifitas alkali fosfatase yang meningkatkan mineralisasi selain itu juga karena dapat membuhuh mikroba yang merusak jaringan apikal sehingga mempermudah pembentukan cementum reparatif.12,13 Lingkungan alkali akan menghambat aktivitas osteoklas sehingga proses reabsorbsi akan dihambat dan proses perbaikan jaringan akan terus berjalan.14,15 Salah satu problem dalam pembunuhan bakteri dalam saluran akar adalah adanya tubuli dentin dan saluran asesori yang sulit dicapai oleh bahan-bahan pengisi, maka dari itu dikembangkan pasta pengisi yang menggunakan teknik kalsium oksida oleh Robidan. Kalsium oksida [CaO] yang berbentuk bubuk, dicampur dengan H 2O sebelum pengaplikasiannya, sehingga berangsur-angsur berubah menjadi kalsium hidroksida. Bersamaan dengan itu juga terjadi reaksi dengan cairan di dalam saluran akar termasuk di dalam tubuli dentin, sehingga hidroksi ini berpenetrasi ke semua daerah. Proses selanjutnya sama seperti pasta kalsium hidroksida, terjadi lisis dari substansi organik dalam saluran akar & tubuli dan menghasilkan CO2 dari proses lisis itu. CO2 itu akan bereaksi dengan kalsium hidroksida yang telah terbentuk, menjadi kalsium karbonat, sehingga semua daerah yang terisi kalsium hidroksida menjadi terisi oleh kalsium karbonat.16 Kebocoran apikal dapat terjadi karena adanya celah antara bahan pengisi dengan dinding saluran akar sehingga dapat dilewati oleh cairan jaringan periapikal yang masuk melalui apeks ke arah koronal sepanjang celah yang ada dan dapat menyebar ke arah lateral melalui tubuli dentin.17 Tehnik penetrasi metilen biru merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi
Jurnal PDGI 58 (2) hal 1-5 © 2009
kerapatan penutupan apeks. Matloff18 mengevaluasi kemampuan penetrasi biru metilen dan tiga senyawa radioisotop (Ca45, C14, I125). Mereka menemukan bahwa metilen biru dapat mengadakan penetrasi lebih jauh daripada ketiga senyawa radioisotop. Hal ini terjadi karena metilen biru tidak diabsorbsi oleh kristal apatit struktur gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kerapatan penutupan apeks dengan menggunakan pasta kalsium hidroksida [Ca(OH)2] dan kalsium oksida [CaO] pasta pada pengisian saluran akar.
Bahan dan Metode Dalam penelitian ini digunakan 21 elemen gigi premolar I rahang bawah manusia yang telah diekstraksi dan bersaluran akar tunggal serta lurus. Gigi tersebut dipreparasi secara konvensional dengan k-file nomer 15 sampai nomor 50, yang diselingi dengan irigasi sodium hipoklorit 5% dan aquadest masing-masing 0,5 cc setiap pergantian nomor. Elemen gigi yang telah dipreparasi tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok secara acak, masing-masing 7 elemen. Pada setiap kelompok dilakukan pengisian saluran akar menggunakan guttap point nomor 50 dengan teknik single cone, namun dengan pasta saluran akar yang berbeda. Pada kelompok I menggunakan pasta CaOH (Calxyl, OCO präparate, Germany), kelompok II menggunakan pasta CaO (Endocalex, Robidan s.a.s, Italy), sedangkan pada kelompok III menggunakan pasta ZnO (Kalzinol, Dentsply Maillefer, Swiss) + CHKM (Camex, Germany). Setelah pengisian selesai, gigi-gigi tersebut disimpan dalam desikator dengan suhu kamar (37°C) dan kelembaban 100%. Sehingga menyerupai kondisi dalam rongga mulut. Setelah 24 jam, sampel dikeluarkan dari desikator dan dikeringkan dengan kertas tisu bersih, kemudian seluruh permukaan akar dilapisi dengan cat kuku transparan sebanyak 2 lapis, kecuali foramen apikal dibiarkan terbuka. Setelah cat kuku kering, elemen gigi dimasukkan dalam larutan metilen biru 0,25% dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C. Setelah 7 hari, sampel dikeluarkan dari inkubator dan dicuci di bawah air mengalir, dikeringkan dan dibersihkan dari lapisan cat kuku dengan larutan aseton. Kemudian gigi dibelah menjadi dua menggunakan carborundum disc dan penetrasi metilen biru diukur
Soedjono et al : Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida Jurnal PDGI 58 (2) hal 1-5 © 2009
Gambar 1. Pengisian menggunakan a) Calxyl, b) Endocalex, dan c) Kalzinol.
3
Gambar 3. Travelling mikroskop untuk melihat penetrasi metilen biru.
menggunakan travelling microscope (dalam mm) untuk menentukan kebocoran apeks. Gambar 4. Pengukuran penetrasi metilen biru.
Hasil Pada penelitian ini digunakan analisis statistik one way anova, untuk mengetahui adanya perbedaan antara penetrasi metilen biru pada pasta-pasta tersebut. Untuk dapat melakukan uji anova tersebut, masing-masing sampel harus berdistribusi normal. Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan: p untuk pasta kalsium oksida = 0,999; p untuk pasta kalsium hidroksida = 0,821; p untuk pasta seng oksida CHKM = 0,294. Dari hasil uji normalitas menunjukkan bahwa p > 0,05 maka dari itu ketiga sampel itu berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan uji Dunnett T3 untuk mengetahui perbedaan antara tiap kelompok sampel. Terdapat perbedaan bermakna antara penetrasi
Gambar 2. Potongan sampel dari tiap-tiap bahan.
Gambar 5. Potongan sampel dibawah mikroskop, kalsium oksida Endocalex.
Soedjono et al : Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida
4
Jurnal PDGI 58 (2) hal 1-5 © 2009
Gambar 6. Potongan sampel dibawah mikroskop, kalsium hidroksida Calxyl.
Tabel 2. Nilai rata-rata dan simpang baku penetrasi metilen biru 0,25% ke dalam saluran akar melalui apikal gigi pada penggunaan pasta kalsium hidroksida (Calxyl) dan pasta kalsium oksida (Endocalex) serta guttap point sebagai bahan pengisi saluran akar N
metilen biru pada penggunaan setiap pasta. Dimana kebocoran apeks gigi pada penggunaan pasta kalsium oksida lebih kecil daripada pasta kalsium hidroksida. Kebocoran apeks gigi terbesar pada penggunaan pasta seng oksida.
Pembahasan Telah dilakukan penelitian laboratorik untuk membandingkan perbedaan kebocoran apeks gigi pada pengisian saluran akar dengan pasta kalsium hidroksida dan pasta kalsium oksida. Sebanyak 21 elemen gigi digunakan sebagai sampel penelitian pasta kalsium hidroksida, kalsium oksida, dan seng oksida. Pada kelompok pasta kalsium hidroksida digunakan Calxyl. Pengaplikasian kalsium hidroksida dilakukan secara mekanis, pasta kalsium Tabel 1. Hasil rata-rata pengukuran penetrasi (dalam mm) zat warna metilen biru 0,25% ke dalam saluran akar melalui apikal gigi pada penggunaan pasta kalsium hidroksida (Calxyl) dan pasta kalsium oksida (Endocalex) serta guttap point sebagai bahan pengisi saluran akar
No.
Guttap Point + CaOH(mm)
Guttap Point + CaO(mm)
Guttap Point + ZnO CHKM(mm)
1. 2.
1.19 1.82
0.22 0.39
4.50 4.55
3. 4.
1.83 2.08
0.90 0.92
4.69 4.73
5. 6.
3.36 3.51
1.22 1.58
5.02 8.26
7.
3.96
1.79
8.31
Rata-rata (mm)
Standar Deviasi
CaO
7
1.0029
0.57818
CaOH ZnO+CHKM
7 7
2.5357 5.7229
1.05563 1.75822
hidroksida didorong ke dalam tubuli dentin hingga menutup tubuli dentin dan menurunkan permeabilitas dentin sehingga kemampuan penetrasi metilen biru melalui dinding saluran akar menurun.19 Sleder10 menyatakan bahwa kalsium hidroksida dapat merangsang penutupan biologis pada daerah apikal sehingga menghasilkan penutupan apeks yang lebih rapat dan meningkatkan keberhasilan perawatan. Kalsium hidroksida memiliki pH yang tinggi sehingga dapat menetralisir asam akibat aktifitas osteoklas, sehingga dapat menghambat kerusakan yang lebih lanjut dari jaringan yang termineralisasi. 14,15 Kalsium hidroksida dapat membantu terbentuknya sementum reparatif pada ujung apikal karena efek antimikroba yang dapat membunuh mikroba perusak jaringan apikal gigi.13 Pada kelompok pasta kalsium oksida digunakan Endocalex. Kalsium oksida memiliki sifat yang sangat mudah menyerap air. Kalsium oksida yang bereaksi dengan H 2O akan menjadi kalsium hidroksida. Sifat-sifat yang dimiliki oleh kelompok pasta kalsium hidroksida sama dengan sifat-sifat pada kelompok kalsium oksida ketika sudah bereaksi dengan H2O. Perbedaan antara kedua kelompok ini adalah reaksi awal kalsium oksida dengan H2O itu sendiri dan berat molekulnya yang lebih kecil. Kalsium oksida yang hidrofilik dan memiliki berat molekul yang lebih kecil akan bereaksi secara kimia dengan cairan yang berada dalam saluran akar termasuk yang berada di dalam tubuli dentin. Oleh karena itu pasta pada kelompok kalsium oksida ini pengaplikasiannya selain secara mekanis juga secara kimiawi.16 Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kebocoran apeks antara penggunaan pasta kalsium hidroksida dan pasta kalsium oksida. Pada penggunaan pasta kalsium oksida didapatkan kebocoran apeks gigi yang lebih kecil dibandingkan penggunaan pasta kalsium hidroksida dan pasta seng oksida.
Soedjono et al : Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida Jurnal PDGI 58 (2) hal 1-5 © 2009
Lebih sedikitnya kebocoran pada apeks gigi dengan pengisian saluran akar menggunakan bahan kalsium oksida mungkin disebabkan pasta kalsium oksida dapat berekspansi lebih jauh ke dalam saluran-saluran yang kecil dibandingkan pasta kalsium hidroksida karena berat molekulnya yang lebih kecil dan karena kalsium oksida bereaksi secara kimia dengan H2O di dalam saluran-saluran yang tidak dapat dicapai secara mekanis. Sampel hasil pengisian pasta kalsium oksida dan pasta kalsium hidroksida berbeda bukan hanya dari jauhnya penetrasi metilen biru pada saluran akar. Pada hampir semua sampel terlihat bahwa tubulitubuli dentin disekitar saluran akar utama pada sampel kalsium oksida berwarna putih sedangkan pada sampel pasta kalsium hidroksida lebih kebiruan meski hanya sedikit. Hal ini menunjukkan penetrasi dari pasta kalsium oksida yang dapat masuk lebih jauh kedalam tubuli-tubuli dentin disekitarnya. Hasil pengisian menggunakan seng oksida tampak penetrasi metilen biru yang paling jauh. Lebih jauhnya penetrasi metilen biru karena sesudah bahan seng oksida mengeras, terbentuk produk seng eugenolat yang porus dan lemah serta mengalami dekomposisi dalam cairan jaringan. Menurut Tewari20, pasta seng oksida tidak bisa menahan penetrasi metilen biru lebih dari empat hari. Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kerapatan apeks gigi dengan menggunakan pasta kalsium oksida lebih baik dibandingkan dengan pasta kalsium hidroksida sebagai bahan pengisi saluran akar.
Daftar Pustaka 1. Grossman LI, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktek. Edisi 11. (Rafiah Abyono). Jakarta: EGC; 1995. 2. Hadriyanto W. Apical leakage akibat teknik kondensasi vertikal dan lateral pada pengisian saluran akar dengan gutta point. Lustrum V FKG UGM: 109; 1985. 3. Weine FS. Endodontic therapy. 4rd ed. St. Louis: Mosby Co; 1989. p. 445-69. 4. Gardjito K. Beberapa teknik pengisian saluran akar dengan gutta percha. Simposium Mempertahankan Gigi Selama Mungkin: Lustrum Unair VII; 1989.
5
5. Ford TRP. Endodontics. London: Martin Dunitz Ltd; 2002. p. 79-124. 6. Cohen SC, Burns RC. Pathway of the pulp. 6th ed. St. Louis: CV Mosby Co; 1988. p. 219-66. 7. Martin OM, Crabb HSM. Calcium hydroxide in root canal therapy. Br Dent Journal 1977; 142:277-82. 8. Fuss Z, Rafaeloff R, Tagger M, Szajkis S. Intracanal pH changes of calcium hydoxide pastes exposed to carbon dioxide in vitro. J Endod 1996; 22:362-4. 9. Goldberg F, Gurfinkel J. Analysis of the use of dycal with gutta-percha point as an endodontic filling technique. Oral Surg 1979; 47:78-82. 10. Sleder FS, Ludlow MO, Bohacek JR. Long term sealing ability of a calcium hydroxide sealer. J Endod 1991; 17:541-43. 11. Holland R, et al. Apical seal of root canals with guttapercha points with calcium hydroxide. Brazilian Dental Journal 2004; 15:(1). 12. Estrela C, Djalma J, Pecora, Santana R, Silva. PH Analyse of vehicles and calcium hydroxide pastes. Brazilian Endodontic Journal 1998; 3:(2):41-47. 13. Rajput JS, Jain RL, Pathak A. An evaluation of sealing ability of endodontic materials as root canal sealers. ISSN 0970-4388. Reprint request to: Jaspal Singh Rajput 32-A, Partap Nagar, Amritsar 143001, Punjab. 14. Tronstad L, et al. pH changes in dental tissue after root canal filling with calcium hydroxide. J Endod 1981; 7:1721. 15. Esberard RM, Carnes DL, Del Rio CE. pH changes at the surface of root dentin when using root canal sealer containing calcium hydroxide. Journal Endodontic 1996; 22:339-43. 16. Endocalex. Robidan s.a.s.. Available at: www.endocalex.it. Accesed November 15, 2004. 17. Olsen BEM, Orstavik D, Eriksen HM. Radiographic voids and leakage along root filling in vitro. Int Endodontic J 1983; 16:51-8. 18. Matloff IR, Jensen RJ, Singer L, Tabibi A. A comparison of methods used in root canal sealbility studies. Oral Surgery 1982; 53:203-8. 19. Holland R, Murata SS, Dezan E, and Garlipp O. Apical leakage after root canal filling with an experimental calcium hydroxide gutta-percha point. Journal Endodontic 1996; 22:71-3. 20. Tewari S. Assessment of coronal microleakage in intermediately restored endodontic access cavities. OOO 2002; 93:716-9.